Nasional Penyakit
PenyakitZoonosis
Zoonosis
216 216
Lokakarya Nasional
Nasional Penyakit
PenyakitZoonosis
Zoonosis
217 217
Lokakarya Nasional
Nasional Penyakit
PenyakitZoonosis
Zoonosis
Kelompok E1 S. anatum Infeksi pada bebek
218 218
Lokakarya Nasional
Nasional Penyakit
PenyakitZoonosis
Zoonosis
H. Antigen
Grup Spesies/Serovar O. Antigen
Phase 1 Phase 2
A S. paratyphi A 1, 2, 12 a (1,5)
B S. schottmuelleri 1, 4, (5), 12 b 1, 2
S. typhimurium 1, 4, (5), 12 i 1, 2
C1 S. hirschfeldi 6, 7, (vi) C 1, 5
S. choleraesuis 6, 7 (c) 1, 5
S. oranienburg 6, 7 m, t -
S. montevideo 6, 7 g, m, s (p) (1, 2, 7)
C2 S. newport 6, 8 e, h 1, 2
D S. typhi 9, 12, (vi) d -
S. enteritidis 1, 9, 12 g, m (1, 7)
S. gallinarum 1, 9, 12 - -
E1 S. anatum 3, 10 e, h 1,6
* antigen yang dicetak italik berhubungan dengan konversi phage. ( ) = mungkin tidak ada
Sumber : JAY (2000)
KARAKTERISTIK Menurut RAY (2001) salmonella umumnya
memfermentasi dulcitol, tetapi tidak laktose,
Menurut COX (2000) genus Salmonella menggunakan sitrat sebagai sumber karbon,
termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, menghasilkan hidrogen sulfida, decarboxylate
adalah bakteri Gram-negatif berbentuk batang lysine dan ornithine, tidak menghasilkan indol,
langsing (0.7 – 1.5 x 2-5 µm), fakultatif dan negatif untuk urease. Merupakan bakteri
anaerobik, oxidase negatif, dan katalase positif. mesophylic, dapat dimatikan pada suhu dan
Sebagian besar strain motil dan memfermentasi waktu pasteurisasi, sensitif pada pH rendah (≤
glukosa dengan membentuk gas dan asam. 4,5) dan tidak berbiak pada Aw 0,94,
Menurut DAHMOJONO (2001) salmonella khususnya jika dikombinasikan dengan pH 5,5
umumnya terdapat sendirian (tunggal), jarang atau kurang.
membentuk rantai lebih dari dua sel. Dalam
kultur ekstrak agar (yeast extract agar), koloni PATOGENESIS
bakteri terlihat licin, mengkilat dan transparan. (PERJALANAN PENYAKIT)
Tetapi dalam kultur dengan ifusi ayam
(chicken infusion), koloni tumbuh lebih subur Habitat bakteri salmonella adalah di dalam
dan aspeknya tidak begitu transparan. alat pencernaan manusia, hewan, dan bangsa
S. typhi dapat memproduksi H2S tetapi burung. Oleh karena itu cara penularannya
tidak dapat membentuk gas dari glukosa. adalah melalui mulut karena makan/minum
Berbeda dengan lainnya S. typhi tidak bahan yang tercemar oleh keluaran alat
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon, pencernaan penderita. Salmonella akan
tidak dapat melakukan dekarboksilasi terhadap berkambang biak di dalam alat pencernaan
ornitin, dan tidak memfermentasi rhamnosa. penderita, sehingga terjadi radang usus
Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu antara 5-47 (enteritis). Radang usus serta penghancuran
0
C, dengan suhu optimum 35-37 0C. Beberapa lamina propria alat pencernaan oleh
sel tetap dapat hidup selama penyimpanan penyususpan (proliferasi) salmonella inilah
beku. Salmonella dapat tumbuh pada pH 4,1-
9,0 dengan pH optimum 6,5-7,5. Nilai pH yang menimbulkan diare, karena salmonella
minimum bervariasi bergantung kepada menghasilkan racun yang disebut cytotoxin dan
serotype, suhu inkubasi, komposisi media, aw enterotoxin (DHARMOJONO, 2001).
dan jumlah sel. Pada pH dibawah 4 dan diatas Salmonella mungkin terdapat pada
9 salmonella akan mati secara perlahan makanan dalam jumlah tinggi, tetapi tidak
(SUPARDI dan SUKAMTO, 1999). selalu menimbulkan perubahan-perubahan
219 219
Lokakarya Nasional
Nasional Penyakit
PenyakitZoonosis
Zoonosis
220 220
Lokakarya Nasional
Nasional Penyakit
PenyakitZoonosis
Zoonosis
220 220
Lokakarya Nasional
Nasional Penyakit
PenyakitZoonosis
Zoonosis
Menurut LEE dan MIDDLETON (2003) dengan variasi 5,8% pada penderita berumur di
insiden salmonellosis di Ontario Canada dari bawah 1 tahun, 2% sampai umur 50 tahun dan
tahun 1997 – 2001 menduduki peringkat ke-2 15% pada umur di atas 50 tahun.
(22,6 kasus/100.000 penduduk) dari seluruh Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kasus penyakit enterik yang diteguhkan dengan berdagang es keliling merupakan pekerjaan
pemeriksaan labotarorium, 51,0 persen yang banyak dilakukan oleh kelompok usia
penderita adalah wanita. Umur yang rentan produktif (21 - 40 tahun) dan dominan laki- laki.
terhadap infeksi adalah 0 – 4 tahun (84 Pendidikan umumnya lulusan SD dengan
kasus/100.000 penduduk), dan sering muncul penghasilan perkapital rata-rata Rp.
pada bulan Juli – Agustus, dengan tingkat 116.000/bulan. Riwayat terkena demam tifoid
mortalitas 0,27 persen. Menurut Statistic of the sebesar 15,1% pada responden dan 13,2% pada
Swiss Federal Office for Public Health, 2002 keluarga serumah. Prilaku dalam berjualan
dalam SAULI et al. (2003) Swiss pada tahun masih cukup jelek, terutama dalam kebersihan
2001 melaporkan terjadinya 2.677 serangan lap, air yang digunakan untuk mencuci
salmonellosis, pada manusia (tingkat insiden mangkok/gelas dan kebiasaan mencuci tangan
32 kasus/100.000 penduduk/tahun), kejadian sebelum melayani pembeli. Keadaan kesehatan
ini meningkat 8 persen dari tahun 2000. lingkungan rumah responden rata-rata jelek,
Penularan penyakit diketahui melalui terutama dalam hal kebersihan dapur dan ruang
makanan (80,1%), air (3,2%), antar individu tamu, penerangan rumah dan penanganan
manusia (6,3%), dan kontak dengan hewan sampah rumah tangga (SUPALI, 2001).
(4,3%). Khusus untuk penularan melalui Prevalensi karier S. typhi dan paratyphi
makanan, ayam dan unggas lainnya menjadi pada pedagang es keliling di Kodya Semarang
sumber penularan yang paling sering mencapai 2,3%. Sebanyak 87,2% air yang
dilaporkan (ayam 37,3%; telur 10,5%; unggas digunakan untuk memproduksi es positif
lainnya 4,5%) (LEE dan MIDDLETON, 2003). terkontaminasi E. coli dalam kadar yang jauh
Menurut COX (2000) gejala salmonellosis melebihi ambang batas yang diperkenankan,
pada manusia dapat berupa sindrom sedangkan produksi es yang terkotaminasi
gastroenteritis dan penyakit sistemik. Sindrom mencapai 46,4%. Pendapatan per kapita,
sistemik dicirikan dengan masa inkubasi yang jumlah orang yang ikut membantu produksi es,
panjang dengan gejalanya demam. Sedangkan tempat buang air besar, keberadaan vector
sindrom gastroenteritis muncul berkaitan lalat, kecoa, letak rumah dan penanganan
dengan transmisi makanan tercemar dan sampah secara statistik berhubungan dengan
biasanya banyak terjadi di negara berkembang, kejadian kontamisasi terhadap air (SUPALI,
dengan masa inkubasi 8 – 72 jam. Menurut 2001).
POPPE et al. (1998) yang dikutip oleh CHUNG Salmonellosis pada manusia yang terkenal
et al. (2003) serangan gastroenteritis dapat adalah demam tifoid dan demam paratifoid
berbentuk diare, demam, sakit kepala, mual, yang disebabkan oleh masing-masing bakteri
sakit abdominal, muntah-muntah, dan S.typhi dan S. Paratyphi A dan B, yang
walaupun jarang feces berdarah. umumnya ditularkan melalui susu, telur dan air
Perbedaan tingkat mortalitas juga terjadi minum dan bahan makanan lainnya yang
pada berbagai spesies salmonella, angka tercemar oleh kaluaran hewan atau orang
mortalitas tertinggi dicapai S. cholerasuis yaitu penderita (animal and human carries).
21%. Penyakit ini dapat sembuh dengan Keluaran ini terutama adalah keluaran dari alat
sendirinya, umumnya setelah 7 hari, kecepatan pencernaan berupa feces. Dalam manjaga
kesembuhan ini masih dipengaruhi oleh kesehatan masyarakat oleh karenanya perlu
keadaan alami populasi penderita, umur, dan sekali dijalin kerjasama yang intensif anatara
status kekebalan (COX, 2000; RAY, 2001) serta kesehatan masyarakat veteriner yang diawasi
resistensi bakterI terhadap antibiotika (CHUNG oleh dokter hewan dan kesehatan masyarakat
et al., 2003). RAY (2001) menjelaskan bahwa yang diawasi oleh dokter atau ahli kesehatan
secara umum gejala penyakit bertahan 2 – 3 masyarakat.
hari, dengan angka mortalitas rata-rata 4,1%,
221 221
Lokakarya Nasional
Nasional Penyakit
PenyakitZoonosis
Zoonosis
222 222
Lokakarya Nasional
Nasional Penyakit
PenyakitZoonosis
Zoonosis
223 223
Lokakarya Nasional
Nasional Penyakit
PenyakitZoonosis
Zoonosis
FERREIRA, A.J.P., C.S.A. FERREIRA, T. KNOBL, A.M. SAULI, L., J. DANUSER, C. WENK, and K.D.C. STARK,
MORENO, M.R. BACARRO, M. CHEN, M. 2003. Evaluation of the Safety Assurance
ROBACH and G.C. MEAD, 2003. Comparison Level for Salmonella spp. Throughtout the
of Three Commercial Competitive- Exclusion Food Production Chain in Switzerland. J.
Products for Controlling Salmonella Food Prot. 66:1139-1145.
Colonization of Broilers in Brazil. J. Food
Prot. 66:409-492.http://pkukmweb.ukm.my/ SEDDON, H.R. 1965. Bacterial Diseases (Disease of
~danial/Salmonella.html. 2005. Endotoksin. Domestic Animal in Australia). Part 5, Vol.II.
JAY, J.M., 2000. Modern Food Microbiology, 6th. SUPALI, T. 2001. Studi Karier Salmonella typhi dan
Ed. Aspen Publisher, Inc., Maryland. Salmonella paratyphi pada Pedagang Es
Keliling dan Intervensi Penanggulangannya.
LAY, B.W., and S. HASTOWO. 1992. Mikrobiologi. Badan Litbang Kesehatan Departemen
Rajawali Press, Jakarta. Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial. Jakarta.
LEE, M.B., and D. MIDDLETON, 2003. Enteric Illness SUPARDI, I., dan SUKAMTO. 1999.
in Ontario, Canada, from 1997 to 2001. J. Mikrobiologidalam Pengolahan dan
Food Prot. 66:953-961. Keamanan Pangan. Alumni, Bandung.
RAY, B, 2001. Fundamental Food Microbiology, WEGENER, H.C., T. HALD, D.L.F. WONG, M.
2nd Ed. CRC Press, Boca Raton. MADSEN, H. KORSGAARD, F. BAGER, P.
GERNER-SMIDT, and K. MØLBAK, 2003.
Salmonella Control Programs in Denmark.
Wwww.oie.int. 2004. Salmonellosis. Chapter 2.10.3.
224 224