PENDAHULUAN
1
saluran akar. Faktor penyebabnya yaitu pertimbangan waktu kunjungan perawatan,
dan biaya yang harus dikeluarkan untuk setiap gigi yang harus dirawat. Bagi pekerja
kantoran, bahkan petani di desa, perawatan saluran akar bukan menjadi pilihan utama
dalam perawatan giginya (Apriyono, 2010).
Berdasarkan laporan pada Poli Gigi Puskesmas Gondanglegi dari bulan
Februari – April 2019 menunjukan bahwa nekrosis pulpa merupakan penyakit yang
paling banyak ke-3 yang ditemukan. Berdasarkan data tersebut diperlukan upaya guna
menurunkan angka kejadian nekrosis pulpa di Kecamatan Gondanglegi.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Akademis
1. Institusi
a. Membantu tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yaitu
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat warga
sekitar Puskesmas Gondanglegi.
2
pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut.
2. Mahasiswa
a. Mampu mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakat.
b. Mampu menentukan dan memilih prioritas masalah, penyebab masalah, serta
alternatif pemecahan masalah kesehatan masyarakat.
1. Masyarakat
a. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai penyebab, pencegahan, dan
penanganan nekrosis pulpa
b. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai tindakan perawatan pada
nekrosis pulpa
2. Institusi kesehatan
Laporan ini diharapkan dapat menjadi ulasan dan acuan yang berhubungan
dengan kesehatan gigi dan mulut.
1.4.1.1 Geografi
b. Batas wilayah :
Timur : Kecamatan Turen
3
c. Jumlah Desa, Dusun, Rukun Warga (RW) & RT di Kecamatan Gondanglegi
Rukun Rukun
Dusun/
No Desa Warga Tetangga
Dukuh
(RW) (RT39)
1 Gondanglegi Kulon 2 4 44
2 Gondanglegi Wetan 4 9 39
3 Putat Kidul 2 5 17
4 Sepanjang 3 4 58
5 Sukosari 1 4 12
6 Panggungrejo 2 5 17
7 Sukorejo 3 3 32
Jumlah 17 34 219
Tabel 1.1 Jumlah Desa, Dusun, Rukun Warga (RW) & RT di Kecamatan
Gondanglegi
4
Petugas Gizi (D-III) : 1 orang
Farmasi (D-III) : 1 orang
Analis Laboratorium : 1 orang
3.) Non Medis
Staf : 7 orang
Sopir : 1 orang
Cleaning service : 3 orang
Jenis Pelayanan Puskesmas
1.) Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
Essensial
- Promosi Kesehatan
- Kesehatan Lingkungan
- Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
- Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
- Gizi
Non essensial
- Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
- Upaya Keesehatan Lansia
- Upaya Kesehatan Gigi Sekolah
- Upaya Kesehatan Indera
- Upaya Kesehatan Jiwa
- Upaya Kesehatan Kelompok
- Upaya Kesehatan Olahraga
- Upaya Pengobatan Tradisional
2.) Pelayanan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
Rawat Jalan
Rawat Inap
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED)
Pelayanan penunjang laboratorium
Pelayanan penunjang apotek
Pencegahan dan pengendalian infeksi
5
Pendanaan
Pendanaan Puskesmas diperoleh dari beberapa sumber, yatu :
1) Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
2) Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
3) Dana Pendapatan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
1.4.2 Pembagian Wilayah Administratif
Wilayah kerja Puskesmas Gondanglegi, meliputi desa beriut :
1.) Gondanglegi Kulon
2.) Gondanglegi Wetan
3.) Putat Kidul
4.) Sepanjang
5.) Sukosari
6.) Panggungrejo
7.) Sukorejo
: Luar Wilayah
6
1.4.3 Data Penduduk Tahun 2018
a. Penduduk
1. Jumlah penduduk : 42. 597 jiwa
- Jumlah penduduk laki laki : 42. 949 jiwa
- Jumlah penduduk perempuan : 85. 546 jiwa
2. Jumlah kepala keluarga : 20.790 kepala keluarga
3. Jumlah keluarga miskin : 4.211 keluarga
4. Jumlah penduduk menurut kelompok umur :
- Umur 0 – 4 tahun : 6.798 jiwa
- Umur 5 – 9 tahun : 7.036 jiwa
- Umur 10 – 14 tahun : 7.349 jiwa
- Umur 15 – 19 tahun : 8.091 jiwa
- Umur 20 – 24 tahun : 5.786 jiwa
- Umur 25 – 29 tahun : 6.743 jiwa
- Umur 30 – 34 tahun : 6.499 jiwa
- Umur 35 – 39 tahun : 6.228 jiwa
- Umur 40 - 44 tahun : 4.977 jiwa
- Umur 45 – 49 tahun : 5.182 jiwa
- Umur 50 – 54 tahun : 4.288 jiwa
- Umur 55 – 59 tahun : 3.193 jiwa
- Umur 60 – 64 tahun : 2.596 jiwa
- Umur 64 – 69 tahun : 2.030 jiwa
- Umur 70 – 74 tahun : 1.508 jiwa
- Umur 75> : 1.736 jiwa
7
b. Agama
Jumlah pemeluk agama
Islam : 99.975 jiwa
Hindu : -
Katolik : 202 jiwa
Budha :-
Kristen : 15 jiwa
d. Sasaran kesehatan
8
- Jumlah anak balita ( 1 – 4 thn) : 2.989 orang
- Sopir : 1 orang
9
1.4.4.2 Sarana Prasarana
a. Sarana Kesehatan
2. Puskesmas :1
3. Puskesmas Pembantu :2
6. Puskesmas Keliling :2
7. BP PMI :1
11. Apotek :3
12. Posyandu : 62
10
13. UGD 24 jam
Berdasarkan data sekunder yang didapatkan dari data diagnosa dan tindakan
kesehatan gigi dan mulut bulanan di poli gigi Puskesmas Gondanglegi, terdapat 10
penyakit gigi dan mulut terbanyak pada bulan Februari – April 2019. Dengan total
pengunjung poli gigi sebanyak 941 Pasien adalah sebagai berikut :
1. Abses Periodontal dan Abses Periapikal
3. Nekrosis Pulpa
4. Periodontitis Kronis
5. Gigi Impaksi
6. Pulpitis Reversible
7. Gingivitis Akut
8. Pulpitis Irreversible
9. Gingivitis Kronis
Abses Periapikal
Persistensi Gigi Sulung 3 95 95 193
Nekrosis Pulpa 14 23 33 70
Periodontitis Kronis 1 11 30 42
11
1.6 Penetapan Prioritas Masalah
Kemungkinan
Tabel 1.2 MCUA oleh dr. Titis Ari Respatilatsih (Kepalas Puskesmas
Gondanglegi
12
Abses
Persistensi Gigi Periodontitis Nekrosis Pulpa
Periodontal
Sulung Kronis (Gangren Pulpa)
Bobot
Kriteria
(%) Skor
Skor x Skor x Skor x
Skor Skor Skor Skor x
Bobot Bobot Bobot
Bobot
Kemungkinan
Tabel 1.3 MCUA oleh Umi Masrurah (Dokter Gigi Puskesmas Gondanglegi)
Abses
Persistensi Gigi Nekrosis Pulpa
Periodontal Periodontitis Kronis
Sulung (Gangren Pulpa)
Bobot
Kriteria
(%) Skor
Skor x Skor x Skor x
Skor Skor Skor Skor x
Bobot Bobot Bobot
Bobot
Kemungkinan
Tabel 1.4 MCUA oleh dr. Hendrik (Dokter Umum Puskesmas Gondanglegi)
13
Abses
Persistensi Gigi Nekrosis Pulpa
Periodontal Periodontitis Kronis
Sulung (Gangren Pulpa)
Bobot
Kriteria
(%) Skor
Skor x Skor x Skor x
Skor Skor Skor Skor x
Bobot Bobot Bobot
Bobot
Kemungkinan
Abses
Persistensi Gigi Nekrosis Pulpa
Periodontal Periodontitis Kronis
Sulung (Gangren Pulpa)
Bobot
Kriteria
(%) Skor
Skor x Skor x Skor x
Skor Skor Skor Skor x
Bobot Bobot Bobot
Bobot
Kemungkinan
14
1.7 Alat Ukur Pengambilan Data Primer
Tabel 1. 7 Kuisoner
15
BAB 2
LANDASAN TEORI
16
dan otonomi untuk mengubah pola kerja mereka sesuai dengan kebutuhan yang
diidentifikasi melalui proses penilaian diagnosis masyarakat (WHO, 2001).
2.1.2 Tujuan
Tujuan diagnosis komunitas yang dirincikan oleh WHO adalah sebagai berikut
(WHO, 2001):
1. Bertujuan untuk memudahkan merencanakan dan memberikan perawatan yang
paling efektif kepada mereka yang paling membutuhkan;
2. Berguna untuk menerapkan prinsip keadilan dan keadilan sosial dalam praktik;
3. Bertujuan untuk memastikan bahwa sumber daya yang langka dialokasikan di
mana mereka dapat memberikan kesehatan maksimal manfaat;
4. Bertujuan agar tenaga kesehatan dapat bekerja secara kolaboratif dengan
masyarakat, profesional dan lembaga lain untuk menentukan masalah kesehatan
mana yang paling memprihatinkan dan merencanakan intervensi untuk mengatasi
masalah tersebut.
2.1.3 Manfaat
Manfaat diagnosis komunitas yang dijabarkan dalam Buku Keterampilan Klinis Ilmu
Kedokteran Komunitas Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI adalah sebagai
berikut:
1. Tenaga kesehatan dapat mengetahui kondisi kesehatan dari komunitas
bersangkutan saat ini. Sehingga, indikator kesehatan masyarakat yang
dikumpulkan dalam proses diagnosis komunitas akan memberikan gambaran
mengenai permasalahan kesehatan apa saja yang sedang dihadapi oleh anggota
komunitas. Mengingat cukup banyak masalah kesehatan masyarakat yang dapat
terjaring dalam tahap ini, maka perlu ditetapkan permasalahan kesehatan yang
bersifat prioritas serta memerlukan penanganan segera.
2. Tenaga kesehatan mengetahui bagaimana cara meningkatkan kondisi kesehatan
komunitas ini. Pada tahap ini tim penilai harus menetapkan harapan mengenai
sejauh mana upaya perbaikan kondisi kesehatan ini ingin diperbaiki. Penetapan ini
harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh komunitas
bersangkutan.
3. Tenaga kesehatan mengetahui bagaimana caranya meningkatkan kondisi
kesehatan komunitas. Setelah team menetapkan tingkat kesehatan masyarakat yang
17
ingin dicapai dalam upaya peningkatan kondisi komunitas bersangkutan, maka
perlu dikembangkan beberapa pilihan cara untuk mencapai harapan tersebut.
Pilihan-pilihan ini sudah barang tentu mempunyai konsekuensi mengenai sumber
daya yang diperlukan, sehingga team harus memilih cara solusi yang paling efektif
dan paling efisien dalam pencapaian target yang telah ditetapkan.
18
- sebagai rekomendasi intervensi yang akan dijadikan prioritas dan solusi
pemecahan masalah yang mampu laksana
- sebagai panduan mengindikasi alokasi sumber daya dan mengarahkan rencana
kerja di masa depan
- sebagai sarana menciptakan peluang dari kolaborasi inter sektoral dan keterlibatan
media
- sebagai pembentukan dasar indikator keberhasilan dari evaluasi program kerja
kesehatan.
Oleh karena itu diagnosis komunitas harus disadari bukan sebagai suatu kegiatan
yang berdiri sendiri namun merupakan bagian dari suatu proses dinamis yang mengarah
kepada kegiatan promosi kesehatan dan perbaikan permasalahan kesehatan di dalam
komunitas. Diagnosis komunitas merupakan awal dari siklus pemecahan masalah untuk
digunakan sebagai dasar pengenalan masalah di komunitas, sehingga dilanjutkan dengan
suatu perencanaan intervensi, pelaksanaan intervensi serta evaluasi bagaimana intervensi
tersebut berhasil dilakukan di komunitas.
Oleh karena itu diagnosis komunitas TIDAK hanya berhenti pada identifikasi
(diagnosis) masalah, tetapi juga mencakup solusi (treatment) untuk mengatasi masalah
berdasarkan sumber-sumber yang ada. Untuk lebih menjelaskan diagnosis komunitas,
dibawah ini dijelaskan perbedaan antara Kedokteran komunitas (Community Medicine)
dengan Kedokteran rumah sakit dan perbedaan antara Diagnosis Komunitas dengan
diagnosis klinis.
3 Fokus perhatian : hanya orang sakit Fokus perhatian : orang sakit dan sehat
4 Dilakukan dengan memeriksa pasien Dilakukan dengan cara survey
5 Diagnosis didapat berdasarkan keluhan Diagnosis didasarkan atas Riwayat
dan simtom Alamiah Perjalanan Penyakit (Natural
history of disease)
19
6 Memerlukan pemeriksaan laboratorium Memerlukan penelitian epidemiologi
20
Menurut Depkes RI (2009), umur dewasa dibagi menjadi 2, yang terdiri dari : masa
dewasa awal yaitu seseorang yang berusia antara 26-35, masa dewasa akhir ialah seseorang
yang berusia 36-45. Sedangkan pada usia lanjut menurut World Health Organization
(WHO), dibagi menjadi empat kriteria berikut: usia pertengahan (middle age) ialah 45-59
tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-75 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia
sangat tua (very old) adalah diatas 90 tahun. Berdasarkan Depkes RI (2003) dalam Maryam
dkk (2009) usia lanjut terdiri dari : pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara
45-59 tahun, lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi
ialah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan.
21
2.3.2 Etiologi
Sebagian besar penyebab dari nekrosis pulpa adalah infeksi bakteri pada lesi karies
yang tidak dirawat dengan tepat dan ccepat. Lesi karies yg terus dibiarkan terbuka, dapat
menyebabkan bakteri pada permukaan gigi terus masuk hingga akhirnya mengenai pulpa.
Faktor lainnya yang dapat menyebabkan nekrosis pulpa, yaitu faktor traumatik (fraktur,
pada saat tes open bur), dan juga iritasi kimiawi
2.3.3 Tanda Klinis
Pada gigi yang telah mengalami nekrosis pulpa, apabila diberikan tes vitalitas
(berupa tes termal, ataupun tes mekanik) maka hasilnya negatif, atau tidak memberikan
respon. Pada beberapa kasus, gigi yang nekrosis dan tidak dirawat segera dapat
menyebabkan perubahan warna pada gigi.
2.3.4 Perawatan dan Prognosis
Perawatan yang dapat dilakukan pada nekrosis pulpa, yaitu perawatan saluran akar.
Hal ini dilakukan untuk tetap dapat mempertahankan fungsi gigi sebagai alat mastikasi,
fonetik, dan juga estetis. Prognosis dari perawaan ini pun bisa baik, apabila tidak disertai
dengan keluhan lain seperti penyakit periodontal, ataupun penyakit sistemik yang diderita
oleh pasien. Akan tetapi, banyak orang lebih memilih pencabutan sebagai pilihan utama
untuk kasus nekrosis pulpa. Hal ini terjadi karena banyak yang berpikir, bahwa dengan
pencabutan merupakan perawatan yang murah dan cepat. Padahal tentu saja, ketika gigi
tersebut dicabut, akan sangat mengganggu proses mastikas, fonetik, dan juga estetik dari
orang tersebut.
2.3.5 Prevalensi
Usia pra lansia merupakan kelompok usia dari 45-59 tahun. Untuk usia ≥60 tahun
sudah termasuk usia lansia. Kelompok usia pra lansia merupakan kelompok usia dimana
seseorang, biasanya, sudah mulai mengalami beberapa masalah kesehatan rongga mulut.
Beberapa permasalahan kesehatan rongga mulut yang dialami, yaitu karies, penyakit
pulpa, penyakit periodontal, hingga edentulous.
22
BAB 3
DISTRIBUSI USIA
Dewasa Pralansia
10%
90%
23
DISTRIBUSI JENIS KELAMIN
Laki-laki Perempuan
43%
57%
41%
59%
3.3 Data Responden terhadap Intensitas Pergi ke Dokter Gigi 6 Bulan Sekali
Berdasarkan hasil survei, 7 responden menyatakan rajin ke dokter gigi setiap 6 bulan
sekali dan 23 responden tidak rajin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.
24
INTENSITAS KE DOKTER GIGI 6 BULAN SEKALI
Ya Tidak
24%
76%
Gambar 3.4 Persentase Responden yang Pergi ke Dokter Gigi 6 Bulan Sekali
24%
76%
Gambar 3.5 Persentase Responden yang Rajin Menggosok Gigi Setiap Hari
3.5 Data Responden terhadap Pengetahuan Cara Menggosok Gigi yang Benar
Berdasarkan hasil survei, 10 responden menyatakan mengetahui cara menggosok gigi
yang benar dan 20 responden tidak mengetahui cara menggosok gigi yang benar.
25
PENGETAHUAN CARA MENGGOSOK GIGI
YANG BENAR
Ya Tidak
35%
65%
Gambar 3.6 Persentase Responden yang Mengetahui Cara Menggosok Gigi dengan
Benar
3.6 Data Responden terhadap Pengetahuan Waktu Menggosok Gigi yang Benar
Berdasarkan hasil survei, 14 responden menyatakan mengetahui waktu menggosok
gigi yang benar dan 16 responden tidak mengetahui waktu menggosok gigi yang benar.
47%
53%
26
3.7 Data Responden terhadap Pengalaman Menderita Gigi Berlubang
Berdasarkan hasil survei, 23 responden menyatakan pernah mengalami gigi berlubang
dan 7 responden tidak pernah mengalami gigi berlubang.
24%
76%
3.8 Data Responden terhadap Pengalaman Merawat Gigi Berlubang ke Dokter Gigi
Berdasarkan hasil survei, 10 responden menyatakan pernah merawat gigi berlubang
ke dokter gigi dan 20 responden tidak pernah merawat gigi berlubang ke dokter gigi.
35%
65%
Gambar 3.9 Persentase Responden yang Merawat Gigi Berlubang ke Dokter Gigi
27
3.9 Data Responden terhadap Pengalaman Gigi Berlubang yang Mengganggu
Aktivitas
Berdasarkan hasil survei, 12 responden menyatakan mempunyai pengalaman gigi
berlubang yang mengganggu aktivitas dan 18 responden tidak mempunyai pengalaman gigi
berlubang yang mengganggu aktivitas.
41%
59%
28
PENGALAMAN BENGKAK DI SEKITAR GIGI
BERLUBANG
Ya Tidak
29%
71%
3.11 Data Responden terhadap Anggota Keluarga yang Menderita Gigi Berlubang
Berdasarkan hasil survei, 30 responden menyatakan mempunyai anggota keluarga lain
yang menderita gigi berlubang.
0%
100%
29
3.12 Data Responden terhadap Pengetahuan Gigi Berlubang Harus Ditambal
Berdasarkan hasil survei, 30 responden menyatakan mengetahui gigi berlubang harus
ditambal.
0%
100%
24%
76%
30
3.14 Data Responden terhadap Rutinitas Mengganti Sikat Gigi Setiap 1-2 Bulan
Berdasarkan hasil survei, 23 responden menyatakan rutin mengganti sikat gigi setiap
1-2 bulan sekali dan 7 responden menyatakan tidak rutin mengganti sikat gigi setiap 1-2
bulan sekali.
24%
76%
Gambar 3.15 Persentase Responden yang Rutin Mengganti Sikat Gigi Setiap 1-2
Bulan
3.15 Data Responden terhadap Intensitas Rutin Mengonsumsi Sayur, Buah, dan Susu
Berdasarkan hasil survei, 26 responden menyatakan rutin mengonsumsi sayur, buah,
dan susu dan 4 responden menyatakan tidak mengonsumsi sayur, buah, dan susu.
12%
88%
Gambar 3.16 Persentase Responden yang Rutin Mengonsumsi Sayur, Buah, dan
Susu
31
3.16 Data Responden yang Perokok
Berdasarkan hasil survei, 10 responden merupakan seorang perokok dan 20 responden
bukan merupakan seorang perokok.
PEROKOK
Ya Tidak
35%
65%
12%
88%
32
3.18 Data Responden yang Sedang Menggunakan Gigi Palsu
Berdasarkan hasil survei, 4 responden menyatakan sedang menggunakan gigi palsu
dan 26 responden menyatakan tidak sedang menggunakan gigi palsu.
12%
88%
12%
88%
Gambar 3.19 Persentase Responden yang Membuat Gigi Palsu di Tukang Gigi
33
3.20 Data Responden terhadap Kepuasan Pembuatan Gigi Palsu ke Tukang Gigi
Berdasarkan hasil survei, 2 responden menyatakan puas terhadap gigi palsu yang
dibuatkan ke tukang gigi dan 28 responden menyatakan tidak puas terhadap gigi palsu yang
dibuatkan ke tukang gigi.
6%
94%
Gambar 3.20 Persentase Tingkat Kepuasan Responden terhadap Gigi Palsu yang
Dibuat oleh Tukang Gigi
34
BAB 4
PENENTUAN AKAR PENYEBAB MASALAH
PENURUNAN
KUALITAS
HIDUP
NEKROSIS
PULPA
KURANGNYA
PENYULUHAN
PENDIDIKAN RENDAH
TENAGA
EKONOMI KESEHATAN
RENDAH TIDAK MERATA
35
BAB 5
PRIORITAS PENYEBAB MASALAH
Berdasarkan analisa akar penyebab masalah, penentuan prioritas penyebab
masalah menggunakan teknik NGT (Nominal Group Technique). Metode ini
digunakan untuk mendapatkan keputusan yang terbaik dari prioritas penyebab masalah
karena prespektif para anggota tenaga kesehatan yang berbeda-beda dalam
memandang suatu permasalahan.
Tabel 5.1 Penentuan prioritas penyebab masalah dengan teknik NGT
Kurangnya kesadaran
mulut
Tingkat pendidikan dan
2 ekonomi yang 1 1 2 1 2 2 9 6
rendah
Kurangnya wawasan
mulut
36
BAB 6
PEMECAHAN PENYEBAB MASALAH DAN ALTERNATIFNYA
Skor
Hasil
No Pemecahan Ranking
CxAxRxL
C A R L
37
Peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan gigi
5 9 8 8 8 4608 4
terhadap penyakit nekrosis pulpa
38
BAB 7
RENCANA KEGIATAN JANGKA PENDEK
Metode
No Kegiatan Tujuan Kegiatan Tempat Tanggal Sasaran Pelaksana Indikator yang Metode PJ Anggaran
an Keberhasilan Digunaka Evaluasi
n
1. Melakukan Memberikan edukasi Desa 6 Dewasa Angga - Kegiatan dihadiri Penyuluha Pretest Angga Rp800.000
penyuluhan kepada warga desa Sepan- Mei 2019 dan Shabrina oleh minimal 15 n dan dan Post Firman
mengenai nekrosis Sepanjang mengenai jang Pralansia a Aulia orang demonstra test
pulpa, penyebab, nekrosis pulpa, faktor Desa Shabrina - Terdapat si
pencegahan dan penyebab, pencegahan, Sepan- Anissizi peningkatan pada mengguna
cara mengatasinya roses terjadinya, dan jang Hasna pretest dan postest kan ABP
serta materi cara mengatasinya. Savira
mengenai cara Firman
menjaga kesehatan
gigi dan mulut.
2. Melakukan Memberikan edukasi Posyandu 8 Kader Angga Terdapat Penyuluha Pre test Shabrin Rp200.000
penyuluhan kepada kepada kader posyandu Mei 2019 Posyan Shabrina peningkatan pada n dan Post a Aulia
kader posyandu mengenai nekrosis du a Aulia pretest dan pos test mengguna test Hasna
mengenai nekrosis pulpa, faktor penyebab, Shabrina kan ABP
pulpa, penyebab, pencegahan, roses
Anissizi
terjadinya, dan cara
pencegahan dan Hasna
mengatasinya.
cara mengatasinya Savira
serta materi Firman
mengenai cara
menjaga kesehatan
gigi dan mulut.
39
3. Memberikan alat Memberikan informasi Posyandu 8 Warga Angga Semua sasaran Leaflet dan Alat Shabrin Rp300.000
bantu peraga mengenai nekrosis Mei 2019 dan Shabrina mendapatkan poster peraga a
berupa leaflet dan pulpa, penyebab, Kader a Aulia leaflet dan poster telah Anissiz
poster yang berisi pencegahan, dan cara Posyan Shabrina diterima i
materi mengenai mengatasinya. du dan Savira
Anissizi
nekrosis pulpa, Hasna dapat
penyebab, Savira digunaka
pencegahan, dan Firman n oleh
cara mengatasinya. kader
posyand
u
40
BAB 8
RENCANA KEGIATAN JANGKA PANJANG
No Rencana Tujuan Kegiatan Lokasi Waktu Sasara Target Metode Indikator Metode Penangg Anggaran
Kegiatan n Keberhas Evaluasi ung
ilan Jawab
1. Pemeriksaan Melakukan screening pada Posyan- 1x Dewasa Dewasa dan Screenin Minimal Data penderita Dokter Rp
secara berkala penderita nekrosis pulpa du sebulan dan pra pra lansia di g terlaksana nekrosis pulpa Gigi 1.000.000
kesehatan gigi dan karies gigi yang lansia Gondanglegi 1x sebulan mengalami Puskesma
dan mulut mengarah ke nekrosis penurunan pada s
pulpa sehingga dapat bulan
dirujuk ke puskesmas dan berikutnya
dilakukan pencegahan dan
pengobatan
2. Edukasi karies Memberikan pengetahuan Posyan- 1x Dewasa Dewasa dan Penyulu- Terlaksan Pre test dan post Kader Rp300.000
gigi dan nekrosis kepada masyarakat tentang du setahun dan pra pra lansia di han a dalam test Posyandu
pulpa nekrosis pulpa lansia Gondanglegi dengan setahun
ABP
3. Edukasi Memberikan pengetahuan Posyan- 1x Dewasa Dewasa dan Penyulu- Terlaksan Pre test dan post Kader Rp300.000
pnggunaan gigi kepada masyarakat untuk du setahun dan pra pra lansia di han a dalam test Posyandu
tiruan membuatkan gigi tiruan lansia lansia Gondanglegi dengan setahun
wajib ke dokter gigi bagi ABP
penderita edentulous
41
BAB 9
PENUTUP
9. 1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil laporan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Prioritas kesehatan gig dan mulut yang diperoleh di desa Sepanjang kecamatan
Gondanglegi Kabupaten Malang berdasarkan hasil data primer dan sekunder
adalah tingginya angka nekrosis pulpa pada usia dewasa dan pra-lansia.
2. Penyebab tingginya angka kejadian nekrosis pulpa adalah Salah cara menyikat
gigi serta juga jarang ada penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di masyarakat
usia dewasa dan pra-lansia di Desa Sepanjang Kecamatan Gondanglegi
Kabupaten Malang.
9.2 Saran
42
DAFTAR PUSTAKA
Apriyono, Dwi K. 2010. Kedaruratan Endodonsia. Stomatognatic (J.K.G. Unej) Vol. 7 No. 1
2010 : 45-50
Herwanda, Dkk. 2014. Gambaran Kebutuhan Perawatan Gigi Dan Mulut Pada Pasien Di
Posyandu Lansia Puskesmas. Cakradonya Dent J; 6(1):619-677
Lundeen T.F., Roberson Tm. Cariology: The Lesion, Etiology, Prevention, And Control.
Dalam Sturdevant CM Et Al. (Ed): The Art And Science Of Operative Dentistry.
rd
3 Ed. St.Louis: Mosby,1995:60-128.
Sriyono, N. W., 2009, Pencegahan Penyakit Gigi Dan Mulut Guna Meningkatkan Kualitas
Hidup, Yogyakarta: UGM.
Setyowati, Yuliana P. 2009. Prevalensi Nekrosis Pulpa Pada Pasien Dengan Riwayat
Diabetes Mellitus Di Poliklinik Gigi Dan Mulut Rsud Dr. Moewardi Surakarta
Tahun 2009 .
43