Anda di halaman 1dari 10

Lokakarya Nasional

Nasional Penyakit
PenyakitZoonosis
Zoonosis

BAHAYA SALMONELLA TERHADAP KESEHATAN


MASNIARI POELOENGAN, IYEP KOMALA dan SUSAN M. NOOR

Balai Penelitian Veteriner


Jl. RE. Martadinata No. 30, P.O. Box 151, Bogor 16114
PENDAHULUAN induknya dan terjadi dalam minggu ke 2-3
dengan angka kamatian yang tinggi yaitu
Salmonella merupakan bakteri yang sampai 85%.
ditemukan di Amerika pada tahun 1899 Salmonellosis merupakan penyakit yang
(DHARMOJONO, 2001). Sakit yang disebabkan menular pada manusia (zoonosis). Kejadian
oleh salmonella disebut salmonelosis. Penyakit salmonellosis semakin meningkat dengan
ini terus meningkat dengan semakin semakin banyaknya warung-warung manakn
intensifikasinya produksi peternakan dan yang tidak higienik. Sumber penularan berupa
teknik laboratorium yang semakin canggih. keluaran (eksresi) hewan dan manusia baik dari
Bakteri dari genus Salmonella merupakan hewan ke manusia maupun sebaliknya.
bakteri penyebab infeksi. Jika tertelan dan Menurut www.oie.int salmonellosis adalah
masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan penyakit infeksi pada manusia dan hewan yang
gejala yang disebut salmonellosis. Gejala disebabkan oleh organisme dari 2 jenis
salmonellosis yang paling sering terjadi adalah salmonella (S. enteritica dan S. bongori),
gastroenteritis. Selain gastroenteritis, beberapa meskipun sebagai bakteri yang terdapat di
spesies Salmonella juga dapat menimbulkan saluran pencernaan, salmonella menyebar luas
gejala penyakit lainnya. Misalnya demam di lingkungan, umumnya ditemukan pada
enterik seperti demam tifoid dan demam sampah dan bahan-bahan yang berhubungan
paratifoid, serta infeksi lokal. dengan kontaminasi fekal. Mikroorganisme ini
Salmonellosis telah dikenal di semua juga ditemukan di peralatan pakan,
negara, tetapi yang paling sering berpotensi menyebabkan penyakit infeksi pada hewan
terjadi yaitu di daerah peternakan secara khususnya babi dan unggas.
intensif, khusunya di babi, unggas. Penyakit itu Infeksi Salmonella dari pangan asal hewan
dapat mempengaruhi semua jenis hewan, memiliki peranan penting dalam kesehatan
hewan muda dan bunting dan yang berpotensi masyarakat dan khususnya pada keamanan
adalah hewan yang sedang menyusui. Ternak pangan sehingga produk pangan asal hewan
yang yang rawan terhadap salmonellosis dipertimbangkan menjadi sumber utama pada
diantaranya sapi, domba, kambing, babi yang infeksi salmonella pada manusia. Pakan yang
muda demikian juga dengan hewan terkontaminasi salmonella menjadi sumber
kesayanagn seperti anjing, kucing, kelinci dan paling umum pada infeksi hewan. Kontaminasi
hamster.
Ayam adalah salah satu sumber penularan pakan sering disebabkan oleh serovar
penting Salmonella. Masalahnya berawal dari salmonella yang berhubungan dengan
peternakan, dimana anak ayam yang dipelihara kesehatan masyarakat, peralatan pakan,
dalam kondisi komersial sangat rentan khususnya daging dan tepung tulang
terhadap infeksi Salmonella karena mikroflora seharusnya diselidiki/investigasi akan
usus lambat berkembang sehingga kalah kehadiran dari salmonella.
bersaing jika ada serangan bakteri patogen Salmonellosis adalah salah satu penyakit
enterik (NURMI dan RANTALA, 1973 dalam zoonosis yang disebut foodborne diarrheal
FERREIRA et al, 2003). Anak ayam ini jika disease dan terdapat di seluruh dunia. Disebut
tidak sakit akan bertindak sebagai carrier, dan foodborne diarrheal disease karena penyakit ini
menjadi sumber kontaminan pada rantai ditularkan oleh ternak carrier yang sehat ke
produksi makanan (transportasi, rumah potong manusia melalui makanan yang terkontaminasi
unggas, industri pengolahan makanan) dan Salmonella spp. dan menyebabkan enteritis, di
pasar. Menurut DHARMOJONO (2001) anak negara berkembang seperti Indonesia, dokter
ayam yang baru menetas dapat tertular praktek dan rumah sakit sering menerima pasien
dengan diagnosa thypus atau parathypus

216 216
Lokakarya Nasional
Nasional Penyakit
PenyakitZoonosis
Zoonosis

dengan insiden yang cukup tinggi sepanjang abortus-ovis (domba), dan S.


tahun. Insidensi salmonellosis di negara-negara choleraesuis (babi).
berkembang yang menyerang manusia 3. Serovar yang belum beradaptasi (tidak
meningkat antara tahun 1980-1990an, sejalan membutuhkan host). Salmonella ini
dengan semakin intensifnya budidaya ternak sangat patogen pada manusia dan
dan munculnya klon-klon salmonella baru. hewan, diantaranya termasuk seluruh
foodborne serovar. COX (2000)
menjelaskan berdasarkan model skema
PENYEBAB PENYAKIT (ETIOLOGI) antigen Kauffmann-White, serovar
salmonella dapat dikelompokkan
Klasifikasi berdasarkan perbedaan reaksinya
terhadap antibodi yang spesifik.
Menurut LAY dan HASTOWO (1992) Berdasarkan tipe minor permukaan sel
klasifikasi lama dari salmonella adalah sebagai antigen dapat dikelompokkan menjadi:
berikut: a) Perbedaan komponen epitope
Menurut JAY (2000), secara epidemiologis lipopolisaccharida (LPS), yaitu suatu
salmonella dapat dibedakan menjadi tiga grup: komponen major membran luar bakteri
1. Salmonella yang hanya menginfeksi Gram-negatif yang membentuk somatik
manusia, diantaranya S. typhi, S. antigen (O antigen) dan diberi simbol
paratyphi A, S. paratyphi C. Kelompok angka (1-67),
ini termasuk agen yang menyebabkan b) Variasi flagellinnya (H antigen) yaitu
subunit protein flagella, beberapa
demam typhoid dan paratyphoid, yang
serovar hanya membentuk satu
menjadi penyebab sebagian besar bentukan flagelin (monophasic) dan
serangan salmonella. Demam typhoid yang lainnya diphasic bahkan triphasic.
memiliki masa inkubasi terpanjang, Phase 1 H antigen diberi kode huruf
menghasilkan suhu badan yang kecil atau kombinasi huruf kecil dan
tertinggi, dan memiliki angka mortalitas angka, sedangkan phase 2 H antigen
yang tertinggi. S. typhi dapat diisolasi diberi kode angka. Dengan dasar
dari darah dan kadang-kadang feses dan tersebut, sejak tahun 1996 diketahui ada
urin penderita yang menderita demam 2.435 serovar Salmonella enterica dan
enterik. Sindrom paratyphoid lebih sebanyak 58,9% termasuk kedalam
lemah dibanding typhoid. subspesies enterica. Struktur antigen
2. Serovar yang beradaptasi dengan host dari sebagian serovar tersaji pada Tabel
(beberapa patogen untuk manusia dan 2.
mungkin disebarkan dari makanan)
diantaranya S. galinarum (ayam), S.
dublin (sapi), S. abortus-equi (kuda), S.
Tabel 1. Klasifikasi lama dari salmonella

Kelompok Spesies Kejadian


Kelompok A S. paratyphi Paratifoid pada manusia
Kelompok B S. abortivoequina Abortus pada kuda
S. schottmuelleri Paratifoid pada manusia
S. typhimurium Gastroenteritis pada manusia
Berbagai infeksi pada hewan
Kelompok C1 S. cholerasius Bakteri sekunder pada pes babi
Enteritis nekrotika pada babi
Kelompok C2 S. newport Infeksi pada ternak dan manusia
Kelompok D S. enteritidis Infeksi pada hewan
Gastroenteritis pada hewan
S. gallinarum Tifoid unggas
S. pullorum Infeksi unggas
S. typhi Demam tifoid pada manusia
S. dublin Infeksi pada ternak

217 217
Lokakarya Nasional
Nasional Penyakit
PenyakitZoonosis
Zoonosis
Kelompok E1 S. anatum Infeksi pada bebek

218 218
Lokakarya Nasional
Nasional Penyakit
PenyakitZoonosis
Zoonosis

Tabel 2. Struktur antigen dari salmonella

H. Antigen
Grup Spesies/Serovar O. Antigen
Phase 1 Phase 2
A S. paratyphi A 1, 2, 12 a (1,5)
B S. schottmuelleri 1, 4, (5), 12 b 1, 2
S. typhimurium 1, 4, (5), 12 i 1, 2
C1 S. hirschfeldi 6, 7, (vi) C 1, 5
S. choleraesuis 6, 7 (c) 1, 5
S. oranienburg 6, 7 m, t -
S. montevideo 6, 7 g, m, s (p) (1, 2, 7)
C2 S. newport 6, 8 e, h 1, 2
D S. typhi 9, 12, (vi) d -
S. enteritidis 1, 9, 12 g, m (1, 7)
S. gallinarum 1, 9, 12 - -
E1 S. anatum 3, 10 e, h 1,6

* antigen yang dicetak italik berhubungan dengan konversi phage. ( ) = mungkin tidak ada
Sumber : JAY (2000)
KARAKTERISTIK Menurut RAY (2001) salmonella umumnya
memfermentasi dulcitol, tetapi tidak laktose,
Menurut COX (2000) genus Salmonella menggunakan sitrat sebagai sumber karbon,
termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, menghasilkan hidrogen sulfida, decarboxylate
adalah bakteri Gram-negatif berbentuk batang lysine dan ornithine, tidak menghasilkan indol,
langsing (0.7 – 1.5 x 2-5 µm), fakultatif dan negatif untuk urease. Merupakan bakteri
anaerobik, oxidase negatif, dan katalase positif. mesophylic, dapat dimatikan pada suhu dan
Sebagian besar strain motil dan memfermentasi waktu pasteurisasi, sensitif pada pH rendah (≤
glukosa dengan membentuk gas dan asam. 4,5) dan tidak berbiak pada Aw 0,94,
Menurut DAHMOJONO (2001) salmonella khususnya jika dikombinasikan dengan pH 5,5
umumnya terdapat sendirian (tunggal), jarang atau kurang.
membentuk rantai lebih dari dua sel. Dalam
kultur ekstrak agar (yeast extract agar), koloni PATOGENESIS
bakteri terlihat licin, mengkilat dan transparan. (PERJALANAN PENYAKIT)
Tetapi dalam kultur dengan ifusi ayam
(chicken infusion), koloni tumbuh lebih subur Habitat bakteri salmonella adalah di dalam
dan aspeknya tidak begitu transparan. alat pencernaan manusia, hewan, dan bangsa
S. typhi dapat memproduksi H2S tetapi burung. Oleh karena itu cara penularannya
tidak dapat membentuk gas dari glukosa. adalah melalui mulut karena makan/minum
Berbeda dengan lainnya S. typhi tidak bahan yang tercemar oleh keluaran alat
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon, pencernaan penderita. Salmonella akan
tidak dapat melakukan dekarboksilasi terhadap berkambang biak di dalam alat pencernaan
ornitin, dan tidak memfermentasi rhamnosa. penderita, sehingga terjadi radang usus
Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu antara 5-47 (enteritis). Radang usus serta penghancuran
0
C, dengan suhu optimum 35-37 0C. Beberapa lamina propria alat pencernaan oleh
sel tetap dapat hidup selama penyimpanan penyususpan (proliferasi) salmonella inilah
beku. Salmonella dapat tumbuh pada pH 4,1-
9,0 dengan pH optimum 6,5-7,5. Nilai pH yang menimbulkan diare, karena salmonella
minimum bervariasi bergantung kepada menghasilkan racun yang disebut cytotoxin dan
serotype, suhu inkubasi, komposisi media, aw enterotoxin (DHARMOJONO, 2001).
dan jumlah sel. Pada pH dibawah 4 dan diatas Salmonella mungkin terdapat pada
9 salmonella akan mati secara perlahan makanan dalam jumlah tinggi, tetapi tidak
(SUPARDI dan SUKAMTO, 1999). selalu menimbulkan perubahan-perubahan

219 219
Lokakarya Nasional
Nasional Penyakit
PenyakitZoonosis
Zoonosis

dalam hal warna, bau maupun rasa dari SIMPTOMATOLOGI


makanan tersebut. Semakin tinggi jumlah (GEJALA DAN TANDA)
salmonella di dalam suatu makanan, semakin
besar timbulnya gejala infeksi yang Salmonellosis memperlihatkan tiga sindrom
mengkonsumsi makanan tersebut dan semakin yang khusus yaitu terjadinya septikemia,
cepat waktu inkubasi sampai timbulnya gejala radang usus akut yang kemudain menjadi
infeksi. Makanan-makanan yang sering radang usus kronik. Pada kejadian akut
terkontaminasi oleh salmonella yaitu telur dan penderita sangat depresif, demam (suhu badan
hasil olahannya, ikan dan hasil olehannya, antara 40,5-41,5 0C), diare profuse, sering kali
dging ayam, daging sapi serta susu dan hasil memperlihatkan aksi merejan disertai mulas
olahannya seperti es krim dan keju (SUPARDI yang sangat hebat (tenesmus). Feces berbau
dan SUKAMTO, 1999). amis dan berlendir, bersifat fibrin (fibrinous
JAY (2000) menjelaskan bahwa khusus casts), kadang-kadang mengandung kelotokan
untuk S. enteritidis dapat ditemukan di dalam selaput membrane usus dan terdapat gumpalan-
telur dan ovarium ayam yang bertelur, dengan gumpalan darah. Pada kuda, diare yang hebat
kemungkinan jalur penularannya sebagai cepat menyebabkan dehidrasi dan kuda dapat
berikut: (1) transovarium; (2) translokasi dari mati dalam waktu 24-48 jam kemudian
peritonium ke kantong kuning telur atau oviduk; (DAHMOJONO, 2001),
(3) mempenetrasi kerabang telur sewaktu telur Menurut SUPARDI dan SUKAMTO (1999)
bergulir menuju kloaka; (4) pencucian telur; (5) Salmonella typhi dapat menyebabkan demam
pengolahan makanan. dan gejala tifoid yang akan berlangsung selama
3-4 minggu. Perforasi sering terjadi pada
Salmonella akan berpenetrasi ke dalam minggu ke tiga atau keempat dari penyakitnya.
telur dan terperangkap di dalam membran, Akibat adanya komplikasi dari demam tifoid
kemudian akan diingesti oleh embrio. Habitat antara lain:
utama salmonella pada ayam adalah saluran 1) Pada tulang menyebabkan periostitis
pencernaan, termasuk caecum. Apabila dan osteomielitis
salmonella ada di dalam tubuh ayam, maka 2) Abses ginjal
ayam akan bertindak sebagai carrier sepanjang 3) Endokarditis ulseratif
hidupnya (JAY, 2000). Menurut RAY (2001) 4) Pneumonia atau empiema
manusia dapat bertindak sebagai carrier 5) Kolesistitis akut
setelah terinfeksi dan menyebarkannya melalui Penderita yang telah sembuh dari demam
feces untuk waktu yang cukup lama, selain itu tifoid, ternyata 2-5% diantaranya masih
dapat juga terisolasi dari tanah, air, dan sampah mengandung S. typhi di dalam tubuhnya
yang terkontaminasi feces. selama 1 tahun. Bahkan ada yang menetap
Salmonella di dalam tubuh host akan sepanjang umur manjadi carrier kronik. Pada
menginvasi mukosa usus halus, berbiak di sel carrier kronik S. typhi umumnya berada dalam
epitel dan menghasilkan toxin yang akan kantung empedu, jarang pada saluran kemih.
menyebabkan reaksi radang dan akumulasi Biasanya akan dikeluarkan dari tubuh melalui
cairan di dalam usus. Kemampuan salmonella tinja dan air kemih (SUPARDI dan SUKAMTO,
untuk menginvasi dan merusak sel berkaitan 1999).
dengan diproduksinya thermostable cytotoxic Pada ternak sapi dan domba yang sedang
factor. Salmonella ada di dalam sel epitel akan bunting dapat terjadi keguguran. Pada anak-
memperbanyak diri dan menghasilkan anak yang baru berumur beberapa minggu, bila
thermolabile enterotoxin yang secara langsung menderita diare salmonellosis angka
mempengaruhi sekresi air dan elektrolit (RAY, kematiannya sangat tinggi. Pada babi terlihat
2001). perubahan warna kulit menjadi merah
Menurut LAY dan HASTOWO (1992), keunguan, terutama dibagian telinga dan perut
patogenesis yang disebabkan oleh salmonella bagian bawah, terlihat juga gejala-gejala syaraf
dapat terjadi dalam tiga tahap yaitu: dan radang paru (pneumonia). Dalam kondisi
1) Kolonisasi usus demikian angka kematian dapat mencapai
2) Perasukan lapisan sel epitel usus 100%. Pada keadaan infeksi yang sudah kronik
3) Penggertakan pengeluaran cairan hewan menjadi kurus, demam intermiten, diare

220 220
Lokakarya Nasional
Nasional Penyakit
PenyakitZoonosis
Zoonosis

yang persisten dan sulit sekali diobati, malah DIAGNOSIS (PENENTUAN


menjadi hewan pembawa penyakit. PENYAKIT)
Salmonellosis pada anjing dan kucing jarang
menyebabkan septicemia, mereka dapat Diagnosisi salmonelllasis didasarkan pada
menjadi asimptomatik dan menjadi pembawa gejala dan tanda klinis berupa demam, diare
(life carrier) (DHARMOJONO, 2001). hebat dehidrasi dan lain-lain, kalau dilakukan
pemeriksaan laboratorium untuk menemukan
dan mengidentifikasi adanya bakteri
Ciri-ciri klinis penyakit yang disebabkan salmonella. Pemeriksaan bahan makanan yang
oleh salmonella
diberikan, air minum dan bahan lain di
sekitarnya perlu menjadi sample untuk mencari
Gastroenteritis kemungkinan adanya bakteri salmonella.
Isolasi mikroba penyebab merupakan
Gastroenteritis yang disebabkan oleh diagnosa terbaik. Metode isolasi sebaiknya
salmonella merupakan infeksi pada usus dan menggunakan cara penyuburan dan dilakukan
terjadi lebih dari 18 jam setelah bakteri berulangkali, karena pengeluaran mikroba
patogen itu masuk ke dalam host. Ciri-cirinya hanya sedikit dan tidak terus menerus. S.
adalah demam, sakit kepala, muntah, diare, cholerasuis diisolasi tanpa dilakukan
penyuburan dengan menggunakan media non-
sakit pada abdomen (abdominal pain) yang
selektif, karena kedua media tersebut bersifat
terjadi selama 2 - 5 hari. Spesies yang paling toksik bagi S. cholerasuis.
sering menyebabkan gastroenteritis ialah S. Kultur yang dibuat dari sampel feces sangat
typhimurium. Kehilangan cairan dan diperlikan dalam mengisolasi bakteri
kehilangan keseimbangan elektrolit merupakan salmonella. Membuat kultur dari sampel darah
bahaya bagi anak-anak dan orang tua. penderita yang mengalami septikemia juga
diperlukan (DHARMOJONO, 2001)
Septisemia Uji serologis sebaiknya dilakukan pada
seluruh populasi atau sewaktu terjadi penyakit
Septisemia oleh Salmonella menunjukkan yang bersifat akut. Respon antibodei lebih jelas
ciri-ciri demam, anoreksia dan anemia. Infeksi pada hewan yang mendetita bakteriaemia atau
ini terjadi dalam jangka waktu yang panjang. septikemia (LAY dan HASTOWO, 1992).
Lesi-lesi dapat menyebabkan osteomielitis,
pneumonia, abses pulmonari, meningitis dan KEJADIAN PENYAKIT PADA MANUSIA
endokarditis. Spesies utama yang
menyebabkan septisemia ialah S. cholera-suis. Serangan Salmonella sebagai food-borne
disease terdokumentasi untuk pertama kali
Demam-demam enterik pada akhir 1800an (COX, 2000), dan sejak itu
serangan salmonella terus terjadi dan
Demam enterik yang paling serius adalah meningkat. Insidensi salmonellosis di negara
demam tifoid. Agen penyebabnya adalah S. industri pada manusia meningkat di tahun
typhi. Selain itu S. paratyphi A dan B bisa 1980–1990. Kasusnya menyebar secara cepat
menyebabkan demam enterik tetapi tidak karena salmonella mampu membentuk klon-
terlalu berbahaya dan resiko kematiannya lebih klon baru untuk ternak yang berbeda
rendah. Manusia merupakan hos tunggal untuk (WAGENER et al., 2003), resisten terhadap
S. typhi, ciri-cirinya antara lain lesu, anoreksia, berbagai antibiotika (CHUNG et al, 2003), serta
sakit kepala, kemudian diikuti oleh demam. diterapkannya pola pemeliharaan ternak yang
Pada waktu tersebut S. typhi sedang menembus sangat intensif. BOPP (2003) memperkirakan
dinding usus dan masuk ke dalam saluran Salmonella typhi suatu agen yang
limfa. Melalui saluran darah S. typhi menyebar menyebabkan demam typhoid, menjadi
ke bagian tubuh lain. Insidensi kematian yaitu penyebab dari kurang lebih 16,6 juta kasus dan
antara 2 - 10%; lebih 3% penderita demam 600.000 kematian di seluruh dunia setiap
tahunnya.
tifoid menjadi carrier kronik. (http://
pkukmweb.ukm.my/~danial/Salmonella.html)

220 220
Lokakarya Nasional
Nasional Penyakit
PenyakitZoonosis
Zoonosis

Menurut LEE dan MIDDLETON (2003) dengan variasi 5,8% pada penderita berumur di
insiden salmonellosis di Ontario Canada dari bawah 1 tahun, 2% sampai umur 50 tahun dan
tahun 1997 – 2001 menduduki peringkat ke-2 15% pada umur di atas 50 tahun.
(22,6 kasus/100.000 penduduk) dari seluruh Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kasus penyakit enterik yang diteguhkan dengan berdagang es keliling merupakan pekerjaan
pemeriksaan labotarorium, 51,0 persen yang banyak dilakukan oleh kelompok usia
penderita adalah wanita. Umur yang rentan produktif (21 - 40 tahun) dan dominan laki- laki.
terhadap infeksi adalah 0 – 4 tahun (84 Pendidikan umumnya lulusan SD dengan
kasus/100.000 penduduk), dan sering muncul penghasilan perkapital rata-rata Rp.
pada bulan Juli – Agustus, dengan tingkat 116.000/bulan. Riwayat terkena demam tifoid
mortalitas 0,27 persen. Menurut Statistic of the sebesar 15,1% pada responden dan 13,2% pada
Swiss Federal Office for Public Health, 2002 keluarga serumah. Prilaku dalam berjualan
dalam SAULI et al. (2003) Swiss pada tahun masih cukup jelek, terutama dalam kebersihan
2001 melaporkan terjadinya 2.677 serangan lap, air yang digunakan untuk mencuci
salmonellosis, pada manusia (tingkat insiden mangkok/gelas dan kebiasaan mencuci tangan
32 kasus/100.000 penduduk/tahun), kejadian sebelum melayani pembeli. Keadaan kesehatan
ini meningkat 8 persen dari tahun 2000. lingkungan rumah responden rata-rata jelek,
Penularan penyakit diketahui melalui terutama dalam hal kebersihan dapur dan ruang
makanan (80,1%), air (3,2%), antar individu tamu, penerangan rumah dan penanganan
manusia (6,3%), dan kontak dengan hewan sampah rumah tangga (SUPALI, 2001).
(4,3%). Khusus untuk penularan melalui Prevalensi karier S. typhi dan paratyphi
makanan, ayam dan unggas lainnya menjadi pada pedagang es keliling di Kodya Semarang
sumber penularan yang paling sering mencapai 2,3%. Sebanyak 87,2% air yang
dilaporkan (ayam 37,3%; telur 10,5%; unggas digunakan untuk memproduksi es positif
lainnya 4,5%) (LEE dan MIDDLETON, 2003). terkontaminasi E. coli dalam kadar yang jauh
Menurut COX (2000) gejala salmonellosis melebihi ambang batas yang diperkenankan,
pada manusia dapat berupa sindrom sedangkan produksi es yang terkotaminasi
gastroenteritis dan penyakit sistemik. Sindrom mencapai 46,4%. Pendapatan per kapita,
sistemik dicirikan dengan masa inkubasi yang jumlah orang yang ikut membantu produksi es,
panjang dengan gejalanya demam. Sedangkan tempat buang air besar, keberadaan vector
sindrom gastroenteritis muncul berkaitan lalat, kecoa, letak rumah dan penanganan
dengan transmisi makanan tercemar dan sampah secara statistik berhubungan dengan
biasanya banyak terjadi di negara berkembang, kejadian kontamisasi terhadap air (SUPALI,
dengan masa inkubasi 8 – 72 jam. Menurut 2001).
POPPE et al. (1998) yang dikutip oleh CHUNG Salmonellosis pada manusia yang terkenal
et al. (2003) serangan gastroenteritis dapat adalah demam tifoid dan demam paratifoid
berbentuk diare, demam, sakit kepala, mual, yang disebabkan oleh masing-masing bakteri
sakit abdominal, muntah-muntah, dan S.typhi dan S. Paratyphi A dan B, yang
walaupun jarang feces berdarah. umumnya ditularkan melalui susu, telur dan air
Perbedaan tingkat mortalitas juga terjadi minum dan bahan makanan lainnya yang
pada berbagai spesies salmonella, angka tercemar oleh kaluaran hewan atau orang
mortalitas tertinggi dicapai S. cholerasuis yaitu penderita (animal and human carries).
21%. Penyakit ini dapat sembuh dengan Keluaran ini terutama adalah keluaran dari alat
sendirinya, umumnya setelah 7 hari, kecepatan pencernaan berupa feces. Dalam manjaga
kesembuhan ini masih dipengaruhi oleh kesehatan masyarakat oleh karenanya perlu
keadaan alami populasi penderita, umur, dan sekali dijalin kerjasama yang intensif anatara
status kekebalan (COX, 2000; RAY, 2001) serta kesehatan masyarakat veteriner yang diawasi
resistensi bakterI terhadap antibiotika (CHUNG oleh dokter hewan dan kesehatan masyarakat
et al., 2003). RAY (2001) menjelaskan bahwa yang diawasi oleh dokter atau ahli kesehatan
secara umum gejala penyakit bertahan 2 – 3 masyarakat.
hari, dengan angka mortalitas rata-rata 4,1%,

221 221
Lokakarya Nasional
Nasional Penyakit
PenyakitZoonosis
Zoonosis

PENCEGAHAN DIREKTORAT BINA KESEHATAN HEWAN


(1982) telah mengeluarkan pedoman bahwa
Dilihat dari aspek kilinik pengobatan untuk mencegah penyebaran salmonella pada
terhadap penyakit salmonellosis mungkin dapat breeder atau peternakan ayam, selain sanitasi
menyembuhkan, tetapi apabila dilihat dari dan fumigasi perlu juga dilakukan pengujian
aspek bakteriologik, menghilangkan bakteri laboratorium minimal 2 kali berturut-turut
yang ada dalam alat pencernaan merupakan dengan selang waktu 35 hari dan selanjutnya
sesuatu yang sulit, karena bakteri sudah berada secara teratur 2 kali setahun, breeder
dalam sirkulasi sistem empedu dan secara diharapkan melakukan vaksinasi dengan
intermiten bakteri dapat berpindah kedalam menggunakan vaksin aktif.
lumen alat pencernaan bersama empedu Menurut SAULI et al (2003), tanggung
tersebut. jawab dalam mengimplementasikan ukuran
Kondisi inilah yang menyebabkan bekas jaminan keamanan dalam rantai produksi
penderita salmonellosis masih berbahaya, makanan harus menjadi tanggung jawab
karena dalam fecenya masih terdapat bakteri industri, organisasi dan pemerintah. Pada
yang mungkin sekali mencemari lingkungan industri pakan ternak selain bertanggung jawab
dan dapat menginfeksi hewan dan manusia, oleh terhadap kualitas pakan yang dihasilkan juga
karena itu masih harus tetap diwaspadai harus mampu menjamin bahwa pakan yang
bekas penderita salmonellosis sebagai sumber dihasilkannya bebas dari salmonella. Pada
penularan
kegiatan budidaya, program monitoring yang
Menurut LAY dan HASTOWO (1992)
pencegahan dapat pembasmian penyakit intensif perlu diterapkan baik untuk breeder
dilakukan dengan fumigasi lemari pengeram maupun peternak. Di rumah potong,
pada ayam. Pembasmian reaktor positif dan pemeriksaan kesehatan secara visual dilakukan
carrier dilakukan berdasarkan uji serologis. Uji oleh petugas kesehatan hewan, dan contoh
aglutinasi untuk pencegahan penyakit dagingnya harus diuji jika dicurigai terkena
pullorum. Darah diambil dari vena sayap dan salmonellosis.
dicampur dengan suspensi antigen S.pullorum.
Metode yang digunakan untuk uji aglutinasi PENGOBATAN
adalah (1) metode tabung; (2) metode cawan
atau (3) metode darah (whole-blood). Menurut Tindakan yang cepat diperlukan pada
DHARMOJONO (2001) tindakan sanitasi dan salmonellosis dalam stadium septikemia,
higienik merupakan tindakan yang tepat untuk meskipun perlu diingat adanya kontroversi
dilakukan dan tindakan ini adalah tindakan yang penggunaan antimikroba pada kasus-kasus
paling murah untuk dilakukan. salmonellosis alat pencernaan, karena
Pencegahan lain yang bisa dilakukan yaitu antibiotik per-oral akan merusak mikroflora
dengan mengidentifikasi dengan benar, bahwa usus. Disamping itu ada bakteri salmonella
hewan yang baru masuk dari peternakan lain yang menjadi resisten terhadap antibiotik yang
berbas salmonellosis. Vaksin salmonellosis dipakai yang kemudian Sangay berbahaya
telah dibuat dan dipasarkan baik yang aktif kalau menulari manusia. Septikemia sebaiknya
(dibuat dari salmonella avirulen) maupun yang diatasi dengan antibiotik spektrum luas yang
pasif (DHAMOJONO, 2001). diberikan per parental (DHARMOJONO, 2001).
Menurut WEGENER et al. (2003) Chloramphenicol adalah antibiotik pilihan
pencegahan pada ayam bisa dilakukan dengan yang tepat untuk mengobati septicemia, tetapi
prinsip top-down eradication , yaitu telah menghasilkan strain-strain yang resisten.
membebaskan piramid breeding broiler dari Oleh itu uji kepekaan antibiotik perlu
strata puncak sampai strata terbawah. Flock dilakukan. Ampicillin dan trimethoprim
yang terinfeksi dimusnahkan dan unggas yang sulfamethoxazole kini digunakan. Untuk
terinfeksi dipotong. Program pengujian
dikembangkan terus dengan tujuan gastroenteritis, yang paling penting dilakukan
mempertinggi keamanan pangan. ialah penggantian cairan dan elektrolit yang
hilang (http://pkukmweb.ukm.my/~danial/
Salmonella.html).

222 222
Lokakarya Nasional
Nasional Penyakit
PenyakitZoonosis
Zoonosis

ASPEK PERATURAN boot, masker dan lain-lain) ketika di


PERUNDANG-UNDANGAN dalam kandang atau merawat penderita.
h) Apabila ada vaksin dapat
Bakteri salmonella ada di dalam alat dipertimbangkan. Vaksin inaktif
pencernaan penderita dan dapat dikeluarkan terhadap salmonellosis biasanya tidak
ketika penderita menderita diare. Karena itu efektif. Vaksin aktif komersial atau
hewan penderita harus diisolasi, tidak boleh vaksin dari tipe avirulen telah dibuat.
digembalakan, karena akan berarti membiarkan i) Upayakan disekitar peternakan tidak
bakteri salmonella tersebar di padang ada faktor-faktor pembuat stress
penggembalaan umum dan menulari hewan kekapad hewan, misalnya lalu lalang
lainnya. orang yang tidak berkepentingan,
Menurut DHARMOJONO (2001) pemerintah kendaraan anak bermain dan
selalu memberikan sertifikat bebas sebagainya.
salmonellosis kepada perusahaan-perusahaan Peraturan yang berlaku di Swiss, jika uji
penghasil bibit ternak manapun, terutama bakteriologi mendeteksi adanya Salmonella,
ternak unggas. Pemerintah juga berwenang maka seluruh karkas dinyatakan tidak layak
memeriksa pabrik-pabrik makanan ternak, untuk dikonsumsi dan rumah potong hewan
yang juga harus bebas dari salmonella. harus menerapkan hygenic slaughtering
practices (Fleischygieneverordnung/FhyV vom
Pedoman berikut perlu diperhatikan dalam
1.März 1995. SR 817.190. dan
rangka pencegahan salmonellosis:
Fleischuntersuchungsverordnung vom 3. März
a) Hewan yang dicurigai sebagai pembawa
1995. SR 817.190.1) (SAULI et al., 2003).
(carrier) perlu segera didiagnosis secara
pasti (definitif). Kalau positif perlu
diksingkirkan (tetapi boleh dipotong DAFTAR PUSTAKA
dan dikonsumsi dengan syarat ketat),
diasingkan (diisolasi) atau segara BOPP, C., 2003. Manual for the Laboratory
diobati sampai tuntas. Untuk Identification and Antimicrobial Testing of
memeriksakan kesembuhan yang benar- Bacterial Pathogens of Public Health
Importance in the Developing World. USAID-
benar, hewan harus dipeksa ulang
WHO-CDC, Atlanta.
beberapa kali sebelum benar-benar
dapat dibebaskan. CHUNG, Y.H., S.Y. KIM, and Y.H. CHANG, 2003.
b) Pemberian antibiotik dalam makanan Prevalence and Antibiotic Susceptibility of
dan atau minuman dapat Salmonella Isolated from Foods in Korea from
1993 to 2001. J. Food Prot. Vol. 66:1154-
dipertimbangkan dengan mengingat 1157.
akan efek buruknya seperti telah
diutarakan terdahulu. COX, J., 2000. Salmonella (Introduction). Dalam
Encyclopedia of Food Microbiology, Vol. 3.
c) Lalu lintas hewan di daerah terjangkit
ROBINSON, R.K., C.A. BATT and P.D. PATEL
salmonellosis harus diawasi dengan
(Editors). Academic Press, San Diego.
ketat.
d) Sumber makan dan minum harus benar- DE VRIES, T.S., 2003. Salmonella Control in the
benar bebas dari kontaminasi keluaran netherlands – Leading to Reduction. World
(ekskresi) hewan tersangka. Poultry, vol. 19:26-28.
e) Kandang dan peralatan harus dicuci DHARMOJONO. 2001. Limabelas Penyakit Menular
bersih dan didientifikasi. dari Binatang ke Manusia. Milenia Populer,
f) Barang dan peralatan yang tercemar Jakarta.
oleh keluaran penderita jangan dipakai
lagi dan harus dibakar. DIREKTORAT BINA KESEHATAN HEWAN, 1982.
g) Karyawan yang langsung memelihara Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan
ternak harus diberi informasi dengan Menular. Jilid I-V. Direktorat Bina Kesehatan
baik agar melakukan tindakan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan,
kebersihan diri dan melindungi diri Departemen Pertanian, Jakarta.
dengan pakaian (sarung tangan, septu

223 223
Lokakarya Nasional
Nasional Penyakit
PenyakitZoonosis
Zoonosis

FERREIRA, A.J.P., C.S.A. FERREIRA, T. KNOBL, A.M. SAULI, L., J. DANUSER, C. WENK, and K.D.C. STARK,
MORENO, M.R. BACARRO, M. CHEN, M. 2003. Evaluation of the Safety Assurance
ROBACH and G.C. MEAD, 2003. Comparison Level for Salmonella spp. Throughtout the
of Three Commercial Competitive- Exclusion Food Production Chain in Switzerland. J.
Products for Controlling Salmonella Food Prot. 66:1139-1145.
Colonization of Broilers in Brazil. J. Food
Prot. 66:409-492.http://pkukmweb.ukm.my/ SEDDON, H.R. 1965. Bacterial Diseases (Disease of
~danial/Salmonella.html. 2005. Endotoksin. Domestic Animal in Australia). Part 5, Vol.II.

JAY, J.M., 2000. Modern Food Microbiology, 6th. SUPALI, T. 2001. Studi Karier Salmonella typhi dan
Ed. Aspen Publisher, Inc., Maryland. Salmonella paratyphi pada Pedagang Es
Keliling dan Intervensi Penanggulangannya.
LAY, B.W., and S. HASTOWO. 1992. Mikrobiologi. Badan Litbang Kesehatan Departemen
Rajawali Press, Jakarta. Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial. Jakarta.
LEE, M.B., and D. MIDDLETON, 2003. Enteric Illness SUPARDI, I., dan SUKAMTO. 1999.
in Ontario, Canada, from 1997 to 2001. J. Mikrobiologidalam Pengolahan dan
Food Prot. 66:953-961. Keamanan Pangan. Alumni, Bandung.
RAY, B, 2001. Fundamental Food Microbiology, WEGENER, H.C., T. HALD, D.L.F. WONG, M.
2nd Ed. CRC Press, Boca Raton. MADSEN, H. KORSGAARD, F. BAGER, P.
GERNER-SMIDT, and K. MØLBAK, 2003.
Salmonella Control Programs in Denmark.
Wwww.oie.int. 2004. Salmonellosis. Chapter 2.10.3.

224 224

Anda mungkin juga menyukai