Anda di halaman 1dari 16

TEORI PERANAN LEMBAGA HISBAH DALAM

MENGATUR BISNIS

KELOMPOK 11
ANDIKA SEPRIYADI (1711140001)
DWI SETIAWATI (1711140008)
DIANA FEBRIANTI (1711140006)

Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam


IAIN Bengkulu

Abstrak
Islam tidak menganjurkan umatnya untuk mementingkan urusan dunia
atau akhirat saja, namun keduanya harus sejajar yaitu dengan memanfaatkan dunia
ini untuk mencapai kebahagiaan diakhirat kelak. Selain memberikan kebebasan
kepada pemeluknya untuk melakukan usaha bisnis, islam juga memberikan
beberapa prinsip dasar dalam melakukan usaha bisnis yaitu: kesatuan,
keseimbangan, kehendak, kehendak bebas, tanggungjawab dan kebenaran yang
mencangkup kebijakan dan kejujuran.
Hisbah adalah sebuat institusi keagamaan dibawah kendali pemerintah
yang mengawasi masyarakat agar menjalankan kewajibannya dengan baik, ketika
masyarakat mulai untuk mengacuhkannya dan melarang masyarakat melakukan
hal yang salah, saat masyarakat mulai terbiasa dengan kesalahan itu. Tujuan
umunya adalah untuk menjaga lingkungan masyarakat dari kerusakan, ,menjaga
takdir yang ada, dan memastikan kesejahteraan masyarakat baik dalam hal
keagamaan ataupun tingkah laku sehari-hari sesuai dengan hukum Allah.

Kata kunci: Hisbah, Bisnis Islam


PENDAHULUAN

Hisbah adalah sebuah kata yang saya yakin agak ganjil bagi sebagian
besar masyarakat Indonesia. Walaupun, mayoritas penduduknya adalah beragama
Islam. Sebenarnya, hisbah adalah sebuah kata yang tak asing terdengar di pelosok
barat Indonesia, yaitu di Aceh dan diberbagai negara Islam lainnya.
Hisbah adalah sebuah institusi keagamaan di bawah kendali pemerintahan
yang mengawasi masyarakat agar menjalankan kewajibannya dengan baik, ketika
masyarakat mulai untuk mengacuhkannya dan melarang masyarakat melakukan
hal yang salah, saat masyarakat mulai terbiasa dengan kesalahan itu. Tujuan
umumnya adalah untuk menjaga lingkungan masyarakat dari kerusakan, menjaga
takdir yang ada, dan memastikan kesejahteraan masyarakat baik dalam hal
keagamaan ataupun tingkah laku sehari-hari sesuai dengan hukum Allah.
Upaya Negara untuk mejamin kemaslahatan, keadilan, dan permainan
jujur disemua lini kehidupan direfleksikan dalam institusi hisbah. Tujuan dibalik
hisbah tidak hanya memungkinkan pasar dapat beroperasi dengan bebas sehingga
harga, upah, dan laba dapat ditentukan oleh kekuasaan permintaan dan penawaran
(yang terjadi juga di negara kapitalis ), melainkan juga untuk menjamin bahwa
semua agen ekonomi dapat memenuhi tugasnya antara satu dengan yang lain dan
mematuhi ketentuan syariat. Setiap tindakan kehati-hatian perlu diambil untuk
menjamin bahwa tidak ada pemaksaan, penipuan, pemanfaatan kesempatan dalam
kesempitan, atau pengabaiaan terhada pihak yang melakukan akad, dan tidak ada
penimbunan dan perusakan pasokan dengan tujuan menaikkan harga.
PEMBAHASAN

A. Teori Peranan Lembaga Hisbah dalam Mengatur Bisnis


Seperti diketahui dalam sejarah Islam, terdapat suatu lembaga yang
dinamakan hisbah, yang tugasnya adalah memantau, mengawasi praktik-
praktik kegiatan perekonomian yang tidak sesuai dengan kaidah al-qur’an dan
Hadist. Lembaga ini dapat membimbing jalannya kehidupan masyarakat
kearah sesuai dengan al-qur’an dan Hadist. Sehingga masalah kemiskinan
dapat terpecahkan. Memang masalah kemiskinan adalah karena tidak
dilakukannya kegiatan perekonomian sebagaimana yang diatur dalam al-
qur’an dan Hadist.
Hisbah mempunyai peran yang sangat penting dalam Ekonomi (bisnis)
yaitu:1
1. Standarisasi Mutu yang cukup tinggi
Ketika ada Hisbah, maka masyarakat pedagang harus menyediakan
abarang terbaiknya, karena hisbah juga mengatur tentang mutu barang
yang ada di masyarakat. Ketika ada penipuan atau kecurangan mutu
barang yang dilakukan oleh produsen dan mendzalimi konsumen, maka
petugas hisbah siap bertindak. Kualitas barang harus sesuai dengan harga
yang di tetapkan produsen dan yang dijanjikan oleh produsen kepada
konsumen. Produsen pun tidak bisa menjiplak karya produksi lain, karena
dengan adanya peniruan dalam kaarya produksi akan menyebabkan
kerugian baik bagi produsen yang punya hak cipta atau bagi msyarakat
pengguna. Dan jelas, penjiplakan yang mendzolimi dilarang dalam islam
2. Regulasi perdagangan lebih teratur
Karena Hisbah mempunyai pengawas yang siap mengawasi setiap
kezaliman dalam perdagangan, maka masyarakat akan cenderung hati-hati
dalam berdagang. Apalagi ada dasar Al-Qur’an dan ketakutan yang tinggi
pada Allah menjadikan masyarakt lebih jujur dalam berdagang, lebih jujur

1
Huda, Nurul.Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2008, h.
46.
dalam menyediakan supply barang, tidak ada lagi penimbunan barang
yang membuat peningkatan harga di masyarakat. Sehingga kurva
permintaan dan penawaran akan selalu berada dalam kondisi Equilibrium.
Regulasi di tingkat birokrat juga lebih muda dan menguntungkan ketika
ada Hisbah. Karena Hisbah ada di bawah pemerintah, dan ketika ada orang
pemerintahan yang berani main api maka hukumannya akan lebih berat.
3. Terhindarnya ekonomi biaya tinggi
Dengan regulasi yang teratur, akan menyebabakn biaya yang
tercipta rendah! Karena tidak ada uang pungutan liar sana-sini yang biasa
di pungut oleh pihak birokrat ataupun orang-orang yang ingin mengambil
keuntungan diatas penderitaan orang lain.
4. Harga yang terbentuk di masyarakat tidak akan mendzalimi masyarakat.
bila suatu negara islam mempunyai hak untuk mengontrol dan
mengatur harga dan keuntungan monopoli. Dengan demikian harga-harga
maksimum dapat diatur. Kalau perlu nasionalisasi dari perusahaan yang
mempuntai hak monopolli dilindungi sebagai langkah ekstrim karena
menurut Al-qur’an seorang pemilik yang sah dari perusahaan bukanlah
satu-satunya orang yang bisa menggunakannnya. Mereka yang
memerlukan semua kekayaannya adalah karunia Allah dan diperoleh
melalui penggunaan sumber-sumber yang telah dianugerahkan Tuhan
untuk kepentingn umat manusia (Qs. Adz. Dzariyat, 51:20). Dengan
adanya Hisbah akan ada pelindung masyarakat dari harga yang mencekik
yang umumnya dilakukan oleh perusahaan yang bermain secara monopoli.
Atau sebaliknya, Muhtasib juga bisa mencegah seseorang atau perusahaan
yang masuk ke pasar dengan harga yang sangat rendah sehingga
merugikan pemain lain yang ada dalam pasar tersebut. Bahkan dengan
adanya biaya relative rendah dalam produksi harus menyebabkan produsen
memberikan harga yang wajar.2
5. Kesejahteraan Masyarakat akan lebih merata

2
Huda, Nurul.Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2008, h.
47.
Ketika barang yang dibutuhkan amsyarakt hadir secara cukup
dengan harga yang layak, akan membuat masyarakat jauh dari kemiskinan
dan dkat dengan kesejahteraan. Pendapatan dan kepemilikan barang akan
cenderung merata atau distribusi merata. Sehingga gap atau kecemburuan
sosial dapat di cegah dan sangat sedikit presentasenya,bahkan nol.
6. Perdagangan di dunia Internasional lebih menguntungkan
Karena kita memiliki barang yang baik dan berkualitas, cara yang
baik dalam berdagang, maka kita akan lebih mudah dalam mendapatkan
keuntungan di dunia Internasional, karena memang fitrah manusia
menyukai jika di berikan yang terbaik.
7. Kecerdasan masyarakat dalam ekonomi
Yang berperan di Hisbah tidak hanya petugas hisbah saja, namun
juga masyarakat umum. Karena pengaduan akan kedzoliman bisa saja di
lakukan oleh masyarakat umut. Secara tidak langsung, masyarakat dibaut
untuk lebih punya pemahaman dalam hal ekonomi dan bisnis, agar tidak
mudah untuk di dzolimi dan agar bisa membantu anggota masyarakat lain
yang sedang tedzolimi.3
8. Pemain yang berada di Perdagangan adalah yang terbaik
Ketika hal nomor 1-7 diats berlangsung denga baik, maka akan
sangat jelas terlihat oleh masyarakat siapa yang jujur dalam berdagang dan
siapa yang curang. Karena dalam hisbah sendiri, prinsip akuntabilitas dan
keterbukaan berjalan dengan baik seharusnya. Bagi yang curang, maka
akan ada hukuman baik dari pihak hisbah maupun hukuman moral dalam
masyarakat. Sehingga akhirnya, hanya yang terbaiklah yang bisa bertahan
dalam pasar. Di indonesia peluang Majelis Ulama Indonesia (MUI)
sebagai lembaga yang membimbing dan menjaga moral bangsa adalah
sangat penting. Oleh karena itu, peran MUI dalam ekonomi syariah juga
sangat penting. Banyak praktik ekonomi dan perdagangan yang belum
disinggung dalam fatwa-fatwa oleh MUI. Fatwa-fatwa MUI belakangan

3
Huda, Nurul.Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2008, h.
48.
ini lebih menekankan aspek moral serta fiqih di luar bidang ekonomi
walaupun bidang ini sekaarang mulai mendapat perhatian yang lebih besar
dibandingkan di masa lalu. Sekarang sudah ada Dewan Syariah Nasional.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka usaha untuk menghidupkan
lembaga hisbah dalam kegiatan perekonomian merupakan suatu hal perlu
dilakukan. Paling tidak dalam usaha untuk memperbaiki berbagai macam
praktik kegiatan perekonomian yang tidak sesuai dengan syariat.

B. Pengertian Hisbah, Kewenangan Lembaga Hisbah dalam mengatur


bisnis, dan Tugas Muhtasib
1. Definisi hisbah
Hisbah berasal dari bahasa arab, berakar kata ha-sa-ba yang
mempunyai makna cukup bervariasi, seperti memperhitungkan,
menafsirkan, mengkalkulasi, memikirkan, opini, pandangan dan lain lain.
Secara harfiah (etimologi) hisbah berarti melakukan suatu tugas dengan
penuh perhitungan.
Sedangkan secara singkat Imam Al-Mawardy mendefinisikan
bahwa secara etimologi berkisar pada memerintahkan kebaikan dan
mencegah kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar) sedangkan makna
terminology adalah memerintahkan kebaikan apabila ada yang
meninggalkannya dan melarang kemungkaran apabila ada yang
mengerjakannya.4
Hisbah adalah sebuah institusi keagamaan dibawah kendali
pemerintahan yang mengawasi masyarakat agar menjalankan
kewajibannya dengan baik, ketika masyarakat mulai untuk
mengacuhkannya dan melarang masyarakat melakukan yang salah, saat
masyarakat mulai terbiasa dengan kesalahan itu. Tujuan umunya adalah
untuk menjaga lingkungan masyarakat dari kerusakan, menjaga takdir
yang ada dan memastikan kesejahteraan masyarakat baik dalam hal

4
Antin Rakhmawati,Implementasi Lembaga Hisbah Dalam Meningkatkan Bisnis Islami,
Jurnal Malia, volume 7, Nomor 2, Juni 2016, h.316.
keagamaan ataupun tingkah laku sehari hari sesuai dengan hukum Allah
swt.
Al Hisbah adalah lembaga resmi negara yang diberi wewenang
untuk menyelesaikan masalah-masalah atau pelanggaran ringan yang
menurut sifatnya tidak memerlukan proses peradilan untuk
menyelesaikannya. Menurut Al Mawardi kewenangan lembaga Hisbah ini
tertuju kepada tiga hal yakni pertama: dakwaan yang terkait dengan
kecurangan dan pengurangan takaran atau timbangan, kedua: dakwaan
yang terkait dengan penipuan dalam komoditi dan harga seperti
pengurangan takaran dan timbangan di pasar, menjual bahan makanan
yang sudah kadaluarsa dan ketiga: dakwaan yang terkait dengan
penundaah pembayaran hutang padahal pihak yang berhutang mampu
membayarnya.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa kekuasaan al hisbah ini
hanya terbatas pada pengawasan terhadap penunaian kebaikan dan
melarang orang dari kemunkaran. Menyuruh kepada kebaikan terbagi
kepada tiga bagian, akni pertama : menyuruh kepada kebaikan yang terkait
dengan hak-hak Allah misalnya menyuruh untuk melaksanakan sholat
jum’at jika ditempat tersebut sudah cukup orang untuk melaksanakannya
dan menghukum mereka jika terjadi ketidak beresan ada penyelenggaraan
shlat jum’at tersebut
Hisbah dapat diartikan sebagai lembaga normative preventif karena
fungsi landasan isi pokoknya adalah menghimbau agar masyarakat
melakukan kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Namun demikian
wilayah fungsi control ini tidak sebatas bidang agama dan moral. Tetapi
menurut Muhammad Al-Mubarak melebar ke wilayah ekonomi dan secara
umum bertalian kehidupan kolektif atau public untuk mencapai keadilan
dan kebenaran menurut prinsip islam dan dikembangkan menjadi
kebiasaan umum pada suatu waktu dan tempat.
Berdasarkan definisi tersebut, setidaknya ada tiga poin penting
mengenai institusi hisbah yaitu:
a. Bahwa hisbah adalah sebuah lembaga (departemen) yang secara
khusus dibentuk oleh pemerintah.
b. Tugas utamanya adalah melakukan amar makruf nahi munkar.
c. Tugas hisbah yang lebih spesifik adalah mengawasi berbagai kegiatan
ekonomi dipasar, menjaga mekanisme pasar berjalan normal dan tidak
terdistorsi dan melakukan tindakan korektif ketika terjadi distorsi
pasar.5
2. Landasan Hukum
a. AL-Qur’an surat Ali Imron ayat 104
   
  
 
   
  
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf
dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang
yang beruntung.” (Q.S Al-Imran: 104)

b. Al-Qur’an surat An-Nahl Ayat 90


   
 
  
  
  
  

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan

5
Antin Rakhmawati,Implementasi Lembaga Hisbah Dalam Meningkatkan Bisnis Islami,
Jurnal Malia, volume 7, Nomor 2, Juni 2016, h.317.
Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.” (Q.S An-Nahl: 90)
c. Rasulullah bersabda :
“Barang siapa yang melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan
tangannya. Jika ia tidak bisa, maka rubahlah dengan mulutnya. Jika ia
tidak bisa juga, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah
lemahnya iman.
Diriwayatkan oleh Anas:
Dari Abu Hurairah Bahwa seseorang datang seraya
mengatakan “Wahai rasulullah patoklah harga!” Beliau menjawab,
“Biarkanlah.” Kemudian datanglah seseorang (yang lain) lalu
mengatakan : “Wahai Rasulullah, patoklah harga!” Beliau pun
menjawab, “Tetapi Allah lah yang menurunkan dan menaikkan
(harga). Sungguh saya berharap bertemu Allah dalam keadaan tidak
seorang pun yang memiliki tuntutan kezoliman kepadaku!. (HR. Abu
daud, Ath-thabrani dan Asy-Syaukani dalam nailur autar).6
Di Indonesia dalam kaitannya dengan masalah pengawan
dalam bidang bisnis, apabila mengacu pada perundang undangan yang
berlaku, antaralain diatur dalam undang undang RI Nomor 5 Tahun
1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat. Selanjutnya juga dalam undang undang Republik Indonesia No
8 Tahun 1999 tentang perlindunga konsumen. Fungsi pengawasan
yang diatur dalam ledua undang undang ini menitik beratkan pada
masalah pengawasan dalam bidang bisnis dengan maksud agar
kepentingan masyarakat, terutama konsumen, bisa terlindungi. Dengan
demikian, dilihat dari fungsi pokok yang dibebankan, secara
substansial sama dengan fungi pengawasan dalam institusi hisbah
dalam islam.

6
Antin Rakhmawati,Implementasi Lembaga Hisbah Dalam Meningkatkan Bisnis Islami,
Jurnal Malia, volume 7, Nomor 2, Juni 2016, h.320.
Dengan adanya paying hukum yang menjamin kepastian
hukum bagi masyarakat, maka para penegak hukum tidak akan merasa
ragu dalam menjalankan tugasnya dalam upaya melindungi semua
keentingan masyarakat. Inilah sebenarnya Ruh kelahiran institusi
Hisbah dalam islam yang secara substansial sebenarnya mempunyai
tujuan yang sama dengan perundang undangan Nasional yakni sama
sama ingin melindungi kepentingan masyarakat dari perilaku serakah
sekelompok orang dalam belantara dunia usaha.
3. Pengertian dan Syarat-syarat Muhtasib
Pejabat yang memegang jabatan di lembaga ini disebut Muhtasib. Dimana
yang berhak menjabat fungsi ini adalah orang-orang yang memiliki
integritas moral yang tinggi serta memiliki kemampuan dan ilmu
pengetahuan dalam bidang hukum, pasar dan urusan bisnis7. Seorang
Muhtasib dapat juga dikatakan sebagai petugas wilayah hisbah yang
diangkat oleh pemerintah dan wilayah ini khusus menangani masalah
moral dan kesusilaan. Secara umum dapat didefinisikan bahwa muhtasib
adalah pelaku atau orang yang melakukan hisbah.
Syarat-syarat Muhtasib
Adapun syarat-syarat untuk menjadi Muhtasib yaitu:8
a. Seorang muslim, merdeka, dewasa,adil dan memiliki kemampuan
profesional.
b. Berilmu pengetahuan tentang hukum-hukum syariat islam. Agar
mengetahui secara benar apa yang diperintahkan Allah dan dilarang-
Nya.
c. Jujur dan adil, seorang yang dipercaya dan dipatuhi perintahnya.
d. Wajib melaksanakan apa yang diketahui dan diucapkan, tidak
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang diucapkan.
e. Memiliki kemampuan (fisik, mental, dan ilmu) untuk memerintahkan
kebaikan dan mencegah kemungkaran, dan menegakan keduanya.

7
Lucky Enggraini Fitri. Peranan Wilayatul Hisbah dalam Pengawasan Pasar. Jurnal Mankeu, vol
1 No.1,2012:h.66.
f. Memiliki sifat yang lembut,ramah, santun tutur katanya,dan sopan
penampilannya ketika melakukan perintahnya kepada manusia secara
efektif dan efisien.
g. Memiliki kesabaran yang tinggi terhadap segala musibah yang terjadi
atau menimpah dirinya.
h. Memiliki komitmen terhadap seluruh sunnah adn tradisi hidup
rasulullah serta apa-apa yang disenanginya.
i. Wajib mengarahkan ucapan dan perbuatannya semata-mata mencari
keridhaan Allah SWT.
j. Mampu menjaga kesucian dirinya dari mengambil hak orang lain
dengan cara-cara yang bathil.

Sudah sepatutnya orang yang menduduki jabatan Muhtasib


bukanlah orang sembarangan, ia mestilah orang yang terkenal baik dan
saleh,tidak berperangai buruk, mengetahui hukum- hukum islam,
berintegritas dan profesional. Kalau kita merujuk kitab-kitab lama yang
membahas tentang hisbah, maka kita akan mendapati ulama-ulama
terkenal menduduki jabatan ini. Adapun orang yang pertama kali menjadi
Muhtasib adalah Umar bin Khatab. Kesalahan dalam melantik petugas
Muhtasib akan menimbulkan kemarahan masyarakat yang berujung pada
penentangan eksistensi institusi ini secara keseluruhan.
4. Tugas Mustahib Dalam Menjalankan Fungsi Hisbah
Adapun tugas mustahib dalam menjalankan fungsi al Hisbah secara detail
adalah :9
a. Pengawasan terhadap kecukupan barang dan jasa dipasar.
Al-Hisbah melalui mustahibnya harus selalu mengkontrol
ketersediaan barang dan asa yang dibutuhkan masyarakat, misalnya
kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan, jasa kesehatan, jasa
pendidikan dan lain lain). Dalam kasus terjadinya kekurangan barang

9
Lucky Enggraini Fitri. Peranan Wilayatul Hisbah dalam Pengawasan Pasar. Jurnal Mankeu, vol 1
No.1,2012:h.69-70.
barang ini Al-Mustahib juga memiliki otoritas untuk menyediakan
sendiri secara langsung.
b. Pengawasan Terhadap insdustri
Dalam industry ini tugas mustahib adalah pengawasan
standard produk, ia juga mempunyai otoritas untuk menjatuhkan
sanksi terhadap perusahaan yang terbukti merugikan masyarakat atau
Negara. Ia juga harus membantu memecahkan perselisihan antara
majikan dengan buruh. Ia perlu menetapkan upah minimum.
c. Pengawasan atas jasa
Penipuan dan berbagai ketidakjujuran lainya lebih mudah
terjadi di pasar jasa daropada di pasar barang. Al-Mustahib memiliki
wewenang untuk mengawasi apakah para penjual jasa sperti dokter,
dan sebagainya sudah melaksanakan tugasnya secara layak atau belum,
pengawasan atas jasa ini juga berlakuatas penjualan tingkatan bawah,
seperti buruh pabrik dan lain lain.
d. Pengawasan atas perdagangan
Al-Mustahib harus mengevaluasi pasar secara umum dan
berbagai praktek dagang yang berbeda beda secara khusus. Ia harus
mengawasi timbangan dan ukuran, kualitas produk, menjamin
pedagang dan agennya tidak elakukan kecurangan dan praktik yang
merugikan konsumen.
e. Pengawasan terhadap keseluruhan pasar
Al-Mustahib harus menjamin segala bentuk kebutuhan agar
persaingan di dalam pasar dapat berjalan dengan sehat dan islami,
misalnya menyediakan informasi yang transparan bagi para pelaku
pasar. Menghapus berbagai rektriksi untuk keluar dan masuk pasar,
termasuk membongkar berbagai praktek penimbunan.

C. Peranan Lembaga- Lembaga Yang Berwenang Mengatur Bisnis Dengan


Menggunakan Tinjauan Etika
1. Memastikan barang yang dipasarkan adalah halal
Ekonomi Islam mempunyai identitasnya yang tersendiri. Ia
bukanlah semata-mata bertujuan untuk mendapat keuntungan semata
tetapi juga memperhatikan halal tidaknya suatu barang. Sehubungan ini,
Islam menetapkan setiap barangan yang dipasarkan hendaklah dipastikan
halal dan bermanfaat kepada pengguna.
2. Memberantas penipuan dan penyelewengan pada barang dan harga
Penipuan dan pembohongan merupakan perkara yang biasa berlaku
dalam kegiatan ekonomi sebuah masyarakat. Oleh sebab itulah Islam
memandang tinggi pedagang yang benar dan jujur dalam perniagaannya
serta menjanjikan azab terhadap segala jenis penipuan. 10
3. Mengawasi akhlak dan moral masyarakat
Antara tanggungjawab institusi hisbah adalah untuk memastikan
setiap anggota masyarakat di bawah jagaannya mematuhi dan
mengamalkan akhlak dan moral Islam dalam setiap perkara. Untuk tujuan
tersebut muhtasib boleh mengambil tindakan menasihati, menangkap atau
mendenda apabila seseorang tersebut telah betul-betul melanggar syariat.
Dalam memberikan hukuman Muhtasib harus sudah mempunyai cukup
bukti sehingga terbukti bahwa seseorang tersebut telah betul-betul
mealnggar syariat. Karena itu muhtasib tidak boleh sewenang-wenang,
apalagi kalau hanya berdasarkan praduga yang belum tentu kebenarannya.
Kesalahan menjatuhi hukuman akan membuat masyarakat apatis terhadap
syariat. Dan menganggap syariat menganggu kebebasan privasi mereka. 11
4. Mencegah penindasan dan penganiayaan terhadap golongan lemah
Institusi hisbah bertanggungjawab memberantas kezaliman dan
kemungkaran. Oleh karena itu institusi ini perlu mengawasi bos dan
golongan usahawan supaya mereka memberi layanan yang baik kepada
para pekerja mereka.

10
Antin Rakhmawati,Implementasi Lembaga Hisbah Dalam Meningkatkan Bisnis Islami,
Jurnal Malia, volume 7, Nomor 2, Juni 2016, h.322-323.
5. Pelaksanaan hak Allah termasuk kegiatan ibadah: semua jenis salat,
pemeliharaan masjid.
6. Pelaksanaan hak-hak masyarakat: perilaku di pasar, kebenaran timbangan,
kejujuran bisnis.
7. Pelaksanaan yang berkaitan dengan keduanya: menjaga kebersihan jalan,
lampu jalan, bangunan yang mengganggu masyarakat, dan sebagainya.12

Penerapan wilayah Hisbah di indonesia ini baru terwujud di


Nanggroe Aceh Darussalam, yang telah menerapkan sistem syariat islam.
Tugas utamanya adalah mengawasi pelaksanaan syariat islam oleh
masyarakat. Posisinya sebagai “jantung” dalam Dinas Syariat Islam sangat
menentukan keberhasilan atau kegagalan Dinas ini menegakan syariat.
Untuk itu landasan hukum tersendiri yang jelas yang mengatur tugas dan
wewenang institusi hisbah sangat diperlukan di samping tekad yang kuat
dari petugas hisbah menegakan syariat.

12
Lucky Enggraini Fitri. Peranan Wilayatul Hisbah dalam Pengawasan Pasar. Jurnal
Mankeu, vol 1 No.1,2012:h.71-72.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hisbah berasal dari bahasa arab, berakar kata ha-sa-ba yang berarti
memperhitungkan, menafsirkan, mengkalkulasi, memikirkan, opini..
Secara harfiah (etimologi) hisbah berarti melakukan suatu tugas dengan
penuh perhitungan. Hisbah dapat diartikan sebagai lembaga normative
preventif karena fungsi landasan isi pokoknya adalah menghimbau agar
masyarakat melakukan kebaikan dan menjauhi kemungkaran
Berdasarkan hal tersebut, setidaknya ada tiga poin penting
mengenai institusi hisbah yaitu:
1. Bahwa hisbah adalah sebuah lembaga (departemen) yang secara
khusus dibentuk oleh pemerintah.
2. Tugas utamanya adalah melakukan amar makruf nahi munkar.
3. Tugas hisbah yang lebih spesifik adalah mengawasi berbagai kegiatan
ekonomi dipasar, menjaga mekanisme pasar berjalan normal
Adapun tugas mustahib dalam menjalankan fungsi al Hisbah;
Pengawasan terhadap kecukupan barang dan jasa dipasar. Pengawasan
Terhadap insdustri. Pengawasan atas jasa. Pengawasan atas perdagangan.
Pengawasan terhadap keseluruhan pasar.
B. Saran
Semoga apa yang penyaji tulis dalam bentuk makalah tentang
Teori Peranan Lembaga Hisbah dalam Mengatur Bisnis ini bisa
bermanfaat bagi para pembaca. Dan kami menyadari bahwa makalah ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan, jadi silahkan memberikan masukan
berupa kritik atau saran yang membangun yang akan membuat makalah-
makalah selanjutnya lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Nurul.2008.Ekonomi Makro Islam. Kencana Prenada Media Group:


Jakarta.

Rahmawati, Antin. 2016. “Implementasi Lembaga Hibah dalam Meningkatkan


Bisnis Islam”. Jurnal Melia. volume 7, Nomor 2, Juni 2016. Malang

Harahap, S Sofyan. 2011. Etika Bisnis dalam Prespektif Islam. Salemba empat.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai