2009 Haliah, Buku Penyusunan LK
2009 Haliah, Buku Penyusunan LK
Haliah, Makassar
Copy right © 2009
All rights reserved
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
ISBN: 978-979-19073-6-1
Diterbitkan oleh:
Pusat Pengembangan Keuangan dan Ekonomi Daerah Fakultas
Ekonomi Universitas Hasanuddin
(PPKED-FEUH)
Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 10, Makassar 90245 Telp/Fax.
0411-585415
E-mail: ppked@yahoo.com
Makassar, 2009
Penulis
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan (d1) XXX
Pengeluaran Pembiayaan (d2) (XXX)
Pembiayaan Neto (d = d1 – d2) XXX
b). Pendapatan
Pendapatan daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan
Transfer, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah.
1). Pendapatan Asli daerah
Pendapatan Asli Daerah merupakan pajak yang dihasilkan dari
daerah itu sendiri, terdiri dari:
a. Pendapatan Pajak Daerah
b. Pendapatan Retribusi Daerah
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
d. Lain-lain PAD
c). Belanja
Belanja diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, dan ekonomi.
Klasifikasi belanja menurut organisasi artinya anggaran dialokasikan
ke organisasi sesuai dengan struktur organisasi pemerintah daerah
yang bersangkutan. Klasifikasi menurut organisasi ini tidak
disajikan di lembar muka laporan keuangan, melainkan disajikan di
catatan atas Laporan Keuangan.
1). Klasifikasi Fungsi
Klasifikasi belanja menurut fungsi pemerintahan adalah
sebagai berikut:
a. Pelayanan Umum
b. Pertahanan
c. Ketertiban dan Keamanan
Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 10
d. Ekonomi
e. Lingkungan Hidup
f. Perumahan dan Fasilitas Umum
g. Kesehatan
h. Pariwisata dan Budaya
i. Agama
j. Pendidikan
k. Perlindungan Sosial
d). Transfer
Transfer yang dimaksud di sini adalah transfer keluar, yaitu
pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan ke entitas pelaporan
lain, seperti pengeluaran dana perimbangan dan dana bagi hasil.
Contoh: bagi pemerintah provinsi terdapat bagi hasil ke
kabupaten/kota, bagi pemerintah kabupaten terdapat bagi hasil ke
desa.
f). Pembiayaan
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah,
baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan
diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit dan/atau memanfaatkan surplus
anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari
pinjaman dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan
antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman,
pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh
pemerintah.
PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan
20X0
(Dalam Rupiah)
Anggar
Realisasi Realisasi
NO. URAIAN an (%)
20X1 20X0
20X1
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx
1
Par. 5-6 PSAP #01.
29 BELANJA
30 BELANJA OPERASI
31 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx
32 Belanja Barang xxx xxx xx xxx
33 Bunga xxx xxx xx xxx
34 Subsidi xxx xxx xx xxx
35 Hibah xxx xxx xx xxx
36 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx
37 Jumlah Belanja Operasi (31 s/d 36) xxxx xxxx xx xxxx
38
53 TRANSFER
TRANSFER/BAGI HASIL
PENDAPATAN KE
54 KABUPATEN/KOTA
55 Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx
Bagi Hasil Retribusi ke
56 Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke
57 Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx
Jumlah Transfer Bagi Hasil Pendapatan
58 ke Kab./Kota (55 s/d 57) xxx xxxx xx xxxx
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER
59 (51 + 58) xxx xxxx xx xxxx
60
61 SURPLUS/DEFISIT (28 - 59) xxx xxx xxx xxx
62
63 PEMBIAYAAN
64
65 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
66 Penggunaan SiLPA xxx xxx xx xxx
67 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
68 Dipisahkan xxx xxx xx xxx
Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah
69 Pusat xxx xxx xx xxx
Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah
70 Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
71 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga xxx xxx xx xxx
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
58 TRANSFER
59 TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA
60 Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
61 Bagi Hasil Retribusi xxx xxx xx xxx
62 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx
JUMLAH TRANSFER/BAGI HASIL
63 KE DESA (61 s/d 63) xxx xxxx xx xxxx
64
65 SURPLUS/DEFISIT (33 - 64) xxx xxx xxx xxx
66 PEMBIAYAAN
C. NERACA
1. Pengertian Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
Pelaporan berdasarkan tanggal tertentu ini berkaitan dengan konsep
periodisasi, yakni pemenggalan umur kehidupan organsisasi ke dalam
periode waktu tertentu. Akun-akun yang disajikan di neraca merupakan
akun riil atau permanen. Jumlah yang tercantum di dalam neraca pada suatu
akhir periode tertentu akan menjadi saldo awal pada periode berikutnya.
Berdasarkan konsep kontinuitas (going concern), neraca berguna
untuk menunjukkan potensi jasa yang masih dimiliki/dikuasai kesatuan
usaha untuk menghasilkan pendapatan dalam periode berikutnya. Proses
penentuan jumlah rupiah yang dilekatkan pada tiap pos neraca merupakan
ukuran sisa potensi jasa yang direpresentasikan oleh kas yang melekat
padanya, sehingga akuntansi menilai pos-pos neraca pada umumnya
berdasarkan kos historis, misalnya berdasarkan harga perolehan.
2. Komponen-komponen Neraca
a). Aset
Sumber daya yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan/atau
sosial yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah, dan dapat
diukur dalam satuan uang. Sumber daya nonkeuangan yang
diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan
sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan
budaya juga termasuk dalam pengertian aset. Contoh aset antara lain
kas, piutang, persediaan, dan bangunan.
b). Kewajiban
Utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Kewajiban mencakup utang yang berasal dari pinjaman, utang biaya,
dan utang lainnya yang masih harus dibayar. Contoh kewajiban
antara lain utang kepada pemerintah pusat, utang kepada entitas
pemerintah lain, dan utang perhitungan fihak ketiga.
2
Buletin Teknis No. 2 Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Daerah.
1B
A. AKUNTANSI
ANGGARAN
Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban dan
pengendalian manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan
pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan.
Akuntansi anggaran diselenggarakan sesuai dengan struktur
anggaran yang terdiri dari anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
Anggaran pendapatan meliputi estimasi pendapatan yang dijabarkan
menjadi alokasi estimasi pendapatan. Anggaran belanja terdiri dari
apropriasi yang dijabarkan menjadi otorisasi kredit anggaran (allotment).
B. AKUNTANSI
PENDAPATAN
1. Pengertian Pendapatan
PP No. 24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
memberikan deskripsi yang cukup jelas mengenai pendapatan. Dalam
peraturan pemerintah ini disebutkan bahwa pendapatan adalah semua
penerimaan rekening kas umum negara/daerah yang menambah ekuitas
dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi
hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Permendagri No.13/2006 disebutkan bahwa pendapatan daerah adalah hak
pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
Komisi, rabat, potongan, atau pendapatan lain dengan nama dan
dalam bentuk apa pun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung
sebagai akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi dan/atau
pengadaan barang dan jasa termasuk pendapatan bunga, jasa giro atau
pendapatan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada bank serta
pendapatan dari hasil pemanfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya
merupakan pendapatan daerah.
Pendapatan daerah dirinci menurut organisasi, kelompok, jenis,
obyek dan rincian obyek pendapatan. Pendapatan daerah berasal dari
Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer, dan Lain-lain pendapatan
yang Sah.
Pendapatan pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD) adalah pada level Pemerintah Daerah seperti Dana Perimbangan
2. Pengakuan Pendapatan
Sistem penerimaan pendapatan pemerintah daerah diatur dalam
Peraturan Daerah. Pada umumnya terdapat dua sistem penerimaan:
Wajib bayar/masyarakat langsung menyetor ke rekening Kas Umum
Daerah.
Wajib bayar/masyarakat menyetor ke juru pungut/Bendahara
Penerimaan, selanjutnya Bendahara Penerimaan tersebut menyetor ke
rekening Kas Umum Daerah.
Dengan menggunakan basis kas, pendapatan diakui pada saat
diterima pada rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah. Oleh
karena itu, pada saat uang diterima juru pungut/Bendahara Penerimaan,
jumlah tersebut belum diakui sebagai pendapatan daerah, pengakuannya
baru dilakukan setelah uang tersebut disetor ke rekening Kas Umum
Daerah.
Dalam PSAP 02 dinyatakan bahwa pendapatan diakui pada saat kas
diterima dan pencatatan dilakukan menurut jenis pendapatan berdasarkan
asas bruto. Seperti diuraikan di atas bahwa penerimaan pendapatan dapat
dilakukan melalui bendahara penerimaan atau langsung disetor ke kas
daerah. Apabila pendapatan lansung disetor ke kas daerah, maka SKPD
akan mengakui adanya realisasi pendapatan dan penurunan Utang kepada
BUD. Oleh karena itu, transaksi ini dicatat dengan mendebet Utang
kepada BUD dan mengkredit Pendapatan. Apabila pendapatan disetor
melalui bendahara penerimaan, maka SKPD akan mendebet Kas di
Bendahara Penerimaan dan mengkredit Pendapatan yang Ditangguhkan.
Pendapatan yang Ditangguhkan mencerminkan adanya kewajiban bagi
SKPD untuk menyetorkan pendapatan tersebut ke rekening Kas Umum
Daerah. Oleh karena itu, Pendapatan yang Ditangguhkan merupakan utang
BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Contoh:
Pemerintah Provinsi X memberikan kuasa kepada PT Y untuk melakukan
pemungutan Pajak Bahan Bakar dengan memberikan upah pungut sebesar
2% dari jumlah penerimaan. Dalam bulan Mei 2006 jumlah penerimaan
Pajak Bahan Bakar Rp100.000.000,- dengan upah pungut yang dipotong
langsung Rp2.00.000,-
Terhadap pendapatan yang berasal dari penjualan aset tetap perlu ada
jurnal pendamping untuk mengakui penurunan aset yang bersangkutan
pada SKPD. Jurnal pendamping ini sering disebut Jurnal Korolari.
Sebagai contoh:
BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Contoh: Pada tahun 2005 terdapat penjualan tanah pemda seluas 1.050 m 2
dengan harga Rp1.000,00 per m2. Pada tahun 2005 telah diterima
seluruhnya. Pada tahun 2006 oleh pembeli dilakukan pengukuran ulang,
ternyata luasnya hanya 1.000 m 2, sehingga Pemerintah daerah harus
mengembalikan 50 x Rp1.000,00 = Rp50.000,00. Pada tahun 2006 tidak
terjadi lagi penjualan tanah oleh pemda.
Pengembalian pendapatan yang diterima tahun lalu pada umumnya
dibayar oleh BUD maka transaksi ini tidak dibukukan oleh SKPD.
Transaksi tersebut mengurangi ekuitas dana. Pengembalian tersebut dicatat
oleh BUD dengan mendebet SILPA dan mengkredit Kas di Kas Daerah.
BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
b. Pembayaran langsung
Pembayaran diberikan secara langsung kepada yang berhak jika
jumlah, peruntukan, dan penerimanya sudah pasti. Dokumen sumber
untuk merekam pembayaran ini adalah Surat Perintah Membayar dan
Surat Perintah Pencairan Dana Langsung (SP2D LS).
Contoh:
Pengeluaran PFK 3
Kas di Kas Daerah juta 3
(Untuk mencatat penyetoran juta
PFK)
Contoh:
Dibeli mesin fotocopy seharga Rp60 juta dari PT Tritanu dan sudah
dibayar secara langsung dengan SP2D LS pada tanggal 30 Mei 2006.
Jurnal untuk pembelian mesin fotocopy tersebut adalah:
BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Belanja Modal – Peralatan dan 60juta
Mesin
Kas di Kas Daerah 60juta
(Untuk mencatat realisasi
belanja modal
Contoh:
Diberikan uang persediaan sebesar Rp10 juta kepada Sdr. Zulfikar,
Bendahara pengeluaran di Dinas Perindustrian.
Contoh:
Dari UP telah dibelanjakan Rp8 juta untuk biaya perjalanan dinas.
Pengeluaran tersebut dipertanggungjawabkan ke SKPKD dan setelah
diverifikasi pengeluaran tersebut disetujui. Selanjutnya diberikan
pengganti dengan menerbitkan SP2D-GU sebesar Rp8 juta.
SKPD
Contoh:
Diberikan TUP Rp 25 juta kepada Bendahara Pengeluaan Dinas
Perdagangan.
Dari TUP tersebut telah dikeluarkan untuk belanja perjalanan dan telah
dipertanggungjawabkan sebesar Rp20 juta dan telah diterbitkan SP2D
GU Nihil.
SKPD
Jurnal 1 :
Tanggal Uraian R Debet Kredit
ef
Belanja Barang 20
Piutang dari BUD juta 20
(Untuk mencatat belanja juta
perjalanan dinas)
Contoh:
Contoh:
Sisa UP untuk contoh di atas adalah Rp1 juta. Jumlah tersebut disetor
ke Kas Daerah pada tanggal 2 Januari 2006.
Jurnal untuk setoran sisa UP adalah:
2. Akuntansi Persediaan
a). Pengertian Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah,
dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Dalam upaya memberikan pemahaman yang mendalam terhadap
persediaan, maka perlu diberikan batasan yang dapat dipedomani untuk
dapat mengklasifikasikan suatu aset kedalam kelompok persediaan.
PSAP nomor 5 menyatakan bahwa suatu aset digolongkan kedalam
persediaan apabila:
Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam
rangka kegiatan operasional pemerintah;
Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam
proses produksi;
Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual
atau diserahkan kepada masyarakat.
Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada
dalam rangka kegiatan pemerintahan;
Dari uraian tersebut diatas persediaan dapat meliputi:
Barang Konsumsi;
Pengakuan
Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa
depan diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya
yang dapat diukur dengan andal. Contohnya, barang yang masih
dapat berfungsi dengan baik tentunya akan dapat memberikan
manfaat dibandingkan barang yang telah rusak dan tidak dapat
digunakan lagi. Namun barang tersebut harus dapat diukur dan
dinilai dengan satuan mata uang. Misalnya barang yang dibeli
dengan bukti pembelian yang sah, maka harga belinya
merupakan nilai yang andal untuk barang tersebut.
Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya
dan/ atau kepenguasaannya berpindah.
Persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik pada
akhir periode akuntansi. Untuk persediaan bahan baku dan
perlengkapan yang dimiliki proyek swakelola dan dibebankan
ke akun konstruksi dalam pengerjaan, tidak diakui sebagai
persediaan.
Inventarisasi fisik terhadap persediaan dapat berupa
penghitungan, pengukuran atau penimbangan barang pada akhir
masa pembukuan untuk menghitung jumlah (kuantitas) suatu
persediaan. Kemudian berdasarkan jumlah(kuantitas) tersebut
diperoleh suatu nilai rupiah persediaan yang bersangkutan
untuk dimasukkan ke dalam pembukuan. Inventarisasi fisik
dilakukan pada setiap akhir periode akuntansi.
BUD
Belanja Barang Rp xxx
Persediaan Rp xxx
Pengukuran
Nilai persediaan meliputi seluruh belanja yang dikeluarkan sampai
suatu barang persediaan tersebut dapat dipergunakan. Dalam PSAP 5
dalam paragraf 18 dikatakan bahwa persediaan disajikan sebesar:
a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
Contoh: Dibeli suatu persediaan kertas HVS sebanyak 100 rim dengan
harga Rp. 10.000 /rim, dimana untuk pembeliannya dikenakan biaya angkut
sebesar Rp. 10.000 dan diberikan potongan harga sebesar Rp. 500/rim.
Maka nilai persediaan yang akan dimasukkan kedalam buku persediaan
adalah sebesar:
Harga beli (100 rim x Rp. 10.000) Rp. 1.000.000,-
Biaya angkut Rp. 10.000,
Total harga Rp. 1.010.000,
Dikurangi potongan harga (Rp. 500 x 100) Rp. 50.000,
Nilai persediaan sebesar Rp. 960.000,-
Tanah
Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang
dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam
kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum
dan dalam kondisi siap digunakan. Tanah yang digunakan untuk
bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan tetap dicatat sebagai tanah
yang terpisah dari aset tetap yang dibangun di atas tanah tersebut.
SKPD
BUD
Atas belanja modal tersebut, pemerintah akan memperoleh aset tetap yang
harus disajikan di neraca. Untuk memunculkan aset tetap di neraca dapat
dilakukan dengan cara membuat jurnal pendamping (korolari). Jurnal
korolari ini merupakan jurnal ikutan untuk setiap transaksi pendapatan,
belanja, atau pembiayaan yang mempengaruhi pos-pos neraca.
SKPD
BUD
SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Tanah 34 M
SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Aset Donasi
Donasi merupakan sumbangan kepada pemerintah tanpa persyaratan.
Aset Tetap yang diperoleh dari donasi (sumbangan) harus dicatat
sebesar nilai wajar pada saat perolehan. Donasi/hibah baik dalam
bentuk uang maupun barang dicatat sebagai pendapatan hibah dan
harus dilaporkan dalam laporan realisasi anggaran. Jika donasi/hibah
ini dalam bentuk uang tidak akan terjadi permasalahan. Lain halnya
dengan hibah dalam bentuk barang. Perlakuan untuk hibah dalam
bentuk barang ini adalah dengan menganggap seolah-olah ada uang
kas masuk sebagai pendapatan hibah, kemudian uang tersebut
dibelanjakan aset tetap yang bersangkutan. Untuk keperluan
administrasi anggaran akan diterbitkan Surat Perintah Pencairan
Dana (SP2D) pengesahan sebesar nilai barang yang diterima. Dengan
demikian, jurnal yang harus dibuat meliputi 3 jurnal yaitu pengakuan
pendapatan, belanja modal, dan jornal pengakuan aset tetap. Jurnal
pengakuan pendapatan dan belanja modal akan mempengaruhi
laporan realisasi anggaran, sedangkan jurnal pengakuan aset
mempengaruhi neraca.
SKPD:
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Utang kepada BUD 100 juta
Pendapatan Hibah 100 juta
(Untuk mencatat
pendapatan hibah)
BUD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Kas di Kas Daerah 100 juta
Pendapatan Hibah 100 juta
(Untuk mencatat setoran
pendapatan hibah)
SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Belanja Modal-Peralatan 100 juta
dan Mesin
Piutang dari BUD 100 juta
(Untuk mencatat realisasi
belanja modal)
BUD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Belanja Modal-Peralatan 100 juta
dan Mesin
Kas di Kas Daerah 100 juta
(Untuk mencatat realisasi
belanja modal)
Aset Bersejarah
Aset bersejarah merupakan aset tetap yang dimiliki atau dikuasai oleh
pemerintah yang karena umur dan kondisinya aset tetap tersebut harus
dilindungi oleh peraturan yang berlaku dari segala macam tindakan
yang dapat merusak aset tetap tersebut. Lazimnya, suatu aset tetap
dikategorikan sebagai aset bersejarah jika mempunyai bukti tertulis
sebagai barang/bangunan bersejarah.
Barang/bangunan peninggalan sejarah tersebut sulit ditaksir nilai
wajarnya. Oleh karena itu dalam SAP diatur bahwa aset bersejarah
tidak disajikan di neraca tetapi cukup diungkapkan dalam Catatan atas
Laboran Keuangan (CaLK). Pengungkapan ini pun hanya
mencantumkan kuantitas fisiknya saja tanpa nilai perolehannya.
Apabila aset bersejarah tersebut masih dimanfaatkan untuk
operasional pemerintah, misalnya untuk ruang perkantoran, maka
perlakuannya sama seperti aset tetap lainnya, yaitu dicantumkan di
neraca dengan nilai wajarnya.
3). Penyusutan
Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan
penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset. Selain tanah dan
konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan
sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Penyusutan ini
bukan untuk alokasi biaya sebagaimana penyusutan di sektor
komersial, tetapi untuk menyesuaikan nilai sehingga dapat
disajikan secara wajar. Pengertian ini berdampak pada jurnal yang
harus dibuat pada saat mengakui penyusutan, dimana tidak ada
pengakuan beban penyusutan melainkan hanya penurunan nilai
aset.
Jurnal punyusutan aset tetap ini dibuat di akhir tahun. Berbeda
dengan di sektor bisnis yang mencatat akun biaya penyusutan di
sisi debit dan akumulasi penyusutan di sisi kredit, dalam akuntansi
pemerintahan biaya penyusutan tidak dicatat karena biaya atau
belanja harus berupa pengeluaran kas.
Penyusutan sendiri bukanlah berupa pengeluaran kas atau tidak
memiliki konsekuensi terhadap posisi kas. Penyusutan dalam
akuntansi pemerintahan dianggap sebagai pengurang dari ekuitas
dana, yakni akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap, sementara di
sisi kredit dicatat akumulasi penyusutan sesuai dengan nama aset
tetap bersangkutan. Hal ini dinyatakan pada paragraf 54:
SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Diinvestasikan dalam Aset xxx
Tetap
Akumulasi Penyusutan xxx
(Untuk mencatat penyusutan)
SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Diinvestasikan dalam Aset 2.500.000
Tetap
Akumulasi Penyusutan 2.500.000
(Untuk mencatat penyusutan)
SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Diinvestasikan dalam Aset 5.000.000
Tetap
Akumulasi Penyusutan 5.000.000
(Untuk mencatat penyusutan)
Jurnal:
SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Diinvestasikan dalam Aset 1.250.000
Tetap
Akumulasi Penyusutan 1.250.000
(Untuk mencatat penyusutan)
Jurnal:
SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Diinvestasikan dalam Aset 3.000.000
Tetap
Akumulasi Penyusutan 3.000.000
(Untuk mencatat penyusutan)
SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Diinvestasikan dalam Aset 3.000.000
Tetap
Tanah 3.000.000
(Untuk mencatat reevaluasi)
SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
Peralatan dan Mesin xxx
Aset Lainnya xxx
Diinvestasikan dalam Aset xxx
Lainnya
(Untuk mencatat penghentian
aset tetap)
SKPD
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
2). Pengungkapan
Selain disajikan pada lembar muka neraca, aset tetap juga harus
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Pengungkapan ini sangat penting sebagai penjelasan tentang hal-hal
penting yang tercantum dalam neraca. Tujuan pengungkapan ini
adalah untuk meminimalisasi kesalahan persepsi bagi pembaca
laporan keuangan. Dalam CaLK harus diungkapkan untuk masing-
masing jenis aset tetap sbb:
Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat;
Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan: penambahan, pelepasan, akumulasi penyusutan dan
perubahan nilai jika ada, dan mutasi aset tetap lainnya.
Informasi penyusutan meliputi: nilai penyusutan, metode
penyusutan yang digunakan, masa manfaat atau tarif penyusutan
yang digunakan, serta nilai tercatat bruto dan akumulasi
penyusutan pada awal dan akhir periode.
Selain itu, dalam CaLK juga harus diungkapkan:
Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap
3). Lampiran
Nilai aset tetap yang ada dalam neraca merupakan gabungan dari
seluruh aset tetap yang dimiliki atau dikuasai oleh suatu pemerintah.
Apabila pembaca laporan keuangan ingin mengetahui rincian aset
tetap tersebut, maka laporan keuangan perlu lampiran tentang Daftar
Aset yang terdiri dari nomor kode aset tetap, nama aset tetap,
kuantitas aset tetap, dan nilai aset tetap.
Kontrak Konstruksi
Kontrak konstruksi adalah perikatan yang dilakukan secara khusus
untuk konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset yang
berhubungan erat atau saling tergantung satu sama lain dalam hal
rancangan, teknologi, fungsi atau tujuan, dan penggunaan utama.
Kontrak seperti ini misalnya konstruksi jaringan irigasi.
SKPD:
Uraian Debet Kredit
Belanja Modal Gedung dan Rp 300.000.000
Bangunan
Piutang dari BUD Rp 300.000.000
Konstruksi dalam Pengerjaan Rp 300.000.000
Diinvestasikan dalam Rp 300.000.000
Aset Tetap
BUD:
Uraian Debet Kredit
Belanja Modal Gedung dan Rp 300.000.000
Bangunan
Kas di Kas Daerah Rp 300.000.000
SKPD:
Uraian Debet Kredit
Belanja Modal gedung dan Rp700.000.000
Bangunan
Piutang dari BUD Rp700.000.000
Diinvestasikan dalam Aset Rp300.000.000
Tetap
Konstruksi dalam Rp300.000.000
Pengerjaan
Gedung dan Bangunan Rp1.000.000.000
Diinvestasikan dalam Rp1.000.000.000
Aset Tetap
BUD:
Uraian Debet Kredit
Belanja Modal Gedung dan Rp 700.000.000
Bangunan
Kas di Kas Daerah Rp 700.000.000
Contoh:
a. Biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan suatu mesin meliputi:
a) Biaya bahan baku Rp 35 juta
b) Biaya tenaga kerja Rp 25 juta
c) Honorarium tim Rp 10 juta
d) Biaya perencanaan Rp 2 juta
Biaya yang dapat dikapitalisasi untuk menilai Konstruksi dalam
Pengerjaan adalah sebesar Rp 62 jt yang terdiri dari biaya bahan baku,
tenaga kerja, dan perencanaan.
b. Dinas A membangun sebuah gedung. Pada tanggal 3 Maret 2007 dibeli
bahan baku senilai Rp 300 jt dengan menggunakan SP2D LS dan
membayar upah tenaga kerja sebesar Rp 100 jt dengan menggunakan
uang persediaan. Kemudian pada tanggal 10 Maret 2007 terbit SP2D
GU untuk mengganti uang persediaan yang telah digunakan tersebut.
Atas transaksi ini, jurnal yang harus dibuat oleh Dinas A meliputi jurnal
pengakuan belanja modal dan KDP untuk pembelian bahan baku pada
tanggal 3 Maret 2007 dan jurnal pengakuan belanja modal dan KDP atas
pembayaran upah pada tanggal 10 Maret 2007.
Penggunaan UP tidak dijurnal sampai dengan pertanggung-jawabannya
terbit berupa SP2D GU. Jurnal-jurnal tersebut adalah sebagai berikut:
03 Maret 2007
SKPD:(untuk mencatat pengeluaran belanja dari SPM LS)
Uraian Debet Kredit
Belanja Modal Gedung dan Rp 300.000.000
10 Maret 2007
SKPD:
(untuk mencatat pengeluaran belanja dari SPM/SP2D UP)
Uraian Debet Kredit
Belanja Modal Gedung dan Rp 100.000.000
Bangunan
Piutang dari BUD Rp 100.000.000
Konstruksi dalam Pengerjaan Rp100.000.000
Diinvestasikan dalam Aset Rp100.000.000
Tetap
BUD:
untuk mencatat pengeluaran belanja dari SPM LS)
Uraian Debet Kredit
Belanja Modal Gedung dan Rp 300.000.000
Bangunan
Kas di Kas Daerah Rp 300.000.000
Contoh :
Dinas ABC pada tahun 2007 membangun sebuah gedung dan sebuah mesin
yang masing-masing telah mengeluarkan biaya yang dapat dikapitalisasi
sebesar Rp 2 M dan 800 jt. Penyajian Konstruksi dalam pengerjaan di
neraca Dinas ABC adalah sbb:
Jurnal BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Jurnal BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
2. Akuntansi Investasi
a). Pengertian dan Hakikat Investasi
Struktur APBN/APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran
belanja, dan anggaran pembiayaan. Struktur ini mencerminkan
bahwa pemerintah menggunakan kebijakan anggaran defisit. Hal ini
juga berarti bahwa pendapatan tidak harus sama dengan belanja,
dimungkinkan adanya selisih antara pendapatan dan belanja. Selisih
ini disebut sebagai surplus/defisit. Dalam kondisi defisit akan digali
sumber-sumber pembiayaan untuk menutupinya, antara lain dengan
penarikan pinjaman, maupun divestasi penyertaan modal yang
dimiliki pemerintah. Sebaliknya dalam kondisi surplus pemerintah
dapat memanfaatkannya untuk membayar utang, membentuk dana
cadangan, atau melakukan investasi yang bertujuan untuk
menambah pemasukan kas di masa mendatang atau untuk
Jumlah = Rp 210.000.000
Jumlah = Rp 80.000.000
f). Pendapatan dari Dividen (Bagian Laba atas Investasi dalam Saham)
Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka panjang antara lain
berupa cash dividen dan stock dividen. Hasil investasi berupa dividen
tunai yang diperoleh dari penyertaan modal pemerintah yang
pencatatannya menggunakan metode biaya, dicatat sebagai pendapatan
hasil investasi. Sedangkan apabila menggunakan metode ekuitas, bagian
laba yang diperoleh pemerintah akan dicatat sebagai pendapatan dan
sekaligus pengurang nilai investasi pemerintah.
Pada penilaian investasi dengan mempergunakan metode biaya, terdapat
dua hal yang harus diperhatikan pada saat mengakui hasil investasi:
Apabila hasil investasi yang dibagikan berupa cash dividend, maka
besarnya kas yang diterima tidak berpengaruh terhadap besarnya
jumlah investasi. Penerimaan hasil investasi dicatat sebagai
penambah kas dan pendapatan hasil investasi.
Apabila hasil investasi yang dibagikan berupa saham, maka besarnya
bagian laba berupa deviden akan menambah besarnya jumlah
investasi, dengan demikian secara otomatis jumlah yang
diinvestasikan dalam investasi permanen juga akan bertambah.
Dalam hal investasi dicatat dengan menggunakan metode biaya,dapat
dilihat dalam contoh soal berikut ini:
PEMDA ABC
NECARA
Per 31 Desember 2006
Aset Kewajiban
Aset Lancar
…………………… ……………..
investasi Jk Pendek Rp xxxxx
……………………
Ekuitas
Investasi Jangka Panjang Ekuitas Dana Lancar
Investasi Nonpermanen Rp xxxxx SILPA Rp xxxxx
Investasi Permanen Rp xxxxx Ekuitas Dana investasi
Jumlah Investasi Rp xxxxx Diinvestasikan dalam Investasi
…………………… Jangka Panjang Rp xxxxx
Pengungkapan
3. Akuntansi Kewajiban
a). Pengertian Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara
lain karena penggunaan sumber pembiayaan yang berasal dari
pinjaman. Pinjaman tersebut dapat berasal dari masyarakat, lembaga
keuangan, pemerintah lain, atau lembaga internasional. Kewajiban
pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang
bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu
kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi, alokasi/realokasi
pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban dengan pemberi jasa
lain. Kewajiban pemerintah dapat juga timbul dari pengadaan barang
dan jasa dari pihak ketiga yang belum dibayar pemerintah pada akhir
tahun anggaran. Sebagai contoh Pemerintah daerah membangun
gedung untuk cantor yang dikerjakan oleh PT ABC. Pembangunan
tersebut telah selesai. Sampai akhir akhir tahun anggaran pemerintah
daerah tersebut belum melakukan pembayaran. Pemerintah daerah
Pengukuran Kewajiban
Idealnya kewajiban harus diukur berdasarkan nilai tunainya (present
value) dari jumlah uang yang diperlukan untuk membayar (kembali)
kewajiban tersebut di masa yang akan dating. Namun dalam prakteknya,
kewajiban dicatat sebesar nilai nominal atau jatuh temponya (yaitu
jumlah uang yang harus dibayarkan pada tanggal jatuh tempo utang).
Oleh karena itu, pengukuran dengan cara tersebut mengakibatkan utang
yang disajikan di neraca sebenarnya lebih besar dari jumlah seharusnya.
Untuk kewajiban jangka pendek, perbedaan antara nilai tunai dan nilai
Tunggakan
Jumlah tunggakan atas pinjaman pemerintah harus disajikan dalam
bentuk Daftar Umur (aging schedule) Kreditur pada Catatan atas
Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan kewajiban.
Tunggakan didefinisikan sebagai jumlah tagihan yang telah jatuh tempo
namun pemerintah tidak mampu untuk membayar jumlah pokok
dan/atau bunganya sesuai jadwal. Beberapa jenis utang pemerintah
mungkin jatuh tempo sesuai jadwal pada satu tanggal yang
mengharuskan debitur untuk melakukan pembayaran kewajiban kepada
kreditur.
Praktik akuntansi biasanya tidak memisahkan jumlah tunggakan dari
jumlah utang yang terkait dalam lembar muka (face) laporan keuangan.
Namur informasi tunggakan pemerintah menjadi salah satu informasi
yang menarik perhatian pembaca laporan keuangan sebagai bahan
analisis kebijakan dan solvabilitas satu entitas.
Untuk keperluan tersebut, informasi tunggakan harus diungkapkan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan dalam bentuk Daftar Umur
Utang.
Restrukturisasi Utang
Dalam restrukturisasi utang melalui modifikasi persyaratan utang,
debitar harus mencatat dampak restrukturisasi secara prospektif sejak
saat restrukturisasi dilaksanakan dan tidak boleh mengubah nilai
Saldo Normal
Nama Akun Saldo Normal Bertambah Berkurang
4. Koreksi Kesalahan
Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan
informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi
yang dilakukan oleh entitas pelaporan. Untuk menjaga integritas data dan
agar informasi laporan keuangan tidak menyesatkan maka laporan
keuangan harus bebas dari kesalahan.
Laporan keuangan disusun pada pisah tanggal tertentu; terhadap
laporan keuangan pemerintah, mengikuti periode tahun anggaran yaitu
meliputi masa satu tahun mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31
Desember. Menurut ketentuan UU Bidang Keuangan laporan keuangan
pemerintah harus disampaikan kepada DPR paling lambat 6 bulan setelah
tutup tahun buku, setelah dilakukan audit oleh BPK. Terdapat tahapan atau
periode waktu dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan sampai
dengan penyampaian laporan keuangan ke DPR, yaitu :
periode waktu sebelum laporan keuangan disusun dan disajikan,
atau tahun berjalan
BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
BUD
Tidak ada Jurnal
BUD
Belanja Modal Peralatan Rp 550.000.000
dan Mesin Rp 550.000.000
Kas di kas daerah
SKPD
Utang kepada BUD Rp 3.275.000
Lain-lain PAD – Rp 3.275.000
Pendapatan Sewa
Jurnal koreksi
Apabila seorang wajib pajak kurang bayar, maka pada saat dibayar
dicatat sebagai pendapatan pajak pada saat diterimanya pendapatan
tersebut, dan sebaliknya apabila lebih bayar maka pembayaran restitusi
kepada wajib pajak, maka dicatat sebagai pengurang pendapatan pajak
pada saat terjadi.
SKPD
Utang kepada BUD Rp 5.000.000
Pendapatan pajak Rp 5.000.000
Pendapatan 9 juta
Utang kepada BUD 1 juta
Estimasi Pendapatan 10 juta
yang dialokasikan
Allotment Belanja 20 juta
Piutang dari BUD 2 juta
Belanja ... 18 juta
Contoh:
Estimasi Pendapatan Rp1.000 miliar dan realisasi Pendapatan Rp950
miliar. Sementara Apropriasi Belanja Rp1.250 miliar dan Realisasi Belanja
Jurnal Penutup
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
1. Entitas Pelaporan
Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari
satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan
perundangundangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
berupa laporan keuangan. Suatu entitas pelaporan ditetapkan di dalam
peraturan perundangundangan, yang umumnya bercirikan:
1. Entitas tersebut dibiayai oleh APBN atau dibiayai oleh APBD atau
Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah 173
mendapat pemisahan kekayaan dari anggaran,
2. Entitas tersebut dibentuk dengan peraturan perundang-undangan,
3. Pimpinan entitas tersebut adalah pejabat pemerintah yang diangkat
atau pejabat negara yang ditunjuk atau yang dipilih oleh rakyat, dan
4. Entitas tersebut membuat pertanggungjawaban baik langsung
maupun tidak langsung kepada wakil rakyat sebagai pihak yang
menyetujui anggaran.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka Entitas pelaporan ditetapkan
berdasarkan pertimbangan:
1. kemandirian pelaksanaan anggaran,
2. pengelolaan kegiatan, dan
3. besarnya anggaran.
Entitas pelaporan tingkat kementerian Negara/lembaga mempunyai
tanggungjawab dalam penyusunan Laporan keuangan gabungan. Dalam
penyusunan laporan keuangan dimaksud selanjutnya Entitas Pelaporan
dibantu oleh Entitas akuntansi yang merupakan unit vertikal dibawah,
seperti Eselon I, Kanwil dan Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna
Anggaran.
Entitas pelaporan pemerintah pusat mempunyai tanggungjawab
untuk menyusun laporan keuangan konsolidasian dari seluruh laporan
keuangan gabungan kementerian Negara/lembaga yang selanjutnya
ditambah dengan laporan yang berasal dari penyelenggara fungsi
perbendaharaan.
Entitas pelaporan pemerintah daerah menyusun laporan keuangan
konsolidasian dari gabungan seluruh laporan keuangan gabungan satuan
kerja perangkat daerah yang selanjutnya ditambah laporan yang berasal
dari penyelenggara fungsi perbendaharaan. Entitas pelaporan satuan kerja
perangkat daerah menyusun laporan keuangan dari gabungan seluruh
laporan keuangan entitas akuntansi seperti Satuan Kerja selaku Kuasa
Pengguna Anggaran.
Dalam PSAP 11 paragrap 2. disebutkan bahwa ”Laporan keuangan
2. Entitas Akuntansi
Setiap unit pemerintahan yang menerima anggaran belanja atau
mengelola barang adalah entitas akuntansi yang wajib menyelenggarakan
akuntansi atas transaksi keuangan, dan secara periodik menyiapkan laporan
keuangan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan. Laporan keuangan
tersebut disampaikan secara intern dan berjenjang kepada unit yang lebih
tinggi dalam rangka penggabungan laporan keuangan oleh entitas
pelaporan. Perusahaan negara/daerah pada dasarnya adalah suatu entitas
akuntansi, namun akuntansi dan penyajian laporannya tidak menggunakan
standar akuntansi pemerintahan, tetapi menggunakan standar akuntansi
keuangan yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Setiap unit pemerintah dapat ditetapkan menjadi suatu entitas
akuntansi apabila unit yang dimaksud mengelola anggaran sebagaimana
yang dimaksud dalam PSAP 11 paragrap 12 yang mengatakan ”Pengguna
anggaran/pengguna barang sebagai entitas akuntansi menyelenggarakan
akuntansi dan menyampaikan laporan keuangan sehubungan dengan
anggaran/barang yang dikelolanya yang ditujukan kepada entitas
pelaporan”. Selain itu apabila suatu entitas akuntansi yang karena
penetapan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka
suatu entitas akuntansi tertentu yang dianggap mempunyai pengaruh
signifikan dalam pencapaian program pemerintah dapat ditetapkan sebagai
entitas pelaporan dan bukan sebagai entitas akuntansi seperti pengertian
diatas sebagai contoh BLU.
Badan Layanan Umum (BLU) adalah badan yang dibentuk
Prosedur Konsolidasi
Konsolidasi adalah proses penggabungan antara akun-akun yang
diselenggarakan oleh suatu entitas pelaporan dengan entitas pelaporan
lainnya, dengan atau tanpa mengeliminasi akun-akun timbal balik.8
Apabila eliminasi tidak dilakukan, maka harus diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
Konsolidasian yang dilakukan oleh entitas pelaporan pada instansi
pemerintah pusat/daerah berbeda dengan konsolidasian yang dilakukan
oleh perusahaan swasta, karena konsoliasian pada instansi pemerintah
bukan merupakan konsolidasi antara induk dan cabang. Konsolidasi
sebagaimana dimaksud oleh PSAP 11 paragrap 17 ”dilaksanakan
dengan cara menggabungkan dan menjumlahkan akun yang
diselenggarakan oleh entitas pelaporan dengan entitas pelaporan
lainnya dengan atau tanpa mengeliminasi akun timbal balik”.
Contoh akun timbal balik antara lain sisa uang yang harus
dipertanggung-jawabkan (UYHD) yang belum dipertanggung jawabkan
oleh bendaharawan pembayar sampai dengan akhir periode akuntansi.
Uang ini merupakan bagian dari pencairan anggaran belanja yang
belum dibelanjakan sampai akhir tahun anggaran. Dalam laporan
realisasi anggaran, uang ini akan disajikan sebagai sisa lebih
perhitungan anggaran (SiLPA) tahun berjalan.
Konsolidasi dilakukan dengan menggabungkan laporan keuangan
entitas pengendali (Pemerintah Pusat dan Daerah) dengan entitas
8
PSAP #11 par. 17.
9
Bastian (2006:421).
Berikut diberikan beberapa contoh jurnal timbal balik yang dibuat oleh
SKPD/Dinas dan SKPKD/Pemda.
10
Sulistiyowati (2006).
1B
A. LATIHAN KASUS PENYUSUNAN LAPORAN NERACA AWAL
PEMERINTAH DAERAH
4 Persediaan 40,300,000
Cadangan Persediaan 40,300,000
13,916,900,000 113,916,900,000
ASET KEWAJIBAN
ASET LANCAR KEWAJIBAN LANCAR
Kas di Bendahara
Pengeluaran 31,500,000 Uang Muka dari BUD 31,500,000
Kas di Bendahara Pendapatan yang Harus
Penerimaan 3,500,000 Disetor 3,500,000
Piutang Retribusi 12,600,000 Total Kewajiban Lancar 35,000,000
Persediaan 40,300,000
KEWAJIBAN JANGKA
Total Aset Lancar 87,900,000 PANJANG
Total Kewajiban Jangka
Panjang -
TOTAL KEWAJIBAN 35,000,000
ASET TETAP EKUITAS
EKUITAS DANA
Peralatan dan Mesin 81,850,000,000 LANCAR
Jalan, Irigasi dan
Jaringan 31,700,000,000 Cadangan Piutang 12,600,000
Konstruksi dalam
Pengerjaan 279,000,000 Cadangan Persediaan 40,300,000
Total Ekuitas Dana
Total Aset Tetap 113,829,000,000 Lancar 52,900,000
EKUITAS DANA
INVETASI
Diinvestasikan Dalam 113,829,000,0
Aset Tetap 00
Total Ekuitas Dana
Investasi 113,829,000,000
Total Ekuitas Dana 113,881,900,000
TOTAL ASET 113,916,900,000 TOTAL KEWAJIBAN 113,916,900,000
2 Tanah 234,500,000,000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 234,500,000,000
BUD
NERACA
PER 31 DESEMBER 2006
ASET KEWAJIBAN
ASET LANCAR KEWAJIBAN LANCAR
Kas di Kas Daerah 325,000,000 Utang PFK 21,500,000
Uang Muka kepada 31,500,00
Dinas A 0 Total Kewajiban Lancar 21,500,000
Total Aset Lancar 356,500,000
TOTAL KEWAJIBAN 21,500,000
EKUITAS
EKUITAS DANA LANCAR
SILPA 335,000,000
Total Ekuitas Dana Lancar 335,000,000
N
o Uraian Debet Kredit
1 Uang Muka Dari BUD 31,500,000
Uang Muka kepada Dinas A 31,500,000
2 Pendapatan Yang Harus Disetor 3,500,000
Pendapatan yang Ditangguhkan 3,500,000
TRANSAKSI BUD
Selama tahun 2007, pada SKPKD terjadi transaksi sebagai berikut:
Tanggal Uraian
3-Jan-07 Diterima setoran sisa Uang Persediaan dari Dinas A
tahun 2006 sebesar Rp 31.500.000,00
5-Jan-07 Disetorkan PFK berupa PPN tahun lalu sebesar
Rp21.500.000,00 ke Kas Umum Negara
10-Jan-07 Diterima Pendapatan Pajak Daerah dari SKPKD sebesar
Rp 97.440.000,00
15-Jan-07 Diberikan Uang Persediaan kepada Bendahara
Pengeluaran Dinas A sebesar Rp20.000.000,00
15-Jan-07 Diberikan Uang Persediaan kepada Bendahara
Pengeluaran SKPKD sebesar Rp40.000.000,00
20-Jan-07 Diterima Pendapatan Retribusi Daerah dari SKPKD
sebesar Rp 31.489.920,00
31-Jan-07 Diterima Hasil Perusda, hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan dari SKPKD sebesar Rp
1.416.000,00
Surplus/Defisit 101,939,200
Pembiayaan Netto 101,939,200
31-Dec-07 Saldo -
Piutang Retribusi
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
junal Balik Awal 12,600,00
1-Jan-07 Saldo Awal 12,600,000 1-Jan-07 Tahun 0
Saldo -
Persediaan
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
Saldo 40,300,000
Saldo -
Cadangan Piutang
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
saldo awal
jurnal balik awal 12, Cadangan 12,600,00
1-Jan-07 tahun 600,000 1-Jan-07 Piutang 0
Jumlah 12,600,000 Jumlah 12,600,000
31-Dec-07 Saldo -
Cadangan Persediaan
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 Saldo Awal 40,300,000
31-Dec-07 Saldo 40,300,000
301,397
jumlah 283,248,000 jumlah ,760
18,149,
31-Dec-07 Saldo 760
Belanja Pegawai
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
14-May- Gaji dan
07 Tunjangan 210,101,760
7,621,575,000 7,621,575,000
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah 12,268,800 13,495,680 110%
Tanah
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 Saldo Awal 234,500,000,000
Saldo 234,500,000,000
Gedung dan Bangunan
Belanja Hibah
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
13-Jul- Hibah 14,976,000
07
Saldo 14,976,000 Saldo -
Belanja Bantuan Sosial
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
17-Jul- Bantuan 37,574,400
07 Sosial
Saldo 37,574,400 Saldo -
Belanja Peralatan dan Mesin
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai 445,670,400 490,237,440 110%
Belanja Barang dan Jasa 110,880,000 106,662,400 96%
Bunga 1,600,000 1,600,000 100%
Subsidi 11,424,000 10,281,600 90%
Hibah 14,976,000 14,976,000 100%
Bantuan Sosial 39,552,000 37,574,400 95%
JUMLAH 624,102,400 661,331,840 106%
BELANJA MODAL
Belanja Peralatan dan Mesin 14,761,600 14,761,600 100%
Belanja Jalan, Irigasi dan Bangunan 89,600,000 89,600,000 100%
JUMLAH 104,361,600 104,361,600 100%
SKPKD
Neraca
31 Desember 2007
Jumlah Jumlah
ASET UTANG & EKUITAS
UTANG JANGKA
ASET LANCAR PENDEK
Kas di Bendahara 14,00 Uang Muka dari 14,00
Pengeluaran 0,000 BUD 0,000
Bagian Lancar 23,40
Persediaan 3,750,000 Utang kpd Pempus 0,000
Total Hutang 37,40
Aktiva Lancar 17,750,000 Jangka Pjg 0,000
INVESTASI UTANG JANGKA
Utang PFK
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
1-Jan-07 Saldo awal 21,500,000
jumlah - jumlah 21,500,000
Saldo 21,500,000
Pengeluaran PFK-PPN
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
5-Jan-07 Setoran 21,500,000
22-Dec-07 22,210,909
Saldo 43,710,909
Pengeluaran PFK-PPh 21
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
22-Dec-07 35,016,960
Saldo 35,016,960
Pengeluaran PFK-PPh 22
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
22-Dec-07 1,221,600
Saldo 1,221,600
Penerimaan PFK-PPN
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
20-May-07 6,242,036
31-Jul-07 1,341,964
16-Aug-07 8,145,455
31-Aug-07 575,127
19-Sep-07 2,415,418
27-Nov-07 3,490,909
Saldo 22,210,909
Penerimaan PFK-PPh 21
Penerimaan PFK-PPh 22
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
20-May-07 343,312
31-Jul-07 73,808
16-Aug-07 448,000
- 31-Aug-07 31,632
19-Sep-07 132,848
27-Nov-07 192,000
Saldo 1,221,600
Belanja Pegawai
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
5-May-07 Gaji 490,237,440
14-May-07 210,101,760
saldo 700,339,200
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
21-Jun-07 10,281,600
Saldo 10,281,600 Saldo -
Belanja Hibah
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
13-Jul-07 14,976,000
Saldo 14,976,000 Saldo -
Saldo 97,440,000
Pendapatan DAU
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
3-Mar-07 Pend. DAU 867,360,000
Saldo 867,360,000
Pendapatan DAK
Tanggal Uraian Jumlah Tanggal Uraian Jumlah
27-Mar-07 Pend. DAK 1,920,000
Saldo 1,920,000
Jumlah (Rp)
AKTIVA
AKTIVA LANCAR
SILPA 339,923,800
339,923,800
-
Total Ekuitas 339,923,800