Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Vol 1. No.

1
ISSN 2087-7412 April 2010, hal 7-16

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KRISTAL CAIR IONIK BERBASIS GARAM


FATTY IMIDAZOLINIUM SEBAGAI ELEKTROLIT REDOKS PADA SEL SURYA
TERSENSITISASI ZAT WARNA

Arie Hardian, Ahmad Mudzakir, dan Omay Sumarna


Program Studi Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia
e-mail: archow_dj@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan elektrolit redoks kristal cair ionik berbasis sumber terbarukan lokal
untuk sel surya tersensitisasi zat warna (DSSC, Dye Sensitized Solar Cell). Sistem kristal cair ionik yang
diharapkan diperoleh adalah garam iodida dari fatty imidazolinium. Pada penelitian ini telah berhasil disintesis tiga
senyawa fatty imidazolinium iodida dengan struktur kation berbeda yakni palmitil imidazolinium (Pal-Imz), stearil
imidazolinium (St-Imz), dan cis oleil imidazolinium (Ol-Imz). Ketiga senyawa disintesis dari asam lemak dan
dietilentriamin (DETA) menggunakan metode green melalui penggunaan iradiasi gelombang mikro. Hasil
karakterisasi struktur menggunakan FTIR dan 1H-NMR menunjukkan kesesuaian dengan senyawa yang
diharapkan. Analisis terhadap uji sifat fisikokimia menggunakan Differential Scanning Calorimetry (DSC)
menunjukkan terdapatnya fase kristal cair pada Ol-Imz I dengan rentang 82,58-151,50oC. Analisis sifat fisikokimia
lainnya menggunakan Thermal Gravimetry / Differential Thermal Analysis (TG/DTA) menunjukkan bahwa ketiga
senyawa memiliki kestabilan termal yang tinggi masing-masing dengan titik dekomposisi 368,6oC/38,6% (Pal-
Imz I); 375,5oC/45,6% (St-Imz I); dan 361,6oC/57% (Ol-Imz I). Analisis menggunakan cyclic voltammetry (CV)
menunjukkan ketiga senyawa memiliki lebar jendela elektrokimia sebesar ± 2 V. Hasil analisis Electrochemical
Impedance Spectroscopy (EIS) menunjukkan bahwa tahanan Ol-Imz I paling kecil yaitu 0,066 kohm.cm2 pada
25oC, sedangkan St-Imz I dan Pal-Imz I masing-masing berharga 3,839 dan 1,566 kohm.cm2. Data hasil uji sifat
fisikokimia menunjukkan bahwa senyawa Ol-Imz I berpotensi digunakan sebagai elektrolit redoks pada DSSC.

Kata kunci: DSSC, elektrolit redoks, kristal cair ionik, dan fatty imidazolinium

PENDAHULUAN silikon kristal tunggal dan silikon multi kristal.


Keunggulan dari tipe pertama ini adalah memiliki
Krisis energi yang dialami oleh seluruh negara efisiensi yang cukup tinggi, sedangkan
di dunia menyebabkan beberapa perubahan yang kelemahannya adalah biaya produksinya yang mahal
signifikan pada berbagai aspek kehidupan sehingga tidak memenuhi salah satu kriteria sumber
masyarakat. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi energi alternatif yaitu biaya produksi murah.
(IPTEK) merupakan salah satu aspek yang dapat Generasi kedua dari sel surya adalah tipe lapis tipis
menjawab permasalahan krisis energi tersebut. (thin film solar cell). Keunggulan dari tipe ini
Beberapa penelitian telah dilakukan oleh dalam diantaranya biaya produksi yang lebih murah
upaya mencari sumber energi alternatif. Salah satu dibandingkan dengan tipe sebelumnya dan divais
piranti energi alternatif yang hingga saat ini menarik yang dihasilkan bersifat lentur sehingga dapat
perhatian banyak peneliti adalah Sel Surya (Solar dideposisikan terhadap piranti apapun. Sedangkan
Cell). kelemahannya adalah efisiensi yang dihasilkan lebih
Sumber energi untuk sel surya yang melimpah rendah dibandingkan dengan tipe sebelumnya.
dan terbaharui merupakan salah satu alasan Penelitian agar harga sel surya menjadi lebih
dilakukannya pengembangan akan sel surya ini. murah selanjutnya memunculkan generasi ketiga dari
Suplai energi surya dari sinar matahari yang diterima jenis sel surya yaitu tipe sel surya polimer atau
oleh permukaan bumi sangat besar yaitu mencapai 3 disebut juga dengan sel surya organik dan tipe sel
x 1024 joule pertahun. Jumlah energi sebesar itu surya fotoelektrokimia. Berbeda dengan tipe sel
setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh surya generasi pertama dan kedua yang menjadikan
dunia saat ini. Dengan kata lain, dengan menutup pembangkitan pasangan electron dan hole dengan
0,1% permukaan bumi dengan divais sel surya yang datangnya photon dari sinar matahari sebagai proses
memiliki efisiensi 10% sudah mampu untuk utamanya, pada sel surya generasi ketiga ini photon
menutupi kebutuhan energi di seluruh dunia saat ini yang datang tidak harus menghasilkan pasangan
1
. muatan tersebut melainkan membangkitkan exciton.
Hingga saat ini telah dihasilkan tiga generasi sel Exciton inilah yang kemudian berdifusi pada dua
surya yang masing-masing memiliki kelebihan dan permukaan bahan konduktor (yang biasanya di
kekurangan. Generasi pertama sel surya terbuat dari rekatkan dengan organik semikonduktor berada di

7
Arie Hardian, Ahmad Mudzakir, Omay Sumarna J. Si. Tek.Kim.

antara dua keping konduktor) untuk menghasilkan amida pada fatty imidazolinium. Adanya gugus
pasangan muatan dan akhirnya menghasilkan efek amida diharapkan senyawa ini dapat menghasilkan
arus foto (photocurrent)2. rentang mesophase yang lebar dengan terbentuknya
Tipe sel surya fotokimia merupakan jenis sel supramolekular kristal cair ionik.
surya exciton yang terdiri dari sebuah lapisan Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penelitian
partikel nano (biasanya TiO2) yang diendapkan ini dilakukan untuk mendapatkan kristal cair ionik
dalam sebuah perendam (dye). Jenis ini pertama kali sebagai material elektrolit redoks baru untuk sel
diperkenalkan oleh Graetzel pada tahun 1991 surya tersensitisasi zat warna (DSSC) yang berbasis
sehingga jenis sel surya ini sering juga disebut garam fatty imidazolinium. Garam ini dapat
dengan sel Graetzel atau dye-sensitized solar cells disintesis dari asam lemak 6, sehingga dimungkinkan
(DSSC). Sel Graetzel ini dilengkapi dengan untuk mendapatkan garam ini dari sumber
pasangan redoks yang diletakkan dalam sebuah terbarukan lokal seperti minyak sawit dan minyak
elektrolit (bisa berupa padatan atau cairan). Sistem nabati lainnya.
elektrolit redoks yang biasa digunakan umumnya Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
disusun dari pasangan redoks I3-/I- dalam pelarut material elektrolit redoks baru untuk sel surya
organik seperti asetonitril atau 3-metoksi propinitril tersensitisasi zat warna (DSSC) beserta karakter
3
. Pelarut organik tersebut dapat mengalami fisikokimianya. Adapun material yang akan dibuat
kebocoran atau ketidakstabilan disebabkan adalah kristal cair ionik berbasis garam fatty
peningkatan suhu selama proses iluminasi, yang imidazolinium dengan memvariasikaann tiga
berpengaruh buruk pada kestabilan elektrolit jika substitusi gugus alkil pada kation dengan gugus
digunakan pada rentang waktu yang cukup lama. palmitil [CH3(CH2)14-CH2-], stearil [CH3(CH2)16-
Berkaitan dengan kelemahan tersebut, beberapa CH2-], dan cis oleil [cis-ω-9-CH3(CH2)16CH2-]
usaha telah dilakukan untuk menggantikan sistem dengan anion iodida.
elektrolit redoks tersebut dengan semikonduktor
tipe-p berbasis material anorganik, konduktor METODE PENELITIAN
organik, atau padatan elektrolit polimer 4. Walaupun Alat
elektrolit non-cairan dirasakan dapat mengatasi Peralatan yang digunakan untuk tahapan
masalah kebocoran, tetapi masalah lain muncul yaitu preparasi dan sintesis kristal cair ionik fatty
dengan menurunnya efisiensi konversi. Rendahnya imidazolinium antara lain: microwave 800W, alat-
efisiensi dapat dihubungkan dengan relatif alat gelas, satu set alat refluks, pemanas mantel,
kurangnya kontak antara partikel nano yang termometer raksa, Magnetic Stirrer, pemanas listrik,
mengadsorpsi zat warna dengan padatan konduktor corong Buchner, pompa vakum, satu set alat rotary
atau polimer dalam lapisan mesopori. Dalam kaitan evaporator, neraca analitik, aluminium foil, kertas
ini beberapa peneliti menggunakan cairan ionik saring Whattman 41. Sedangkan untuk karakterisasi
sebagai alternatif, karena performa fotovoltaiknya struktur, studi elektrokimia, dan analisis termal
yang cukup tinggi sekaligus kestabilan fisiknya yang digunakan FTIR (SHIMADZU, FTIR-8400), 1H-
memadai yang menjadikan cairan ionik dapat NMR Delta 500 MHz, Electrochemistry Impedance
memiliki kontak yang tinggi dengan zat warna pada Spectroscopy (VOLTALAB PGZ301), Cyclic
partikel nano 4. Voltammetry (EPSILON), Differential Scanning
Walaupun demikian, efisiensi konversi sel surya Calorimetry (DSC), dan Thermal Gravimetric /
berbasis cairan ionik masih lebih rendah Differential Thermal Analysis (TG/DTA) 200 Seiko
dibandingkan pelarut organik konvensional. Hal ini SSC tipe 5200H.
berkaitan dengan tingginya kekentalan cairan ionik
yang mempersulit terjadinya difusi I- dan I3- 5. Bahan
Karena usaha untuk mereduksi kekentalan belum Bahan-bahan yang digunakan untuk keseluruhan
juga berhasil, maka diperlukan cara lain untuk penelitian ini adalah: asam cis oleat ekstrak pure
mempercepat transport muatan pada material ini. produk Merck, asam stearat p.a produk Merck, asam
Untuk mempercepat laju ini yaitu melalui palmitat p.a produk Merck, metil iodida p.a produk
terbentuknya struktur “self assembly” dan Aldrich, dietilenatriamina p.a produk Aldrich,
peningkatan konsentrasi lokal I- dan I3-, maka asetonitril teknis produk Bratachem, metilen klorida
penggunaan kristal cair ionik (ionic liquid crystals) teknis produk Bratachem, etil asetat teknis produk
sangat memungkinkan 5. Sementara ini kristal cair Bratachem, kalsium oksida p.a produk Merck,
ionik yang dikembangkan adalah sistem kristal cair metanol teknis produk Bratachem, n-butanol p.a.
ionik berbasis garam imidazolium yang secara produk Merck, dan n-heksana teknis produk
ekonomis masih kurang menguntungkan. Bratachem.
Kation fatty imidazolinium memiliki struktur
yang serupa dengan kation imidazolium, berbeda
hanya dalam ikatan rangkap dan terdapatnya gugus

8
Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Vol 1. No.1
ISSN 2087-7412 April 2010, hal 7-16

Sintesis Fatty Imidazolin merupakan semi-padatan berwarna coklat


Ke dalam gelas kimia pyrex ukuran 500 mL, kekuningan.
dimasukkan 2,06 gram (20 mmol) dietilenatriamina,
40 mmol asam lemak (asm palmitat, asam stearat, Sintesis Fatty Imidazolinium Iodida
atau asam oleat-cis) dan 20 gram kalsium oksida Fatty imidazoline ditambahkan metilen klorida
(CaO) secara hati hati dan diaduk hingga merata. sebanyak 120 mL dan kemudian dimasukkan ke
Campuran diiradiasi menggunakan microwave dalam labu dasar bulat leher tiga. Ke dalam labu
dengan daya 800W selama waktu tertentu dan suhu dasar bulat ditambahkan metil iodida dengan
akhir dicatat (Tabel 1). Pertama kali, dilakukan perbandingan 1 : 1,5 (imidazolin : CH3 I), selanjutnya
penentuan waktu optimal reaksi dengan cara campuran di refluks pada suhu konstan 40oC sambil
mengukur suhu dari campuran setiap 1 menit. diaduk dengan magnetic stirrer kurang lebih selama
Setelah menunjukkan dua suhu maksimum, maka 4 jam. Kemudian hasilnya didinginkan hingga
kemudian reaksi dihentikan. Setelah waktu optimal mencapai suhu ruangan, dan selanjutnya dikeringkan
reaksi diketahui, untuk reaksi selanjutnya microwave dengan menggunakan evaporator pada suhu 80oC
di set pada waktu tersebut. kurang lebih selama 2 jam. Kemudian digunakan
metode rekristalisasi untuk pemurniannya, dimana
Tabel 1. Waktu reaksi sintesis fatty imidazoline produk dilarutkan dalam metanol dan dijenuhkan
Senyawa Waktu (menit) hingga terbentuk padatan (kristal) menggunakan n-
Pal-Imz 7,5 heksana. Kurang lebih dibutuhkan waktu 4 hari,
setelah itu produk dipisahkan dari uap-uap pengotor
St-Imz 8,5
menggunakan pompa vakum, kemudian dimasukkan
Ol-Imz 6,5 ke dalam refrigator selama 30 menit. Produk berupa
semi-padatan merah tua untuk Pal-Imz I, semi-
Campuran reaksi dibiarkan hingga mencapai padatan kuning kecoklatan untuk St-Imz I, dan pasta
suhu ruanngan. Kemudian campuran dipindahkan ke coklat untuk Ol-Imz I 7.
dalam labu dasar bulat leher tiga. Etilasetat
ditambahkan sebanyak 80 mL dan campuran Karakterisasi Struktur dan Fisikokimia
kemudian dipanaskan sampai suhu 80oC seiring Fatty imidazoline dikarakterisasi menggunakan
dengan pengadukan menggunakan magnetic stirrer FTIR, sedangkan fatty imidazolinium iodida
hingga berwarna coklat muda, kurang lebih dikarakterisasi menggunakan FTIR dan 1H-NMR.
dibutuhkan waktu 30 menit. Campuran disaring Karakterisasi sifat fisikokimia yaitu dengan
dalam keadaan panas menggunakan corong buchner menggunakan Cyclic Voltammetry (CV) untuk
yang dihubungkan dengan pompa vakum 6. mengetahui lebar jendela elektrokimia,
Kemudian filtrat dipekatkan dengan evaporator
dengan cara memisahkan pelarut etil asetat. Produk

Sintesis Fatty Imidazolin


Tabel 2. Sintesis fatty imidazoline dari asam lemak berbeda menggunakan irradiasi gelombang mikro
Perbandingan Suhu
Daya Waktu
mol asam akhir Randemen
No Asam Lemak (g) DETA (g) microwave reaksi
lemak dan reaksi (%)
(Watt) (menit)
DETA (oC)
Asam palmitat
1 2,06 2:1 800 7,5 164 40,2
(10,2)
2 Asam stearat (11,4) 2,06 2:1 800 8,5 169 51,3
Asam cis-oleat
3 2,06 2:1 800 6,5 158 50,4
(11,4)

9
Arie Hardian, Ahmad Mudzakir, Omay Sumarna J. Si. Tek.Kim.

Sintesis Fatty Imidazolinium Iodida


Tabel 3. Sintesis fatty imidazolinium iodida menggunakan metil iodida sebagai agen pengkuartener
Massa
Jenis Fatty Massa CH3I Volume Suhu reaksi Randemen
No imidazolin
imidazoline (g) CH2Cl2 (mL) (oC) (%)
(g)
1 Palmitil imidazolin 4 1,7 120 40 30
2 Stearil imidazolin 4 1,7 120 40 35
3 Cis oleil imidazolin 4 1,7 120 40 32

Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) elektrolit redoks pada Sel Surya Tersensitisasi Zat
untuk mengetahui besarnya tahanan, Differential Warna (DSSC), adanya gugus amida ini diduga
Scanning Calorimetry (DSC) untuk mengetahui suhu justru akan memperbesar kemungkinan fatty
transisi fasa, dan Thermal Gravimetry / Differential imidazolinium membentuk mesophase melalui
Thermal Analysis (TG/DTA) untuk mengetahui pembentukan kristal cair ionik supramolekular
suhu dekomposisi dari masing – masing senyawa. (supramolecular ionik liquid crystals). Gugus amida
primer tak tersubstitusi (-C(O)NH2) dikenal sebagai
sinton pembentukan struktur supramolekular pada
PEMBAHASAN crystal engineering 8. Pembentukan kristal cair ionik
supramolekular pada kation imidazolium 3 misalnya
Kation fatty imidazolinium 4 mempunyai sebagian besar terstabilkan oleh interaksi ionik dan
struktur dan fungsi yang sangat mirip dengan kation ikatan hidrogen lemah (interaksi sekunder) kation-
imidazolium 3, berbeda hanya pada gugus substituen anion. Masuknya gugus amida pada struktur kation 3
pada N3 [dengan adanya gugus amida, -C(O)(NH)] dapat memperkaya terbentuknya ikatan hidrogen
pada 4 dan adanya ikatan rangkap pada sistem lemah dan akan menstabilkan pembentukan kristal
lingkar 3. Garam fatty imidazolinium ini dapat cair ionik supramolekular 8.
disintesis dari asam lemak6 dengan metode Dengan demikian dapat diduga bahwa dengan
gelombang mikro yang lebih green, sehingga masuknya gugus amida pada struktur fatty
dimungkinkan untuk mendapatkan garam ini dari imidazolinium 4 juga akan mendorong kation
minyak nabati terbarukan lokal (asam lemak). mengatur dirinya (self-organize) membentuk pita
O polimer berikatan hidrogen (hydrogen bonded
ribbon polymer). Hal ini akan menstabilkan
R CH2-CH2-NH-C-R pembentukan mesophase pada rentang suhu yang
N3 N3 cukup lebar. Terdapatnya kemiripan struktur
- - sekaligus terdapatnya perbedaan pokok tersebut
C2R X C2R X
membuat kajian karakteristik fisikokimia dan kinerja
N1 N1 fotovoltaik terhadap garam 4 ini akan sangat
CH3 CH3 menarik. Kontribusi besar bagi studi eksplorasi
3 - - -
X: I , Br , Cl , dll 4 material ini sebagai elektrolit redoks pada DSSC
juga bisa diberikan.
R: alkil Pada penelitian ini telah disintesis tiga senyawa
berbasis garam fatty imidazolinium dengan
Gambar 1 Struktur kation imidazolium 3 dan Fatty memvariasikan gugus alkil pada kation dengan
imidazolinium 4 palmitil [CH3-(CH2)14-CH2-], stearil [CH3 -(CH2)16-
CH2-], dan cis oleil [ω-9-CH3-(CH2)16-CH2-] dan
Dalam kerangka studi eksplorasi bagi iodida sebagai anion. Senyawa palmitil
pengembangan kristal cair ionik baru sebagai imidazolinium iodida (Pal-Imz I) berupa padatan
lembek berwarna merah pekat, senyawa stearil

10
Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Vol 1. No.1
ISSN 2087-7412 April 2010, hal 7-16

karena
pada
- sintesis
-NHCO
fatty
Alkil
Alkil

-(CH )
-(CH )
Ulur – –C=O
Ulur
CH sp–33
3
–C=O
CH sp –C=N
–C=N
-NH
-NH

Gambar 2. Spektra FTIR stearil imidazolin (bawah) dan stearil imidazolinium iodida

imidazolinium iodida (St-Imz I) berupa padatan imidazoline tidak dilakukan pemurnian. serapan pada
lembek berwarna kuning kecoklatan, sedangkan bilangan gelombang 3411 cm-1 menunjukkan adanya
senyawa cis oleil imidazolinium iodida (Ol-Imz I) gugus amina sekunder (-NHCO-) yang kemungkinan
berupa padatan lembek berwarna coklat lebih mengalami ikatan hidrogen. Tidak terdapatnya
lembek dibandingkan palmitil dan stearil. serapan yang jelas antara 2800 – 1600 cm-1
diperkirakan banyaknya serapan dari gugus-gugus
Analisis Struktur yang mengalami tumpang tindih satu sama lain.
Dalam suatu sintesis diperlukan suatu Dalam hal ini, tidak terlalu terlihat perbedaan yang
karakterisasi stuktur untuk mengetahui apakah signifikan antara spektra IR dari stearil imidazolin
senyawa yang kita harapkan berhasil terbentuk atau dan stearil imidazolinium iodida karena hanya
tidak. Analisis atau karakterisasi struktur yang paling berbeda dalam hal gugus metil pada N1 dan ikatan
sering digunakan yaitu menggunakan spektroskopi rangkap -C=N pada lingkar imidazol yang
FTIR (Fourier Transform Infra Red) dan 1H-NMR mengalamikonjugasi. Tabel 4 memperlihatkan
(Nuclear Magnetic Resonance-Proton). Keenam analisis spektra yang dibandingkan dengan literatur.
senyawa diantaranya tiga fatty imidazoline dan tiga Disisi lain, perbandingan spektra antara palmitil
fatty imidazolinium dikarakterisasi dengan FTIR. imidazolin dengan palmitil imidazolinium iodida
Sedangkan untuk memastikan ketiga senyawa fatty hampir serupa dengan stearil imidazolin dan stearil
imidazolinium berhasil terbentuk, karakterisasi imidazolinium iodida. Tidak banyak yang dapat
menggunakan 1 H-NMR dilakukan. dijelaskan pada spektra IR karena pada penelitian ini
hanya ditujukan untuk pengujian kualitatif, dengan
Analisis Spektra FTIR kata lain hanya mengidentifikasi gugus-gugus khas
Analisis terhadap FTIR yaitu dengan cara yang muncul pada daerah bilangan gelombang
membandingkan spektra dari senyawa sebelum (fatty tertentu.
imidazoline) dan spektra senyawa hasil reaksi (fatty Begitupun dengan senyawa cis oleil imidazolin
imidazolinium). Senyawa fatty imidazoline yang dan cis oleil imidazolinium menunjukkan spektra IR
diuji menggunakan FTIR merupakan senyawa yang yang hampir serupa dengan stearil imidazolin dan
baru didapat langsung dari hasil reaksi microwave, stearil imidazolinium iodida. Pada cis oleil
sedangkan senyawa fatty imidazolinium iodida yang imidazolin terdapat puncak pada bilangan
diuji dengan FTIR merupakan senyawa hasil gelombang 3600 cm-1, yang dimungkinkan adanya
metilasi-kuartenerisasi dan setelah pemurnian. vibrasi gugus –OH bebas dari sisa asam lemak.
Gambar 2 menunjukkan perbandingan hasil spektra Karena perlakuan pada cis oleil serupa dengan pada
senyawa stearil imidazolin dengan senyawa stearil stearil imidazolin, dimana imidazolin yang diuji IR
imidazolinium iodida. merupakan imidazolin yang belum dipisahkan
Pada spektra FTIR stearil imidazolin terdapat menggunakan etil asetat.
serapan pada bilangan gelombang 3643 cm-1 yang Perbedaan yang terlihat dari struktur stearil dan
menunjukkan adanya vibrasi –NH. Gugus –NH ini cis oleil yaitu pada ikatan tak jenuh. Hal ini
bukan berasal dari stearil imidazolin melainkan dari terbuktikan dengan munculnya puncak pada bilangan
pengotornya yaitu dietilentriamin yang bersisa, gelombang sekitar 3010 cm-1 yang menunjukkan

11
Arie Hardian, Ahmad Mudzakir, Omay Sumarna J. Si. Tek.Kim.

adanya vibrasi dari =C-H dan pada daerah 1400-


1600 cm-1 yang biasanya merupakan vibrasi C=C. Tabel 5. Analisis Spektra 1 H-NMR Ol-Imz I
Jenis Proton δ (ppm)
Tabel 4. Analisis Spektra IR St-Imz I CH3 0,86
Jenis Serapan IR Bilangan (CH2)n 1,23
Gelombang (cm-1) CH2 yang terikat pada C amida 1,5 – 1,7
CH3 C-H ulur 2, 918 CH2 yang terikat pada N amida 2,1
(CH2)16 skeletal 719,4 CH2 yang terikat pada C imidazol 2,36 – 2,39
N-H ulur (amina sekunder) 3,288 CH2 yang terikat pada N imidazol 2,66 – 2,80
-C=O ulur (amida) 1,647 CH2 dalam cincin imidazol 3,34 – 3,64
C=N ulur 1,604 CH pada C=C cis oleil 5,1
CONH- 7,7
Analisis Spektra 1H-NMR
Karakterisasi struktur tidak cukup hanya
menggunakan FTIR, salah satu yang paling penting
1
adalah menggunakan H-NMR. Analisis
1
menggunakan H-NMR akan lebih detail dalam
menjawab apakah senyawa yang diharapkan berhasil
terbentuk atau tidak. Gambar 4 merupakan spektra
1
H-NMR dari cis oleil imidazolinium iodida.
Analisis terhadap spektra 1H-NMR pada Ol-Imz I
tidak jauh berbeda dengan St-Imz I dan Pal-Imz I.

Gambar 3. Spektra 1H-NMR cis oleil imidazolinium iodida

Pada Ol-Imz I terdapat puncak yang sangat lancip Analisis Transisi Fasa dengan DSC
di 5,3 ppm, puncak ini merupakan puncak dari Rangkaian metode yang biasa digunakan dalam
proton pada –CH=CH- yang terdapat pada rantai mengetahui fasa Kristal cair ionik adalah
alkil oleil. Puncak yang lebar pada daerah 5,1 ppm menggunakan Differential Scanning Calorimetry
pada St-Imz I dan Pal-Imz I dimungkinkan adanya (DSC) dan Polarized Optical Microscopy (POM).
pengotor. DSC berguna untuk mengetahui rentang suhu fasa
kristal cair, dalam hal ini mengetahui melting
temperature dan clearing temperature. Melting

12
Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Vol 1. No.1
ISSN 2087-7412 April 2010, hal 7-16

temperature merupakan suhu dimana terjadi penampakan secara fisik dimana steril berbentuk
perubahan dari fasa padatan kristal menjadi fasa lebih padat dibanding cis oleil.
kristal cair ionik, dan clearing temperature Kekuatan interaksi antarmolekul sangat
merupakan suhu dimana terjadi perubahan dari fasa berperan penting dalam proses perubahan fasa suatu
krital cair ionik menuju fasa cairan isotropik biasa. senyawa. Pembentukan kristal cair ionik
Sedangkan POM berguna untuk mengetahui jenis supramolekular sebagian besar terstabilkan oleh
kristal cair seperti nematik, smektit, atau diskotik. interaksi ionik dan ikatan hidrogen lemah (interaksi
sekunder) kation-anion. Konformasi dari steril
Pada penelitian ini hanya digunakan DSC untuk memungkinkan terjadinya interaksi yang relatif lebih
mengetahui seberapa besar rentang suhu fasa kristal kuat dibanding cis oleil. Dengan demikian, seiring
cair dari ketiga senyawa. meningkatnya suhu senyawa stearil imidazolinium
Senyawa cis oleil imidazolinium iodida iodida tidak dapat membentuk fasa kristal cair
memiliki rentang suhu fasa kristal cair ionik yang melainkan langsung membentuk fasa cairan
sangat lebar yaitu sekitar 70oC dengan laju 3oC. isotropik.
melting temperature dan clearing temperature
berturut-turut dari cis oleil imidazolinium iodida
adalah 82,58oC (∆H = 3,2228 kal/g) dan 151,50oC
(∆H = 1,6621 kal/g). Hal ini dibenarkan oleh hasil
analisis menggunakan TG/DTA yang menunjukkan
tidak adanya perubahan berat yang signifikan hingga
suhu 160oC.
Sebagai pembanding, senyawa 1-dodesil-3-
metilimidazolium iodida pada penelitian sebelumnya
telah dilaporkan memiliki melting temperature 27oC Analisis Kestabilan Termal dengan TG/DTA
dan clearing temperature 45o C serta rentang fasa Pengujian termal dilakukan untuk mengetahui
kristal cair sekitar 18oC (yamanaka et al., 2004). seberapa besar pengaruh suhu terhadap kestabilan
Rentang suhu pada cis oleil imidazolium iodida dari senyawa fatty imidazolinium yang nantinya akan
hampir empat kali lipat lebih besar dibanding 1- diaplikasikan sebagai elektrolit redoks pada sel surya
metil-3-dodesilimidazolium iodida. Hal ini tersensitisasi zat warna. Senyawa ini diharapkan
disebabkan oleh gugus amida dan panjang alkil pada memiliki kestabilan termal yang tinggi, sehingga
cis oleil imidazolium iodida. tidak akan mengalami dekomposisi ataupun
penguapan pada saat proses iluminasi oleh sinar
Tabel 6. Perbandingan hasil DSC matahari.
Garis biru merupakan kurva yang menunjukkan
Senyawa Tm (oC) Tc (oC) perubahan massa (dalam %) terhadap suhu (TG,
Ol-Imz I 82,58 151,50 Thermalgravimetri). Garis merah pada kurva
St-Imz I 74,85 - menunjukkan perubahan massa terhadap waktu
1-dodesil-3-metil (DTG, Differential Thermal Gravimetri). Garis hijau
27 45
imidazolium iodida5 menunjukkan perubahan suhu terhadap suhu (DTA,
Differential Thermal Analysis). Titik dekomposisi
Di sisi lain, senyawa stearil imidazolinium diketahui dari kurva perubahan massa terhadap suhu
iodida tidak menunjukkan adanya fasa kristal cair. (garis biru), dimana Td (titik dekomposisi)
Hal ini terlihat dari hasil DSC yang hanya memiliki merupakan suhu ketika % massa berharga disekitar
satu puncak endoterm. Puncak ini menunjukkan 50%. Td untuk masing-masing senyawa Pal-Imz I,
terjadinya perubahan fasa dari padatan menuju fasa St-Imz I, dan Ol-Imz I berturut-turut adalah 368,6o C;
cairan isotropik (melting temperature). Faktor yang 375,5oC; dan 361,6oC.
menyebabkan perbedaan fasa kristal cair antara cis Sebagai pembanding, cairan ionik berbasis
oleil imidazolinium iodida dengan stearil garam imidazolium biasanya memiliki suhu
imidazolinium iodida adalah konformasi molekul dekomposisi pada rentang 300–400o C, sedangkan
dan ikatan tak jenuh. Adanya ikatan rangkap pada asetonitril yang biasa digunakan sebagai pelarut
alkil cis oleil menyebabkan molekul menjadi lebih organik pada sel surya tersensitisasi zat warna
ruah dibanding alkil stearil. Keruahan molekul ini terdekomposisi / menguap pada suhu 81oC. Dengan
merupakan salah satu faktor lebarnya fasa kristal cair demikian, ketiga senyawa ini tidak memiliki kendala
yang dimiliki oleh senyawa cis oleil imidazolinium. dalam hal kestabilan termal bila digunakan sebagai
Di sisi lain, stearil memiliki rantai yang lurus, elektrolit redoks pada sel surya tersensitisasi zat
sehingga menyebabkan interaksi antar molekulnya warna.
sangat kuat. Hal ini dapat dibuktikan dari

13
Arie Hardian, Ahmad Mudzakir, Omay Sumarna J. Si. Tek.Kim.

Tabel 7. Titik dekomposisi ketiga senyawa dimungkinkan menjadi penyebab kecilnya jendela
Senyawa Td (oC/%) elektrokimia. Menurut Maass, kemurnian dari
Pal-Imz I 368,6 / 38,6 senyawa yang diukur dapat menentukan batas
St-Imz I 375,5 / 45,6 potensial atau nilai electrochemical window.
Ol-Imz I 361,6 / 57
Analisis Daya Hantar Ionik dengan EIS
Analisis Kestabilan Elektrokimia dengan CV Salah satu sifat fisikokimia yang terpenting
Dalam mengetahui kelayakan suatu material dalam suatu senyawa jika akan digunakan sebagai
digunakan sebagai suatu elektrolit redoks adalah elektrolit redoks adalah konduktivitas ionik.
mengetahui lebar jendela elektrokimia Konduktivitas ionik berhubungan dengan
(electrochemical windows) dari senyawa tersebut. kemampuan daya hantar ion dari suatu senyawa.
Berbeda dengan pengukuran cairan ionik yang Elektrolit redoks dalam DSSC merupakan suatu
berwujud cairan pada suhu kamar, pengukuran media penghubung antara kedua elektroda, semakin
ketiga senyawa fatty imidazolinium yang berwujud baik suatu elektrolit menghantarkan elektron
padatan pada suhu kamar dilakukan dalam bentuk semakin besar efisiensi yang akan dihasilkan. Pada
larutannya. Ketiga senyawa diuji kelarutan terlebih penelitian ini, digunakan Electrochemical Impedance
dahulu menggunakan pelarut dengan kepolaran Spectroscopy (EIS) di Laboratorium Korosi ITB
meningkat yaitu kloroform, etanol, dan kemudian untuk mengetahui konduktivitas ionik dari ketiga
air. Semakin polar, ternyata ketiga senyawa senyawa fatty imidazolinium. Data diperoleh dari
menunjukkan kecenderungan yang sama yaitu EIS berupa tahanan atau hambatan dari material
semakin tidak mudah larut. Alternatif berikutnya yang diujikan. Semakin besar tahanan (R1) maka
yaitu menggunakan n-butanol karena sifatnya yang semakin kecil konduktivitas dan semakin kecil
memiliki gugus polar (-OH) dan gugus nonpolar (- tahanan maka semakin besar konduktivitas. Table 8
CH2CH2CH2CH3). Hasilnya ketiga senyawa merupakan hasil pengujian konduktivitas dari ketiga
menunjukkan kelarutan yang cukup baik. Kelarutan senyawa fatty imidazolinium pada suhu ruangan 298
cis oleil imidazolinium iodida dalam n-butanol K.
paling besar, sedangkan stearil memiliki kelarutan
paling kecil. Tabel 8. Nilai tahanan dari ketiga senyawa
Ketiga senyawa fatty imidazolinium kemudian R1
Senyawa
dilarutkan dalam n-butanol dengan konsentrasi yang (kohm.cm2)
sama (0,2g/10mL). Setelah diuji menggunakan Palimitil imidazolinium iodida 1,566
Cyclic Voltammeter dengan elektroda platina sebagai Stearil imidazolinium iodida 3,839
elektroda kerja, kawat platina yaitu elektroda Cis oleil imidazolinium iodida 0,066
pembantu, elektroda kalomel Ag/AgCl sebagai
elektroda pembanding, dan batas pengukuran Sebagai pembanding, Tabel 9 berikut merupakan
ditentukan di daerah ±1 Volt, dan dibawah atmosfer data tahanan dari senyawa cairan ionik yang
Nitrogen (N2), ketiga senyawa menunjukkan lebar menggunakan instrument yang sama.
jendela sebesar 2 Volt.
Semakin lebar jendela mengindikasikan bahwa Tabel 9. Nilai tahanan dari cairam ionik 2
semakin besar potensi senyawa tersebut untuk R1
digunakan sebagai elektrolit. Sebagai pembanding, Senyawa (kohm.c
1-metil-3-etilimidazolium heksaflorophosfat m2)
memiliki lebar jendela elektrokimia sebesar 4 Volt, 9. 1-metil-3-oktilbenzotriazolium
Ketiga senyawa fatty imidazolinium memiliki lebar 1,582
bromida
jendela elektrokimia yang lebih kecil. Hal ini 1-metil-3-oktilbenzotriazolium SCN 0,354
disebabkan oleh anion yang digunakan yaitu ion 1-metil-3-oktilbenzotriazolium
iodida. Ion halida seperti Cl-, Br-, dan I- lebih mudah 7,366
[Ag(SCN)2]∞
teroksidasi dibandingkan anion yang mengandung
fluor 10. Selain itu, pengukuran dalam kondisi larutan Dari ketiga senyawa fatty imidazolinium iodida,
dimana pelarut yang digunakan adalah n-butanol senyawa cis oleil imidazolinium iodida memiliki
dapat mempengaruhi lebar jendela elektrokimia dari nilai tahanan yang paling kecil, sedangkan stearil
senyawa fatty imidazolinium. imidazolinium iodida memiliki nilai tahanan yang
Dalam kasus cairan ionik, kestabilan paling besar. Dengan kata lain, senyawa cis oleil
elektrokimia terutama tergantung dari ketahanan imidazolinium iodida memiliki konduktivitas ionik
kation tereduksi dan anion teroksidasi. Semakin yang paling tinggi, kemudian palmitil imidazolinium
mudah suatu senyawa mengalami reaksi redoks, iodida, dan stearil imidazolinium iodida.
maka semakin kecil lebar jendela elektrokimia. Jika dihubungkan dengan wujud/fisik dari
Kehadiran n-butanol yang mudah teroksidasi masing-masing senyawa, dapat ditarik suatu

14
Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Vol 1. No.1
ISSN 2087-7412 April 2010, hal 7-16

kesimpulan bahwa semakin padat maka semakin digunakan sebagai elektrolit redoks pada sel surya
besar tahanannya. Dalam hal ini, cis oleil tersensitisasi zat warna (Dye Sensitized Solar Cell,
imidazolinium iodida memiliki wujud paling lembek DSSC).
mirip, kemudian palmitil agak sedikit padat, dan
stearil yang sedikit lebih padat dibanding palmitil. Ucapan Terima Kasih
Penampakan wujud ini dapat dihubungkan dengan Penulis ucapkan terima kasih kepada DIKTI
jarak antarmolekul dan kekuatan interaksi (Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi) yang telah
antarmolekul, semakin padat artinya semakin kecil bersedia mendanai penelitian ini melalui hibah
jarak antarmolekulnya yang disebabkan interaksi Program Kreatifitas Mahasiswa Penelitian (PKMP)
antarmolekulnya yang kuat. Hal ini dapat dengan sepenuhnya.
dianalogikan dengan peningkatan viskositas yang
menyebabkan peningkatan nilai tahanan dari suatu DAFTAR PUSTAKA
senyawa, sesuai dengan aturan Walden’s yaitu :
Λη = konstan atau Λ ≈ 1/η Yuliarto, B., (2006), Teknologi Sel Surya untuk
Dimana Λ menunjukkan konduktivitas molar dan η Energi Masa Depan, Majalah Iptek
menunjukkan viskositas. ISTECS, 6-8.

Pengaruh Sifat Transport Terhadap Daya Ripna, Habib Rd. 2007. “Sintesis dan Karakterisasi
Hantar Ionik Cairan Ionik Berbasis Garam
Nilai konduktivitas bergantung pada jumlah dan Benzotriazolium sebagai Elektrolit Redoks
mobilitas dari pembawa muatan, dengan kata lain pada Sel Surya Tersensitisasi Zat Warna”.
kation dan anion sebagai pembawa muatan 10. Program Studi Kimia, Jurusan Pendidikan
Senyawa yang memiliki sifat transport yang tinggi Kimia, FPMIPA UPI.
akan mempunyai garis ke arah atas pada ujung kurva
EIS. O’Regan, B. dan Grätzel, M., “a Lost-Cost, High-
Ketiga senyawa menunjukkan garis ke atas pada Eficiency Solar Cell Based on Dye-
setiap ujung kurva EIS, dengan kata lain ketiga Sensitized Colloidal TiO2 Film”, Nature,
senyawa memiliki sifat transport yang tinggi. Sifat 1991, 353, 737.
transport berhubungan dengan pergerakan atau
mobilisasi dari pembawa muatan yaitu kation-anion. Kang, M.G., Ryu, K.S., Chang, S.H., dan Park, N.G.,
Semakin mobil kation-anion maka sifat transport (2004), “A New Ionic Liquid for a Redox
akan tinggi, dan berdampak pada peningkatan Electrolyte of Dye-Sensitized Solar Cells”,
efisiensi dalam menghantarkan muatan. Interaksi ETRI Journal, 26, 6, 647-651.
kation - anion sangat berpengaruh terhadap
pergerakan kation-anion itu sendiri. Yamanaka, N., Kawano, R., Kubo, W., Kitamura, T.,
Stearil imidazolinium iodida memiliki interaksi Wada, Y., Watanabe, M., dan Yanagida, S.,
yang kuat sehingga pergerakan kation-anionnya akan “Ionic Liquid Crystals as a Hole Transport
sangat lemah. Hal ini terlihat dari harga Zi pada Layer of Dye-Sensitized Solar Cells”,
stearil imidazolinium iodida berhenti pada angka Chem. Commun., 2005, 740.
yang sangat besar yaitu 7,8 kohm.cm2. Berbeda
halnya dengan cis oleil imidazolinium iodida yang Bajpai, D. dan Tyagi, V. K., Microwave Synthesis of
memiliki interaksi yang lemah sehingga pergerakan Cationic Fatty Imidazolines and their
kation-anionnya akan lebih tinggi dibandingkan Characterization. AOCS. 2008
stearil dan palmitil. Sehingga jika diurutkan sifat
transport cis oleil imidazolinium iodida lebih besar Mudzakir, A., Zur Chemie des carbenanalogen 1,3-
dibanding palmitil imidazolinium iodida, namun Dimethyl-1,2,3-benzotriazoliumiodid,
palmitil lebih besar dibanding stearil imidazolinium Verlag Goettingen, Germany, 2004.
iodida.
Lee, K-M., Lee, Y-T., dan Lin, I. J. B.,
KESIMPULAN “Supramolecular Liquid Crystals”, J.
Mater. Chem. 2003, 13, 1079
Kristal cair ionik berbasis garam fatty Yoo, J., Kim K., Kim J., dan Yeu T., “The
imidazolinium yaitu cis oleil imidazolinium iodida Preparation of Nonaqueous Electrolytes
dapat disintesis dari asam lemak (asam cis oleat) dan Based on Quaternary Imidazolium Salts for
dietilentriamin (DETA) menggunakan metode Green EDLC”. Department of Chemical
(reaksi kering) melalui iradiasi gelombang mikro dan Engineering, Chungang University,
metilasi-kuartenerisasi menggunakan metil iodida. Huksukdong Dongjakgu Seoul 156-756,
Berdasarkan hasil uji sifat fisikokimia, senyawa Ol- Republic of Korea.
Imz I memiliki potensi yang sangat besar untuk

15
Arie Hardian, Ahmad Mudzakir, Omay Sumarna J. Si. Tek.Kim.

Trulove, P.C. dan Mantz, R.A., 2003, P. Wassercheid dan T. Welton (Eds.),
“Electrochemical Properties of Ionic Wiley Verlag, Frankfurt.
Liquid” dalam “Ionic Liquid in Synthesis”,
.

16

Anda mungkin juga menyukai