Anda di halaman 1dari 42

Revisi SNI 03-3976-1995

Tata cara penakaran, pengadukan, pengangkutan


dan pengecoran beton

1 Ruang lingkup

Tata cara ini mencakup prosedur penakaran, pengadukan, pengangkutan, pengecoran dan
pemadatan beton untuk memperoleh hasil yang baik dalam pekerjaan beton, baik saat beton
masih segar maupun setelah mengeras, sehingga dapat memenuhi persyaratan atau spesifikasi
yang telah ditetapkan.

2 Acuan normatif

ACI 304R-89, Guide for measuring, mixing, transporting, and placing concrete.
SNI 03-3976-1995, Tata cara pengadukan dan pengecoran beton

3 Istilah dan definisi

3.1
agregat
material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah, atau terak tungku pijar, yang dipakai
bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton atau adukan
semen hidraulik.

3.2
agregat halus
pasir alam sebagai hasil disintegrasi ‘alami’ batuan atau pasir yang dihasilkan pada industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir maksimum 5,0 mm

3.3
agregat kasar
kerikil sebagai hasil disintegrasi ‘alami’ batuan atau batu pecah yang diperoleh pada industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5,0 mm sampai 40 mm.

3.4
air bebas
air pencampur beton dimana tidak termasuk air yang terserap dalam agregat

3.5
bahan tambahan
bahan berupa serbuk atau cairan, yang ditambahkan ke dalam campuran beton selama
pengadukan dalam jumlah tertentu untuk mendapatkan beberapa sifat khusus pada beton

1 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

3.6
beton
campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar
dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan, membentuk massa yang padat.

3.7
beton siap pakai
beton yang dicampur dalam suatu mesin pengaduk tetap (stasioner) atau dalam truk pengaduk,
dan diserahkan kepada konsumen dalam keadaan adukan beton segar yang homogen

3.8
faktor air semen
perbandingan antara berat air bebas dan berat semen dan atau bahan bersifat semen dalam
campuran beton

3.9
pembetonan
rangkaian seluruh pekerjaan konstruksi beton atau bagian yang diidentifikasikan secara terpisah
yang harus diselesaikan sesuai dengan dokumen kontrak. Pekerjaan adalah hasil dari
pelaksanaan jasa, penggunaan pekerja, penggunaan dan penggabungan bahan-bahan dasar
dan peralatan ke dalam konstruksi, yang keseluruhannya dinyatakan dalam dokumen kontrak.

3.10
segregasi
peristiwa terpisahnya pasta semen dan agregat, dan atau mortar dan agregat kasar dalam suatu
adukan beton

3.11
siklus adukan
sejumlah campuran beton dalam satu siklus langkah kerja dari satu satuan peralatan pengaduk
atau sejumlah beton yang diangkut oleh sebuah mobil angkut beton siap pakai, atau sejumlah
beton yang dikeluarkan selama satu menit dari pengaduk yang bekerja terus-menerus

3.12
slump
salah satu ukuran kekentalan atau kelecakan adukan beton

4 Persyaratan

4.1 Bahan

Semua jenis bahan yang digunakan dalam pembuatan beton harus dilengkapi dengan :
a) sertifikat mutu dari produsen, atau

2 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

b) jika tidak terdapat sertifikat mutu, harus tersedia data hasil uji dari laboratorium yang
diakui, atau
c) jika tidak dilengkapi dengan sertifikat mutu atau data hasil uji, harus berdasarkan bukti hasil
pengujian khusus atas pemakaian nyata bahwa bahan yang sama dapat menghasilkan
beton yang kekuatan, ketahanan dan keawetannya memenuhi syarat.

4.2 Peralatan

Semua peralatan yang digunakan untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan alat kerja
sesuai ketentuan yang berlaku.

4.3 Pelaksanaan

Pelaksanaan pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan kerja berikut :


a) persyaratan administratif yang dinyatakan di dalam rencana kerja dan syarat-syarat
(RKS) sesuai dokumen kontrak kerja yang terkait,
b) didasarkan pada rencana campuran atau target kekuatan beton dan rencana pelaksanaan
pengecoran dari pekerjaan yang bersangkutan.

5 Ketentuan-ketentuan

5.1 Bahan

5.1.1 Air

Air harus memenuhi revisi SNI 03-2847-1992, Tata cara perencanaan struktur beton untuk
bangunan gedung pasal 5.4 dan SNI 03-6861.1-2002, Spesifikasi bahan bangunan bagian A
(bukan logam).

5.1.2 Semen

Semen harus memenuhi SNI 15-2049-1994, Semen Portland, SNI 15-3500-1994, Semen
Portland Campur, SNI 15-0302-1994 Semen Portland Pozolan.

5.1.3 Agregat

Agregat harus memenuhi SNI 03-1750-1990, Mutu dan cara uji agregat beton,

5.1.4 Bahan tambahan untuk beton

Bahan tambahan untuk beton harus memenuhi SNI 03-2495-1991, Spesifikasi bahan tambahan
untuk beton.

5.1.5 Bahan tambahan pembentuk gelembung udara untuk beton

Bahan tambahan pembentuk gelembung udara untuk beton harus memenuhi SNI 03-2496-
1991, Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung udara untuk beton.

3 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

5.2 Peralatan

Peralatan yang digunakan harus memenuhi ketentuan berikut :


a) semua peralatan untuk penakaran, pengadukan dan pengangkutan beton serta pengecoran
dan pemadatan harus dalam keadaan baik, bersih dan memiliki kinerja sesuai persyaratan
yang berlaku,
b) alat pemadat yang digunakan harus disesuaikan dengan bentuk dan jenis pekerjaan.

6 Pengendalian, penanganan dan penyimpanan bahan

6.1 Pertimbangan umum

Agregat kasar dan halus, semen, pozolan dan bahan tambahan kimiawi harus disimpan, ditakar,
diaduk dan ditangani dengan baik untuk menjaga kualitasnya.

6.2 Agregat

Agregat kasar dan halus harus berkwalitas baik, tidak terkontaminasi dan harus memiliki
susunan besar butir (gradasi) serta kelembaban yang seragam. Jika tidak memenuhi spesifikasi
dalam SNI 03-1750-1990 dan penanganan yang efektif, maka sangat sulit untuk mendapatkan
hasil produksi beton yang baik.

6.2.1 Agregat kasar

Agregat kasar harus dikontrol untuk memperkecil terjadinya segregasi dan menjaga kandungan
butiran agregat yang lebih halus dari minumum besar butir yang disyaratkan.

6.2.1.1 Ukuran

Suatu cara praktis untuk memperkecil kemungkinan terjadinya segregasi adalah dengan cara
memisahkan dan menempatkan bahan agregat tersebut ke dalam beberapa fraksi ukuran besar
butir, dimana dalam melakukan pencampuran beton, diambil sejumlah tertentu agregat dari
masing-masing fraksi.

6.2.1.2 Pengendalian kandungan butir yang terlalu halus

Bahan agregat dengan ukuran lebih halus dari fraksi yang ditentukan, adalah sebagai bahan
yang lewat saringan dengan ukuran lubang 5/6 dari ukuran minimum tiap fraksi. Batasan di atas
berlaku untuk bahan dengan kehalusan lewat saringan 4,8 mm, 9,6 mm, 19 mm dan 38 mm.
Gradasi agregat yang masuk ke alat aduk/molen harus seragam dan di dalam batas spesifikasi.
Analisa saringan agregat kasar harus dibuat dengan frekwensi tertentu untuk menjamin bahwa
persyaratan gradasi dipenuhi.

Bila digunakan dua atau lebih ukuran agregat, perubahan proporsi harus dibuat seperti
dipersyaratkan untuk memperbaiki gradasi keseluruhan agregat gabungan. Bahan yang lebih
kecil dari ukuran minimum di dalam tiap fraksi agregat kasar, dapat secara konsisten dikurangi
menjadi serendah-rendahnya dua persen dengan melakukan penyaringan ulang.

4 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

6.2.2 Agregat halus (pasir)

Agregat halus harus dikendalikan untuk memperkecil variasi gradasi, dengan perhatian khusus
untuk menjaga keseragaman fraksi halus dan untuk menghindari kehilangan butir halus yang
berlebihan saat berlangsungnya pekerjaan.

6.2.3 Penyimpanan

Persediaan agregat kasar harus seminimum mungkin sesuai kebutuhan untuk menghindari
terjadinya pengendapan dan akumulasi butiran agregat yang halus.

Untuk menjaga jumlah persediaan agar mencukupi kebutuhan, perlu digunakan metoda-metoda
khusus guna memperkecil terjadinya pengendapan, segregasi, kerusakan agregat, dan variasi
gradasi yang berlebihan.

Persediaan dalam timbunan harus dibentuk dengan bagian puncak timbunan mendatar
(horisontal) atau lapisan-lapisan dengan kemiringan yang landai, lantai dasar yang kering
dengan sistem drainasi yang baik, dan diberi dinding pembatas antar fraksi agar tidak
tercampur.

6.2.4 Kontrol kelembaban

Kelembaban dari seluruh agregat harus dijaga untuk menjamin keseragaman dalam kadar air
saat agregat akan ditakar. Penggunaan agregat pada saat penakaran dengan kadar air yang
bervariasi akan menjadi salah satu penyebab berubahnya konsistensi slump beton.

Dalam beberapa hal perlu membasahi agregat kasar dalam tempat penyimpanan atau pada
pemindahan untuk mengganti kehilangan air atau untuk pendinginan. Agregat kasar harus
dibasahi lagi dalam rentang waktu tertentu untuk mencegah perpindahan air bebas berlebihan
ke bin (tempat penyimpanan agregat).

Untuk agregat halus, perlu disediakan waktu yang cukup untuk proses pengeringan air bebas
sebelum agregat ini dipindahkan ke tempat penyimpanan (bin). Waktu penyimpanan yang
dibutuhkan tergantung pada gradasi dan bentuk partikel agregat. Pengalaman menunjukkan
bahwa kadar kelembaban sebesar 6 sampai 8 % dapat stabil dalam agregat halus.

Bagaimanapun, kontrol lebih ketat dibutuhkan untuk pekerjaan beton dengan mutu tertentu.
Penggunaan alat pengukur kelembaban diperlukan untuk mengetahui adanya variasi
kelembaban agregat halus ketika ditakar, dan penggunaan alat kompensator kelembaban untuk
koreksi berat bahan secara cepat guna memperkecil pengaruh variasi kelembaban dalam
agregat halus

6.2.5 Contoh bahan untuk pengujian

Contoh-contoh uji yang mewakili berbagai ukuran agregat yang akan ditakar harus diperoleh
dari tempat penyimpanan (bin). Kesulitan dalam mendapatkan contoh uji yang mewakili
sejumlah bahan meningkat sesuai dengan jenis dan ukuran agregat. Oleh karena itu, peralatan
pengambilan contoh uji perlu didisain dengan bentuk khusus guna memperoleh contoh dan hasil
uji yang dapat mewakili. Metoda pengambilan contoh uji agregat diuraikan secara rinci di dalam
SNI 03-1750-1990, Mutu dan cara uji agregat beton.

5 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

6.3 Semen

Seluruh persediaan semen harus disimpan di ruang yang kering dan terlindung dari pengaruh
cuaca serta mempunyai ventilasi yang baik untuk mencegah terjadinya penyerapan air dari
kelembaban udara.

Fasilitas gudang/penyimpan untuk semen curah harus dilengkapi sekat pemisah untuk setiap
tipe semen yang digunakan. Bagian dalam dari suatu silo semen, kemiringannya harus dibentuk
sedemikian hingga dapat memperlancar aliran dengan kemiringan alas minimum 50 derajat dari
bidang horisontal untuk suatu silo bentuk lingkaran dan 55 sampai 60 derajat untuk silo
berbentuk segi-empat. Silo harus dilengkapi dengan penyemprot udara (blower) dengan
tekanan rendah, untuk melepaskan semen yang melekat di dinding dalam silo. Pengambilan
semen dari silo harus secara teratur, misalnya dituang kebawah, dengan siklus sekali per bulan,
untuk mencegah terjadinya pemadatan.

Masing-masing silo dimana semen ditakar harus mempunyai pintu terpisah, ulir berjalan (screw
conveyor), dorongan udara, pintu penyimpanan, atau alat pengangkut lainnya yang mempunyai
kombinasi karakteristik dengan kecepatan aliran tetap yang dapat dihentikan dengan tepat
untuk memperoleh ketelitian penakaran semen.

Jika penyimpanan semen kurang dari 60 hari, maka tumpukan kantong semen tidak boleh lebih
dari 14 lapis, dan untuk periode yang lebih lama, tidak boleh lebih dari 7 lapis tumpukan.

6.4 Bahan tambahan

Abu terbang, terak halus hasil penggilingan dan butiran halus lainnya atau bahan tambahan
berupa bubuk, harus ditangani, diangkut dan disimpan dengan cara yang sama seperti semen.

Tempat penyimpanan (silo) abu terbang harus terpisah dari silo semen, untuk menjaga
kemungkinan tercampurnya kedua bahan yang tampaknya mirip tersebut.

Pada umumnya, bahan tambahan kimia diserahkan dalam bentuk cairan dengan konsentrasi
tertentu. Penanganan harus dilakukan dengan hati-hati untuk melindungi mutu bahan tambahan
cair tersebut. Dalam hal ini, rekomendasi cara penanganan/penyimpanan dari pabrik/pemasok
harus diikuti.

Penyimpanan bahan tambahan cair dalam jangka panjang di dalam tangki berventilasi harus
dihindarkan, karena akan terjadi penguapan sebagian dari cairan yang dapat mempengaruhi
konsentrasi dan sifat bahan tambahan sehingga memperburuk kinerjanya.

7 Penakaran dan pencampuran

7.1 Ketentuan umum

7.1.1 Tujuan

Tujuan penting dalam pembuatan beton adalah untuk memperoleh mutu beton yang
direncanakan, seperti keseragaman dan homogenitas, berdasarkan sifat-sifat fisik beton seperti
berat isi, slump, kandungan udara, kepadatan dan kekuatan beton keras, dalam setiap siklus
adukan dan siklus adukan berikutnya dengan proporsi campuran yang sama.

6 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

Pada saat penakaran agregat, harus tetap diperhatikan gradasi yang diinginkan, dan seluruh
bahan harus ditakar dalam toleransi yang ditentukan untuk produksi berikutnya dari campuran
beton yang sama. Tujuan lain dari penakaran adalah didapatnya proporsi campuran yang
sempurna dari bahan-bahan yang digunakan.

7.1.2 Toleransi

Toleransi penakaran yang sering digunakan disajikan dalam tabel 1, berikut. :

Tabel 1 Toleransi penakaran yang biasa digunakan


Berat yang ditakar lebih besar dari Berat yang ditakar kurang dari 30%
Bahan Campuran
30% dari kapasitas timbangan dari kapasitas timbangan
Masing- Masing-
Takaran
masing Takaran kumulatif masing
Kumulatif
takaran takaran
 1 % dari  0,3% kapasitas Tidak kurang dari berat yang diperlukan
Semen dan bahan
timbangan (dipilih yang lebih besar) atau lebih berat 4% dari berat yang
pengikat lainnya
diperlukan
Air (dalam berat
1 Tidak disarankan 1 Tidak disarankan
atau volume), %
 0,3% dari kapasitas
timbangan atau  3% dari
Agregrat, % 2 1 2
berat kumulatif (pilih yang
lebih kecil)
Bahan tambahan
(dalam berat atau Tidak disarankan Tidak disarankan
3 3
volume). %

7.2 Silo dan penakaran dengan berat

Silo penakaran dan komponennya harus memiliki ukuran yang cukup sehingga dapat
mengakomodasi kapasitas produksi. Ruang-ruang dalam silo harus dapat memisahkan berbagai
bahan beton dan bentuk serta susunan ruang dalam silo harus kondusif untuk mencegah
terjadinya segregrasi dan pecahnya agregat. Silo-silo tempat penyimpanan harus dirancang
sedemikian hingga bahan-bahan tidak menyusup atau meluap dari satu ruang masuk ke ruang
lainnya.

Alat penakar berat harus dapat dikosongkan dengan alat dan cara sederhana. Pintu-pintu untuk
mengosongkan penakaran otomatis dan semi otomatis, harus dioperasikan dengan tenaga
listrik dan dilengkapi dengan alat kontrol yang sesuai untuk memperoleh ketelitian timbangan
yang diinginkan. Alat penimbang harus mudah dijangkau untuk memperoleh contoh uji yang
mewakili, dan pintu-pintu tersebut harus disusun untuk memperoleh urutan dan campuran
agregrat yang baik selama pengisian campuran. Contoh pengaturan silo dan penakaran
diberikan dalam gambar-gambar pada lampiran A.

7.3 Tipe pabrik

Faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem penakaran yang sesuai adalah (1) skala produksi/
pekerjaan; (2) kecepatan produksi yang diperlukan, dan (3) standar kinerja penakaran yang
disyaratkan.

7 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

Kapasitas produksi pabrik beton (batching plant) ditentukan oleh beberapa faktor seperti sistem
penanganan bahan, ukuran silo, ukuran penakaran, dan ukuran alat pengaduk.

Secara umum jenis alat penakar berat terdiri dari tiga kategori yaitu : manual, semiotomatis, dan
otomatis penuh. Sedangkan alat penakar volumetrik dapat berupa unit tetap dan yang dapat di
pindahkan secara kontinyu yang dilengkapi dengan alat penakar dengan timbangan untuk
memperoleh proporsi campuran yang baik dan benar.

7.3.1 Penimbangan secara manual

Seluruh pelaksanaan penimbangan dan penakaran bahan beton dilaksanakan secara manual.
Pabrik yang bekerja secara manual bisa diterima untuk skala pekerjaan kecil yang mempunyai
tingkat kebutuhan jumlah pencampuran yang rendah. Bila terjadi peningkatan volume
pekerjaan, pelaksanaan penakaran secara otomatis dengan sendirinya akan lebih baik.
Sedangkan usaha untuk meningkatkan kapasitas pabrik yang dilakukan secara manual dengan
penakaran cepat dapat mengakibatkan penyimpangan yang berlebihan.

7.3.2 Penimbangan secara semiotomatis

Di dalam sistem ini, pintu-pintu silo agregat untuk penuangan dibuka memakai tombol atau
tombol tekan yang dioperasikan dengan tangan. Pintu tertutup secara otomatis ketika berat
material yang diinginkan telah terpenuhi. Dengan pemeliharaan pabrik yang baik, ketelitian
penakaran dapat memenuhi toleransi yang ditetapkan. Sistem harus dirancang sehingga dapat
mencegah terjadinya pemasukan dan pengeluaran bahan secara bersamaan. Dengan kata lain,
ketika penakar diisi, tidak bisa dituang, dan ketika penakar dituang, tidak bisa diisi. Pemeriksaan
secara visual dengan membaca skala timbangan secara langsung dari masing-masing bahan
sangatlah penting.

7.3.3 Penimbangan secara otomatis

Penakar dengan berat secara otomatis dari semua bahan diaktipkan dengan menekan tombol
stater tunggal. Penimbangan dalam satu siklus pencampuran dihentikan bila skala timbangan
tidak kembali ke 0.3 persen dari batas nol atau bila toleransi dengan berat yang ditetapkan
terlampaui.

7.3.3.1 Penimbangan secara otomatis kumulatif

Rangkaian pengendalian yang membentuk urutan satu sama lain, diperlukan untuk tipe
penakaran ini. Penakaran dengan berat akan dimulai dan dihentikan secara otomatis, bila
toleransi dalam berat ditetapkan lebih dulu, dengan urutan manapun tidak boleh melebihi batas
nilai-nilai yang disyaratkan. Siklus penuangan tidak bisa dilakukan saat pintu pengeluaran
penakar dalam kondisi terbuka, demikian pula pengeluaran dari penakar belum dapat dilakukan
bila pintu pengisi dalam kondisi terbuka atau ada indikasi toleransi timbangan melebihi batas
yang ditetapkan. Sebelum digunakan alat penimbang harus disetel (disetting) terlebih dahulu
seperti alat kartu berlubang, tombol digital atau jarum penunjuk (dial rotating) dan komputer.
Proporsi campuran dan jumlah setiap campuran, kelembaban agregat, dikontrol secara manual,
grafik atau secara digital untuk merekam berat campuran tiap bahan merupakan peralatan
pengganti yang harus disediakan untuk kendali pabrik yang baik.
Perekam harus menghasilkan dua atau lebih catatan sesuai dengan data awal dan lokasi
pekerjaan atau proyek, lokasi pengecoran, kadar kelembaban pasir, sarana pengiriman, tanda

8 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

tangan pengemudi, tanda tangan wakil pembeli, dan jumlah air yang ditambahkan di lokasi
proyek.

7.3.3.2 Penimbangan secara otomatis individual

Sistem ini menyediakan timbangan secara terpisah untuk penakaran dari masing-masing ukuran
agregat dan setiap material lain yang akan diaduk. Penakaran dengan berat dimulai dengan
menekan tombol starter tunggal, dan masing-masing penakar diisi secara serempak. Siklus
penimbangan dan penuangan terhenti sendiri bila batas toleransi campuran terlampaui.

7.3.4 Penakaran berdasarkan volume

Bila agregat atau material bersifat semen akan dicampur berdasarkan volume, umumnya
penakaran dan pencampuran dilakukan secara berlanjut. Untuk memperoleh hasil yang tepat,
penakaran dengan volume tersebut dilakukan melalui pintu putar yang dikalibrasi, meneruskan
bahan tersebut melalui bukaan yang dikalibrasi atau dengan metoda lain yang akan
menghasilkan jumlah volume yang tepat dalam satuan waktu tertentu yang dapat diatur.

7.3.4.1 Kalibrasi

Bila data terbaru berdasarkan pengalaman dengan peralatan dan bahan tertentu yang akan
digunakan tidak tersedia, harus dilakukan kalibrasi terhadap peralatan tersebut. Kalibrasi
dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku dan rekomendasi pabrik. Tujuan kalibrasi ini adalah
sebagai acuan bagi operator dan pembeli yang berkaitan dengan alat penunjuk, alat hitung
perputaran, dan alat pengontrol jumlah bahan yang diperlukan untuk menghasilkan produk yang
diinginkan.

7.3.4.2 Pengoperasian peralatan

Pengoperasian peralatan harus dilakukan oleh petugas (operator) yang bertanggung jawab
untuk mengoperasikan dan yang mengetahui semua tahap penggunaannya. Operator harus
memahami seluk beluk bagaimana membuat penyesuaian bila terjadi perubahan di dalam
sistem manapun yang dapat mengakibatkan mutu beton menjadi kurang baik. Pengemasan
harus dilakukan dengan hati-hati untuk menjamin bahwa bahan-bahan yang digunakan dalam
produksi adalah seragam, dan dalam kondisi yang sama seperti saat digunakan dalam kalibrasi.
Peralatan harus dikalibrasi kembali bila diketahui terjadi perubahan pada sumber atau kondisi
material, perubahan dalam operasi, dan atau perubahan penting dalam proporsi.

Oleh karena adanya kemungkinan terjadinya variabilitas dalam mutu produk, maka campuran
harus dicek terhadap kadar udara, slump dan jumlah produk paling sedikit sekali setiap hari
produksi atau pada setiap produksi sebanyak maksimum 80 m3.

7.4 Bahan bersifat semen

7.4.1 Penakaran

Untuk kebutuhan produksi dengan kapasitas tinggi, cepat dan ketelitian yang tinggi, penakaran
semen sebaiknya ditimbang dengan peralatan otomatis. Seluruh peralatan harus dilengkapi
pintu untuk keperluan pemeriksaan dan pengambilan contoh uji setiap saat diperlukan. Silo dan
penimbang bahan harus dilengkapi dengan alat /slang peniup angin dan atau alat penggetar
dengan maksud mempelancar dalam alat pencampur. Semen harus ditempatkan terpisah dari

9 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

bahan-bahan beton lainnya sebelum penuangan dalam alat pencampur. Bila campuran
menggunakan semen pozzolan atau terak, harus digunakan silo terpisah. Dalam hal penakaran
secara kumulatif, cara ini dapat digunakan jika semen ditimbang terlebih dahulu sebelum
penimbangan bahan-bahan lainnya.

7.4.2 Penuangan ke dalam alat pencampur

Perhatian khusus harus diberikan untuk mencegah kehilangan bahan bersifat semen saat
penuangan ke dalam mesin pengaduk (mixer). Pada pengadukan dengan beberapa tahap
pemasukan bahan, kehilangan bahan bersifat semen harus diperkecil dengan menuangkannya
melalui corong karet. Pada pengadukan dengan sistem langsung, seluruh bahan, semen dan
pozzolan dapat dituangkan bersama agregat dengan baik melalui corong karet penuangan
khusus. Untuk memperoleh pencampuran yang baik, mesin pengaduk harus dilengkapi dengan
sebuah pipa untuk menuang ke bagian tengah mesin pengaduk setelah air dan agregat masuk
kedalam mesin pengaduk (mixer). Variasi cara penuangan bahan-bahan ke dalam mesin
pengaduk selama pelaksanaan pencampuran dapat berpengaruh terhadap keseragaman mutu
dari setiap siklus pengadukan.

7.5 Penakaran air

7.5.1 Peralatan penakaran

Pada pekerjaan-pekerjaan besar dan pada pabrik-pabrik penakaran dan pencampuran terpusat
dengan skala produksi yang tinggi, ketelitian penakaran air didapatkan dengan penggunaan alat
penakar berat atau alat ukur yang bekerja secara otomatis. Peralatan dan metode-metode yang
digunakan dalam seluruh kondisi pelaksanaannya harus mampu mengukur dalam toleransi 1
(satu) persen dari yang disyaratkan. Tangki atau silinder tegak dengan lubang
penuanganditengahnya dapat diijinkan sebagai alat bantu penimbangan, tetapi tidak boleh
digunakan sebagai alat pengukuran langsung. Untuk ketelitian pengukuran harus digunakan alat
ukur digital. Paling tidak, harus menggunakan gelas ukur. Semua peralatan penakaran air harus
dirancang sehingga mudah untuk dikalibrasi, sehingga ketelitian pengukuran dapat dengan
cepat diperiksa kebenarannya.

7.5.2 Penentuan kelembaban agregat dan koreksinya.

Penghitungan koreksi jumlah seluruh air pencampur tergantung pada tingkat ketelitian dan
variasi kelembaban agregat (terutama pasir) yang digunakan pada saat pengadukan. Agregat
dengan permukaan kering akan menyerap air bebas dalam campuran beton. Pemakaian alat
pengukur kadar kelembaban pasir sering dilakukan di pabrik pembuatan beton, dan bila
kelembaban agregat dapat dijaga secara baik, maka penentuan jumlah air pencampur dapat
dikompensasikan dengan kadar kelembaban pasirnya. Kontrol kelembaban dapat juga
dilakukan dengan koreksi langsung, memakai alat kompensator otomatis dimana jumlah air
dapat diproporsikan didasarkan pada kadar kelembaban agregat yang ada.

7.5.3 Jumlah seluruh air pencampur

Keseragaman dalam penakaran jumlah air pencampur, selain ketepatan penimbangan air yang
ditambahkan, juga perlu diperhitungkan adanya sumber air tambahan seperti air pembilas mixer
yang perlu dikontrol. Besarnya toleransi yang diijinkan adalah sebesar ± 3% dari total air
pencampur.

10 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

7.6 Penakaran bahan tambahan

Dalam praktek, penggunaan bahan tambahan dalam campuran beton umum dilakukan.
Toleransi dalam penakaran dan penuangan serta mekanisme penuangan sebagaimana
dijelaskan sebelumnya untuk bahan-bahan lainnya, juga berlaku untuk bahan tambahan.
Peralatan penakar dan pencampur bahan tambahan yang digunakan harus dapat dengan
mudah dikalibrasi. Bila penunjuk waktu alat ukur volume (dispensers) tidak diaktifkan untuk
bahan tambahan volume besar, harus digunakan tabung kontrol berskala yang secara visual
dapat dibaca sekaligus dapat digunakan untuk penakaran.

7.7 Pengukuran bahan untuk pekerjaan skala kecil

Jika volume beton pada suatu pekerjaan cukup kecil, pelaksanaan penakaran dan
pencampuran dapat dilakukan di lokasi konstruksi. Dalam hal ini dapat menggunakan beton siap
pakai atau penggunaan alat pencampur yang dapat dipindahkan atau alat pencampur kontinyu.
Jika kedua-duanya tidak tersedia, penakaran harus dilakukan dengan hati-hati dengan cara
yang umum digunakan di lokasi pekerjaan. Kantong bahan bersifat semen harus dilindungi dari
kelembaban dan pengantongan non standar jangan digunakan kecuali setelah ditimbang tepat.

7.8 Pertimbangan lain

Selain ketelitian dalam penakaran bahan-bahan yang digunakan, pelaksanaan kegiatan


pekerjaan secara benar harus dilakukan guna memperoleh keseragaman mutu beton. Bahan-
bahan yang dicampurkan dalam setiap kali pengadukan harus dijamin memiliki tingkat
keseragaman yang baik, demikian juga urutan penuangan dan pencampuran harus sesuai
dengan yang telah ditetapkan. Bila memungkinkan, ruang kontrol pusat pencampuran, harus
ditempatkan dalam posisi dimana operator dengan cermat dan jelas dapat melihat timbangan
dan alat pengukuran dengan mudah selama penakaran dan pencampuran beton, serta
penuangan adukan beton, tanpa meninggalkan tempat duduknya. Beberapa kekurangan yang
biasa terjadi dan perlu dihindari adalah sebagai berikut:
a) terjadinya tumpang tindih siklus pencampuran,
b) terbangnya bahan-bahan,
c) berkurang atau bertambahnya sebagian campuran bahan dari siklus pencampuran yang
berbeda.

8 Pencampuran dan pengangkutan

8.1 Persyaratan umum

Pencampuran harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan produksi beton dengan
mutu yang seragam. Karena itu, peralatan dan metode yang digunakan harus mampu
mencampur bahan-bahan beton secara efektif terutama untuk campuran yang mengandung
agregat dengan besar butiran maksimum untuk produksi beton yang seragam dengan slump
praktis terendah. Rekomendasi terhadap ukuran agregat maksimum dan slump yang diinginkan
berdasarkan jenis dan elemen konstruksi disyaratkan dalam revisi SNI 03-2847-1992 yang
biasanya dituangkan pula dalam rencana kerja dan syarat-sarat (RKS). Pencampuran yang
homogen, kapasitas transportasi dan metode pengecoran yang sama baiknya harus diupayakan
agar beton tetap plastis dan tidak terjadi adanya sambungan dingin (cold joints) selama
pengerjaan.

11 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

8.2 Peralatan pencampur

Mesin pengaduk (mixer) dapat merupakan salah satu bagian dari usaha pencampuran beton
terpusat atau alat campur yang dapat dipindahkan. Mixer yang dirancang dengan baik
dilengkapi pisau dalam wadah berbentuk drum yang menjamin pencampuran bahan dapat
berlangsung secara baik melalui gerakan sejajar sumbu putar atau suatu gerakan menggulung
(rolling), saling membalikkan dan mencampur. Persyaratan teknis berbagai tipe mixer harus
sesuai dengan standar mixer yang berlaku yang diberikan oleh asosiasi beton siap pakai.

Tipe-tipe peralatan pencampur yang umum adalah sebagai berikut :

8.2.1 Drum mixer yang dapat dimiringkan (Tilting drum mixer)

Mixer bentuk drum yang berputar, dimana saat pengeluaran isinya dengan cara mengungkit
atau memiringkan sumbu drum, sedangkan saat pencampurannya, sumbu drum dapat
disesuaikan pada posisi horizontal atau miring.

8.2.2 Drum mixer yang tidak dapat dimiringkan (Non-tilting drum mixer)

Mixer bentuk drum yang berputar, dimana waktu pengisian, pencampuran dan pengeluaran
isinya, posisi sumbu drum tetap horizontal.

8.2.3 Mixer tegak (Vertical shaft mixer)

Mixer tipe ini sering juga disebut mixer turbin atau mixer panci. Pencampuran dilakukan dengan
memutar baling-baling atau pedal pada sumbu vertikal yang dipasang di pusat wadah berbentuk
panci yang tidak bergerak atau yang berputar berlawanan arah terhadap perputaran baling-
baling. Proses pengadukan dapat diamati dan jika diperlukan, dapat dengan mudah dilakukan
penyesuaian. Tipe mixer ini sangat baik untuk pengadukan beton yang relatif kering dan banyak
dipakai di laboratorium pengujian beton dan di pabrik-pabrik pembuatan barang-barang dari
beton.

8.2.4 Mixer pedal (Paddle mixer)

Mixer ini menggunakan pisau-pisau yang dipasang horizontal dan cocok untuk campuran beton
yang relatif kering. Mixer ini juga digunakan terutama dalam produksi barang-barang beton
pracetak.

8.2.5 Truk pencampur (Truck mixer)

Dikenal 2 (dua) tipe truk pencampur yang menggunakan drum berputar, yaitu : tipe dengan
pengeluaran isi dari belakang drum dan tipe dengan pengeluaran isi dari bagian muka drum.
Pada tipe pertama, pencampuran dengan sumbu miring adalah yang banyak dipakai. Kedua
tipe tersebut menggunakan sirip-sirip yang dipasang pada drum untuk mengaduk beton pada
posisi pengadukan dan mengeluarkan beton pada saat drum diputar ke arah sebaliknya.

8.2.6 Alat pencampur kontinu (Continuous mixing equipment)

Pencampuran dilakukan dengan pisau berbentuk spiral yang berputar dengan kecepatan tinggi
yang ditempatkan dalam tabung besar tertutup pada posisi miring 150 sampai 250 terhadap garis
horizontal.

12 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

8.3 Beton yang dicampur di pusat pengadukan

Beton yang dicampur di pusat pengadukan adalah beton yang seluruhnya dicampur dalam alat
pencampur (mixer) yang dipasang tetap di suatu tempat, kemudian dikirim ke tempat lain
dengan alat pengangkut. Peralatan tranportasi ini dapat berupa truk mixer yang berfungsi
sebagai agigator atau truk yang atasnya terbuka dengan atau tanpa agigator. Adanya
kecendrungan terjadinya segregasi, membatasi jarak yang memungkinkan dapat dilayani
dengan peralatan tanpa dilengkapi agigator.

Pencampuran pada pusat pengadukan beton biasanya dilakukan sampai diperoleh campuran
yang homogen, dimana selanjutnya diangkut dengan menggunakan truk mixer dengan drum
terus berputar. Jumlah maksimum volume beton yang dapat diangkut truk pencampur dibatasi
sampai 63 % volume drum.

8.4 Beton yang dicampur di truk

Pencampuran dalam truk merupakan proses dimana bahan-bahan beton ditakar terlebih dahulu
di pusat pencampuran beton dan dimasukkan ke dalam truk pencampur beton siap pakai untuk
pencampuran dan pengiriman sampai lokasi konstruksi/proyek. Untuk mendapatkan hasil yang
baik, volume seluruh bahan yang dicampur tidak boleh melampaui 63 persen dari volume drum.

8.5 Pengisian dan pencampuran

Cara dan urutan pengisian bahan-bahan ke dalam mixer merupakan langkah kerja yang sangat
penting untuk memastikan bahwa beton tersebut dicampur dengan baik.
Untuk mesin pengaduk di pusat pencampuran, perlu dilakukan pencampuran awal pada saat
adanya aliran bahan-bahan masuk ke dalam mixer.
Dalam mesin pengaduk berupa truk (mixer truk), seluruh prosedur pemasukan bahan harus
direncanakan dengan baik untuk menghindari penggumpalan material, terutama pasir dan
semen, khususnya pada bagian atas drum selama pengisian. Untuk ini, penuangan bahan ke
dalam drum dimulai dengan agregat kasar sebanyak 10 % dan air terlebih dahulu sebelum pasir
dan semen.

Penuangan air kedalam campuran perlu mendapat perhatian khusus. Setelah seluruh bahan-
bahan lain tercampur, biasanya sekitar seperempat sampai sepertiga air harus ditambahkan
pada saat-saat akhir pengadukan. Pipa penuangan air harus dirancang sesuai kebutuhan dan
ukurannya sedemikian hingga dapat masuk dengan baik di dalam mixer dan penuangan diakhiri
dalam waktu 25 persen pertama dari waktu pencampuran.

Bahan-bahan tambahan kimia harus dituangkan ke dalam mixer (pencampur) pada saat yang
sama sesuai urutan pencampuran bahan dalam setiap siklus pencampuran. Bahan-bahan
tambahan cair harus dituangkan dengan air atau pada pasir lembab, dan bahan-bahan
tambahan yang berupa bubuk harus diaduk ke dalam mixer (pencampur) dengan bahan kering
lain. Bila bahan tambahan yang digunakan lebih dari satu macam, masing-masing harus ditakar
dan diaduk (batched) secara terpisah, kecuali jika pencampuran sebelumnya menunjukkan
kesesuaian dan bahan-bahan tersebut harus diencerkan lebih dulu sebelum masuk kedalam
mixer (pencampur).

13 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

8.5.1 Pencampuran di pusat pengadukan

Prosedur untuk pengisian bahan kedalam mixer (pencampur) terpusat lebih bebas dibanding
pengisian bahan-bahan ke dalam truk pencampur (truck mixers). Ini disebabkan drum
pencampur sentral yang berputar tidak diisi penuh seperti halnya truk pencampur dan baling-
baling serta metoda pencampurannya juga sangat berbeda. Dalam truk pencampur, sedikit
sekali terjadi proses pelipatan (folding action) dibandingkan dengan pengaduk (mixer) tetap.
Bagaimanapun, ukuran batch tidak boleh melampaui kapasitas yang diijinkan pabrik seperti
yang ditandai pada pelat nama mixer (pencampur).

Waktu pencampuran yang dibutuhkan harus didasarkan pada kemampuan mixer untuk
memproduksi beton yang seragam untuk seluruh produksi. Rekomendasi yang disarankan dari
pabrik dan spesifikasi umum, seperti 60 detik (1 menit) untuk 3/4 m3 ditambah 15 detik (1/4
menit) untuk setiap tambahan meter kubik dari kapasitas, dapat digunakan sebagai acuan baku
untuk menetapkan awal waktu pencampuran. Batas waktu akhir pencampuran yang digunakan
harus didasarkan pada hasil uji kinerja mixer dalam tenggang waktu sesering mungkin
sepanjang pekerjaan berlangsung. Waktu pencampuran diukur sejak waktu seluruh bahan telah
masuk kedalam mixer. Pengukuran waktu dalam setiap siklus pencampuran dengan indikator
yang dapat didengar (audible) digunakan dalam kombinasi dengan pembatas yang mana
mencegah terjadinya kelebihan atau kekurangan penakaran dan waktu pencampuran dari setiap
siklus pencampuran. Untuk mencegah terjadinya pengeluaran isi mixer sebelum waktu yang
ditentukan, indikator ini diperlukan baik pada automatic plants maupun manual plant. Mixer
harus dirancang untuk bekerja dan berhenti pada beban maksimum.

8.5.2 Pencampuran di truk pengadukan

Biasanya 70 sampai 100 putaran kecepatan aduk yang disyaratkan untuk truk pencampur.
Dengan urutan pengisian yang baik, umumnya truk pencampur dapat menghasilkan beton yang
seragam dan homogen dalam 30 sampai 40 putaran.

Jumlah seluruh putaran pada pencampuran tidak boleh melebihi 300 putaran. Ini untuk
mencegah terjadinya penggerusan pada agregat yang lunak, kehilangan slump, keausan pada
dinding mixer dan efek lain yang tidak diinginkan, khususnya untuk beton dalam cuaca panas.
Pencampuran akhir dapat dilaksanakan di tempat produksi, dalam perjalanan ke lokasi proyek
atau pula dilaksanakan di lokasi proyek.

Jika waktu tambahan telah dilampaui setelah pencampuran dan sebelum pengeluaran isi mixer,
kecepatan putaran dikurangi atau dihentikan. Selanjutnya, sebelum pengeluaran isinya, mixer
harus diputar kembali untuk menjaga plastisitas dan keseragaman campuran dengan kecepatan
pengadukan selama kira-kira 30 putaran.

8.5.2.1 Memperpanjang waktu pengangkutan

Langkah ini sering disebut pencampuran kering untuk mengantisipasi terjadinya perjalanan yang
lama dan kondisi lalu lintas berat sehingga keterlambatan pengecoran beton tidak dapat
dielakkan, dengan menunda pencampuran semen dengan air. Bagaimanapun bila semen
tercampur dengan agregat dalam keadaan lembab akan terjadi proses hidrasi semen. Oleh
karena itu, penyimpanan bahan-bahan yang digunakan dalam cara ini perlu diperhatikan.

Salah satu cara ialah mencampurkan bahan-bahan kering ke dalam truk mixer beton siap pakai
dan mengangkutnya sampai lokasi pekerjaan, selanjutnya seluruh air pencampur ditambahkan

14 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

dan diaduk hingga homogen. Untuk menghasilkan adukan yang seragam, kecepatan
pencampuran dan penambahan air harus diatur sedemikian hingga seluruh bagian drum dapat
tercampur dengan baik, yaitu dengan menyemprotkan air bertekanan dari muka dan belakang
drum pencampur. Biasanya pencampuran akan mencapai kondisi sempurna dengan jumlah
putaran 70 sampai 100 kali putaran. Jumlah volume beton yang dapat diangkut dengan truk
pencampur (truck mixer) dengan metoda ini adalah 63 persen dari volume drum.

8.5.3 Air

8.5.3.1 Air pencampur

Air yang diperlukan untuk pencampuran beton sampai konsistensi (slump) yang diinginkan
dipengaruhi oleh beberapa hal seperti jumlah putaran dan kecepatan pencampuran, waktu
pengeluaran dan temperatur lingkungan. Dalam cuaca dingin dan penyerahan (pengiriman)
segera, terjadinya masalah seperti penurunan slump, air pencampur berlebihan, permasalahan
dalam pengeluaran isi, penanganan dan pengecoran, jarang terjadi. Sebaliknya akan terjadi bila
penyerahan pengirimannya lambat atau tidak beraturan dan cuaca panas. Kehilangan
kelecakan selama cuaca panas dapat diperkecil dengan mempercepat penyerahan dan
pengecoran serta dengan pengendalian temperatur beton. Juga dianjurkan untuk menggunakan
bahan penghambat pengerasan beton (retarder) untuk memperpanjang waktu pengerasan
setelah dicorkan (ditempatkan). Bila memungkinkan semua air pencampur harus dicampurkan di
pusat pengadukan. Walaupun demikian, yang diinginkan dalam udara panas adalah untuk
menunda penambahan sebagian air pencampur sampai mixer tiba di lokasi pekerjaan,
kemudian sisa air yang dibutuhkan ditambahkan, serta tambahan 30 putaran pada kecepatan
pencampuran sehingga air tambahan dapat tercampur dengan sempurna.

8.5.3.2 Penambahan air di tempat pekerjaan

Faktor air-semen maksimum tidak boleh dilampaui. Jika semua air yang diijinkan oleh spesifikasi
belum ditambahkan saat mulai pencampuran, diperbolehkan menambah air sisa di tempat
penyerahan. Harus dicatat bahwa sekali sebagian dari satu siklus pencampuran telah
dikeluarkan, menjadi tidak praktis untuk mempehitungkan faktor air-semen yang dihasilkan
dengan penambahan air.

Produksi beton dengan slump yang berlebihan atau menambahkan air melebihi proporsi faktor
air-semen yang ada untuk menyesuaikan kehilangan slump akibat keterlambatan dalam
penyerahan atau pengecoran, tidak diperbolehkan.

Pengunaan bahan kimia pembantu yang menambah plastisitas beton (superplasticizer)


diperbolehkan untuk meningkatkan slump, selama faktor air-semen yang rendah tetap terjaga.
Penambahan dapat dilakukan oleh pemasok beton atau kontraktor dengan berbagi teknik sesuai
ketentuan yang berlaku. Bila bahan tambahan ini digunakan, penggetaran untuk pemadatan
dapat dikurangi, tetapi untuk elemen dinding dan beton tercetak miring, beberapa getaran masih
diperlukan untuk mengeluarkan udara yang terperangkap dalam adukan.

8.5.3.3 Air pencuci

Pada umumnya, produsen beton perlu mencuci dan membilas bagian belakang sirip pengaduk
dengan mencuci keseluruhan dan membuang air pencucinya setelah pengecoran selesai. Udara
panas dan rancangan campuran yang berbeda mensyaratkan dilakukannya pencucian dan
pembuangan air pencuci pada setiap kali selesai pengadukan. Air bilas tidak diperbolehkan

15 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

tertinggal dalam mixer, air tersebut harus dibuang sebelum penggantian siklus pengadukan.
Peraturan tentang pengendalian polusi akibat bahan sisa telah membuat air pencuci terus
bertambah; karena beberapa pertimbangan, sering dilakukan penggunaan kembali air bekas
pencuci dan sisa agregat sebagai bahan pencampur dalam pembuatan beton. Hal ini dapat
dilakukan sepanjang dilakukan pengendalian mutu secara baik yang dibuktikan dengan tidak
menurunnya mutu beton yang dihasilkan.

8.6 Temperatur campuran

Keseragaman beton untuk setiap pengadukan dari suatu mixer, terutama yang menyangkut
slump, kebutuhan air bebas, dan kadar udara, juga tergantung pada keseragaman temperatur
beton. Oleh karena itu, perlu ada pembatasan temperatur minimum dan maksimum pada beton
dan ini dikendalikan sepanjang proses pembetonan.

8.7 Pengeluaran isi mixer

Mesin pengaduk (mixer) harus mampu untuk menuang bahan beton yang mempunyai slump
terendah yang disyaratkan untuk elemen struktur tertentu, tanpa terjadi segregasi atau
pemisahan agregat kasar dari mortar. Sebelum menuangkan keluar, beton yang diangkut dalam
truk mixer, drum harus diputar terlebih dahulu pada kecepatan pencampuran sebanyak 30
putaran untuk mengaduk ulang bahan-bahan yang tertahan pada mulut pengeluaran drum untuk
setiap siklus pengadukan.

8.8 Kinerja mixer

Kinerja mixer biasanya ditentukan oleh serangkaian uji keseragaman yang dibuat pada
pengambilan contoh uji dari dua atau tiga lokasi dalam batch beton setelah diaduk untuk jangka
waktu tertentu (lihat ASTM C 94 dan CE-CRD-C55). Persyaratan kinerja mixer didasarkan pada
perbedaan yang diijinkan dari hasil pengujian dua contoh uji yang diambil dari dua lokasi
sembarang atau dari satu lokasi individual dan rata-rata dari semua lokasi. NRMCA mempunyai
suatu uraian prosedur mengenai hal ini dan merupakan suatu acuan yang sangat baik.

Di antara beberapa pengujian yang digunakan untuk mengontrol kinerja mixer, yang paling
umum: kadar udara, slump, berat isi mortar padat, kadar agregat kasar dan kuat tekan.

Aspek penting lainnya dari kinerja mixer adalah keseragaman beton antar siklus pencampuran
yang dipengaruhi oleh keseragaman material dan penakarannya serta efisiensi mixer.
Pengamatan visual atas beton selama pencampuran dan pengeluarannya dari mixer dapat
membantu dalam memelihara keseragaman campuran, terutama sekali keseragaman
kelecakannya. Alat perekam konsistensi, seperti yang beroperasi dan kuat arus dalam ampere,
mendukung penggerak motor elektrik yang menggerakkan drum mixer telah terbukti bermanfaat.

Metoda kontrol yang paling efektif untuk menjaga keseragaman antar siklus pencampuran
(batch-to-batch) adalah menjadwalkan secara teratur program pengujian beton segar yang
mencakup berat isi (unit weight), kadar udara, slump, dan temperatur. Walaupun pengujian
kekuatan merupakan ukuran yang sangat baik dalam pengendalian mutu dipekerjaan, hasil-
hasilnya diperoleh sangat terlambat untuk dijadikan pegangan praktis dalam mengontrol
produksi harian pekerjaan beton.

16 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

8.9 Pemeliharaan

Mixer harus dirawat dengan baik untuk mencegah kebocoran mortar dan material kering.
Permukaan mixer bagian dalam harus dijaga tetap bersih dan pisau-pisau pengaduk yang
sudah aus harus diganti. Mixer yang tidak memenuhi uji kinerja sesuai Pasal 8.8 tidak boleh
dipakai sampai dilakukan perbaikan dan pemeliharaan yang diperlukan.

8.10 Pertimbangan umum untuk mengangkut beton

8.10.1 Umum

Beton dapat diangkut dengan berbagai metoda dan peralatan, seperti mixer truk, truk terbuka
bagian atas dengan dan tanpa agitator, buket yang ditarik oleh truk atau gerbong kereta api
(railroad car), dengan pipa baja (pipeline), pipa karet (hose) atau ban berjalan (conveyor belts).
Transportasi yang digunakan harus secara efisien mengirim beton sampai tempat pengecoran
tanpa mengubah secara berarti sifat-sifat yang diinginkan seperti: faktor air-semen, slump,
kadar udara dan homogenitas. Masing-masing metoda transportasi mempunyai keuntungan
dalam kondisi-kondisi tertentu seperti: jenis bahan dan proporsi campuran, tipe dan pencapaian
ke tempat pengecoran, kapasitas pengiriman yang dibutuhkan, lokasi pusat pencampuran
(batch plant), kondisi cuaca, dan lain-lainnya. Kondisi-kondisi variasi ini harus secara hati-hati
ditinjau dalam memilih tipe transportasi yang terbaik dan cocok secara ekonomis untuk
memperoleh beton berkwalitas pada tempatnya.

8.10.2 Drum berputar

Dengan metoda ini, truk mixer seperti yang diuraikan dimuka bertindak selaku unit transportasi
bergerak. Drum diputar pada kecepatan pengisian selama masa pengisian bahan-bahan dan
dikurangi hingga kecepatan pengadukan atau dihentikan setelah pengisian bahan-bahan
lengkap. Waktu yang berlalu sebelum pengeluaran beton dapat sama seperti untuk pencampur
truk (truk mixer) dan volume yang dibawa dapat ditingkatkan sampai 80 persen dari kapasitas
drum (lihat ASTM C 94).

8.10.3 Badan truk dengan dan tanpa suatu agitator

Unit-unit yang digunakan dalam bentuk transportasi ini biasanya terdiri dari truk dengan badan
yang bagian atasnya terbuka menjulang, walaupun tempat sampah bagian bawah truk telah
digunakan dengan baik. Badan metal perlu mempunyai bidang-kontak efektif dan pada
umumnya dirancang untuk penuangan beton di bagian bawah ketika badan dimiringkan. Suatu
pintu penuangan dan vibrator (alat penggetar) pada atas badan harus disediakan pada titik
penuangan untuk kontrol aliran. Suatu agitator membantu penuangan dan besi strip mencampur
beton unloaded. Air tidak boleh ditambahkan pada beton dalam badan truk karena tidak ada
pencampuran dilakukan oleh agitator.

Gunakan penutup pelindung badan truk selama periode cuaca inclement, pembersihan yang
sesuai dari semua bidang-kontak, dan memperlancar kontribusi haul roads terhadap efisiensi
mutu dan operasional dari bentuk transportasi ini. Waktu peyerahan (pengiriman) maksimum
biasanya disyaratkan adalah 30 sampai 45 menit, walaupun kondisi cuaca boleh memerlukan
waktu lebih pendek atau mengijinkan waktu lebih panjang.

17 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

8.10.4 Buket beton pada truk atau lori

Metoda pengangkutan beton massa ini biasa digunakan dari tempat pengadukan sampai ke
lokasi dekat pengecoran. Sebuah alat pengangkut (crane) lalu mengangkat buket isi beton
tersebut sampai lokasi pengecoran sesungguhnya. Adakalanya gerbong pemindah yang
berjalan pada rel kereta api digunakan untuk mengangkut beton dari pusat pengadukan ke
buket-buket beton yang bekerja pakai kabel-kabel pengangkut. Pemindahan beton dari gerbong
pemindah ini harus dikendalikan dengan baik untuk mencegah segregasi. Waktu penyerahan
(pengiriman) untuk transportasi memakai buket-buket beton ini adalah sama seperti pada unit-
unit tanpa pengadukan lainnya, biasanya 30 sampai 45 menit.

8.10.5 Metoda-metoda lainnya

Transportasi beton dengan cara pemompaan dan dengan ban berjalan (belt conveyors) akan
dibahas tersendiri dalam pasal 9 dan 10 pada ACI 304R-89. Penyerahan (pengiriman) dengan
helikopter telah digunakan untuk daerah yang sulit dijangkau, di mana peralatan pengangkutan
lainnya tidak bisa digunakan. Sistem ini biasanya menggunakan salah satu metoda lainnya
untuk mengangkut beton ke helikopter yang selanjutnya mengangkat beton tersebut dengan
buket ringan ke lokasi pengecoran.

9 Pengecoran beton

9.1 Pertimbangan umum

Pasal 8 menguraikan beberapa peralatan dan prosedur untuk mengangkut beton dari tempat
penakaran (batching) atau tempat penakaran (batching) dan pencampur beton ke lokasi
pengecoran. Pasal ini memberikan panduan mengenai pemindahan beton dari peralatan
pengangkut ke tempat pengecoran terakhir pada struktur konstruksi yang sedang dikerjakan.

Pengecoran beton sampai selesai dilakukan memakai buket, corong tuang, troli manual atau
motor, talang dan pipa peluncur, ban berjalan (conveyor), pompa, tremies, dan peralatan paving.
Gambar A.4 pada lampiran A menunjukkan beberapa metoda penanganan dan pengecoran
yang di bahas dalam pasal ini dengan contoh prosedur pelaksanaannya.

9.2 Perencanaan

Ketentuan dasar dari seluruh penanganan beton adalah mutu dan keseragaman beton, maka
harus dipertahankan dengan baik hal yang berkaitan dengan faktor air-semen, slump, kadar
udara, dan homogenitas beton. Pemilihan peralatan harus didasarkan kepada kemampuan dari
peralatan tersebut yang secara efisien dapat menangani proporsi beton yang paling
menguntungkan yang dapat terpadatkan di tempat dengan penggetaran. Peralatan harus dapat
menjamin proporsi campuran beton sesuai rancangan.

Perencana harus dapat menjamin produksi persediaan beton dengan jumlah yang cukup dan
konsisten. Pada saat pengerjaan pengecoran, adukan beton harus tersedia dengan cukup, tetap
plastis dan bebas dari sambungan dingin. Semua peralatan untuk pengecoran harus bersih dan
dalam kondisi yang baik. Peralatan pengecoran harus diatur untuk pengiriman beton ke posisi
terakhirnya tanpa terjadi segregrasi. Peralatan harus cukup dan diatur dengan baik sedemikian
hingga pengecoran dapat berproses tanpa terhenti dan tenaga kerja harus tersedia dengan
cukup untuk melakukan pengecoran, pemadatan, dan penyelesaian akhir (finishing). Bila

18 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

pengecoran beton dilakukan pada malam hari, sistem pencahayaan harus cukup untuk
menerangi hingga ke bagian dalam bekisting dan mempunyai tempat kerja yang aman.

Agar jadual pengiriman dapat dikendalikan dengan baik dan tidak terjadi keterlambatan, maka
pada saat pelaksanaan pengecoran disarankan dilengkapi dengan peralatan radio komunikasi
antara tempat produksi beton dengan lokasi pengecoran.

Pemeriksaan akhir secara terperinci pada pondasi, sambungan konstruksi, bekisting,


penghambat air (water stop), penulangan dan items lainnya dari pengecoran, harus dilakukan
dengan segera sebelum pengecoran beton dilakukan. Metoda pendokumentasian hasil
pemeriksaan harus disetujui oleh semua pihak terkait sebelum pekerjaan pengecoran dimulai.
Semua gambaran ini harus diperiksa secara hati-hati dan yakin apakah benar-benar sesuai
dengan gambar, spesifikasi dan pelaksanaan yang benar.

9.3 Penulangan dan alat (items) yang ditanamkan

Pada saat pengecoran beton, baja tulangan dan barang-barang yang ditanamkan dalam beton
harus bersih dan bebas dari lumpur, minyak dan lapisan bahan lain yang dapat mengurangi
kapasitas pengikatanbeton. Pada umumnya baja tulangan tertutupi oleh serpihan saat
pembuatan maupun karat dan keadaan masih diperbolehkan sepanjang baja tadi dibersihkan
dari lapisan-lapisan yang mudah lepas dengan ketentuan pembuangan karat dan lapisan lepas
tersebut tidak boleh mengurangi dimensi baja minimum, tidak kurang dari yang ditentukan revisi
SNI 03-2847-1992.

Harus dijamin bahwa semua baja tulangan memiliki panjang dan ukuran sesuai dengan gambar
rencana dan ditempatkan pada posisi yang benar serta penempatan sambungan yang benar.
Selimut beton baja tulangan yang cukup harus tetap dijaga.

Mortar yang menutupi barang-barang yang ditanam yang terdapat dalam buket beton (lift) yang
mengering dalam beberapa saat tidak perlu dibuang, tetapi mortar yang telah kering dan lepas
dari barang-barang yang ditanam yang akan dicor dari buket beton (lift) harus dibuang sebelum
dilakukan pengecoran.

Metoda pemasangan penahan air (waterstop) di dalam bekisting harus menjamin waterstop
tersebut tidak melengkung membentuk rongga pada saat dilakukan pengecoran.

Batang tulangan dan barang-barang yang ditanam harus dipegang dengan aman pada posisi
yang benar dengan penyanggah yang cocok dan terikat erat untuk mencegah terjadinya
pergeseran pada saat pengerjaan pengecoran. Blok beton kadang-kadang digunakan sebagai
penyanggah baja tulangan. Pada umumnya digunakan kursi batang logam dengan atau tanpa
pelindung plastik pada ujungnya atau palang kursi plastik. Sistem apapun yang digunakan,
harus menjamin bahwa penyanggah harus cukup kuat untuk memikul beban yang diharapkan
sebelum dan selama pengecoran serta tidak akan mengotori permukaan betonnya,
displacement sejumlah beton yang berlebihan, dan juga tidak menyebabkan berpindahnya
batang tulangan dari posisi yang seharusnya.

Dalam beberapa hal, pada saat pengerjaan pengecoran beton bertulang, disarankan untuk
menghadirkan orang yang berwenang untuk melakukan pengaturan dan memperbaiki posisi
baja tulangan yang mungkin berpindah posisi.

19 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

9.4 Pengecoran

9.4.1 Tindakan pencegahan

Peralatan harus diatur sedemikian rupa hingga beton dapat dicurahkan secara vertikal dengan
tidak terhalang ke titik tujuan pengecoran atau ke dalam wadah penerimanya. Aliran beton tidak
boleh terpisahkan dengan membiarkan beton jatuh bebas di atas rods, pengatur jarak, baja
tulangan atau barang-barang yang ditanamkan. Jika bekisting cukup terbuka dan bebas tanpa
penghalang sedemikian sehingga beton tidak terganggu pada tumpahan vertikal ke dalam
bekisting, pada umumnya diinginkan penuangan adukan beton tanpa menggunakan corong
tuang, trunks atau talang. Beton harus disimpan pada atau sedekat mungkin dengan tempat
akhir lokasi pengecoran, sebab beton mempunyai kecenderungan terjadinya segregrasi bila
adukan beton tersebut mengalir secara horisontal dalam bekisting.

Jika diinginkan pengecoran beton monolitis dari balok yang tinggi, dinding, atau kolom dengan
suatu pelat atau soffit di atasnya, maka penundaan pengecoran harus dijadualkan untuk
membiarkan pemadatan terjadi pada balok tinggi sebelum pelat atau soffit dicorkan. Lamanya
penundaan tergantung pada temperatur dan karakteristik pengikatan dari beton yang digunakan
(pada umumnya sekitar 1 jam), pengecoran harus segera dilakukan kembali agar perekatan
antara lapisan beton yang baru dengan lapisan beton sebelumnya dapat terjadi dengan
penggetaran.

9.4.2 Peralatan

Pada saat memilih peralatan pengecoran harus dipertimbangkan kemampuan peralatan untuk
pengecoran beton pada lokasi yang tepat secara ekonomis dan tanpa mengubah mutunya.

Pemilihan peralatan dipengaruhi oleh metoda produksi beton. Jenis tertentu peralatan seperti
buket, corong tuang, kereta/gerbong dorong, dan lain lain cocok untuk produksi secara siklus
campuran (batch) sedangkan peralatan lainnya seperti ban berjalan dan pompa, lebih cocok
untuk produksi menerus.

9.4.2.1 Buket dan corong tuang

Penggunaan buket beton yang dirancang dengan bukaan dibagian bawahnya, baik untuk
pengecoran beton dengan slump rendah yang masih mungkin untuk dipadatkan menggunakan
getaran. Buket harus bersih dengan sendirinya saat beton dikeluarkan dan beton harus mengalir
keluar saat pintu pengeluaran dibuka. Pintu pengeluaran harus mempunyai bukaan bersih
sedikitnya sama dengan lima kali ukuran agregrat maksimum yang digunakan. Sisi yang landai
harus mempunyai kemiringan sedikitnya 60 derajat terhadap horisontal.

Pengendalian buket dan pintu bukaan harus dilakukan sedemikian rupa hingga menjamin aliran
beton yang mantap dapat dituang terhadap beton yang di cor sebelumnya. Tertahannya adukan
beton dengan pengeluaran beton dari buket yang terlalu dekat dengan permukaan buket
pengangkat beton yang bergerak, pada umumnya adalah penyebab terjadinya segregrasi.

Untuk mencegah pencemaran, beton yang tertumpah keluar tidak boleh dimasukkan kembali ke
dalam buket atau corong penuang untuk digunakan kembali, dan beton yang baru selesai dicor
harus dilindungi dengan jalan tidak mengayunkan buket beton secara langsung di atas
permukaan beton tersebut.

20 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

Untuk mempercepat jadual pengecoran, direkomendasikan menggunakan dua buket atau lebih
untuk setiap alat pengangkat (crane).

9.4.2.2 Troli manual atau troli motor

Troli harus berjalan dan dapat bergerak bebas lancar diatas landasan yang kaku dan kuat yang
terpasang dengan baik di atas baja tulangan. Beton yang dibawa menggunakan troli cenderung
mengalami segregrasi selama troli tersebut bergerak dan mengganjalnya dengan papan adalah
lebih baik dari pada mengecornya tumpang tindih untuk memelihara permukaan tetap halus dan
mencegah terjadinya pemisahan material beton selama pemindahan beton.

Jarak pengiriman horisontal maksimum yang direkomendasikan untuk memindahkan beton


dengan menggunakan troli manual adalah 60 m dan untuk troli motor 300 m. Kapasitas troli
manual pada umumnya adalah 0.2 m3 dengan kapasitas pengecoran rata-rata 2 m3 sampai 4 m3
per jam. Kapasitas troli motor 0.3 m3 dengan kapasitas pengecoran berada pada rentang antara
11 m3 sampai 15 m3 per jam tergantung pada jarak tempuh.

9.4.2.3 Talang penyalur(Chutes) dan talang tegak (drop chutes)

Talang penyalur sering digunakan untuk memindahkan beton dari tempat dengan elevasi yang
lebih tinggi ke tempat dengan elevasi yang lebih rendah. Talang penyalur harus memiliki sudut-
sudut lengkung terbuat dari metal atau berlapiskan metal, dan harus mempunyai kapasitas yang
cukup untuk menghindari pelimpahan adukan keluar (overflow).

Kemiringan talang penyalur harus cukup curam dan konstan agar beton dengan slump yang
ditentukan dapat mengalir secara terus-menerus sepanjang talang tanpa terjadi segregrasi.

Aliran beton pada ujung talang penyalur harus dikendalikan untuk mencegah terjadinya
segregrasi.

Talang tegak adalah pipa bulat yang digunakan untuk memindahkan beton secara vertikal dari
tempat dengan elevasi yang lebih tinggi ke tempat dengan elevasi yang lebih rendah. Bagian
atas pipa talang tegak (2 m sampai 3 m) harus mempunyai garis tengah sedikitnya delapan kali
ukuran agregat maksimum, tetapi di bagian bawahnya dapat sekitar enam kali ukuran agregat
maksimum. Pipa harus tegak, pasti, dan diposisikan sedemikian hingga beton akan jatuh keluar
secara tegak lurus.

Talang tegak dari karet atau plastik atau tremies dapat digunakan dan dapat dipendekkan
dengan jalan memotongnya untuk menambah kecepatan pengecoran. Penggunaan talang tegak
dari plastik harus dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan talang tersebut tidak melipat
atau kusut.

9.4.2.4 Peralatan lapis perkerasan (paving equipment)

Penggunaan mixer besar, mesin penyebar beton dengan kapasitas tinggi dan alat pengeras
jalan pra cetak (slipform) memungkinkan untuk melakukan pengecoran dengan cepat pada
perkerasan dengan volume besar. Seluruh prinsip pengendalian mutu juga diperlukan untuk
keberhasilan perkerasan jalan seperti untuk bentuk lainnya dalam pengecoran beton. Akibat dari
kecepatan pengecoran, pemeriksaan rutin harus dilakukan lebih sering sedemikian hingga
deteksi penyimpangan kualitas dapat dikoreksi dengan cepat. Beberapa permasalahan yang
sering mempengaruhi mutu beton yang diinginkan pada pekerjaan perkerasan jalan juga umum

21 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

berlaku pada tipe pekerjaan beton lainnya; yaitu: keseragaman campuran dari setiap siklus
adukan, variasi dari slump dan kadar udara, serta distribusi mortar yang tidak merata dalam
agregat selama pengecoran beton.

Pengecoran beton dengan mengunakan peralatan pekerjaan perkerasan jalan dicakup dalam
ACI 316.

9.4.2.5 Pembuatan lapis perkerasan jalan pra-cetak (Slip forming)

Dengan metoda ini, beton dicor pada cetakan yang sudah disiapkan yang digeser pada titik
pengecoran yang lalu pada saat beton telah memperoleh kekakuan dan stabilitas dimensional
untuk mempertahankan bentuk disainnya.

Untuk penyesuaian dengan perubahan suhu lingkungan, diperlukan kontrol terhadap konsistensi
beton dengan pengaturan proporsi campuran.

9.5 Pemadatan (Konsolidasi)

Getaran internal adalah metoda yang paling efektif untuk pemadatan beton plastis untuk
kebanyakan pekerjaan beton. Efektivitas alat penggetar internal tergantung pada diameter
kepala, frekwensi dan amplitudo. Rekomendasi yang terperinci untuk peralatan dan prosedur
untuk konsolidasi dibahas dalam ACI 309.

Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan beton secara lateral. Penggetar
harus dimasukkan dan ditarik dalam arah vertikal pada interval yang rapat, menggunakan pola
penggetaran yang sistematis untuk memastikan bahwa semua beton telah cukup padat.

Selama alat penggetar beroperasi, alat tersebut akan terbenam ke dalam beton oleh beratnya
sendiri, dapat dilakukan penggetaran ulang untuk menambah kekuatan tekan dan rekatnya.

Pada kesulitan yang tidak biasa dan pengecoran yang terhalang, diperlukan tambahan getaran
pada bekistingnya. Pada keadaan ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari
penggetaran yang berlebihan yang akan menyebabkan terjadinya lapisan pasta yang lemah
pada permukaannya.

Lubang-lubang rongga udara (voids) pada permukaan vertikal yang tidak disukai, dapat
dikurangi dengan memberikan getaran tambahan. Namun demikian, getaran tambahan,
penggalian (spading) atau manipulasi beton secara mekanis tidak selalu menghilangkan lubang-
lubang rongga udara tersebut dari permukaan yang dicetak pada bekisting yang miring.

Penggunaan operator alat penggetar yang kompeten dan berpengalaman yang bekerja dengan
baik merawat alat penggetar dan dengan menyediakan peralatan getar yang cukup adalah
penting untuk keberhasilan proses pemadatan beton segar dengan baik.

9.6 Pembetonan massal

Peralatan dan metoda yang digunakan untuk pengecoran beton massal harus mencegah
terjadinya pemisahan agregat kasar dari beton. Kumpulan-kumpulan dan kantung-kantung
agregrat kasar harus disebar sebelum dilakukan pengecoran beton di atasnya.

22 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

Beton segar harus dicor dalam lapisan horisontal dengan ketebalan tidak boleh melebihi 610
mm dan harus dihindarkan terjadinya sambungan dingin dan lapisan yang miring. Untuk
konstruksi monolit, masing-masing lapisan beton harus dicor pada saat lapisan dasar masih
dapat merespon getaran, dan lapisan harus cukup dangkal untuk memastikan kedua lapisan
dapat saling mengait oleh getaran.

Metoda pengecoran secara bertahap harus digunakan pada struktur masive jika mencakup area
yang besar untuk memperkecil terjadinya sambungan dingin. Pada metoda ini disediakan lift
dalam deretan lapisan yang diatur secara bertahap dalam arah horisontal dengan ketebalan
300mm sampai 450 mm. Pengecoran beton pada setiap lapisan meluas ke arah sepenuh lebar
blok, dan pelaksanaan pengecoran maju dari satu ujung lift ke ujung lainnya, dan hanya
memperlihatkan luas beton yang kecil pada waktu yang tertentu. Pada saat pengecoran
berlangsung, ada bagian dari lift yang akan diselesaikan sementara pembetonan pada sisanya
terus berlangsung.

Untuk diskusi yang lebih lengkap tentang beton massal dan pertimbangan mengenai panas
yang diperlukan, lihat ACI 207.1R.

23 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

Lampiran A
(Informatif)
Gambar-gambar

A.1 Metoda penanganan dan penyimpanan agregat

Keterangan :
a = crane atau peralatan lainnya yang digunakan untuk menempatkan material dalam satu timbunan
dengan lebar buket tidak melebihi lebar truk pengangkut. Material tersebut di ditempatkan dengan
kemiringan yang tidak terlalu curam
b = cara yang menyebabkan agregat bergulir kebawah membentuk lereng sewaktu ditambahkan
pada timbunan atau memungkinkan alat bongkar melakukan pengulangan bongkaran berulang
kali pada lapis yang sama
c = timbunan yang dibentuk secara radial dalam lapis-lapis horizontal dengan alat buldozer atau
loader pendorong material yang dituangkan dari ban berjalan. Untuk ini sebuah tangga berjenjang
mungkin diperlukan
d = buldozer atau loader dorong yang membentuk lapisan timbunan pada kemiringan tidak melebihi
3 : 1. Kecuali jika material yang kuat dapat bertahan dari kerusakan, cara ini juga tidak dianjurkan

Gambar 1 Metoda penanganan dan penyimpanan agregat

24 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

Keterangan :
a = material sekeliling cerobong yang jatuh dari ban berjalan mencegah angin yang akan memisahkan
agregat halus dan kasar, bukaan disediakan sebagaimana yang dibutuhkan untuk menuangkan
material pada berbagai elevasi pada timbunan
b = bahan yang jatuh bebas dari ujung ketinggian, memungkinkan tiupan angin memisahkan agregat
halus dari agregat kasar. Tempat penyimpanan sementara (unfinished) atau tempat penyimpanan
agregat halus (material kering)
c = penyediaan agregat ukuran besar (agregat kasar) yang lewat ban berjalan diketinggian, kerusakan
dapat dikurangi dengan menggunakan tangga berjenjang (rock ladder).Tempat penyimpanan
agregat yang siap ditakar

Catatan :
Bila fraksi halus yang berlebihan tidak dapat dihindari dalam fraksi agregat kasar dengan cara-
cara penyimpanan persediaan yang ada, agregat perlu disaring lagi sebelum dikirimkan ke silo-
silo siklus pengadukan (batch plant)

Gambar 2 Metoda penanganan dan penyimpanan agregat

25 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

A.2 Silo penyimpanan material beton

Gambar 3 Pengaturan penyaringan ulang pada alat penakar bahan-bahan beton

26 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

A.3 Metoda penakaran dan pencampuran bahan-bahan (batching)


Keseragaman beton dipengaruhi oleh cara pengaturan peralatan/silo pemasok/
penakar bahan dan alat penakar berat bahan (lihat gambar 4 s/d gambar 9)

Keterangan:
a = kemiringan dasar 50º terhadap horizontal dalam seluruh arah ke pintu pengeluaran (outlet) dengan
sudut silo yang dibuat bundar, sehingga seluruh material bergerak ke arah pintu pengeluaran
(outlet)
b = silo-silo yang dasarnya datar atau yang mempunyai kemiringan dengan sudut sembarang membuat
material dalam silo-silo tidak dapat mengalir bebas melalui pintu pengeluaran (outlet) tanpa
dikorek/dibantu dengan sekop

Gambar 4 Kemiringan dasar silo (tempat penyimpanan) agregat

Keterangan:
a = material jatuh secara vertikal ke dalam silo tepat di atas bukaan pengeluaran, memungkinkan
pengeluaran material yang lebih seragam
b = meluncurkan material ke dalam silo pada suatu sudut. Material jatuh tidak tepat diatas bukaan
pengeluarannya sehingga hasilnya tidak selalu seragam seperti yang diharapkan
Gambar 5 Pengisian bin/silo agregat

27 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

Susunan peralatan penakar/pemasok yang Susunan peralatan penakar/pemasok


diharapkan yang dapat diterima
Penimbangan otomatis dari setiap bahan dalam penimbang Agregat ditimbang secara otomatis secara terpisah atau
masing-masing penuangan secara bersama masuk secara kumulatif. Semen ditimbang secara terpisah. Penakar
langsung kedalam mixer. Penuangan dari penakar semen dihindarkan dari vibrasi pabrik. Peralatan penunjuk berat
dikendalikan sehingga semen dituangkan sewaktu agregat dapat terlihat dengan jelas oleh operator. Diperlukan urutan
dikirimkan. Alat penakar dijaga dari getaran dengan koreksi yang tepat dalam mengeluarkan material. Hindari agregat
terhadap beban lebih (overload) yang disetujui. yang mengalir secara tetap dibagian puncak timbunan
material dalam silo-silo.

Keterangan:
a = silo bundar
b = kerucut penampung f = bentuk segi enam atau persegi empat
c = ke mixer g = batcher menggantung
d = silo semen terpisah di tengah-tengah h = ke mixer atau truk
e = silo-silo agregat disusun di sekitar kompartemen semen yang terletak ditengah-tengah
Gambar 6 Susunan peralatan penakar/pemasok yang diharapkan dan susunan peralatan
penakar/pemasok yang dapat diterima

MG = kerikil sedang
CG = kerikil kasar
S = pasir
FG = kerikil halus

Keterangan :
a = bukaan samping
b = penakar (batcher) kumulatif (semen ditimbang secara terpisah)
c = bukaan sudut
Satu dari kelompok silo-silo yang berdekatan tersebut mengeluarkan isinya yang menyebabkan
terjadi kemiringan yang panjang pada material dalam silo-silo tadi dan ini mengakibatkan
terjadinya pemisahan dan rusaknya keseragaman
Gambar 7 Susunan peralatan penakar yang buruk

28 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

FG = kerikil halus; S = pasir; CG = kerikil kasar; MG = kerikil sedang


Keterangan :
a = tampak samping
b = tampak akhir

Agregat yang ditimbang secara otomatis kumulatif dan disalurkan ke pengaduk (mixer) melalui
ban berjalan (conveyor belt). Semen ditimbang secara terpisah dan penuangan dikendalikan,
sehingga semen mengalir sewaktu agregat dikirimkan

Gambar 8 Susunan peralatan penakar/silo yang lebih disukai

CEM = semen; FG = kerikil halus; S = pasir; CG = kerikil kasar


Keterangan :
a = tampak samping
b = tampak akhir

Agregat ditimbang secara otomatis kumulatif. Semen ditimbang secara terpisah


dan penuangan dikendalikansehingga semen mengalir sewaktu agregat dikirimkan

Gambar 9 Susunan peralatan penakar/silo yang dapat diterima

29 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

A.4 Cara-cara yang benar dan tidak benar dalam penanganan adukan beton
Keseragaman beton yang diperoleh dari pengadukan yang efektif dalam mixer akan
rusak jika pengeluaran beton dari mixer tersebut tidak dikendalikan dengan baik
(lihat gambar 10 s/d gambar 15)

Keterangan :
a = dua cara penuangan beton yang disetujui untuk mencegah terjadinya pemisahan (segregasi) tanpa
melihat panjangnya saluran penuangan atau ban berjalan (conveyor) yang menuangkan adukan
beton kedalam buket, mobil (car), truk, atau corong (hoppers)
b = penuangan beton harus jatuh ditengah-tengah buket, mobil, truk, atau corong(hopper)

Gambar 10 Pengendalian pemisahan adukan beton yang dituang dari mixer

Keterangan :
a.Benar = penuangan beton langsung ditengah-tengah bukaan pengeluaran
b.Tidak benar = penuangan beton jatuh disisi miring corong(hopper)

Gambar 11 Penuangan beton ke dalam corong atau buket

30 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

Keterangan :
a = tanpa terjadi segregasi c = mortar
b = persegi atau bundar d = agregat
Benar = penuangan dari bukaan ditengah jatuh vertikal masuk ke tengah kereta dorong (buggy),
dengan cepat dialirkan melalui corong yang mempunyai dua pintu penuangan dari sisi yang
berlawanan
Tidak benar = pintu corong yang miring akan mempengaruhi aliran adukan beton bila tidak dikendalikan,
dan dapat menyebabkan pemisahan sewaktu pengisian kereta dorong (buggy)

Gambar 12 Penuangan dari corong pengisian untuk mengisi kereta dorong (buggy)
pengangkut adukan beton

(Tidak terjadi segregasi) (Terjadi segregasi)


Keterangan :
a = tinggi jatuh 600 mm c = tidak terjadi pemisahan e = agregat kasar
b = beban/pemberat dari karet d = mortar
Benar = pengaturan diatas mencegah terjadinya pemisahan bahan dalam beton saat penuangan
kedalam corong, buket, mobil pengangkut, truk atau cetakan
Tidak benar = ujung ban berjalan tidak diberi alat pengendali yang sesuai atau tanpa penahan sama
sekali sehingga menyebabkan terjadinya pemisahan antara mortar dan agregat kasar

Gambar 13 Pengendalian pemisahan (segregasi) beton pada ujung ban berjalan

31 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

b.Diberi ruang dengan


minimum ringgi jatuh
600 mm

Keterangan :
a = tanpa pemisahan c = papan penahan e = agregat kasar
b = tinggi jatuh 600 mm d = mortar
Benar = pengaturan seperti diatas dapat mencegah terjadinya pemisahan bahan dalam beton saat
penuangan kedalam corong, buket, mobil pengangkut, truk atau cetakan
Tidak benar = tidak tepat atau tidak mempunyai kendali pada ujung saluran adukan beton yang
sembarang, betapapun pendeknya. Biasanya, papan penahan hanya mengubah arah
pemisahan

Penuangan dari mixer, truk mixer atau lainnya dengan posisi miring sama baiknya dengan saluran yang
panjang tapi tidak berlaku untuk beton yang dituang kedalam saluran lainnya atau pada ban berjalan

Gambar 14 Pengendalian segregasi pada ujung saluran adukan beton

Gambar 15 Pengendalian pada titik perpindahan antara dua ban berjalan

32 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

A.5 Metoda pengecoran beton


Untuk menghindari kemungkinan terjadinya segregasi (pemisahan mortar dari
agregat ) pada adukan beton, maka beton harus dicor ke dalam bekisting dengan
cara yang benar (lihat gambar 16 s/d gambar 21)

Keterangan :
Benar = penuangan beton kedalam cetakan dengan menggunakan corong penyalur dari bahan yang
fleksibel hingga mendekati dasar pengecoran akan mencegah terjadinya segregasi dan
menjaga baja agar tetap bersih hingga adukan beton menutupinya
Tidak benar = penuangan beton kedalam cetakan dengan menggunakan corong penyalur yang jatuh
langsung mengenai bekisting dan baja dari atas ke dasar pengecoran sehingga
menyebabkan segregasi
Gambar 16 Pengecoran beton dari atas cetakan (bekisting) yang sempit

Keterangan :
Benar = adukan beton yang lebih basah pada bagian bawah cetakan tegak yang sempit, perlu
dibuat lebih kering semakin ke atas yang mudah dicapai dengan slump lebih kecil.
Tambahan kandungan air cendrung menyamakan mutu beton.Penyusutan pada waktu
kering berkurang
Tidak benar = menggunakan slump yang sama pada bagian atas dan bawah cetakan. Slump yang tinggi
pada bagian atas akan menghasilkan kelebihan air, sehingga mutu dan keawetannya
berkurang
Gambar 17 Konsistensi beton pada cetakan yang sempit dan dalam

33 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

Keterangan :
a = saluran pengecoran (penuangan) dengan kantong penyalur (chute) yang dapat
dipindahkan atau jendela (bukaan) dalam cetakan
Benar = penuangan beton dari sisi luar cetakan secara vertikal masuk ke kantong dekat cetakan
terbuka, adukan berhenti dan mengalir dengan mudah masuk cetakan tanpa terjadi
pemisahan
Tidak benar = menuang adukan beton dengan kecepatan tinggi, masuk cetakan dengan arah miring.
Cara ini menghasilkan segregasi

Gambar 18 Pengecoran pada dinding yang dalam atau melengkung


melalui jendela cetakan

34 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

Keterangan :
a = penyanggah tabung pengumpul untuk mencegah kerusakan
b = buket yang dilayani crane dan bila berada disini, tetap terikat
c = udara pemampat dari crane untuk pintu buket
d = tabung pengumpul dibawah pintu buket yang dibuat secara permanen, diikatkan ke rangka buket
e = kabel untuk menggerakkan pintu cetakan yang diaktifkan dengan udara

Pipa penyalur fleksibel dimasukkan ke tabung pengumpul. Pipa penyalur akan menyempit bila
tidak ada adukan beton yang dituang, yang memungkinkan penggunaan agregat berukuran
kecil atau agregat maksimum yang masih sesuai

Gambar 19 Pengecoran beton ke cetakan yang sempit dan dalam

35 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

Keterangan :
Benar = tempatkan papan/roskam penahan dan penuangan pada ujung saluran, menghindari
terjadinya pemisahan dan beton tetap pada kemiringan
Tidak benar = beton dituang jatuh bebas di ujung saluran pada kemiringan, yang akan diperkeras.
Kerikil akan terpisah dan meluncur ke dasar kemiringan
Kecepatan cendrung membawa beton ke bagian bawah lereng

Gambar 20 Pengecoran beton pada permukaan yang miring

Keterangan :
Benar = menuang beton sedekat mungkin dengan permukaan beton pada tempatnya
Tidak benar = menuang beton dari jarak jauh dengan melempar adukan beton

Gambar 21 Pengecoran lantai beton dengan kereta dorong (buggy)

36 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

Keterangan :
a = penyanggah yang cukup kuat untuk menjaga stabilitas pipa tetap kaku dan tegak lurus sewaktu
penuangan
b = pemindahan ke titik pengecoran
c = ujung dari pipa penyalur
d = selubung dari karet yang diperkuat
e = bantal beton yang akan dibuang di akhir pengecoran
f = penyanggah

Tong terbuka yang kuat dimana adukan beton meluap masuk ke corong yang biasa digunakan,
selanjutnya dituangkan ke ban berjalan, buket, saluran penyalur beton, atau pompa dapat
dipasang sebagai pengganti selubung karet yang diperkuat

Gambar 22 Pengecoran beton dengan pipa penyalur

37 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

Gambar 23 Pengecoran beton

38 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

A.6 Metoda konsolidasi (pemadatan beton)

Keterangan :
Benar = pemadatan dilakukan dengan alat getar tegak lurus ke bagian bawah beton yang baru
dicor (dituang)
Tidak benar = mulai pada adukan beton yang dicorkan dari kemiringan paling atas, cendrung ditarik
kebawah dengan alat penggetar

Gambar 24 Adukan beton dipadatkan dalam posisi miring

Keterangan :
Benar = getaran secara vertikal yang masuk sedikit kedalam lapisan beton terdahulu yang belum
mengeras pada interval teratur terbukti memberikan konsolidasi yang baik pada beton
Tidak benar = penetrasi sembarang secara acak dengan getaran pada semua sudut dan jarak tanpa
kedalaman yang cukup untuk menjamin kombinasi monolit dari dua lapisan adukan

Gambar 25 Penggetaran secara sistematis pada setiap penambahan adukan beton

39 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

Keterangan :
a = permukaan beton yang digetar c = plat baja e = adukan beton yang tidak digetar
b = beton pemberat d = vibrator f = arah pengecoran g = sisi cetakan ukuran 50x100 mm

Untuk pengecoran beton tanpa bekesting pada kemiringan, permukaan papan perata yang
dapat digeser (slipform screed) harus dilapisi baja, diberi berat dan tidak digetar. Beton harus
digetar sebelum pemakaian papan perata .
Gambar 26 Pemadatan beton pada permukaan yang miring

Keterangan :
Benar = kantong kerikil ditekan pakai kaki ke daerah yang lunak dan cukup berpasir, lalu ditumbuk
atau digetar
Tidak benar = sekop digunakan untuk mengorek agregat kasar yang terpisah dan bagian beton yang
hanya mengandung agregat halus

Gambar 27 Perlakuan terhadap kantong kerikil yang terdapat pada beton saat pemadatan
40 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

Keterangan :
Benar = buket berjalan sedemikian hingga agregat kasar pada beton tidak terpisah dari massanya
Tidak benar = menuangkan seperti ini dari buket dapat mengakibatkan terpisahnya agregat kasar

a = agregat kasar terdapat pada bagian bawah slab

Gambar 28 metoda penempatan buket saat pemadatan

41 dari 42
Revisi SNI 03-3976-1995

Lampiran B
(Informatif)
Daftar nama dan lembaga

1 Pemrakarsa

Puslitbang Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan Kimpraswil, Departemen


Kimpraswil.

2 Penyusun

No Nama Lembaga
1. Lasino, ST. Pusat Litbang Permukiman
2. Ir. Felisia Simarmata Pusat Litbang Permukiman
3. Ir. Nadhiroh Masruri, APU. Pusat Litbang Permukiman
4. Dra. Nande Maryuani M. Pusat Litbang Permukiman

42 dari 42

Anda mungkin juga menyukai