Anda di halaman 1dari 8

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM PASCA SECTION


CAESARIA DENGAN INDIKASI PANGGUL SEMPIT

I. PENGERTIAN

Section Caesaria (CS) adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan

pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Amrusofian, 2012)

- Jenis-jenis operasi section cesaria :

1. Section caesaria abdomen

2. Section caesaria vaginalis

Menurut arah sayatan pada rahim, section cesaria dapat dilakukan sebagai

berikut :

a. Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig

b. Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr

c. Sayatan huruf T (T-Incision)

3. Section caesaria klasik (Corporal)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira

sepanjang 10cm, tetapi saat ini teknik ini jarang dilakukan karena memiliki

banyak kekurangan namun pada kasus seperti operasi berulang memiliki

banyak perlengketan organ, cara ini dapat dipertimbangkan.

4. Section caesaria ismika (Profuda)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah

rahim kira-kira sepanjang 10cm.


II. ETIOLOGI

1. Etiologi yang berasal dari ibu

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primipara tua disertai kelainan

letak, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul), sejarah kehamilan

dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul. Plasenta previa

terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I-II kehamilan yang

disertai komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-eklampsia, atas permintaan

persalinan yang disertai penyakit (Jantung, DM), gangguan perjalanan

persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagiannya)..

2. Etiologi yang berasal dari janin

Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,

prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau

forseps ekstraksi.

III. MANIFESTASI KLINIS

1. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)

2. Panggul sempit

3. Disporsi sefalopelvik; yaitu ketidakseimbangan ukuran kepala dan ukuran

panggul

4. Ruptur uteri mengancam

5. Partus lama (prolonged labor)

6. Partus tak maju (obstructed labor)

7. Distosia serviks

8. Pre-eklamsia dan hipertensi

9. Malpresentasi janin

a. Letak lintang
b. Letak bokong

c. Presentasi dahi dan muka

d. Presentasi lengkap jika reposisi tidak berhasil

e. Gemeli

 Pemeriksaan Penunjang (Tucker, Susan Martin, 1998) :

1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin

2. Pemantauan EKG

3. Elektrolit

4. Hemoglobin/Hematokrit

5. Golongan darah

6. Urinalisis

7. Amniosintesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi

8. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi

9. Ultrasound sesuai pesanana.

 Tujuan Section Caesarea

Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat lamanya

perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim. Sectio

caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika

perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa, sectio

caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan

pada placenta previa walaupun anak sudah mati.


 Penatalaksanaan

a. Pemberian cairan

Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian

cairanperintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak

terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan

yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian

dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi

darah sesuai kebutuhan.

b. Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu

dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman

dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi,

berupa air putih dan air teh.

c. Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :

- Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi

- Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini

mungkin setelah sadar

- Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan

diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.

d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk

(semifowler)

e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk

selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3

sampai hari ke5 pasca operasi.

f. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada

penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter

biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan

keadaan penderita.

g. Pemberian obat-obatan

a. Antibiotik

Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi

b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan

h. Perawatan luka

Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus

dibuka dan diganti

i. Perawatan rutin

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,

nadi,dan pernafasan.

j. Perawatan Payudara

Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak

menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa

banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.


IV. PATOFISIOLOGI
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1) Identitas klien dan penanggung jawab yang meliputi nama, umur, pendidikan, suku

bangsa, pekerjaan, agam, alamat, status perkawinan..

2) Keluhan utama

3) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara

4) Data Riwayat penyakit, Riwayat kesehatan sekarang yang meliputi keluhan atau yang

berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang

dirasakan setelah pasien operasi. Riwayat Kesehatan Dahulu yang m eliputi penyakit

yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang, apakah pasien pernah

mengalami penyakit yang sama (Plasenta previa). Riwayat Kesehatan Keluarga yang

meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga mempunyai

riwayat persalinan plasenta previa.

2. Discharge Planning

a. Dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih satu tahun

b. Kehamilan selanjutnya hendaknya diawasi dengan pemeriksaan antenatal yang baik

c. Dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit yang besar

d. Lakukan perawatan postop sesuai arahan tenaga medis selama dirumah

e. Jaga kebersihan diri

f. Konsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.

3. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b.d agen injuri fisik akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section

caesarea)

b. Intoleransi aktivitas b.d tindakan anestesi, kelemahan, penurunan sirkulasi

c. Gangguan pola tidur b.d kelemahan


d. Resiko tinggi infeksi b.d trauma jaringan / luka kering bekas operasi.

e. Ansietas b.d kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan, penyembuhan dan

perawatan post operasi.

f. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi dan pembedahan

g. Gangguan eliminasi urine

h. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya pengetahuan

tentang kebutuhan nutrisi postpartum.

SUMBER

a. Nic-Noc (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


NANDA. Medication Jogja : Jogjakarta
b. Tucker, Susan Martin, (1998). Standar Perawatan Pasien, Edisi 5, Volume 4. Buku
Kedokteran ECG : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai