Anda di halaman 1dari 6

Double Degree MSc Programme

GEO-INFORMATION FOR SPATIAL PLANNING AND


DISASTER RISK MANAGEMENT
UGM
Graduate School Gadjah Mada University, Yogyakarta Phone/Fax. (0274) 564239

Website http://www.geo.ugm.ac.id, www.geoinfopasca.ugm.ac.id and

http://www.itc.nl/pub/study/programmes/joint-educations

INDIVIDUAL ASSIGNMENT

PEMODELAN UNTUK MANAJEMEN RISIKO BENCANA

B1 TSUNAMI HAZARD MODELLING

LECTURER:

Prof. Dr. Junun Sartohadi, M.Sc

By:

Bambang Puji Sepriyanto


(18/435075/PMU/09586)

JUNI 2019
PEMODELAN TINGKAT RESIKO TSUNAMI DI KOTA MATARAM
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

1. Permasalahan
Mataram merupakan ibukota Kota Mataram sekaligus juga sebagai ibukota Provinsi
Nusa Tenggara Barat dengan luas wilayah Kota Mataram 61,30 Km2 . Kota mataram
terletak di wilayah pesisir sebelah barat pulau Lombok, wilayah pesisir cenderung
memliki potensial untuk kehidupan masyarakat. Kota mataram merupakan kota yang
padat penduduk dengan jumlah kepadatan penduduk sebesar 6.741 jiwa/km2
dikarenakan merupakan kota perdagangan dan jasa, pusat pemerintahan, pusat
Pendidikan dan pemukiman.
Selain itu kota mataram berdasarkan letak dan kondisi geologi yang memungkinkan
terjadi bencana alam yang tinggi seperti gempa, tsunami, longsor , dll
Kejadian gempa yang mengakibatkan tsunami di aceh menjadi pelajaran besar agar di
daerah lain yang memiliki potensi tsunami untuk menghindari atau paling tidak
meminimalisir kerugian dan korban untuk kejadian dimasa mendatang. Oleh karena itu
perlu ada kajian mengenai resiko tsunami di kota mataram agar risiko bencana tsunami
di kota mataram bisa diminimalisir.
Oleh karena itu penanganan kemungkinan tsunami perlu dikaji lebih mendalam
mengenai potensi dampak kejadian dengan pemodelan genangan tsunami agar dapat
memperkirakan dampak jika terjadi tsunami dengan beberapa skneario pada tinggi
gelombang tsunami

2. Metode
Metode yang digunakan dalam memprediksi risiko bencana tsunami adalah
menggunakan model crunch, dimana model tersebut merupakan hasil kali antara
bahaya (hazard) dan Kerentanan (Vulnerability ) R = H x V. (Santius, 2015)
Analisa bahaya tsunami dilakukan dengan menggunakan pemodelan bahaya tsunami
menggunakan formula berryman,
HlosHloss = loss in wave height per metre of
inundation distance
n = surface roughness coefficient
H0 = wave height at the coast (m)
S = slope (derajad)

formula tersebut menjelaskan Pemodelan luas genangan dilakukan dengan


menggunakan model penurunan tinggi muka gelombang tsunami ketika mencapai
daratan. Tinggi gelombang tsunami yang digunakan dalam pemodelan ini adalah 7
meter dan 10 meter. faktor yang terdapat dalam bahaya tsunami (Hloss) antara lain :
Koefisien kekasaran, tinggi gelombang tsunami pada garis pantai, dan kemiringan
lereng

Jenis Penggunaan Lahan n


Permukiman 0,0450
Tanah kosong 0,0150
Semak belukar 0,0300
Perkebunan 0,0350
Sawah 0,0200
Sawah tadah hujan 0,0250
Tegalan/ladang 0,0300
Air danau 0,0100
Air sungai 0,0100
Air rawa 0,0100
Air tambak 0,0100
Sumber : Harisman (2008) dalam santius (2015)
Sedangkan anlisis faktor kerentanan berdasarkan jenis penggunaan lahan dan
kepadatan penduduk, dimana skor untuk variable dari penggunaan lahan berdasarkan
PERMEN PU nomor 21/PRT/M/2007 dalam Desmonda, N.I. and Pamungkas, A., (2014)
sedangkan variable kepadatan penduduk berdasarkan penelitian oleh santius (2015)
Analisis tingkat resiko Pada tahap ini dilakukan perkalian atau overlay antara kelas
bahaya tsunami dengan kelas kerentanan
Adapun data-data yang digunakan dalam pemodelan tsunami adalah
1. Penggunaaan lahan tahun 2017 yang diperoleh BPN kota Mataram
2. Data kemiringan yang diolah dari data DEMNAS
3. Data Kepadatan penduduk yang dikeluarkan oleh BPS

4. Pembahasan
A. Analisa Bahaya Tsunami
Bahaya tsunami didefinisikan sebagai tinggi gelombang tsunami yang mencapai
garis pantai dan rambatan gelombang tsunami ke daratan . Pembuatan Peta bahaya
tsunami berdasarkan formula barryman dengan skenario ketinggian ombak
tsunami (H0) adalah 7 meter dan 10 meter, seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 1. Bahaya tsunami pada skenario H0 7 meter dan 10 meter (sumber : hasil Analisa)

Berdasarkan skenario tinggi gelombang tsunami 7 dan 10 meter maka kecamatan


yang ada di kota mataram yang paling terdampak adalah kecamatan ampenan dan
kecamatan sekarbela. Pada skenario H0 7 meter wilayah Kecamatan Ampenan
sebesar 47,8% wilayahnya tergenang air sedangkan Kecamatan Sekarbela sebesar
41,5% wilayahnya tergenang air, pada skenario H0 10 meter wilayah kecamatan
Ampenan sebesar 79,8% wilayahnya tergenang air sedangkan Kecamatan Sekarbela
sebesar 54,3% tergenang air.

Gambar 2. Grafik Dampak Tsunami Tiap Kecamatan (Sumber : Hasil analisa, 2019)
B. Parameter Kerentanan Tsunami
Parameter kerentanan tsunami kota mataram yang digunakan adalah kepadatan
penduduk dan penggunaan lahan

Tingkat Kepadatan Penduduk


Tingkat kepadatan penduduk suatu wilayah dapat dijadikan parameter tingkat
kerentanan bahaya tsunami. Semakin padat penduduk suatu wilayah, semakin tinggi
tingkat kerentanannya terhadap bahaya tsunami. Data tingkat kepadatan penduduk
didapat dari data BPS tahun 2012 dalam dokumen KRB Kota Mataram.
Tabel 1. Data kependudukan Kota Mataram Tahun 2011
Luas Kepadatan Rasio
Jumlah
No Kecamatan Wilayah penduduk jenis
Penduduk (jiwa)
(km2) (jiwa/Km2) kelamin

1 AMPENAN 9,46 79,367 8390 102


2 SEKARBELA 10,32 53,946 5227 97
3 MATARAM 10,76 73,921 6870 96
4 SELAPARANG 10,77 73,222 6799 96
5 CAKRANEGARA 9,67 64,771 6698 98
6 SANDUBAYA 10,32 61,683 5977 100
KOTA
61,30 406,910 6638 98
MATARAM
(BPS Tahun 2012 dalam Dokumen KRB Kota Mataram)
Tingkat kepadatan penduduk Kota Mataram diklasifikasikan menjadi 5 kelas
kepadatan, seperti yang terlihat pada tabel 2 di bawah ini
Tabel 2. Variable kerentanan pada penggunaan lahan
Variable Kepadatan penduduk jiwa/km2
0 - 1500 Skor :1 Nilai : 0,067
1500 - 3000 Skor :2 Nilai : 0,13
3000 - 4500 Skor :3 Nilai : 0,2
4500 - 6000 Skor :4 Nilai : 0,27
>6000 Skor :5 Nilai : 0,33
(Santius, 2015)
Jenis Penggunaan Lahan
Data jenis penggunaan lahan tahun 2017 kota mataram didapat dari kantor BPN
Kota Mataram
Tabel 3. Variable kerentanan pada penggunaan lahan
Variable penggunaan lahan
Hutan, Belukar, Kebun, Tegalan,
Skor :1 Nilai : 0,067
Sungai, dan Danau
Kawasan wisata domestik Skor :2 Nilai : 0,13
Persawahan dan Tambak Skor :3 Nilai : 0,2
Permukiman dan Fasilitas Umum Skor :4 Nilai : 0,27
Cagar Budaya, Industri, Kawasan
Skor :5 Nilai : 0,33
Wisata Berdevisa, dan Jalan
(PERMEN PU Nomor 21/PRT/M/2007)
Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan tahun 2017 (sumber : hasil Analisa, 2019)

C. Resiko Tsunami
Model yang digunakan untuk menganalisis tingkat risiko bencana tsunami Kota
Mataram adalah Model Crunch dengan persamaan 3. Tingkat risiko menurut Model
Crunch merupakan perkalian antara faktor bahaya dengan faktor kerentanan.
Analisis risiko bahaya tsunami menggunakan asumsi tinggi gelombang yang berada
di garis pantai (H0) adalah 7 dan 10 meter. Hasil analisis tingkat risiko bencana
tsunami Kota Mataram seperti pada gambar berikut

Gambar 4. Peta Risiko Tsunami Kota Mataram dengan Skneario H0 7 meter dan 10 Meter

Tabel 4 Luas Tingkat risiko perkecamatan dengan H0 7 meter dan H0 10 meter

Luas Risiko (Ha) H0 7 meter Luas Risiko (Ha) H0 10 Meter


Kecamatan
Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

Ampenan 210,51 187,45 39,04 248,09 281,72 199,32


Mataram 1,26 0,00 0,00 209,03 36,53 0,00
Sandubaya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Sekarbela 444,16 319,52 30,57 214,66 636,60 187,03
Selaparang 0,00 0,00 0,00 52,98 1,17 0,00
Sumber : hasil Analisa, 2019
Dilihat pada tabel tersebut kecamatan yang wilayahnya paling luas berdampak risiko
terhadap bencana tsunami adalah Kecamatan Ampenan dan Kecamatan Sekarbela, hal ini
disebabkan letak kedua kecamatan tersebut yang dekat dengan garis pantai dan dilihat
dari aspek kerenantan, dua kecamatan ini memiliki tingkat kerentanan yang tinggi dari
aspek kepadatan penduduk dan penggunaan lahannya, dimana penggunaan lahan
terbesar pada kedua kecamtan ini adalah pemukiman.

4. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil skenario tinggi gelombang tsunami H0 7 meter dan 10 meter,
maka kecamatan yang paling berdampak adalah Kecamatan Ampenan dan
Kecamatan Sekarbela.
2. Dengan mengetahui informasi potensi risiko bencana tsunami pada kota mataram,
pemerintah dapat melakukan upaya mitigasi untuk mengurai risiko secara
struktural dan non struktural, sedangkan bagi masyarakat mampu mengenali
daerahnya sehingga diharapkan masyarakat selalu waspada dan mampu
menghindar saat bencana tiba sehingga dapat meminimalisasi korban jiwa

5. Daftar Pustaka
Desmonda, N.I. and Pamungkas, A., 2014. Penentuan Zona Kerentanan Bencana
Gempa Bumi Tektonik di Kabupaten Malang Wilayah Selatan. Jurnal Teknik ITS, 3(2),
pp.C107-C112.
Santius, S.H., 2015. Pemodelan Tingkat Risiko Bencana Tsunami Pada Permukiman Di
Kota Bengkulu Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Permukiman, 10(2),
pp.92-105.

Anda mungkin juga menyukai