Anda di halaman 1dari 14

MEDIA MEDIKA MUDA

Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015


Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico
Wibowo Bagus Saputra, Nahwa Arkhaesi, Moh. Syarofil Anam

PERBANDINGAN ANTARA RASIONALITAS PENGGUNAAN


ANTIBIOTIK PASIEN ANAK RAWAT INAP DENGAN
RAWAT JALAN DI PUSKESMAS HALMAHERA SEMARANG
Wibowo Bagus Saputra1, Nahwa Arkhaesi2, Moh. Syarofil Anam2
1
Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
2
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang -Semarang 50275, Telp. 02476928010

ABSTRAK
Latar belakang : Meningkatnya prevalensi penggunaan antibiotik yang tidak rasional di
berbagai bidang ilmu kedokteran termasuk ilmu kesehatan anak merupakan salah satu
penyebab timbulnya resistensi antibiotik. Puskesmas memiliki peranan penting sebagai
pelayanan kesehatan lini pertama untuk meningkatkan derajat kesehatan nasional di
Indonesia. Puskesmas baik rawat inap maupun rawat jalan dalam pelayanan kefarmasian
juga memberikan terapi antibiotik kepada pasien. Sehingga, diperlukan evaluasi rasionalitas
penggunaan antibiotik baik pasien rawat inap dan rawat jalan di puskesmas.
Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara rasionalitas
penggunaan antibiotik pasien anak rawat inap dan rawat jalan di puskesmas Halmahera
Semarang.
Metode : Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan desain cross sectional
pendekatan retrospektif. Subyek penelitian adalah catatan medik pasien anak pada rawat inap
dan rawat jalan sebanyak 200 catatan medik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
tahun 2013-2014 di puskesmas Halmahera Semarang. Rasionalitas penggunaan antibiotik
dinilai menggunakan kriteria Gyssen dan di-review oleh 3 orang ahli. Perbandingan antara
rasionalitas penggunaan antibiotik pasien anak rawat inap dan jalan menggunakan uji chi-
square.
Hasil :. Rasionalitas penggunaan antibiotik pasien anak rawat inap 78% dan rawat jalan 75%
tidak rasional. Pasien rawat inap 74% terdiagnosis tifoid dan 68% rawat jalan infeksi saluran
nafas atas. Antibiotik Amoksisillin adalah antibiotik terbanyak yang digunakan rawat inap
(41%) dan rawat jalan (80%). Secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna
(p=0,62) antara rasionalitas penggunaan antibiotik pasien anak rawat inap dengan rawat jalan.
Tetapi, berdasarkan masing-masing kriteria Gyssen terdapat perbedaan bermakna (p=0.00)
pada kategori rasionalitas golongan V (tanpa indikasi), IV D (ada antibiotik yang lebih
spesifik) dan IIA (tidak tepat dosis).
Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara rasionalitas penggunaan
antibiotik pasien anak rawat inap dan rawat jalan di puskesmas Halmahera Semarang.
Kata kunci : rasionalitas , rawat inap, rawat jalan

1597
MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1597-1610
MEDIA MEDIKA MUDA
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015
Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico
Wibowo Bagus Saputra, Nahwa Arkhaesi, Moh. Syarofil Anam

ABSTRACT
COMPARISON BETWEEN THE USE OF ANTIBIOTICS RASIONALITY CHILD
HOSPITAL PATIENT AND OUTPATIENT IN PUSKESMAS HALMAHERA
SEMARANG
Background: The increasing prevalence of antibiotic use over time which is not rational in
many fields of medicine including pediatrics is one of the causes of antibiotic resistance.
Puskesmas has an important role as a first-line health services to improve the national health
in Indonesian. Both inpatient and outpatient in Puskesmas provide antibiotic treatment to
patients in pharmacy service. Thus, evaluation of the rationality of the use of antibiotics both
inpatients and outpatients in the clinic is necessary to be done.
Objective: This study was conducted to compare between the rationality of antibiotic use for
inpatient and outpatient pediatric patients in Puskesmas Halmahera Semarang.
Methods: This study is an analytic observational study with cross sectional design using
retrospective approach. The subjects were 200 medical records of in inpatient and outpatient
pediatric patients that meet the criteria for inclusion and exclusion in Puskesmas Halmahera
Semarang at 2013-2014. The rationality of the use of antibiotics was assessed using criteria
Gyssens and reviewed by 3 experts. Chi-square test was used Comparison between the
rationality of antibiotic use for inpatient and outpatient pediatric.
Results: The irrationality of antibiotic use for inpatient pediatric patients is 78% and for
outpatient is 75%. The use of antibiotics which is no indication is 43% in inpatient and 66%
in outpatient subject. 74% of inpatients diagnosed with typhoid and 68% of outpatient
diagnosed upper respiratory tract infection. Amoxicillin is the most used antibiotics in both
inpatient(41%) and outpatient (80%). No statistically significant difference (p = 0.62)
between the rationality of antibiotic use for pediatric patients hospitalized with outpatient.
However, based on each criterion Gyssen significantly different (p = 0.00) in the category of
rationality class V (without indication), IV D (there are more specific antibiotics) and IIA (not
appropriate dose).
Conclusions: There was no significant difference (p = 0.62) between the rationality of
antibiotic use for inpatient and outpatient pediatric patients in Puskesmas Halmahera
Semarang.
Keywords: rationality, inpatient, outpatient

PENDAHULUAN
Antibiotik merupakan obat yang sering diberikan dalam menangani penyakit infeksi.
Resistensi bakteri terhadap antibiotik merupakan tantangan besar terhadap penyembuhan pada
penyakit infeksi.1,2 Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% penggunaan antibiotik
tidak tepat yang seharusnya tidak menggunakan antibiotik dalam penatalaksanaanya.3 WHO
juga menyatakan bahwa sebanyak 13-37 % pasien dirumah sakit negara maju mendapat
antibiotik dan 30-80 % pasien dirumah sakit negara berkembang mendapat terapi antibiotik.4
1598
MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1597-1610
MEDIA MEDIKA MUDA
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015
Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico
Wibowo Bagus Saputra, Nahwa Arkhaesi, Moh. Syarofil Anam

Pengunaan yang berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama dapat menurunkan angka
efektifitas antibiotik, meningkatkan biaya pelayanan kesehatan dan memiliki konsekuensi
negatif bagi individu berupa munculnya efek yang tidak diharapkan.5
Meningkatnya prevalensi penggunaan antibiotik yang tidak rasional di berbagai
bidang ilmu kedokteran termasuk ilmu kesehatan anak merupakan salah satu penyebab
timbulnya resistensi antibiotik yang di dapat.6,7 Antibiotik yang digunakan untuk orang
dewasa belum tentu tepat jika diberikan kepada anak karena absorbsi, distribusi, metabolisme
, eksresi obat termasuk antibiotik pada anak berbeda dengan dewasa dan tingkat kematangan
organ juga berbeda dengan dewasa sehingga dapat terjadi perbedaan respon terapeutik dan
efek samping yang ditimbulkan8,9.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan di RSUP.Dr. Kariadi
yang merupakan pelayanan kesehatan tingkat sekunder dan/atau tersier menunjukkan bahwa
terdapat ketidaksesuaian penggunaan antibiotik baik secara kualitas maupun kuantitas dalam
penggunaan antibiotik.10,11,12
Pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini dibagi atas sistem rujukan berjenjang yang
diatur dalam pedoman pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang terdiri atas
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang terdiri dari puskesmas, praktik dokter,
praktik dokter gigi, klinik pratama, rumah sakit kelas D pratama atau yang setara dan fasilitas
kesehatan rujukan tingkat lanjutan yang terdiri dari klinik utama atau yang setara, rumah sakit
umum dan rumah sakit khusus.13
Pusat Kesehatan Masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama.14 Berdasarkan data dinas kesehatan Indonesia pada Juni 2014 sebanyak 9.719
puskesmas tersebar diseluruh Indonesia. 874 puskesmas di Jawa Tengah. 25 puskesmas
dikabupaten Semarang dan 37 puskesmas di kota Semarang yang terdiri dari 13 puskesmas
dengan perawatan dan 24 puskesmas tanpa perawatan.15,16
Puskesmas baik rawat inap maupun rawat jalan dalam pelayanan kefarmasian juga
memberikan terapi antibiotik kepada pasien .14 Sehingga, potensi terjadinya resistensi
terhadap antibiotik dapat terjadi kepada pasien puskesmas.Namun, penelitian mengenai
1599

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1597-1610


MEDIA MEDIKA MUDA
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015
Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico
Wibowo Bagus Saputra, Nahwa Arkhaesi, Moh. Syarofil Anam

rasionalitas penggunaan antibiotik di puskesmas belum banyak dilakukan. Untuk itu perlu
dilakukan penelitian rasionalitas penggunaan antibiotik pasien anak rawat inap dan rawat
jalan khususnya pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yakni puskesmas.
Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana perbandingan antara rasionalitas
penggunaan antibiotik pasien anak rawat inap dan rawat jalan di peskesmas Halmahera
Semarang?” sehingga penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui rasionalitas
penggunaan antibiotik pasien anak rawat inap dan rawat jalan serta mengetahui perbandingan
antara rasionalitas penggunaan antibiotik pasien anak rawat inap dan rawat jalan di puskesmas
Halmahera Semarang.

METODE
Penelitian ini dilakukan dengan metode observasional analitik dengan desain cross
sectional pendekatan retrospektif. Penelitian ini dilakukan di instalasi catatan medik
puskesmas Halmahera Semarang. Waktu penelitian dimulai dari bulan Januari 2015 sampai
Juni 2015.
Subyek dalam penelitian ini adalah catatan medik pasien anak pada rawat inap dan
rawat jalan tahun 2013-2014 di puskesmas Halmahera Semarang.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah catatan medik pasien anak rawat inap dan rawat
jalan di puskesmas Halmahera Semarang berumur 0 - 18 tahun 2013-2014 dan menerima
antibiotik. Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah catatan medik pasien tidak
lengkap.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan random sampling.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah rawat inap dan rawat jalan. Adapun variabel
tergantung dalam penelitian ini adalah rasionalitas penggunaan antibiotik.
Alat dalam penelitian ini adalah alur kriteria dari Gyssen. Dengan alur penelitian
pertama pengumpulan catatan medik pasien anak rawat inap dan rawat jalan kemudian
diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi kemudian di nilai dengan kriteria Gyssen
dan di review oleh tiga orang ahli kemudian data dianalisis.

1600

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1597-1610


MEDIA MEDIKA MUDA
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015
Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico
Wibowo Bagus Saputra, Nahwa Arkhaesi, Moh. Syarofil Anam

HASIL PENELITIAN
Selama penelitian yang dilakukan di puskesmas Halmahera Semarang yang dimulai
pada bulan januari-juni 2015 didapatkan 200 catatan medis yang terdiri dari 100 subyek
catatan medis pasien anak rawat inap dan 100 rawat jalan.
Tabel.1 Kriteria Subyek Penelitian
No Variabel Rawat Inap Rawat Jalan p
n=100 n=100
1 Usia(tahun) (median±SB) 10±3,82 3,00±1,56 0.00*
2 Jenis Kelamin 0.88**
Laki-laki 58 59
Perempuan 42 41
*Uji Mann Whitney
**Uji Chi-Square
Tabel.2 Perbedaan Rasionalitas Penggunaan Antibiotik
No Variabel Rawat Inap Rawat Jalan P
n=100 n=100
1 Rasionalitas 0.62**
Rasional 22 25
Tidak Rasional 78 75
2 Kategori Rasionalitas 43 Tanpa 66 Tanpa
Paling banyak Indikasi indikasi

Perbedaan tidak bermakna antara rasionalitas penggunaan antibiotik pasien anak rawat
inap dan rawat jalan di puskesmas Halmahera Semarang.

1601

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1597-1610


MEDIA MEDIKA MUDA
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015
Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico
Wibowo Bagus Saputra, Nahwa Arkhaesi, Moh. Syarofil Anam

Tabel.3 Perbandingan Antara Kategori Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pasien Anak


Rawat Inap dan Rawat Jalan
No Golongan Frekuensi Frekuensi p
Rawat Inap Rawat Jalan
n=100 n=100
1 V (Tanpa Indikasi) 43 66 0.00**
2 IV A (Ada antibiotik 0 3 0.12****
yang lebih efektif)
3 IV D (Ada antibiotik 16 0 0.00**
yang lebih spesifik)
4 IIIB (Pemberian 0 1 0.49****
Terlalu Singkat)
5 IIB (Tidak tepat 1 2 0.62****
interval)
6 IIA (Tidak tepat dosis) 18 2 0.00**

7 I (Timing tidak tepat) 0 1 0.49****


****Fisher’s exact test

Terdapat perbedaan yang bermakna (p=0.00) pada kategori rasionalitas kategori V


(tanpa indikasi), IV D (ada antibiotik yang lebih spesifik) dan IIA (tidak tepat dosis) antara
pasien anak rawat inap dan rawat jalan di puskesmas Halmahera semarang.
Berdasarkan tabel 4 dan 5 diketahui bahwa terdapat perbedaan diagnosis terbanyak pada
pasien anak rawat inap 74% tifoid dan jalan 40% Faringitis Akut.
Berdasarkan tabel 6 didapatkan kesimpulan bahwa Antibiotik amoksisillin merupakan jenis
antibiotik yang paling banyak digunakan 41% penggunaan dalam rawat inap dan 80%
penggunaan dalam rawat jalan.

1602
MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1597-1610
MEDIA MEDIKA MUDA
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015
Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico
Wibowo Bagus Saputra, Nahwa Arkhaesi, Moh. Syarofil Anam

Tabel.4 Diagnosis Pasien Anak Rawat Inap Berdasarkan Hasil Catatan Medis
No Diagnosis Frekuensi Jumlah Persen
n=100 (%)
1 Tifoid 74 74
2 Trombositopenia 8 82
3 Observasi Vebris 7 89
4 ISPA takterklasifikasi 3 92
5 Komplikasi awal trauma 2 94
6 Suspek DHF 2 96
7 Diare 1 97
8 Kejang Demam 1 98
9 Anemia 1 99
10 Demam Singapore 1 100

Tabel.5 Diagnosis Pasien Anak Rawat Jalan Berdasarkan Hasil Catatan Medis
No Diagnosis Frekuensi Jumlah Persen
n=100 (%)
1 Faringitis Akut 40 40
2 ISPA 10 50
3 Pnemonia Viral 9 59
4 Konjungtivitis 6 65
5 Tonsilitis Akut 5 70
6 Demam 5 75
7 ISPA takterklasifikasi 4 79
8 Tifoid 3 82
9 Gastroentritis 2 84
10 Campak 2 86
11 Shigellosis 2 88
12 Pruritus 2 90

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1597-1610


MEDIA MEDIKA MUDA
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015
Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico
Wibowo Bagus Saputra, Nahwa Arkhaesi, Moh. Syarofil Anam

13 Mikosis superfisial 2 92
4 Observasi Vebris 1 93
15 Abses pulpa 1 94
16 Otitis media supuratif 1 95
17 Infeksi local kulit 1 96
18 Diare 1 97
19 Limfadenitis 1 98
takterklasifikasi
20 Pneumonia Viral 1 99
21 Varicella 1 100
Total 100

Tabel.6 Penggunaan Jenis Antibiotik Hasil Catatan Medis


No Jenis Antibiotik Rawat Inap Rawat Jalan
n=100 n=100
1 Amoksisillin 41 80
2 Chloramfenicol 21 3
3 Cotrimoksasol 3 12
4 Ampicillin 33 -
5 Cetriaxon 1 -
6 Cefixime 1 -
7 Oksitetrasiklin - 3
8 Eritromisin - 1
9 Metronidazole - 1
Total 100 100

1604
MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1597-1610
MEDIA MEDIKA MUDA
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015
Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico
Wibowo Bagus Saputra, Nahwa Arkhaesi, Moh. Syarofil Anam

Tabel 7 Rute Penggunaan Antibiotik


Rute Antibiotik Rawat Inap Rawat Jalan P
n=100 n=100
Injeksi 68 (34%) 1 (0.5%) 0.00***
Oral 31 (15.5%) 95 (47.5%)
Topikal 1 (0.5%) 4 (2%)
Total 100 100
***Uji Kolmogorov-Smirnov

PEMBAHASAN
Penilaian rasionalitas penggunaan antibiotik dilakukan dengan menggunakan alur
kriteria Gyssens, dkk (2001) yang terbagi berdasarkan kategori rasionalitas dari golongan 0-
VI yang dinyatakan dalam presentase.17,18 Secara statistik tidak terdapat perbedaan yang
bermakna (p=0,62) antara rasionalitas penggunaan antibiotik pasien anak rawat inap dengan
rawat jalan di puskesmas Halmahera semarang. Namun, berdasarkan uji beda terhadap
masing-masing kategori rasionalitas penggunaan antibiotik berdasarkan kriteria Gyssen
didapatkan perbedaan yang bermakna (p=0.00) pada kategori rasionalitas golongan V (tanpa
indikasi) ini menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik tanpa indikasi lebih besar pada rawat
jalan dibandingkan dengan rawat inap. Perbedaan bermakna (p=0.00) juga terdapat pada
kategori IV D (ada antibiotik yang lebih spesifik) yang menunjukkan bahwa pasien rawat
jalan lebih baik dalam pemilihan alternatif penggunaan antibiotik. Perbedaan bermakna
(p=0.00) pada kategori IIA (tidak tepat dosis) antara pasien anak rawat inap dan rawat jalan di
puskesmas Halmahera semarang hal ini menunjukkan bahwa pasien rawat jalan lebih tepat
menerima pengobatan antibiotik dibandingkan dengan rawat inap yang memiliki kesalahan
lebih besar dalam pemberian dosis antibiotik.
Penelitian sejenis yang dilakukan di rumah sakit RSUP Dr Kariadi pada bangsal anak
perawatan kelas 3 dan non kelas 3 pasien demam didapatkan hasil 57,9% pasien anak
mendapat terapi antibiotik secara rasional.19 Sedangkan penelitian lainya yang juga dilakukan
di RSUP Dr Kariadi mengenai rasionalitas penggunaan antibiotik pasien anak kelas 3 periode
1605

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1597-1610


MEDIA MEDIKA MUDA
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015
Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico
Wibowo Bagus Saputra, Nahwa Arkhaesi, Moh. Syarofil Anam

Agustus-Desember 2011 dengan jumlah subyek penelitian 71 didapatkan bahwa sebanyak


68.7 % penggunaan antibiotik secara rasional20. Akan tetapi, penelitian ini tidak dapat
dibandingkan dengan kedua penelitian diatas karena perbedaan subyek dan tempat penelitian.
Permasalahan terbesar dalam penggunaan antibiotik dalam penelitian ini bukan
karena kesalahan dalam dosis, lama pemberian, rute pemberian atau masalah harga dari
antibiotik. Melainkan kesalahan dalam hal pertama yakni tidak tepat indikasi dalam
pemberian antibiotik. Hasil kategori rasionalitas sebagian besar menunjukkan bahwa
ketidaktepatan dalam indikasi pemberian antibiotik menyebabkan ketidakrasionalan
penggunaan antibiotik sebanyak 43% pada rawat inap dan 66% pada rawat jalan. Hasil serupa
juga didapatkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Farida (2005) tentang kualitas
penggunaan antibiotik pada pasien demam pra dan pasca pelatihan dokter tentang antibiotik
di RSUP Dr Kariadi didapatkan sebanyak 23.4% tidak tepat indikasi pemberian antibiotik
pasca pelatihan. Hal ini juga menjadi faktor terbesar dari penyebab ketidak rasionalan dalam
penggunaan antibiotik di rumah sakit Dr Kariadi.21
Penelitian oleh tim AMRIN fase 1 (2003) juga menyebutkan bahwa pemberian
antibiotik tanpa indikasi sebesar 25-46%. Perbedaan presentase ketidaktepatan dalam indikasi
penggunaan antibiotik antara hasil dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
dimungkinkan karena perbedaan tempat penelitian dan pemberi antibiotik. Pada penelitian ini
dilakukan di puskesmas yang merupakan layanan primer dan dokter umum sebagai pemberi
antibiotik. Sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan di rumah sakit yang merupakan
fasilitas kesehatan tingkat sekunder dan/atau tersier yang pelayanan kesehatan dilakukan oleh
dokter spesialis dan sup-spesialis.
Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa penggunaan
antibiotik dapat dipengaruhi oleh faktor pembuat resep, pembuat obat dan pasien. Faktor
penentu penggunaan obat oleh pembuat resep dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
tentang penggunaan antibiotik yang tepat, ketersediaan sarana diagnostik dan pemeriksaan
penunjang, permintaan pasien, promosi obat, ketersediaan obat dan tingkat supervisi.6,22,23
Sehingga, pelatihan merupakan faktor yang berperan dalam perbaikan kualitas penggunaan
antibiotik pada kasus-kasus pemberian antibiotik tanpa adanya indikasi yang jelas. Sesuai
1606

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1597-1610


MEDIA MEDIKA MUDA
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015
Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico
Wibowo Bagus Saputra, Nahwa Arkhaesi, Moh. Syarofil Anam

dengan hasil penelitian oleh farida bahwa terjadi perubahan proporsi kualitas penggunaan
antibiotik yang bermakna pada kedua fase yaitu pada fase pasca pelatihan proporsi antibiotik
yang diresepkan tanpa indikasi berkurang dari 37,7% menjadi 21,8%.21
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat perbedaan bermakna (p=0,00)
antara usia pasien anak rawat inap dengan rawat jalan yang mendapat terapi antibiotik. Hasil
penilaian usia menggunakan nilai median , didapatkan bahwa usia pasien rawat inap adalah
10 tahun dan rawat jalan 3 tahun. Penelitian sejenis yang pernah dilakukan di Benin dengan
subjek 1630 catatan medik menunjukkan terdapat hubungan antara usia anak dengan
penggunaan antibiotik. Anak yang berusia >5 tahun lebih sering mendapatkan antibiotik.24
Dignosis tifoid (74%) merupakan diagnosis terbanyak pada pasien anak rawat inap.
Sedangkan, diagnosis terbanyak pada pasien anak rawat jalan adalah ISPA 68%. Makanan
dan minuman yang terkontaminasi merupakan mekanisme transmisi kuman Salmonella,
termasuk Salmonella typhi. Berdasarkan catatan medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS
Cipto Mangunkusumo terdapat tidak kurang dari 50 pasien/tahun demam tifoid memerlukan
perawatan.1,23,25 Antibiotik yang digunakan sabagai lini pertama adalah kloramfenikol,
amoksisillin atau ampisillin. Tetapi, dalam penelitian ini sebagian besar diagnosis tifoid
diberikan antibiotik ganda yaitu amoksisillin injeksi dan kloramfenikol oral. Hal ini
menyebabkan antibiotik amoksisillin (41%) dan kloramfenikol (21%) merupakan antibiotik
terbanyak yang digunakan. Hal ini tidak sesuai dengan panduan praktik klinis kedokteran di
layanan primer yang keluarkan oleh kementrian kesehatan Republik Indonesia no 5 tahun
2014.26
Permasalahan tentang pemberian obat yang berlebihan pada pasien ISPA merupakan
masalah umum di Indonesia. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah obat yang
diberikan cenderung berlebih terutama obat antibiotik dan steroid. Berbagai studi juga
menunjukkan bahwa ISPA umumnya disebabkan oleh virus dan dapat sembuh sendiri
sehingga penggunaan antibiotik tidak diperlukan.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya tingkat pengetahuan dokter
dan tenaga kesehatan lain mengenai penggunan antibiotik belum diketahui sebelumnya.
Sehingga, ketidakrasionalitasan pemberian antibiotik oleh pemberi resep terkait pengetahuan
1607

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1597-1610


MEDIA MEDIKA MUDA
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015
Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico
Wibowo Bagus Saputra, Nahwa Arkhaesi, Moh. Syarofil Anam

terhadap penggunaan antibiotik belum bisa diketahui oleh penulis. Penilaian rasionalitas
penggunaan antibiotik baru dilakukan hanya pada satu puskesmas saja. Sehingga, belum bisa
menggambarkan secara keseluruhan kondisi puskesmas diseluruh Indonesia.

KESIMPULAN
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah rasionalitas penggunaan antibiotik pasien anak
rawat inap 22% rasional dan 78% tidak rasional. Rasionalitas penggunaan antibiotik pasien
anak rawat jalan 25% rasional dan 75% tidak rasional. Perbedaan tidak bermakna (p=0.62)
antara rasionalitas penggunaan antibiotik pasien anak rawat inap dengan rawat jalan di
puskesmas Halmahera Semarang.

SARAN
Saran dalam penelitian ini adalah perlu adanya pelatihan dan pengawasan terhadap
pemberian antibiotik yang berkelanjutan untuk meningkatkan rasionalitas penggunaan
antibiotik di puskesmas. Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan dokter terhadap penggunaan antibiotik di
layanan puskesmas.

UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kekuatan dan ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan akhir hasil penelitian karya tulis ilmiah. Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Nahwa Arkhaesi, M.Si,
Med.Sp.A, dr. Moh Syarofil Anam, M.Si, Med. Sp.A yang memberi bimbingan dan saran
dalam pembuatan karya tulis ini. Keluarga penulis bapak Gunawan, ibu Iswanti dan kedua
adik saya Retno Kurnia Wati dan Wisnu Taufik Hidayat yang telah memberikan doa, motivasi
dan dukungan selama pebuatan karya tulis kepada penulis.Serta sahabat-sahabat penulis yang
memberi dukungan serta motivasi kepada penulis.

1608

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1597-1610


MEDIA MEDIKA MUDA
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015
Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico
Wibowo Bagus Saputra, Nahwa Arkhaesi, Moh. Syarofil Anam

DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Penggunaan Antibiotik pada Anak. Semarang: Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK UNDIP/RSUP Dr Kariadi, 2010.
2. Bisht R, Katiyar A, Singh R. Antibiotic Resistance –A Global Issue of Concern. Asian
Journal of Pharmaceutical and Clinical Research. 2009;2(2).
3. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta: 2011.
4. World Health Organization Medicine Use in Primary Care and Developing Countries.
Geneva 2009.
5. World Health Organization The World Medicines Situation : Rational Use of Medicines.
In: Organisation WH, editor. Geneva2011b.
6. Hadi U, Duerink DO, Lestari ES, Nagelkerke NJ, Werter S, Keuter M, et al. Survey of
antibiotic use of individuals visiting public healthcare facilities in Indonesia.
International Journal of Infectious Diseases. 2008;12(6):622-9.
7. Medical Pharmacology at a Glance, Edisi 5 (2006).
8. Shea K, Florini K, Barlam T. When wonder drugs don't work : how antibiotic resistance
threatens children, seniors and the mdically vulnerable. Washington Enviromental
Defense. 2001:5-27.
9. Chavez-Bueno S, Stull TL. Antibacterial agents in pediatrics. Infectious disease clinics
of North America. 2009;23(4):865-80.
10. AMRIN. Penggunaan Antibiotik di RS Dr Soetomo Surabaya dan RSUP Dr Kariadi.
study group Semarang. 2005
11. S N. Rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien rawat inap di bagian Ilmu Penyakit
Dalam RSUP Dr. Kariadi Periode Agustus- Desember 2008dan mortalitas Diponegoro;
2009
12. Dertarani V. Kajian rasionalitas penggunaan antibiotik di Bagian Ilmu Bedah RSUP Dr.
Kariadi Periode Agustus- Desember 2008 Universitas Diponegoro; 2009.
13. Mentri Kesehatan Republik Indonesia Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan
Nasional. In: Kesehatan, editor. Jakarta2014.
14. Mentri Kesehatan Republik Indonesia Pusat Kesehatan Masyarakat. In: Kesehatan,
editor. Jakarta2014.
15. Daftar Puskesmas di Indonesia. Jakarta: Dinas Kesehatan Republik Indonesia, 2014.
16. Rekapitulasi Puskesmas Kabupaten Kota Semarang In: Semarang DKK, editor.
Semarang2015.
17. Gyssen IC.Quality measures of antimicrobial drug use. International journal of
antimicrobial Agents.2001;17(1):9-19
18. MeerJWM Van Der, Gyssens IC. Quality of antimicrobial drug prescription in
hospital.2001;7:12-5
19. Monica W. Perbedaan kualitas penggunaan antibiotic pada anak dengan demam tifoid
dikelas III dan non kelas III.Semarang:Fakultas Kedokteran Undip;2013
20. Febiana T, Hapsari M, Hapsari R. Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik di Bangsal
Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode Agustus-Desember 2011: Fakultas
Kedokteran; 2012

1609
MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1597-1610
MEDIA MEDIKA MUDA
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015
Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico
Wibowo Bagus Saputra, Nahwa Arkhaesi, Moh. Syarofil Anam

21. Farida H. Kualitas penggunaan antibiotik pada pasien demam Pra dan Pascapelatihan
Dokter tentang Penggunaan Antibiotik yang Tepat di Bagian Kesehatan Anak RS Dr.
Kariadi Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro; 2005
22. Technical S, Series P. The role of education in the rasional use of medicines.2006
23. Ahr Q.Closing the Quality Gap: A Critical Analysis use of Inprovment
Strategies.2006;4(9)
24. Allen CH. Fever without a source in children 3 to 36 months of age: UpToDate, 2014.
25. Staf Pengajar FK UI. Buku ajar mikrobiologi kedokteran. Revisi. Jakarta : Binapura
Aksara Publisher;2005
26. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 5 Tahun 2014.Panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.Jakarta

1610
MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1597-1610

Anda mungkin juga menyukai