Anda di halaman 1dari 279

H A L IA H IM R A N

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintahan Daerah

Haliah, Makassar
Copy right © 2009
All rights reserved
Hak cipta dilindungi Undang-Undang

ISBN: 978-979-19073-6-1

Desain Sampul : Imran Oemar


Cetakan Pertama: 2009
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Diterbitkan oleh:
Pusat Pengembangan Keuangan dan Ekonomi Daerah Fakultas
Ekonomi Universitas Hasanuddin
(PPKED-FEUH)
Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 10, Makassar 90245 Telp/Fax.
0411-585415
E-mail: ppked@yahoo.com

Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang untuk diperbanyak


dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah ii


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Kuasa atas terbitnya buku berjudul “Penyusunan Laporan
Keuangan Pokok Pemda ”.
Pembahasan buku ini menyangkut pedoman standar dalam
penyusunan laporan keuangan bagi Pemerintah Daerah. Oleh karena
itu buku ini cocok bagi pemula di bidang keuangan dan mahasiswa
program studi Ilmu Ekonomi, praktisi keuangan daerah dan
masyarakat pada umumnya yang berminat terhadap keuangan daerah.
Sangat disadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para
pembaca sangat diharapkan.
Semoga buku ini dapat memberikan manfaat terutama bagi
pemula dalam hal penyusunan laporan keuangan dan tentunya bagi
diri saya sendiri.

Makassar, 2009

Penulis

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah iii


HALAMAN
KATA PENGANTAR ………………………………….……………….. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. 1
A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAHAN DAERAH …. 1
1. Tujuan Laporan Keuangan Pemda ....................................... 1
2. Dasar hukum Pelaporan Keuangan Pemda ……………..... 3
3. Kedudukan dan Fungsi Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemda ……. 3
4. Macam dan Bentuk Laporan Keuangan Pemda .................. 5

B. LAPORAN REALISASI ANGGARAN ................................. 6


1. Pengertian Laporan Realisasi Anggaran .............................. 6
2 Ruang Lingkup Laporan Realisasi Anggaran …………….. 7
3. Struktur Laporan Realisasi Anggaran .................................. 9

C. NERACA PEMDA ................................................................. 21


1. Pengertian Neraca ................................................................ 21
2. Komponen-komponen Neraca Pemda ................................. 22

D. LAPORAN ARUS KAS ........................................................ 27


1. Pengertian Akuntansi Kas Dan Laporan Arus Kas ............. 27
2. Tujuan Laporan Arus Kas ................................................... 30
3. Bentuk Dan Struktur Laporan Arus Kas ............................ 33

BAB II AKUNTANSI KEUANGAN (PEMDA/SKPKD/SKPD/BUD) .. 39

A. AKUNTANSI ANGGARAN ……………….………….…….. 39

B. AKUNTANSI PENDAPATAN ………………………………… 41

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah iv


1. Pengertian Pendapatan …………………………. 41
…………
2. Pengakuan Pendapatan …………………………….,, 42
…….
50
C. AKUNTANSI BELANJA OPERASI DAN PERSEDIAAN
1. Akuntansi Belanja 50
Operasi ................................................
a). Pengertian Akuntansi 50
Belanja .......................................
b). Pembayaran 53
Langsung .................................................. 55
c). Pembayaran Melalui Dana Kas Kecil 61
………………....…
d). Akuntansi Penerimaan Kembali Belanja Operasi
…....…
2. Akuntansi 63
Persediaan ......................................................
a). Pengertian 63
Persediaan ................................................
b). Kebijakan Akuntansi Persediaan 65
……...........................

D. AKUNTANSI BELANJA MODAL , ASSET TETAP DAN


KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN ............................. 73
1. Akuntansi Belanja Modal dan Asset 73
Tetap .......................
a). Pengertian Asset 73
Tetap ..............................................
b). Klasifikasi Asset 73
Tetap ...............................................
2. Pengakuan dan Pengukuran Asset 75
Tetap .........................
a). Pengakuan Asset Tetap ………………………….. 75
……… 79
b). Pengukuran Asset Tetap 86
………………………………….
c). Perlakuan Asset Tetap Setelah

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah v


Perolehan .....................
d). Penyajian dan Pengungkapan Asset 95
Tetap ...................
3. Akuntansi Konstruksi Dalam 97
Pengerjaan .........................
a). Pengertian Konstruksi Dalam 97
Pengerjaan ...................
b). Pengakuan Konstruksi Dalam 100
Pengerjaan ....................
c). Pengukuran Konstruksi Dalam 102
Pengerjaan ...................
d). Penyajian dan Pengungkapan Konstruksi Dalam
Pengerjaan 107
………………………………………………...
E. AKUNTANSI PEMBIAYAAN, INVESTASI DAN
KEWAJIBAN ................................................................... 109
.....
1. Akuntansi 109
Pembiayaan ..................................................
a). Akuntansi Penerimaan Pembiayaan 109
……………….…… 112
b). Akuntansi Pengeluaran Pembiayaan 114
………………...…. 115
c). Akuntansi Pembiayaan Netto …………………….
……..
2. Akuntansi
Investasi ........................................................
a). Pengertian dan Hakikat 115
Investasi ................................
b). Klasifikasi 117
Investasi ..................................................
c). Prosedur 120
Investasi/Pembiayaan ..................................
d). Pengakuan, Pengukuran dan Metode Penilaian 121
Investasi
e). Pendapatan dari Bunga 127
Obligasi ..................................
f). Pendapatan dari Deviden 128

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah vi


………………........................ 130
g). Pelepasan dan Pemindahan Investasi
……………………
h). Penyajian dan Pengungkapan 132
Investasi .......................
3. Akuntansi 133
Kewajiban ......................................................
a). Pengertian 133
Kewajiban ................................................
b). Klasifikasi 135
Kewajiban ................................................
c). Pengakuan dan Pengukuran 138
Kewajiban .......................
d). Penyelesaian Kewajiban Sebelum Jatuh 146
Tempo ........... 149
e). Penghapusan Utang
……………………………………….
f). Biaya-biaya yang Berhubungan dengan Utang
Pemerintah 150
………………………………………………..
g). Penyajian dan 151
Pengungkapan ....................................
h). Jurnal Standar 152
Kewajiban ..........................................

F. AKUNTANSI EKUITAS DANA ....................................... 153


1. Pengertian Ekuitas Dana ………………………. 153
…………… 153
2. Klasifikasi Ekuitas Dana
……………………………………. 155
156
H. AKUNTASI SELAIN KAS ……………….............................
1. Pengakuan Asset Hutang dan Ekuitas ……………. 156
…………
2. Transaksi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan 157
Berbentuk Barang 158
……………………………………………………….. 170
3. Jurnal Terkait dengan Transaksi Bersifat Accrual

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah vii


dan Prepayment ………………………………………….
……….
4. Koreksi Kesalahan
…………………………………………….
5. Akuntansi Surplus/Devisit
………………………………….

BAB III LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI ..………..……. 173

A. PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN


……………………........………………. 173

B. ENTITAS PELAPORAN DAN ENTITAS AKUNTANSI


DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
KONSOLIDASI .......................................................... 175
..... 175
1. Entitas Pelaporan 179
………………………………………….
2. Entitas Akuntansi
………………………………………….
3. Perbedaan Laporan keuangan Entitas Pelaporan
dan Akuntansi 180
…………………………………………….……
4. Defenisi Yang Digunakan Dalam Laporan
Keuangan 181
Konsolidasi ..........................................................
.......
5. Akuntansi Konsolidator, Prosedur Konsolidasi
dan Penyajian Laporan Keuangan 182
Konsolidasi ....................
6. Konsolidasi di Tingkat Pemerintah Daerah 184
………….. 190
7. Hal – hal Penting dalam Pengkonsolidasian
…………..

BAB IV LATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN


PEMERINTAHAN DAERAH ............................................... 193

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah viii


A. LATIHAN KASUS PENYUSUNAN LAPORAN NERACA
AWAL PEMERINTAHAN DAERAH ……………………..
193
B. LATIHAN KASUS PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAHAN DAERAH ……………. 204

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….…….. 269

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah ix


Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah x
Bab 1

A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAHAN DAERAH


1. Tujuan Pelaporan Keuangan Pemda
1B
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang
relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan
oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan
keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan,
belanja, transfer dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan,
menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu
entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap
peraturan perundang-undangan.
Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan
upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam
pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode
pelaporan untuk kepentingan :
a. Akuntabilitas
b. Manajemen
c. Transparansi
d. Keseimbangan Antar generasi (intergenerational Equity)
Pelaporan keuangan sektor publik seharusnya menyajikan
informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas
dan membuat keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik
dengan :
a. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode
berjalan untuk membiayai seluruh penerimaan.
b. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara sumber daya
ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan
peraturan perundang-undangan.
c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi
yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil
yang telah dicapai.
d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan
mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi
entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya,
baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal
dari pungutan pajak dan pinjaman.
f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan
entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan,
sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan
menyediakan informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer dan
cadangan, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas suatu
entitas pelaporan.
Menurut PSAP 01 Paragraf 13, tanggung jawab penyusunan dan
penyajian laporan keuangan berada pada pimpinan entitas. Dalam lingkup
pemerintah daerah yang dimaksud dengan pimpinan entitas adalah setiap
kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) pada sebagai entitas
akuntansi dan setiap gubernur/bupati/walikota sebagai entitas pelaporan.
Kewajiban dan tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan
keuangan untuk setiap kepala SKPD juga dinyatakan dalam Pasal 56 ayat

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 2


(2) huruf a Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, yang berbunyi:
“Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna
Anggaran/ Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan
laporan keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran,
neraca, dan catatan atas laporan keuangan“

2. Dasar Hukum Pelaporan Keuangan Pemda


Pelaporan keuangan pemerintah diselenggarakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang mengatur keuangan pemerintah,
antara lain :
a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, khususnya bagian yang
mengatur keuangan negara.
b. Undang-Undang di bidang keuangan negara;
c. Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
d. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah
daerah, khususnya yang mengatur keuangan daerah;
e. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
perimbangan keuangan pusat dan daerah;
f. Ketentuan perundang-undangan tentang pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah;
g. Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang
keuangan pusat dan daerah.

3. Kedudukan Dan Fungsi Standar Akuntansi Pemerintahan (Sap)


Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemda

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 3


Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan
pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat
waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang
telah diterima secara umum. Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar
akuntansi pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Dalam Lampiran 1 (Pengantar Akuntansi Pemerintahan) PP No.
24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan disebutkan bahwa
Kedudukan SAP adalah:
a. SAP ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Hal ini sesuai
dengan bunyi pasal 32(2) UU No.17/2003 tentang Keuangan
Negara
b. Setiap entitas pelaporan pemerintah pusat dan pemerintah daerah
wajib menerapkan SAP. Hal ini merupakan bagian dari upaya untuk
pengharmonisan berbagai peraturan baik di pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah dengan SAP
SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan
demikian, SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum
dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di
Indonesia.
Sampai saat ini, Komite Standar Akuntansi Publik (KSAP) telah
mengeluarkan sebelas Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (SPAP),
yang terdiri dari:
a. PSAP 01-Penyajian Laporan Keuangan;
b. PSAP 02-Laporan Realisasi Anggaran;
c. PSAP 03-Laporan Arus Kas;
d. PSAP 04-Catatan atas Laporan Keuangan;
e. PSAP 05-Akuntansi Persediaan;
f. PSAP 06-Akuntansi Investasi;

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 4


g. PSAP 07-Akuntansi Aset Tetap;
h. PSAP 08-Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
i. PSAP 09-Akuntansi Kewajiban;
j. PSAP 10-Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi;
k. PSAP 11-Laporan Keuangan Konsolidasian.
PSAP-PSAP tersebut menjadi pedoman bagi pemerintah (pusat dan
daerah) dalam melaksanakan akuntansi dan pelaporan keuangannya. Di
pemerintah daerah, penjabaran dan kebijakan teknis terkait sistem dan
prosedur akuntansi akan diatur dalam sebuah Peraturan Kepala Daerah.

4. Macam Dan Bentuk Laporan Keuangan Pemda


Dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD setiap entitas baik
pemerintah pusat, kementerian negara/lembaga, pemerintah daerah, dan
satuan kerja di tingkat pemerintah pusat/ daerah wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Sesuai
dengan UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, laporan keuangan pemerintah pokok setidak-tidaknya terdiri atas:
a. Laporanealisasi Anggaran (LRA),
b. Neraca,
c. Laporan Arus Kas (LAK),
d. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan disajikan oleh setiap entitas pelaporan. Hal
ini berarti setiap gubernur/bupati/walikota wajib menyusun dan menyajikan
keempat laporan keuangan di atas. Sedangkan Laporan Arus Kas hanya
disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan (Bendahara
Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara dan Bendahara Umum
Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah. Dengan demikian kepala SKPD
sebagai entitas akuntansi tidak menyusun dan menyajikan Laporan Arus

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 5


Kas.
Di samping menyajikan laporan keuangan pokok, suatu entitas
pelaporan diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja Keuangan berbasis
akrual dan Laporan Perubahan Ekuitas. Laporan Kinerja Keuangan
adalah laporan yang menyajikan pendapatan dan beban serta surplus/defisit
selama suatu periode yang disusun berdasarkan basis akrual. Laporan
Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menyajikan mutasi atau perubahan
saldo ekuitas dana pemerintah selama suatu periode.

B. LAPORAN REALISASI ANGGARAN


1. Pengertian Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu laporan
keuangan yang wajib disampaikan oleh pemerintah pusat/daerah yang
mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang
menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD. LRA menyajikan ikhtisar
sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh
pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan. Penjelasan standar
tentang LRA dituangkan dalam PSAP No. 7 tentang Laporan Realisasi
Anggaran.
LRA menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur pendapatan,
belanja, transfer, surplus/defisit, pembiayaan, dan sisa lebih/kurang
pembiayaan anggaran. Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan
perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode
pelaporan. LRA dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Penjelasan tersebut memuat hal-hal yang mempengaruhi
pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab
terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan realisasinya, serta
daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu
untuk dijelaskan.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 6


Penyandingan antara anggaran dan realisasi menunjukkan tingkat
capaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Informasi tersebut berguna
bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai
alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas, dan ketaatan entitas
pelaporan terhadap anggaran. Berhubung anggaran akan disandingkan
dengan realisasinya maka dalam penyusunan APBD seharusnya digunakan
struktur, definisi, dan basis yang sama dengan yang digunakan dalam
pelaporannya.

2. Ruang Lingkup Laporan Realisasi Anggaran


APBD terdiri dari anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
Pendapatan adalah semua penerimaan kas umum daerah yang menambah
ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang
menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh
pemerintah. Belanja adalah semua pengeluaran kas umum daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik
pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran
berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan
untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
Pendapatan dipungut berdasarkan Undang-Undang. Oleh karena
itu jenis pendapatan yang dipungut dan/atau diterima oleh pemerintah
daerah harus sesuai dengan Undang-Undang. Belanja mencakup seluruh
jenis belanja sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Pembiayaan mencakup seluruh transaksi penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan. Disamping itu terdapat transfer antar
pemerintahan sehubungan dengan adanya desentralisasi fiskal dan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 7


perimbangan keuangan. Bagi yang menerima dikelompokkan dalam
pendapatan transfer, sedangkan bagi yang memberikan ditampung dalam
belanja transfer.
Anggaran pemerintah daerah dituangkan dalam bentuk APBD,
yang merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah,
meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan selama
suatu periode terntentu. Anggaran diukur dengan satuan rupiah. Anggaran
diklasifikasikan secara sistematis sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Anggaran belanja yang dituangkan dalam Perda APBD disebut
sebagai apropriasi, yaitu merupakan anggaran yang disetujui DPRD yang
merupakan mandat yang diberikan kepada Gubernur/Bupati/Walikota untuk
melakukan pengeluaran pengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan.
Sedangkan anggaran pendapatan dalam Perda APBD disebut Estimasi
Pendapatan.
Berdasarkan APBD selanjutnya disiapkan peraturan kepala daerah
tentang Penjabaran APBD. Anggaran yang dialokasikan kepada setiap
satuan kerja perangkat daerah (SKPD) sebagai pengguna anggaran
dituangkan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA). Anggaran
pendapatan SKPD pada DPA disebut Estimasi Pendapatan yang
Dialokasikan. Anggaran belanja pada DPA disebut Allotment. Dengan
demikian, LRA SKPD membandingkan antara realisasi terhadap alokasi
anggaran dalam DPA SKPD yang bersangkutan, sedangkan untuk LRA di
tingkat pemerintah daerah realisasi anggaran dibandingkan dengan estimasi
pendapatan dan apropriasi yang tertuang dalam APBD.
Pencatatan rekening pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan
menggunakan basis kas, yakni basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar.
Apabila ada pemerintah daerah yang menerapkan basis akrual
penuh dalam sistem akuntansinya, termasuk untuk pendapatan dan belanja,
maka dalam penyusunan LRA, laporan yang dihasilkan dari basis akrual

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 8


tersebut harus dikonversi ke LRA berbasis kas. Konversi dari LRA berbasis
akrual ke LRA basis kas wajib disajikan dan diungkapkan dalam Catatan
atas Laporan keuangan sebagaimana diatur dalam PSAP No. 04 tentang
Catatan atas Laporan Keuangan.

3. Struktur Laporan Realisasi Anggaran Dan Klasifikasi Anggaran


a). Struktur Anggaran
Anggaran terdiri dari anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan
anggaran pembiayaan. Struktur anggaran tersebut secara garis besar
adalah sebagai berikut:
Pendapatan (a) XXX
Belanja (b) (XXX)
Surplus/Defisit (c = a – b) XXX

Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan (d1) XXX
Pengeluaran Pembiayaan (d2) (XXX)
Pembiayaan Neto (d = d1 – d2) XXX

Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SILPA/SIKPA) (c – d)

b). Pendapatan
Pendapatan daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan
Transfer, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah.
1). Pendapatan Asli daerah
Pendapatan Asli Daerah merupakan pajak yang dihasilkan dari
daerah itu sendiri, terdiri dari:
a. Pendapatan Pajak Daerah
b. Pendapatan Retribusi Daerah
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
d. Lain-lain PAD

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 9


2). Pendapatan transfer
Pendapatan Transfer merupakan pendapatan yang berasal dari
entitas pelaporan lain, seperti Pemerintah Pusat atau daerah
otonom lain dalam rangka perimbangan keuangan. Transfer
dari Pemerintah Pusat terdiri dari Dana Perimbangan sesuai
dengan UU No. 33/2004 dan transfer lainnya sebagaimana
diatur dalam UU Otonomi Khusus bagi Papua dan Nanggroe
Aceh Darussalam, atau dalam UU APBN. Transfer dari Daerah
Otonom lainnya antara lain seperti Bagi Hasil dari Pemerintah
Provinsi ke Kabupaten/Kota untuk Pajak Bahan Bakar, Pajak
Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,
dan Pajak Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
3). Lain-lain Pendapatan yang sah
Lain-lain Pendapatan yang Sah adalah pendapatan lainnya
selain yang disebutkan di atas, yang diperkenankan menurut
peraturan perundang-undangan, misalnya hibah dan dana
darurat.

c). Belanja
Belanja diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, dan ekonomi.
Klasifikasi belanja menurut organisasi artinya anggaran dialokasikan
ke organisasi sesuai dengan struktur organisasi pemerintah daerah
yang bersangkutan. Klasifikasi menurut organisasi ini tidak
disajikan di lembar muka laporan keuangan, melainkan disajikan di
catatan atas Laporan Keuangan.
1). Klasifikasi Fungsi
Klasifikasi belanja menurut fungsi pemerintahan adalah
sebagai berikut:
a. Pelayanan Umum
b. Pertahanan
c. Ketertiban dan Keamanan
Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 10
d. Ekonomi
e. Lingkungan Hidup
f. Perumahan dan Fasilitas Umum
g. Kesehatan
h. Pariwisata dan Budaya
i. Agama
j. Pendidikan
k. Perlindungan Sosial

Klasifikasi Fungsi ini diisi dengan urusan (affair) pemerintahan.


Dengan demikian, klasifikasi fungsi ini perlu dilihat
hubungannya dengan program dan kegiatan suatu entitas atau
satuan kerja. Klasifikasi fungsi ini disajikan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan. Berdasarkan UU No. 17/2003 fungsi
Pertahanan hanya berlaku untuk Pemerintah Pusat.

2). Klasifikasi Ekonomi


Klasifikasi ekonomi adalah belanjanya, terdiri dari:
Belanja Operasi:
a. Belanja Pegawai
b. Belanja Barang
c. Bunga
d. Subsidi
e. Hibah
f. Bantuan Sosial
g. Belanja Operasi-lainnya Belanja Modal:
h. Belanja Modal - Tanah

3) Klasifikasi belanja berdasarkan jenis


a.Belanja Modal – Peralatan dan mesin
b. Belanja Modal – Gedung dan Bangunan
c. Belanja Modal – Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 11


d. Belanja Modal – Aset Tetap Lainnya
e. Belanja Modal - Aset Lainnya

4). Klasifikasi belanja berdasarkan karakternya


Berdasarkan karakternya belanja dikelompokkan menjadi
Belanja Operasi, Belanja Modal, dan Belanja Tak Terduga.
Belanja Operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan
sehari-hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat
jangka pendek. Belanja Operasi antara lain meliputi belanja
pegawai, belanja barang non investasi, pembayaran bunga
utang, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja operasional
lainnya.
Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset
tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode
akuntansi. Belanja modal antara lain belanja modal untuk perolehan
tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi, dan
jaringan, aset tetap lainnya, dan aset tak berwujud.
Belanja Tak Terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan
yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak
terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah.

d). Transfer
Transfer yang dimaksud di sini adalah transfer keluar, yaitu
pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan ke entitas pelaporan
lain, seperti pengeluaran dana perimbangan dan dana bagi hasil.
Contoh: bagi pemerintah provinsi terdapat bagi hasil ke
kabupaten/kota, bagi pemerintah kabupaten terdapat bagi hasil ke
desa.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 12


e). Surplus/Defisit
Surplus/Defisit timbul sehubungan dengan penggunaan anggaran
defisit, di mana jumlah pendapatan tidak sama dengan jumlah
belanja. Surplus adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja
selama satu periode pelaporan. Defisit adalah selisih kurang antara
pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan.

f). Pembiayaan
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah,
baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan
diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit dan/atau memanfaatkan surplus
anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari
pinjaman dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan
antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman,
pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh
pemerintah.

g). Pembiayaan Neto


Pembiayaan Neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan dengan
pengeluaran pembiayaan. Apabila manajemen keuangan pemerintah
dilakukan dengan baik maka jumlah pembiayaan netto ini seharusnya
mendekati jumlah surplus/defisit anggaran karena pembiayaan
dimaksudkan untuk memanfaatkan surplus atau menutup defisit
anggaran.

h). Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran


Dalam penyusunan APBD, SILPA/SIKPA akan selalu nihil karena
jumlah surplus atau defisit harus ditetapkan rencana pemanfaatannya

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 13


atau penutupannya. Namun dalam realisasi anggaran pada umumnya
SILPA akan muncul. Jumlah ini merupakan selisih antara penerimaan
anggaran dikurangi dengan pengeluaran anggaran. Dengan kata lain
jumlah ini diperoleh dengan menjumlahkan surplus/defisit dengan
pembiayaan neto.

LRA dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan


yang memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran
seperti kebijakan keuangan, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang
material antara anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang
merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk
dijelaskan.

Namun, penggunaan basis akrual penuh oleh entitas pelaporan juga


diperkenankan dengan syarat LRA dengan basis kas juga disajikan. 1
Secara ringkas struktur LRA dapat dilihat pada Tabel 1 untuk tingkat
provinsi dan Tabel 2 untuk tingkat kabupaten/kota.

Tabel 1. Format Laporan Realisasi Anggaran untuk Pemerintah


Provinsi

PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan
20X0
(Dalam Rupiah)
Anggar
Realisasi Realisasi
NO. URAIAN an (%)
20X1 20X0
20X1
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx

1
Par. 5-6 PSAP #01.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 14


4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
5 Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx
6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx xx xxx
Jumlah Pendapatan Asli Daerah
7 (3 s/d 6) xxxx xxxx xx xxxx
8
9 PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT
10 - DANA PERIMBANGAN
11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx
13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx
14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx
Jumlah Pendapatan Transfer
15 Dana Perimbangan (13 s/d 12) xxxx xxxx xx xxxx
16
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT -
17 LAINNYA
18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx
19 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx
Jumlah Pendapatan Transfer
20 Lainnya (18 s/d 19) xxxx xxxx xx xxxx
Total Pendapatan Transfer
21 (15 + 20) xxxx xxxx xx xxxx
22

23 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


24 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx
25 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xx xxx
26 Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx
Jumlah Pendapatan Lain-lain yang
27 Sah (24 s/d 26) xxx xxx xx xxx
28 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 21 + 27) xxxx xxxx xx xxxx

29 BELANJA
30 BELANJA OPERASI
31 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx
32 Belanja Barang xxx xxx xx xxx
33 Bunga xxx xxx xx xxx
34 Subsidi xxx xxx xx xxx
35 Hibah xxx xxx xx xxx
36 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx
37 Jumlah Belanja Operasi (31 s/d 36) xxxx xxxx xx xxxx
38

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 15


39 BELANJA MODAL
40 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx
41 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx
42 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx
43 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx
44 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx
45 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx
46 Jumlah Belanja Modal (40 s/d 45) xxxx xxxx xx xxxx
47
48 BELANJA TAK TERDUGA
49 Belanja Tak Terduga xxx xxx xx xxx
Jumlah Belanja Tak Terduga (49
50 s/d 49) xxx xxxx xx xxxx
51 JUMLAH BELANJA (37 + 46 + 50) xxx xxxx xx xxxx
52

53 TRANSFER
TRANSFER/BAGI HASIL
PENDAPATAN KE
54 KABUPATEN/KOTA
55 Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx
Bagi Hasil Retribusi ke
56 Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke
57 Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx
Jumlah Transfer Bagi Hasil Pendapatan
58 ke Kab./Kota (55 s/d 57) xxx xxxx xx xxxx
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER
59 (51 + 58) xxx xxxx xx xxxx
60
61 SURPLUS/DEFISIT (28 - 59) xxx xxx xxx xxx
62
63 PEMBIAYAAN
64
65 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
66 Penggunaan SiLPA xxx xxx xx xxx
67 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
68 Dipisahkan xxx xxx xx xxx
Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah
69 Pusat xxx xxx xx xxx
Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah
70 Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
71 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga xxx xxx xx xxx

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 16


Keuangan Bank
Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga
72 Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx
73 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
74 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada
75 Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada
76 Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada
77 Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
78 Jumlah Penerimaan (66 s/d 77) xxxx xxxx xx xxxx
79
80 PENGELUARAN PEMBIAYAAN
81 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
88 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx xx xxx
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
82 Negeri-Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
83 Negeri-Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
84 Negeri-Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
85 Negeri-Lembaga Keu. Bukan Bank xxx xxx xx xxx
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
86 Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
87 Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
Pemberian Pinjaman kepada
89 Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
Pemberian Pinjaman kepada
90 Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
Pemberian Pinjaman kepada
91 Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
92 Jumlah Pengeluaran (81 s/d 91) xxx xxx xx xxx
93 PEMBIAYAAN NETO (78 - 92) xxxx xxxx xx xxxx
94
95 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (61 + 93) xxxx xxxx xx xxxx

Tabel 2 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten/Kota

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 17


UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan
20X0
(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
NO. URAIAN (%)
20X1 20X1 20X0
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx
4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx
Pendapatan Hasil Pengelolaan
5 Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx
6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx xx xxx
Jumlah Pendapatan Asli Daerah
7 (3 s/d 6) xxxx xxxx xx xxxx
9 PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT -
10 DANA PERIMBANGAN
11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx
13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx
14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx
Jumlah Transfer Dana
15 Perimbangan (11 s/d 14) xxxx xxxx xx xxxx
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT -
17 LAINNYA
18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx
19 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx
Jumlah Transfer Pemerintah Pusat
20 - Lainnya (18 s/d 19) xxxx xxxx xx xxxx
TRANSFER PEMERINTAH
22 PROVINSI
23 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
24 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xx xxx
Jumlah Transfer Pemerintah
25 Provinsi (23 s/d 24) xxxx xxxx xx xxxx

Total Pendapatan Transfer


26 (15 + 20 + 25) xxxx xxxx xx xxxx
28 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
29 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx
30 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xx xxx
31 Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx
32 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah xxx xxx xx xxx

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 18


(29 s/d 31)
JUMLAH PENDAPATAN (7
33 + 26 + 32) xxxx xxxx xx xxxx
34
35 BELANJA
36 BELANJA OPERASI
37 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx
38 Belanja Barang xxx xxx xx xxx
39 Bunga xxx xxx xx xxx
40 Subsidi xxx xxx xx xxx
41 Hibah xxx xxx xx xxx
42 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx
43 Jumlah Belanja Operasi (37 s/d 42) xxxx xxxx xx xxxx
45 BELANJA MODAL
46 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx
47 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx
48 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx
49 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx
50 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx
51 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx
52 Jumlah Belanja Modal (46 s/d 51) xxxx xxxx xx xxxx
54 BELANJA TAK TERDUGA
55 Belanja Tak Terduga xxx xxx xx xxx
Jumlah Belanja Tak Terduga (55
56 s/d 55) xxx xxxx xx xxxx
57 JUMLAH BELANJA (43 + 52 + 56) xxxx xxxx xx xxxx

58 TRANSFER
59 TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA
60 Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
61 Bagi Hasil Retribusi xxx xxx xx xxx
62 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx
JUMLAH TRANSFER/BAGI HASIL
63 KE DESA (61 s/d 63) xxx xxxx xx xxxx
64
65 SURPLUS/DEFISIT (33 - 64) xxx xxx xxx xxx

66 PEMBIAYAAN

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 19


70 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
71 Penggunaan SiLPA xxx xxx xx xxx
72 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
73 Dipisahkan xxx xxx xx xxx
Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah
74 Pusat xxx xxx xx xxx
Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah
75 Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga
76 Keuangan Bank xxx xxx xx xxx
Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga
77 Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx
78 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
79 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada
80 Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada
81 Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada
82 Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
83 Jumlah Penerimaan (71 s/d 82) xxxx xxxx xx xxxx
84
85 PENGELUARAN PEMBIAYAAN
86 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
87 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx xx xxx
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
88 Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
89 Negeri – Pem. Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
90 Negeri - Lembaga Keu. Bank xxx xxx xx xxx
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
91 Negeri - Lembaga Keu. Bukan Bank xxx xxx xx xxx
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
92 Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
93 Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
Pemberian Pinjaman kepada
88 Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
Pemberian Pinjaman kepada
89 Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
Pemberian Pinjaman kepada
90 Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 20


91 Jumlah Pengeluaran (86 s/d 90) xxx xxx xx xxx
92 PEMBIAYAAN NETO (83 - 91) xxxx xxxx xx xxxx
93
94 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (66 + 92) xxxx xxxx xx xxxx

Dari struktur LRA pada tampilan 1 di atas terlihat bahwa komponen


LRA terdiri dari Pendapatan, Belanja, Transfer, dan Pembiayaan. Di
dalam LRA, pendapatan disajikan menurut jenis pendapatan, belanja
disajikan menurut jenis belanja. Rincian lebih lanjut untuk akun-akun
pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan disajikan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan, misalnya menyajikan belanja
menurut organisasi dan fungsi.

C. NERACA
1. Pengertian Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
Pelaporan berdasarkan tanggal tertentu ini berkaitan dengan konsep
periodisasi, yakni pemenggalan umur kehidupan organsisasi ke dalam
periode waktu tertentu. Akun-akun yang disajikan di neraca merupakan
akun riil atau permanen. Jumlah yang tercantum di dalam neraca pada suatu
akhir periode tertentu akan menjadi saldo awal pada periode berikutnya.
Berdasarkan konsep kontinuitas (going concern), neraca berguna
untuk menunjukkan potensi jasa yang masih dimiliki/dikuasai kesatuan
usaha untuk menghasilkan pendapatan dalam periode berikutnya. Proses
penentuan jumlah rupiah yang dilekatkan pada tiap pos neraca merupakan
ukuran sisa potensi jasa yang direpresentasikan oleh kas yang melekat
padanya, sehingga akuntansi menilai pos-pos neraca pada umumnya
berdasarkan kos historis, misalnya berdasarkan harga perolehan.

2. Komponen-komponen Neraca

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 21


Komponen-komponen neraca terdiri dari Aset, Kewajiban, dan
Ekuitas Dana, yang dapat didefinisikan seperti berikut:

a). Aset
Sumber daya yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan/atau
sosial yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah, dan dapat
diukur dalam satuan uang. Sumber daya nonkeuangan yang
diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan
sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan
budaya juga termasuk dalam pengertian aset. Contoh aset antara lain
kas, piutang, persediaan, dan bangunan.

b). Kewajiban
Utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Kewajiban mencakup utang yang berasal dari pinjaman, utang biaya,
dan utang lainnya yang masih harus dibayar. Contoh kewajiban
antara lain utang kepada pemerintah pusat, utang kepada entitas
pemerintah lain, dan utang perhitungan fihak ketiga.

c). Ekuitas Dana


Kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban pemerintah. Contoh ekuitas dana antara lain Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran dan ekuitas dana yang diinvestasikan. 2
Neraca sebagai laporan tentang posisi keuangan (aset, kewajiban, dan
ekuitas dana) mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos berikut
(Tabel 3):

2
Buletin Teknis No. 2 Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Daerah.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 22


a. Kas dan setara kas, yakni uang tunai dan saldo simpanan di bank
yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan
pemerintahan.
b.Investasi jangka pendek;
c. Piutang pajak dan bukan pajak;
d.Persediaan, yakni aset lancar dalam bentuk barang atau
perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan
operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan
untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat;
e. İnvestasi jangka panjang, yakni aset yang dimaksudkan untuk
memperoleh manfaat ekonomik seperti bunga, dividen, dan
royalti, atau manfaat sosial sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat;
f. Aset tetap, yakni aset berwujud yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum;
g.Kewajiban, yakni utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya
ekonomi pemerintah. Kewajiban terdiri dari kewajiban jangka
pendek da kewajiban jangka panjang;
h.Ekuitas dana, yakni kekayaan bersih pemerintah yang merupakan
selisih antara aset dan kewajiban pemerintah.

Tabel 3. Format Neraca Pemerintah Daerah


NERACA
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
1 ASET
2 ASET LANCAR

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 23


3 Kas di Kas Daerah xxx xxx
4 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
5 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx
6 Investasi Jangka Pendek xxx xxx
7 Piutang Pajak xxx xxx
8 Piutang Retribusi xxx xxx
9 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat xxx xxx
Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah
12 xxx xxx
Lainnya
13 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
14 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan xxx xxx
15 Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
16 Piutang Lainnya xxx xxx
17 Persediaan xxx xxx
18 Jumlah Aset Lancar (3 s/d 17) xxx xxx
19 INVESTASI JANGKA PANJANG
20 Investasi Nonpermanen
21 Pinjaman Kepada Perusahaan Negara xxx xxx
22 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
23 Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
24 Investasi dalam Surat Utang Negara xxx xxx
25 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx
26 Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx
27 Jumlah Investasi Nonpermanen (21 s/d 26) xxx xxx
28 Investasi Permanen
29 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx
30 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx
31 Jumlah Investasi Permanen (29 s/d 30) xxx xxx
32 Jumlah Investasi Jangka Panjang (27 + 31) xxx xxx
33 ASET TETAP
34 Tanah xxx xxx
35 Peralatan dan Mesin xxx xxx
36 Gedung dan Bangunan xxx xxx
37 Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx
38 Aset Tetap Lainnya xxx xxx
39 Konstruksi dalam Pengerjaan xxx xxx
40 Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)
41 Jumlah Aset Tetap (34 s/d 40) xxx xxx
42 DANA CADANGAN
43 Dana Cadangan xxx xxx
44 Jumlah Dana Cadangan (43) xxx xxx

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 24


45 ASET LAINNYA
46 Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
47 Tuntutan Perbendaharaan xxx xxx
48 Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
49 Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx
50 Aset Tak Berwujud xxx xxx
51 Aset Lain-Lain xxx xxx
52 Jumlah Aset Lainnya (46 s/d 51) xxx xxx
53 JUMLAH ASET (18+32+41+44+52) xxxx xxxx
54 KEWAJIBAN
55 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
56 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx
57 Utang Bunga xxx xxx
58 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah
59 xxx xxx
Daerah Lainnya
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga
60 xxx xxx
Keuangan Bank
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga
61 xxx xxx
Keuangan bukan Bank
62 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx
63 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx
64 Utang Jangka Pendek Lainnya xxx xxx
65 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (57 s/d 65) xxx xxx
66 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
67 Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx
68 Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
69 Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx
70 Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan bukan Bank xxx xxx
71 Utang Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx
72 Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx
73 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (68 s/d 73) xxx xxx
74 JUMLAH KEWAJIBAN (66+74) xxx xxx
75 EKUITAS DANA
76 EKUITAS DANA LANCAR
77 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) xxx xxx
78 Pendapatan yang Ditangguhkan xxx xxx
79 Cadangan Piutang xxx xxx
80 Cadangan Persediaan xxx xxx
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang
81 (xxx) (xxx)
Jangka Pendek
82 Jumlah Ekuitas Dana Lancar (78 s/d 82) xxx xxx
83 EKUITAS DANA INVESTASI

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 25


84 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang xxx xxx
85 Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx xxx
86 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx xxx
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang
87 (xxx) (xxx)
Jangka Panjang
88 Jumlah Ekuitas Dana Investasi (85 s/d 88) xxx xxx
89 EKUITAS DANA CADANGAN
90 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan xxx xxx
91 Jumlah Ekuitas Dana Cadangan (91) xxx xxx
92 JUMLAH EKUITAS DANA (83+89+92) xxx xxx
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
93 xxxx xxxx
(75+93)

Di dalam neraca, aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan


nonlancar, sedangkan kewajiban diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka
pendek dan jangka panjang. Aset lancar dan kewajiban jangka pendek
menunjukkan penggunaan dan pembayaran yang akan dilakukan dalam
waktu satu tahun. Aset tetap merupakan sumber daya yang akan digunakan
oleh organisasi dalam waktu lebih dari satu tahun, sementara ekuitas dana
merupakan sumber pendanaan bagi aset selain daripada kewajiban.
Dalam pengungkapan keuangan, setiap entitas pelaporan
menjelaskan setiap pos aset dan kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah
yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu 12 (dua belas)
bulan dan jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar
dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Apabila suatu entitas pelaporan menyediakan barang-barang yang
akan digunakan dalam menjalankan kegiatan pemerintahan, perlu adanya
klasifikasi terpisah antara aset lancar dan nonlancar dalam neraca untuk
memberikan informasi mengenai barang-barang yang akan digunakan
dalam periode akuntansi berikutnya dan yang akan digunakan untuk
keperluan jangka panjang.
Informasi tentang tanggal jatuh tempo aset dan kewajiban
keuangan bermanfaat untuk menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas
pelaporan. Informasi tentang tanggal penyelesaian aset nonkeuangan dan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 26


kewajiban seperti persediaan dan cadangan juga bermanfaat untuk
mengetahui apakah aset diklasifikasikan sebagai aset lancar dan nonlancar
dan kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek dan
jangka panjang.

D. LAPORAN ARUS KAS


1. Pengertian Akuntansi Kas dan Laporan Arus Kas
Sebagai salah satu aset yang dimiliki oleh organisasi pemerintah,
kas mendapat perhatian sangat besar karena memiliki karakteristik yang
berbeda dengan aset lainnya. Kas merupakan aset yang dapat digunakan
untuk memenuhi semua kewajiban pemerintah yang harus ditunaikan.
Perencanaan atas sumber dan penggunaan serta timing dari realisasi
penerimaan dan pengeluaran kas sangat penting untuk menghindari
terjadinya kegagalan dalam pembayaran dan pemenuhan kewajiban
pemerintah lainnya.
Pengelolaan kas di pemerintahan berkaitan erat dengan
penganggaran secara keseluruhan. Penyusunan dan pelaporan anggaran
yang menggunakan basis kas menunjukkan bahwa kas adalah fokus dalam
pengelolaan keuangan pemerintah di Indonesia. Dalam PP No. 58/2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dinyatakan bahwa pemerintah
daerah dan semua satuan kerja (SKPD) yang berada di dalamnya
diwajibkan untuk menyusun anggaran kas, bersamaan dengan penyusunan
dokumen pelaksanaan anggaran (DPA).
Dalam perspektif akuntansi, pelaporan kas menjadi sangat penting
ketika laporan realisasi anggaran (LRA) juga didasarkan pada realisasi arus
kas masuk dan keluar. Realisasi pendapatan/penerimaan pembiayaan dalam
LRA menunjukkan berapa kas yang diterima dari pendapatan/penerimaan
pembiayaan, sementara realisasi belanja/pengeluaran pembiayaan
menujukkan berapa arus kas keluar untuk membayar belanja/pengeluaran

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 27


pembiayaan, meskipun ada beberapa pengecualian karena ada sebagian
pengakuan belanja atau pendapatan yang tidak menggunakan basis kas.
Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menyajikan informasi
mengenai penerimaan dan pengeluaran kas melalui kas umum negara/kas
daerah selama periode tertentu. Pada dasarnya aktivitas keuangan
pemerintah sebagian besar merupakan penerimaan dan pengeluaran kas
negara/daerah dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran yang ditetapkan.
Bahkan penentuan adanya hak dan kewajiban pemerintah diakui pada saat
kas diterima atau dikeluarkan dari kas umum negara/kas daerah. Hal ini
sesuai dengan basis yang dianut yaitu basis kas menuju akrual.
Laporan Arus Kas menggambarkan arus masuk dan arus keluar kas
dan setara kas. Arus kas masuk dapat berasal dari penerimaan tunai
pendapatan, penjualan aset tetap, pencairan dana cadangan, penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan, pinjaman bahkan penerimaan atas
potongan pembayaran yang dilakukan pemerintah (PFK). Arus kas keluar
misalnya pembayaran tunai belanja pegawai, belanja modal, pembayaran
cicilan hutang, pemberian pinjaman, pembentukan dana cadangan,
penyertaan modal pemerintah, dan penyetoran kepada pihak ketiga (PFK)
atas pemotongan yang telah dilakukan.
Penerimaan dan pengeluaran kas dalam Laporan Arus Kas
disajikan berdasarkan aktivitas-aktivitas keuangan pemerintahan.
Penerimaan dan pengeluaran dikelompokkan berdasarkan aktivitas
tersebut. Aktivitas tersebut terdiri dari aktivitas operasi, investasi aset
nonkeuangan, aktivitas pembiayaan, dan aktivitas nonanggaran. Hal ini
berbeda dengan penyajian yang ada dalam Laporan Realisasi Anggaran.
Pada dasarnya penerimaan dan pengeluaran yang tercantum dalam
Laporan Arus Kas sama dengan penerimaan dan pengeluaran yang ada
dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pendapatan dan belanja juga
penerimaan dan pengeluaran pembiayaan seperti yang tercantum dalam
Laporan Realisasi Anggaran diakui berdasarkan penerimaan dan
pengeluaran kas di kas negara/daerah. Hal ini disebabkan basis yang dianut

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 28


dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran yaitu basis kas.
Akan tetapi ada transaksi keuangan pemerintah yang
menimbulkan penerimaan dan pengeluaran kas tetapi tidak dianggarkan.
Artinya transaksi tersebut tidak tercantum dalam Laporan Realisasi
Anggaran. Transaksi atau aktivitas ini disebut transaksi nonanggaran.
Transaksi ini sebenarnya merupakan penerimaan kas untuk dan atas nama
pihak lain yang harus diserahkan kepada pihak tersebut. Oleh karena itu
transaksi ini disebut transaksi perhitungan pihak ketiga (PFK). Misalnya,
pemerintah daerah diwajibkan memungut pajak penghasilan atas
pembayaran gaji atau honor yang dilakukan. Pemungutan tersebut untuk
dan atas nama Pemerintah Pusat (Ditjen Pajak) dan harus disetor kepada
Pemerintah Pusat (Ditjen Pajak). Transaksi ini merupakan arus masuk dan
keluar kas dan mempengaruhi posisi kas tetapi tidak masuk dalam Laporan
Realisasi Anggaran.
Transaksi nonanggaran menjadi faktor yang membedakan
substansi Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas. Hal lain
yang membedakan adalah penyajian. Penerimaan dan pengeluaran kas
dalam Laporan Realisasi Anggaran diklasifikasikan berdasarkan jenis
belanja sedangkan penyajian dalam Laporan Arus Kas diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas keuangan pemerintahan.
Pengertian kas dan setara kas yang ada dalam Laporan Realisasi
Anggaran sama dengan pengertian kas dan setara kas dalam neraca.
Dalam Laporan Arus Kas terdapat tiga jenis kas yang mempunyai nama
dan jenis yang sama dalam neraca. Jenis kas dan setara kas yang dimaksud
untuk Pemda adalah Kas di Kas Daerah, Kas di Bendahara Pengeluaran,
dan Kas di Bendahara Penerimaan. Saldo-saldo yang ditunjukkan dalam
Laporan Arus Kas harus menunjukkan jumlah yang sama dalam neraca.

2. Tujuan Laporan Arus Kas


Laporan Arus Kas bermanfaat untuk berbagai kepentingan.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 29


Informasi arus masuk dan keluar kas dalam Laporan Arus Kas berguna
untuk melihat transaksi kas di masa lalu dan memprediksi arus kas di masa
yang akan datang. Dalam paragraf 5, 6, dan 7 PSAP 03 mengungkapkan
bahwa Laporan Arus Kas berguna:
 sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan
datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas
yang telah dibuat sebelumnya;
 sebagai alat pertanggung-jawaban arus kas masuk dan arus
kas keluar selama periode pelaporan;
 memberikan informasi yang bermanfaat bagi para
pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan
bersih/ekuitas dana suatu entitas pelaporan dan struktur keuangan
pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas).

Realisasi arus kas dapat dijadikan sebagai indikator arus kas di


masa yang akan datang. Kejadian yang akan datang dapat diperkirakan dari
realisasi yang terjadi saat ini. Perkiraan atau prediksi ini akan lebih baik
kalau didasarkan pada data masa lalu lebih dari satu. Data lebih dari satu
ini dapat disusun dalam bentuk analisis kecenderungan (trend) untuk
mendapatkan perkiraan yang lebih tepat. Arus kas dapat digunakan dalam
analisis trend untuk memperkirakan arus kas di masa yang akan datang.
Arus kas merupakan transaksi penting dalam pemerintahan. Arus
kas keluar dan masuk merupakan prediksi sebelum terjadi. Sebuah
Laporan Arus Kas menunjukkan realisasi arus kas yang diprediksi
sebelumnya. Oleh karena itu, Laporan Arus Kas yang disusun dapat
dijadikan untuk menilai kecermatan taksiran yang telah dibuat sebelumnya.
Penerimaan dan penggunaan kas sebenarnya direncanakan dan
disepakati dari awal. Jenis-janis penerimaan dan pengeluaran yang ada
dalam Laporan Realisasi Anggaran juga merupakan kesepakatan adanya
penerimaan dan pengeluaran kas untuk berbagai aktivitas. Oleh karena itu

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 30


penyajian laporan Arus Kas juga merupakan bentuk pertanggungjawaban.
Laporan Arus Kas sebagai pertanggungjawaban terkait juga dengan
fungsi yang menyajikannya. Laporan Arus Kas dibuat oleh unit yang
memegang fungsi perbendaharaan. Fungsi perbendaharaan yang dimaksud
adalah Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah sehingga
merupakan bentuk pertanggungjawaban Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah.
Informasi mengenai arus kas juga dapat dijadikan bahan evaluasi
aktiva bersih atau ekuitas. Peningkatan jumlah kas akan meningkatkan
juga ekuitas. Kas di Kas Daerah dan Kas di Bendahara Pengeluaran
dalam konteks Pemda akan dapat dilihat dalam rekening kelompok
ekuitas yaitu SiLPA. Sementara itu, Kas di Bendahara Penerimaan juga
dapat dilihat dalam kelompok ekuitas tetapi dengan nama akun Pendapatan
Ditangguhkan. Hal ini merupakan pencerminan konsep rekening yang
saling menyeimbangkan (self balancing account).
Klasifikasi arus kas menurut aktivitas operasi, investasi aset
nonkeuangan, pembiayaan, dan non anggaran memberikan informasi yang
memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh dari
aktivitas tersebut terhadap posisi kas dan setara kas pemerintah. Informasi
tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar aktivitas
operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran.
Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa
aktivitas, misalnya transaksi pelunasan utang yang terdiri dari pelunasan
pokok utang dan bunga utang. Pembayaran pokok utang akan
diklasifikasikan ke dalam aktivitas pembiayaan sedangkan pembayaran
bunga utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi.
Menurut Schulman & Adams (1999) tujuan laporan arus kas adalah:
a. Untuk meringkas kenaikan dan penurunan kas dan mengilustrasikan
bagaimana saldo awal dan saldo akhir kas dipengaruhi oleh operasi
selama satu periode akuntansi;

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 31


b. Untuk memberi gambaran tentang semua sumber dan penggunaan kas
dan setara kas untuk meringkas peramalan penerimaan dan pembayaran
kas harian;
c. Untuk memberikan suatu dasar historis bagi pengembangan sebuah
anggaran kas bulanan atau tahunan.
Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai
sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode
akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi
ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.
Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang
akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas
yang telah dibuat sebelumnya.3
Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggung-jawaban arus kas
masuk dan arus kas keluar selama periode pelaporan. Apabila dikaitkan
dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus kas memberikan informasi
yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi
perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas pelaporan dan
struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas).

3. Bentuk Dan Struktur Laporan Arus Kas


Laporan arus kas di organisasi pemerintahan disusun dan
disampaikan oleh entiras pelaporan (reporting entity). Entitas pelaporan
adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi
yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
Entitas pelaporan terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah daerah; dan
satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi
lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi
dimaksud wajib membuat laporan arus kas. Singkatnya, entitas pelaporan
3
SAP#03 par. 5-7.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 32


yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas adalah unit
organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan, yakni unit yang
ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara/daerah dan/atau kuasa
bendaharawan umum negara/daerah.4
Bentuk dan struktur Laporan Arus Kas merupakan kerangka atau
acuan dalam penyajian Laporan Arus Kas. Bentuknya terdiri dari uraian
berbagai aktivitas yang disajikan secara stafel diurutkan dari atas ke
bawah. Penyajian didahului dengan arus kas masuk dan keluar berbagai
aktivitas. Kemudian disajikan saldo awal dan saldo akhir kas.
Struktur Laporan Arus Kas terdiri dari arus masuk dan keluar kas
berbagai aktivitas. Dari arus masuk dan arus masuk setiap aktivitas akan
diperoleh arus kas bersih dari setiap aktivitas. Arus kas bersih setiap
aktivitas dijumlahkan sehingga diperoleh kenaikan atau penurunan kas. Jika
arus penjumlahan arus kas bersih setiap aktivitas positif berarti ada
kenaikan kas. Sebaliknya jika penjumlahan arus kas bersih setiap aktivitas
negatif maka terjadi penurunan kas. Kenaikan atau penurunan kas akan
ditambahkan dengan saldo akhir sehingga diperoleh saldo akhir. Saldo
akhir yang dihasilkan dari penjumlahan ini harus sama dengan yang
tercatat di neraca untuk masingmasing akun yang berkaitan.
Laporan arus kas menyajikan informasi penerimaan dan
pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan
empat aktivitas, yaitu:
a. Aktivitas operasi,
b. Aktivitas investasi aset nonkeuangan,
c. Aktivitas pembiayaan, dan
d. Aktivitas nonanggaran.
Klasifikasi seperti ini memungkinkan para pengguna laporan untuk
menilai pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap posisi kas dan setara kas
pemerintah. Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 33


hubungan antar aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan,
dan nonanggaran.
Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa
aktivitas, misalnya transaksi pelunasan utang yang terdiri dari pelunasan
pokok utang dan bunga utang. Pembayaran pokok utang akan
diklasifikasikan ke dalam aktivitas pembiayaan sedangkan pembayaran
bunga utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi.
Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode
akuntansi.
Aktivitas investasi aset nonkeuangan adalah aktivitas penerimaan
dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset
tetap dan aset nonkeuangan lainnya. Aktivitas pembiayaan adalah aktivitas
penerimaan kas yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran kas yang
akan diterima kembali yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan
komposisi investasi jangka panjang, piutang jangka panjang, dan utang
pemerintah sehubungan dengan pendanaan defisit atau penggunaan surplus
anggaran. Aktivitas non anggaran adalah aktivitas penerimaan dan
pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja,
transfer, dan pembiayaan pemerintah.
Aktivitas-aktivitas dalam penyajian Laporan Arus Kas diuraikan
lebih rinci sebagai berikut:
a). Aktivitas Operasi
Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang
menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan
kas yang cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa
yang akan datang tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:
 Penerimaan Perpajakan,

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 34


 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),
 Penerimaan Hibah,
 Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan
Investasi Lainnya,
 Transfer masuk.
Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk
pengeluaran:
 Belanja Pegawai;
 Belanja Barang;
 Bunga;
 Subsidi;
 Bantuan Sosial;
 Hibah;
 Belanja Lain-lain;
 Transfer keluar.
Jika suatu entitas pelaporan mempunyai surat berharga yang sifatnya
sama dengan persediaan, yang dibeli untuk dijual, maka perolehan
dan penjualan surat berharga tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas
operasi.

Jika entitas pelaporan mengotorisasikan dana untuk kegiatan suatu


entitas lain, yang peruntukannya belum jelas apakah sebagai modal
kerja, penyertaan modal, atau untuk membiayai aktivitas periode
berjalan, maka pemberian dana tersebut harus diklasifikasikan sebagai
aktivitas operasi. Kejadian ini dijelaskan dalam catatan atas laporan
keuangan.
b). Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan
Arus kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan mencerminkan
penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 35


pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan
dan mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat di masa
yang akan datang. Jadi, aktivitas investasi aset nonkeuangan adalah
aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk
perolehan dan pelepasan aset tetap dan aset nonkeuangan lainnya.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan terdiri dari:
 Penjualan Aset Tetap,
 Penjualan Aset Lainnya.
Arus keluar kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan terdiri dari:
 Perolehan Aset Tetap,
 Perolehan Aset Lainnya.

c). Aktivitas Pembiayaan


Arus kas dari aktivitas pembiayaan mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto sehubungan dengan pendanaan defisit atau
penggunaan surplus anggaran, yang bertujuan untuk memprediksi
klaim pihak lain terhadap arus kas pemerintah dan klaim pemerintah
terhadap pihak lain di masa yang akan datang. Jadi, aktivitas
pembiayaan adalah aktivitas penerimaan kas yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran kas yang akan diterima kembali yang
mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi investasi
jangka panjang, piutang jangka panjang, dan utang pemerintah
sehubungan dengan pendanaan defisit atau penggunaan surplus
anggaran.
Arus masuk kas dari aktivitas pembiayaan antara lain:
 Penerimaan Pinjaman;
 Penjualan Surat Utang Negara Pemerintah;
 Hasil Privatisasi Perusahaan Negara/Daerah;

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 36


 Penjualan Investasi Jangka Panjang Lainnya; dan
 Pencairan Dana Cadangan.
Arus keluar kas dari aktivitas pembiayaan antara lain:
 Pembayaran Cicilan Pokok Utang;
 Pembayaran Obligasi Pemerintah;
 Penyertaan Modal Pemerintah;
 Pemberian Pinjaman Jangka Panjang;
 Pembentukan Dana Cadangan.
d). Aktivitas Nonanggaran
Arus kas dari aktivitas nonanggaran mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan,
belanja dan pembiayaan pemerintah. Dengan kata lain, arus kas yang
terjadi tidak dianggarkan sebelumnya dalam APBD dan hanya bersifat
sementara atau “mampir” dalam akun pemerintah.

Arus kas dari aktivitas nonanggaran antara lain Perhitungan Fihak


Ketiga (PFK) dan kiriman uang. PFK menggambarkan kas yang
berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar
atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya potongan
Taspen dan Askes. Kiriman uang menggambarkan mutasi kas antar
rekening kas umum negara/daerah.

Arus masuk kas dari aktivitas nonanggaran meliputi penerimaan PFK


dan kiriman uang masuk. Sedangkan, arus keluar kas dari aktivitas
nonanggaran meliputi pengeluaran PFK dan kiriman uang keluar.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 37


Bab 2

1B

A. AKUNTANSI
ANGGARAN
Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban dan
pengendalian manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan
pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan.
Akuntansi anggaran diselenggarakan sesuai dengan struktur
anggaran yang terdiri dari anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
Anggaran pendapatan meliputi estimasi pendapatan yang dijabarkan
menjadi alokasi estimasi pendapatan. Anggaran belanja terdiri dari
apropriasi yang dijabarkan menjadi otorisasi kredit anggaran (allotment).

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 38


Anggaran pembiayaan terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
pembiayaan.
Akuntansi anggaran diselenggarakan pada saat anggaran disahkan,
anggaran dialokasikan, dan anggaran direalisasikan. Pengesahan anggaran
ditandai dengan terbitnya Perda APBD. Akuntansi diselenggarakan di
SKPD dan di BUD. Akuntansi di SKPD dimaksudkan untuk menghasilkan
Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Akuntansi di tingkat BUD
terutama dimaksudkan untuk menghasilkan Laporan Arus Kas. Akuntansi
anggaran untuk Perda APBD dilakukan di BUD.

Buku Jurnal yang menggambarkan akuntansi untuk anggaran yang


disahkan dengan Perda APBD.

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Estimasi Pendapatan xxx


Apropriasi Belanja xxx
Surplus/Defisit xxx

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 39


Estimasi Penerimaan Pembiayaan xxx
Pembiayaan Neto xxx
Apropriasi Pengeluaran xxx
Pembiayaan

Pada saat alokasi anggaran dituangkan dalam Dokumen


Pelaksanaan Anggaran (DPA SKPD), berarti Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) mempunyai hak untuk menggunakan dana maksimal
sebesar anggaran belanja yang dialokasikan dan SKPD mempunyai
kewajiban untuk menyetorkan pendapatan ke BUD sebesar alokasi
estimasi pendapatan yang dituangkan di DPA SKPD.

Jurnal pengalokasian dana berupa DPA-SKPD dicatat seperti berikut:


Tanggal Uraian Ref Debet Kred
it

Estimasi Pendapatan yg xxx


Dialokasikan xx
Utang kepada BUD x

Piutang kepada BUD xxx


Allotment Belanja xx
x

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Alokasi Estimasi Pendapatan xxx


Alokasi Apropriasi xxx
Belanja

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 40


Apabila pemerintah belum siap melaksanakan akuntansi
anggaran maka, anggaran yang disahkan dan anggaran yang
dialokasikan dapat dicatat secara tata buku tunggal (single entry
accounting).

B. AKUNTANSI
PENDAPATAN
1. Pengertian Pendapatan
PP No. 24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
memberikan deskripsi yang cukup jelas mengenai pendapatan. Dalam
peraturan pemerintah ini disebutkan bahwa pendapatan adalah semua
penerimaan rekening kas umum negara/daerah yang menambah ekuitas
dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi
hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Permendagri No.13/2006 disebutkan bahwa pendapatan daerah adalah hak
pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
Komisi, rabat, potongan, atau pendapatan lain dengan nama dan
dalam bentuk apa pun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung
sebagai akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi dan/atau
pengadaan barang dan jasa termasuk pendapatan bunga, jasa giro atau
pendapatan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada bank serta
pendapatan dari hasil pemanfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya
merupakan pendapatan daerah.
Pendapatan daerah dirinci menurut organisasi, kelompok, jenis,
obyek dan rincian obyek pendapatan. Pendapatan daerah berasal dari
Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer, dan Lain-lain pendapatan
yang Sah.
Pendapatan pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD) adalah pada level Pemerintah Daerah seperti Dana Perimbangan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 41


(Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus), sedang pendapatan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
adalah Pendapatan Asli Daerah dalam wewenang SKPD.

2. Pengakuan Pendapatan
Sistem penerimaan pendapatan pemerintah daerah diatur dalam
Peraturan Daerah. Pada umumnya terdapat dua sistem penerimaan:
 Wajib bayar/masyarakat langsung menyetor ke rekening Kas Umum
Daerah.
 Wajib bayar/masyarakat menyetor ke juru pungut/Bendahara
Penerimaan, selanjutnya Bendahara Penerimaan tersebut menyetor ke
rekening Kas Umum Daerah.
Dengan menggunakan basis kas, pendapatan diakui pada saat
diterima pada rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah. Oleh
karena itu, pada saat uang diterima juru pungut/Bendahara Penerimaan,
jumlah tersebut belum diakui sebagai pendapatan daerah, pengakuannya
baru dilakukan setelah uang tersebut disetor ke rekening Kas Umum
Daerah.
Dalam PSAP 02 dinyatakan bahwa pendapatan diakui pada saat kas
diterima dan pencatatan dilakukan menurut jenis pendapatan berdasarkan
asas bruto. Seperti diuraikan di atas bahwa penerimaan pendapatan dapat
dilakukan melalui bendahara penerimaan atau langsung disetor ke kas
daerah. Apabila pendapatan lansung disetor ke kas daerah, maka SKPD
akan mengakui adanya realisasi pendapatan dan penurunan Utang kepada
BUD. Oleh karena itu, transaksi ini dicatat dengan mendebet Utang
kepada BUD dan mengkredit Pendapatan. Apabila pendapatan disetor
melalui bendahara penerimaan, maka SKPD akan mendebet Kas di
Bendahara Penerimaan dan mengkredit Pendapatan yang Ditangguhkan.
Pendapatan yang Ditangguhkan mencerminkan adanya kewajiban bagi
SKPD untuk menyetorkan pendapatan tersebut ke rekening Kas Umum
Daerah. Oleh karena itu, Pendapatan yang Ditangguhkan merupakan utang

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 42


SKPD kepada BUD. Apabila pendapatan tersebut disetorkan, maka SKPD
mendebet Utang kepada BUD dan mengkredit Pendapatan. Selanjutnya
dilakukan jurnal balik atas penerimaan kas yang semula ditampung dalam
akun Pendapatan yang Ditangguhkan. Jurnal balik dilakukan dengan
mendebet Pendapatan yang Ditangguhkan dan mengkredit Kas di
Bendahara Penerimaan.
BUD tidak melakukan pencatatan pada saat kas diterima oleh
bendahara penerimaan. BUD melakukan pencatatan pada saat kas telah
disetorkan dan diterima pada rekening Kas Umum Daerah, dengan
mendebet Kas di Kas Daerah dan mengkredit pendapatan sesuai dengan
jenisnya. Pada tanggal pelaporan perlu dilakukan rekonsiliasi pendapatan
antara SKPD dan BUD.
Dokumen sumber untuk pengakuan pendapatan antara lain berupa
surat tanda setoran, nota kredit, dan bukti penerimaan lainnya yang
dianggap sah. Berikut ini ilustrasi akuntansi untuk penerimaan pendapatan
pajak: Pendapatan yang disetor ke BUD

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Utang kepada BUD xxx


Pendapatan xxx
(Buku Pembantu: sesuai
dengan jenis pajak)

Tanggal Uraian Ref Debe Kredit


t

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 43


Kas di Kas Daerah xxx
Pendapatan .... xxx
(Buku Pembantu: sesuai dengan
jenis pajak)

Pendapatan melalui Kas Bendahara Penerimaan SKPD


Tanggal Uraian Ref Debe Kredit
t

Kas Bendahara Penerimaan xxx


Pendapatan yang xxx
Ditangguhkan
(Buku Pembantu: sesuai dengan
jenis pajak)

Penyetoran kas oleh SKPD kepada BUD


Tanggal Uraian Ref Deb Kredit
et

Utang kepada BUD xxx


Pendapatan xxx
(Buku Pembantu: sesuai dengan
jenis pajak)

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 44


Pendapatan yang xxx
Ditangguhkan xxx
Kas Bendahara
Penerimaan
(Buku Pembantu: sesuai
dengan jenis pajak)

BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Tidak ada Jurnal

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Kas di Kas Daerah xxx


Pendapatan.... xxx
(Buku Pembantu: sesuai
dengan jenis pajak)

Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu


dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah
netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

Contoh:
Pemerintah Provinsi X memberikan kuasa kepada PT Y untuk melakukan
pemungutan Pajak Bahan Bakar dengan memberikan upah pungut sebesar
2% dari jumlah penerimaan. Dalam bulan Mei 2006 jumlah penerimaan
Pajak Bahan Bakar Rp100.000.000,- dengan upah pungut yang dipotong
langsung Rp2.00.000,-

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 45


Jurnal untuk contoh tersebut adalah:
Tanggal Uraian R Debet Kredit
ef

Utang Kepada BUD 100


Pendapatan Pajak juta 100
(Buku Pembantu: Pajak Bahan juta
Bakar)

Belanja Barang 2 juta


Piutang dari BUD 2 juta
(Untuk mencatat upah pungut)

Tanggal Uraian R Debet Kredit


e
f

Kas di Kas Daerah 100 juta


Pendapatan Pajak 100
(Buku Pembantu: Pajak Bahan juta
Bakar)

Belanja Barang 2 juta


Kas di Kas Daerah 2 juta
(Untuk mencatat upah pungut)

Terhadap pendapatan yang berasal dari penjualan aset tetap perlu ada
jurnal pendamping untuk mengakui penurunan aset yang bersangkutan
pada SKPD. Jurnal pendamping ini sering disebut Jurnal Korolari.

Sebagai contoh:

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 46


Diterima hasil penjualan kendaraan bermotor sebesar Rp10 juta. Harga
perolehan kendaraan tersebut Rp20 juta.

Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah:


Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Utang kepada BUD 10


Pendapatan Lain-lain PAD juta 10 juta
(Untuk mencatat hasil
penjualan kendaraan)

Diinvestasikan dalam Aset 20


Tetap juta 20 juta
Peralatan dan Mesin
(Untuk mencatat mesin yang
dijual)

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Kas di Kas Daerah 10 10juta


Pendapatan Lain-lain PAD juta
(Untuk mencatat hasil
penjualan kendaraan)

Apabila terdapat pengembalian pendapatan maka harus dianalisis


terlebih dahulu sifat pengembalian tersebut. Pengembalian yang sifatnya
normal dan berulang (recurring) atas penerimaan pendapatan pada periode
penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai
pengurang pendapatan. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak
berulang (nonrecurring) atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada
periode penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang pendapatan
pada periode yang sama.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 47


Contoh: Berdasarkan peraturan perundang-undangan pembayaran Pajak X
dibayar secara cicilan setiap bulan berdasarkan jumlah pajak yang dibayar
pada tahun sebelumnya. Dalam tahun 2005 jumlah pajak yang sudah
dibayar setap bulan sebesar Rp1.200.000,00. Ternyata setelah
diperhitungkan pada akhir tahun, pajak yang menjadi beban perusahaan
tersebut pada tahun 2005 hanya Rp1.000.000,00. Pengembalian kelebihan
pajak Rp200.000,00 ini dibayarkan pada bulan Maret 2006.

Jurnal untuk pengembalian pendapatan pada tahun 2006 tersebut adalah:


SKPD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Pendapatan retribusi 5 juta


Utang kepada BUD 5 juta

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Pendapatan retribusi 5 juta


Kas di Kas Daerah 5 juta

Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-


recurring) atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode
penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada
periode yang sama.

Contoh: Pada periode Januari sampai dengan November 2005 terdapat


penerimaan pendapatan retribusi ijin mendirikan bangunan sebesar Rp100
juta. Pada bulan Desember 2005 diketemukan adanya kesalahan dan
kelebihan penerimaan sebesar Rp5 juta. Kelebihan ini dikembalikan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 48


kepada yang berhak pada bulan Desember 2005.

Jurnal untuk pengembalian pendapatan pada tahun 2005 tersebut adalah:


SKPD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Pendapatan Pajak 5 juta


Utang kepada BUD 5 juta

BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Pendapatan Retribusi 5 juta


Kas di Kas Daerah 5 juta

Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-


recurring) atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas dana lancar pada
periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.

Contoh: Pada tahun 2005 terdapat penjualan tanah pemda seluas 1.050 m 2
dengan harga Rp1.000,00 per m2. Pada tahun 2005 telah diterima
seluruhnya. Pada tahun 2006 oleh pembeli dilakukan pengukuran ulang,
ternyata luasnya hanya 1.000 m 2, sehingga Pemerintah daerah harus
mengembalikan 50 x Rp1.000,00 = Rp50.000,00. Pada tahun 2006 tidak
terjadi lagi penjualan tanah oleh pemda.
Pengembalian pendapatan yang diterima tahun lalu pada umumnya
dibayar oleh BUD maka transaksi ini tidak dibukukan oleh SKPD.
Transaksi tersebut mengurangi ekuitas dana. Pengembalian tersebut dicatat
oleh BUD dengan mendebet SILPA dan mengkredit Kas di Kas Daerah.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 49


Jurnal untuk pengembalian pendapatan pada tahun 2006 tersebut adalah:
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Tidak ada Jurnal

BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

SILPA (Pengembalian 50.000


Pendapatan) 50.000
Kas di Kas Daerah

C. AKUNTANSI BELANJA OPERASI DAN PERSEDIAAN


1. Akuntansi Belanja Operasi
a). Pengertian Akuntansi Belanja
Menurut PP No.24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode
tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah, sedangkan menurut
Permendagri No.13/2006, belanja daerah didefinisikan sebagai
kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemda.
Berdasarkan Permendagri No.13/2006, pengklasifikasian belanja
daerah dibagi menurut fungsi, urusan pemerintahan, organisasi,
program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 50


PSAP No 2 menyebutkan bahwa belanja diakui pada saat terjadinya
pengeluaran kas dari rekening Kas Umum Negara/Daerah. Belanja
diklasifikasikan menurut jenis belanja, organisasi, dan fungsi, yang
digunakan ketika melaksanakan aktivitas. Untuk Pemerintah Pusat,
klasifikasi tersebut mencakup: belanja pegawai, belanja barang, belanja
barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan
belanja lain-lain. Klasifikasi ekonomi untuk Pemerintah Daerah
meliputi belanja pegawai, belanja barang , belanja modal, bunga,
subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja tak terduga.

Dengan demikian, belanja dapat dikelompokkan sebagai berikut:


1) Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan
sehari-hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka
pendek, antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang,
bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial.
2) Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset
tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu
periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain belanja
modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, dan
aset tak berwujud.
3) Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk
kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang
seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan
pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam
rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.
4) Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke
entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh
pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.

Pencatatan atas realisasi belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi


yang ditetapkan dalam anggaran. Artinya, ayat jurnal yang dicatat

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 51


merupakan akun yang tercantum di dalam anggaran yang sudah
ditetapkan sebelumnya. Apabila terjadi koreksi atas pengeluaran
belanja (uangnya diterima kembali) yang terjadi dalam periode yang
sama, maka dicatat sebagai pengurang belanja pada periode tersebut,
sedangkan jika terjadi pada periode berikutnya, maka diakui sebagai
pendapatan lain-lain.

Akuntansi belanja pada SKPKD adalah langkah-langkah teknis yang


harus dilakukan dalam perlakuan akuntansi untuk belanja, bunga,
subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan
belanja tidak terduga.

Akuntansi belanja disusun untuk memenuhi kebutuhan


pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan. Akuntansi belanja juga
dapat dikembangkan untuk keperluan pengendalian bagi manajemen
dengan cara yang memungkinkan pengukuran kegiatan belanja
tersebut. Dalam manajemen anggaran, pada prinsipnya belanja baru
dapat dibayarkan setelah barang/jasa yang dibeli diterima Pemerintah.
Pembayaran belanja dapat dilakukan secara langsung (LS) atau melalui
dana kas kecil yang diberikan kepada para bendahara pengeluaran
yang meliputi akuntansi belanja uang persediaan (UP), ganti uang (GU)
dan tambah uang (TU).

b. Pembayaran langsung
Pembayaran diberikan secara langsung kepada yang berhak jika
jumlah, peruntukan, dan penerimanya sudah pasti. Dokumen sumber
untuk merekam pembayaran ini adalah Surat Perintah Membayar dan
Surat Perintah Pencairan Dana Langsung (SP2D LS).

Contoh: Pembayaran gaji pegawai bulan Juni 2006 dengan SP2D LS


sebesar Rp50 juta. Dari jumlah tersebut terdapat potongan PPh, Askes,

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 52


Taspen, dan Taperum sebesar Rp3 juta.

Jurnal untuk pembayaran gaji pegawai tersebut adalah:

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Belanja Pegawai 50 juta


Piutang dari BUD 50 juta
(Untuk mencatat
belanja pegawai)

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Belanja Pegawai 50juta


Kas di Kas 50 juta
Daerah
(Untuk mencatat
belanja pegawai)

Kas di Kas Daerah 3 juta


Penerimaan PFK 3 juta

Potongan atas pembayaran yang dilakukan pemerintah untuk


kepentingan pihak lain dicatat sebagai penerimaan PFK, sebaliknya
pada saat disetorkan kepada pihak lain yang berhak dicatat sebagai
Penyetoran PFK. Penerimaan dan penyetoran PFK ini bukan transaksi
anggaran tetapi dalam istilah keuangan dikenal sebagai transaksi
transito. Oleh karena itu penerimaan/pengeluaran PFK tidak
disajikan dalam LRA tetapi disajikan dalam Laporan Arus Kas.

Contoh:

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 53


Apabila potongan sebesar Rp3 juta di atas disetor ke Kas Negara akan
dijurnal:
Tanggal Uraian R Debe Kred
ef t it

Pengeluaran PFK 3
Kas di Kas Daerah juta 3
(Untuk mencatat penyetoran juta
PFK)

Apabila terdapat belanja untuk perolehan aset tetap atau aset


lainnya, maka pada saat terjadi pembayaran tidak hanya dilakukan
pencatatan belanja tetapi sekaligus perolehan asetnya. Pencatatan aset
tetap yang diperoleh dapat dilakukan dengan menggunakan jurnal
pendamping yang seringkali dikenal sebagai jurnal korolari.

Contoh:
Dibeli mesin fotocopy seharga Rp60 juta dari PT Tritanu dan sudah
dibayar secara langsung dengan SP2D LS pada tanggal 30 Mei 2006.
Jurnal untuk pembelian mesin fotocopy tersebut adalah:

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Belanja Modal – Peralatan 60


dan Mesin juta 60 juta
Piutang dari BUD
(Untuk mencatat realisasi
belanja modal)

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 54


Peralatan dan Mesin 60
Diinvestasikan dalam juta 60 juta
Aset Tetap
(Untuk mencatat perolehan
mesin fotocopy)

BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Belanja Modal – Peralatan dan 60juta
Mesin
Kas di Kas Daerah 60juta
(Untuk mencatat realisasi
belanja modal

c. Pembayaran melalui Dana Kas Kecil


Dana kas kecil digunakan pemerintah untuk membayar keperluan
sehari-hari perkantoran. Pada dasarnya pemerintah menggunakan
sistem dana tetap. Dana kas kecil ini disebut Uang Persediaan (UP).
Pada saat uang persediaan diberikan kepada para Bendahara
Pengeluaran belum membebani belanja. Belanja baru diakui setelah
pengeluaran tersebut dipertanggungjawabkan dan disahkan oleh unit
perbendaharaan, dalam hal ini Kuasa BUD, ditandai dengan terbitnya
SPM GU atau SPM GU Nihil.

Contoh:
Diberikan uang persediaan sebesar Rp10 juta kepada Sdr. Zulfikar,
Bendahara pengeluaran di Dinas Perindustrian.

Jurnal untuk pemberian uang persediaan tersebut adalah:


No. Uraian Ref Debet Kredit

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 55


Kas di Bendahara Pengeluaran 10juta
Uang Muka dari BUD 10 juta
(Untuk mencatat pemberian
uang muka kerja)

No. Uraian Ref Debet Kredit

Uang Muka Kepada SKPD 10


Kas di Kas Daerah juta 10 juta
(Untuk mencatat pemberian
uang muka kerja)

Pada saat dibelanjakan oleh Bendahara Pengeluaran belum diakui


sebagai belanja. Pada saat dipertanggungjawabkan barulah diakui
sebagai belanja. Dengan sistem dana tetap, maka dalam tahun berjalan
kepada SKPD akan diberikan SP2D GU sebagai pengganti uang yang
telah dibelanjakan sehingga UP di Bendahara Pengeluaran kembali ke
jumlah UP semula.

Contoh:
Dari UP telah dibelanjakan Rp8 juta untuk biaya perjalanan dinas.
Pengeluaran tersebut dipertanggungjawabkan ke SKPKD dan setelah
diverifikasi pengeluaran tersebut disetujui. Selanjutnya diberikan
pengganti dengan menerbitkan SP2D-GU sebesar Rp8 juta.

Jurnal untuk pertanggungjawaban UP serta penggantian tersebut


adalah:

SKPD

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 56


Tanggal Uraian Ref Debe Kredit
t

Belanja Barang 8juta


Piutang dari BUD 8 juta
(Untuk mencatat belanja
perjalanan dinas)

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Belanja Barang 8 juta


Kas di Kas Daerah 8 juta

Dalam hal terdapat kebutuhan pengeluaran kas yang besar, melebihi


UP yang tersedia, SKPD dapat mengajukan permintaan tambahan
uang persediaan (TUP) kepada BUD. Perlakuan akuntansi TUP ini
adalah seperti dana kas kecil dengan sistem dana berfluktuasi. TUP ini
harus dipertanggungjawabkan dalam waktu 1 (satu) bulan. Terhadap
TUP yang telah dipertanggungjawabkan tidak diberikan penggantian.
Sebagai pengesahan atas pertanggungjawaban TUP diterbitkan SP2D
GU Nihil.

Contoh:
Diberikan TUP Rp 25 juta kepada Bendahara Pengeluaan Dinas
Perdagangan.

Jurnal untuk pemberian TUP adalah:


Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 57


Kas di Bendahara juta
Pengeluaran 25 juta
Uang Muka dari BUD
(Untuk mencatat TUP)

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Uang Muka ke SKPD 25 juta


Kas di Kas Daerah 25
(Untuk mencatat TUP) juta

Dari TUP tersebut telah dikeluarkan untuk belanja perjalanan dan telah
dipertanggungjawabkan sebesar Rp20 juta dan telah diterbitkan SP2D
GU Nihil.

SKPD
Jurnal 1 :
Tanggal Uraian R Debet Kredit
ef

Belanja Barang 20
Piutang dari BUD juta 20
(Untuk mencatat belanja juta
perjalanan dinas)

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 58


Tanggal Uraian R Debet Kredit
ef

Uang muka dari BUD 20


Kas di Bendahara juta 20
Pengeluaran juta
(Untuk mencatat belanja
perjalanan dinas)

Tanggal Uraian R Debet Kredit


ef

Belanja Barang juta


Uang Muka ke SKPD 20
juta

Pemerintah pada umumnya mengeluarkan ketentuan tentang batas


akhir penerbitan SP2D GU sebagai pengganti UP yang telah
dikeluarkan oleh Bendahara Pengeluaran. Pertanggungjawaban atas
pengeluaran UP yang telah melewati batas akhir penerbitan SP2D GU
tidak diberikan penggantian kas. Pengesahan atas
pertanggungjawaban pengeluaran akan diterbitkan SP2D GU Nihil.
Sisa UP pada akhir tahun anggaran disetor kembali ke rekening Kas
Umum Daerah. Sebagai bukti penyetoran akan diperoleh Surat Tanda
Setoran (STS). Demikian pula sisa TUP, apabila kegiatan sudah
selesai maka sisa TUP harus disetor kembali ke rekening Kas Umum
Daerah.

Contoh:

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 59


Dari UP sejumlah Rp10 juta telah dibelanjakan Rp9 juta untuk belanja
barang dan jasa. Pengeluaran ini dipertanggungjawabkan pada tanggal
27 Desember 2005. Terhadap pengeluaran ini tidak diberikan
penggantian UP, tetapi diterbitkan SPM dan SP2D GU Nihil.

Jurnal SPM dan SP2D GU Nihil, adalah:


Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Belanja Barang 9 juta


Piutang dari 9
BUD juta

Uang Muka dari BUD 9


Kas di juta 9
Bendahara juta
Pengeluaran

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Belanja Barang juta


Uang muka ke 9
SKPD juta

Terhadap sisa UP akan disetor kembali ke rekening Kas Umum


Daerah.

Contoh:
Sisa UP untuk contoh di atas adalah Rp1 juta. Jumlah tersebut disetor
ke Kas Daerah pada tanggal 2 Januari 2006.
Jurnal untuk setoran sisa UP adalah:

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 60


Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Uang Muka dari BUD 1 juta


Kas di Bendahara 1 juta
Pengeluaran

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Kas di Kas Daerah 1 juta 1 juta


Uang Muka ke
SKPD

d). Akuntansi Penerimaan Kembali Belanja Operasi


Walaupun pembayaran belanja telah dilakukan secara hati-hati, namun
kadang-kadang terjadi kesalahan/kelebihan sehingga ada koreksi atau
penerimaan kembali belanja di kemudian hari. Koreksi atas
pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada
periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja
pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya,
koreksi atas pengeluaran belanja dibukukan dalam Pendapatan lain-
lain PAD.
Contoh:
Pada bulan Juni 2006 diterima kembali belanja pegawai bulan Maret
2006 sejumlah Rp2 juta.

Jurnal untuk penerimaan kembali belanja tersebut adalah:


Tanggal Uraian R Deb Kred
ef et it

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 61


Tanggal Uraian R Debe Kredit
ef t

Kas di Kas Daerah 2


Belanja Pegawai juta 2 juta
(Untuk mencatat penerimaan
kembali belanja pegawai)

Contoh: Pada bulan Juni 2006 diterima pengembalian belanja


perjalanan dinas sejumlah Rp5 juta dari seorang pegawai yang
dibayarkan pada tahun 2005.

Jurnal untuk penerimaan kembali belanja tersebut adalah:


Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Utang kepada BUD 5 juta


Pendapatan lain-lain 5 juta
PAD
(Untuk mencatat
penerimaan kembali
belanja perjalanan dinas
tahun lalu)

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 62


Kas di Kas Daerah 5 juta 5 juta
Pendapatan Lain-lain
PAD
(Untuk mencatat
penerimaan kembali
belanja perjalanan dinas
tahun lalu)

2. Akuntansi Persediaan
a). Pengertian Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah,
dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Dalam upaya memberikan pemahaman yang mendalam terhadap
persediaan, maka perlu diberikan batasan yang dapat dipedomani untuk
dapat mengklasifikasikan suatu aset kedalam kelompok persediaan.
PSAP nomor 5 menyatakan bahwa suatu aset digolongkan kedalam
persediaan apabila:
 Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam
rangka kegiatan operasional pemerintah;
 Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam
proses produksi;
 Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual
atau diserahkan kepada masyarakat.
 Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada
dalam rangka kegiatan pemerintahan;
Dari uraian tersebut diatas persediaan dapat meliputi:
 Barang Konsumsi;

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 63


 Amunisi;
 Bahan untuk pemeliharaan;
 Suku cadang;
 Persediaan untuk tujuan strategis/tujuan berjaga-jaga;
 Pita cukai dan leges;
 Bahan baku;
 Barang dalam proses/setengahjadi;
 Tanah/bangunan untuk dijual/diserahkan kepada masyarakat;
 Hewan dan tanaman untuk dijual/diserahkan kepada
masyarakat.
Dalam suatu transaksi keuangan dimana pengeluaran yang dilakukan
pemerintah ditujukan untuk tujuan cadangan strategis/ berjaga-jaga,
barangbarang yang diperoleh diakui sebagai persediaan. Sebagai
contoh pemerintah membeli bahan bakar minyak sebagai cadangan
energi dan membeli beras untuk cadangan pangan.
Apabila pemerintah membeli hewan dan tanaman untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat antara lain berupa sapi, kuda, ikan,
benih padi, dan bibit tanaman, juga diakui sebagai persediaan.

Persediaan juga mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan


disimpan untuk digunakan, misalnya:
 Barang habis pakai seperti alat tulis kantor
 Barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa
 Barang bekas pakai seperti komponen bekas.

b). Kebijakan Akuntansi Persediaan


Kebijakan akuntansi pos persediaan dalam Laporan Keuangan
mencakup:

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 64


 Pengakuan
 Pengukuran
 Penyajian
 Pengungkapan

 Pengakuan
 Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa
depan diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya
yang dapat diukur dengan andal. Contohnya, barang yang masih
dapat berfungsi dengan baik tentunya akan dapat memberikan
manfaat dibandingkan barang yang telah rusak dan tidak dapat
digunakan lagi. Namun barang tersebut harus dapat diukur dan
dinilai dengan satuan mata uang. Misalnya barang yang dibeli
dengan bukti pembelian yang sah, maka harga belinya
merupakan nilai yang andal untuk barang tersebut.
 Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya
dan/ atau kepenguasaannya berpindah.
 Persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik pada
akhir periode akuntansi. Untuk persediaan bahan baku dan
perlengkapan yang dimiliki proyek swakelola dan dibebankan
ke akun konstruksi dalam pengerjaan, tidak diakui sebagai
persediaan.
 Inventarisasi fisik terhadap persediaan dapat berupa
penghitungan, pengukuran atau penimbangan barang pada akhir
masa pembukuan untuk menghitung jumlah (kuantitas) suatu
persediaan. Kemudian berdasarkan jumlah(kuantitas) tersebut
diperoleh suatu nilai rupiah persediaan yang bersangkutan
untuk dimasukkan ke dalam pembukuan. Inventarisasi fisik
dilakukan pada setiap akhir periode akuntansi.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 65


Berikut ini adalah jurnal yang harus dibuat apabila suatu entitas
menggunakan metode pencatatan persediaan dengan sistem
periodik.

Belanja Barang Persediaan melalui mekanisme UP (Uang


Persediaan).

1. Pencatatan transaksi pembelian persediaan SKPD


Uang Muka dari Kas Daerah Rp xxx

Kas di Bendahara Pengeluaran Rp xxx

BUD Tidak ada jurnal


2. Penerbitan SP2D-GU

Belanja Barang Rp xxx

Piutang dari BUD Rp xxx

Belanja Barang Rp xxx

Kas di Kas Daerah Rp xxx

Belanja Barang Persediaan melalui mekanisme LS (Langsung)

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 66


Pencatatan transaksi Belanja Barang Persediaan
SKPD
Belanja Barang Rp xxx

Piutang dari BUD Rp xxx

BUD
Belanja Barang Rp xxx

Kas di Kas Daerah Rp xxx

Selanjutnya pembelian barang tersebut dicatat dalam buku persediaan


untuk dapat dilakukan pengadministrasian dan penatausahaan dari
barang persediaan dimaksud, sehingga apabila pada akhir periode
dilakukan opname fisik persediaan dapat diketahui nilainya.
Pengurangan dan penggunaan suatu persediaan harus dicatat didalam
buku persediaan sesuai dengan tanggal terjadinya.

Hasil opname fisik terhadap persediaan akan dijurnal sebagai berikut:

Persediaan Rp xxx

Cadangan Persediaan Rp xxx


(Pencatatan saldo persediaan akhir periode akuntansi di SKPD)

 Pengukuran
Nilai persediaan meliputi seluruh belanja yang dikeluarkan sampai
suatu barang persediaan tersebut dapat dipergunakan. Dalam PSAP 5
dalam paragraf 18 dikatakan bahwa persediaan disajikan sebesar:
a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 67


Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya
pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara
langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan
harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan.
Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan
yang terakhir diperoleh. Barang persediaan yang memiliki nilai
nominal yang dimaksudkan untuk dijual, seperti pita cukai, dinilai
dengan biaya perolehan terakhir.
b. Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait
dengan persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang
dialokasikan secara sistematis berdasarkan ukuran-ukuran yang
digunakan pada saat penyusunan rencana kerja dan anggaran.
c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti
donasi/rampasan; Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya
seperti donasi/rampasan.
Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakkan dinilai dengan
menggunakan nilai wajar. Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai
tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak yang memahami dan
berkeinginan melakukan transaksi wajar.

Dari uraian diatas, pengukuran persediaan dapat dilihat pada gambar


berikut ini:

Biaya Persediaan Harga pembelian + biaya


perolehan diperoleh dengan = pengangkutan + biaya
pembelian penanganan – potongan
harga – rabat

Persediaan disajikan sebesar:

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 68


Biaya perolehan, apabila diperoleh dengan pembelian;
Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya
pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung
dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan
sejenis lainnya akan mengurangi biaya perolehan. Nilai pembelian yang
digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh.
Untuk persediaan yang memiliki nilai nominal yang dimaksudkan untuk
dijual, seperti pita cukai, dinilai dengan biaya perolehan terakhir.

Contoh: Dibeli suatu persediaan kertas HVS sebanyak 100 rim dengan
harga Rp. 10.000 /rim, dimana untuk pembeliannya dikenakan biaya angkut
sebesar Rp. 10.000 dan diberikan potongan harga sebesar Rp. 500/rim.
Maka nilai persediaan yang akan dimasukkan kedalam buku persediaan
adalah sebesar:
Harga beli (100 rim x Rp. 10.000) Rp. 1.000.000,-
Biaya angkut Rp. 10.000,
Total harga Rp. 1.010.000,
Dikurangi potongan harga (Rp. 500 x 100) Rp. 50.000,
Nilai persediaan sebesar Rp. 960.000,-

Biaya standar, apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;


Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan
persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan
secara sistematis berdasarkan ukuran-ukuran yang digunakan pada saat
penyusunan rencana kerja dan anggaran.

Nilai wajar, apabiladiperolehdengancaralainnyaseperti donasi/rampasan;


Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakkan dinilai dengan
menggunakan nilai wajar. Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar
aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak yang memahami dan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 69


berkeinginan melakukan transaksi wajar.

 Perhitungan Biaya Persediaan


Biaya persediaan berdasarkan PSAP No.5 harus meliputi semua biaya
pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai
persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual
atau dipakai (present location and condition).
Biaya pembelian persediaan meliputi harga pembelian, bea masuk dan
pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh
organisasi kepada kantor pajak) dan biaya pengangkutan, penanganan
dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada
perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang (trade discount),
rabat dan pos lain yang serupa dapat dikurangkan dalam menentukan
biaya pembelian.

Biaya konversi Persediaan


Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait
dengan unit yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan biaya
overhead variabel yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi dalam
proses konversi bahan menjadi barang jadi. Biaya overhead produksi tetap
adalah biaya produksi tak langsung yang relatif konstan, tanpa
memperhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan
pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik serta biaya manajemen dan
administrasi pabrik. Biaya overhead produksi variabel adalah biaya yang
berubah secara langsung atau hampir secara langsung mengikuti perubahan
volume produksi, seperti bahan tak langsung dan upah tak langsung.

Biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya


tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap
untuk dijual atau dipakai.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 70


Nilai per jenis persediaan dihitung sebagai berikut :
NP = QP x HP
Dimana:
NP : Nilai per jenis persediaan pada tanggal Neraca
QP : Kuantitas/jumlah persediaan pada tanggal
pelaporan ( dalam unit) berdasarkan Laporan
Persediaan
HP : harga pembelian terakhir persediaan ( dalam rupiah
per unit), berdasarkan faktur pembelian.

 Penyajian dan Pengungkapan Persediaan


Persediaan disajikan dalam kelompok aset lancar pada neraca
pemerintah berdasarkan harga perolehan terakhir jika persediaan
diperoleh dengan pembelian, sebesar biaya standar yang dikeluarkan
jika persediaan diproduksi sendiri dan sebesar nilai wajar jika
diperoleh dengan cara lain seperti donasi/rampasan.
Persediaan disajikan didalam neraca dengan akun lawan cadangan
persedian yang merupakan bagian dari ekuitas dana lancar. Kedua
akun tersebut harus disajikan dengan jumlah yang sama (self
balancing).
Persediaan disajikan di neraca sebesar nilai moneternya dan
diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK), berupa:

(a) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran


persediaan;
(b) Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau
perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan masyarakat,
barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses
Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 71
produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses
produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat;
(c) Kondisi persediaan, misalnya persediaan yang masih dapat
dipergunakan atau diperbaiki diberikan catatan (kondisi baik
atau kondisi rusak ringan), sedangkan persediaan dengan
kondisi rusak atau usang diberikan catatan (kondisi rusak berat
atau usang).

Hal-hal lain yang perlu diungkapkan berkaitan dengan


persediaan, misalnya persediaan yang diperoleh melalui hibah atau
rampasan. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki
proyek swakelola dan dibebankan ke suatu perkiraan aset untuk
kontruksi dalam pengerjaan, tidak dimasukkan sebagai persediaan.

D. AKUNTANSI BELANJA MODAL, ASSET TETAP DAN


KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN
1. Akuntansi Belanja Modal dan Asset Tetap
a). Pengertian Asset Tetap
Aktiva Tetap (Aset tetap) merupakan salah satu pos di neraca di
samping aset lancar, investasi jangka panjang, dana cadangan, dan
aset lainnya. Aset tetap mempunyai peranan yang sangat penting
karena mempunyai nilai yang cukup signifikan bila dibandingkan
dengan komponen neraca lainnya. Pengertian Aset Tetap dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) adalah aset
berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Dengan batasan pengertian

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 72


tersebut maka pemerintah harus mencatat suatu aset tetap yang
dimilikinya meskipun aset tetap tersebut digunakan oleh pihak lain.
Pemerintah juga harus mencatat hak atas tanah sebagai aset tetap.
Dalam kasus lain, aset tetap yang dikuasai oleh pemerintah tetapi
tujuan penggunaannya untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah
tidak termasuk dalam pengertian aset tetap karena tidak memenuhi
definisi aset tetap di atas, misalnya aset tetap yang dibeli pemerintah
untuk diserahkan kepada masyarakat.

b). Klasifikasi Aset Tetap


Dalam PSAP 07, aset tetap di neraca diklasifikasikan menjadi enam
akun sebagaimana dirinci dalam penjelasan berikut ini:

 Tanah
Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang
dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam
kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum
dan dalam kondisi siap digunakan. Tanah yang digunakan untuk
bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan tetap dicatat sebagai tanah
yang terpisah dari aset tetap yang dibangun di atas tanah tersebut.

 Peralatan dan Mesin


Peralatan dan mesin yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah
peralatan dan mesin yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah
untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan
oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Aset
tetap yang dapat diklasifikasikan dalam Peralatan dan Mesin ini
mencakup antara lain: alat berat; alat angkutan; alat bengkel dan
alat ukur; alat pertanian; alat kantor dan rumah tangga; alat
studio, komunikasi, dan pemancar; alat kedokteran dan
kesehatan; alat laboratorium; alat persenjataan; komputer; alat

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 73


eksplorasi; alat pemboran; alat produksi, pengolahan, dan
pemurnian; alat bantu eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat
peraga; dan unit peralatan proses produksi.

 Gedung dan Bangunan


Gedung dan bangunan yang dikelompokkan dalam aset tetap
adalah gedung dan bangunan yang dimiliki atau dikuasai oleh
pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap
digunakan. Termasuk dalam jenis gedung dan bangunan ini
antara lain: bangunan gedung, monumen, bangunan menara, dan
rambu-rambu.

 Jalan, Irigasi, dan Jaringan


Jalan, irigasi, dan jaringan yang dikelompokkan dalam aset tetap
adalah jalan, irigasi, dan jaringan yang dimiliki atau dikuasai
oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah
atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi
siap digunakan. Contoh aset tetap yang termasuk dalam
klasifikasi ini mencakup antara lain: jalan dan jembatan,
bangunan air, instalasi, dan jaringan.

 Aset Tetap Lainnya


Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, tetapi
memenuhi definisi aset tetap. Aset tetap lainnya ini dapat
meliputi koleksi perpustakaan/buku dan barang bercorak
seni/budaya/olah raga.

 Konstruksi dalam Pengerjaan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 74


Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang
dalam proses pembangunan, yang pada tanggal neraca belum
selesai dibangun seluruhnya. Konstruksi dalam pengerjaan ini
akan dibahas lebih lanjut dalam modul Akuntansi Konstruksi
dalam Pengerjaan, sehingga dalam modul ini tidak akan dibahas
secara khusus.

2. Pengakuan Dan Pengukuran Asset Tetap


a). Pengakuan Aset Tetap
Sesuai dengan klasifikasi Aset Tetap, suatu aset dapat diakui sebagai
aset tetap apabila berwujud dan memenuhi kriteria :
 Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
 Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
 Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;
 Diperoleh/dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Pemerintah mengakui suatu aset tetap apabila aset tetap tersebut
telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya, dan atau pada
saat penguasaannya berpindah. Oleh karena itu, apabila belum ada
bukti bahwa suatu aset dimiliki atau dikuasai oleh suatu entitas
maka aset tetap tersebut belum dapat dicantumkan di neraca. Prinsip
pengakuan aset tetap pada saat aset tetap ini dimiliki atau dikuasai
berlaku untuk seluruh jenis aset tetap, baik yang diperoleh secara
individual atau gabungan, maupun yang diperoleh melalui
pembelian, pembangunan swakelola, pertukaran, rampasan, atau
dari hibah.
Perolehan aset tetap melalui pembelian atau pembangunan pada
umumnya didahului dengan pengakuan belanja modal yang akan
mengurangi Kas Umum Negara/Daerah. Dokumen sumber untuk
merekam pembayaran ini adalah Surat Perintah Membayar dan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 75


Surat Perintah Pencairan Dana Langsung (SP2D LS). Jurnal
pengakuan belanja modal tersebut adalah:

SKPD

Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit


Belanja Modal xxx
Piutang dari BUD xxx
(Untuk mencatat realisasi
belanja modal)

BUD

Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit


Belanja Modal xxx
Kas di Kas Daerah xxx
(Untuk mencatat realisasi
belanja modal)

Atas belanja modal tersebut, pemerintah akan memperoleh aset tetap yang
harus disajikan di neraca. Untuk memunculkan aset tetap di neraca dapat
dilakukan dengan cara membuat jurnal pendamping (korolari). Jurnal
korolari ini merupakan jurnal ikutan untuk setiap transaksi pendapatan,
belanja, atau pembiayaan yang mempengaruhi pos-pos neraca.

Jurnal korolari untuk pengakuan perolehan aset tetap adalah sebagai


berikut:
SKPD

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 76


Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Tanah xxx
Peralatan dan Mesin xxx
Jalan, Irrigáis, dan Jaringan xxx
Aset Tetap Lainnya xxx
Konstruksi dalam Pengerjaan xxx
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
(Untuk mencatat perolehan semua
jenis aset tetap)

Jurnal ini merupakan jurnal korolari atau ikutan pada saat


mengakui belanja modal untuk mengakui penambahan aset tetap yang
bersangkutan.

Perolehan Aset Tetap


Pembelian. Dinas ABC membeli papan tulis elektronik untuk ruang
meeting dengan harga Rp3.000.000 dan ditambah biaya lainnya yang
terdiri dari biaya pengangkutan dan biaya instalasi masing-masing
Rp100 ribu. Oleh karena itu Dinas ABC akan mencatat nilai papan tulis
elektronik tersebut sebesar Rp3.200.000 juta.
Jurnal untuk mencatat pembelian papan tulis elektronik adalah (1)
mengakui adanya realisasi belanja modal yang dibayarkan dari kas (di
bendahara pengeluaran) dan (2) mengakui adanya tambahan aset tetap
berupa peralatan kantor.

SKPD

Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit


Belanja Modal 3.200.000
Piutang dari BUD 3.200.000
(Untuk mencatat realisasi

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 77


belanja modal)

BUD

Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit


Belanja Modal 3.200.000
Kas di Kas Daerah 3.200.000
(Untuk mencatat realisasi
belanja modal)
SKPD

Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit


Peralatan 3.200.000
Diinvestasikan dalam 3.200.000
Aset Tetap
(Untuk mencatat perolehan
semua jenis aset tetap)

b). Pengukuran Aset Tetap


Aset tetap yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah harus dinilai
atau diukur untuk dapat dilaporkan dalam neraca. Menurut SAP,
aset tetap yang diperoleh atau dibangun secara swakelola dinilai
dengan biaya perolehan. Secara umum, yang dimaksud dengan
biaya perolehan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh aset tetap sampai dengan aset tetap tersebut dalam
kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan. Hal ini dapat
diimplementasikan pada aset tetap yang dibeli atau dibangun secara
swakelola. Aset tetap yang tidak diketahui harga perolehannya
disajikan dengan nilai wajar. Nilai wajar adalah nilai tukar aset
tetap dengan kondisi yang sejenis di pasaran pada saat penilaian.
Aset tetap yang berasal dari hibah, yang tidak diketahui harga

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 78


perolehannya, pemerintah dapat menggunakan nilai wajar pada saat
perolehan.

Komponen biaya yang dapat dimasukkan sebagai biaya perolehan


suatu aset tetap terdiri dari:
 harga beli,
 bea impor,
 biaya persiapan tempat,
 biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan
bongkar muat (handling cost),
 biaya pemasangan (instalation cost),
 biaya profesional seperti arsitek dan insinyur, serta
 biaya konstruksi (biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan
baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan
dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan,
dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan
pembangunan aset tetap tersebut).
Yang tidak termasuk komponen biaya aset tetap adalah:
 Biaya administrasi dan biaya umum lainnya sepanjang biaya
tersebut tidak dapat diatribusikan secara langsung pada biaya
perolehan aset atau membawa aset ke kondisi kerjanya.
 Biaya permulaan (start-up cost) dan pra-produksi serupa
kecuali biaya tersebut perlu untuk membawa aset ke kondisi
kerjanya.

Untuk pemerintah yang baru pertama kali akan menyusun neraca,


perlu ada pendekatan yang sedikit berbeda untuk mencantumkan
nilai aset tetapnya di neraca. Pendekatan tersebut adalah
menggunakan nilai wajar aset tetap pada saat neraca tersebut
disusun. Misalnya nilai tanah pada saat perolehannya tahun 1985

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 79


adalah Rp200.000.000,00. Pada waktu akan menyusun neraca awal
tahun 2005, tanah tersebut dinilai dengan nilai wajarnya, misalkan
dengan NJOP (Nilai Jual Obyek Pajak), ternyata nilainya adalah
Rp350.000.000,00. Dengan demikian nilai tanah yang akan
dicantumkan di neraca adalah Rp350.000.000,00. Penjelasan
tentang bagaimana cara penyusunan neraca awal ini dapat dilihat
lebih lanjut dalam Buletin Teknis SAP No. 1 tentang Penyusunan
Neraca Awal Pemerintah Pusat dan Buletin Teknis SAP No. 2
tentang Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Daerah. Penilaian
dengan menggunakan nilai wajar ini dapat dibatasi untuk nilai
perolehan aset tetap yang secara material berbeda dengan nilai
wajarnya atau yang diperoleh lebih dari satu tahun sebelum tanggal
penyusunan neraca awal. Aset tetap yang diperoleh setelah neraca
awal disajikan dinilai dengan harga perolehannya. Dengan
demikian transaksi perolehan aset estela disusunnya neraca yang
pertama kali dicatat berdasarkan harga perolehannya.

Contoh Kasus Perolehan Tanah


Pemerintah Daerah X membeli tanah dengan harga Rp
30.000.000.000,00, dimana di atasnya berdiri bangunan senilai Rp
10.000.000.000,00 m. Untuk membuat tanah tersebut siap
digunakan maka harus dikeluarkan lagi biaya untuk pembongkaran
bangunan sebesar Rp 2.000.000.000,00, pematangan tanah Rp
1.000.000.000,00, dan balik nama Rp 1.000.000.000,00. Harga
perolehan tanah ini adalah sebesar Rp 34.000.000.000
(30.000.000.000 + 2.000.000.000 + 1.000.000.000 +
1.000.000.000).

SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Tanah 34 M

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 80


Diinvestasikan dalam 34 M
Aset Tetap
(Untuk mencatat
perolehan Tanah)

Perolehan Secara Gabungan


Ada kalanya aset tetap diperoleh secara gabungan. Yang dimaksud
dengan gabungan di sini adalah perolehan beberapa aset tetap
namun harga yang tercantum dalam faktur adalah harga total
seluruh aset tetap tersebut. Cara penilaian masing-masing aset tetap
yang diperoleh secara gabungan ini adalah dengan menghitung
berapa alokasi nilai total tersebut untuk masingmasing aset tetap
dengan membandingkannya sesuai dengan nilai wajar masing-
masing aset tetap tersebut di pasaran.

Contoh Kasus Perolehan Secara Gabungan


Pemerintah Daerah X membeli 1 buah meja rapat dan 10 buah
kursi dengan harga Rp 15.000.000,00. Harga pasar meja Rp
10.000.000,00, sedangkan 1 buah kursi Rp 1.000.000. Atas
transaksi ini harga perolehan meja dicatat dengan nilai sebesar Rp
7.500.000,00 (10/20 x 15), sedangkan kursi masingmasing dicatat
dengan nilai Rp 750.000 (1/20 x 15). Jurnal untuk mencatat
transaksi ini adalah sbb:

SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 81


Peralatan dan Mesin 15juta
Diinvestasikan dalam Aset 15 juta
Tetap
(Untuk mencatat perolehan
peralatan dan mesin)

Pertukaran Aset Tetap


Pemerintah dimungkinkan untuk saling bertukar aset tetap baik yang
serupa maupun yang tidak. Permasalahan utama apabila suatu aset
dipertukarkan adalah bagaimana cara penilaiannya. Apabila aset tetap
ditukar dengan aset tetap yang yang tidak serupa atau aset lainnya,
maka aset tetap yang baru diperoleh tersebut dinilai berdasarkan nilai
wajarnya, yang terdiri atas nilai aset tetap yang lama ditambah
jumlah uang yang harus diserahkan untuk mendapatkan aset tetap
baru tersebut. Misal aset tetap Pemda A berupa sepeda motor senilai
Rp10.000.000,00 ditukar dengan aset tetap Pemda B berupa mesin
fotocopy dengan nilai Rp7.500.000,00 dan memperoleh tambahan
kas sebesar Rp2.000.000,00. Atas pertukaran tersebut, Pemda A
mencatat penghapusan motor senilai Rp10.000.000,00, penambahan
kas karena pendapatan lain-lain senilai Rp2.000.000,00, dan
perolehan mesin foto copy senilai Rp7.500.000,00. Sedangkan
Pemda B mencatat penghapusan aset tetap mesin fotocopy senilai
Rp7.500.000,00, pengurangan kas karena belanja modal senilai
Rp2.000.000,00 dan perolehan aset tetap berupa sepeda motor
dengan nilai Rp9.500.000,00. Apabila suatu aset tetap ditukar dengan
aset yang serupa, yang memiliki manfaat yang serupa dan memiliki
nilai wajar yang serupa, atau kepemilikan aset yang serupa, maka
tidak ada keuntungan dan kerugian yang diakui dalam transaksi ini.
Biaya aset yang baru diperoleh dicatat sebesar nilai tercatat (carrying
amount) atas aset yang dilepas.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 82


Contoh transaksi untuk kasus ini adalah komputer senilai
Rp7.000.000,00 ditukar dengan komputer yang sama dan senilai,
maka pencatatan yang harus dilakukan adalah menghapus komputer
yang lama senilai Rp7.000.000,00 dan mencatat perolehan komputer
yang baru senilai Rp7.000.000,00.

Aset Donasi
Donasi merupakan sumbangan kepada pemerintah tanpa persyaratan.
Aset Tetap yang diperoleh dari donasi (sumbangan) harus dicatat
sebesar nilai wajar pada saat perolehan. Donasi/hibah baik dalam
bentuk uang maupun barang dicatat sebagai pendapatan hibah dan
harus dilaporkan dalam laporan realisasi anggaran. Jika donasi/hibah
ini dalam bentuk uang tidak akan terjadi permasalahan. Lain halnya
dengan hibah dalam bentuk barang. Perlakuan untuk hibah dalam
bentuk barang ini adalah dengan menganggap seolah-olah ada uang
kas masuk sebagai pendapatan hibah, kemudian uang tersebut
dibelanjakan aset tetap yang bersangkutan. Untuk keperluan
administrasi anggaran akan diterbitkan Surat Perintah Pencairan
Dana (SP2D) pengesahan sebesar nilai barang yang diterima. Dengan
demikian, jurnal yang harus dibuat meliputi 3 jurnal yaitu pengakuan
pendapatan, belanja modal, dan jornal pengakuan aset tetap. Jurnal
pengakuan pendapatan dan belanja modal akan mempengaruhi
laporan realisasi anggaran, sedangkan jurnal pengakuan aset
mempengaruhi neraca.

Contoh Kasus Hibah Dalam Bentuk Barang


Pemerintah Daerah X mendapat hibah dari perusahaan Y berupa 1
buah mobil dengan nilai wajar sebesar Rp100.000.000,00. Oleh
Pemda X transaksi ini diakui sebagai pendapatan hibah di LRA
sebesar Rp100.000.000,00, belanja modal di LRA sebesar

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 83


Rp100.000.000, dan penambahan aset tetap di neraca sebesar
Rp100.000.000,00. Jurnal untuk transaksi ini adalah:

SKPD:
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Utang kepada BUD 100 juta
Pendapatan Hibah 100 juta
(Untuk mencatat
pendapatan hibah)

BUD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Kas di Kas Daerah 100 juta
Pendapatan Hibah 100 juta
(Untuk mencatat setoran
pendapatan hibah)

SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Belanja Modal-Peralatan 100 juta
dan Mesin
Piutang dari BUD 100 juta
(Untuk mencatat realisasi
belanja modal)

BUD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Belanja Modal-Peralatan 100 juta
dan Mesin
Kas di Kas Daerah 100 juta
(Untuk mencatat realisasi
belanja modal)

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 84


SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Peralatan dan Mesin 100 juta
Diinvestasikan dalam Aset 100 juta
Tetap
(Untuk mencatat perolehan
peralatan dan mesin)

Aset Bersejarah
Aset bersejarah merupakan aset tetap yang dimiliki atau dikuasai oleh
pemerintah yang karena umur dan kondisinya aset tetap tersebut harus
dilindungi oleh peraturan yang berlaku dari segala macam tindakan
yang dapat merusak aset tetap tersebut. Lazimnya, suatu aset tetap
dikategorikan sebagai aset bersejarah jika mempunyai bukti tertulis
sebagai barang/bangunan bersejarah.
Barang/bangunan peninggalan sejarah tersebut sulit ditaksir nilai
wajarnya. Oleh karena itu dalam SAP diatur bahwa aset bersejarah
tidak disajikan di neraca tetapi cukup diungkapkan dalam Catatan atas
Laboran Keuangan (CaLK). Pengungkapan ini pun hanya
mencantumkan kuantitas fisiknya saja tanpa nilai perolehannya.
Apabila aset bersejarah tersebut masih dimanfaatkan untuk
operasional pemerintah, misalnya untuk ruang perkantoran, maka
perlakuannya sama seperti aset tetap lainnya, yaitu dicantumkan di
neraca dengan nilai wajarnya.

c). Perlakuan Asset Tetap Setelah Perolehan


1). Pengeluaran Setelah Perolehan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 85


Aset tetap diperoleh pemerintah dengan maksud untuk digunakan
dalam kegiatan operasional pemerintahan. Aset tetap bagi
pemerintah, di satu sisi merupakan sumberdaya ekonomi, di sisi
lain merupakan suatu komitmen, artinya di kemudian hari
pemerintah wajib memelihara atau merehabilitasi aset tetap yang
bersangkutan. Pengeluaran belanja untuk aset tetap setelah
perolehan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu belanja untuk
pemeliharaan dan belanja untuk peningkatan.
Belanja pemeliharaan dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi
aset tetap tersebut sesuai dengan kondisi awal. Sedangkan belanja
untuk peningkatan adalah belanja yang memberi manfaat ekonomik
di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas,
masa manfaat, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja.
Pengeluaran yang dikategorikan sebagai pemeliharaan tidak
berpengaruh pada nilai aset tetap yang bersangkutan. Sedangkan
pengeluaran yang memberi manfaat ekonomik di masa yang akan
datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau
peningkatan standar kinerja merupakan belanja modal, harus
dikapitalisasi untuk menambah nilai aset tetap tersebut.

Misalnya Pemda A mempunyai sebuah komputer yang dibeli tahun


2004 dengan nilai perolehan Rp5.000.000,00. Setiap tahun
dikeluarkan biaya pemeliharaan sebesar Rp200.000,00. Setelah
biaya pemeliharaan tersebut dikeluarkan, nilai komputer tetap
Rp5.000.000,00. Pada tahun 2005 komputer tersebut di upgrade
dengan biaya Rp500.000,00. Atas biaya upgrade yang dapat
meningkatkan kapasitas komputer tersebut, maka nilai komputer
menjadi Rp5.500.000,00.

2). Pengukuran Berikutnya Terhadap Pengakuan Awal

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 86


Sebagaimana telah dijelaskan di atas, seiring dengan semakin
lamanya digunakan, aset tetap selain tanah akan mengalami
penurunan manfaat karena aus atau rusak karena pemakaian.
Dalam rangka penyajian nilai wajar terhadap aset-aset tersebut
dapat dilakukan penyusutan. Selain itu aset tetap juga dapat
direvaluasi, dihentikan penggunaannya, atau dilepaskan.

3). Penyusutan
Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan
penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset. Selain tanah dan
konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan
sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Penyusutan ini
bukan untuk alokasi biaya sebagaimana penyusutan di sektor
komersial, tetapi untuk menyesuaikan nilai sehingga dapat
disajikan secara wajar. Pengertian ini berdampak pada jurnal yang
harus dibuat pada saat mengakui penyusutan, dimana tidak ada
pengakuan beban penyusutan melainkan hanya penurunan nilai
aset.
Jurnal punyusutan aset tetap ini dibuat di akhir tahun. Berbeda
dengan di sektor bisnis yang mencatat akun biaya penyusutan di
sisi debit dan akumulasi penyusutan di sisi kredit, dalam akuntansi
pemerintahan biaya penyusutan tidak dicatat karena biaya atau
belanja harus berupa pengeluaran kas.
Penyusutan sendiri bukanlah berupa pengeluaran kas atau tidak
memiliki konsekuensi terhadap posisi kas. Penyusutan dalam
akuntansi pemerintahan dianggap sebagai pengurang dari ekuitas
dana, yakni akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap, sementara di
sisi kredit dicatat akumulasi penyusutan sesuai dengan nama aset
tetap bersangkutan. Hal ini dinyatakan pada paragraf 54:

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 87


Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan dengan berbagai metode
yang sistematis sesuai dengan masa manfaat.
Nilai penyusutan untuk masing-masing periode dicatat dengan cara
mengurangi nilai tercatat aset tetap dan akun Diinvestasikan dalam
Aset Tetap. Jurnal standar untuk penyusutan adalah sebagai berikut:

SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Diinvestasikan dalam Aset xxx
Tetap
Akumulasi Penyusutan xxx
(Untuk mencatat penyusutan)

Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan dengan berbagai metode


yang sistematis sesuai dengan masa manfaat. Metode penyusutan
yang digunakan harus dapat menggambarkan manfaat ekonomik
atau kemungkinan jasa (service potential) yang akan mengalir ke
pemerintah. Metode Penyusutan yang dapat diterapkan sesuai
dengan PSAP 07 adalah:
 Metode garis lurus (straight line method); atau
 Metode saldo menurun ganda (double declining method); atau
 Metode unit produksi (unit of production method)

Penerapan dari masing-masing metode ini dapat digambarkan


melalui contoh berikut:

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 88


Sebuah mesin foto copy yang dibeli dengan harga Rp10.000.000,00
dan diperkirakan mempunyai masa manfaat selama 4 tahun dan
kapasitasnya mampu memfotocopy sebanyak 100.000 lembar.
Penyusutan yang dapat dihitung setiap tahun dari mesin ini adalah
sebagai berikut:

Metode garis lurus


Tahun I : Rp10.000.000,00 : 4 = Rp2.500.000,00
Jurnal:

SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Diinvestasikan dalam Aset 2.500.000
Tetap
Akumulasi Penyusutan 2.500.000
(Untuk mencatat penyusutan)

Penghitungan dan jurnal yang sama harus dilakukan untuk 3 tahun


berikutnya sehingga nilai dari mesin tersebut pada akhir tahun ke 4 adalah
Rp1,00

Metode saldo menurun ganda


Persentase penyusutan per tahun = 2 x (100/4) = 50%
Tahun I : Rp10.000.000,00 x 50% = Rp5.000.000,00

SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Diinvestasikan dalam Aset 5.000.000
Tetap
Akumulasi Penyusutan 5.000.000
(Untuk mencatat penyusutan)

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 89


Tahun II : (Rp10.000.000,00 - 5.000.000,00) x 50% = Rp2.500.000,00
Jurnal:
SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Diinvestasikan dalam Aset 2.500.000
Tetap
Akumulasi Penyusutan 2.500.000
(Untuk mencatat penyusutan)

Tahun III : (Rp5.000.000,00 – 2.500.000,00) x 50% = Rp1.250.000,00

Jurnal:
SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Diinvestasikan dalam Aset 1.250.000
Tetap
Akumulasi Penyusutan 1.250.000
(Untuk mencatat penyusutan)

Tahun IV : (Rp2.500.000,00 – 1.250.000,00) = Rp1.250.000,00


(pembulatan)
Jurnal:
SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Diinvestasikan dalam Aset 1.250.000
Tetap
Akumulasi Penyusutan 1.250.000
(Untuk mencatat penyusutan)

Metode unit produksi

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 90


Persentase penyusutan per tahun tergantung dari jumlah produksi pada
tahun tersebut.

Tahun I : Produksi 30.000 lembar


Penyusutan = (30.000/100.000) x Rp10.000.000,00 = Rp3.000.000,00

Jurnal:
SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Diinvestasikan dalam Aset 3.000.000
Tetap
Akumulasi Penyusutan 3.000.000
(Untuk mencatat penyusutan)

Tahun II dan seterusnya penyusutan dihitung berdasarkan produksi


pada tahun tersebut, dan penyusutan tersebut harus terus dilakukan
meskipun telah melewati umur teknisnya.

4). Penilaian Kembali (Reevaluation)


Dalam hal terjadi perubahan harga secara signifikan, pemerintah
dapat melakukan penilaian kembali atas aset tetap yang dimiliki.
Hal ini diperlukan agar nilai aset tetap pemerintah yang ada saat ini
mencerminkan nilai wajar sekarang. SAP mengatur bahwa
pemerintah dapat melakukan penilaian kembali (reevaluation)
sepanjang reevaluasi tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan
pemerintah yang berlaku secara nasional misalkan undang-undang,
peraturan pemerintah, atau peraturan presiden.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 91


Apabila reevaluasi telah dilakukan maka nilai aset tetap yang ada di
neraca harus disesuaikan dengan cara menambah/mengurangi nilai
tercatat dari setiap aset tetap yang bersangkutan dan akun
Diinvestasikan dalam Aset Tetap sesuai dengan selisih antara nilai
hasil reevaluasi dengan nilai tercatat.
Jurnal standar untuk mencatat hasil reevaluasi adalah:
a. Bila nilai reevaluasi lebih kecil daripada nilai tercatat, misalnya
untuk tanah

SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Diinvestasikan dalam Aset 3.000.000
Tetap
Tanah 3.000.000
(Untuk mencatat reevaluasi)

b. Bila nilai revaluasi lebih besar daripada nilai tercatat, misalnya:


SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Tanah 3.000.000
Diinvestasikan dalam 3.000.000
Aset Tetap
(Untuk mencatat reevaluasi)

5). Penghentian Dan Pelepasan


Bila aset tetap sudah rusak berat dan tidak dapat digunakan lagi maka
aset tetap tersebut akan dihapuskan dari pembukuan. Proses
penghapusan seringkali memerlukan waktu yang lama, maka sementara
menunggu surat keputusan penghapusan terbit aset yang rusak atau

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 92


tidak dapat digunakan lagi dipindahkan dari kelompok aset tetap
menjadi akun Aset Lain-lain dalam kelompok aset lainnya di neraca
dan diungkapkan dalam CaLK. Hal yang sama diterapkan untuk aset
tetap yang karena alasan lain juga tidak digunakan secara aktif lagi
dalam operasional pemerintah meskipun tidak dalam kondisi rusak
berat.
Jurnal standar untuk penghentian aset tetap dari penggunaannya adalah
sebagaiberikut:

SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
Peralatan dan Mesin xxx
Aset Lainnya xxx
Diinvestasikan dalam Aset xxx
Lainnya
(Untuk mencatat penghentian
aset tetap)

Apabila suatu aset tetap telah dilepaskan atau secara permanen


dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomik masa yang
akan datang, berarti aset tetap tersebut tidak lagi memenuhi definisi
aset tertap sehingga harus dihapuskan. Jika aset tetap tersebut telah
dihapuskan melalui surat keputusan penghapusan, maka aset tetap
tersebut harus dieliminasi dari neraca dan diungkapkan dalam CaLK.
Jurnal standar untuk mencatat transaksi tersebut adalah sbb:

SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 93


Peralatan dan Mesin xxx
(Untuk mencatat pelepasan aset tetap)

Jika pelepasan aset tetap menghasilkan penerimaan kas, misalnya dijual


atau ditukar-tambahkan, maka terdapat tambahan jurnal untuk
penerimaan kas dan adanya pendapatan berupa PAD, yakni akun Lain-
lain PAD yang Sah. Jurnal untuk mencatat pengurangan aset tetap
dan penerimaan pendapatan dari hasil pelepasan aset tetap adalah:
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
Peralatan – Komputer
Kas di Bendahara Penerimaan xxx
Lain-lain PAD yang sah xxx
xxx

d). Penyajian Dan Pengungkapan Asset Tetap


1). Penyajian
Penyajian aset tetap dalam lembar muka neraca adalah sebagai
berikut:
Aset
Aset Tetap
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Tanah xxx
Peralatan dan Mesin xxx
Gedung dan Bangunan xxx
Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan xxx
Akumulasi Penyusutan (xxx)

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 94


Total Aset Tetap xxx

Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit


Ekuitas Dana xxx
Ekuitas Dana Investasi xxx
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
Total Ekuitas Dana Investasi xxx

Akumulasi Penyusutan disajikan dalam angka negatif untuk


mengurangi total nilai aset tetap. Jumlah total aset tetap harus sama
dengan nilai akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap.

2). Pengungkapan
Selain disajikan pada lembar muka neraca, aset tetap juga harus
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Pengungkapan ini sangat penting sebagai penjelasan tentang hal-hal
penting yang tercantum dalam neraca. Tujuan pengungkapan ini
adalah untuk meminimalisasi kesalahan persepsi bagi pembaca
laporan keuangan. Dalam CaLK harus diungkapkan untuk masing-
masing jenis aset tetap sbb:
 Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat;
 Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan: penambahan, pelepasan, akumulasi penyusutan dan
perubahan nilai jika ada, dan mutasi aset tetap lainnya.
 Informasi penyusutan meliputi: nilai penyusutan, metode
penyusutan yang digunakan, masa manfaat atau tarif penyusutan
yang digunakan, serta nilai tercatat bruto dan akumulasi
penyusutan pada awal dan akhir periode.
Selain itu, dalam CaLK juga harus diungkapkan:
 Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 95


 Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset
tetap
 Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi
 Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap

3). Lampiran
Nilai aset tetap yang ada dalam neraca merupakan gabungan dari
seluruh aset tetap yang dimiliki atau dikuasai oleh suatu pemerintah.
Apabila pembaca laporan keuangan ingin mengetahui rincian aset
tetap tersebut, maka laporan keuangan perlu lampiran tentang Daftar
Aset yang terdiri dari nomor kode aset tetap, nama aset tetap,
kuantitas aset tetap, dan nilai aset tetap.

3. Kosntruksi Dalam Pengerjaan


a). Pengertian Konstruksi Dalam Pengerjaan
Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan ini disusun untuk
memudahkan pemahaman terhadap Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan Nomor 08 Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan.
Aset tetap pemerintah yang berupa gedung, bangunan, dan
infrastruktur pada umumnya diperoleh dengan cara pembangunan.
Pembangunan ini dapat dikerjakan oleh pihak ketiga (kontraktor)
atau secara swakelola. Pembangunan aset tetap ini pada umumnya
dilakukan selama jangka waktu tertentu. Suatu entitas akuntansi yang
melaksanakan pembangunan aset tetap, baik untuk dipakai dalam
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan/atau masyarakat, baik
pelaksanaan pembangunannya dilakukan secara swakelola atau oleh
pihak ketiga wajib menerapkan standar ini.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 96


Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam
proses pembangunan. Pembangunan aset tersebut dapat dikerjakan
sendiri (swakelola) maupun dengan menggunakan jasa pihak ketiga
melalui kontrak konstruksi. Kontrak konstruksi adalah perikatan yang
dilakukan secara khusus untuk konstruksi suatu aset atau suatu
kombinasi yang berhubungan erat satu sama lain atau saling
tergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan
atau penggunaan utama.
Pihak ketiga yang melaksanakan pembangunan aset biasa disebut
dengan kontraktor. Kontraktor adalah suatu entitas yang mengadakan
kontrak untuk membangun aset atau memberikan jasa konstruksi
untuk kepentingan entitas lain sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan dalam kontrak konstruksi.
Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin,
gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap
lainnya yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya
membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai.
Perolehan melalui kontrak konstruksi pada umumnya memerlukan
suatu periode waktu tertentu. Periode waktu perolehan tersebut bisa
kurang atau lebih dari satu periode akuntansi. Perolehan aset dapat
dilakukan dengan membangun sendiri (swakelola) atau melalui pihak
ketiga dengan kontrak konstruksi.

Kontrak Konstruksi
Kontrak konstruksi adalah perikatan yang dilakukan secara khusus
untuk konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset yang
berhubungan erat atau saling tergantung satu sama lain dalam hal
rancangan, teknologi, fungsi atau tujuan, dan penggunaan utama.
Kontrak seperti ini misalnya konstruksi jaringan irigasi.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 97


Kontrak konstruksi dapat meliputi:
 kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan
perencanaan konstruksi aset, seperti jasa arsitektur;
 kontrak untuk perolehan atau konstruksi aset;
 kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan
pengawasan konstruksi aset yang meliputi manajemen konstruksi
dan value engineering;
 kontrak untuk membongkar atau merestorasi aset dan restorasi
lingkungan.

Penyatuan Dan Segmentasi Kontrak Konstruksi


Suatu kontrak konstruksi dapat saja untuk perolehan satu jenis aset
atau mencakup sejumlah aset. Apabila suatu kontrak konstruksi
mencakup perolehan sejumlah aset, dimana komponen-komponen
aset tersebut dapat diidentifikasikan secara terpisah atau suatu
kelompok aset secara bersama maka untuk setiap komponen atau
suatu kelompok aset tersebut dapat diperlakukan sebagai suatu
kontrak konstruksi.
Jika suatu kontrak konstruksi mencakup sejumlah aset, konstruksi
dari setiap aset diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi yang
terpisah apabila semua syarat di bawah ini terpenuhi:
 Proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset;
 Setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah dan kontraktor serta
pemberi kerja dapat menerima atau menolak bagian kontrak yang
berhubungan dengan masing-masing aset tersebut;
 Biaya masing-masing aset dapat diidentifikasikan.
Suatu kontrak dapat berisi klausul yang memungkinkan konstruksi
aset tambahan atas permintaan pemberi kerja atau dapat diubah
sehingga konstruksi aset tambahan dapat dimasukkan ke dalam

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 98


kontrak tersebut. Konstruksi tambahan diperlakukan sebagai suatu
kontrak konstruksi terpisah jika:
 aset tambahan tersebut berbeda secara signifikan dalam rancangan,
teknologi, atau fungsi dengan aset yang tercakup dalam kontrak
semula; atau
 harga aset tambahan tersebut ditetapkan tanpa memperhatikan
harga kontrak semula.
b). Pengakuan Konstruksi Dalam Pengerjaan
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam
Pengerjaan jika:
 besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan
datang berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh;
 biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal; dan
 aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.
Konstruksi Dalam Pengerjaan diklasifikasikan sebagai aset tetap
karena biasanya merupakan aset yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam operasional pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat
dalam jangka panjang.
Penyelesaian suatu konstruksi pada umumnya membutuhkan waktu
yang relatif panjang dan menyerap dana yang relatif besar. Oleh
karena itu pembayaran untuk kontrak konstruksi biasanya dilakukan
melalui termin.Tagihan suatu termin dapat dilakukan jika suatu
tahapan pekerjaan sebagaimana diatur dalam kontrak konstruksi
sudah selesai dikerjakan. Porsi pekerjaan yang telah diselesaikan ini
akan diserahkan kepada pemberi kerja (pemerintah) dan disiapkan
dokumen berita acara serah terima pekerjaan.
Berdasarkan berita acara tersebut akan dilakukan pembayaran.
Demikian mekanisme yang akan terjadi pada termin-termin

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 99


berikutnya sampai kontruksi ini selesai dikerjakan. Setiap terjadi
pembayaran akan diakui adanya penambahan aset tetap berupa
Konstruksi Dalam Pekerjaan. Pengakuan aset ini dapat dilakukan
melalui jurnal korolari.
Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke pos aset tetap yang
bersangkutan jika kriteria berikut ini terpenuhi:
 Konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan; dan
 Dapat memberikan manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan;
Suatu Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke aset tetap yang
bersangkutan setelah pekerjaan konstruksi tersebut dinyatakan selesai
dan siap digunakan sesuai dengan tujuan perolehannya.
Contoh : Pada tanggal 10 Maret 2007 dilakukan pembayaran termin I
pembangunan Gedung dengan nilai Rp300.000.000. Jurnal untuk
mencatat transaksi ini adalah:

SKPD:
Uraian Debet Kredit
Belanja Modal Gedung dan Rp 300.000.000
Bangunan
Piutang dari BUD Rp 300.000.000
Konstruksi dalam Pengerjaan Rp 300.000.000
Diinvestasikan dalam Rp 300.000.000
Aset Tetap

BUD:
Uraian Debet Kredit
Belanja Modal Gedung dan Rp 300.000.000
Bangunan
Kas di Kas Daerah Rp 300.000.000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 100


Pada tanggal 30 Mei 2007 Gedung tersebut telah selesai dibangun dan
telah diserahterimakan. Total biaya yang telah dikeluarkan yang dapat
dikapitalisasi adalah Rp1.000.000.000. Transaksi ini dicatat dengan
jurnal sebagai berikut:

SKPD:
Uraian Debet Kredit
Belanja Modal gedung dan Rp700.000.000
Bangunan
Piutang dari BUD Rp700.000.000
Diinvestasikan dalam Aset Rp300.000.000
Tetap
Konstruksi dalam Rp300.000.000
Pengerjaan
Gedung dan Bangunan Rp1.000.000.000
Diinvestasikan dalam Rp1.000.000.000
Aset Tetap

BUD:
Uraian Debet Kredit
Belanja Modal Gedung dan Rp 700.000.000
Bangunan
Kas di Kas Daerah Rp 700.000.000

c). Pengukuran Konstruksi Dalam Pengerjaan


Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya perolehan yang
meliputi biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang dapat
diatribusikan langsung ke dalam konstruksi sehubungan dengan
pengerjaan pembangunan aset dimaksud.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 101


Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kegiatan
konstruksi antara lain meliputi:
 Biaya pekerja lapangan termasuk penyelia;
 Biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi;
 Biaya pemindahan sarana, peralatan, dan bahan-bahan dari dan ke
lokasi pelaksanaan konstruksi;
 Biaya penyewaan sarana dan peralatan;
 Biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung
berhubungan dengan konstruksi.
Biaya-biaya yang dapat diatribusikan ke kegiatan konstruksi pada
umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi tertentu meliputi:
 Asuransi;
 Biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung
berhubungan dengan konstruksi tertentu;
 Biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan
konstruksi yang bersangkutan seperti biaya inspeksi.
Biaya semacam itu dialokasikan dengan menggunakan metode yang
sistematis dan rasional dan diterapkan secara konsisten pada semua
biaya yang mempunyai karakteristik yang sama. Metode alokasi
biaya yang dianjurkan adalah metode rata-rata tertimbang atas dasar
proporsi biaya langsung.
Apabila pembangunan dilaksanakan sendiri (swakelola) maka nilai
konstruksi antara lain meliputi:
 biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi;
 biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan
dapat dialokasikan ke konstruksi tersebut; dan
 biaya lain yang secara khusus dibayarkan sehubungan konstruksi
yang bersangkutan.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 102


Nilai konstruksi yang dikerjakan oleh kontraktor melalui kontrak
konstruksi meliputi:
a)Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan
dengan tingkat penyelesaian pekerjaan;
b) Kewajiban yang masih harus dibayar kepada kontraktor berhubung
dengan pekerjaan yang telah diterima tetapi belum dibayar pada
tanggal pelaporan;
c) Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan
dengan pelaksanaan kontrak konstruksi.
Dalam hal pelaksanaan pembangunan suatu aset yang besar atau sulit,
seringkali pekerjaan tersebut dilaksanakan oleh beberapa kontraktor.
Dalam hal ini pada umumnya ada yang bertindak sebagai kontraktor
utama dan ada yang menjadi subkontraktor. Oleh karena itu yang
dimaksud dengan pembayaran kepada kontraktor sebagaimana
diuraikan terdahulu adalah mencakup keduanya.
Pembayaran atas kontrak konstruksi pada umumnya dilakukan secara
bertahap (termin) berdasarkan tingkat penyelesaian yang ditetapkan
dalam kontrak konstruksi. Setiap pembayaran yang dilakukan dicatat
sebagai penambah nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan.
Klaim dapat timbul, umpamanya, dari keterlambatan yang disebabkan
oleh pemberi kerja, kesalahan dalam spesifikasi atau rancangan dan
perselisihan penyimpangan dalam pengerjaan kontrak.
Jika konstruksi dibiayai dari pinjaman maka biaya pinjaman yang
timbul selama masa konstruksi dikapitalisasi dan menambah biaya
konstruksi, sepanjang biaya tersebut dapat diidentifikasikan dan
ditetapkan secara andal. Biaya pinjaman mencakup biaya bunga dan
biaya lainnya yang timbul sehubungan dengan pinjaman yang
digunakan untuk membiayai konstruksi. Jumlah biaya pinjaman yang

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 103


dikapitalisasi tidak boleh melebihi jumlah biaya bunga yang
dibayarkan pada periode yang bersangkutan.
Apabila pinjaman digunakan untuk membiayai beberapa jenis aset
yang diperoleh dalam suatu periode tertentu, biaya pinjaman periode
yang bersangkutan dialokasikan ke masing-masing konstruksi dengan
metode ratarata tertimbang atas total pengeluaran biaya konstruksi.
Apabila kegiatan pembangunan konstruksi dihentikan sementara tidak
disebabkan oleh hal-hal yang bersifat force majeur maka biaya
pinjaman yang dibayarkan selama masa pemberhentian sementara
pembangunan konstruksi dikapitalisasi.
Pemberhentian sementara`pekerjaan kontrak konstruksi dapat terjadi
karena beberapa hal, seperti kondisi force majeur atau adanya campur
tangan dari pemberi kerja atau pihak yang berwenang karena berbagai
hal. Jika pemberhentian tarsebut dikarenakan adanya campur tangan
dari pemberi kerja atau pihak yang berwenang, biaya pinjaman selama
pemberhentian sementara dikapitalisasi. Sebaliknya jika
pemberhentian sementara karena kondisi force majeur, biaya pinjaman
tidak dikapitalisasi tetapi dicatat sebagai biaya bunga pada periode
yang bersangkutan.
Kontrak konstruksi yang mencakup beberapa jenis pekerjaan yang
penyelesaiannya jatuh pada waktu yang berbeda-beda, maka jenis
pekerjaan yang sudah selesai tidak diperhitungkan biaya pinjaman.
Biaya pinjaman hanya dikapitalisasi untuk jenis pekerjaan yang masih
dalam proses pengerjaan.
Suatu kontrak konstruksi dapat mencakup beberapa jenis aset yang
masing-masing dapat diidentifikasi sebagaimana dimaksud dalam
paragraf 12. Jika jenis-jenis pekerjaan tersebut diselesaikan pada titik
waktu yang berlainan maka biaya pinjaman yang dikapitalisasi hanya
biaya pinjaman untuk bagian kontrak konstruksi atau jenis pekerjaan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 104


yang belum selesai. Bagian pekerjaan yang telah diselesaikan tidak
diperhitungkan lagi biaya pinjaman.

Contoh:
a. Biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan suatu mesin meliputi:
a) Biaya bahan baku Rp 35 juta
b) Biaya tenaga kerja Rp 25 juta
c) Honorarium tim Rp 10 juta
d) Biaya perencanaan Rp 2 juta
Biaya yang dapat dikapitalisasi untuk menilai Konstruksi dalam
Pengerjaan adalah sebesar Rp 62 jt yang terdiri dari biaya bahan baku,
tenaga kerja, dan perencanaan.
b. Dinas A membangun sebuah gedung. Pada tanggal 3 Maret 2007 dibeli
bahan baku senilai Rp 300 jt dengan menggunakan SP2D LS dan
membayar upah tenaga kerja sebesar Rp 100 jt dengan menggunakan
uang persediaan. Kemudian pada tanggal 10 Maret 2007 terbit SP2D
GU untuk mengganti uang persediaan yang telah digunakan tersebut.
Atas transaksi ini, jurnal yang harus dibuat oleh Dinas A meliputi jurnal
pengakuan belanja modal dan KDP untuk pembelian bahan baku pada
tanggal 3 Maret 2007 dan jurnal pengakuan belanja modal dan KDP atas
pembayaran upah pada tanggal 10 Maret 2007.
Penggunaan UP tidak dijurnal sampai dengan pertanggung-jawabannya
terbit berupa SP2D GU. Jurnal-jurnal tersebut adalah sebagai berikut:

03 Maret 2007
SKPD:(untuk mencatat pengeluaran belanja dari SPM LS)
Uraian Debet Kredit
Belanja Modal Gedung dan Rp 300.000.000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 105


Bangunan
Piutang dari BUD Rp 300.000.000
Konstruksi dalam Pengerjaan Rp300.000.000
Diinvestasikan dalam Aset Rp300.000.000
Tetap

BUD: untuk mencatat pengeluaran belanja dari SPM LS)


Uraian Debet Kredit
Belanja Modal Gedung dan Rp 300.000.000
Bangunan
Kas di Kas Daerah Rp 300.000.000

10 Maret 2007
SKPD:
(untuk mencatat pengeluaran belanja dari SPM/SP2D UP)
Uraian Debet Kredit
Belanja Modal Gedung dan Rp 100.000.000
Bangunan
Piutang dari BUD Rp 100.000.000
Konstruksi dalam Pengerjaan Rp100.000.000
Diinvestasikan dalam Aset Rp100.000.000
Tetap

BUD:
untuk mencatat pengeluaran belanja dari SPM LS)
Uraian Debet Kredit
Belanja Modal Gedung dan Rp 300.000.000
Bangunan
Kas di Kas Daerah Rp 300.000.000

d). Penyajian Dan Pengungkapan Konstruksi Dalam Pengerjaan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 106


Konstruksi dalam pengerjaan disajikan di neraca pada kelompok Aset
Tetap. Penyajian konstruksi dalam pengerjaan dilakukan secara
gabungan, dengan cara menjumlahkan seluruh kontruksi dalam
pengerjaan, dari seluruh aset tetap. Selanjutnya kontruksi dalam
pengerjaan ini diungkapkan dalam Catatan atas laporan Keuangan.
Informasi mengenai Konstruksi Dalam Pengerjaan yang harus
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan pada akhir
periode akuntansi adalah :
1. Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat
penyelesaian dan jangka waktu penyelesaiannya;
2. Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaanya;
3. Jumlah biaya yang telah dikeluarkan;
4. Uang muka kerja yang diberikan;
5. Retensi.

Kontrak konstruksi pada umumnya memuat ketentuan tentang


retensi. Misalnya, termin yang masih ditahan oleh pemberi kerja selama
masa pemeliharaan. Jumlah retensi diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.

Contoh :
Dinas ABC pada tahun 2007 membangun sebuah gedung dan sebuah mesin
yang masing-masing telah mengeluarkan biaya yang dapat dikapitalisasi
sebesar Rp 2 M dan 800 jt. Penyajian Konstruksi dalam pengerjaan di
neraca Dinas ABC adalah sbb:

Pada Sisi Aset:


Aset Tetap
- Konstruksi dalam Pengerjaan 2.800.000.000

Pada Sisi Ekuitas:

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 107


Ekuitas Dana Investasi
- Diinvestasikan dalam Aset Tetap 2.800.000.000

E. AKUNTANSI PEMBIAYAAN, INVESTASI DAN HUTANG


1. Akuntansi Pembiayaan
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan
pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar
atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah
terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan/atau memanfaatkan
surplus anggaran.
Transaksi pembiayaan dapat berupa transaksi penerimaan
pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan
antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara
pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali
pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan
modal oleh pemerintah.5
Akuntansi Pembiayaan SKPKD adalah langkah-langkah teknis
yang harus dilakukan dalam perlakuan akuntansi untuk penerimaan dan
pengeluaran pembiayaan, seperti dana cadangan, pinjaman, dan utang.
Akuntansi pembiayaan hanya ada di SKPKD dan tidak ada di SKPD.
Berikut dijelaskan akuntansi untuk penerimaan dan pengeluaran
pembiayaan di Pemerintah Daerah.

a). Akuntansi Penerimaan Pembiayaan


Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas
Umum Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman,
penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 108


negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada
fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan
dana cadangan. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima
pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah dan dicatat dengan
menggunakan asas bruto.
Terhadap setiap penerimaan pembiayaan dibuat 2 (dua) jurnal.
Pertama, untuk mengakui realisasi penerimaan anggaran, kedua,
jurnal korolari untuk mengakui akun neraca terkait yang dipengaruhi
transaksi tersebut.
Sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) huruf i, k, l, dan m UU 1/2004, bahwa
Bendahara Umum Daerah berwenang untuk:
 menempatkan uang daerah dan mengelola/menatausahakan
investasi;
 menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas
nama pemerintah daerah;
 melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;
 melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah.
Berdasarkan kewenangan tersebut, transaksi-transaksi yang
berkaitan dengan pembiayaan dicatat dan dibukukan oleh Bendahara
Umum Daerah. . Berikut dijabarkan mekanisme dan akuntansi untuk
penerimaan pembiayaan.

1. Pencairan Dana Cadangan


Utang kepada BUD xxx
1
Penerimaan Pembiayaan – Dana Cadangan xxx
SKPKD
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan xxx
2
Dana Cadangan xxx

BUD 1 Kas di Kas Daerah xxx

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 109


Penerimaan Pembiayaan – Dana Cadangan xxx

2. Penerimaan Utang Daerah


Utang kepada BUD xxx
1
Penerimaan Pembiayaan – Utang DN xxx
SKPKD Dana yang harus Disediakan untuk
xxx
Pembayaran Utang Jangka Panjang
2 Utang Dalam Negeri xxx

Kas di Kas Daerah xxx


BUD 1
Penerimaan Pembiayaan – Utang DN xxx

3. Penerimaan Dana Bergulir


Utang kepada BUD xxx
1
Penerimaan Pembiayaan – Dana Bergulir xxx
SKPKD
Diinvestasikan dalam Investasi non Permanen xxx
2
Investasi Non Permanen xxx

Kas di Kas Daerah xxx


BUD 1
Penerimaan Pembiayaan – Dana Bergulir xxx

Contoh: Pada tahun 2006 diterima pinjaman dari Pemerintah Pusat


sejumlah Rp500 juta. Pinjaman ini merupakan pinjaman jangka
panjang, yang akan diangsur selama 5 tahun mulai tahun 2008.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 110


Jurnal untuk penerimaan pinjaman tersebut adalah:
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Utang kepada BUD 500


Penerimaan Pinjaman juta 500 juta

Dana yg harus disediakan 500 j


untuk uta
pembayaran utang jk panjang 500 juta
Utang kpd Pemerintah
Pusat

Jurnal BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Kas di Kas Daerah 500 juta


Penerimaan Pinjaman

b). Akuntansi Pengeluaran Pembiayaan


Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas
Umum Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak
ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok
pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan
dana cadangan. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat
dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Berikut
dijabarkan mekanisme dan akuntansi untuk pengeluaran
pembiayaan.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 111


1. Pembentukan Dana Cadangan
Pengeluaran Pembiayaan – Dana Cadangan xxx
1
Piutang dari BUD xxx
SKPKD
Dana Cadangan xxx
2
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan xxx

Pengeluaran Pembiayaan – Dana Cadangan xxx


BUD 1
Kas di Kas Daerah xxx

2. Pembayaran Pokok Utang


Pengeluaran Pembiayaan – Pembayaran Pokok
xxx
1 Utang
Piutang Dari BUD xxx
SKPKD
Utang Dalam Negeri xxx
2 Dana yang hrs Disediakan utk Pembayaran
xxx
Utang Jangka Panjang

Pengeluaran Pembiayaan – Pembayaran Pokok


xxx
BUD 1 Utang
Kas di Kas Daerah xxx

3. Pembentukan Dana Bergulir


Pengeluaran Pembiayaan – Dana Bergulir xxx
1
Piutang Dari BUD xxx
SKPKD Investasi Non Permanen xxx
2 Diinvestasikan dalam Investasi Non
xxx
Permanen

Pengeluaran Pembiayaan – Dana Bergulir xxx


BUD 1
Kas di Kas Daerah xxx

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 112


Contoh : Dikeluarkan uang sejumlah Rp100 juta sebagai penyertaan
modal pada PDAM.
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Pengeluaran Penyertaan Modal 100 juta


Pemda
Piutang dari BUD 100
(Untuk mencatat penyertaan juta
modal pada PDAM)

Penyertaan Modal Pemda 100 juta


Diinvestasikan dalam
Investasi Jk Panjang 100
(Untuk mencatat penyertaan juta
modal pada PDAM)

Jurnal BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Pengeluaran Penyertaan Modal 100


Pemda juta
Kas di Kas Daerah 100
(Untuk mencatat penyertaan juta
modal pada PDAM)

c). Akuntansi Pembiayaan Neto


Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan
setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun
anggaran tertentu. Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan
pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam
pos Pembiayaan Netto.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 113


Contoh: Selama satu tahun anggaran, penerimaan pembiayaan
berasal dari penerimaan pinjaman sejumlah Rp200 juta, dan
pengeluaran pembiayaan hanya untuk penyertaan modal sejumlah
Rp250 juta.

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Penerimaan Pinjaman 200


Pembiayaan Neto juta
Pengeluaran Penyertaan 50 juta 250
Modal juta
(Untuk menutup penerimaan
dan
pengeluaran pembiayaan)

2. Akuntansi Investasi
a). Pengertian dan Hakikat Investasi
Struktur APBN/APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran
belanja, dan anggaran pembiayaan. Struktur ini mencerminkan
bahwa pemerintah menggunakan kebijakan anggaran defisit. Hal ini
juga berarti bahwa pendapatan tidak harus sama dengan belanja,
dimungkinkan adanya selisih antara pendapatan dan belanja. Selisih
ini disebut sebagai surplus/defisit. Dalam kondisi defisit akan digali
sumber-sumber pembiayaan untuk menutupinya, antara lain dengan
penarikan pinjaman, maupun divestasi penyertaan modal yang
dimiliki pemerintah. Sebaliknya dalam kondisi surplus pemerintah
dapat memanfaatkannya untuk membayar utang, membentuk dana
cadangan, atau melakukan investasi yang bertujuan untuk
menambah pemasukan kas di masa mendatang atau untuk

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 114


mendapatkan manfaat sosial seperti penciptaan lapangan kerja.
Investasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya
memberikan pinjaman kepada pihak lain atau mendirikan badan
usaha. Investasi dapat dilakukan dengan mendirikan badan usaha
atau penyertaan, maupun pemberian pinjaman. Aktivitas ini
digolongkan sebagai pengeluaran pembiayaan (investasi).
Investasi adalah penggunaan aktiva untuk memperoleh manfaat
ekonomis, seperti bunga, dividen, royalty, manfaat sosial, dan/atau
manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan
pemerintah dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat.
Dalam konteks akuntansi sektor publik, investasi berarti kegiatan
pemerintah menanamkan uangnya dalam bentuk penyertaan modal
atau pembelian surat utang dalam rangka memperoleh manfaat
ekonomi atau sosial. Manfaat ekonomi dapat diperoleh dalam
rangka meningkatkan pendapatan pemerintah. Apabila pemerintah
melakukan investasi dalam bentuk saham perusahaan, maka
diharapkan akan diperoleh pendapatan dividen, sedangkan apabila
dalam bentuk surat utang (obligasi), maka diharapkan pemerintah
memperoleh pendapatan bunga. Manfaat sosial yang dimaksud
dalam standar ini adalah manfaat yang tidak dapat diukur langsung
dengan satuan uang namun berpengaruh pada peningkatan
pelayanan pemerintah pada masyarakat luas maupun golongan
masyarakat tertentu, seperti tersedianya lapangan kerja bagi
masyarakat atau untuk menggerakkan ekonomi masyarakat.
Investasi dilakukan sebagai bagian dari manajemen kas. Jika dana
(kas) yang dikelola oleh pemerintah terlalu sedikit akan mengalami
kesulitan keuangan, sebaliknya apabila terlalu banyak akan terdapat
kas yang menganggur (idle cash).Jadi, investasi yang dilakukan oleh
pemerintah merupakan upaya pemerintah untuk memenej
(mengelola) kas yang ada sehingga tidak terjadi kelebihan (idle)

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 115


maupun kekurangan (distress) kas. Dalam jangka panjang kelebihan
dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk berinvestasi baik melalui
instrumen utang (pemberian pinjaman) atau melalui instrumen
saham (penyertaan) baik dengan cara membeli saham maupun
mendirikan badan usaha milik negara/daerah. Pemerintah
melakukan investasi dengan beberapa alasan antara lain
memanfaatkan surplus anggaran untuk memperoleh pendapatan
dalam jangka panjang dan memanfaatkan dana yang belum
digunakan untuk investasi jangka pendek dalam rangka manajemen
kas.
Dalam melakukan investasi pemerintah tidak seperti perusahaan
swasta. Investasi pemerintah dibatasi oleh peraturan perundang-
undangan, mengenai bentuk, sifat dan jenis-jenisnya. Investasi dapat
dilakukan untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Investasi
jangka pendek dilakukan pada pasar uang sedangkan investasi
jangka panjang dilakukan pada pasar modal. Investasi pemerintah
biasanya dilakukan dalam bentuk deposito, Sertifikat Bank
Indonesia, Surat Utang dan Obligasi BUMN/BUMD, penyertaan
pada BUMN/BUMD, atau penyertaan pada badan usaha lainnya.
Terdapat beberapa jenis investasi yang dapat dibuktikan dengan
sertifikat atau dokumen lain yang serupa. Hakikat suatu investasi
dapat berupa pembelian surat utang baik jangka pendek maupun
jangka panjang (obligasi), serta instrumen ekuitas (saham).

b). Klasifikasi Investasi


Dalam rangka pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan atau
menurut tujuannya, investasi pemerintah secara garis besar
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu investasi jangka pendek dan
investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek merupakan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 116


kelompok aset lancar sedangkan investasi jangka panjang
merupakan kelompok aset nonlancar. Investasi jangka pendek
adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk
dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang. Investasi jangka
panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari
12 (dua belas) bulan.

 Invetasi jangka pendek (temporary investment);


Investasi ini umumnya berupa surat berharga seperti saham,
obligasi, dan surat berharga lain yang diperkirakan memiliki harga
pasar yang stabil. Tujuan utama investasi jangka pendek adalah
untuk memanfaatkan kas yang menganggur atau untuk sementara
waktu tidak digunakan dalam kegiatan operasional suatu entitas.
Investasi jenis ini disajikan dalam laporan keuangan (di neraca)
sebagai aktiva lancar (current asset). Investasi jangka pendek
harus memenuhi karakteristik sebagai berikut: (a) dapat segera
diperjualbelikan/dicairkan; (b) investasi tersebut ditujukan dalam
rangka manajemen kas, artinya pemerintah dapat menjual
investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas; (c) Berisiko
rendah. Dengan memperhatikan kriteria tersebut, maka surat
berharga yang berisiko tinggi karena dipengaruhi oleh fluktuasi
harga pasar, tidak termasuk dalam investasi jangka pendek yang
dapat dibeli pemerintah (contoh saham pada pasar modal).

 Investasi jangka panjang (long term investment).


Investasi ini umumnya berupa investasi dalam bentuk saham,
obligasi, piutang hipotek, dan wesel. Juga dapat berupa uang
muka kepada pihak ketiga dan dana khusus (seperti singking fund,

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 117


kas yang dibatasi penggunaannya dan dana pensiun) dan aktiva
tetap yang tidak digunakan secara langsung dalam kegiatan
operasi suatu entitas. Tujuannya adalah untuk memperoleh
pendapatan dividen dan atau bunga sebagai salah satu sumber
pendapatan suatu entitas. Investasi jangka panjang (long term
investment) umumnya berupa investasi dalam bentuk saham,
obligasi, piutang hipotek, dan wesel. Juga dapat berupa uang
muka kepada pihak ketiga dan dana khusus (seperti singking fund,
kas yang dibatasi penggunaannya dan dana pensiun) dan aktiva
tetap yang tidak digunakan secara langsung dalam kegiatan
operasi suatu entitas. Tujuannya adalah untuk memperoleh
pendapatan dividen dan atau bunga sebagai salah satu sumber
pendapatan suatu entitas. Menurut sifat kepemilikannya investasi
jangka panjang dibedakan menjadi investasi nonpermanen dan
investasi permanen. Investasi nonpermanen adalah investasi
jangka panjang yang tidak dimaksudkan untuk dimiliki secara
berkelanjutan. Investasi permanen adalah investasi jangka panjang
yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan atau tidak
direncanakan untuk dijual kembali.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 118


Bagan alir dari klasifikasi investasi secara umum.

c). Prosedur Investasi/Pembiayaan


Sistem dan prosedur akuntansi investasi pada SKPD meliputi
serangkaian proses, baik manual maupun terkomputerisasi, mulai dari
proses pencatatan, penggolongan sampai peringkasan transaksi dalam
rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan
dengan transaksi investasi SKPD.
Prosedur pembiayaan investasi meliputi:
 Fungsi yang terkait
 Fungsi yang terkait pada sistem dan prosedur akuntansi
investasi SKPD terdiri atas fungís akuntansi pada PPK-SKPD.
 Dokumen yang digunakan
Dokumen yang digunakan pada sistem dan prosedur akuntansi
investasi pada SKPD terdiri atas:

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 119


a. Bukti memorial yang merupakan dasar pencatatan transaksi
investasi ke dalam jurnal.
b. Jurnal yang merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi untuk mencatat semua transaksi investasi,
baik penerimaan kas, pengeluaran kas dan transaksi
nonkas.
c. Buku besar investasi yang merupakan ringkasan catatan
(posting) transaksi investasi yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi.
d. Buku besar pembantu investasi yang merupakan ringkasan
catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk
mencatat transaksi-transaksi investasi dan kejadian yang
berisi rincian buku besar untuk setiap rekening yang
dianggap perlu.

d). Pengakuan, Pengukuran Dan Metode Penilaian Investasi


Pengakuan Investasi
Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi
apabila memenuhi salah satu kriteria berikut: (1) kemungkinan
manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa pontensial di masa
yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh
pemerintah; (2) nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur
secara memadai (reliable).
Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas atau aset
memenuhi kriteria pengakuan investasi yang pertama, entitas perlu
mengkaji tingkat kepastian mengalirnya manfaat ekonomik dan
manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan datang
berdasarkan bukti-bukti yang tersedia pada saat pengakuan yang
pertama kali. Eksistensi dari kepastian yang cukup bahwa manfaat

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 120


ekonomi yang akan datang atau jasa potensial yang akan diperoleh
memerlukan suatu jaminan bahwa suatu entitas akan memperoleh
manfaat dari aset tersebut dan akan menanggung risiko yang
mungkin timbul. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat
diukur secara memadai (reliable), biasanya dapat dipenuhi karena
adanya transaksi pertukaran atau pembelian yang didukung dengan
bukti yang menyatakan/mengidentifikasikan biaya perolehannya.
Dalam hal tertentu, suatu investasi mungkin diperoleh bukan
berdasarkan biaya perolehan atau berdasarkan nilai wajar pada
tanggal perolehan. Dalam kasus yang demikian, penggunaan nilai
estimasi yang layak dapat digunakan. Pengeluaran untuk perolehan
investasi jangka pendek diakui sebagai pengeluaran kas pemerintah
dan tidak dilaporkan sebagai belanja dalam laporan realisasi
anggaran, sedangkan pengeluaran untuk memperoleh investasi jangka
panjang diakui sebagai pengeluaran pembiayaan. Pencatatan
perolehan investasi jangka pendek dapat dilihat pada ilustrasi jurnal
sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


2 Jan 2007 Investasi jangka pendek 25.000.000,-
Kas 25.000.000,-

Pencatatan perolehan investasi jangka panjang dapat dilihat pada


ilustrasi jurnal sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
1 Maret 2007 Peng. Pembiayaan - 125 juta
Penyertaan Pemda
Kas 125 juta
Penyertaan Modal Pemda 125 juta
Diinvestasikan dlm 125 juta
Investasi jk panjang

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 121


Pengukuran Investasi
Untuk beberapa jenis investasi, terdapat pasar aktif yang dapat
membentuk nilai pasar, dalam hal investasi yang demikian nilai pasar
digunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar. Sedangkan untuk
investasi yang tidak memiliki pasar yang aktif dapat dipergunakan nilai
nominal, nilai tercatat atau nilai wajar lainnya. Investasi jangka pendek
dalam bentuk surat berharga, misalnya obligasi jangka pendek, dicatat
sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan investasi meliputi harga
transaksi investasi itu sendiri ditambah komisi perantara jual beli, jasa
bank dan biaya lainnya yang timbul dalam rangka perolehan tersebut.
Apabila investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa biaya
perolehan, maka investasi dinilai berdasar nilai wajar investasi pada
tanggal perolehannya yaitu sebesar harga pasar. Apabila tidak ada nilai
wajar, biaya perolehan setara kas yang diserahkan atau nilai wajar aset
lain yang diserahkan untuk memperoleh investasi tersebut. Investasi
jangka pendek dalam bentuk bukan surat berharga, misalnya dalam
bentuk deposito jangka pendek, dicatat sebesar nilai nominal deposito
tersebut. Investasi jangka panjang yang bersifat permanen misalnya
penyertaan modal pemerintah, dicatat sebesar biaya perolehannya
meliputi harga transaksi investasi itu sendiri ditambah biaya lain yang
timbul dalam rangka perolehan investasi tersebut.
Sebagai contoh, Pemkot Makassar membeli saham PT Semen Tonasa
sebanyak 20.000 lembar saham, nominal @ Rp10.000 dengan harga
pari. Biaya Komisi dan administrasi 5% dari nilai nominal. Pemkot
Makassar mencatat investasinya sebesar Rp 210 juta dengan
perhitungan sebagai berikut:

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 122


20.000 lembar X Rp 10.000 = Rp 200.000.000
Biaya komisi dan administrasi
5% X Rp 200.000.000 = Rp 10.000.000

Jumlah = Rp 210.000.000

Investasi nonpermanen misalnya dalam bentuk pembelian obligasi


jangka panjang dan investasi yang dimaksudkan tidak untuk dimiliki
secara berkelanjutan, dinilai sebesar nilai perolehannya. Sebagai
contoh, Pemda X membeli obligasi Medco Oil Co. sebanyak 10.000
lembar obligasi dengan suku bunga 8%, bunga dibayar pada setiap
tanggal 1 Januari dan 1 Juli. Nominal @ Rp 10.000 dengan harga beli
@ Rp.7.500. Obligasi tersebut akan jatuh tempo tahun 2017. Biaya
Komisi dan administrasi 5% dari nilai nominal. Pemda X mencatat
investasinya dalam obligasi sebesar Rp 80 juta dengan perhitungan
sebagai berikut:

10.000 lembar X @ Rp 7.500 = Rp 75.000.000


Biaya komisi dan administrasi
5% X 10.000 lbr X Rp 10.000 = Rp 5.000.000

Jumlah = Rp 80.000.000

Metode Penilaian Investasi


Penilaian investasi pemerintah dilakukan dengan tiga metode yaitu: (1)
metode biaya (cost method); (2) metode ekuitas (equity method); (3)
metode nilai bersih yang dapat direalisasikan.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 123


 Metode biaya (cost method)
Metode biaya adalah suatu metode penilaian yang mencatat nilai
investasi berdasarkan harga perolehan. Dengan menggunakan metode
biaya, investasi dicatat sebesar biaya perolehan. Penghasilan atas
investasi tersebut diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan tidak
mempengaruhi besarnya nilai investasi pada badan usaha/badan hukum
yang terkait. Metode biaya digunakan jika kepemilikan investasi
pemerintah kurang dari 20% pada BUMN/BUMD.

 Metode ekuitas (equity method)


Metode ekuitas adalah suatu metode penilaian yang mengakui
penurunan atau kenaikan nilai investasi sehubungan dengan adanya
rugi/laba badan usaha yang menerima investasi (investee), proporsional
terhadap besarnya saham atau pengendalian yang dimiliki pemerintah.
Dengan menggunakan metode ekuitas, pemerintah mencatat investasi
awal sebesar biaya perolehan dan ditambah atau dikurangi sebesar
bagian laba atau rugi pemerintah setelah tanggal perolehan. Bagian laba
yang diterima pemerintah akan mengurangi nilai investasi pemerintah.
Sedangkan dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham, tidak
mempengaruhi nilai investasi pemerintah karena pengakuan kenaikan
nilai investasinya sudah dilakukan pada saat laba dilaporkan.
Penyesuaian terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk mengubah
porsi kepemilikan investasi pemerintah, misalnya adanya perubahan
yang timbul akibat pengaruh valuta asing serta revaluasi aset tetap.

Metode ekuitas adalah suatu metode akuntansi yang mencatat nilai


investasi awal berdasarkan harga perolehan. Nilai investasi tersebut
kemudian disesuaikan dengan perubahan bagian investor atas kekayaan
bersih/ekuitas dari badan usaha penerima investasi (investee) yang
terjadi sesudah perolehan awal investasi.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 124


 Metode biaya digunakan jika kepemilikan investasi pemerintah
20% sampai 50%, atau kepemilikan kurang dari 20% tetapi
memiliki pengaruh yang signifikan, atau kepemilikan lebih dari
50% menggunakan metode ekuitas
 Investasi awal dicatat sebesar biaya perolehan dan ditambah atau
dikurangi sebesar bagian laba atau rugi pemerintah setelah tanggal
perolehan. Bagian laba kecuali dividen dalam bentuk saham yang
diterima pemerintah akan mengurangi nilai investasi pemerintah
dan tidak dilaporkan sebagai pendapatan.
 Penyesuaian terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk
mengubah porsi kepemilikan investasi pemerintah, misalnya
adanya perubahan yang timbul akibat pengaruh valuta asing serta
revaluasi aset tetap.

 Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan


Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama
untuk kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam jangka waktu dekat.
Penggunaan metode tersebut di atas didasarkan pada kriteria sebagai
berikut:
 Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode biaya.
 Kepemilikan 20% sampai 50%, atau kepemilikan kurang dari 20%
tetapi memiliki pengaruh yang signifikan menggunakan metode
ekuitas;
 Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan metode ekuitas;
 Kepemilikan bersifat nonpermanen menggunakan metode nilai
bersih yang direalisasikan.

Metode biaya dan metode ekuitas digunakan untuk pengukuran nilai


investasi atas investasi permanen, sedangkan metode nilai bersih yang
dapat direalisasikan digunakan untuk pengukuran nilai investasi
nonpermanen. Dalam kondisi tertentu, kriteria besarnya prosentase

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 125


kepemilikan saham bukan merupakan faktor yang menentukan dalam
pemilihan metode penilaian investasi, tetapi yang lebih menentukan
adalah tingkat pengaruh (the degree of influence) atau pengendalian
terhadap perusahaan investee.

Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama


untuk kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam jangka waktu dekat

Pengakuan Hasil Investasi


Dicatat sebagai pendapatan investasi
 Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka pendek, antara
lain berupa bunga deposito, bunga obligasi dan deviden tunai (cash
dividend).
 Hasil investasi berupa dividen tunai yang diperoleh dari penyertaan
modal pemerintah yang pencatatannya menggunakan metode biaya,

Tidak dicacat sebagai pendapatan hasil investasi dan mengurangi nilai


investasi pemerintah
 Bagian laba yang diperoleh oleh pemerintah akan apabila
menggunakan metode ekuitas. Kecuali untuk dividen dalam bentuk
saham yang diterima akan menambah nilai investasi pemerintah
dan ekuitas dana yang diinvestasikan dengan jumlah yang sama.

e). Pendapatan dari Bunga Obligasi


Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka pendek, antara lain
berupa bunga deposito, bunga obligasi dan dividen tunai (cash dividend)
dicatat sebagai pendapatan. Sebagai contoh: jika Obligasi PT Medco Oil
Co. yang dimiliki Pemerintah Daerah X dengan nilai nominal Rp
75.000.000 (10.000 lbr x Rp 7.500,-) dengan suku bunga tetap 8%,

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 126


bunga dibayarkan tiap 1 Januari dan 1 Juli. Dengan perhitungan sebagai
berikut :
Rp 7.500 x 10.000 x 6/12 x 8% = Rp 3.000.000 selanjutnya akan
dilakukan pencatatan pendapatan sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp)
1 Januari Kas di kas daerah 3.000.000,-
Pendapatan bunga 3.000.000,-
1 Juli Kas di kas daerah 3.000.000,-
Pendapatan bunga 3.000.000,-

f). Pendapatan dari Dividen (Bagian Laba atas Investasi dalam Saham)
Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka panjang antara lain
berupa cash dividen dan stock dividen. Hasil investasi berupa dividen
tunai yang diperoleh dari penyertaan modal pemerintah yang
pencatatannya menggunakan metode biaya, dicatat sebagai pendapatan
hasil investasi. Sedangkan apabila menggunakan metode ekuitas, bagian
laba yang diperoleh pemerintah akan dicatat sebagai pendapatan dan
sekaligus pengurang nilai investasi pemerintah.
Pada penilaian investasi dengan mempergunakan metode biaya, terdapat
dua hal yang harus diperhatikan pada saat mengakui hasil investasi:
 Apabila hasil investasi yang dibagikan berupa cash dividend, maka
besarnya kas yang diterima tidak berpengaruh terhadap besarnya
jumlah investasi. Penerimaan hasil investasi dicatat sebagai
penambah kas dan pendapatan hasil investasi.
 Apabila hasil investasi yang dibagikan berupa saham, maka besarnya
bagian laba berupa deviden akan menambah besarnya jumlah
investasi, dengan demikian secara otomatis jumlah yang
diinvestasikan dalam investasi permanen juga akan bertambah.
Dalam hal investasi dicatat dengan menggunakan metode biaya,dapat
dilihat dalam contoh soal berikut ini:

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 127


Sebagai contoh, pada tanggal 1 mei 2006 Pemda X membeli 5.000
lembar Saham PT Jaya Ancol seharga nilai nominal (par) senilai Rp
10.000,- per lembar saham untuk kepemilikan 5%. Pada tanggal 20
mei 2006 manajemen PT Jaya Ancol mengumumkan laba tahun
2006 sebesar Rp100 juta, dan pada tanggal 3 Juni 2007 PT Jaya
Ancol membagikan dividen tunai sebesar Rp 500 per lembar
saham. Karena penyertaannya hanya 5% maka Pemda X
melakukan pencatatan investasinya dengan metode biaya dan
dividen yang diterima akan dicatat sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp)
1 Mei 2006 Pengeluaran Pembiayaan 50.000.000,-
- Penyertaan Modal
Pemda
Kas di Kas Daerah 50.000.000,-
Penyertaan Modal Pemda 50.000.000,-
EDI-Diinvestasikan 50.000.000,-
dalam Investasi
Jangka Panjang
20 Mei Tidak ada jurnal
2006
03 Juni Kas di Kas Daerah 2.500.000,-
2006 Pendapatan dividen 2.500.000,-

Dengan kasus (soal) yang sama, Pemda X mempunya kepemilikan atas


saham PT Jaya Ancol sebesar 50%. Oleh karena itu, Pemda X
melakukan pencatatan atas investasinya pada PT Jaya Ancol dengan
menggunakan metode ekuitas (equity method) sebagai berikut:

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 128


Tanggal Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp)
1 Mei 2006 Pengeluaran 50.000.000,-
Pembiayaan-Penyertaan
Modal Pemda
Kas di Kas Daerah 50.000.000,-
Penyertaan Modal Pemda 50.000.000,-
EDI-Diinvestasikan 50.000.000,-
dalam Investasi
Jangka Panjang
20 Mei 2006 Penyertaan Modal Pemda 2.500.000,-
EDI-Diinvestasikan 2.500.000,-
dalam Investasi
Jangka Panjang
03 Juni 2006 Kas di Kas Daerah 2.500.000,-
Pendapatan dividen 2.500.000,-
Diinvestasikan dalam 2.500.000,-
Investasi Jangka Panjang
Penyertaan Modal 2.500.000,-
Pemda

g). Pelepasan Dan Pemindahan Investasi


Pelepasan investasi pemerintah dapat terjadi karena penjualan, ataun
pelepasan hak karena peraturan pemerintah, dan sebab-sebab
lainnya. Penerimaan dari penjualan investasi jangka pendek yang
berasal dari manajemen kas diakui sebagai penerimaan kas
pemerintah. Penerimaan dari pelepasan investasi ini dan tidak
dilaporkan sebagai pendapatan atau pembiayaan dalam laporan
realisasi anggaran. Penerimaan ini dilaporkan dalam Laporan Arus
Kas dari Aktivitas Operasi. Sedangkan penerimaan dari pelepasan
investasi jangka panjang diakui sebagai penerimaan pembiayaan.
Pelepasan investasi pemerintah dapat dilakukan hanya terhadap
Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 129
sebagian investasi. Apabila pelepasan hanya dilakukan untuk
sebagian investasi maka nilai investasi yang dilepas dihitung dengan
menggunakan nilai rata-rata dari investasi tersebut.
Nilai rata-rata diperoleh dengan cara membagi total nilai investasi
terhadap total jumlah saham yang dimiliki oleh pemerintah.
Pemindahan pos investasi dapat berupa reklasifikasi investasi jangka
panjang menjadi investasi jangka pendek, Aset Tetap, Aset Lain-
lain, atau sebaliknya. Dalam hal terdapat perbedaan nilai buku
dengan hasil divestasi selisih tersebut tidak diakui sebagai
keuntungan atau kerugian, hasil divestasi dicatat sebesar kas atau
aset yang diterima sebagai penerimaan pembiayaan, dan investasi
dikurangi sebesar nilai buku.

Contoh: Pemda A mempunyai investasi dalam bentuk saham pada BPD X


sebanyak 500 lembar dengan nilai tercatat Rp 500.000.000,-. Pada tanggal
10 Januari 2007, 250 lembar saham BPD X dijual kepada Pemda B dengan
harga Rp 300.000.000,- . Jurnal untuk pelepasan saham tersebut adalah
sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp)


10 Jan 2007 Kas di Kas Daerah 300.000.000,-
Penerimaan Divestasi 300.000.000,-
EDI-Diinvestasikan 250.000.000,-
dalam Investasi Jangka
Panjang
Penyertaan Modal 250.000.000,-
Pemda

h). Peyajian Dan Pengungkapan Investasi

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 130


Penyajian Investasi dalam Laporan Keuangan
Investasi disajikan sesuai dengan klasifikasi Investasi. Investasi jangka
pendek disajikan pada pos aset lancar di neraca sedangkan investasi
jangka panjang disajikan pada pos investasi jangka panjang sesuai
dengan sifatnya, baik yang bersifat permanen maupun yang
nonpermanen. Dalam akuntansi pemerintah digunakan pendekatan
”self balancing group of account” sehingga setiap akun di neraca
mempunyai akun pasangan masing-masing. Investasi Jangka Pendek
yang berasal dari manajemen kas mempunyai pasangan akun SILPA
dan Investasi Jangka Panjang mempunyai pasangan Diinvestasikan
dalam Investasi Jangka Panjang. Investasi jangka pendek yang
disajikan pada aset lancar disajikan pula dengan jumlah yang sama
pada pos ekuitas dana lancar pada akun SILPA. Investasi jangka
panjang yang disajikan pada pos Investasi jangka panjang disajikan
pula dengan jumlah yang sama pada pada akun Diinvestasikan dalam
Investasi Jangka Panjang pada kelompok Ekuitas Dana Investasi.

PEMDA ABC
NECARA
Per 31 Desember 2006
Aset Kewajiban
Aset Lancar
…………………… ……………..
investasi Jk Pendek Rp xxxxx
……………………
Ekuitas
Investasi Jangka Panjang Ekuitas Dana Lancar
Investasi Nonpermanen Rp xxxxx SILPA Rp xxxxx
Investasi Permanen Rp xxxxx Ekuitas Dana investasi
Jumlah Investasi Rp xxxxx Diinvestasikan dalam Investasi
…………………… Jangka Panjang Rp xxxxx

Pengungkapan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 131


Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan
pemerintah berkaitan dengan investasi, antara lain:
 Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;
 Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen;
 Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun
investasi jangka panjang;
 Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan
tersebut;
 Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya;
 Perubahan pos investasi.

3. Akuntansi Kewajiban
a). Pengertian Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara
lain karena penggunaan sumber pembiayaan yang berasal dari
pinjaman. Pinjaman tersebut dapat berasal dari masyarakat, lembaga
keuangan, pemerintah lain, atau lembaga internasional. Kewajiban
pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang
bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu
kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi, alokasi/realokasi
pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban dengan pemberi jasa
lain. Kewajiban pemerintah dapat juga timbul dari pengadaan barang
dan jasa dari pihak ketiga yang belum dibayar pemerintah pada akhir
tahun anggaran. Sebagai contoh Pemerintah daerah membangun
gedung untuk cantor yang dikerjakan oleh PT ABC. Pembangunan
tersebut telah selesai. Sampai akhir akhir tahun anggaran pemerintah
daerah tersebut belum melakukan pembayaran. Pemerintah daerah

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 132


harus mencatat kewajiban tersebut di neraca sebesar utang yang
belum dibayar.
Disamping kewajiban-kewajiban di atas, ada juga kewajiban-
kewajiban yang jumlah dan waktu pembayarannya belum pastiyang
disebut kewajiban kontinjensi. Kewajiban kontinjensi adalah
kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya
suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya
berada dalam kendali suatu entitas. Misalnya Pemerintah
memberikan penjaminan atas tabungan masyarakat di lembaga
perbankan, informasi ini diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan. Untuk memahami akuntansi kewajiban, perlu diketahui
beberapa definisi di bawah ini:
Perhitungan Fihak Ketiga, selanjutnya disebut PFK, merupakan
utang pemerintah kepada pihak lain yang disebabkan kedudukan
pemerintah sebagai pemotong pajak atau pungutan lainnya, seperti
Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), iuran
Askes, Taspen, dan Taperum.
Premium adalah jumlah selisih lebih antara nilai kini kewajiban
(present value) dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value)
karena tingkat bunga nominal lebih tinggi dari tingkat bunga efektif.
Restrukturisasi Utang adalah kesepakatan antara kreditur dan
debitur untuk memodifikasi syarat-syarat perjanjian utang dengan
atau tanpa pengurangan jumlah utang, dalam bentuk:
Pembiayaan kembali yaitu mengganti utang lama termasuk
tunggakan dengan utang baru; atau Penjadwalan ulang atau
modifikasi persyaratan utang yaitu mengubah persyaratan dan
kondisi kontrak perjanjian yang ada. Penjadwalan utang dapat
berbentuk Perubahan jadwal pembayaran, Penambahan masa

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 133


tenggang, atau menjadwalkan kembali rencana pembayaran pokok
dan bunga yang jatuh tempo dan/atau tertunggak. Sekuritas utang
pemerintah adalah surat berharga berupa surat pengakuan utang oleh
pemerintah yang dapat diperjualbelikan dan mempunyai nilai jatuh
tempo atau nilai pelunasan pada saat diterbitkan, misalnya Surat
Utang Negara (SUN). Surat Perbendaharaan Negara adalah Surat
Utang Negara yang berjangka waktu sampai dengan 12 (dua belas)
bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto. Surat Utang
Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang
dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin
pembayaran pokok utang dan bunganya oleh Negara Republik
Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.

b). Klasifikasi Kewajiban


Kewajiban pemerintah diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kewajiban
jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan
dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Beberapa kewajiban jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah
atau utang kepada pegawai merupakan suatu bagian yang akan
menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya. Kewajiban
jangka pendek lainnya. Misalnya bunga pinjaman, utang jangka
pendek dari pihak ketiga, utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), dan
bagian lancar utang jangka panjang.

Kewajiban Jangka Panjang

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 134


Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang jatuh tempo
lebih dari 12 bulan. Jika pada akhir periode akuntansi, pemerintah
mempunyai utang jangka panjang, maka pemerintah harus
melakukan reklasifikasi kewajiban tersebut ke kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang. Contoh: pada 1 Juli 2005,
Pemerintah Kota Pandang Tak Jemu mempunyai utang jangka
panjang sebesar Rp 10.000.000 yang harus diangsur setiap tahun
sebesar 1.000.000, Pemerintah Kota Pandang Tak Jemu harus
melakukan reklasifikasi atas kewajiban tersebut menjadi Kewajiban
Jangka Pendek pada akhir tahun 2005 sebesar Rp 1.000.000,
sehingga Kewajiban Jangka panjang akan disajikan di neraca sebesar
Rp 9.000.000. Dalam hal terjadi kesulitan likuiditas pemerintah dapat
melakukan restrukturisasi atau pendanaan kembali terhadap utang-
utangnya yang akan jatuh tempo. Apabila hal ini terjadi, entitas
pelaporan dapat memasukkan kewajiban jatuh temponya dalam
waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan ke dalam klasifikasi
kewajiban jangka panjang, jika:
 Jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas)
bulan; dan
 Entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban
tersebut atas dasar jangka panjang; dan
 Maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian
pendanaan kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan
kembali terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan
keuangan disetujui.
Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari kewajiban jangka pendek
menjadi kewajiban jangka panjang seperti yang disebutkan di atas
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Beberapa
kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun berikutnya
mungkin diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 135


digulirkan (roll over) oleh entitas pelaporan. Kewajiban yang
demikian dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari
pembiayaan jangka panjang dan diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka panjang. Namun dalam situasi di mana kebijakan pendanaan
kembali tidak berada pada otoritas entitas, maka kewajiban ini
diklasifikasikan sebagai pos jangka pendek, kecuali penyelesaian atas
perjanjian pendanaan kembali sebelum persetujuan laporan keuangan
membuktikan bahwa substansi kewajiban pada tanggal pelaporan
adalah jangka panjang.
Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu
(covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi
kewajiban jangka pendek (payable on demand) jika persyaratan
tertentu yang terkait dengan posisi keuangan peminjam dilanggar.
Dalam keadaan demikian, kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai
kewajiban jangka panjang hanya jika:
 pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan
 sebagai konsekuensi adanya pelanggaran, dan
 terdapat jaminan bahwa tidak akan terjadi pelanggaran berikutnya
dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Sebagai contoh, Pemkot XYZ meminjam uang dari lembaga asing,
sebesar Rp 500 milyar untuk program pembangunan listrik daerah,
dengan ketentuan bahwa pinjaman ini tidak dapat digunakan untuk
membiayai program lain. Kalau pinjaman ini tidak dapat digunakan
untuk program tersebut harus dikembalikan. Pinjaman ini telah ditarik
pada tahun 2003. Pinjaman ini akan dibayar secara angsuran selama 20
tahun mulai tahun 2008. Sampai dengan tahun 2006 ternyata program
tersebut macet, dan tidak dapat dilanjutkan. Oleh karena pinjaman ini
harus disajikan sebagai kewajiban jangka pendek.

c). Pengakuan Dan Pengukuran Kewajiban

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 136


Pengakuan
Kewajiban pemerintah diakui jika besar kemungkinan pengeluaran
sumber daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban
yang ada sampai saat ini, dan kewajiban tersebut dapat diukur dengan
andal.
Prasyarat peristiwa masa lalu sangat penting dalam pengakuan
kewajiban. Peristiwa tersebut menimbulkan suatu konsekuensi
keuangan terhadap suatu entitas. Peristiwa yang dimaksud mungkin
dapat berupa suatu kejadian internal dalam entitas seperti timbul
kewajiban kepada pegawai organisasi pemerintah akibat pemerintah
belum membayar tunjangan pegawai, ataupun dapat berupa kejadian
eksternal yang melibatkan interaksi antara suatu entitas dengan
lingkungannya seperti adanya transaksi dengan entitas lain. Kewajiban
diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada saat kewajiban
timbul. Kewajiban dapat timbul dari:
 transaksi pertukaran (exchange transactions);
 transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transactions), dimana
pemerintah belum melaksanakan kewajibannya sampai akhir
periode akuntansi;
 kejadian yang berkaitan dengan pemerintah (government-related
events); dan
 kejadian yang diakui pemerintah (government-acknowledged
events).
Suatu transaksi dengan pertukaran timbul ketika masing-masing pihak
dalam transaksi tersebut mengorbankan dan menerima suatu nilai
sebagai gantinya. Terdapat dua arus timbal balik atas sumber daya atau
janji untuk menyediakan sumber daya. Dalam transaksi dengan
pertukaran, kewajiban diakui ketika satu pihak menerima barang atau
jasa sebagai gantinya pemerintah berjanji untuk memberikan uang atau
sumber daya lain di masa depan.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 137


Contoh kewajiban yang timbul dari transaksi dengan pertukaran.
Pada tanggal 10 Oktober 2005, Pemkot Bandung melakukan pengadaan
personal computer (PC) dengan PT Smart Teknik dengan nilai Rp
60.000.000. Pemkot Bandung dan PT Smart Teknik sepakat untuk
pembayaran komputer tersebut dilakukan pada 1 Matret 2006.
Atas transaksi tersebut, Pemkot Bandung akan mencatat dan melaporkan
di neracanya kewajiban jangka pendek sebesar Rp 60.000.000 pada
tanggal 10 Oktober 2005, ketika komputer tersebut diterima.
Suatu transaksi tanpa pertukaran timbul ketika satu pihak dalam suatu
transaksi menerima nilai tanpa secara langsung memberikan atau
menjanjikan nilai sebagai gantinya. Hanya ada satu arah arus sumber
daya atau janji. Untuk transaksi tanpa pertukaran, kewajiban harus
diakui atas jumlah terutang yang belum dibayar pada tanggal pelaporan.
Beberapa jenis hibah dan program bantuan umum dan khusus lepada
entitas pelaporan lainnya merupakan transaksi tanpa pertukaran. Ketika
pemerintah pusat membuat program pemindahan kepemilikan atau
memberikan hibah atau mengalokasikan dananya ke pemerintah daerah,
persyaratan pembayaran ditentukan oleh peraturan dan hukum yang ada
dan bukan melalui transaksi dengan pertukaran.
Terdapat kewajiban pemerintah yang timbul bukan didasarkan pada
transaksi namun berdasarkan adanya interaksi antara pemerintah dan
lingkungannya. Kejadian tersebut mungkin berada di luar kendali
pemerintah. Pengakuan kewajiban yang timbul dari kejadian tersebut
sama dengan kewajiban yang timbul dari transaksi dengan pertukaran.

Contoh: Pada saat pemerintah melaksanakan suatu kegiatan secara tidak


sengaja menyebabkan kerusakan pada kepemilikan pribadi maka kejadian

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 138


tersebut menciptakan kewajiban. Kewajiban tersebut dapat dilaporkan di
neraca sepanjang hukum yang berlaku memungkinkan bahwa pemerintah
akan membayar kerusakan dan sepanjang jumlah pembayarannya dapat
diestimasi dengan andal.
Kejadian-kejadian tertentu dapat mengakibatkan timbulnya kewajiban
pemerintah. Hal ini terjadi karena pemerintah memutuskan untuk
bertanggung jawab terhadap suatu kejadian bencana alam. Biaya-biaya
tersebut dapat memenuhi definisi kewajiban jika pemerintah secara
formal mengakuinya sebagai tanggung jawab keuangan pemerintah, baik
biaya yang timbul dari transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran.
Sebagai contoh dalam kasus bencana alam di DIY, bagi setiap keluarga
yang rumahnya roboh akan diberikan ganti rugi Rp 30 juta. Apabila
sudah dicantumkan dalam peraturan (surat ketetapan) yang sah, tetapi
belum dibayar Pemerintah dapat mengakui kewajiban dan biaya untuk
kondisi di atas jira memenuhi dua kriteria berikut: (1) DPR/DPRD telah
menyetujui atau mengotorisasi sumber daya yang akan digunakan, (2)
transaksi dengan pertukaran timbul (misalnya saat kontraktor melakukan
perbaikan) atau jumlah transaksi tanpa pertukaran belum dibayar pada
tanggal pelaporan (misalnya pembayaran langsung ke korban bencana).

Pengukuran Kewajiban
Idealnya kewajiban harus diukur berdasarkan nilai tunainya (present
value) dari jumlah uang yang diperlukan untuk membayar (kembali)
kewajiban tersebut di masa yang akan dating. Namun dalam prakteknya,
kewajiban dicatat sebesar nilai nominal atau jatuh temponya (yaitu
jumlah uang yang harus dibayarkan pada tanggal jatuh tempo utang).
Oleh karena itu, pengukuran dengan cara tersebut mengakibatkan utang
yang disajikan di neraca sebenarnya lebih besar dari jumlah seharusnya.
Untuk kewajiban jangka pendek, perbedaan antara nilai tunai dan nilai

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 139


jatuh temponya relative kecil dan tidak materil. Kewajiban dalam mata
uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada
tanggal neraca. Nilai nominal atas kewajiban mencerminkan nilai
kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung
seperti nilai yang tertera pada lembar surat utang pemerintah. Aliran
ekonomi setelahnya, seperti transaksi pembayaran, perubahan penilaian
dikarenakan perubahan kurs valuta asing, dan perubahan lainnya selain
perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat
kewajiban tersebut.Penggunaan nilai nominal dalam menilai kewajiban
mengikuti karakteristik dari masing-masing pos.

Utang kepada Pihak Ketiga (Account Payable)


Terhadap barang/jasa yang telah diterima pemerintah dan belum dibayar,
termasuk barang dalam perjalanan yang telah menjadi haknya,
pemerintah mengakui kewajiban tersebut sebagai utang di neraca.
Contoh: Kontraktor membangun fasilitas atau peralatan sesuai dengan
spesifikasi yang ada pada kontrak perjanjian dengan pemerintah.
Kontraktor tersebut sudah menyelesaikan porsi pekerjaan tahap I dan
telah menyerahkan kepada pemerintah. Jumlah tagihan termin I tersebut
sampai akhir tahun belum dibayar. Oleh karena itu, jumlah tersebut
merupakan utang yang harus disajikan di neraca. Apabila dalam jumlah
kewajiban terdapat utang yang disebabkan adanya transaksi antar unit
pemerintahan, penyajiannya harus dipisahkan dari kewajiban kepada unit
nonpemerintahan.

Utang Bunga (Accrued Interest)

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 140


Utang bunga pinjaman pemerintah dicatat sebesar biaya bunga yang telah
terjadi dan belum dibayar. Bunga dimaksud dapat berasal dari utang
pemerintah baik dari dalam maupun luar negeri. Utang bunga pinjaman
pemerintah yang belum dibayar harus diakui pada setiap akhir periode
pelaporan sebagai bagian dari kewajiban jangka pendek. Pengukuran dan
penyajian utang bunga di atas juga berlaku untuk seguritas pemerintah
yang diterbitkan pemerintah pusat dalam bentuk Surat Utang Negara
(SUN) dan yang diterbitkan oleh pemerintah daerah (provinsi, kota, dan
kabupaten) dalam bentuk dan substansi yang sama dengan SUN.

Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)


Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan untuk PFK yang
Belem disetorkan kepada yang berhak harus disajikan sebagai utang di
neraca sebesar jumlah yang masih harus disetorkan. Jumlah
pungutan/potongan PFK yang dilakukan pemerintah harus diserahkan
kepada pihak lain sejumlah yang sama dengan jumlah yang
dipungut/dipotong. Pada akhir periode pelaporan biasanya masih terdapat
saldo pungutan/potongan yang belum disetorkan kepada pihak lain.
Jumlah saldo pungutan/potongan tersebut harus disajikan di neraca
sebesar jumlah yang masih harus disetorkan sebagai utang PFK.

Contoh: Pada Tahun 2006, Pemprov Maluku memungut iuran Askes,


tabungan perumahan, Pajak Penghasilan atas Gaji dari pegawai
pemerintah provinsi tersebut sebesar Rp 10 juta. Pada 31 Desember 2006,
diketahui jumlah pungutan yang telah disetor ke PT Askes, Perum
Perumnas dan Cantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) adalah
sebesar Rp 8 juta.
Atas transaksi tersebut, Pemprov Maluku seharusnya menyetor jumlah
PFK (iuran Askes, Tabungan Perumahan dan Pajak Penghasilan) sebesar
yang dipungut yaitu Rp 10 Juta. Tetapi pemda tersebut baru menyetor

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 141


hanya sebesar Rp 8 juta, oleh sebab itu Pemprov Maluku harus mencatat
Hutang PFK di Neraca Per 31 Desember 2006 sebesar Rp 2 Juta.

Bagian Lancar Utang Jangka Panjang


Nilai yang dicantumkan dalam laporan keuangan untuk bagian lancar
utang jangka panjang adalah jumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu
12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Contohnya Pinjaman
obligasi yang jatuh tempo tahun yang akan datang sebesar Rp 1 Milyar
disajikan sebesar nilai nominal.

Kewajiban Lancar Lainnya (Other Current Liabilities)


Kewajiban lancar lainnya merupakan kewajiban lancar yang tidak
termasuk dalam kategori utang jangka pendek di atas. Termasuk dalam
kewajiban lancar lainnya tersebut adalah biaya yang masih harus dibayar
pada saat laporan keuangan disusun. Pengukuran untuk masing-masing
item disesuaikan dengan karakteristik masing-masing pos tersebut,
misalnya utang gaji kepada pegawai dinilai berdasarkan jumlah gaji yang
masih harus dibayar atas jasa yang telah diserahkan oleh pegawai
tersebut.

Utang Pemerintah yang tidak Diperjualbelikan dan yang


Diperjualbelikan
Penilaian utang pemerintah disesuaikan dengan karakteristik utang
tersebut yang dapat berbentuk:
Utang Pemerintah yang tidak diperjualbelikan (Non-traded Debt)
Utang Pemerintah yang diperjualbelikan (Traded Debt)

Utang Pemerintah yang tidak Diperjualbelikan (Non-Traded Debt)


Nilai nominal atas utang pemerintah yang tidak diperjualbelikan (non-
traded debt) merupakan kewajiban entitas kepada pemberi utang sebesar

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 142


pokok utang dan bunga sesuai yang diatur dalam kontrak perjanjian dan
belum diselesaikan pada tanggal pelaporan.
Contoh dari utang pemerintah yang tidak dapat diperjualbelikan adalah
pinjaman bilateral, multilateral, dan lembaga keuangan international
seperti IMF, World Bank, ADB dan lainnya. Bentuk hukum dari pinjaman
ini biasanya dalam bentuk perjanjian pinjaman (loan agreement).
Untuk utang pemerintah dengan tarif bunga tetap, penilaian dapat
menggunakan skedul pembayaran (payment schedule) menggunakan
tariff bunga tetap. Untuk utang pemerintah dengan tarif bunga variabel,
misalnya tarif bunga dihubungkan dengan satu instrumen keuangan atau
dengan satu indeks lainnya, penilaian utang pemerintah menggunakan
prinsip yang sama dengan tarif bunga tetap, kecuali tarif bunganya
diestimasikan secara wajar berdasarkan data sebelumnya dan observasi
atas instrumen keuangan yang ada.

Utang Pemerintah yang Diperjualbelikan (Traded Debt)


Akuntansi untuk utang pemerintah dalam bentuk yang dapat
diperjualbelikan, misalnya obligasi atau Surat Utang Negara seharusnya
dapat mengidentifikasi jumlah sisa kewajiban dari pemerintah pada suatu
waktu tertentu beserta bunganya untuk suatu periode akuntansi. Untuk
penilaian surat utang ini perlu data hasil penjualan, dan nilai pada saat
jatuh tempo atas jumlah yang akan dibayarkan kepada pemegangnya.
Utang pemerintah yang dapat diperjualbelikan biasanya dalam bentuk
seguritas utang pemerintah (government debt securities) yang dapat
memuat ketentuan mengenai nilai utang pada saat jatuh tempo.Jenis surat
utang pemerintah ini dinilai sebesar nilai pari (original face value)
dengan memperhitungkan diskonto atau premium yang belum
diamortisasi. Surat utang pemerintah yang dijual sebesar nilai pari (face)
tanpa diskonto ataupun premium harus dinilai sebesar nilai pari (face).

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 143


Surat utang yang dijual dengan diskonto akan bertambah nilainya selama
periode penjualan dan jatuh tempo; sedangkan surat utang yang dijual
dengan harga premium nilainya akan berkurang.Amortisasi atas diskonto
atau premium dapat menggunakan metode garis lurus.
Sebagai contoh : Pemerintah menerbitkan obligasi retail seri 001
sebanyak 1.000.000 lembar dengan nilai nominal Rp 1.000.000 per
lembar. Pada tanggal 2 Januari 2006 hasil penjualan bersih obligasi ini
adalah Rp 1.100.000.000.000 Obligasi ini jatuh tempo 2 Januari 2011.
Metode amortisasi yang digunakan adalah garis lurus.
Nilai obligasi yang disajikan di neraca per 31 Desember 2006 adalah:

Nilai Nominal Rp 1.000.000.000.000


Premium Rp 100.000.000.000-(1/5X100.000.000000)
= Rp (20.000.000.000)
= Rp 1.080.000.000.000

Perubahan Valuta Asing


Utang pemerintah dalam mata uang asing dicatat dengan menggunakan
kurs tengah bank sentral saat terjadinya transaksi. Kurs tunai yang
berlaku pada tanggal transaksi sering disebut kurs spot (spot rate). Untuk
alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs tanggal transaksi sering
digunakan, misalnya rata-rata kurs tengah bank sentral selama seminggu
atau sebulan digunakan untuk seluruh transaksi pada periode tersebut.
Namun, jika kurs berfluktuasi secara signifikan, penggunaan kurs rata-
rata untuk suatu periode tidak dapat diandalkan.
Pada setiap tanggal neraca pos kewajiban moneter dalam mata uang asing
dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah
bank sentral pada tanggal neraca. Selisih penjabaran pos kewajiban
moneter dalam mata uang asing antara tanggal transaksi dan tanggal

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 144


neraca dicatat sebagai kenaikan atau penurunan ekuitas dana periode
berjalan.
Konsekuensi atas pencatatan dan pelaporan kewajiban dalam mata uang
asing akan mempengaruhi pos pada Neraca untuk kewajiban yang
berhubungan dan ekuitas dana pada entitas pelaporan. Apabila suatu
transaksi dalam mata uang asing timbul dan diselesaikan dalam periode
yang sama, maka seluruh selisih kurs tersebut diakui pada periode
tersebut. Namun jika timbul dan diselesaikannya suatu transaksi berada
dalam beberapa periode akuntansi yang berbeda, maka selisih kurs harus
diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan
perubahan kurs untuk masing-masing periode.

Contoh: Utang dalam US $ 1.000 equivalen dengan Rp 10.000.000


tercatat di buku besar. Pada tanggal 31 Desember 2005 kurs tengah BI
untuk US $ 1 adalah Rp 9.200,- Penyajian di neraca adalah Rp 9.200.000.
( US $ 1.000 X Rp 9.200).

d). Penyelesaian Kewajiban Sebelum Jatuh Tempo


Untuk sekuritas utang pemerintah yang diselesaikan sebelum jatuh
tempo karena adanya fitur untuk ditarik oleh penerbit dari sekuritas
tersebut atau karena memenuhi persyaratan untuk penyelesaian oleh
permintaan pemegangnya maka perbedaan antara harga perolehan
kembali dan nilai tercatat netonya harus diungkapkan pada Catatan atas
Laporan Keuangan sebagai bagian dari pos kewajiban yang berkaitan.
Apabila harga perolehan kembali adalah sama dengan nilai tercatat
(carrying value) maka penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo
dianggap sebagai penyelesaian utang secara normal, yaitu dengan
menyesuaikan jumlah kewajiban dan ekuitas dana yang berhubungan.
Apabila harga perolehan kembali tidak sama dengan nilai tercatat

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 145


(carrying value) maka, selain penyesuaian jumlah kewajiban dan
ekuitas dana yang terkait, jumlah perbedaan yang ada juga
diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.

Tunggakan
Jumlah tunggakan atas pinjaman pemerintah harus disajikan dalam
bentuk Daftar Umur (aging schedule) Kreditur pada Catatan atas
Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan kewajiban.
Tunggakan didefinisikan sebagai jumlah tagihan yang telah jatuh tempo
namun pemerintah tidak mampu untuk membayar jumlah pokok
dan/atau bunganya sesuai jadwal. Beberapa jenis utang pemerintah
mungkin jatuh tempo sesuai jadwal pada satu tanggal yang
mengharuskan debitur untuk melakukan pembayaran kewajiban kepada
kreditur.
Praktik akuntansi biasanya tidak memisahkan jumlah tunggakan dari
jumlah utang yang terkait dalam lembar muka (face) laporan keuangan.
Namur informasi tunggakan pemerintah menjadi salah satu informasi
yang menarik perhatian pembaca laporan keuangan sebagai bahan
analisis kebijakan dan solvabilitas satu entitas.
Untuk keperluan tersebut, informasi tunggakan harus diungkapkan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan dalam bentuk Daftar Umur
Utang.

Restrukturisasi Utang
Dalam restrukturisasi utang melalui modifikasi persyaratan utang,
debitar harus mencatat dampak restrukturisasi secara prospektif sejak
saat restrukturisasi dilaksanakan dan tidak boleh mengubah nilai

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 146


tercatat utang pada saat restrukturisasi kecuali jika nilai tercatat
tersebut melebihi jumlah pembayaran kas masa depan yang ditetapkan
dengan persyaratan baru. Informasi restrukturisasi ini harus
diungkapkan pada Catatan atas Laboran Keuangan sebagai bagian
pengungkapan dari pos kewajiban yang terkait.
Jumlah bunga harus dihitung dengan menggunakan tingkat bunga
efektif konstan dikalikan dengan nilai tercatat utang pada awal setiap
periode antara saat restrukturisasi sampai dengan saat jatuh tempo.
Tingkat bunga efektif yang baru adalah sebesar tingkat diskonto yang
dapat menyamakan nilai tunai jumlah pembayaran kas masa depan
sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan baru (tidak temasuk utang
kontinjen) dengan nilai tercatat. Berdasarkan tingkat bunga efektif yang
baru akan dapat menghasilkan jadwal pembayaran yang baru dimulai
dari saat restrukturisasi sampai dengan jatuh tempo.
Informasi mengenai tingkat bunga efektif yang lama dan yang baru
harus disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan. Jika jumlah
pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan
baru utang termasuk pembayaran untuk bunga maupun untuk pokok
utang lebih rendah dari nilai tercatat, maka debitur harus mengurangi
nilai tercatat utang ke jumlah yang sama dengan jumlah pembayaran
kas masa depan sebagaimana yang ditentukan dalam persyaratan baru.
Hal tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
sebagai bagian pengungkapan dari pos kewajiban yang berkaitan.
Suatu entitas tidak boleh mengubah nilai tercatat utang sebagai akibat
dari restrukturisasi utang yang menyangkut pembayaran kas masa
depan yang tidak dapat ditentukan, selama pembayaran kas masa depan
maksimum tidak melebihi nilai tercatat utang.
Jumlah bunga atau pokok utang menurut persyaratan baru dapat
merupakan kontinjen, tergantung peristiwa atau keadaan tertentu.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 147


Sebagai contoh, debitur mungkin dituntut untuk membayar jumlah
tertentu jika kondisi keuangannya membaik sampai tingkat tertentu
dalam periode tertentu. Untuk menentukan jumlah tersebut maka harus
mengikuti prinsip-prinsip yang diatur pada akuntansi kontinjensi yang
tidak diatur dalam pernyataan ini. Prinsip yang sama berlaku untuk
pembayaran kas masa depan yang seringkali harus diestimasi.

e). Penghapusan Utang


Penghapusan utang adalah pembatalan secara sukarela tagihan oleh
kreditur kepada debitur, baik sebagian maupun seluruhnya, jumlah
utang debitur dalam bentuk perjanjian formal diantara keduanya. Atas
penghapusan utang mungkin diselesaikan oleh debitur ke kreditur
melalui penyerahan aset kas maupun nonkas dengan nilai utang di
bawah nilai tercatatnya. Jika penyelesaian satu utang yang nilai
penyelesaiannya di bawah nilai tercatatnya dilakukan dengan aset kas,
maka ketentuan pada restrukturisasi utang di pragaraf sebelumnya
berlaku.
Jika penyelesaian suatu utang yang nilai penyelesaiannya di bawah
nilai tercatatnya dilakukan dengan aset nonkas maka entitas sebagai
debitur harus melakukan penilaian kembali atas aset nonkas dahulu ke
nilai wajarnya dan kemudian menerapkan ketentuan pada
resktrusturisasi paragraf sebelumnya, serta mengungkapkan pada
Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian dari pos kewajiban dan
aset nonkas yang berhubungan. Informasi dalam Catatan atas Laporan
Keuangan harus mengungkapkan jumlah perbedaan yang timbul
sebagai akibat restrukturisasi kewajiban tersebut yang merupakan
selisih lebih antara:
Nilai tercatat utang yang diselesaikan (jumlah nominal dikurangi atau
ditambah dengan bunga terutang dan premi, diskonto, biaya keuangan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 148


atau biaya penerbitan yang belum diamortisasi), dengan Nilai wajar
aset yang dialihkan ke kreditur.

f). Biaya-Biaya Yang Berhubungan Dengan Utang Pemerintah


Biaya-biaya yang berhubungan dengan utang pemerintah adalah biaya
bunga dan biaya lainnya yang timbul dalam kaitan dengan peminjaman
dana. Biaya-biaya dimaksud meliputi:
 Bunga atas penggunaan dana pinjaman, baik pinjaman jangka
pendek maupun jangka panjang;
 Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman,
 Amortisasi biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman seperti
biaya konsultan, ahli hukum, commitment fee, dan sebagainya .
 Perbedaan nilai tukar pada pinjaman dengan mata uang asing
sejauh hal tersebut diperlakukan sebagai penyesuaian atas biaya
bunga.
Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan
perolehan atau produksi suatu aset tertentu (qualifying asset) harus
dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aset tertentu tersebut.
Apabila bunga pinjaman dapat diatribusikan secara langsung dengan
aset tertentu, maka biaya pinjaman tersebut harus dikapitalisasi
terhadap aset tertentu tersebut. Apabila biaya pinjaman terebut tidak
dapat diatribusikan secara langsung dengan aset tertentu, maka
kapitalisasi biaya pinjaman ditentukan berdasarkan penjelasan pada
paragraf dibawah ini.
Dalam keadaan tertentu sulit untuk mengidentifikasikan adanya
hubungan langsung antara pinjaman tertentu dengan perolehan suatu
aset tertentu dan untuk menentukan bahwa pinjaman tertentu tidak
perlu ada apabila perolehan aset tertentu tidak terjadi. Misalnya,
apabila terjadi sentralisasi pendanaan lebih dari satu kegiatan/proyek
pemerintah. Kesulitan juga dapat terjadi bila statu entitas menggunakan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 149


beberapa jenis sumber pembiayaan dengan tingkat bunga yang
berbeda-beda. Dalam hal ini, sulit untuk menentukan jumlah biaya
pinjaman yang dapat secara langsung diatribusikan, sehingga
diperlukan pertimbangan profesional (professional judgement) untuk
menentukan hal tersebut.
Apabila suatu dana dari pinjaman yang tidak secara khusus digunakan
untuk perolehan aset maka biaya pinjaman yang harus dikapitalisasi ke
aset tertentu harus dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang (weighted
average) atas akumulasi biaya seluruh aset tertentu yang berkaitan
selama periode pelaporan.

g). Penyajian Dan Pengungkapan


Utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar
skedul utang untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada
pemakainya. Untuk meningkatkan kegunaan analisis, informasi-
informasi yang harus disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
adalah:
 Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang
diklasifikasikan berdasarkan pemberi pinjaman;
 Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis
sekuritas utang pemerintah dan jatuh temponya;
 Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat
bunga yang berlaku;
 Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh
tempo;
 Perjanjian restrukturisasi utang meliputi:
 Pengurangan pinjaman;
 Modifikasi persyaratan utang;
 Pengurangan tingkat bunga pinjaman;
 Pengunduran jatuh tempo pinjaman;

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 150


 Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman; dan
 Pengurangan jumlah bunga terutang sampai dengan periode
pelaporan.
 Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar
umur utang berdasarkan kreditur.
 Biaya pinjaman:
 Perlakuan biaya pinjaman;
 Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada periode yang
bersangkutan;
 Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan

h) Jurnal standar Kewajiban


Untuk biaya yang sudah harus dibayar, namun belum ditunaikan
dicatat sebagai berikut :
Dana yg harus disediakan utk pemby hutang Jk Pjg XXX
Hutang Jangka Panjang XXX
Jurnal pembayaran kewajiban, sebagai berikut:
Hutang jangka panjang XXX
Dana yg hrs disediakan utk pemb htg Jk Pjg XXX
Untuk relaksifikasi dari utang jangka panjang menjadi utang jangka
pendek, nama acoounnya disebut bagian lancar utang jangka panjang :
Hutang jangka panjang XXX
Dana yg hrs disediakan utk pemb htg Jk Pjg XXX
Jurnal reklasifikasi sebagai berikut:
Dana yg hrs disediakan utk pemby hutang Jk pendek XXX
Bagian lancar Hutang Jangka Panjang XXX

F. AKUNTANSI EKUITAS DANA


1. Pengertian Ekuitas Dana

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 151


Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan
selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. Contoh ekuitas dana antara
lain Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan ekuitas dana yang
diinvestasikan.

2. Klasifikasi Ekuitas Dana


Ekuitas dana dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a). Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban
jangka pendek. Ekuitas Dana Lancar terdiri dari:
 Sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA), yang merupakan akun
pasangan yang menampung kas dan setara kas serta investasi
jangka pendek.
 Pendapatan yang Ditangguhkan, yang merupakan akun pasangan
untuk menampung Kas di Bendahara Penerimaan.
 Cadangan Piutang, yang merupakan akun pasangan yang
dimaksudkan untuk menampung piutang lancar.
 Cadangan Persediaan, yang merupakan akun pasangan dari
persediaan.
 Dana yang Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek,
merupakan akun pasangan dari kewajiban jangka pendek lainnya.

Penyajian Ekuitas Dana Lancar di neraca adalah:


Ekuitas Dana Lancar
SiLPA Rp XXX
Pendapatan yang Ditangguhkan Rp XXX
Cadangan Piutang Rp XXX
Cadangan Persediaan Rp XXX
Dana yg Disediakan Utk Pembayaran Utang Jk Pendek Rp XXX
Total Ekuitas Dana Lancar Rp XXX

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 152


b). Ekuitas Dana Investasi
Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang
tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya,
dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. Ekuitas Dana Investasi
terdiri dari:
 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang, yang merupakan
akun pasangan dari Investasi Jangka Panjang.
 Diinvestasikan dalam Aset Tetap merupakan akun pasangan dari
Aset Tetap,
 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya, yang merupakan akun
pasangan Aset Lainnya.
 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka
Panjang (contra account), yang merupakan akun pasangan dari
seluruh Utang Jangka Panjang.

Penyajian Ekuitas Dana Investasi di neraca adalah:


Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang Rp XXX
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp XXX
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Rp XXX
Dana yg Hrs Disediakan utk Pembayaran Utang Jk Panjang Rp XXX
Total Ekuitas Dana Investasi Rp XXX

c). Ekuitas Dana Cadangan


Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang
dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan
perundangundangan. Ekuitas Dana Cadangan terdiri dari:

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 153


Penyajian Ekuitas Dana Investasi dalam neraca adalah:
Ekuitas Dana Cadangan
Ekuitas Dana Cadangan Rp XXX
Total Ekuitas Dana Cadangan Rp XXX

Saldo Normal
Nama Akun Saldo Normal Bertambah Berkurang

Ekuitas Dana Lancar Kredit Kredit Debit


DYHD untuk Pembayaran Debit Debit Kredit
Hutang Jangka Pendek
Ekuitas Dana Investasi Kredit Kredit Debit
DYHD untuk Pembayaran Debit Debit Kredit
Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana Cadangan Kredit Kredit Debit

H. AKUNTANSI SELAIN KAS


Prosedur akuntansi selain kas meliputi serangkaian proses mulai
dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang
berkaitan dengan semua transaksi atau kejadian selain kas yang dapat
dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Prosedur
akuntansi selain kas meliputi:

1. Pengakuan aset, hutang, dan ekuitas


Pengakuan aset sangat terkait dengan belanja modal yang
dilakukan. Penambahan aset, hutang, dan ekuitas mungkin terjadi meski

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 154


tidak ada aliran kas masuk atau keluar dalam suatu transaksi/peristiwa. Jika
demikian, maka penjurnalan pada hakikatnya menggunakan konsep bahwa
akun-akun di neraca dibuat berpasangan. Aset dan hutang atau kewajiban
berpasangan dengan ekuitas dana (ekuitas dana lancar, investasi, dan
cadangan).

2. Transaksi Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan Berbentuk


Barang
Transaksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam bentuk
barang/aset harus dilaporkan dalam LRA dengan cara menaksir nilai aset
tersebut pada tanggal transaksi. Berhubung transaksi ini harus dicatat
sebagai pendapatan dan belanja atau pembiayaan, maka perlu dibuatkan
dokumen anggaran sebagai pendapatan, belanja, atau pembiayaan sebagai
dokumen pengesahan anggaran. Berdasarkan dokumen pengesahan inilah
dibuat jurnal untuk mencatat transaksi ini. Berhubung transaksi ini tidak
melibatkan arus kas maka transaksi ini tidak dilaporkan dalam Laporan
Arus Kas.
Di samping itu, transaksi semacam ini juga harus diungkapkan
sedemikian rupa pada Catatan atas Laporan Keuangan sehingga dapat
memberikan semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari
pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang diterima. Contoh transaksi
berwujud barang adalah hibah dalam wujud barang dan barang rampasan.
Contoh:
Diterima hibah dari UNICEF sebuah mobil ambulance seharga Rp200 juta.
Jurnal penerimaan hibah berupa barang ini adalah:
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Utang kepada BUD 200juta 200jut


Pendapatan Hibah a

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 155


Belanja Modal – Peralatan 200 juta
dan Mesin
Piutang dari BUD 200
juta

Peralatan dan Mesin 200 juta


Diinvestasikan dalam 200
Aset Tetap juta

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Belanja Modal – Peralatan 200 juta200 juta


dan Mesin
Pendapatan Hibah

3. Jurnal Terkait Dengan Transaksi Yang Bersifat Accrual Dan


Prepayment
Merupakan jurnal yang dilakukan dikarenakan adanya transaksi
yang sudah dilakukan namun pengeluaran kas belum dilakukan (accrual)
atau terjadi transaksi pengeluaran kas untuk belanja di masa yang akan
datang (prepayment). Konsep akuntansi pemerintahan memungkinkan
diakuinya penambahan jumlah rupiah suatu akun atau akun dari transaksi
atau kejadian non kas (akrual) apabila telah terjadi perpindahanan
hak/kewajiban dan perpindahan tersebut telah dapat diukur berapa nilai
uangnya.
Untuk biaya yang sudah harus dibayar, namun belum ditunaikan
dicatat dengan mendebit akun Dana yang Harus Disediakan untuk
Pembayaran Utang Jangka Pendek dan mengkredit akun Utang Jangka
Pendek Lainnya.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 156


Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi selain
kas adalah berupa bukti memorial yang dilampiri dengan bukti transaksi
jika tersedia. Berikut ini prosedur pencatatannya.
 PPK-SKPKD berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian selain kas
membuat bukti memorial. Bukti memorial tersebut sekurang-kurangnya
memuat informasi mengenai (a) tanggal transaksi dan/atau kejadian, (2)
kode akun, (3) uraian transaksi dan/atau kejadian, dan (4) jumlah
rupiah.
 PPK-SKPKD mencatat bukti memorial ke dalam buku jurnal umum.
 Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian selain kas
diposting ke dalam buku besar sesuai kode akun yang bersangkutan dan
pada setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar
penyusunan laporan keuangan SKPKD.

4. Koreksi Kesalahan
Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan
informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi
yang dilakukan oleh entitas pelaporan. Untuk menjaga integritas data dan
agar informasi laporan keuangan tidak menyesatkan maka laporan
keuangan harus bebas dari kesalahan.
Laporan keuangan disusun pada pisah tanggal tertentu; terhadap
laporan keuangan pemerintah, mengikuti periode tahun anggaran yaitu
meliputi masa satu tahun mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31
Desember. Menurut ketentuan UU Bidang Keuangan laporan keuangan
pemerintah harus disampaikan kepada DPR paling lambat 6 bulan setelah
tutup tahun buku, setelah dilakukan audit oleh BPK. Terdapat tahapan atau
periode waktu dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan sampai
dengan penyampaian laporan keuangan ke DPR, yaitu :
 periode waktu sebelum laporan keuangan disusun dan disajikan,
atau tahun berjalan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 157


 periode waktu setelah laporan keuangan sudah diterbitkan tetapi
belum diaudit oleh BPK
 periode waktu setelah laporan diaudit oleh BPK disampaikan ke
DPR/DPRD dan telah ditetapkan dengan UU atau Peraturan
daerah.
Adapun kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bisa terjadi
pada satu atau beberapa periode sebelumnya dan mungkin baru ditemukan
pada periode berjalan atau pada periode setelah Laporan Keuangan
disahkan dan telah diterbitkan Undang-undang dan/atau Peraturan Daerah.
Kesalahankesalahan tersebut kemungkinan disebabkan antara lain
keterlambatan penyampaian bukti transaksi keuangan oleh Pengguna
Anggaran, kesalahan perhitungan matematis, kesalahan pencatatan,
kesalahan dalam interprestasi fakta, kecurangan atau kelalaian dan
kemungkinan kesalahan dalam penerapan standar dan kebijakan akuntansi.
Dalam situasi tertentu suatu kesalahan mungkin mempunyai
pengaruh signifikan bagi satu atau lebih laporan keuangan periode
sebelumnya sehingga laporan-laporan keuangan tersebut tidak dapat
diandalkan. Agar informasi laporan keuangan bebas dari unsur kesalahan,
maka PSAP No 10 mengatur perlakuan tentang koreksi kesalahan.
Kesalahan adalah penyajian pos-pos yang secara signifikan tidak sesuai
dengan yang seharusnya yang mempengaruhi laporan keuangan periode
berjalan atau periode sebelumnya. Periode berjalan adalah periode sebelum
laporan keuangan belum ditetapkan dengan Perda.
Periode sebelumnya adalah periode akuntansi dimana laporan
keuangan telah diterbitkan. Paragrap 16 PSAP 10 menjelaskan bahwa
laporan keuangan dianggap sudah diterbitkan apabila sudah ditetapkan
dengan undang-undang atau peraturan daerah.
Ditinjau dari sifat kejadiannya, kesalahan dapat dikelompokkan
menjadi kesalahan yang tidak berulang dan kesalahan yang berulang dan
sistemik.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 158


1. Menurut paragraf 11, menetapkan bahwa koreksi kesalahan yang tidak
berulang yang terjadi pada periode berjalan, baik yang mempengaruhi
kas maupun yang tidak, dilakukan dengan pembetulan pada akun yang
bersangkutan dalam periode yang berjalan.
Kesalahan dalam jenis belanja dan pendapatan akan dilakukan koreksi
terhadap jenis belanja dan pendapatan yang bersangkutan dengan
memperhatikan pengaruh kesalahan tersebut terhadap kas.

Contoh kesalahan yang mempengaruhi Kas dalam periode


berjalan:
Pada tanggal 15 Mei 2006, dibayar gaji pegawai dengan menerbitkan
SP2D-LS dengan nilai Rp 513.000.000. Pada hari dan tanggal yang
sama SP2D-LS tersebut dibukukan oleh bagian keuangan sebesar Rp
531.000.000,-. Pada waktu dilakukan kas opname, ditemukan perbedaan
antara saldo kas menurut bank dan saldo menurut buku dan setelah
diteliti perbedaanya adalah pada SP2D-LS yg diterbitkan tgl 15 Mei
2006.
Transaksi tersebut dicatat pada tanggal 15 Mei 2006 :
Kelebihan pencatatan pada akun belanja pegawai sebesar Rp 18.
000.000, (Rp 531.000.000 - Rp 513.000.000) dilakukan koreksi
sebagai berikut:

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 159


15/5/06 Piutang dari BUD 18 juta
Belanja Pegawai 18 juta
(Untuk mencatat
penerimaan kembali
belanja pegawai)

BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

15/5/06 Kas di Kas Daerah 18 juta


Belanja Pegawai 18 juta
(Untuk mencatat
penerimaan kembali
belanja pegawai)

Tidak Mempengaruhi Kas pada periode berjalan.


Pada Tanggal 15 Mei 2006, dibayar gaji pegawai dengan menerbitkan
SP2D-LS dengan nilai Rp 531.000.000. Pada hari dan tanggal yang
sama SP2D-LS tersebut dibukukan oleh bagian keuangan sebesar Rp
531.000.000 sebagai belanja barang. Pada waktu menyusun laporan
diketahui ada kekeliruan pembukuan belanja atas SP2D pada tanggal
15 Mei 2006, maka transaksi tersebut akan dikoreksi seperti berikut:
Karena kesalahan pada akun belanja, maka koreksi dilakukan
sebagai berikut:

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 160


Belanja Pegawai Rp 531.000.000
Belanja Barang Rp 531.000.000

BUD
Tidak ada Jurnal

2. Menurut paragraf 12 PSAP 10, menetapkan bahwa koreksi kesalahan


yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
mempengaruhi posisi kas apabila laporan keuangan periode tersebut
belum diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan
atau akun belanja dari periode yang bersangkutan

Contoh 1: Pada tanggal 20 April 2005, diterima setoran atas


pendapatan Retribusi Parkir dengan STS No. 123 sebesar Rp
13.000.000. Pada hari dan tanggal yang sama STS tersebut dibukukan
oleh bagian keuangan sebesar Rp 31.000.000,-. Pada bulan Januari 2006
waktu menyusun laporan, diketahui kesalahan tersebut, ditemukan
perbedaan antara saldo kas menurut bank dan saldo menurut buku
sebesar Rp 18.000.000 (Rp 31.000.000 – Rp 13.000.000).

Dengan ditemukannya kesalahan pencatatan tersebut pembetulan


dilakukan dengan jurnal koreksi sebagai berikut:

Pendapatan retribusi Rp 18.000.000


Utang kepada BUD Rp 18.000.000

Pendapatan Retribusi Rp 18.000.000


Kas di kas daerah Rp 18.000.000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 161


Contoh 2: Pada Tanggal 15 Mei 2005, dibayar gaji pegawai dengan
menerbikan SP2DLS dengan nilai Rp 513.000.000. Pada hari dan
tanggal yang sama SP2D-LS tersebut dibukukan oleh bagian keuangan
sebesar Rp531.000.000,-.

Pada bulan Januari 2006 waktu menyusun laporan, diketahui kesalahan


tersebut, ditemukan perbedaan antara saldo kas menurut bank dan
saldo menurut buku sebesar Rp18.000.000 (Rp531.000.000–
Rp513.000.000).

Atas kesalahan tersebut belanja pegawai harus dikurangi sebesar


Rp18.000.000 (Rp531.000.000-Rp513.000.000) dan dikoreksi dengan
jurnal sebagai berikut:

Piutang dari BUD Rp 18.000.000

Belanja Pegawai Rp 18.000.000

Kas di Kas Daerah Rp 18.000.000

Belanja Pegawai Rp 18.000.000

3. Menurut paragraf 13 PSAP 10 Koreksi kesalahan atas pengeluaran


belanja (sehingga mengakibatkan penerimaan kembali belanja) yang
tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
mempengaruhi posisi kas serta mempengaruhi secara material posisi
aset selain kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 162


lain, akun aset, serta akun ekuitas dana yg terkait.

Pada Tanggal 20 Oktober 2005, dibayar belanja modal atas pengadaan


2 mobil dinas @ Rp 255.000.000,- pembayaran dilakukan dengan
SP2D-LS sebesar Rp 550.000.000,-. Pada hari dan tanggal yang
sama SP2D-LS tersebut dibukukan oleh bagian keuangan sebesar Rp
550.000.000,-. Pada Bulan Juni 2006 laporan keuangan Tahun
Anggaran 2005 telah diterbitkan dan telah disampaikan ke DPRD,
kemudian diketahui bahwa ada kesalahan dalam penerbitan dan
pembayaran SP2D-LS atas pengadaan mobil dinas pada tanggal 20
April 2005 yang seharusnya berjumlah Rp 510.000.000 sehingga harus
dilakukan pengembalian belanja tersebut oleh pemasok sebesar Rp
40.000.000,-. Penagihan kepada pemasok sudah berhasil dilakukan
dan disetorkan pada tanggal 25 Juni 2006 sebesar Rp 40.000.000,-
Pengaruh pengembalian tersebut adalah bertambahnya kas dan
pendapatan yang diikuti penurunan aset. Transaksi tersebut akan
dibukukan seperti berikut:

Belanja Modal – Peralatan Rp 550.000.000


dan Mesin Rp 550.000.000
Piutang dari BUD

Peralatan dan Mesin Rp 550.000.000


Diinvestasikan dalam Rp 550.000.000
Aset Tetap

Utang kepada BUD Rp 40.000.000


Pendapatan lain-lain Rp 40.000.000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 163


Diinvestasikan dalam Aset Rp 40.000.000
Tetap Rp 40.000.000
Peralatan dan Mesin

BUD
Belanja Modal Peralatan Rp 550.000.000
dan Mesin Rp 550.000.000
Kas di kas daerah

Kas di Kas Daerah Rp 40.000.000


Pendapatan Lain-lain Rp 40.000.000

4. Paragraf 14, menetapkan bahwa koreksi kesalahan atas


pengeluaran belanja (sehinggamengakibatkan penerimaan kembali
belanja) yang tidak berulang yang tejadi pada periode-periode
sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas dan tidak mempengaruhi
secara material posisi aset selain kas, apabila laporan keuangan
periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan
pada akun pendapatan lainnya.
Contoh: Pada tanggal 15 Mei 2005, diterbitkan SP2D atas SPJ belanja
modal atas pengadaan Air Condition (AC) seharga Rp 2.250.000,-.
Pada hari dan tanggal yang sama SP2D tersebut dibukukan oleh
bagian keuangan sebesar Rp 2.250.000,-. Pada bulan Agustus 2006,
pada saat itu laporan keuangan tahun 2005 sudah disampaikan ke
DPRD, diketahui ada kesalahan dalam pengesahan SPJ pengadaan
AC tanggal 15 Mei 2005, dimana harga beli AC menurut faktur sebesar
Rp 2.225.000,- Akibatnya aset tetap yang terlalu tinggi Rp 25.000
(pengaruhnya tidak material) dan disarankan oleh Bawasda agar
dilakukan tuntutan perbendaharaan kepada Bendahara Pengeluaran,

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 164


dan telah dilakukan pembayaran kembali oleh Bendahara Pengeluaran.

Transaksi tersebut dibukukan seperti berikut:


SKPD

Belanja Modal – Peralatan Rp 2.250.000


dan Mesin Rp 2.250.000
Piutang dari BUD

Peralatan dan Mesin Rp 2.250.000


Diinvestasikan dalam Aset Rp 2.250.000
tetap

Utang kepada BUD Rp 25.000


Pendapatan lain-lain Rp 25.000

Belanja Modal Peralatan dan Rp 2.250.000


Mesin Rp 2.250.000
Kas di kas daerah

Kas di kas daerah Rp 25.000


Pendapatan Lain-lain Rp 25.000

5. Menurut paragraf 15 PSAP 10, Koreksi kesalahan atas penerimaan


pendapatan yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas, apabila laporan keuangan
tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun
ekuitas dana lancar.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 165


Kesalahan atas penerimaan pendapatan yang tidak berulang yang terjadi
pada periode sebelumnya dan mengakibatkan kas bertambah dimana
laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, koreksi kesalahan
pendapatan tersebut dilakukan dengan menambah kas dan menambah
akun ekuitas dana lancar. Sedangkan apabila kesalahan mengakibatkan
saldo kas berkurang, maka koreksi dilakukan dengan mengurangi
ekuitas dana lancar dan kas.

Contoh Pada Tanggal 9 Pebruari 2005, diterima pendapatan sewa


gedung pertemuan dengan bukti STS sejumlah Rp 3.575.000. dan salah
dibukukan sebesar Rp 3.275.000. Kesalahan atas pencatatan tersebut
ditemukan pada tahun 2006 dimana laporan keuangan Tahun Anggaran
2005 telah diterbitkan. Pengaruh dari pencatatan pendapatan yang
demikian adalah penyajian saldo Kas dan SiLPA menurut buku terlalu
kecil sehingga akun Kas dan SiLPA harus ditambah. Transaksi –
transaksi tersebut akan dibukukan seperti berikut:

SKPD
Utang kepada BUD Rp 3.275.000
Lain-lain PAD – Rp 3.275.000
Pendapatan Sewa

Jurnal Koreksi Tidak ada jurnal

Kas di kas daerah Rp 3.275.000


Lain – lain PAD Rp 3.275.000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 166


Kas di kas daerah Rp 300.000
SiLPA/SiKPA Rp 300.000

6. Paragraf 20 PSAP 10 menyatakan : Koreksi kesalahan yang tidak


berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan tidak
mempengaruhi posisi kas, baik sebelum maupun setelah laporan
keuangan periode tersebut diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan
pos-pos neraca terkait pada periode ditemukannya kesalahan.
7.
Contoh:Belanja modal atas Peralatan Mesin sebesar Rp 5.000.000
pada waktu mencatat aset tetap salah dibukukan sebagai aset tetap
Jalan, irigasi dan jaringan.
SKPD
Belanja Modal Peralatan Mesin Rp 5.000.000
Piutang dari BUD Rp 5.000.000

Jalan, Irigasi dan Jaringan Rp 5.000.000


Diinvestasikan dalam Aset Rp 5.000.000
Tetap

Peralatan Mesin Rp 5.000.000


Jalan, Irigasi dan Jaringan Rp 5.000.000

Belanja Modal Peralatan dan Rp 5.000.000


Mesin Rp 5.000.000
Kas di Kas Daerah

Jurnal koreksi

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 167


tidak ada jurnal

8. Paragraf 22 menyatakan : kesalahan berulang dan sistemik seperti yang


dimaksud pada paragraf 9, tidak memerlukan koreksi, melainkan
dicatat pada saat terjadi.
Paragraf 9 menjelaskan bahwa kesalahan yang berulang dan sistemik
adalah kesalahan yang disebabkan oleh sifat alamiah (normal) dari
jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan terjadi berulang.
Contohnya adalah penerimaan pajak dari wajib pajak yang memerlukan
koreksi sehingga perlu dilakukan restitusi atau tambahan pembayaran
dari wajib pajak.

Apabila seorang wajib pajak kurang bayar, maka pada saat dibayar
dicatat sebagai pendapatan pajak pada saat diterimanya pendapatan
tersebut, dan sebaliknya apabila lebih bayar maka pembayaran restitusi
kepada wajib pajak, maka dicatat sebagai pengurang pendapatan pajak
pada saat terjadi.

Contoh: Pada bulan Maret 2006, Wajib pajak A menerima SKPT


kurang bayar pajak untuk tahun 2005 sebesar Rp 5.000.000,-. Terhadap
tagihan tersebut wajib pajak telah membayar pada bulan April 2006.

SKPD
Utang kepada BUD Rp 5.000.000
Pendapatan pajak Rp 5.000.000

Kas di kas daerah Rp 5.000.000


Pendapatan Pajak Rp 5.000.000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 168


5.Akuntansi Surplus/Defisit
Surplus adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama
satu periode pelaporan. Defisit adalah selisih kurang antara pendapatan dan
belanja selama satu periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara
pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
Surplus/Defisit. Surplus/defisit diperoleh melalui jurnal penutup
pendapatan dan belanja. Perhitungan Surplus/defisit dilakukan di tingkat
pemerintah daerah (BUD) melalui jurnal penutup pada saat dilakukan
proses penggabungan di BUD. Di SKPD tidak dilakukan penandingan
antara pendapatan dan belanja sehingga tidak ada surplus/defisit. Dalam
ilustrasi ini digunakan pendekatan penutupan akun secara
berjenjang. Di SKPD, akun realisasi anggaran ditutup ke
akun alokasi anggaran dalam DPA SKPD.

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Pendapatan 9 juta
Utang kepada BUD 1 juta
Estimasi Pendapatan 10 juta
yang dialokasikan
Allotment Belanja 20 juta
Piutang dari BUD 2 juta
Belanja ... 18 juta

Selanjutnya penutupan akun pendapatan dan belanja serta anggarannya di


BUD dapat diilustrasikan berikut ini.

Contoh:
Estimasi Pendapatan Rp1.000 miliar dan realisasi Pendapatan Rp950
miliar. Sementara Apropriasi Belanja Rp1.250 miliar dan Realisasi Belanja

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 169


Rp1.100 miliar.

Jurnal Penutup
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Des 31 Apropriasi Belanja 1.250


Alokasi Apropriasi Belanja 1.250
Des 31 Alokasi Estimasi Pendapatan 1.000
Estimasi Pendapatan 1.000
Des 31 Pendapatan 950
Surplus/Defisit 150
Belanja 1.100

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 170


Bab 3

A. PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN


1B
Laporan keuangan konsolidasian merupakan bagian dari
mekanisme pertanggungjawaban pengelolaan keuangan di pemerintahan
daerah. Laporan keuangan konsolidasian sering juga disebut laporan
keuangan gabungan semua unit-unit yang terdapat dalam pemerintahaan.
PSAP No. 11 menyatakan bahwa laporan keuangan konsolidasian adalah
suatu laporan keuangan yang merupakan gabungan keseluruhan laporan
keuangan entitas pelaporan sehingga tersaji sebagai laporan satu entitas
tunggal.
Tujuan PSAP 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian adalah
memberikan acuan dan aturan dalam penyusunan laporan keuangan
konsolidasian pada unit-unit pemerintahan dalam rangka menyajikan
laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statements) demi meningkatkan kualitas dan kelengkapan laporan keuangan
dimaksud. Yang dimaksud dengan laporan keuangan untuk tujuan umum
adalah laporan keuangan yang dapat memenuhi kebutuhan dan
memberikan informasi sebagian besar pengguna laporan termasuk lembaga
legislatif sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan. Disamping itu diharapkan PSAP 11 dapat menjadi acuan akan
pentingnya penyusunan laporan keuangan konsolidasian yang selama ini

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 171


belum dilaksanakan secara menyeluruh oleh entitas pelaporan.
Laporan keuangan konsolidasian disusun dari berbagai unit
pemerintah, baik yang merupakan entitas pelaporan (pengendali) maupun
entitas akuntansi (kendalian) yang menyusun laporan keuangan. Satu
kesatuan laporan keuangan yang dihasilkan oleh masing-masing entitas
akuntansi tersebut selanjutnya diterbitkan oleh entitas pelaporan dalam
bentuk laporan keuangan konsolidasian. Jadi, yang menyusun laporan
keuangan konsolidasian adalah entitas pelaporan. Salah satu ciri khusus
entitas pelaporan adalah adanya mekanisme pertanggungjawaban yang
melekat padanya, baik langsung ataupun tidak, kepada wakil rakyat atau
legislatif selaku pihak yang menyetujui anggaran yang dilaksanakan oleh
entitas tersebut.
Laporan keuangan konsolidasian disusun dengan menggabungkan
laporan antar entitas pelaporan dan ditambah laporan keuangan Badan
Layanan Umum. Laporan keuangan entitas akuntansi yang digabungkan
pada tingkat entitas akuntansi diatasnya bukan merupakan laporan
keuangan konsolidasian, tetapi hanya merupakan laporan keuangan
gabungan antar entitas akuntansi. Untuk laporan keuangan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) hanya dilampirkan dalam laporan keuangan
konsolidasian.
Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang disajikan
untuk periode pelaporan yang sama dengan periode pelaporan keuangan
entitas pelaporan serta berisi jumlah komparatif dengan periode
sebelumnya. Dengan demikian, laporan arus kas yang merupakan salah satu
laporan yang wajib disusun dan disampaikan oleh pemerintah daerah bukan
merupakan bagian dari laporan keuangan konsolidasian karena penyusunan
laporan arus kas tidak dilakukan oleh SKPD atau unit kerja di pemerintahan
daerah. Laporan arus kas hanya disusun oleh entitas pelaporan.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 172


B. ENTITAS PELAPORAN DAN ENTITAS AKUNTANSI DALAM
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
Laporan Keuangan Konsolidasian akan dilaksanakan oleh
masingmasing tingkatan entitas pelaporan pemerintah pusat dan daerah.
Didalam Sistem Akuntansi Pemerintah dikenal adanya entitas yang
melakukan tugas dan fungsinya sesuai dengan perannya dalam
menghasilkan laporan keuangan. Entitas dimaksud adalah:
Entitas Akuntansi, yang terdiri dari:
Setiap kuasa pengguna anggaran di lingkungan suatu Kementerian
Negara/Lembaga yang mempunyai dokumen pelaksanaan anggaran
tersendiri, termasuk pengguna dana Anggaran Pembiayaan dan
Perhitungan
Bendahara Umum Daerah (BUD).
Kuasa pengguna anggaran di lingkungan Pemerintah Daerah bila
mempunyai dokumen pelaksanaan anggaran yang terpisah, jumlah
anggarannya relatif besar, dan pengelolaan kegiatannya dilakukan
secara mandiri.
Entitas Pelaporan, yang terdiri dari:
Pemerintah Pusat.
Pemerintah Daerah.
Kementerian negara/lembaga (KL).
Bendahara Umum Negara (BUN).

1. Entitas Pelaporan
Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari
satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan
perundangundangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
berupa laporan keuangan. Suatu entitas pelaporan ditetapkan di dalam
peraturan perundangundangan, yang umumnya bercirikan:
1. Entitas tersebut dibiayai oleh APBN atau dibiayai oleh APBD atau
Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 173
mendapat pemisahan kekayaan dari anggaran,
2. Entitas tersebut dibentuk dengan peraturan perundang-undangan,
3. Pimpinan entitas tersebut adalah pejabat pemerintah yang diangkat
atau pejabat negara yang ditunjuk atau yang dipilih oleh rakyat, dan
4. Entitas tersebut membuat pertanggungjawaban baik langsung
maupun tidak langsung kepada wakil rakyat sebagai pihak yang
menyetujui anggaran.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka Entitas pelaporan ditetapkan
berdasarkan pertimbangan:
1. kemandirian pelaksanaan anggaran,
2. pengelolaan kegiatan, dan
3. besarnya anggaran.
Entitas pelaporan tingkat kementerian Negara/lembaga mempunyai
tanggungjawab dalam penyusunan Laporan keuangan gabungan. Dalam
penyusunan laporan keuangan dimaksud selanjutnya Entitas Pelaporan
dibantu oleh Entitas akuntansi yang merupakan unit vertikal dibawah,
seperti Eselon I, Kanwil dan Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna
Anggaran.
Entitas pelaporan pemerintah pusat mempunyai tanggungjawab
untuk menyusun laporan keuangan konsolidasian dari seluruh laporan
keuangan gabungan kementerian Negara/lembaga yang selanjutnya
ditambah dengan laporan yang berasal dari penyelenggara fungsi
perbendaharaan.
Entitas pelaporan pemerintah daerah menyusun laporan keuangan
konsolidasian dari gabungan seluruh laporan keuangan gabungan satuan
kerja perangkat daerah yang selanjutnya ditambah laporan yang berasal
dari penyelenggara fungsi perbendaharaan. Entitas pelaporan satuan kerja
perangkat daerah menyusun laporan keuangan dari gabungan seluruh
laporan keuangan entitas akuntansi seperti Satuan Kerja selaku Kuasa
Pengguna Anggaran.
Dalam PSAP 11 paragrap 2. disebutkan bahwa ”Laporan keuangan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 174


untuk tujuan umum dari unit pemerintahan yang ditetapkan sebagai entitas
pelaporan disajikan secara terkonsolidasi menurut standar ini agar
mencerminkan satu kesatuan entitas”. Maksud terkonsolidasi adalah
Laporan yang dihasilkan oleh entitas pelaporan merupakan penggabungan
dari entitasentitas akuntansi yang ada dibawah satu entitas pelaporan
dengan proses berjenjang dalam wadah Sistem Akuntansi Pemerintah
Pusat/Daerah. Dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat pengelolaan
transaksi keuangan Pemerintah Pusat dapat dibagi menjadi 2 kategori
utama yaitu:
- Pengelola Transaksi Keuangan di lingkup Bendaharawan Umum Negara
yang sering disebut Sistem Akuntansi Pusat (SiAP).
- Pengelola Transaksi Keuangan di lingkup Kementerian Negara/
Lembaga yang sering disebut Sistem Akuntansi Instansi (SAI).
Dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah pengelolaan transaksi
keuangan Pemerintah Daerah dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu:
- Pengelola Transaksi Keuangan di lingkup Bendaharawan Umum Daerah.
- Pengelola Transaksi Keuangan di lingkup Satuan Kerja Perangkat
Daerah.
Disamping hal tersebut diatas dilingkup pemerintah pusat
diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan konsolidasian tingkat
pemerintah pusat sesuai dengan PSAP 11 paragrap 3 yang mengatakan
”Laporan keuangan konsolidasian pada pemerintah pusat sebagai entitas
pelaporan mencakup laporan keuangan semua entitas akuntansi, termasuk
laporan keuangan badan layanan umum”. Laporan Keuangan
Konsolidasian Pemerintah Pusat yang sering disebut Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP) merupakan laporan gabungan seluruh entitas
pelaporan ditingkat Kementerian Negara/Lembaga dan laporan yang
berasal dari entitas pelaporan Bendaharawan Umum Negara.
Laporan keuangan konsolidasian pada pemerintah pusat mencakup
laporan keuangan semua entitas akuntansi, termasuk laporan keuangan
badan layanan umum (BLU). BLU adalah instansi di lingkungan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 175


pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelyanan kepada masyarakat
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas. BLU tidak berbentuk badan hukum
sebagai kekayaan negara yang dipisahkan.6
Pola pengelolaan keuangan BLU sendiri memberikan fleksibilitas
berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. 7
BLU diberi kewenangan untuk memungut dan menerima serta
membelanjakan dana masyarakat yang diterima berkaitan dengan
pelayanan yang diberikan. Hal ini merupakan pengecualian dalam
pengelolaan keuangan negara pada umumnya. Unit kerja yang termasuk
dalam BLU antara lain adalah rumah sakit, universitas negeri, dan otorita.
BLU berbeda dengan BUMN/BUMD dalam hal adanya motif
mencari laba pada BUMN/BUMD. Selain itu, pengalokasian sumber daya
pemerintah di BUMN/BUMD dipandang sebagai penanaman
modal/investasi, yang diharapkan akan menghasilkan arus kas masuk pada
masa yang akan datang, sementara alokasi anggaran untuk BLU merupakan
komponen belanja biasa.
Oleh karena adanya perbedaan tersebut, laporan keuangan BLU akan
ikut dikonsolidasikan dengan laporan keuangan entitas akuntansi lainnya
dengan mengacu pada standar akuntansi pemerintahan (SAP). Sementara
laporan keuangan BUMN/BUMD mengikuti standar akuntansi keuangan
yang berlaku di bisnis. Artinya, laporan keuangan BUMN/BUMD tidak
dimasukkan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian.
Kelengakapan yang diperlukan dalam menyusun laporan keuangan
konsolidasian adalah bukti-bukti tarnsaksi, laporan keuangan entitas
akuntansi, dan keretas kerja.
6
Par. 16 PSAP #11.
7
pasal 1(1) PP No. 23/2005.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 176


Laporan Keuangan Konsolidasian ini tidak mengatur:
- Laporan keuangan konsolidasian perusahaan negara/ daerah;
- Akuntansi untuk investasi dalam perusahaan asosiasi;
- Akuntansi untuk investasi dalam usaha patungan (joint venture); dan
- Laporan statistik gabungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

2. Entitas Akuntansi
Setiap unit pemerintahan yang menerima anggaran belanja atau
mengelola barang adalah entitas akuntansi yang wajib menyelenggarakan
akuntansi atas transaksi keuangan, dan secara periodik menyiapkan laporan
keuangan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan. Laporan keuangan
tersebut disampaikan secara intern dan berjenjang kepada unit yang lebih
tinggi dalam rangka penggabungan laporan keuangan oleh entitas
pelaporan. Perusahaan negara/daerah pada dasarnya adalah suatu entitas
akuntansi, namun akuntansi dan penyajian laporannya tidak menggunakan
standar akuntansi pemerintahan, tetapi menggunakan standar akuntansi
keuangan yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Setiap unit pemerintah dapat ditetapkan menjadi suatu entitas
akuntansi apabila unit yang dimaksud mengelola anggaran sebagaimana
yang dimaksud dalam PSAP 11 paragrap 12 yang mengatakan ”Pengguna
anggaran/pengguna barang sebagai entitas akuntansi menyelenggarakan
akuntansi dan menyampaikan laporan keuangan sehubungan dengan
anggaran/barang yang dikelolanya yang ditujukan kepada entitas
pelaporan”. Selain itu apabila suatu entitas akuntansi yang karena
penetapan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka
suatu entitas akuntansi tertentu yang dianggap mempunyai pengaruh
signifikan dalam pencapaian program pemerintah dapat ditetapkan sebagai
entitas pelaporan dan bukan sebagai entitas akuntansi seperti pengertian
diatas sebagai contoh BLU.
Badan Layanan Umum (BLU) adalah badan yang dibentuk

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 177


pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan umum, memungut dan
menerima serta membelanjakan dana masyarakat yang diterima berkaitan
dengan pelayanan yang diberikan, tetapi tidak berbentuk badan hukum
sebagaimana kekayaan negara yang dipisahkan. Termasuk dalam BLU
antara lain adalah rumah sakit, universitas negeri, dan otorita. Laporan
keuangan BLU akan disampaikan ke entitas pelaporan yang membawahi
BLU dimaksud dan akan digabungkan dalam Laporan Keuangan entitas
pelaporan.

3. Perbedaan Laporan Keuangan Entitas Pelaporan dan


Akuntansi
Baik entitas pelaporan maupun entitas akuntansi menyusun laporan
keuangan pada akhir tahun anggaran atau periode akuntansi. Laporan
keuangan yang disusun oleh entitas akuntansi terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Neraca, dan Catatan atas Laporan keuangan (CALK),
sedangkan entitas pelaporan selain menyusun ketiga laporan tersebut juga
diharuskan menyusun Laporan Arus Kas.
Laporan keuangan entitas akuntansi dan entitas pelaporan memiliki
beberapa perbedaan, yakni:
a. Adanya akun resiprokal (timbal balik). Akun untuk PPKD/SKPKD
dalam akuntansi dan laporan keuangan entitas akuntansi atau SKPD
disebut R/K SKPD atau R/K PPKD atau R/K Pemda. Bagi SKPD, R/K
adalah rekening koran atau sebutan untuk ekuitas dana yang bersumber
dari pemerintah daerah melalui PPKD atau SKPKD (BUD). Sebaliknya
dalam catatan PPKD/SKPKD/BUD, akun ini disebut R/K SKPD
tertentu.
b. Akun pembiayaan. SKPD tidak menyelenggarakan akun pembiayaan,
baik penerimaan maupun pengeluaran pembiayaan. Hal ini ditegaskan
dalam PP 58/2005 tentang pengelolaan keuangan daerah dan
Permendagri 13/2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 178


Oleh karena itu, SKPD tidak boleh melakukan penyertaan modal,
membentuk dana cadangan, dan melakukan pinjaman jangka panjang.
c. Akun kas. Akun kas di SKPD disebut Kas di Bendahara Penerimaan
atau Kas di Bendahara Pengeluaran, sedangkan di PPKD/SKPKD
disebut Kas di Kas Daerah. Bagi SKPD yang tidak memungut
pendapatan daerah, maka tidak ada bendahara penerimaan dan
karenanya sumber kas satu-satunya adalah kas daerah atau R/K Pemda.
d. Pengakuan SiLPA. Oleh karena SKPD tidak menyelenggarakan akun
pembiayaan, maka tidak mengakui adanya sisa lebih perhitungan
anggaran (SiLPA), baik SiLPA tahun lalu maupun SiLPA tahun berjalan.
Berdasarkan selisih antara SPJ dan dokumen pencairan dana (SP2D,
dulu disebut SPM) yang dilaporkan oleh SKPD, BUD akan mengakui
adanya SiLPA pada akhir tahun dalam LRA.
e. SKPD tidak menyusun laporan arus kas. Laporan arus kas hanya
disusun oleh entitas pelaporan. Arus kas masuk dan keluar di SKPD
dipantau oleh BUD melalui mekanisme pencairan dana dan
pertanggungjawabannya (SPJ), kecuali BLU yang diberi kewenangan
lebih luas untuk mengelola penerimaan yang diperolehnya dari
pelayanan publik yang diberikannya kepada masyarakat.

4. Definisi Yang digunakan Dalam Laporan Keuangan


Konsilidasi
Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam bab Laporan
Keuangan Konsolidasian:
Badan Layanan Umum (BLU) adalah badan yang dibentuk pemerintah
untuk menyelenggarakan pelayanan umum, mengelola dana masyarakat
yang diterima berkaitan dengan pelayanan yang diberikan, dan tidak
termasuk kekayaan negara yang dipisahkan.
Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna
anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 179


menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk
digabungkan pada entitas pelaporan.
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau
lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
berupa laporan keuangan.
Konsolidasi adalah proses penggabungan antara akun-akun yang
diselenggarakan oleh suatu entitas pelaporan dengan entitas pelaporan
lainnya, dengan mengeliminasi akun-akun timbal balik agar dapat
disajikan sebagai satu entitas pelaporan konsolidasian. Laporan
keuangan konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang
merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan
sehingga tersaji sebagai satu entitas tunggal.

5. Akuntansi Konsolidator, Prosedur Dan Penyajian Laporan


Keuangan Konsolidasi
Laporan keuangan pemerintah pusat/daerah untuk masing-masing
entitas pelaporan dan entitas akuntansi setidak-tidaknya terdiri dari:
 Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
 Neraca,
 Laporan Arus Kas (LAK), dan
 Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Khusus untuk Laporan Arus Kas hanya dihasilkan dan disusun oleh
entitas pelaporan yang menjalankan fungsi perbendaharaan. Laporan
keuangan tersebut diatas menurut PSAP 11 paragrap 6 menyebutkan bahwa
”Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan”, dimana laporan
arus kas tidak dimasukkan dalam laporan keuangan konsolidasian tetapi

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 180


hanya merupakan laporan yang disusun oleh BUN/BUD. Dari uraian
tersebut yang termasuk dalam Laporan keuangan konsolidasian adalah:
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).

Prosedur Konsolidasi
Konsolidasi adalah proses penggabungan antara akun-akun yang
diselenggarakan oleh suatu entitas pelaporan dengan entitas pelaporan
lainnya, dengan atau tanpa mengeliminasi akun-akun timbal balik.8
Apabila eliminasi tidak dilakukan, maka harus diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
Konsolidasian yang dilakukan oleh entitas pelaporan pada instansi
pemerintah pusat/daerah berbeda dengan konsolidasian yang dilakukan
oleh perusahaan swasta, karena konsoliasian pada instansi pemerintah
bukan merupakan konsolidasi antara induk dan cabang. Konsolidasi
sebagaimana dimaksud oleh PSAP 11 paragrap 17 ”dilaksanakan
dengan cara menggabungkan dan menjumlahkan akun yang
diselenggarakan oleh entitas pelaporan dengan entitas pelaporan
lainnya dengan atau tanpa mengeliminasi akun timbal balik”.
Contoh akun timbal balik antara lain sisa uang yang harus
dipertanggung-jawabkan (UYHD) yang belum dipertanggung jawabkan
oleh bendaharawan pembayar sampai dengan akhir periode akuntansi.
Uang ini merupakan bagian dari pencairan anggaran belanja yang
belum dibelanjakan sampai akhir tahun anggaran. Dalam laporan
realisasi anggaran, uang ini akan disajikan sebagai sisa lebih
perhitungan anggaran (SiLPA) tahun berjalan.
Konsolidasi dilakukan dengan menggabungkan laporan keuangan
entitas pengendali (Pemerintah Pusat dan Daerah) dengan entitas

8
PSAP #11 par. 17.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 181


kendaliannya (Departemen/Lembaga/SKPD) berdasarkan line-by-line
dan sesuai dengan elemen-elemen dalam laporan keuangan, yakni aset,
kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, transfer, dan
pembiayaan. Dengan demikian, laporan konsolidasian akan menyajikan
informasi keuangan suatu entitas tunggal.

6. Konsolidasi ditingkat Pemerintah Daerah.


Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran yang mengelola
anggaran adalah entitas akuntansi yang harus menyelenggarakan akuntansi
atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi
pendapatan dan belanja, yang berada dalam tanggung jawabnya.
Penyelenggaran akuntansi bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan
yang akan disampaikan kepada entitas pelaporan. Penyelenggaran
akuntansi mengacu kepada Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah yang
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.
Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun laporan
keuangan gabungan dari satuan kerja yang berada dilingkup SKPD
dan menyampaikannya kepada gubernur / bupati/ walikota melaluiPejabat
Pengelola Keuangan Daerah selaku entitas pelporan untuk dilakukan proses
konsolidasian.
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku BUD menyusun
laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban pengelolaan
perbendaharaan daerah yang selanjutnya akan digabungkan dengan laporan
keuangan yang berasal dari SKPD.
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku entitas pelaporan
melakukan proses konsolidasian dan menyusun laporan keuangan
PEMDA berdasarkan laporan keuangan SKPD serta laporan
pertanggungjawaban pengelolaan perbenda-haraan daerah dan
disampaikan kepada gubernur/ bupati/ walikota untuk selanjutnya
disampaikan ke BPK dan DPRD.
Proses Konsolidasi diatas dapat dilaksanakan baik dengan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 182


mengeliminasi akun-akun yang timbal balik (reciprocal) maupun tanpa
mengeliminasinya. Dalam hal konsolidasi dilakukan tanpa mengeliminasi
akun-akun yang timbal-balik, maka nama-nama akun yang timbal balik,
dan estimasi besaran jumlah dalam akun yang timbal balik dicantumkan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Selanjutnya perlu diketahui bahwa menurut PSAP 11 paragrap 21
dikatakan bahwa ”Laporan keuangan Badan Layanan Umum (BLU)
digabungkan pada kementerian negara/lembaga teknis pemerintah
pusat/daerah yang secara organisatoris membawahinya dengan ketentuan
sebagai berikut:
Laporan Realisasi Anggaran BLU digabungkan secara bruto kepada
Laporan Realisasi Anggaran kementerian negara/ lembaga teknis
pemerintah pusat/daerah yang secara organisatoris membawahinya.
Neraca BLU digabungkan kepada neraca kementerian negara/ lembaga
teknis pemerintah pusat/daerah yang secara organisatoris
membawahinya.
Dengan kata lain bahwa laporan keuangan BLU merupakan laporan
keuangan yang sudah tergabungkan didalam laporan keuangan kosolidasian
Kementerian Negara/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang membawahi
BLU dimaksud. Disamping BLU Pemerintah Pusat/Daerah juga memiliki
Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD) dimana laporan
keuangannya tidak dikonsolidasikan dalam laporan keuangan Pemerintah
Pusat/Daerah. Laporan Keuangan BUMN/BUMD hanya dilampirkan
dalam Laporan Keuangan Konsolidasin Pemerintah Pusat dan Daerah.
Ada tiga tahapan dalam pengkonsolidasian, yaitu:
a. Membuat jurnal eliminasi.
b. Membuat kertas kerja.
c. Menyusun laporan keuangan konsolidasian.9

9
Bastian (2006:421).

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 183


a). Membuat Jurnal Eliminasi
Tujuan pembuatan jurnal ini adalah untuk menihilkan semua saldo
akun timbak balik antara Pemda dengan SKPD, dengan cara mendebit
akun timbal balik yang bersaldo kredit dan mengkredit akun timbal
balik yang bersaldo debit. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
kekeliruan dalam memahami hubungan keuangan antara entitas
pelaporan (PPKD/SKPKD mewakili Pemda) dengan entitas akuntansi
(SKPD). Misalnya, akun RK (rekening koran) yang dipakai oleh
PPKD/SKPKD dan SKPD. Dalam akuntansi yang dilaksanakan oleh
SKPD, RK Pemda diartikan sebagai sumber dana dan dicatat di sisi
kredit dan disajikan sebagai bagian dari akun ekuitas dana. Sementara
di SKPKD RK-SKPD dicatat di sisi debit sebagai aset atau investasi di
SKPD.

Berikut diberikan beberapa contoh jurnal timbal balik yang dibuat oleh
SKPD/Dinas dan SKPKD/Pemda.

No. Uraian Pencatatan di SKPD Pencatatan di SKPKD


Transaksi-transaksi yang menyebabkan saldo akun timbal-balik bertambah.
1. Pengiriman R/K SKPD...... xxx Kas/Aset lain xxx
uang tunai dan Kas/Aset lain xxx R/K Pemda xxx
aset lain dari
SKPKD ke
SKPD.
2. Pengiriman R/K SKPD...... xxx Persediaan xxx
persediaan dari Persediaan xxx R/K Pemda xxx
SKPKD ke
SKPD.
3. Pembebanan R/K SKPD...... xxx Biaya.............. xxx

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 184


biaya oleh Biaya...... xxx R/K Pemda xxx
SKPKD ke
SKPD.
4. Pengakuan R/K SKPD.. xxx Surplus/Defisit xxx
surplus/defisit. Surplus/Defisit xxx R/K Pemda xxx
Transaksi-transaksi yang menyebabkan saldo akun timbal-balik bertambah.
1. Pengiriman Kas/Aset lain xxx R/K Pemda xxx
uang tunai dan R/K SKPD.. xxx Kas/Aset lain xxx
aset lain dari
SKPD ke
SKPKD.
2. Pengembalian Persediaan..... xxx R/K Pemda xxx
barang oleh R/K SKPD. xxx Biaya..... xxx
SKPD ke
SKPKD.
3. Pembelian Aset Tetap SKPD. xxx R/K Pemda xxx
aktiva oleh R/K SKPD.. xxx Kas/Kewajiban xxx
SKPD yang
pencatatannya
dilakukan
SKPKD.
4. Pengakuan Surplus/defisit xxx R/K Pemda xxx
defisit SKPD. R/K SKPD xxx Surplus/defisit xxx
Pengeliminasian saldo akun rekening koran SKPD (RK SKPD) dan rekening
koran SKPKD (RK SKPKD) pada akhirnya akan menghasilkan jurnal sebagai
berikut:
R/K SKPKD xxx
Surplus SKPD xxx
R/K SKPD xxx

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 185


c). Membuat Kertas Kerja
Kertas kerja dimaksudkan untuk mempermudah dan mempercepat
penyusunan laporan keuangan konsolidasian. Untuk pembuatan kertas
kerja ini dibutuhkan laporan keuangan/neraca saldo entitas pelaporan
dan entitas akuntansi dan jurnal eliminasi. Prosedur menyusun kertas
kerja terdiri dari:
 Memasukkan angka-angka dari neraca saldo entitas ke dalam kolom
Neraca Saldo;
 Memasukkan angka-angka dari jurnal eliminasi ke dalam kolom
Jurnal Eliminasi;
 Melakukan konsolidasi angka-angka dari kolom Neraca Saldo entitas
dengan angka-angka dalam kolom Jurnal Eliminasi.

Kerta Kerja Penyusuna Laporan Keuangan Konsolidasian.

Jurnal Surplus/Defisit Neraca


Neraca Saldo
Nama Akun Eliminasi Konsolidasi Konsolidasi
SKPD SKPKD Dr Cr Dr Cr Dr Cr
Kas
Piutang
Persediaan
Aset Tetap
(Bersih)
Aset Tetap SKPD
Belanja Operasi
Belanja Modal
Surplus/Defisit
R/K SKPD
Kewajiban
Pendapatan
Surplus/Defisit
R/K Pemda

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 186


Jurnal Surplus/Defisit Neraca
Neraca Saldo
Nama Akun Eliminasi Konsolidasi Konsolidasi
SKPD SKPKD Dr Cr Dr Cr Dr Cr
Ekuitas Dana

d). Menyusun Laporan Keuangan Konsolidasian

Berdasarkan pemahaman di atas dapat dikatakan bahwa laporan


keuangan yang digabungkan terdiri dari laporan realisasi anggaran,
neraca, dan catatan atas laporan keuangan. Untuk akun timbal balik
hanya boleh dilaporkan satu kali sehingga salah satunya harus
dieliminasi. Akun ini muncul karena adanya perbedaan dalam nama
akun yang digunakan dalam pencatatan/penjurnalan, yang sesungguhnya
sama, hanya saja pada posisi pencatatan yang berbeda.
Penggabungan laporan keuangan BLU dilakukan dengan
menggabungkan laporan keuangan organisasi yang secara organisatoris
membawahinya dengan laporan keuangan BLU bersangkutan. Misalnya
laporan keuangan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) digabungkan
dengan laporan keuangan Dinas Kesehatan. Dengan demikian, secara
teknis LRA BLU digabungkan dengan LRA SKPD dan Neraca BLU
digabungkan dengan Neraca SKPD.

e). Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasian


Pemerintah pusat/daerah menyampaikan laporan keuangan
konsolidasian dari gabungan semua laporan entitas pelaporan kepada
lembaga legislatif. Laporan keuangan konsolidasian tersebut disusun
sesuai dengan periode pelaporan masing-masing entitas pelaporan
sebagaimana disebutkan dalam PSAP 11 paragrap 7 bahwa ”Laporan
keuangan konsolidasian disajikan untuk periode pelaporan yang sama
dengan periode pelaporan keuangan entitas pelaporan dan berisi

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 187


jumlah komparatif dengan periode sebelumnya”. Laporan keuangan
konsolidasian disusun sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan
dan dirinci menurut organisasi, fungsi, subfungsi, program dan jenis
belanja sehingga dapat diperbandingkan dengan anggaran dan realisasi
tahun sebelumnya. Laporan keuangan konsolidasian disusun dan
disajikan secara komparatif sehingga dapat dilakukan analisis trend
perubahan kenaikan dan penurunan penggunaan anggaran.
Disamping itu dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian harus
diikuti dengan proses eliminasi akun-akun yang saling timbal balik atau
saling menghapus (resiprocal accounts) sebagaimana disebutkan dalam
PSAP 11 paragrap 8 yang berbunyi ”Proses konsolidasi diikuti dengan
eliminasi akunakun timbal balik (reciprocal accounts). Namun demikian,
apabila eliminasi dimaksud belum dimungkinkan, maka hal tersebut
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan”. Contoh akun
timbal balik (reciprocal accounts) antara lain sisa Uang Yang Harus
Dipertanggungjawabkan yang belum dipertanggungjawabkan oleh
Bendaharawan Pembayar sampai dengan akhir periode akuntansi.
Perkiraan ini harus dieliminasi dengan perkiraan yang sama di entitas
pelaporan yang menyelengggarakan fungsi perbendaharaan.

7. Hal-hal Penting dalam Pengkonsolidasian


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pengkonsolidasian laporan keuangan pemerintah, yaitu:
a. Tanggal pelaporan keuangan entitas akuntansi dan entitas pelaporan
harus sama dengan tanggal laporan keuangan konsolidasian yang
disusun. Perbedaan tanggal akan menimbulkan masalah dalam
penginterpretasian informasi keuangan oleh users.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 188


b. Jika terjadi perbedaan tanggal pelaporan antara entias akuntansi
dengan entitas pelaporan, maka perbedaan tersebut tidak boleh lebih
dari tiga bulan.
c. Laporan keuangan konsolidasi harus disusun berdasarkan
kebijakan akuntansi yang seragam, baik untuk transaksi maupun
peristiwa lain dengan kondisi serupa.
d. Jıka salah satu entitas akuntansi menggunakan kebijakan
akuntansi selain dari yang diadopsi dalam laporan keuangan
konsolidasian untuk transaksi maupun peristiwa lain dengan situasi
serupa, maka perlu dibuat penyesuaian terhadap laporan keuangan
tersebut jika digunakan dalam menyusun laporan keuangan
konsolidasian.
e. Surplus atau defisit neto dari entitas akuntansi dimasukkan
dalam laporan keuangan konsolidasian.10

10
Sulistiyowati (2006).

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 189


Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 190
Bab 4

1B
A. LATIHAN KASUS PENYUSUNAN LAPORAN NERACA AWAL
PEMERINTAH DAERAH

1. DATA NERACA AWAL DINAS A


Untuk menyusun Neraca Awal Dinas A Kabupaten Misal per tanggal 31
Desember 2006, telah diperoleh data sebagai berikut:
1. Terdapat saldo kas sisa Uang Persediaan Dinas A sebesar
Rp31.500.000,00 yang belum disetorkan ke Kas Daerah
2. Laporan Keadaan Kas Bendahara Penerimaan di Dinas A
menunjukkan bahwa terdapat penerimaan retribusi yang belum
disetor ke Kas Daerah sebesar Rp3.500.000,00
3. Terdapat tagihan retribusi yang belum dibayar oleh pihak ketiga
kepada Dinas A sebesar Rp12.600.000,00
4. Dari inventarisasi persediaan yang dilakukan di Dinas A diperoleh
jumlah persediaan sebesar Rp40.300.000,00
5. Peralatan dan Mesin yang dimiliki berupa alat-alat berat di Dinas A
dengan nilai Rp24.000.000.000,00, kendaraan seluruh unit
Rp35.400.000.000,00, dan barang-barang inventaris senilai
Rp22.450.000.000,00
6. Dinas A melaporkan bahwa Jalan, Irigasi, dan Jaringan yang dimiliki
senilai Rp31.700.000.000,00

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 191


7. Pembangunan jalan menuju Desa Harapan Maju masih dalam proses.
Biaya yang telah dikeluarkan untuk pembangunan sebesar
Rp279.000.000,00 dari nilai kontrak sebesar Rp317.400.000,00

Berdasarkan data di atas:


1. Buat jurnal untuk penyusunan Neraca Awal Dinas A per tanggal 31
Desember 2006
2. Buat jurnal balik per tanggal 1 Januari 2007.

2. DATA NERACA AWAL SKPKD


Untuk menyusun Neraca Awal SKPKD Kabupaten Misal per tanggal
31 Desember 2006, diperoleh data sebagai berikut:
1. Pemda Misal mempunyai investasi pada PDAM Air Misal
sebesar Rp2.800.000.000,00 dan di BPD Provinsi sebesar
Rp6.340.000.000,00
2. Inventarisasi yang dilakukan atas tanah-tanah yang dimiliki
Pemda menunjukkan bahwa terdapat 251 bidang tanah dengan
NJOP per 31 Desember 2006 sebesar Rp234.500.000.000,00
3. Gedung dan bangunan yang dimiliki oleh Pemda ditentukan
nilainya oleh Tim yang berasal dari Ditjen Cipta Karya sebesar
Rp45.780.000.000,00
4. Pemda Misal merencanakan pembangunan pelabuhan laut
untuk ekspor dengan membentuk dana cadangan sebesar Rp15
miliar. Tahun 2006 adalah tahun kedua pembentukan dana
cadangan dari 5 tahun yang direncanakan. Rekening dana
cadangan menunjukkan saldo sebesar Rp6.028.000.000,00.
5. Pemda Misal mempunyai utang kepada Pemerintah Pusat dari
ex dana penerusan pinjaman sebesar Rp341.000.000,00. Dari
Jumlah tersebut sebesar Rp23.400.000,00 jatuh tempo tahun
2007.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 192


Berdasarkan data di atas:
1. Buat jurnal untuk penyusunan Neraca Awal SKPKD per
tanggal 31 Desember 2006
2. Buat jurnal balik per tanggal 1 Januari 2007.

3. DATA NERACA AWAL BUD


Untuk menyusun Neraca Awal BUD Kabupaten Misal per tanggal 31
Desember 2006, diperoleh data sebagai berikut:
1. Rekening koran dari BPD menunjukkan saldo rekening Pemda di
BPD sebesar Rp325.000.000,00. Sementara itu dari buku catatan
potongan diketahui bahwa terdapat potongan PPN
Rp21.500.000,00 yang belum disetor kepada Rekening Kas
Umum Negara
2. Masih terdapat Uang Muka kepada Bendahara Pengeluaran pada
Dinas A yang belum disetor ke BUD pada akhir tahun sebesar Rp
31.500.000,00

Berdasarkan data di atas:


1. Buat jurnal untuk penyusunan Neraca Awal BUD per tanggal 31
Desember 2006
2. Buat jurnal balik per tanggal 1 Januari 2007.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 193


JAWABAN
No Uraian Debet Kredit
1 Kas di Bendahara Pengeluaran 31,500,000
Uang Muka dari BUD 31,500,000

2 Kas di Bendahara Penerimaan 3,500,000


Pendapatan yang Harus
Disetor 3,500,000

3 Piutang Retribusi 12,600,000


Cadangan Piutang 12,600,000

4 Persediaan 40,300,000
Cadangan Persediaan 40,300,000

5 Peralatan dan Mesin 81,850,000,000


Diinvestasikan dalam Aset
Tetap 81,850,000,000

6 Jalan, Irigasi dan Jaringan 31,700,000,000


Diinvestasikan dalam Aset
Tetap 31,700,000,000

7 Konstruksi Dalam Pengerjaan 279,000,000


Diinvestasikan dalam Aset
Tetap 279,000,000

13,916,900,000 113,916,900,000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 194


NERACA DINAS A
PER 31 DESEMBER 2006

ASET KEWAJIBAN
ASET LANCAR KEWAJIBAN LANCAR
Kas di Bendahara
Pengeluaran 31,500,000 Uang Muka dari BUD 31,500,000
Kas di Bendahara Pendapatan yang Harus
Penerimaan 3,500,000 Disetor 3,500,000
Piutang Retribusi 12,600,000 Total Kewajiban Lancar 35,000,000
Persediaan 40,300,000
KEWAJIBAN JANGKA
Total Aset Lancar 87,900,000 PANJANG
Total Kewajiban Jangka
Panjang -
TOTAL KEWAJIBAN 35,000,000
ASET TETAP EKUITAS
EKUITAS DANA
Peralatan dan Mesin 81,850,000,000 LANCAR
Jalan, Irigasi dan
Jaringan 31,700,000,000 Cadangan Piutang 12,600,000
Konstruksi dalam
Pengerjaan 279,000,000 Cadangan Persediaan 40,300,000
Total Ekuitas Dana
Total Aset Tetap 113,829,000,000 Lancar 52,900,000
EKUITAS DANA
INVETASI
Diinvestasikan Dalam 113,829,000,0
Aset Tetap 00
Total Ekuitas Dana
Investasi 113,829,000,000
Total Ekuitas Dana 113,881,900,000
TOTAL ASET 113,916,900,000 TOTAL KEWAJIBAN 113,916,900,000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 195


DAN EKUITAS

Jurnal Pembuka untuk Penyusunan


Neraca Awal SKPKD

No Uraian Debet Kredit

1 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 9,140,000,000


Diinvestasikan dalam Investasi
Jangka Panjang 9,140,000,000

2 Tanah 234,500,000,000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 234,500,000,000

3 Gedung dan Bangunan 45,780,000,000


Diinvestasikan dalam Aset Tetap 45,780,000,000

4 Dana Cadangan 6,028,000,000


Diinvestasikan dalam Dana
Cadangan 6,028,000,000

Dana YHD Untuk Pembayaran Utang


5 Jk Panjang 341,000,000
Utang kepada Pemerintah Pusat 341,000,000

5 Utang kepada Pemerintah Pusat 23,400,000


Dana YHD Untuk Pembayaran
Utang Jk Panjang 23,400,000

Dana YHD Untuk Pembayaran Utang


5 Jk Pendek 23,400,000
Bag Lancar Utang kpd Pemerintah
Pusat 23,400,000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 196


SKPKD
NERACA
PER 31 DESEMBER 2006
ASET KEWAJIBAN
ASET LANCAR KEWAJIBAN LANCAR
Bagian Lancar Utang kpd. Pem.
Total Aset Lancar - Pusat 23,400,000
Total Kewajiban Lancar 23,400,000
KEWAJIBAN JANGKA
PANJANG
Utang kepada Pemerintah Pusat 317,600,000
INVESTASI JANGKA
Panjang Total Kewajiban Jangka Panjang 317,600,000
Penyertaan Modal
Pemerintah Daerah 9,140,000,000
Total Investasi Jangka
Panjang 9,140,000,000 TOTAL KEWAJIBAN 341,000,000
EKUITAS
EKUITAS DANA LANCAR
Dana yhd utk pemby utang jk
ASET TETAP pendek (23,400,000)
234,500,000,00
Tanah 0 Total Ekuitas Dana Lancar (23,400,000)
Gedung dan Bangunan 45,780,000,000
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dlm Investasi
Total Aset Tetap 280,280,000,000 Jangka Panjang 9,140,000,000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 280,280,000,000
Dana YHD utk Pemby utang Jk
DANA CADANGAN Panjang (317,600,000)
Dana Cadangan
Pelabuhan Ekspor 6,028,000,000 Total Ekuitas Dana Investasi 289,102,400,000
Total Dana Cadangan 6,028,000,000
EKUITAS DANA CADANGAN
Diinvestasikan dalam Dana
Cadangan 6,028,000,000
Total Ekuitas Dana Cadangan 6,028,000,000
TOTAL EKUITAS 295,107,000,000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 197


TOTAL KEWAJIBAN DAN
TOTAL ASET 295,448,000,000 EKUITAS 295,448,000,000
Jurnal Pembuka untuk Penyusunan
Neraca Awal BUD

No Uraian Debet Kredit


1 Kas di Kas Daerah 325,000,000
Uang Muka kepada Dinas A 31,500,000
Utang PFK 21,500,000
SILPA 335,000,000

BUD
NERACA
PER 31 DESEMBER 2006

ASET KEWAJIBAN
ASET LANCAR KEWAJIBAN LANCAR
Kas di Kas Daerah 325,000,000 Utang PFK 21,500,000
Uang Muka kepada 31,500,00
Dinas A 0 Total Kewajiban Lancar 21,500,000
Total Aset Lancar 356,500,000
TOTAL KEWAJIBAN 21,500,000

EKUITAS
EKUITAS DANA LANCAR
SILPA 335,000,000
Total Ekuitas Dana Lancar 335,000,000

TOTAL EKUITAS 335,000,000

TOTAL KEWAJIBAN DAN


TOTAL ASET 356,500,000 EKUITAS 356,500,000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 198


Jurnal Penyesuaian untuk menggabungan Neraca Awal
Pemda

N
o Uraian Debet Kredit
1 Uang Muka Dari BUD 31,500,000
Uang Muka kepada Dinas A 31,500,000
2 Pendapatan Yang Harus Disetor 3,500,000
Pendapatan yang Ditangguhkan 3,500,000

NERACA LAJUR PENGGABUNGAN

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 199


PEMERINTAH KABUPATEN MISAL
NERACA
PER 31 DESEMBER 2006

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 200


Jurnal Balik di Dinas A tanggal 1 Januari 2007
NO U RAIAN Debet Kredit

1 Pendapatan yang Harus Disetor 3,500,000


Kas di Bendahara Penerimaan 3,500,000
(Membalik jurnal pendapatan ditangguhkan)

2 Cadangan Piutang 12,600,000


Piutang Retribusi 12,600,000
(Membalik piutang Retribusi)

Jurnal Balik di SKPKD tanggal 1 Januari 2007


NO U RAIAN Debet Kredit

1 Bag Lancar Utang kpd Pem Pusat 23,400,000


Dana YHD utk. Pemby. Hut Jk Pendek 23,400,000
(Reklasifikasi hutang jk pendek ke jk
panjang)

Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jk


Panjang 23,400,000
Utang kpd Pem Pusat 23,400,000
(Reklasifikasi hutang jk pendek ke jk
panjang)

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 201


B. LATIHAN KASUS PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAHAN DAERAH

Pemerintah Daerah Misal


PERDA APBD
TAHUN 2007
APBD DPA DPA
Dinas A SKPKD
PENDAPATAN:
PENDAPATAN ASLI DAERAH:
Pajak Daerah 81,200,000 - 81,200,000
Retribusi Daerah 40,896,000 12,268,800 28,627,200
Hasil Pengelolaan Kekayaan 1,180,8
Daerah yang dipisahkan 00 - 1,180,800
Lain-Lain Pendapatan Asli 24,000,0 7,20 16,800
Daerah yang sah (Jasa Giro) 00 0,000 ,000
JUMLAH 147,276,800 19,468,800 127,808,000
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak 75,360,000 - 75,360,000
Dana Alokasi Umum 867,360,000 - 867,360,000
Dana Alokasi Khusus 1,920,000 - 1,920,000
JUMLAH 944,640,000 - 944,640,000
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA
Dana Penyesuaian 28,800,000 - 28,800,000
TRANSFER PEMERINTAH PROPINSI-DANA PERIMBANGAN
Bagi Hasil Pajak dan
Bantuan Keuangan dari 51,494,40 51,494,4
Propinsi 0 - 00
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Dana Darurat 23,040,000 - 23,040,000
JUMLAH PENDAPATAN 1,195,251,200 19,468,800 1,175,782,400
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai 636,672,000 191,001,600 445,670,400

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 202


Belanja Barang dan Jasa 158,400,000 47,520,000 110,880,000
Bunga 1,600,000 - 1,600,000
Subsidi 11,424,000 - 11,424,000
Hibah 14,976,000 - 14,976,000
Bantuan Sosial 39,552,000 39,552,000
JUMLAH 862,624,000 238,521,600 624,102,400
BELANJA MODAL
Belanja Peralatan dan Mesin 21,088,000 6,326,400 14,761,600
Belanja Jalan, Irigasi dan 128,000,0
Bangunan 00 38,400,000 89,600,000
JUMLAH 149,088,000 44,726,400 104,361,600
BELANJA TAK TERDUGA 2,496,000 - 2,496,000
JUMLAH BELANJA 1,014,208,000 283,248,000 730,960,000
TRANSFER/BAGI HASIL DESA
Bagi Hasil Pajak 79,104,000 - 79,104,000
JUMLAH BELANJA DAN 1,093,312,00 283,248, 810,064,0
TRANSFER 0 000 00
Surplus/Defisit (a-b) 101,939,200 - -
PEMBIAYAAN - - -
PENERIMAAN - - -
Penggunaan SILPA 4,060,800 - 4,060,800
Pencairan Dana Cadangan 4,000,000 - 4,000,000
Jumlah Penerimaan 8,060,800 - 8,060,800
PENGELUARAN - - -
Pengeluaran Penyertaan 64,000,0 64,000
Modal 00 - ,000
Pembayaran pokok utang yg 16,000,0 16,000
jatuh tempo 00 - ,000
Pengeluaran Pinjaman 30,000,0 30,000
kepada PDAM 00 - ,000
Jumlah Pengeluaran 110,000,000 - 110,000,000
Pembiayaan Netto (101,939,200) - -
SILPA - - -

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 203


TRANSAKSI DINAS A

Selama tahun 2007, pada Dinas A terjadi transaksi sebagai berikut:


Tanggal Uraian
3-Jan-07 Bendaharan Pengeluaran menyetorkan sisa Uang Persediaan
tahun 2006
15-Jan-07 Diterima Uang Persediaan dari BUD sebesar
Rp20.000.000,00
21-Feb-07 Pendapatan retribusi daerah sebesar Rp13.495.680,00 dan
langsung disetor ke Rekening Kas Umum Daerah pada hari
yang sama
23-Feb-07 Diterima Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang sah yang
berasal dari jasa giro sebesar Rp6.840.000,00 dan langsung
disetor ke Rekening Kas Umum Daerah pada hari yang sama
14-May-07 Pengeluaran untuk Belanja Pegawai dengan SPM/SP2D LS
sebesar Rp210.101.760.
16-May-07 Dari Uang Persediaan telah dikeluarkan untuk biaya listrik
dan telepon sebesar Rp6.500.000,00. Jumlah ini telah
dipertanggungjawabkan dengan mengajukan SPM GU ke
BUD dan telah memperoleh penggantian dengan SP2D-GU
dengan jumlah yang sama
31-Aug-07 Pengeluaran untuk Belanja Modal Peralatan dan Mesin
dengan SPM/SP2D LS sebesar Rp6.326.400,00
19-Sep-07 Dibayar belanja barang dan jasa dengan SPM/SP2D LS
sebesar Rp26.569.600,00
27-Nov-07 Pengeluaran belanja modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan untuk
pembayaran termin terakhir dengan SPM/SP2D LS sebesar
Rp38.400.000,00. Setelah pembayaran tersebut, Konstruksi
dalam Pengerjaan diserahkan ke Dinas A untuk digunakan.
14-Dec-07 Dari Uang Persediaan dikeluarkan untuk biaya perjalanan
dinas sebesar Rp13.500.000,00. Jumlah ini telah
dipertanggungjawabkan dan telah diterima SP2D-GU Nihil
dari BUD

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 204


TRANSAKSI SKPKD
Selama tahun 2007, pada SKPKD terjadi transaksi sebagai berikut:
Tanggal Uraian
10-Jan-07 Diterima Pendapatan Pajak Daerah sebesar Rp
97.440.000,00 dan langsung disetor ke Rekening Kas
Umum Daerah pada hari yang sama
15-Jan-07 Diterima Uang Persediaan dari BUD sebesar
Rp40.000.000,00
20-Jan-07 Diterima Pendapatan Retribusi Daerah sebesar Rp
31.489.920,00 dan langsung disetor ke Rekening Kas
Umum Daerah pada hari yang sama
31-Jan-07 Diterima Hasil Perusda, hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan sebesar Rp 1.416.000,00
10-Feb-07 Diterima Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
yang berasal dari jasa giro sebesar Rp15.960.000,00
17-Feb-07 Diterima Dana Bagi Hasil Pajak sebesar Rp
75.360.000,00
3-Mar-07 Diterima Dana Alokasi Umum sebesar Rp 867.360.000,00
27-Mar-07 Diterima Dana Alokasi Khusus sebesar Rp 1.920.000,00
14-Apr-07 Diterima Dana Penyesuaian sebesar Rp 28.800.000,00
24-Apr-07 Diterima Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari
Provinsi sebesar Rp 51.494.400,00
30-Apr-07 Diterima Dana Darurat sebesar Rp 23.040.000,00
5-May-07 Pengeluaran untuk Belanja Pegawai dengan SPM/SP2D
LS sebesar Rp 490.237.440,00.
20-May-07 Dibayar belanja barang dan jasa dengan SPM/SP2D LS
sebesar Rp 68.662.400,00

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 205


30-May-07 Dari Uang Persediaan telah dikeluarkan untuk biaya listrik
dan telepon sebesar Rp 12.000.000,00. Jumlah ini telah
dipertanggungjawabkan dengan mengajukan SPM GU ke
BUD dan telah memperoleh penggantian dengan SP2D-
GU dengan jumlah yang sama
6-Jun-07 Pemda melakukan pembayaran bunga utang kepada
pemerintah pusat dengan SPM/SP2LS sebesar Rp
1.600.000,00
21-Jun-07 Pengeluaran untuk Belanja Subsidi SPM/SP2D LS
sebesar Rp 10.281.600,00
13-Jul-07 Pengeluaran untuk Belanja Hibah SPM/SP2D LS sebesar
Rp 14.976.000,00
17-Jul-07 Pengeluaran untuk Bantuan Sosial SPM/SP2D LS sebesar
Rp 37.574.400,00
31-Jul-07 Pengeluaran untuk Belanja Modal Peralatan dan Mesin
SPM/SP2D LS sebesar Rp 14.761.600,00
16-Aug-07 Pengeluaran untuk Belanja Modal Jalan, Irigasi dan
jaringan SPM/SP2D LS sebesar Rp 89.600.000,00
3-Sep-07 Pengeluaran untuk Belanja Tak Terduga sebesar Rp
1.497.000,00
22-Sep-07 Pengeluaran untuk Bagi Hasil Ke Desa sebesar Rp
79.104.000,00
11-Oct-07 Pencairan Dana Cadangan sebesar Rp 4.000.000,00
23-Oct-07 Pemda melakukan Pengeluaran Penyertaan Modal untuk
pendirian BPR Rakyat Maju dengan SPM/SP2D LS
sebesar Rp 32.000.000,00
9-Nov-07 Pembayaran pokok utang kepada pemerintah pusat yg
jatuh tempo sebesar Rp 16.000.000,00

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 206


13-Nov-07 Pemda Memberikan Pinjaman kepada PDAM sebesar Rp
18.000.000,00 untuk membantu pengadaan Pompa PDAM
16-Dec-07 Dari Uang Persediaan dikeluarkan untuk biaya perjalanan
dinas sebesar Rp 26.000.000,00. Jumlah ini telah
dipertanggungjawabkan dan telah diterima SP2D-GU
Nihil dari BUD

TRANSAKSI BUD
Selama tahun 2007, pada SKPKD terjadi transaksi sebagai berikut:
Tanggal Uraian
3-Jan-07 Diterima setoran sisa Uang Persediaan dari Dinas A
tahun 2006 sebesar Rp 31.500.000,00
5-Jan-07 Disetorkan PFK berupa PPN tahun lalu sebesar
Rp21.500.000,00 ke Kas Umum Negara
10-Jan-07 Diterima Pendapatan Pajak Daerah dari SKPKD sebesar
Rp 97.440.000,00
15-Jan-07 Diberikan Uang Persediaan kepada Bendahara
Pengeluaran Dinas A sebesar Rp20.000.000,00
15-Jan-07 Diberikan Uang Persediaan kepada Bendahara
Pengeluaran SKPKD sebesar Rp40.000.000,00
20-Jan-07 Diterima Pendapatan Retribusi Daerah dari SKPKD
sebesar Rp 31.489.920,00
31-Jan-07 Diterima Hasil Perusda, hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan dari SKPKD sebesar Rp
1.416.000,00

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 207


10-Feb-07 Diterima Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
yang berasal dari jasa giro SKPKD sebesar
Rp15.960.000,00
17-Feb-07 Diterima Dana Bagi Hasil Pajak dari SKPKD sebesar
Rp 75.360.000,00
21-Feb-07 Diterima Pendapatan retribusi daerah dari Dinas A
sebesar Rp13.495.680,00
23-Feb-07 Diterima Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
yang berasal dari jasa giro Dinas A sebesar
Rp6.840.000,00
3-Mar-07 Diterima Dana Alokasi Umum dari SKPKD sebesar Rp
867.360.000,00
27-Mar-07 Diterima Dana Alokasi Khusus dari SKPKD sebesar Rp
1.920.000,00
14-Apr-07 Diterima Dana Penyesuaian dari SKPKD sebesar Rp
28.800.000,00
24-Apr-07 Diterima Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari
Provinsi dari SKPKD sebesar Rp 51.494.400,00
30-Apr-07 Diterima Dana Darurat dari SKPKD sebesar Rp
23.040.000,00
5-May-07 Diterbitkan SP2D LS untuk Belanja Pegawai SKPKD
sebesar Rp 490.237.440,00. Atas transaksi ini BUD
memotong PPh Ps 21 sebesar 5%
14-May-07 Diterbitkan SP2D LS untuk Belanja Pegawai Dinas A
sebesar Rp210.101.760. Atas transaksi ini BUD
memotong PPh Ps 21 sebesar 5%
16-May-07 Diterbitkan SP2D GU sebesar Rp6.500.000,00 untuk
mengganti biaya listrik dan telepon pada Dinas A.
20-May-07 Diterbitkan SP2D LS untuk belanja barang dan jasa
pada SKPKD sebesar Rp 68.662.400,00. Atas transaksi
ini BUD memotong PPN sebesar 10% dan PPh Pasal 22

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 208


sebesar 0,5%. Harga sudah termasuk PPN.

30-May-07 Diterbitkan SP2D GU untuk mengganti biaya listrik dan


telepon pada SKPKD sebesar Rp 12.000.000,00.
6-Jun-07 Diterbitkan SP2D LS kepada SKPKD untuk
pembayaran bunga utang kepada pemerintah pusat
sebesar Rp 1.600.000,00
21-Jun-07 Diterbitkan SP2D LS untuk Belanja Subsidi SKPKD
sebesar Rp 10.281.600,00
13-Jul-07 Diterbitkan SP2D LS untuk Belanja Hibah SKPKD
sebesar Rp 14.976.000,00
17-Jul-07 Diterbitkan SP2D LS untuk Bantuan Sosial SKPKD
sebesar Rp 37.574.400,00
31-Jul-07 Diterbitkan SP2D LS untuk Belanja Modal Peralatan
dan Mesin SKPKD sebesar Rp 14.761.600,00. Atas
transaksi ini BUD memotong PPN sebesar 10% dan PPh
Pasal 22 sebesar 0,5%. Harga sudah termasuk PPN.
16-Aug-07 Diterbitkan SP2D LS untuk Belanja Modal Jalan, Irigasi
dan jaringan SKPKD sebesar Rp 89.600.000,00. Atas
transaksi ini BUD memotong PPN sebesar 10% dan PPh
Pasal 22 sebesar 0,5%. Harga sudah termasuk PPN.
31-Aug-07 Diterbitkan SP2D LS untuk Belanja Modal Peralatan
dan Mesin Dinas A sebesar Rp6.326.400,00. Atas
transaksi ini BUD memotong PPN sebesar 10% dan PPh
Pasal 22 sebesar 0,5%. Harga sudah termasuk PPN.
3-Sep-07 Diterbitkan SP2D LS untuk Belanja Tak Terduga
SKPKD sebesar Rp 1.497.000,00
19-Sep-07 Diterbitkan SP2D LS untuk belanja barang dan jasa
Dinas A sebesar Rp26.569.600,00. Atas transaksi ini
BUD memotong PPN sebesar 10% dan PPh Pasal 22

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 209


sebesar 0,5%. Harga sudah termasuk PPN.

22-Sep-07 Diterbitkan SP2D LS untuk Bagi Hasil Ke Desa


SKPKD sebesar Rp 79.104.000,00
11-Oct-07 Diterbitkan SP2D LS untuk pencairan Dana Cadangan
SKPKD sebesar Rp 4.000.000,00
23-Oct-07 Diterbitkan SP2D LS kepada SKPKD untuk
Pengeluaran Penyertaan Modal untuk pendirian BPR
Rakyat Maju sebesar Rp 32.000.000,00
9-Nov-07 Diterbitkan SP2D LS kepada SKPKD untuk
pembayaran pokok utang kepada pemerintah pusat yg
jatuh tempo sebesar Rp 16.000.000,00
13-Nov-07 Diterbitkan SP2D LS kepada SKPKD untuk
memberikan Pinjaman kepada PDAM sebesar Rp
18.000.000,00
27-Nov-07 Diterbitkan SP2D LS kepada Dinas A untuk belanja
modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan sebesar
Rp38.400.000,00. Atas transaksi ini BUD memotong
PPN sebesar 10% dan PPh Pasal 22 sebesar 0,5%.
Harga sudah termasuk PPN.
14-Dec-07 Diterbitkan SP2D GU Nihil kepada Dinas A untuk
mengesahkan biaya perjalanan dinas sebesar
Rp13.500.000,00.
16-Dec-07 Diterbitkan SP2D GU Nihil kepada SKPKD untuk
mengesahkan biaya perjalanan dinas sebesar Rp
26.000.000,00.
22-Dec-07 Disetorkan seluruh saldo PFK yang masih ada di BUD

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 210


DATA PENYESUAIAN DINAS A
Data yang dihimpun pada Dinas A untuk penyesuaian akhir tahun 2007:
1. Laporan Keadaan Kas Bendahara Penerimaan di Dinas
A menunjukkan bahwa penerimaan yang belum disetor
ke Kas Daerah sebesar Rp6.500.000,00.
2. Rekapitulasi hasil inventarisasi barang persediaan di
seluruh Dinas A menunjukkan jumlah persediaan
sebesar Rp60.375.000,00
3. Penyusutan peralatan dan mesin di Dinas A dihitung dan
ditetapkan sebesar Rp6.450.000.000,00
4. Penyusutan Jalan, jaringan dan irigasi di Dinas A
dihitung dan ditetapkan sebesar Rp1.145.000.000,00

DATA PENYESUAIAN SKPKD


Data yang dihimpun pada SKPKD untuk penyesuaian akhir tahun
2007:
1. Penyusutan gedung dan bangunan dihitung dan
ditetapkan sebesar Rp2.245.000.000,00
2. Hutang yang kepada Pemerintah Pusat yang jatuh tempo
tahun 2008 sebesar Rp23.400.000,00
3. Rekapitulasi hasil inventarisasi barang persediaan di
BPKD menunjukkan jumlah persediaan sebesar
Rp3.750.000,00

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 211


Jurnal APBD
1-Jan-07 Estimasi Pendapatan Pajak Daerah 81,200,000
Estimasi Pendapatan Retribusi Daerah 40,896,000
Estimasi Pend. Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah Yg Dipisahkan 1,180,800
Estimasi Pendapatan Lain-Lain PAD 24,000,000
Estimasi Pendapatan Transfer DBH 75,360,000
Estimasi Pendapatan Transfer DAU 867,360,000
Estimasi Pendapatan Transfer DAK 1,920,000
Estimasi Pendapatan Transfer Dana
Penyesuaian 28,800,000
Estimasi Pendapatan Transfer BHP -
Bantuan Keu Dari Propinsi 51,494,400
Estimasi Pendapatan Dana Darurat 23,040,000
Apropriasi Belanja Pegawai 36,672,000
Apropriasi Belanja Barang dan Jasa 158,400,000
Apropriasi Belanja Bunga 1,600,000
Apropriasi Belanja Subsidi 11,424,000
Apropriasi Belanja Hibah 14,976,000
Apropriasi Belanja Bantuan Sosial 39,552,000
Apropriasi Belanja Peralatan dan Mesin 21,088,000
Apropriasi Belanja Jalan, Jaringan dan
Irigasi 128,000,000
Apropriasi Belanja Tak Terduga 2,496,000
Apropriasi Belanja Transfer Bagi Hasil
Pajak Ke Desa 79,104,000
Surplus/Defisit 101,939,200

Estimasi Penerimaan Pembiayaan


Penggunaan SILPA 4,060,800
Estimasi Penerimaan Pembiayaan
Pencairan Dana Cadangan 4,000,000
Pembiayaan Netto 101,939,200

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 212


Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan
Penyertaan Modal 64,000,000
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan
Pemb. Pokok Utang 16,000,000
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan
Pinj, Kepada PDAM 30,000,000

Surplus/Defisit 101,939,200
Pembiayaan Netto 101,939,200

JURNAL TRANSAKSI TAHUN 2007 DINAS A


Tanggal U RAIAN Debet Credit
Alokasi Estimasi Pendapatan Retribusi 12,26
1-Jan-07 Daerah 8,800
Alokasi Estimasi Pendapatan Lain-Lain 7,20
PAD 0,000
Utang Kepada BUD 19,468,800
Piutang Dari BUD 283,248,000
Allotment Belanja Pegawai 191,001,600
Allotment Belanja Barang dan Jasa 47,520,000
Allotment Belanja Peralatan dan 6,32
Mesin 6,400
Allotment Belanja Jalan, Jaringan dan 38,40
Irigasi 0,000
3-Jan-07 Uang Muka Dari BUD 31,500,000
Kas di Bendahara Pengeluaran 31,500,000
15-Jan-07 Kas di Bendahara Pengeluaran 20,000,000
Uang Muka dari BUD 20,000,000
13,49
21-Feb-07 Utang Kepada BUD 5,680
Pend. Retribusi Daerah 13,495,680
6,84
23-Feb-07 Utang Kepada BUD 0,000
6,84
Lain-lain PAD 0,000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 213


210,10
14-May-07 Belanja Pegawai 1,760
Piutang Dari BUD 210,101,760
6,50
16-May-07 Belanja Barang dan Jasa 0,000
Piutang Dari BUD 6,500,000
6,32
31-Aug-07 Belanja Modal-Peralatan dan mesin 6,400
Piutang Dari BUD 6,326,400
Peralatan dan Mesin 6,326,400
Diinvestasikan Dalam Aset tetap 6,326,400
26,56
19-Sep-07 Belanja Barang Dan Jasa 9,600
Piutang Dari BUD 26,569,600
27-Nov-07 Belanja Modal-Jalan, irigasi dan jaringan 38,400,000
Piutang Dari BUD 38,400,000
Konstruksi dalam Pengerjaan 38,400,000
Diinvestasikan Dalam Aset tetap 38,400,000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 317,400,000
Konstruksi Dalam Pengerjaan 317,400,000
Jalan, Jaringan dan Irigasi 317,400,000
Diinvetasikan Dalam Aset Tetap 317,400,000
13,50
14-Dec-07 Belanja Perjalanan Dinas 0,000
Piutang Dari BUD 13,500,000
Uang Muka dari BUD 13,500,000
Kas Dibendahara Pengeluaran 13,500,000
1,368,976,640 1,368,976,640

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 214


BUKU BESAR SKPD
Kas di Bendahara Pengeluaran
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
31,50 31,500,00
1-Jan-07 Saldo Awal 0,000 3-Jan-07 Penyetoran UP 0
20,00 Blj Perjalanan 13,500,00
15-Jan-07 Penerimaan UP 0,000 14-Dec-07 Dinas (GU Nihil) 0
51,50 45,000,00
jumlah 0,000 jumlah 0
6,500,
31-Dec-07 Saldo 000

Kas di Bendahara Penerimaan


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
3,50 3,500,00
1-Jan-07 Saldo Awal 0,000 1-Jan-07 Jurnal Balik 0
3,50 3,500,00
jumlah 0,000 jumlah 0

31-Dec-07 Saldo -

Piutang Retribusi
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
junal Balik Awal 12,600,00
1-Jan-07 Saldo Awal 12,600,000 1-Jan-07 Tahun 0

Saldo -

Persediaan
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah

1-Jan-07 Saldo Awal 40,300,000

Saldo 40,300,000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 215


Peralatan dan Mesin
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
81,850,00
1-Jan-07
Saldo Awal 0,000
pembelian
31-Aug-07 peralatan & 6,32
mesin 6,400
81,856,32
Jumlah 6,400 Jumlah -
81,856,326,
31-Dec-07 Saldo Akhir 400

Jalan,Irigasi dan Jaringan


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah

1-Jan-07 Saldo Awal 31,700,000,000


KDP yang telah
27-Nov-07 selesai dibangun 317,400,000

31-Dec-07 Saldo 32,017,400,000

Konstruksi dalam Pengerjaan


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
27-Nov- KDP yang telah
1-Jan-07 Saldo Awal 279,000,000 07 selesai Dibangun 317,400,000
Pembayaran
27-Nov-07 KDP 38,400,000

Saldo -

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 216


Uang Muka Dari BUD
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
Penyetoran 31, 31,500,00
3-Jan-07 Awal Tahun 500,000 1-Jan-07 Saldo Awal 0
Blj Perjalanan
Dinas (GU 13, 20,000,00
14-Dec-07 Nihil) 500,000 15-Jan-07 Penarikan UP 0
Jumlah 45,000,000 Jumlah 51,500,000
31-Dec-07 Saldo 6,500,000

Pendapatan Yang Harus Disetor


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
jurnal balik awal 3, 3,500,00
1-Jan-07 tahun 500,000 1-Jan-07 Saldo awal 0
Jumlah 3,500,000 Jumlah 3,500,000
31-Dec-07 Saldo -

Cadangan Piutang
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
saldo awal
jurnal balik awal 12, Cadangan 12,600,00
1-Jan-07 tahun 600,000 1-Jan-07 Piutang 0
Jumlah 12,600,000 Jumlah 12,600,000
31-Dec-07 Saldo -

Cadangan Persediaan
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 Saldo Awal 40,300,000
31-Dec-07 Saldo 40,300,000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 217


Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
KDP yang telah 317, 113,829,000,00
27-Nov-07 selesai dibangun 400,000 1-Jan-07 Saldo Awal 0
Perolehan
Peralatan dan 6,326,40
31-Aug-07 Mesin 0
27-Nov-07 KDP 38,400,000
Jalan yang telah
selesai 317,400,00
27-Nov-07 dibangun 0
Jumlah 317,400,000 Jumlah 114,191,126,400
31-Dec-07 Saldo 113.873.726.400

Alokasi Estimasi Pendapatan Retribusi


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
Alokasi estimasi
1-Jan-07 pendapatan 12,268,800

31-Dec-07 saldo 12,268,800

Alokasi Estimasi Pendapatan Lain-Lain PAD


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
Alokasi estimasi
1-Jan-07 pendapatan 7,200,000

31-Dec-07 saldo 7,200,000

Utang Kepada BUD

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 218


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
Pendapatan 13, Alok. Estimasi 19,468
21-Feb-07 retribusi 495,680 1-Jan-07 Pdptn ,800
Pendapatan 6,
23-Feb-07 Lain-lain PAD 840,000
20, 19,468
Jumlah 335,680 Jumlah ,800
8
31-Dec-07 Saldo 66,880

Piutang Dari BUD


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
Allotmen Belanja 210,101
1-Jan-07 Belanja 283,248,000 14-May-07 pegawai ,760
Belanja barang 6,500
16-May-07 jasa ,000
Belanja modal
peralatan dan 6,326
31-Aug-07 mesin ,400
Belanja 26,569
19-Sep-07 perjalanan dinas ,600
Belanja modal
Jalan, jaringan 38,400
27-Nov-07 dan irigasi ,000
Belanja barang 13,500
14-Dec-07 jasa ,000

301,397
jumlah 283,248,000 jumlah ,760
18,149,
31-Dec-07 Saldo 760

Allotment Belanja Pegawai

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 219


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah

1-Jan-07 DPA 191,001,600

31-Dec-07 Saldo 191,001,600

Allotment Belanja Barang Dan Jasa


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah

1-Jan-07 DPA 47,520,000

31-Dec-07 Saldo 47,520,000

Allotment Belanja Peralatan dan Mesin


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah

1-Jan-07 DPA 6,326,400

31-Dec-07 Saldo 6,326,400

Allotment Belanja Jalan, Jaringan dan Irigasi


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah

1-Jan-07 DPA 38,400,000

31-Dec-07 Saldo 38,400,000

Belanja Pegawai
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
14-May- Gaji dan
07 Tunjangan 210,101,760

31-Dec-07 saldo 210,101,760

Belanja Barang & jasa

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 220


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
16-May-07 Belanja Barang 6,500,000
19-Sep-07 Belanja Barang 26,569,600
perjalanan 13,
14-Dec-07 Dinas 500,000
31-Dec-07 Saldo 46,569,600 Saldo -

Belanja Modal Peralatan dan Mesin


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
31-Aug-07 6,326,400
31-Dec-07 Saldo 6,326,400 -

Belanja Modal jalan, Irigasi dan Jaringan


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
27-Nov-07 38,400,000
31-Dec-07 Saldo 38,400,000 Saldo -

Pendapatan retribusi daerah


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
Pendapatan
Retribusi
21-Feb-07 daerah 13,495,680
31-Dec-07 Saldo 13,495,680

Pendapatan lain - lain PAD


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
23-Feb-07 Lain-lain PAD 6,840,000
31-Dec-07 Saldo 6,840,000

JURNAL PENYESUAIAN TAHUN 2007 DINAS A

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 221


Tanggal U RAIAN Debet Credit

31-Dec-07 Kas di Bendahara Penerimaan 6,500,000


Pendapatan yang Harus
Disetor 6,500,000

31-Dec-07 Persediaan 20,075,000

Cadangan Persediaan 20,075,000

31-Dec-07 Diinvestasikan Dalam Aset Tetap 6,450,000,000

Akumulasi Penyusutan 6,450,000,000

31-Dec-07 Diinvestasikan Dalam Aset Tetap 1,145,000,000

Akumulasi Penyusutan 1,145,000,000

7,621,575,000 7,621,575,000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 222


Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 223
Dinas A
Laporan Realisasi Anggaran
Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2007

Uraian DPA-SKPD REALISASI %

PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah 12,268,800 13,495,680 110%

Lain - lain PAD 7,200,000 6,840,000 95%


Total Pendapatan Asli
Daerah 19,468,800 20,335,680 104%
Total Pendapatan 19,468,800 20,335,680 104%
BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Pegawai 191,001,600 210,101,760 110%

Belanja Barang dan jasa 47,520,000 46,569,600 98%


Total Belanja Operasi 238,521,600 256,671,360 108%
Belanja Modal

Belanja Peralatan dan Mesin 6,326,400 6,326,400 100%


Belanja Jalan, Irigasi, dan 38,4 38,
Jaringan 00,000 400,000 100%
Total Belanja Modal 44,726,400 44,726,400 100%

Total Belanja 283,248,000 301,397,760 106%

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 224


JURNAL SKPKD
Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 225
Tanggal U RAIAN Debet Credit
1-Jan-07 Alokasi Estimasi Pendapatan Pajak Daerah 81,200,000
Alokasi Estimasi Pendapatan Retribusi 28,627,200
Daerah
Alokasi Estimasi Pend. Hasil Pengelolaan 1,180,800
Kekayaan Daerah Yg Dipisahkan
Alokasi Estimasi Pendapatan Lain-Lain PAD 16,800,000
Alokasi Estimasi Pendapatan Transfer DBH 75,360,000
Alokasi Estimasi Pendapatan Transfer DAU 867,360,000
Alokasi Estimasi Pendapatan Transfer DAK 1,920,000
Alokasi Estimasi Pdapatan Transfer Dana 28,800,000
Penyesuaian
Alokasi Estimasi Pendapatan Transfer BHP - 51,494,400
Bantuan Keu Dari Propinsi
Alokasi Estimasi Pendapatan Dana Darurat 23,040,000
Utang Kepada BUD 1,175,782,400

Piutang Dari BUD 810,064,000


Allotment Belanja Pegawai 445,670,400
Allotment Belanja Barang dan Jasa 110,880,000
Allotment Belanja Bunga 1,600,000
Allotment Belanja Subsidi 11,424,000
Allotment Belanja Hibah 14,976,000
Allotment Belanja Bantuan Sosial 39,552,000
Allotment Belanja Peralatan dan Mesin 14,761,600
Allotment Belanja Jalan, Jaringan dan 89,600,000
Irigasi
Allotment Belanja Tak Terduga 2,496,000
Allotment Bel Transfer Bagi Hasil 79,104,000
Pajak Ke Desa

Alokasi Esti Penerimaan Pembi Penggunaan 4,060,800


SILPA
Alokasi Estimasi Penerimaan Pembiayaan 4,000,000
Pencairan Dana Cadangan
Utang Kepada BUD 8,060,800
Piutang Dari BUD 110,000,000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 226


Allotment Pengeluaran Pembiaaan 64,000,0
Penyertaan Modal 00
Allotment Pengeluaran Pembiayaan 16,000,0
Pemb. Pokok Utang 00
Allotment Pengeluaran Pembiayaan Pinj, 30,000,0
Kepada PDAM 00
10-Jan-07 Utang Kepada BUD 97,440,000
Pend. Pajak Daerah 97,440,000
15-Jan-07 Kas Di Bendahara Pengeluaran 40,000,000
Uang Muka Dari BUD 40,000,000
20-Jan-07 Utang Kepada BUD 31,489,920
Pend. Retribusi Daerah 31,489,920
31-Jan-07 Utang Kepada BUD 1,416,000
Pend. Hasil Pengelolaan Kekayaan 1,416,000
Daerah Yang Dipisahkan
10-Feb-07 Utang Kepada BUD 15,960,000
Lain-lain PAD 15,960,000
17-Feb-07 Utang Kepada BUD 75,360,000
Pendapatan Bagi Hasil Pajak 75,360,000
3-Mar-07 Utang Kepada BUD 867,360,000
Pendapatan DAU 867,360,000
27-Mar-07 Utang Kepada BUD 1,920,000
Pendapatan DAK 1,920,000
14-Apr-07 Utang Kepada BUD 28,800,000
Pendapatan Dana Penyesuaian 28,800,000
24-Apr-07 Utang Kepada BUD 51,494,400
Pendapatan Bagi Hasil Pajak Dan 51,494,400
Bantuan Keuangan Propinsi
30-Apr-07 Utang Kepada BUD 23,040,000
Pendapatan Dana Darurat 23,040,000
5-May-07 Belanja Pegawai 490,237,440
Piutang Dari BUD 490,237,440

20-May-07 Belanja Barang Dan Jasa 68,662,400


Piutang Dari BUD 68,662,400
30-May-07 Belanja Barang dan Jasa 12,000,000
Piutang Dari BUD 12,000,000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 227


6-Jun-07 Belanja Bunga 1,600,000
Piutang Dari BUD 1,600,000
21-Jun-07 Belanja Subsidi 10,281,600
Piutang Dari BUD 10,281,600
13-Jul-07 Belanja Hibah 14,976,000
Piutang Dari BUD 14,976,000
17-Jul-07 Belanja Bantuan Sosial 37,574,400
Piutang Dari BUD 37,574,400
31-Jul-07 Belanja Modal-Peralatan dan mesin 14,761,600
Piutang Dari BUD 14,761,600
Peralatan dan Mesin 14,761,600
Diinvestasikan Dalam Aset tetap 14,761,600
16-Aug-07 Belanja Modal-Jalan, irigasi dan jaringan 89,600,000
Piutang Dari BUD 89,600,000
Jalan, Irigasi dan Jaringan 89,600,000
Diinvestasikan Dalam Aset tetap 89,600,000
3-Sep-07 Belanja Tak Terduga 1,497,000
Piutang Dari BUD 1,497,000
22-Sep-07 Bagi Hasil Pajak ke desa 79,104,000
Piutang Dari BUD 79,104,000
11-Oct-07 Utang Kepada BUD 4,000,000
Pencairan Dana Cadangan 4,000,000
Diinvestasikan dalam Dana cadangan 4,000,000
Dana Cadangan 4,000,000
23-Oct-07 Pengeluaran Penyertaan Modal Pemda 32,000,000
Piutang Dari BUD 32,000,000
Penyertaan Modal Pemda 32,000,000
Diinvestasikan dlm Invest. Jk Panjang 32,000,000
9-Nov-07 Pembayaran pokok pinjaman kpd pem. Pus 16,000,000
Piutang Dari BUD 16,000,000
Utang kpd Pem. Pusat 16,000,000
Dana yg hrs. dised. Utk Pby Ut. Pj 16,000,000
13-Nov-07 Pengeluaran Pemberian Pinjaman Kepada 18,000,000
PDAM
Piutang Dari BUD 18,000,000
Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah 18,000,000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 228


Diinvestasikan dlm Invest. Jangka 18,000,000
Panjang
16-Dec-07 Belanja Perjalanan Dinas 26,000,000
Piutang Dari BUD 26,000,000
Uang Muka dari BUD 26,000,000
Kas Dibendahara Pengeluaran 26,000,000
4,454,843,560 4,454,843,560

BUKU BESAR SKPKD

Kas di Bendahara Pengeluaran


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
15-Jan-07 Penerimaan UP 40,000,000 16-Nov-07 Perjalanan Dinas 26,000,000
jumlah 40,000,000 jumlah 26,000,000
Saldo 14,000,000
Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
13-Nov-07 Pemberian 18,000,000
Pinjaman Kepada
BUMD
Saldo 18,000,000
Penyertaan Modal Pemda
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 Saldo Awal 9,140,000,000
23-Oct-07 Penambahan 32,000,000
Penyertaan Modal
Saldo 9,172,000,000

Tanah
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 Saldo Awal 234,500,000,000
Saldo 234,500,000,000
Gedung dan Bangunan

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 229


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 Saldo Awal 45,780,000,000
Saldo 45,780,000,000
Peralatan dan Mesin
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
31-Jul-07 Pengadaan Peralatan 14,761,600
Dan Mesin
Saldo Akhir 14,761,600
Jalan,Irigasi dan Jaringan
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
16-Aug- Pembangunan Jalan, 89,600,000
07 Irigasi dan Jaringan
Saldo 89,600,000
Dana Cadangan
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 Saldo Awal 6,028,000,000 11-Oct- Pencairan Dana 4,000,000
07 Cadangan
Jumlah 6,028,000,000 Jumlah 4,000,000
Saldo 6,024,000,000
Uang Muka Dari BUD
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
16-Dec-07 Belanja Perjalanan 26,000,000 15-Jan- Penarikan UP 40,000,000
Dinas 07
Jumlah 26,000,000 Jumlah 40,000,000
Saldo 14,000,000
Bagian lancar Hutang kpd Pemerintah Pusat
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 jurnal balik awal 23,400,000 1-Jan-07 Saldo Awal 23,400,000
tahun
Saldo -

Utang kepada Pemerintah Pusat


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
9-Nov-07 Pemb. Pokok pinj 16,000,000 1-Jan-07 Saldo Awal 317,600,000
ke pem pus
1-Jan-07 jurnal balik 23,400,000
Jumlah 16,000,000 Jumlah 341,000,000
Saldo 325,000,000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 230


Dana yg hrs disediakan utk pem.Utang Jk. Pendek
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 Saldo Awal 23,400,000 1-Jan-07 Jurnal Balik 23,400,000
jumlah 23,400,000 jumlah 23,400,000
Saldo -
Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 Saldo Awal 9,140,000,000
23-Oct- Penambahan 32,000,000
07 Penyertaan
Modal
13-Nov- Pinjaman Kpd 18,000,000
07 BUMD
Jumlah 9,190,000,000
Saldo 9,190,000,000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 Saldo Awal 280,280,000,000
31-Jul-07 Perolehan 14,761,600
Peralatan dan
Mesin
16-Aug- Pengadaan Jalan, 89,600,000
07 Irigasi dan
Jaringan
Jumlah - Jumlah 280,384,361,600
Saldo 280,384,361,600

Dana yg disediakan utk pem. utang jangka Panjang


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 Saldo Awal 317,600,000 9-Nov- Pembayaran 16,000,000
07 Pokok Pinjaman
1-Jan-07 Jurnal Balik 23,400,000
Jumlah 341,000,000 Jumlah 16,000,000
Saldo 325,000,000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 231


Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
11-Oct-07 Pencairan 4,000,000 1-Jan-07 Saldo Awal 6,028,000,000
Jumlah 4,000,000 jumlah 6,028,000,000
Saldo 6,024,000,000
Alokasi Estimasi Pendapatan Pajak Daerah
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 81,200,000
saldo 81,200,000
Alokasi Estimasi Pendapatan Retribusi
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 28,627,200
saldo 28,627,200
Alokasi Estimasi Pendapatan Dari Pengelolaan Kekayaan Yang dipisahkan
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 1,180,800
saldo 1,180,800
Alokasi Estimasi Pendapatan Lain-Lain PAD
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 16,800,000
saldo 16,800,000
Alokasi Estimasi Pendapatan Transfer DBH
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 75,360,000
saldo 75,360,000

Alokasi Estimasi Pendapatan Transfer DAU


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 867,360,000
saldo 867,360,000
Alokasi Estimasi Pendapatan Transfer DAK
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 1,920,000
saldo 1,920,000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 232


Alokasi Estimasi Pendapatan Transfer Dana Penyesuaian
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 28,800,000
saldo 28,800,000
Alokasi Estimasi Pendapatan Transfer Bagi Hasil Propinsi
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 51,494,400
saldo 51,494,400
Alokasi Estimasi Pendapatan Dana Darurat
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 23,040,000
saldo 23,040,000
Allotment Belanja Pegawai
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 445,670,400
Saldo 445,670,400
Allotment Belanja Barang Dan Jasa
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 110,880,000
Saldo 110,880,000
Allotment Belanja Bunga
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 1,600,000
Saldo 1,600,000

Allotment Belanja Subsidi


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 11,424,000
Saldo 11,424,000
Allotment Belanja Hibah
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 14,976,000
Saldo 14,976,000
Allotment Belanja Bantuan Sosial

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 233


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 39,552,000
Saldo 39,552,000
Allotment Belanja Peralatan dan Mesin
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 14,761,600
Saldo 14,761,600
Allotment Belanja Jalan, Jaringan dan Irigasi
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 89,600,000
Saldo 89,600,000
Allotment Belanja Tak Terduga
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 2,496,000
Saldo 2,496,000
Allotment Belanja Transfer Bagi Hasil Pajak Ke Desa
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 79,104,000
Saldo 79,104,000
Alokasi Estimasi Penerimaan Pembiayaan Penggunaan SiLPA
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 4,060,800
saldo 4,060,800

Alokasi Estimasi Penerimaan Pembiayaan Pencairan Dana Cadangan


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 4,000,000
saldo 4,000,000
Allotment Pengeluaran Pembiayaan Penyertaan Modal
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 64,000,000
Saldo 64,000,000
Allotment Pengeluaran Pembiayaan Pembayaran Pokok Utang
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 234


1-Jan-07 DPA 16,000,000
Saldo 16,000,000
Allotment Pengeluaran Pembiayaan Pinjaman Kepada PDAM
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 30,000,000
Saldo 30,000,000

Utang Kepada BUD


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
10-Jan-07 Pdpt Pjk daerah 97,440,000 1-Jan-07 DPA 1,175,782,400
20-Jan-07 Pendapatan Retribusi 31,489,920 1-Jan-07 DPA 8,060,800
daerah
31-Jan-07 Pendptn Hasil Kekayaan 1,416,000
Daerah yang dipisahkan
10-Feb-07 Lain-lain PAD 15,960,000
17-Feb-07 pendapatan Dana Bagi hasil 75,360,000
3-Mar-07 Pend. DAU 867,360,000
27-Mar-07 Pendapat DAK 1,920,000
14-Apr-07 Pendapatan Dana 28,800,000
Penyesuaian
24-Apr-07 Pendapatan Bagi Hasil 51,494,400
Pajak dan Bantuan
30-Apr-07 Pendapatan Dana Darurat 23,040,000
11-Oct-07 Pencairan Dana Cadangan 4,000,000
Jumlah 1,198,280,320 Jumlah 1,183,843,200
Saldo 14,437,120

Piutang Dari BUD


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 DPA 810,064,000 5-May-07 gaji 490,237,440
1-Jan-07 DPA 110,000,000 20-May-07 Belanja Barang 68,662,400
30-May-07 Penggantian dgn 12,000,000
SPM GU
6-Jun-07 Belanja Bunga 1,600,000
21-Jun-07 Belanja Subsidi 10,281,600
13-Jul-07 Belanja Hibah 14,976,000
17-Jul-07 Belanja Bantuan 37,574,400

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 235


Sosial
31-Jul-07 Belanja 14,761,600
Peralatan dan
Mesin
16-Aug-07 Belnja Jalan, 89,600,000
Irigasi dan
Jaringan
3-Sep-07 Belanja Tak 1,497,000
Terduga
22-Sep-07 Bagi Hasil 79,104,000
Pendapatan ke
Desa
23-Oct-07 Pengeluaran 32,000,000
Penyertaan
Modal
9-Nov-07 Pembayaran 16,000,000
Pokok Pinjaman
13-Nov-07 Pengeluaran 18,000,000
Pinjaman
16-Dec-07 Belanja 26,000,000
Perjalanan
Dinas
jumlah 920,064,000 jumlah 912,294,440
Saldo 7,769,560
Pendapatan pajak daerah
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
10-Jan-07 Pdpt Pjk daerah 97,440,000
Saldo 97,440,000
Pendapatan retribusi daerah
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
20-Jan-07 Pendapatan 31,489,920
Retribusi daerah
Saldo 31,489,920
Pendapatan Hasil Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
31-Jan-07 Hasil Perusda 1,416,000
Saldo 1,416,000
Pendapatan lain - lain PAD
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 236


10-Feb-07 Lain-lain PAD 15,960,000
Saldo 15,960,000
Pendapatan Dana Bagi Hasil
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
17-Feb-07 Pendapatan dana 75,360,000
bagi hasil
Saldo 75,360,000
Pendapatan DAU
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
3-Mar-07 Pend. DAU 867,360,000
Saldo 867,360,000
Pendapatan DAK
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
27-Mar-07 Pend. DAK 1,920,000
Saldo 1,920,000
Pendapatan Dana Penyesuaian
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
14-Apr-07 Pendapatan 28,800,000
Dana
Penyesuaian
Saldo 28,800,000

Pendapatan Bagi Hasil Pajak Dan Bantuan Keuangan Dari Propinsi


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
24-Apr-07 Pendapatan Bagi 51,494,400
Hasil Pajak dan
Bantuan
Saldo 51,494,400
Pendapatan Dana Darurat
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
30-Apr-07 Pendapatan Dana 23,040,000
Darurat
Saldo 23,040,000
Belanja Pegawai

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 237


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
5-May- Gaji 490,237,440
07
saldo 490,237,440
Belanja Barang & jasa
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
20-May- Belanja 68,662,400
07 Barang
30-May- Telephon dan 12,000,000
07 listrik
16-Dec- Belanja 26,000,000
07 Perjalanan
Dinas SPM
GU Nihil
Saldo 106,662,400 Saldo -
Belanja Bunga
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
6-Jun-07 Bunga 1,600,000
Saldo 1,600,000
Belanja Subsidi
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
21-Jun- Subsidi 10,281,600
07
Saldo 10,281,600 Saldo -

Belanja Hibah
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
13-Jul- Hibah 14,976,000
07
Saldo 14,976,000 Saldo -
Belanja Bantuan Sosial
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
17-Jul- Bantuan 37,574,400
07 Sosial
Saldo 37,574,400 Saldo -
Belanja Peralatan dan Mesin
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 238


31-Jul- Perolehan 14,761,600
07 Peralatan dan
Mesin
Saldo 14,761,600 -
Belanja jalan, Irigasi dan Jaringan
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
16-Aug- Perolehan 89,600,000
07 Jalan, Irigasi,
dan Jaringan
Saldo 89,600,000 -
Belanja Tak Terduga
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
3-Sep-07 Belanja Tak 1,497,000
Terduga
Saldo 1,497,000 -
Bagi Hasil Pendapatan Ke Desa
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
22-Sep- Bagi Hasil ke 79,104,000
07 Desa
Saldo 79,104,000 Saldo -
Pengeluaran Pembiayaan Penyertaan Modal Pemda
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
23-Oct- PMP 32,000,000
07
Saldo 32,000,000 Saldo -
Pengeluaran Pembiayaan Pembayaran Pokok Pinjaman Kepada Pem. Pusat
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
9-Nov- Pembayaran 16,000,000
07 Pokok
Pinjaman
Saldo 16,000,000 Saldo -
Pengeluaran Pembiayaan Pemberian Pinjaman Kepada PDAM
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
13-Nov- Pinjaman 18,000,000
07 kepada
PDAM
Saldo 18,000,000 Saldo -
Pencairan dana cadangan
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 239


11-Oct-07 Pencairan Dana 4,000,000
Cadangan
Saldo 4,000,000

JURNAL PENYESUAIAN TAHUN 2007 SKPKD

Tanggal U RAIAN Debet Credit


31-Dec-07 Diinvestasikan Dalam Aset 2,245,000,000
Tetap
Akumulasi Penyusutan 2,245,000,000

31-Dec-07 Utang Kepada Pemerintah 23,400,000


Pusat
Dana yhd utk Pembayaran 23,400,000
Utang Jk Pjg

31-Dec-07 Dana yhd utk Pembayaran 23,400,000


Utang Jk Pendek
Bagian Lancar Utang 23,400,000
kepada Pempus

31-Dec-07 Persediaan 3,750,000


Cadangan Persediaan 3,750,000
2,295,550,000 2,295,550,000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 240


Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 241
Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 242
SKPKD
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007
ANGGARAN REALISASI %
PENDAPATAN:
PENDAPATAN ASLI DAERAH:
Pajak Daerah 81,200,000 97,440,000 120%
Retribusi Daerah 28,627,200 31,489,920 110%
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 1,180,800 1,416,000 120%
yang dipisahkan
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah 16,800,000 15,960,000 95%

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 243


yang sah (Jasa Giro)
JUMLAH 127,808,000 146,305,920 114%
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak 75,360,000 75,360,000 100%
Dana Alokasi Umum 867,360,000 867,360,000 100%
Dana Alokasi Khusus 1,920,000 1,920,000 100%
JUMLAH 944,640,000 944,640,000 100%
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA
Dana Penyesuaian 28,800,000 28,800,000 100%

TRANSFER PEMERINTAH PROPINSI-DANA PERIMBANGAN


Bagi Hasil Pajak dan Bantuan 51,494,400 51,494,400 100%
Keuangan dari Propinsi

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Dana Darurat 23,040,000 23,040,000 100%

JUMLAH PENDAPATAN 1,175,782,400 1,194,280,320 102%

BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai 445,670,400 490,237,440 110%
Belanja Barang dan Jasa 110,880,000 106,662,400 96%
Bunga 1,600,000 1,600,000 100%
Subsidi 11,424,000 10,281,600 90%
Hibah 14,976,000 14,976,000 100%
Bantuan Sosial 39,552,000 37,574,400 95%
JUMLAH 624,102,400 661,331,840 106%
BELANJA MODAL
Belanja Peralatan dan Mesin 14,761,600 14,761,600 100%
Belanja Jalan, Irigasi dan Bangunan 89,600,000 89,600,000 100%
JUMLAH 104,361,600 104,361,600 100%

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 244


BELANJA TAK TERDUGA 2,496,000 1,497,000 60%
JUMLAH BELANJA 730,960,000 767,190,440 105%
TRANSFER/BAGI HASIL DESA
Bagi Hasil Pajak 79,104,000 79,104,000 100%
JUMLAH BELANJA DAN 810,064,000 846,294,440 104%
TRANSFER
Surplus/Defisit (a-b) 365,718,400 347,985,880 95%
PEMBIAYAAN
PENERIMAAN
Penggunaan SILPA 4,060,800 - 0%
Pencairan Dana Cadangan 4,000,000 4,000,000 100%
Jumlah Penerimaan 8,060,800 4,000,000 50%
PENGELUARAN
Pengeluaran Penyertaan Modal 64,000,000 32,000,000 50%
Pembayaran pokok utang yg jatuh tempo 16,000,000 16,000,000 100%
Pengeluaran Pinjaman kepada PDAM 30,000,000 18,000,000 60%
Jumlah Pengeluaran 110,000,000 66,000,000 60%
Pembiayaan Netto (101,939,200) (62,000,000) 61%
SILPA 263,779,200 285,985,880 108%

SKPKD
Neraca
31 Desember 2007
Jumlah Jumlah
ASET UTANG & EKUITAS
UTANG JANGKA
ASET LANCAR PENDEK
Kas di Bendahara 14,00 Uang Muka dari 14,00
Pengeluaran 0,000 BUD 0,000
Bagian Lancar 23,40
Persediaan 3,750,000 Utang kpd Pempus 0,000
Total Hutang 37,40
Aktiva Lancar 17,750,000 Jangka Pjg 0,000
INVESTASI UTANG JANGKA

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 245


JANGKA
PANJANG PANJANG
Investasi Utang kepada 301,60
Nonpermanen Pemerintah Pusat 0,000
Pinjaman kepada
Perusahaan 18,00 301,60
Daerah 0,000 Utang Jk Panjang 0,000
339,000,
Investasi Permanen Total Utang 000
Penyertaan Modal
Pemerintah 9,172,00
Daerah 0,000
Investasi Jangka 9,190,000, EKUITAS DANA
Panjang 000 LANCAR
Cadangan 3,75
- persediaan 0,000
Dana yg Hrs
Disediakan u (23,40
ASET TETAP Pembyrn Ht Jk Pdk 0,000)
Tanah 234,500,000,000 Ekuitas Dana Lancar (19,650,000)
Gedung dan Bangunan 45,780,000,000

Peralatan dan 14,76 EKUITAS DANA YG


Mesin 1,600 DIINVESTASIKAN -
Diinvestasikan
Jalan, Irigasi 89,60 dalam Investasi Jk 9,190,00
dan Jaringan 0,000 Panjang 0,000
Diinvestasikan
Akumulasi (2,245,00 dalam Aktiva 278,139,36
Penyusutan 0,000) Tetap 1,600
Dana yang harus
disediakan untuk
278,139,361,6 pemb.utang jangka (301,60
Aset Tetap 00 panjang 0,000)
Ekuitas Dana 287,027,761,6
Yang 00

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 246


Dinvestasikan
DANA EKUITAS DANA
CADANGAN CADANGAN
Diinvestasikan
Dana 6,024,00 pada dana 6,024,00
Cadangan 0,000 cadangan 0,000
6,024,000, Ekuitas Dana 6,024,00
Dana Cadangan 000 Cadangan 0,000
Total Ekuitas 293,032,111,600
TOTAL ASET 293,371,111,600 UTANG & EKUITAS 293,371,111,600

JURNAL TRANSAKSI TAHUN 2007 BUD


Tanggal U RAIAN Debet Credit
3-Jan-07 Kas di Kas Daerah 31,500,000
Uang Muka kepada Dinas A 31,500,000
5-Jan-07 Pengeluaran PFK PPN 21,500,000
Kas di Kas Daerah 21,500,000
10-Jan-07 Kas di Kas Daerah 97,440,000
Pend. Pajak Daerah 97,440,000
15-Jan-07 Uang Muka kepada Dinas A 20,000,000
Kas di Kas Daerah 20,000,000
15-Jan-07 Uang Muka kepada SKPKD 40,000,000
Kas di Kas Daerah 40,000,000
20-Jan-07 Kas di Kas Daerah 31,489,920

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 247


Pend. Retribusi Daerah 31,489,920
31-Jan-07 Kas di Kas Daerah 1,416,000
Pend. Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
1,416,000
10-Feb-07 Kas di Kas Daerah 15,960,000
Lain-lain PAD 15,960,000
17-Feb-07 Kas di Kas Daerah 75,360,000
Pendapatan Bagi Hasil Pajak 75,360,000
21-Feb-07 Kas di Kas Daerah 13,495,680
Pend. Retribusi Daerah 13,495,680
23-Feb-07 Kas di Kas Daerah 6,840,000
Lain-lain PAD 6,840,000
3-Mar-07 Kas di Kas Daerah 867,360,000
Pendapatan DAU 867,360,000
27-Mar-07 Kas di Kas Daerah 1,920,000
Pendapatan DAK 1,920,000
14-Apr-07 Kas di Kas Daerah 28,800,000
Pendapatan Dana Penyesuaian 28,800,000

24-Apr-07 Kas di Kas Daerah 51,494,400


Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Dan Bantuan Keuangan Propinsi 51,494,400
30-Apr-07 Kas di Kas Daerah 23,040,000
Pendapatan Dana Darurat 23,040,000
5-May-07 Belanja Pegawai 490,237,440
Kas di Kas Daerah 490,237,440
Kas di Kas Daerah 24,511,872
Penerimaan PFK PPh Pasal 21 24,511,872
14-May-07 Belanja Pegawai 210,101,760
Kas di Kas Daerah 210,101,760
Kas di Kas Daerah 10,505,088

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 248


Penerimaan PFK PPh Pasal 21 10,505,088
16-May-07 Belanja Barang dan Jasa 6,500,000
Kas di Kas Daerah 6,500,000
20-May-07 Belanja Barang Dan Jasa 68,662,400
Kas di Kas Daerah 68,662,400
Kas di Kas Daerah 6,585,348
Penerimaan PFK PPN 6,242,036
Penerimaan PFK PPh Pasal 22 343,312
30-May-07 Belanja Barang dan Jasa 12,000,000
Kas di Kas Daerah 12,000,000
6-Jun-07 Belanja Bunga 1,600,000
Kas di Kas Daerah 1,600,000
21-Jun-07 Belanja Subsidi 10,281,600
Kas di Kas Daerah 10,281,600
13-Jul-07 Belanja Hibah 14,976,000
Kas di Kas Daerah 14,976,000
17-Jul-07 Belanja Bantuan Sosial 37,574,400
Kas di Kas Daerah 37,574,400

Belanja Modal-Peralatan dan


31-Jul-07 mesin 14,761,600
Kas di Kas Daerah 14,761,600
Kas di Kas Daerah 1,415,772
Penerimaan PFK PPN 1,341,964
Penerimaan PFK PPh Pasal 22 73,808
Belanja Modal-Jalan, irigasi dan
16-Aug-07 jaringan 89,600,000
Kas di Kas Daerah 89,600,000
Kas di Kas Daerah 8,593,455
Penerimaan PFK PPN 8,145,455
Penerimaan PFK PPh Pasal 22 448,000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 249


Belanja Modal-Peralatan dan
31-Aug-07 mesin 6,326,400
Kas di Kas Daerah 6,326,400
Kas di Kas Daerah 606,759
Penerimaan PFK PPN 575,127
Penerimaan PFK PPh Pasal 22 31,632
3-Sep-07 Belanja Tak Terduga 1,497,000
Kas di Kas Daerah 1,497,000
19-Sep-07 Belanja Barang Dan Jasa 26,569,600
Kas di Kas Daerah 26,569,600
Kas di Kas Daerah 2,548,266
Penerimaan PFK PPN 2,415,418
Penerimaan PFK PPh Pasal 22 132,848
22-Sep-07 Bagi Hasil Pajak ke desa 79,104,000
Kas di Kas Daerah 79,104,000
11-Oct-07 Kas di Kas Daerah 4,000,000
Pencairan Dana Cadangan 4,000,000

Pengeluaran Penyertaan Modal


23-Oct-07 Pemda 32,000,000
Kas di Kas Daerah 32,000,000
Pembayaran pokok pinjaman kpd
9-Nov-07 pem. Pus 16,000,000
Kas di Kas Daerah 16,000,000
Pengeluaran Pemberian Pinjaman
13-Nov-07 Kepada PDAM 18,000,000
Kas di Kas Daerah 18,000,000
Belanja Modal-Jalan, irigasi dan
27-Nov-07 jaringan 38,400,000
Kas di Kas Daerah 38,400,000
Kas di Kas Daerah 3,682,909
Penerimaan PFK PPN 3,490,909

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 250


Penerimaan PFK PPh Pasal 22 192,000
14-Dec-07 Belanja Perjalanan Dinas 13,500,000
Kas di Kas Daerah 13,500,000
Kas di Kas Daerah 13,500,000
Uang Muka kepada Dinas A 13,500,000
16-Dec-07 Belanja Perjalanan Dinas 26,000,000
Kas di Kas Daerah 26,000,000
Kas di Kas Daerah 26,000,000
Uang Muka kepada SKPKD 26,000,000
22-Dec-07 Pengeluaran PFK PPN 22,210,909
Pengeluaran PFK PPh Pasal 21 35,016,960
Pengeluaran PFK PPh Pasal 22 1,221,600
Kas di Kas Daerah 58,449,469
2,590,257,669 2,590,257,669

BUKU BESAR BUD


Kas di Kas Daerah

Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah


Pengeluaran
1-Jan-07 Saldo Awal 325,000,000 5-Jan-07 PFK PPN 21,500,000
Penyetoran Sisa
3-Jan-07 UP TAYL 31,500,000 15-Jan-07 Pemberian UP 20,000,000
Pendapatan
10-Jan-07 Pajak daerah 97,440,000 15-Jan-07 Pemberian UP 40,000,000
Penerimaan
20-Jan-07 Retribusi Daerah 31,489,920 5-May-07 Belanja Pegawai 490,237,440
Bagian Laba
31-Jan-07 BUMD 1,416,000 14-May-07 Belanja Pegawai 210,101,760

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 251


Belanja Barang
10-Feb-07 Lain-lain PAD 15,960,000 16-May-07 & Jasa 6,500,000
Pendapatan Bagi Belanja Barang
17-Feb-07 Hasil Pajak 75,360,000 20-May-07 & Jasa 68,662,400
Penerimaan Belanja Barang
21-Feb-07 Retribusi Daerah 13,495,680 30-May-07 & Jasa 12,000,000
23-Feb-07 Lain-lain PAD 6,840,000 6-Jun-07 Belanja Bunga 1,600,000
3-Mar-07 DAU 867,360,000 21-Jun-07 Belanja Subsidi 10,281,600
27-Mar-07 DAK 1,920,000 13-Jul-07 Belanja Hibah 14,976,000
Dana Belanja Bantuan
14-Apr-07 Penyesuaian 28,800,000 17-Jul-07 Sosial 37,574,400
Penerimaan Belanja Modal
pend. Bagi hasil Peralatan dan
24-Apr-07 prop. 51,494,400 31-Jul-07 Mesin 14,761,600
Belanja Modal
Pendapatan Dana Jalan, Jaringan
30-Apr-07 Darurat 23,040,000 16-Aug-07 dan Irigasi 89,600,000
Belanja Modal
Peralatan &
5-May-07 Penerimaan PFK 24,511,872 31-Aug-07 Mesin 6,326,400
Belanja Tak
14-May-07 Penerimaan PFK 10,505,088 3-Sep-07 Terduga 1,497,000
Belanja Barang 2
20-May-07 Penerimaan PFK 6,585,348 19-Sep-07 & Jasa 6,569,600
Bagi Hasil Ke 7
31-Jul-07 Penerimaan PFK 1,415,772 22-Sep-07 Desa 9,104,000
Pengeluaran
Penyertaan 3
16-Aug-07 Penerimaan PFK 8,593,455 23-Oct-07 modal 2,000,000
Pembayaran 1
31-Aug-07 Penerimaan PFK 606,759 9-Nov-07 Pokok Pinjaman 6,000,000
Pemberian
Pinjaman Kpd 1
19-Sep-07 Penerimaan PFK 2,548,266 13-Nov-07 Perush Daerah 8,000,000
Belanja Modal
Pencairan Dana Jalan, Jaringan 3
11-Oct-07 Cadangan 4,000,000 27-Nov-07 dan Irigasi 8,400,000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 252


Belanja 1
27-Nov-07 Penerimaan PFK 3,682,909 14-Dec-07 Perjalanan Dinas 3,500,000
Belanja 2
14-Dec-07 GU Nihil 13,500,000 16-Dec-07 Perjalanan Dinas 6,000,000
Pengeluaran 5
16-Dec-07 GU Nihil 26,000,000 22-Dec-07 PFK 8,449,469
jumlah 1,673,065,469 jumlah 1,353,641,669
Saldo Akhir 319,423,800

Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah

1-Jan-07 Saldo Awal 31,500,000 3-Jan-07 Penyetoran UP 31,500,000


Pemberian
15-Jan-07 UP 20,000,000 14-Dec-07 GU Nihil 13,500,000
jumlah 51,500,000 jumlah 45,000,000
Saldo 6,500,000

Uang Muka kepada SKPKD


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
Pemberian
15-Jan-07 UP 40,000,000 16-Dec-07 GU Nihil 26,000,000
jumlah 40,000,000 jumlah 26,000,000
Saldo 14,000,000

Utang PFK
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 Saldo awal 21,500,000
jumlah - jumlah 21,500,000
Saldo 21,500,000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 253


SiLPA
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah

1-Jan-07 Saldo Awal 335,000,000


Saldo 335,000,000

Pengeluaran PFK-PPN
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
5-Jan-07 Setoran 21,500,000
22-Dec-07 22,210,909
Saldo 43,710,909

Pengeluaran PFK-PPh 21
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah

22-Dec-07 35,016,960
Saldo 35,016,960
Pengeluaran PFK-PPh 22
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
22-Dec-07 1,221,600
Saldo 1,221,600

Penerimaan PFK-PPN
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
20-May-07 6,242,036
31-Jul-07 1,341,964
16-Aug-07 8,145,455
31-Aug-07 575,127
19-Sep-07 2,415,418
27-Nov-07 3,490,909
Saldo 22,210,909

Penerimaan PFK-PPh 21

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 254


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
- 5-May-07 24,511,872
14-May-07 10,505,088
Saldo - 35,016,960

Penerimaan PFK-PPh 22
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
20-May-07 343,312
31-Jul-07 73,808
16-Aug-07 448,000
- 31-Aug-07 31,632
19-Sep-07 132,848
27-Nov-07 192,000
Saldo 1,221,600

Belanja Pegawai
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
5-May-07 Gaji 490,237,440
14-May-07 210,101,760

saldo 700,339,200

Belanja Barang & jasa


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
16-May-07 6,500,000
20-May-07 68,662,400
30-May-07 12,000,000
19-Sep-07 26,569,600
14-Dec-07 13,500,000
16-Dec-07 26,000,000
Saldo 153,232,000 Saldo -

Belanja Bunga

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 255


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
6-Jun-07 1,600,000
Saldo 1,600,000

Belanja Subsidi
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
21-Jun-07 10,281,600
Saldo 10,281,600 Saldo -

Belanja Hibah
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
13-Jul-07 14,976,000
Saldo 14,976,000 Saldo -

Belanja Bantuan Sosial


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
17-Jul-07 37,574,400
Saldo 37,574,400 Saldo -

Belanja Peralatan dan Mesin


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
31-Jul-07 14,761,600
31-Aug-07 6,326,400
Saldo 21,088,000 -

Belanja jalan, Irigasi dan Jaringan


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
16-Aug-07 89,600,000
27-Nov-07 38,400,000
Saldo 128,000,000 -

Belanja Tak Terduga


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
3-Sep-07 1,497,000
Saldo 1,497,000 -

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 256


Bagi Hasil Pendapatan Ke Desa
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
22-Sep-07 79,104,000
Saldo 79,104,000 Saldo -

Pengeluaran Pembiayaan Penyertaan Modal Pemda


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
23-Oct-07 32,000,000
Saldo 32,000,000 Saldo -

Pengeluaran Pembiayaan Pembayaran Pokok Pinjaman Kepada Pem. Pusat


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
9-Nov-07 16,000,000
Saldo 16,000,000 Saldo -

Pengeluaran Pembiayaan Pemberian Pinjaman Kepada PDAM


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
13-Nov-07 18,000,000
Saldo 18,000,000 Saldo -

Pencairan dana cadangan


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
11-Oct-07 4,000,000
Saldo 4,000,000

Pendapatan pajak daerah


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
10-Jan-07 97,440,000

Saldo 97,440,000

Pendapatan retribusi daerah


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
20-Jan-07 Pendapatan 31,489,920

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 257


Retribusi
daerah
21-Feb-07 Pendapatan 13,495,680
Retribusi
daerah
Saldo 44,985,600

Pendapatan Hasil Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
31-Jan-07 1,416,000
Saldo 1,416,000

Pendapatan lain - lain PAD


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
10-Feb-07 15,960,000
23-Feb-07 6,840,000
Saldo 22,800,000

Pendapatan Dana Bagi Hasil Pajak


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
17-Feb-07 75,360,000
Saldo 75,360,000

Pendapatan DAU
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
3-Mar-07 Pend. DAU 867,360,000

Saldo 867,360,000

Pendapatan DAK
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
27-Mar-07 Pend. DAK 1,920,000
Saldo 1,920,000

Pendapatan Dana Penyesuaian

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 258


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
14-Apr-07 28,800,000
Saldo 28,800,000

Pendapatan Bagi Hasil Pajak Dan Bantuan Keuangan Dari Propinsi


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
24-Apr-07 51,494,400
Saldo 51,494,400

Pendapatan lain - lain PAD Yang Sah


Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
30-Apr-07 Pendapatan 23,040,000
Dana Darurat
Saldo 23,040,000

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 259


Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 260
PEMERINTAH DAERAH MISAL
Neraca BUD
31 Desember 2007

Jumlah (Rp)
AKTIVA
AKTIVA LANCAR

Kas di Kas Daerah 319,423,800

Uang Muka kepada Dinas A 6,500,000


Uang Muka kepada SKPKD

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 261


14,000,000
Aktiva Lancar 339,923,800
AKTIVA 339,923,800
UTANG DAN EKUITAS
UTANG
Utang PFK -
Utang -

EKUITAS DANA LANCAR

SILPA 339,923,800
339,923,800
-
Total Ekuitas 339,923,800

UTANG DAN EKUITAS 339,923,800

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 262


PEMERINTAH KABUPATEN MISAL
NERACA
PER 31 DESEMBER 2007

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 263


Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 264
Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 265
Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 266
Bastian, Indra, Sistem Akuntansi Sektor Publik, Edisi 2, Jakarta: Penerbit
Salemba Empat, 2006.
Governmental Accounting Standard Boar, Concepts Statement No. 1 :
Objectives of Financial Reporting” in Govermental Accounting
Standards Series Statement No. 34: Basic Financial Statements and
Management’s Discussion and Analysis for State and Local
Goverments, Norwalk, 1999.
Halim, Akuntansi Keuangan Daerah,Penerbit : Salemba, 2007
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan : per 1 Juni 1999,
Jakarta : Salemba Empat.
Komite Standar Akuntansi Indonesia, Buletin Teknis Penyusunan Laporan
Keuangan, 2007.
Pusat Pengembangan Keuangan dan Ekonomi Daerah, Fakultas Ekonomi
Universitas Hasanuddin, Modul Kursus Keuangan Daerah Khusus
Penatausahaan dan Akuntansi, Kerjasama Departemen Keuangan
RI dan Pusat Pengembangan Keuangan Ekonomi Daerah (PPKED)
Fakultas Ekonomi Unhas, 2008 dan 2009.
Republik Indonesia, Undang-undang No.17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara.
Republik Indonesia, Undang-undang No.1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 Tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 267


Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 Tentang
Sistem Informasi Keuangan Daerah.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 Tentang
Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah .
Republik Indonesia, Permendagri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Republik Indonesia, Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.
SE.900/316/BAKD Tahun 2007 Tentang Sistem dan Prosedur
Pengelolaan Keuangan Daerah – Tata Usaha Keuangan Daerah.
Republik Indonesia , Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 Laporan
Penyelenggaraan Pemda dan LKPJ.
Republik Indonesia, Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.
SE.900/743/BAKD Tahun 2007 Tentang Modul Akuntansi
Pemerintah Darah.
Sulistityowati, Kajian interpretasi dan implementasi PSAP No. 11-Laporan
Keuangan Konsolidasian. Dalam Forum Dosen Akuntansi Sektor
Publik, 2006.

Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 268


Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 269

Anda mungkin juga menyukai