Anda di halaman 1dari 12

Sujianto, Pengembangan Profesionalitas Berkelanjutan/Continuing...

159

Pengembangan Profesionalitas Berkelanjutan/Continuing


Professionality Development (CPD) Guru Bersertifikat
Pendidik di SMK Rumpun Teknologi se-Malang Raya

Sujianto
Pendidikan Kejuruan-Pascasarjana Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang 5 Malang. Email: otnaijus@gmail.com

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pengembangan profesionalitas berkelanjutan


guru bersertifikat pendidik melalui investasi pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif
baik secara mandiri, berkelompok, atau melembaga. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
deskriptif kuantitatif, dengan subjek penelitian guru kejuruan yang bersertifikat pendidik se-Malang
Raya. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuesioner yang berupa angket dan pedoman
wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan kenyataan bahwa pemberlakuan UU Guru dan Dosen
(UU Nomor 14 Tahun 2005) diikuti dengan tunjangan profesi sebenarnya memberikan harapan besar
untuk menumbuhkan minat guru untuk selalu mengembangkan profesionalitasnya, namun kenyataan-
nya tidak demikian. Pengembangan profesionalitas berkelanjutan guru bersertifikat pendidik di SMK
rumpun teknologi se-Malang Raya masih tergolong rendah, artinya sebagian besar guru bersertifikat
pendidik hanya dalam kategori kadang-kadang melakukan investasi pengembangan diri, publikasi
ilmiah, dan membuat karya inovatif baik secara mandiri, berkelompok, atau melembaga.

Kata kunci: pengembangan profesionalitas berkelanjutan, investasi pengembangan diri, publikasi


ilmiah, karya inovatif

K
eberadaan Undang-undang Guru dan Dosen Guru bersertifikat pendidik khususnya yang
(UUGD) telah mencatat sejarah baru dalam mengajar di pendidikan kejuruan memiliki karakteris-
dunia pendidikan, membenahi faktor kualitas tik untuk mempersiapkan dan mengembangkan SDM
guru sebagai faktor penting dalam peningkatan mutu yang mampu bekerja secara profesional di bidangnya.
pendidikan. Kebijakan “guru sebagai profesi” meru- Untuk itu sisem Pendidikan Menengah Kejuruan/vo-
pakan langkah transformatif untuk mengubah jabatan kasi harus dapat mengimbangi perkembangan tekno-
guru sebagai profesi yang dapat meningkatkan mutu logi dunia usaha atau dunia industri. Sementara ke-
guru secara sistemik dan berkelanjutan. Di samping nyataannya sistem pendidikan menengah kejuruan
mengatur perlindungan terhadap hak-hak guru, Un- dengan kurikulumnya masih agak sulit untuk mem-
dang-undang Guru juga memberikan peluang dan prediksi kebutuhan dunia usaha/industri untuk jangka
rangsangan berprestasi bagi guru dalam menjalankan waktu tiga atau empat tahun yang akan datang. Arti-
tugasnya. Diharapkan bahwa peningkatan mutu guru nya, setelah anak didik menyelesaikan program pen-
berlangsung secara berkelanjutan sebagai faktor kun- didikannya masih terasa sulit untuk dapat diterima di
ci dalam peningkatan mutu pendidikan nasional. perusahaan atau industri yang relevan (Sudjani,
Merubah wajah pendidikan, terpenting yang ha- 2010).
rus dilakukan adalah mengubah mindset guru bahwa Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
sertifikasi harus dilihat sebagai upaya untuk mengukur untuk dapat memenuhi kebutuhan dunia usaha (indus-
dan meningkatkan kompetensi guru, bukan semata- tri) di era global ini, seorang guru harus memiliki keah-
mata disikapi sebagai upaya memperoleh peningkatan lian profesi yang merupakan andalan utama dalam
kesejahteraan. Oleh sebab itu, dirasa perlu terus men- menentukan keunggulannya. Menurut Direktorat
dorong para guru untuk meningkatkan kompetensi Pendidikan Menengah Kejuruan, Dirjen Pendidikan
pasca sertifikasi (Jawa Pos, 2011:40). Dasar dan Menengah Depdikbud (1993) menyatakan

159
160 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 159-170

bahwa kadar keahlian profesional akan menentukan Profesional Association Research Network
mutu, biaya produksi, dan penampilan akhir produk (PARN) di Amerika Serikat, memiliki beberapa stra-
industri, yang sekaligus menjadi faktor penentu ke- tegi CPD yang dijalankan yaitu: (1) CPD Secara
mampuan bersaing produk industri tersebut. mandiri (Voluntary CPD), Profesional mengikuti
Untuk mewujudkan guru yang benar-benar pro- Program Pengembangan Profesional secara mandiri
fesional dan kompeten tidak cukup dengan mengikuti tanpa paksaan atau tekanan dari unit kerja. (2) CPD
program sertifikasi dan tunjangan profesinya, ada di- secara berkelompok (Obligatory CPD), bentuk
mensi yang harus dipenuhi agar profesionalismenya CPD ini adalah pengembangan profesionalisme yang
tetap terjaga, menjaman dan selalu meningkat sesuai dilaksanakan oleh badan-badan profesional untuk
dengan kebutuhan serta tuntutan yang berkembang meningkatkan pengetahuan sesuai dengan profesi.
antara lain dengan Pengambangan Keprofesian Ber- (3) CPD yang diwajibkan secara khusus (Formal
kelanjutan (Continuing Professionality Develop- Mandatory CPD). Profesional diwajibkan untuk
ment/CPD) sebagaimana yang diatur dalam Peratur- menghadiri program CPD berdasarkan program dan
an Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan keinginan yang telah direncanakan oleh sebuah badan
Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang profesional sebagai syarat untuk memperbaharui ke-
jabatan fungsional guru (Yasin, 2011). ahlian profesional.
CPD adalah satu proses yang berkelanjutan un- Dalam konteks Indonesia, pengembangan profe-
tuk perkembangan individu dalam usaha untuk me- sionalitas guru dikemas dalam program Pengembang-
ningkatkan kompetensi secara utuh bagi seseorang an Keprofesian Berkelanjutan (PKB). PKB adalah
profesional di tempat kerja. Ini hanya dapat dicapai pengembangan keprofesian berkelanjutan yang dilak-
dengan cara mencari dan mengembangkan sepenuh- sanakan sesuai dengan kebutuhan guru untuk menca-
nya ilmu pengetahuan, kompetensi dan pengalaman pai standar kompetensi profesi dan/atau meningkat-
melalui aktivitas CPD (www.cll.strach.ac.uk). kan kompetensinya di atas standar kompetensi profe-
Di antara prinsip-prinsip yang perlu untuk CPD sinya yang sekaligus berimplikasi kepada perolehan
seperti yang digariskan oleh RICS adalah sebagai angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan fungsio-
berikut. (1) Pengembangan profesional adalah kebu- nal guru. Dalam Pedoman Pengelolaan Pengembang-
tuhan akan individu itu sendiri. (2) Pengembangan an Keprofesian Berkelanjutan juga dijelaskan bahwa
profesional perlu secara berkelanjutan, serta tenaga PKB mencakup tiga hal; yakni pengembangan diri,
profesional selalu proaktif untuk meningkatkan pres- publikasi ilmiah, dan karya inovatif.
tasi diri. (3) CPD adalah urusan yang sifatnya pribadi Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka
atau hak tiap individu, sehingga mereka tahu apa yang perlu adanya studi mengenai Pengembangan Profesi-
terbaik dan yang diperlukan untuk pembangunan diri. onalitas Berkelanjutan pada guru Sekolah Menengah
(4) Tujuan pembelajaran juga harus jelas untuk mem- Kejuruan (SMK) yang bersertifikat pendidik, sehing-
bantu tujuan organisasi atau pelanggan dan sesuai ga hasil penelitian ini dapat dijadikan bukti empirik
dengan tujuan individu, (5) CPD harus dilihat sebagai tentang kondisi guru dalam mendukung usaha untuk
kebutuhan seoarang profesional bukan dianggap se- mencapai pelaksanaan sertifikasi guru yang efektif.
bagai satu pilihan (Nazim, 2007). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsi-
Poros utama pengembangan profesi pendidikan kan pengembangan profesionalitas berkelanjutan gu-
secara berkelanjutan adalah pengembangan pembel- ru bersertifikat pendidik melalui investasi pengem-
ajaran yang meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan bangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif baik
terbaik, dan penyempurnaan pelaksanaan tugas seha- secara mandiri, berkelompok, atau melembaga.
ri-hari. Strategi pelaksanaan kegiatan CPD adalah
mengintegrasikan pendidik dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Tiap lembaga pendidikan meningkat- METODE
kan: (1) penyediaan teknologi informasi dan komuni- Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif ku-
kasi yang terintegrasi dengan internet, (2) melaksana- antitatif. Penelitian ini berusaha mendapatkan gam-
kan pelatihan pemanfaatan internet sebagai sumber baran yang jelas tentang pengembangan profesional
informasi dan komunikasi, (3) meningkatkan kolabo- berkelanjutan guru bersertifikat pendidik di SMK rum-
rasi pendidik berbasis internet, dan (4) meningkatkan pun teknologi se-Malang Raya. Populasi penelitian
kompetensi pendidik dalam mempublikasikan karya ini adalah seluruh guru produktif rumpun teknologi
dan pikirannya melalui jejaring internet (www.guru yang bersertifikat pendidik sejumlah 110 guru pada
pembaharu.com).
Sujianto, Pengembangan Profesionalitas Berkelanjutan/Continuing... 161

15 sekolah. Instrumen penelitian yang digunakan tindakan reflektif, dan memanfaatkan teknologi infor-
adalah lembar kuesioner yang berupa angket dan pe- masi dan komunikasi.
doman wawancara. Adapun hasil uji coba tingkat Pengembangan profesionalitas berkelanjutan
validitas instrumen guru diperoleh data sebagai guru bersertifikat pendidik di SMK rumpun teknologi
berikut. (1) Sub variabel investasi pengembangan se-Malang Raya melalui publikasi ilmiah (secara
diri secara mandiri, berkelompok, dan melembaga mandiri, berkelompok, dan melembaga) tergolong ka-
sebanyak 48 item, dinyatakan valid sebanyak 40 item tegori rendah sebanyak 89,06%, kategori sedang se-
dengan nilai Correcteed Item-Total Corelation banyak 9,14%, dan kategori tinggi sebanyak 1,80%,
antara 0,364 sampai dengan 0,845, dan tidak valid artinya sebagian besar guru bersertifikat pendidik ha-
sebanyak 8 item. (2) Sub variabel publikasi ilmiah nya dalam kategori kadang-kadang melakukan aktivi-
secara mandiri, berkelompok, dan melembaga seba- tas meneliti dan menulis yang dipublikasikan dalam
nyak 54 item, dinyatakan valid sebanyak 43 item de- bentuk buku, majalah, jurnal, modul, buku pedoman,
ngan nilai Correcteed Item-Total Corelation antara dan sejenisnya.
0,362 sampai dengan 0,784, dan tidak valid sebanyak Pengembangan profesionalitas berkelanjutan
11 item. (3) Sub variabel karya inovatif secara mandi- guru bersertifikat pendidik di SMK rumpun teknologi
ri, berkelompok, dan melembaga sebanyak 78 item, se-Malang Raya melalui karya inovatif secara mandi-
dinyatakan valid sebanyak 66 item dengan nilai Cor- ri, berkelompok, dan melembaga tergolong kategori
rected Item-Total Corelation antara 0,362 sampai rendah sebanyak 79,41%, kategori sedang sebanyak
dengan 0,881, dan tidak valid sebanyak 12 item. Se- 14,89%, dan kategori tinggi sebanyak 5,69%, artinya
lanjutnya data dianalisis dengan teknik deskriptif de- sebagian besar guru bersertifikat pendidik hanya da-
ngan menggunakan formula persentase. lam kategori kadang-kadang melakukan karya inova-
tif dengan menemukan/membuat teknologi tepat guna,
menemukan/menciptakan karya seni, membuat/me-
HASIL modifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum, dan
Pengembangan profesionalitas berkelanjutan mengikuti pengembangan penyusunan standar, pedo-
guru bersertifikat pendidik di SMK rumpun teknologi man, soal dan sejenisnya. Lebih jelasnya dapat dilihat
se-Malang Raya melalui investasi pengembangan diri pada Gambar 1.
(secara mandiri, berkelompok, dan melembaga) ter-
golong kategori rendah sebanyak 61,99%, kategori PEMBAHASAN
sedang sebanyak 26,49%, dan kategori tinggi seba-
nyak 11,62%, artinya sebagian besar guru bersertifi- Invetasi Pengembangan Diri
kat pendidik hanya dalam kategori kadang-kadang
Hasil analisis menunjukkan bahwa, pada umum-
melakukan investasi pengembangan diri melalui diklat
nya pengembangan profesionalitas berkelanjutan gu-
fungsional guru, kegiatan kolektif guru, melakukan

6,34
Pengembangan Profesionalitas Berkelanjutan 16,84
76,82
5,69
(3) Karya Inovataif 14,89
79,41
1,80
(2) Publikasi Ilmiah 9,14
89,06
11,52
(1) Investasi pengembangan diri 26,49
61,99

0 20 40 60 80 100

Tinggi % Sedang % Rendah %


Gambar 1 Persentase Pengembangan Profesionalitas Berkelanjutan Guru Bersertifikat Pendidik secara
Gambar 1. Persentase Pengembangan Profesionalitas Berkelanjutan Guru Bersertifikat
Pendidik secara Mandiri, Berkelompok, dan Melembaga
162 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 159-170

ru bersertifikat pendidik di SMK rumpun teknologi bangan profesionalitasnya dengan menggunakan diri
Malang jika ditinjau dari investasi pengembangan diri sendiri (guru) sebagai sumbernya, artinya guru harus
baik secara mandiri, berkelompok, atau melembaga fokus atau sadar akan tugasnya dalam mengajar, ser-
masih tergolong rendah. Hasil penelitian ini berkaitan ta sadar akan tindakannya sebelum, selama, dan se-
dengan Nurdyansah (2010) dalam Tesisnya yang sudah mengajar. Guru harus berfikir tentang apa yang
berjudul “Kinerja Guru Profesional dalam Mening- telah terjadi di dalam kelas, cara mengajar, dan tujuan
katkan Prestasi Siswa di MI Al Fattah Malang” me- yang ingin dicapai. Guru sekaligus menjadi seorang
nunjukkan bahwa intensitas kegiatan akademis yang peneliti, melihat permasalahan yang nyata terjadi di
dilakukan guru di MI Al Fattah pra dan pasca sertifi- dalam kelas dimana guru sendiri merasakan dan men-
kasi terpaut jauh. Sebelum sertifikasi para guru rata- jadi bagian dari permasalahan tersebut dan kemudian
rata mengikuti kegiatan dan pelatihan akademik seki- hal itu diselesaikan secara profesional, yaitu secara
tar 76,5% dari keseluruhan kegiatan guru, namun rasional dan ilmiah. Sementara tindakan refleksi pada
setelah sertifikasi para guru rata-rata hanya mengi- proses pembelajaran dapat digunakan untuk meninjau
kuti 23,5% kegiatan ilmiah. permasalahan di dalam kelas, seperti: masalah belajar
Investasi pengembangan diri melalui diklat siswa, strategi pembelajaran, metode pengajaran, sis-
fungsional rendah, menurut beberapa Kepala Sekolah tem evaluasi maupun kurikulum sekolah (www.edu
SMK rumpun teknologi di Malang, disebabkan ke- blogs.org).
sempatan untuk mengikuti diklat fungsional bagi guru Satu hal yang tidak sebanding dengan predikat
bersertifikat pendidik sangat kecil karena model diklat SMK berbasis teknologi adalah investasi pengem-
yang sering diikuti oleh sekolah adalah diklat yang di bangan diri guru bersertifikat pendidik dengan me-
selenggarakan pemerintah, jarang sekali mengikuti manfaatkan teknologi informasi dan komunikasi baik
model diklat yang dikelola secara mandiri sesuai de- untuk berkomunikasi atau untuk pengembangan diri
ngan keinginan, atau yang diselenggarakan secara masih tergolong rendah. Rendahnya pemanfaatan
berkelompok/asosiasi profesi, sehingga yang menjadi teknologi dan informasi disebabkan tidak ada tuntutan
prioritas mengikuti diklat adalah guru yang belum ber- dari sekolah untuk menggunakan e-learning, rekan
sertifikat pendidik. Selain itu banyaknya program di- kerja tidak begitu banyak atau hanya ada di lingkungan
klat untuk guru produktif berkurang pada tiap tahun- sekolah sehingga jarang menggunakan email, selain
nya. itu faktor usia sebagian besar guru yang lolos sertifi-
Investasi pengembangan diri dengan mengikuti kasi sudah tidak muda lagi sehingga ada kesulitan
kegiatan kolektif guru rendah, menurut guru berserti- untuk mengikuti perkembangan teknologi. Meskipun
fikat pendidik jurusan teknik multimedia, pasca pro- ada jaringan internet di rumah tetapi yang lebih ba-
gram sertifikasi, guru bersertifikat pendidik lebih se- nyak memanfaatkan adalah anak dan keluarga yang
lektif dalam mengikuti kegiatan kolektif seperti semi- lain. Sejalan dengan Pratiwi (2007:77) dalam Tesisnya
nar atau pertemuan ilmiah, tidak semua tema tentang yang berjudul “Keberadaan Infrastruktur, Persepsi
pendidikan diikuti melainkan masih mempertimbang- Guru dan Siswa terhadap Internet sebagai Media
kan dengan minat dan waktu. Mengingat beban Pembelajaran di SMK kota Batu” menunjukkan jum-
mengajar guru bersertifikat pendidik minimal 24 jam, lah guru yang tidak mengenal internet mencapai lebih
belum lagi adanya kebijakan dari sekolah yang harus dari 20%, salah satu faktor yang memungkinkan itu
selalu ada di sekolah 37,5 jam perminggu selain meng- terjadi adalah usia. Sementara keterkaitan antara
ajar juga harus menyiapkan perangkat mengajar. profesional guru dengan teknologi informasi memiliki
Investasi pengembangan diri dengan melakukan dampak terhadap tingkat profesionalitas pendidik (gu-
tindakan reflektif rendah, menurut guru bersertifikat ru) dan berhubungan dengan tanggung jawab peren-
pendidik sebenarnya guru sudah melakukan tindakan canaan pembelajaran dan berkemaknaan lingkungan
refleksi tetapi tidak pernah terdokumentasi. Setiap pembelajaran (instructional setting) (Salam, 2009).
semester guru selalu memperbaiki metode mengajar Selain itu pemanfaatan kemajuan teknologi dan infor-
akan tetapi hanya didasarkan pada tindakan asal co- masi dalam pembelajaran kejuruan dapat memberikan
ba (trial and error), bukan berdasarkan penelitian kontribusi positif pada pencapaian tujuan pembelajar-
atau metode berfikir ilmiah. Menurut An Quan (2006) an, baik peserta didik maupun bagi guru sendiri. Oleh
strategi dalam melakukan pengembangan profesional karena itu, upaya-upaya transformasi teknologi ke
guru di Cina selain pendekatan tradisional guru harus dalam proses pembelajaran kejuruan bidang teknik
menggunakan pengajaran reflektif sebagai pengem- perlu dilakukan (Munadi, 2009).
Sujianto, Pengembangan Profesionalitas Berkelanjutan/Continuing... 163

Secara umum, rendahnya partisipasi guru ber- ngan demikian seorang guru bisa diklasifikasikan ke
sertifikat pendidik melakukan investasi pengembagan dalam prototipe profesional apabila ia memiliki ke-
diri baik secara mandiri, berkelompok, atau melemba- mampuan tinggi (high level of abstract) dan motiva-
ga, menurut guru bersertifikat pendidik pada kompe- si kerja tinggi (high level of commitment). Agar seo-
tensi keahlian teknik instalasi tenaga listrik penulis rang guru selalu memiliki dua hal diatas, maka seha-
mengidentifikasi bahwa belum ada perubahan pada rusnya guru mampu mengembangkan dirinya secara
mindset guru bersertifikat pendidik akan pentingnya terus-menerus agar kompetensi profesionalnya selalu
pengembangan profesionalitas seorang guru. Sebagi- meningkat melalui Pengembangan Profesionalitas
an beranggapan sudah tidak ada lagi target dengan Berkelanjutan.
kompensasi nyata yang harus dicapai karena proses Selain itu, pembinaan dan pemberdayaan guru
sertifikasi sudah dilalui, sehingga dana untuk pengem- pasca sertifikasi sangat menentukan konsistensi mutu
bangan diri dialihkan dalam bentuk kegiatan lain misal- guru. Menurut Widyoko (2008) pembinaan dan pem-
nya, berlangganan koran atau memasang jaringan berdayaan yang kurang tepat tidak menutup kemung-
internet di rumah sesuai dengan kebutuhan guru. kinan akan menyebabkan kegiatan sertifikasi sekedar
Kondisi berbeda dengan ketika sebelum menda- kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan guru se-
pat sertifikasi, hampir semua guru yang masuk dalam bagai tujuan antara, sementara tujuan akhir dari kegi-
kuota untuk disertifikasi aktif dalam pengembangan atan sertifikasi untuk meningkatkan mutu pendidikan
diri dengan alasan ada kompensasi nyata setelah kegi- kurang mendapat perhatian dari peserta sertifikasi.
atan ini. Selain itu menurut guru bersertifikat pendidik
tunjangan profesi yang sudah diterima berkesan hadi- Publikasi Ilmiah
ah karena belum masuk dalam gaji yang bisa diteri-
ma setiap bulan, sehingga guru bersertifikat pendidik Hasil analisis menunjukkan bahwa, pada umum-
tidak bisa membuat rencana (planning) pengem- nya pengembangan profesionalitas berkelanjutan gu-
bangan diri karena belum ada kepastian waktu turun- ru bersertifikat pendidik di SMK rumpun teknologi
nya tunjangan profesi. Alasan lain disampaikan oleh se-Malang jika ditinjau dari publikasi ilmiah baik seca-
guru bersertifikat pendidik jurusan teknik permesinan, ra mandiri, berkelompok, atau melembaga masih ter-
belum melakukan pengembangan diri karena tidak golong rendah. Hasil penelitian ini berkaitan dengan
adanya petunjuk teknis atau petunjuk pelaksanaan Roza (2008) dalam penelitian yang berjudul “Pembi-
bagi guru yang sudah menerima tunjangan profesi, naan dan Pengembangan Komponen Kompetensi
sehingga pemanfaatan tunjangan profesi menjadi hak Pengembangan Profesi Guru SMA Negeri Sumbar
guru bersangkutan dan tidak ada kontrol. sangat Memprihatinkan”, dengan menggunakan 182
Dengan demikian, sesuai dengan hasil penelitian sampel guru, hanya 3.47% guru membuat diktat,
ini, terungkap bahwa investasi pengembangan diri 2.8% melakukan penelitian tindakan kelas, 1.4% me-
para guru bersertifikat pendidik tergolong rendah. nulis karya tulis ilmiah laporan penelitian/konseptual/
Maka hasil penelitian ini sebaiknya dijadikan pertim- populer, karya seni, dan 0.69% menulis karya tulis il-
bangan bagi pemerintah berkaitan dengan program miah untuk seminar, menulis buku, dan membuat tek-
sertifikasi, dengan harapan ada program lanjutan un- nologi tepat guna. Sejalan dengan yang disampaikan
tuk terus mengembangkan dan meningkatkan profesi- Tanjung (2010) berdasarkan pengalaman selama tiga
onalitas diri guru sehingga terwujud pengembangan tahun, dari hasil penilaian yang dilakukan ketika me-
profesionalitas berkelanjutan bagi guru bersertifikat meriksa berkas-berkas sertifikasi, sebagian besar gu-
pendidik. ru sangat minim membuat karya ilmiah baik melalui
Upaya yang sungguh-sungguh perlu dilaksana- surat kabar, buku maupun jurnal ilmiah lainnya. Selain
kan untuk mewujudkan guru yang profesional: sejah- itu banyak permasalahan yang ditemui dalam dinami-
tera dan memiliki kompetensi. Melalui program serti- ka dan proses sertifikasi, antara lain kurangnya minat
fikasi diharapkan guru dapat meningkatkan kompe- guru untuk meneliti. Banyak guru yang malas untuk
tensinya, sehingga predikat guru bersertifikat pendidik meneliti di kelasnya sendiri dan terjebak dalam rutini-
dan tunjangan profesi yang diterima mampu mening- tas kerja sehingga potensi ilmiahnya tak muncul ke
katkan motivasi kerja guru. Menurut Yasin (2011) permukaan. Karya tulis mereka dalam bidang peneli-
betapapun tingginya motivasi kerja seseorang, tidak tian tidak terlihat. Padahal setiap tahun, Departemen
akan bekerja secara profesional apabila tidak memili- Pendidikan Nasional (Depdiknas) selalu rutin melak-
ki kompetensi yang tinggi dalam tugas-tugasnya. De- sanakan lomba keberhasilan guru dalam pembelajar-
164 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 159-170

an (LKGDP) tingkat nasional yang diselenggarakan Ketiga, guru merasa tidak semua sekolah memi-
oleh direktorat Profesi Guru (Pramono, 2010). Didu- liki fasilitas/sarana, media majalah atau jurnal, dan
kung juga dengan data Biro Perencanaan dan Kerja- waktu yang diberikan oleh pihak sekolah, sehingga
sama Luar Negeri Kementerian Pendidikan Nasional tradisi publikasi ilmiah (menulis dan meneliti) kurang
dalam www.lpmpjateng.go.id budaya tradisi ilmiah populer diantara guru. Waktu habis untuk mengajar
di kalangan guru disinyalir masih rendah, Indikator dan melaksanakan tugas tambahan, karena mayoritas
rendahnya tradisi ilmiah di kalangan guru, dapat dili- guru yang menduduki posisi di manajemen sekolah
hat dari minimnya karya ilmiah guru. Disebutkan dari berstatus guru bersertifikat pendidik. Sementara me-
2,6 juta guru di Indonesia, untuk guru golongan IVb nulis memerlukan konsentrasi dan sulit dilakukan di
hanya 0,87%, guru golongan IVc 0,07 %, dan golong- waktu mengajar, akhirnya kegiatan menulis dan me-
an IVd 0,02 %. neliti hanya dijadikan sambilan yang tidak ada target
Berdasarkan pengamatan, wawancara dan kaji- waktu. Sesuai dengan Biyanto (2009) miskinnya pu-
an literatur, rendahnya partisipasi guru bersertifikat blikasi ilmiah dan PTK para guru juga dapat disebab-
pendidik melakukan publikasi ilmiah baik secara man- kan tiadanya fasilitas perpustakaan yang memadai
diri, berkelompok, atau melembaga, menurut bebera- dan dukungan dana. Kondisi perpustakaan yang
pa guru bersertifikat antara lain sebagai berikut. Per- memprihatinkan menyebabkan guru kesulitan mem-
tama, guru bersertifikat pendidik dalam melakukan peroleh referensi yang dibutuhkan. Selain itu dukung-
publikasi ilmiah baik berupa laporan hasil penelitian an dana untuk kegiatan PTK juga tidak pernah mun-
atau tulisan ilmiah populer masih sekadar untuk ke- cul dalam Rencana Anggaran Pendapatan Belanja
perluan pragmatis jangka pendek: untuk naik pangkat, (RAPB) sekolah.
sertifikasi, lomba, atau ketika ada dana untuk peneliti- Keempat, guru bersertifikat pendidik berpenda-
an. Tujuan dari melakukan publikasi ilmiah bukan un- pat bahwa tidak semua guru memiliki kompetensi
tuk memperbaiki kinerja atau pengembangan profesi- untuk menulis atau melakukan penelitian. Berbeda
onalitas. Sementara menurut Raditiya (2010) semakin dengan apa yang disampaikan Hery Nugroho Wakil
guru sering melakukan publikasi ilmiah maka: a) guru Sekretaris Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupe-
akan banyak membaca literatur, minimal 10 buku na) Jawa Tengah dalam www.agupena.net, berbagai
sumber kajian pustaka untuk satu penelitian tindakan aktivitas guru di sekolah, pada dasarnya tidak pernah
kelas, b) guru akan terbiasa merumuskan konsep ber- lepas dari menulis, seperti membuat silabus, rencana
pikir berdasarkan hasil kajian pustaka, c) guru terbia- program pembelajaran, rencana program semester,
sa mengumpulkan data dan mengolahnya menjadi program tahunan hingga mengevaluasi. Bahkan da-
simpulan, d) guru terbiasa memecahkan masalah de- lam kegiatan sehari-hari, guru sangat terbiasa dengan
ngan dasar hasil penelitian, e) guru terbiasa menulis- menulis, yakni menulis melalui SMS, facebook,
kan hasil penelitian dalam bentuk karya tulis ilmiah twitter. Kesimpulannya adalah faktor bakat dalam
(makalah/artikel ilmiah/artikel populer). Tujuan jangka menulis hanya mampu mempengaruhi 1%, 99% ada-
panjang diatas tentu membuat guru semakin kaya lah kemauan guru untuk mau menulis atau tidak.
wawasan, pandai, profesional, dan guru akan selalu Dengan demikian sesuai dengan hasil penelitian
belajar dalam proses pelaksanaan tugasnya. ini, dimana terungkap bahwa publikasi ilmiah para
Kedua, sebagian guru masih belum mengede- guru bersertifikat pendidik tergolong rendah. Maka
pankan pengabdian atas dasar panggilan nurani seba- hasil penelitian ini sebaiknya dijadikan pertimbangan
gai guru, sehingga setiap kegiatan termasuk publikasi bagi pemerintah berkaitan dengan program sertifika-
ilmiah harus diapresiasi dengan uang artinya guru si. Pemberlakuan UU Guru dan Dosen (UU Nomor
masih mengharapkan kompensasi setelah melakukan 14 Tahun 2005) diikuti dengan tunjangan profesi se-
penelitian dan menulis, sementara dengan diterimanya benarnya memberikan harapan besar untuk menum-
tunjangan sertifikasi harusnya mampu mendorong gu- buhkan minat guru agar senang menulis dan meneliti.
ru-guru untuk lebih giat lagi dalam meneliti dan menu- Program sertifikasi yang berlangsung secara nasional
lis. Selain itu menurut (Sedanayasa, 2008) orang yang juga seharusnya bisa dijadikan sarana meningkatkan
profesional biasanya melakukan pekerjaan sesuai de- minat guru untuk menghasilkan karya ilmiah dan terli-
ngan keahliannya dan mengabdikan diri pada peng- bat dalam berbagai penelitian, namun kenyataanya
guna jasa dengan disertai rasa tanggung jawab atas tidak demikian. Berdasarkan wawancara dengan gu-
kemampuan profesionalnya. ru bersertifikat pendidik, untuk mewujudkan pengem-
Sujianto, Pengembangan Profesionalitas Berkelanjutan/Continuing... 165

bangan profesionalitas berkelanjutan bagi guru ber- efektif dikelas sekaligus tidak diimbangi dengan pera-
sertifikat pendidik perlu ada program resertifikasi watan yang rutin, sehingga teknologi tepat guna atas
atau program tambahan/turunan dari sertifikasi guru, dana pemerintah hanya sukses di pembuatan dan pe-
misalkan guru yang berhasil melakukan publikasi ilmi- laporan.
ah ada tunjangan tersendiri atau sejenisnya. Selain Menurut Uno (2007:109) pada kenyataannya
itu menurut Santayasa (2008) guru bersertifikat pendi- membuat media pembelajaran masih sering terabai-
dik harus selalu menjaga konsistensi profesionalisme- kan dengan berbagai alasan, antara lain: terbatasnya
nya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit men-
teknologi, dan seni, maka diperlukan upaya-upaya cari media yang tepat, tidak tersedianya biaya, dan
peningkatan profesionalisme secara berkesinam- lain-lain. Didukung tulisan di dalam www.hafismuad
bungan. dab.wordpress.com kendala yang dihadapi dan meru-
pakan fakta tak terbantahkan adalah kemampuan se-
Karya Inovatif orang guru dalam membuat media pembelajaran mul-
timedia sangat terbatas. Tidak semua guru paham
Hasil analisis menunjukkan bahwa, pada umum- dengan perkembangan teknologi terkini, sehingga un-
nya pengembangan profesionalitas berkelanjutan gu- tuk memenuhi kebutuhan media pembelajaran multi-
ru bersertifikat pendidik di SMK rumpun teknologi media interaktif, perlu dilakukan secara berkelompok
se-Malang jika ditinjau dari karya inovatif guru baik dengan bekerja sama dengan pihak lain misalkan PT.
secara mandiri, berkelompok, atau melembaga masih Pesona Edukasi, PT. Telkom Indonesia, dll.
tergolong rendah. Sejalan dengan hasil penelitian “Po- Sementara sejumlah penelitian membuktikan
tret Profesionalitas Guru Kota Yogyakarta dalam Ke- bahwa penggunaan media interaktif (multimedia) da-
giatan Belajar-Mengajar” yang dilakukan Jaringan lam pembelajaran menunjang efektivitas dan efesiensi
Penelitian Pendidikan Kota Yogyakarta (JP2KY) proses pembelajaran. Penelitian tersebut antara lain
awal tahun 2010 menunjukkan, 75% guru peserta dilakukan oleh Francis M. Drawer (dalam Alief,
penelitian belum menggunakan media pembelajaran 2010). Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa sete-
dalam mengajar (Latief, 2010). lah lebih dari tiga hari pada umumnya manusia dapat
Berdasarkan pengamatan dan wawancara, ren- mengingat pesan yang disampaikan melalui tulisan
dahnya guru bersertifikat pendidik dalam menemu- sebesar 10%, pesan audio 10%, visual 30%, audio
kan/membuat teknologi tepat guna dengan membuat visual 50%, dan apabila ditambah dengan melakukan,
media pembelajaran/bahan ajar interaktif berbasis maka akan mencapai 80%. Berdasarkan hasil peneli-
komputer baik secara mandiri, berkelompok, atau me- tian ini maka media pembelajaran interaktif (multime-
lembaga disebabkan antara lain: 1) sebagian besar dia) dapat dikatakan sebagai media yang mempunyai
guru lebih memilih menggunakan media yang sudah potensi yang sangat besar dalam membantu proses
ada atau sudah divalidasi yang didapat dari industri pembelajaran. Selain itu, menurut Prasetya (2011)
atau download secara gratis dari internet, itupun dalam penelitiannya yang berjudul “Perbandingan
penggunaannya dipangkas atau disederhanakan kare- antara Penggunaan Multimedia Interaktif dan
na harus menyesuaikan dengan waktu mengajar, 2) Modul Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar
ketidaksiapan guru untuk mengembangkan bahan ajar, Siswa Kelas 3 pada Pembelajaran Automatic
3) keterbatasan kemampuan guru, 4) keterbatasan Main Failure (AMF) Power System di SMK Negeri
bahan dan sarana yang dimiliki, membuat guru sibuk 3 Yogyakarta” menunjukkan bahwa prestasi belajar
mengatur alat dan bahan praktek agar sesuai dengan antara siswa yang belajar menggunakan multimedia
jumlah siswa dan waktu pelajaran. Menurut guru ber- pembelajaran interaktif dengan siswa yang belajar
sertifikat pendidik, dapat mengatur alat dan bahan menggunakan modul, yaitu prestasi belajar menggu-
yang kurang menjadi optimal sudah merupakan karya nakan multimedia interaktif atau pembelajaran berba-
inovatif tersendiri bagi guru yang mengajar praktek sis komputer/Computer Aided Instruction (CAI)
di bengkel. Selain itu teknologi tepat guna lebih sering lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran meng-
dan menarik dibuat oleh guru ketika sekolah mendapat gunakan modul.
dana bantuan dari pemerintah, yang tidak bisa dipasti- Uraian di atas merupakan landasan teoritis yang
kan ada setiap tahun. Jarang sekali dibuat atas dana mengharuskan tenaga pendidik (guru) khususnya gu-
dan inisiatif sekolah atau guru. Ironisnya setelah tek- ru bersertifikat pendidik, untuk melaksanakan pem-
nologi tepat guna dibuat pemanfaatannya tidak begitu belajaran dengan melibatkan teknologi komunikasi
166 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 159-170

(berbasis komputer) harus dijadikan suatu kesadaran sains, alat praktikum teknik, dan alat praktikum
bahwa guru yang dibutuhkan sekarang dan akan da- bahasa.
tang adalah guru yang mampu mengaplikasikan tek- Rendahnya partisipasi guru bersertifikat pendidik
nologi informasi dalam mempermudah pembelajaran dalam membuat atau memodifikasi alat pelajaran/
artinya mempermudah guru membelajarkan dan peraga/praktikum baik secara mandiri, berkelompok,
mempermudah siswa dalam belajar (Salam, 2009). atau melembaga, menurut guru bersertifikat pendidik
Karya inovatif guru dalam menemukan/mencip- pada kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan
takan karya seni rendah, berarti sebagian besar guru dan teknik alat berat disebabkan mengajar dengan
bersertifikat pendidik masih belum pernah atau bersi- membuat media atau alat peraga perlu persiapan.
fat kadang-kadang menemukan atau menciptakan Apalagi kalau media itu semacam, audio visual,
karya seni berupa: karya seni sastra, karya seni rupa, VCD, slide projector atau internet. Guru sudah sa-
karya seni kriya, karya seni desain, atau karya seni ngat repot dengan menulis persiapan mengajar, jad-
pertunjukkan. wal mengajar yang padat, masalah keluarga di rumah
Berdasarkan hasil wawancara dengan bebera- dan lain-lain, sehingga tidak ada kesempatan untuk
pa guru bersertifikat pendidik, rendahnya guru ber- memikirkan untuk membuat media pembelajaran.
sertifikat pendidik dalam menemukan/menciptakan Guru hanya sering memodifikasi slide presentasi
karya seni, baik secara mandiri, berkelompok, atau yang di unduh dari internet. Alasan lain yang membuat
melembaga disebabkan tidak semua guru atau hanya guru malas untuk membuat atau memodifikasi alat
sebagian kecil saja yang memiliki minat dan bakat peraga adalah kurangnya penghargaan dari atasan.
dibidang seni, selain itu sebagian besar guru di SMK Sering terjadi bahwa guru yang mengajar dan mem-
rumpun teknologi masih memiliki pemahaman bahwa buat media pembelajaran yang dipersiapkan secara
seni bukanlah bagian dari salah satu pengembangan baik, kurang mendapatkan penghargaan dari pimpin-
profesionalitas. Menurut guru bersertifikat pendidik an sekolah. Tidak adanya reward bagi guru sering
posisi sebagai guru kejuruan di bidang teknik membuat dijadikan alasan untuk berhenti berkarya di sekolah,
seni hanya dipandang sebagai pelengkap atau hiburan. dan lebih memilih untuk berkarya di luar sekolah yang
Selain itu pengembangan untuk karya seni disekolah terkadang tidak ada hubungannya dengan pendidikan.
lebih di fokuskan kepada siswa seiring dengan ba- Selaras dengan Jaedun (2009) dalam penelitian-
nyaknya agenda perlombaan atau sebagai pengisi nya yang berjudul “Pelatihan Pengembangan dan Pe-
acara yang harus di ikuti siswa. Sejalan dengan Ratih nerapan Web Pembelajaran bagi Guru-Guru SMK
(2001) kemampuan masyarakat dalam mengapresiasi di Kabupaten Sleman” menunjukkan bahwa hanya
karya seni masih rendah. Kemampuan masyarakat sebagian kecil guru peserta pelatihan yang secara
dalam mengapresiasi karya seni baru pada tahap pe- nyata telah merancang dan menerapkan web dalam
nerimaan (mengamati, menyenangi karya seni), sa- pembelajaran. Adapun penyebab utamanya adalah
ngat sedikit yang mampu memberikan tanggapan se- bukan karena kemampuan guru yang rendah, tetapi
cara rasional terhadap karya seni. lebih disebabkan oleh: (1) kurangnya kemauan guru
Karya inovatif guru dalam membuat/memodifi- untuk melakukan inovasi pembelajaran, (2) kebijakan
kasi alat pelajaran rendah, berarti sebagian besar guru sekolah yang kurang mendukung, (3) belum tersedia-
bersertifikat pendidik belum atau jarang membuat alat nya jaringan internet yang memadai di sekolah yang
bantu presentasi, alat bantu yang dimanfaatkan oleh dapat digunakan untuk pengembangan dan penerapan
guru olahraga, atau alat bantu praktik. Karya inovatif web pembelajaran, dan (4) beban mengajar guru
guru dalam membuat/memodifikasi alat peraga ren- SMK yang terlalu banyak sehingga kurang memung-
dah, berarti sebagian besar guru bersertifikat pendi- kinkan untuk melakukan inovasi pembelajaran, ter-
dik belum atau masih bersifat kadang-kadang membu- masuk dalam pengembangan dan penerapan web un-
at poster/gambar untuk pembelajaran, alat permainan tuk pembelajaran.
pendidikan, model benda/barang atau alat tertentu, Sutjiono (2005) juga memberikan pendapat seku-
benda potongan (cutway object), film/video pembel- rang-kurangnya ada tujuh alasan mengapa sampai
ajaran, dan gambar animasi komputer. Karya inovatif saat ini masih ada sejumlah guru yang enggan mem-
guru dalam membuat/memodifikasi alat praktikum buat atau menggunakan media pembelajaran. Ketu-
rendah, berarti sebagian besar guru bersertifikat pen- juh alasan tersebut adalah: menggunakan media itu
didik belum bisa membantu membuat alat praktikum repot, media itu canggih dan mahal, guru tidak teram-
Sujianto, Pengembangan Profesionalitas Berkelanjutan/Continuing... 167

pil menggunakan media, media itu hiburan sedangkan Lanjut, Pelatihan Profesi, dan Kesertaan pada Forum
belajar itu serius, tidak tersedia di sekolah, kebiasaan Ilmiah terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Ke-
menikmati ceramah/bicara, kurangnya penghargaan juruan di Kabupaten Majalengka” berdasarkan wa-
dari atasan. Yani (2011:217) dalam desertasinya juga wancara dengan kepala bidang perencanaan, koordi-
menyebutkan, media dan alat yang tersedia di seko- nator pengawas, dan kepala sekolah penulis mengi-
lah dan cara pemanfaatannya masih terbatas. Seko- dentifikasi bahwa belum ada perencanaan yang ma-
lah hanya memenuhi sarana pembelajaran sekitar tang untuk pengembangan guru. Pengembangan guru
25%-50% saja. Artinya sekolah tidak mampu menye- yang sudah berlangsung bersifat pengembangan guru
diakan sarana pembelajaran secara optimal. Dari alat yang dilaksanakan pemerintah dan pengembangan
peraga dan media yang tersedia, sekolah hanya mam- guru yang dilaksanakan secara individu. Pengem-
pu menyediakan alat yang konvensional seperti globe, bangan yang bersifat individu atau pengembangan
peta, gambar-gambar, dan LKS. diri, biayanya ditanggung secara swadana dari guru
Dengan demikian, sesuai dengan hasil penelitian yang bersangkutan. Selain itu pengembangan guru
ini terungkap bahwa karya inovatif para guru berserti- di sekolah tidak berkelanjutan tetapi lebih bersifat
fikat pendidik secara mandiri, berkelompok, atau me- sebagai pengisi kegiatan tertentu, misalnya memeri-
lembaga tergolong rendah. Maka hasil penelitian ini ahkan hari ulang tahun sekolah, atau sekadar meng-
sebaiknya dijadikan pertimbangan bagi pemerintah habiskan anggaran akhir tahun.
berkaitan dengan program sertifikasi, dengan harap- Untuk itulah pihak sekolah, dalam hal ini kepala
an ada program lanjutan untuk terus mengembangkan sekolah harus aktif memberikan stimulus kepada guru
dan meningkatkan profesionalitas diri guru sehingga bersertifikat pendidik agar selalu meningkatkan kom-
terwujud pengembangan profesionalitas berkelanjut- petensinya. Sejalan dengan yang disampaikan oleh
an bagi guru bersertifikat pendidik. Sudrajat (2008) kepala sekolah memiliki peranan
Selain itu selayaknya pemerintah memfasilitasi yang strategis dalam rangka meningkatkan kompe-
terlaksananya pengembangan profesionalisme guru tensi guru, baik sebagai educator (pendidik), manajer,
secara berkelanjutan agar kompetensi guru sejalan administrator, supervisor, leader (pemimpin), pen-
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi cipta iklim kerja maupun sebagai wirausahawan. Se-
dan seni. Tujuan pengembangan profesionalisme guru hingga secara langsung maupun tidak langsung dapat
secara berkelanjutan memiliki tujuan memelihara, me- memberikan kontribusi terhadap peningkatan mutu
ningkatkan, dan mengembangkan kompetensi guru pendidikan di sekolah. Selain itu menurut Munadi,
secara berkelanjutan untuk mencapai standar profesi dkk. (2010) dalam penelitian yang berjudul “Pengem-
guru yang dipersyaratkan agar sejalan dengan kema- bangan Model Penyiapan dan Penjamin Mutu Guru
juan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Utomo, Pasca Sertifikasi” dengan menggunakan sampel 129
2010). guru SMK kelompok teknologi di Daerah Istimewa
Yogyakarta menyampaikan pandangan guru, bahwa
Peranan Lembaga kepala sekolah, iklim dan budaya sekolah mendukung
sepenuhnya upaya peningkatan kinerja guru pasca
Jika dilihat dari peranan lembaga pengembangan sertifikasi.
profesionalitas berkelanjutan guru bersertifikat pendi-
dik kurang mendapat dukungan dari pihak sekolah.
Menurut beberapa guru bersertifikat pendidik, alasan SIMPULAN & SARAN
utama sekolah belum bisa mendukung secara menye- Simpulan
luruh bagi guru bersertifikat pendidik untuk melakukan
pengembangan profesionalitas berkelanjutan adalah Hasil penelitian ini menunjukkan kenyataan bah-
faktor anggaran. Sehingga program yang dijalankan wa pemberlakuan UU Guru dan Dosen (UU Nomor
tidak berkesinambuangan, selain itu sekolah lebih 14 Tahun 2005) diikuti dengan tunjangan profesi se-
mengutamakan untuk meningkatkan kompetensi guru benarnya memberikan harapan besar untuk menum-
yang belum bersertifikasi, karena surat keterangan buhkan minat guru untuk selalu mengembangkan pro-
atau sertifikat kegiatan tersebut lebih dibutuhkan bagi fesionalitasnya, namun kenyataanya tidak demikian.
guru yang belum sertifikasi. Secara umum pengembangan profesionalitas berke-
Menurut Dekawati (2009:5) dalam penelitian lanjutan guru bersertifikat pendidik di SMK rumpun
yang berjudul “Analisis Pengaruh Faktor Pendidikan teknologi se-Malang Raya masih tergolong rendah,
168 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 159-170

artinya sebagian besar guru bersertifikat pendidik be- serta tersedianya anggaran bagi guru yang ingin me-
lum secara berkelanjutan atau masih bersifat kadang- ningkatkan kompetensi.
kadang melakukan investasi pengembangan diri, pu- Ketiga, pemerintah melalui dinas pendidikan ber-
blikasi ilmiah, dan membuat karya inovatif baik seca- sama universitas yang menerbitkan sertifikat pendidik
ra mandiri, berkelompok, atau melembaga. perlu membuat jam wajib bagi guru bersertifikat pen-
didik untuk melaksanakan pengembangan profesio-
nalitas sebagai pendukung dari program sertifikasi
Saran
guru. Program jam wajib sekaligus sebagai uji kompe-
Bertitik tolak dari temuan penelitian ini, beberapa tensi lanjutan atau kalibrasi terhadap kompetensi guru
saran yang diperkirakan dapat meningkatkan partisi- selama menerima tunjangan profesi ini dapat dilaksa-
pasi guru bersertifikat pendidik dalam pengemba- nakan dalam bentuk: (a) diklat pengembangan profe-
ngan profesionalitas berkelanjutan, antara lain: perta- sionalitas dengan jumlah jam tertentu secara berjen-
ma, guru bersertifikat pendidik perlu menjaga dan jang; (b) kuliah pengembangan profesionalitas dengan
meningkatkan konsistensi dalam melaksanakan pe- Sistem Kredit Semester (SKS) yang diselenggarakan
ngembangan profesionalitas berkelanjutan melalui in- setiap tahun; (c) atau melalui pemberkasan yang di-
vestasi pengembangan diri, publikasi ilmiah, karya lampiri portofolio pengembangan profesionalitas se-
inovatif baik secara mandiri, berkelompok, atau me- tiap tahun.
lembaga, sebagai wujud dari tunjangan profesi yang Keempat, bagi peneliti, karena penelitian ini ha-
diterima. Dengan upaya: (a) mencari dan memanfa- nya sebatas mendeskripsikan maka perlu dilakukan
atkan peluang pendidikan dan pelatihan, melibatkan penelitian lebih lanjut dengan: variabel faktor pendu-
diri dalam organisasai/komunitas pendidikan (MG- kung (model atau alasan guru bersertifikat pendidik
MP), membudayakan PTK dalam merefleksi kinerja, belum melaksanakan pengembangan profesional ber-
dan responsif terhadap perkembangan teknologi dan kelanjutan), data yang lebih banyak, dan responden
informasi sebagai nilai tambah dalam investasi pe- yang berasal dari berbagai wilayah.
ngembangan diri; (b) terlibat aktif dalam forum ilmiah
guru atau secara berkelompok membuat forum baru
DAFTAR RUJUKAN
dengan membentuk wadah tulisan bagi guru seperti:
majalah, bulletin, jurnal, koran harian, dan sejenisnya Alif, F. 2010. Pengaruh Pemanfaatan Multi Media Pembela-
sebagai daya asah terhadap publikasi ilmiah; (c) me- jaran Berbasis TIK terhadap Hasil Belajar TIK Kelas
manfaatkan program-program peningkatan profesio- XI SMA … Tahun Pelajaran 2008/2009, (Online),
nalisme guru di luar sekolah sebagai motivasi dalam (http://fakhrialief.wordpress.com/2010/02/17/
menghasilkan karya inovatif. pemanfaatan-teknologi-informasi-dan-komuni-
Kedua lembaga atau sekolah perlu membuat kasi-sebagai-media-pembelajaran/), diakses 10
program pengembangan profesionalitas berkelanjut- Agustus 2011.
an bagi guru melalui perencanaan yang matang dan An Quan, F.U. & Qiong, Z. 2006. Content and Strategy:
masuk dalam RAPB sekolah. Program tersebut da- EFL Teachers’ Professional Development in Chi-
pat dikemas dalam bentuk: (a) adanya ajang penghar- na. Makalah disajikan dalam APERA Conference,
gaan semacam academy award untuk guru dengan Hong Kong, 28 – 30 November 2006.
berbagai kategori di tingkat sekolah sebagai sarana Biyanto. 2009. Mendorong Guru Senang Menulis. (On-
untuk memotivasi guru dalam melakukan pengem- line), (http://indonesiabuku.com/?p=2485), diakses
bangan profesionalitas; (b) adanya pendampingan da- 15 Agustus 2011.
ri universitas terdekat atau asosiasi profesi sebagai Dekawanti, I. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Pendidikan
fasilitator berkaitan dengan pengembangan diri, publi- Lanjut, Pelatihan Profesi,dan Kesertaan pada
kasi ilmiah, dan karya inovatif sebagai wujud pe- Forum Ilmiah terhadap Kinerja Guru Sekolah
ngembangan profesionalitas; (c) memasukkan aspek Menengah Kejuruan di Kabupaten Majalengka,
pengembangan profesionalitas berkelanjutan (inves- (Online), (http://repository.upi.edu/operator/
tasi pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya upload/d_adp_0706379_chapter1.pdf), diakses 3
inovatif) dalam supervisi kinerja guru yang rutin dilak- Juni 2011.
sanakan setiap semester oleh pihak sekolah. Selain Jaedun, A. 2009. Pelatihan Pengembangan dan
dalam bentuk program, pihak sekolah dapat dengan Penerapan Web Pembelajaran bagi Guru-Guru
mudah dalam memberikan ijin pengembangan diri SMK di Kabupaten Sleman, (Online), (http://
Sujianto, Pengembangan Profesionalitas Berkelanjutan/Continuing... 169

eprints.uny.ac.id/1254/1/Artikel_PPM-09.doc.), belajaran di SMK kota Batu. Tesis tidak di terbit-


diakses 13 Agustus 2011. kan, Program Studi Pendidikan Kejuruan, Pasca-
Jawa Pos. 8 Pebruari, 2011. Di Kota Malang, Biaya dari sarjana Universitas Negeri Malang.
Diknas, hlm. 40. Raditya, H. 28 November 2010. Sertifikasi Turunkan
Latief. 2010. Ah, Pengajaran Guru Masih Membosankan!, Kualitas Guru!!. Ikatan Guru Indonesia, (Online),
(Online), (http://edukasi.kompas.com/read/2010/ (http://groups.yahoo.com/group/ikatanguruindo
05/25/11123511/Ah..Pengajaran.Guru.Masih. nesia/message/14910), diakses 14 Agustus 2011.
Membosankan.), diakses 13 Agustus 2011. Ratih, E.E.W. 2001. Fungsi Tari sebagai Seni Pertunjukan
Munadi, S. 2009. Implementasi Transformasi Teknologi (The Function of Dance as A Performing Art),
dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Ke- Harmonia Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni.
juruan Bidang Teknik, (Online), (http:// Harmonia (Online), Vol. 2, No. 2, (http://jurnal.
staff.uny.ac.id/sites/default/files/IMPLEMEN unnes.ac.id/index.php/harmonia/article/download/
TASI%20TRANSFORMASI%20TEKNOLOGI 854/787), diakses 13 Agustus 2011.
%20DALAM%20MENINGKATKAN%20KUA Roza, W. 2008. Pembinaan dan Pengembangan Kom-
LITAS%20PEMBELAJARAN%20MENINGKATKAN ponen Kompetensi Pengembangan Profesi Guru
%20KUALITAS%20PEMBELAJARAN%20 SMA Negeri Sumbar sangat Memperhatinkan,
KEJURUHAN%20BIDANG%20TEKNIK.pdf), (Online), (http://www.puslitjaknov.org/data/file/
diakses 1 Juli 2011. 2008/ ma ka la h_post er _session_pdf/ Welya
Munadi,S., Fathudin,S., Marwanto, A. 2010. Pengem- Roza_Pembinaan&PengembanganKomponen
bangan Model Penyiapan dan Penjaminan Mutu Kompetensi.pdf/), diakses 18 April 2011.
Guru Pasca Sertifikasi. (Online), (http://staff.uny. Salam, A. 2009. Peran Kompetensi Teknologi Inforniasi
ac.id/sites/default/files/PENELITIAN%20 Bagi Guru di Sekolah. Jurnal Ilmiah Kreatif, Vol.
HIBAH%20BERSAING% 20PERGURUAN% VI, No.1:70. (Online), (http://jurnal.pdii.lipi.go.id/
20TINGGI.pdf), diakses 18 April 2011. admin/jurnal/61096981.pdf.), diakses 30 Juli 2011.
Nazim, M. 2007. Keperluan Program Pembangunan Pro- Santyasa, I.W. 2008. Dimensi-Dimensi Teoretis Pening-
fesional (CPD) Terhadap Profesional Juru Ukur katan Profesionalisme Guru. Jurnal PDII LIPI
di Malaysia. Universitas Teknologi Malaysia. (Online), (http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/
Nurdyansyah, 2010. Kinerja Guru Profesional dalam 41edkhusus 08473494.pdf) , diakses 10 Junli 2011.
Meningkatkan Prestasi Siswa di MI Al Fattah Sedanayasa, G. 2008. Mengembangkan Komitmen seba-
Malang. Tesis tidak diterbitkan, Program Studi gai Landasan Menjadi Guru Profesional. Jurnal
Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah (PGMI), PDII LIPI (Online), (http://jurnal.pdii.lipi.go.id/
Program Pascasarjana. admin/jurnal/41edkhusus08566579.pdf ), diakses
Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian 14 Agustus 2011.
Berkelanjutan (PKB) dan Angka Kreditnya. Ke- Sudjani. 2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan
menterian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Teknologi dan Kejuruan dalam Menghasilkan
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependi- Guru SMK di Era Global dan Otonomi. (Online),
dikan. (Online), (http://www. bermutuprofesi.org), (http://hipkin.or.id/?tag=guru-smk), diakses 18
diakses 23 Juni 2011. Pebruari 2011.
Pramono,S. 2010. Sertifikasi tanpa substansi. Bakti: Sudrajat, A. 2008. Peran Kepala Sekolah dalam Mening-
Media Komunikasi dan Edukasi, (Online), (http:/ katkan Kompetensi Guru. (Online), (http://www.
/yogyakarta.kemenag.go.id/file/dokumen/mei- psb-psma.org/content/bl og/peran-kepala-
mulai3.pdf), diaskes 14 Agustus 2011. sekolah-dalam-meningkatkan-kompetensi-
Prasetya, D. 2011. Perbandingan antara Penggunaan guru), diakses 16 Juni 2011.
Multimedia Interaktif dan Modul Pembelajaran Sutjiono, W.A. 2005. Pendayagunaan Media Pembelajar-
terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 3 pada an. (Online), (http://www.bpkpenabur.or.id/files/
Pembelajaran Automatic Main Failure (AMF) Hal.76-84%20Pendayagunan%20Media%20
Power System di SMK Negeri 3 Yogyakarta. Pembelajaran.pdf.), diakses 15 Agsutus 2011.
Skripsi tidak di terbitkan. Yogyakarta: Universitas Tanjung, S. 2010. Hanya 15% guru yang lulus sertifikasi
Negeri Yogyakarta. murni. (Online), (http://www.waspada.co.id/index.
Pratiwi, R. 2007. Keberadaan Infrastruktur, Persepsi Guru php?option=com_content&task=view&id=1
dan Siswa terhadap Internet sebagai Media Pem- 53329&Itemid=), diakses 5 Juni 2011.
170 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 159-170

Uno, H.B. 2007. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, www.gurupembaharu.com. 2010. Mengubah Pengem-
dan reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: bangan Profesi Berkelanjutan Menjadi Kultur,
PT Bumi Aksara. (Online), (http://gurupembaharu.com/home/
Utomo, A.2010. Profesionalisme Guru dalam Tugas, ?p=4124), diakses 6 Pebruari 2011.
(Online), (http://agusutomo.files.wordpress.com/ www.hafismuaddab.wordpress.com. 2011. Pesonaedu
2010/06/tugas-makalah-profesionalisme-guru- Online: Sebuah Media Pembelajaran, (Online),
rev.doc.), diakses 30 Juli 2011. (http://hafismuaddab.wordpress.com/category/
Widoyoko, S.E.P. (2008). Peran Sertifikasi Guru dalam modul-media-pembelajaran/), diakses 10 Agustus
Meningkatkan Mutu Pendidikan. Makalah disaji- 2011.
kan dalam Seminar Nasional meningkatkan Mutu www.strath.ac.uk. 2006. Continuing Professional Devel-
Pendidikan Melalui Sertifikasi Guru, Univeritas Mu- opment, (Online), (www.cll.strach.ac.uk/CPD.html.
hammadiyah Purworejo, 5 Juli 2008. 14.12.2006), diakses 18 Pebruari 2011.
www.agupena.net. 2011. Menulis Tidak Sulit Bagi Guru. Yani, A. 2011. Pengembangan Model Meaningful Learn-
(Online), (http://agupenajateng.net/2011/07/17/me- ing untuk Meningkatkan Daya Nalar Siswa Me-
nulis-tidak-sulit-bagi-guru/), diakses 14 Agustus lalui Aplikasi Mind Map pada Mata Pelajaran
2011. Geografi di SMA, (Online), (http://repository.
www.edublogs.org. 11 April 2011. Guru yang Professional upi. edu/ di sert asiview. ph p?export =wor d&
dan Reflektif, (Online), (http://jakobuspenyo. edu no_disertasi=156), diakses 13 Agustus 2011.
blogs.org/), diakses 30 Juli 2011. Yasin, A. 2011. Paradigma Baru Pengembangan Profesi
Guru. (Online), (http://mebermutu.org/media2.php
?module=detailknowledge&id=35), diakses 22 Juni
2011.

Anda mungkin juga menyukai