Anda di halaman 1dari 12

Kondisi Sanitasi Higiene Dan K3 (Kesehatan Dan Keselamatan Kerja)

Dapur Rich Palace Hotel Surabaya

Arizka Permana Putra


S1 Pendidikan Tata Boga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
arizkaputra@mhs.unesa.ac.id

Luthfiyah Nurlaela
Dosen Program Studi Tata Boga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
luthfiyahn@yahoo.com

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sanitasi higiene pengolahan makanan,
personal higiene penjamah makanan, dan K3 (kesehatan dan keselamatan kerja) di dapur Hotel Rich
Palace Surabaya.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengambilan data yang dilakukan
menggunakan metode observasi, dokumentasi, dan wawancara. Subjek penelitian ini adalah penjamah
makanan di Hotel Rich Palace Surabaya dengan jumlah 16 orang penjamah makanan. Analisis data
menggunakan analisis deskriptif kemudian disajikan melalui tabel dan presentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sanitasi higiene lingkungan dapur sangat baik,
kebersihan area dapur sebelum dan sesudah produksi terjaga dengan baik. Namun hasil yang kurang
baik didapat dari perilaku penjamah makanan saat mengolah makanan, masih terdapat penjamah
makanan yang tidak menggunakan celemek, topi, saat melakukan proses pengolahan. 56,25%
penjamah kadang mencuci tangan dengan prosedur yang benar kadang hanya menggunakan air
mengalir biasa, dan 31,25% penjamah tidak pernah mencuci tangan sebelum dan sesudah mengolah
makanan. 50% penjamah mencicipi makanan tidak menggunakan peralatan makan, 43,75% penjamah
yang selalu bekerja sambil bercakap-cakap, hal tersebut selain membuat waktu lebih tidak efisien, juga
dapat menjadi sumber kontaminasi.
Kata kunci: Sanitasi Higiene, Personal Higiene, K3, Dapur Hotel.

Abstract
The purpose of this research is to know sanitation hygiene food processing, personal hygiene
food handler, occuptional health and safety in kitchen of Rich Palace Surabaya Hotel.
This study used descriptive qualitative method. Data collection using observation method,
documentation, and interview. The subject of this research were food handler at Rich Palace Surabaya
Hotel with 16 food handler. Data analysis used descriptive analysis then presented through table and
percentage.
The results showed that sanitary hygiene kitchen environment was very good, cleanliness of
kitchen area before and after production was well maintained. However, poor results are obtained from
the behavior of food handlers when processing food, there are still food handlers who do not use aprons
and hats, while doing the processing. 56.25% of handlers sometimes washing with proper procedures
sometimes only using regular running water, and 31.25% of handlers never wash hands before and
after food insertion. 50% of handlers tasted food not using cutlery, 43.75% of handlers who always
work while talking, about it other than making time inefficient, can also be a source of contamination.

Keywords: Sanitation Hygiene, Personal Hygiene, OSH, Kitchen Hotel.

PENDAHULUAN berkembang pesat yaitu industri pengolahan


Kota Surabaya sebagai pusat bisnis, makanan mengingat makanan adalah sumber
perdagangan, pendidikan, industri dan pokok utama energi pada tubuh manusia
sebagainya. Merupakan salah satu kawasan agar dapat ber-aktivitas sehari-hari.
yang paling pesat dalam pembangunan Berkaitan dengan usaha pengolahan
perekonomiannya, salah satu industri yang makanan tidak lepas dari peran tenaga pengolah
makanan atau penjamah makanan dan juga dapur hygiene yang merupakan tindakan seseorang
sebagai tempat pengolahan makanan tersebut. untuk memelihara kesehatan diri sendiri,
Penjamah makanan menurut KEPMENKES memperbaiki dan mempertinggi nilai kesehatan
No.1908 tentang hygiene rumah makan dan serta mencegah timbulnya penyakit. Karena pada
restoran : “adalah orang yang secara langsung dasarnya higiene adalah mengembangkan
berhubungan dengan makanan dan peralatan kebiasaan baik untuk menjaga kesehatan, maka
mulai dari tahap persiapan, pembersihan, seharusnya hal ini dapat diketahui sejak calon
pengolahan, pengangkutan, sampai dengan pekerja akan direkrut sebagai tenaga pengolah
penyajian”. Menurut Nurlaela (2011), penjamah makanan melalui wawancara (Purnawijayanti,
makanan adalah orang yang menangani langsung 2001).
makanan sejak makanan itu dibuat sampai Dapur sebagai tempat produksi makanan
makanan itu siap disajikan atau dihidangkan. merupakan tempat kerja dengan intensitas resiko
Untuk mendapatkan kualitas makanan yang baik kerja yang cukup tinggi. Menurut Sumitro
perlu diperhatikan tentang pengetahuan, sikap, (2007:1), dapur adalah suatu ruang atau bukan
dan perilaku tenaga pengolah makanan tersebut. ruang khusus yang berfungsi untuk membuat
Kebiasaan pribadi para penjamah makanan dalam suatu bahan makanan menjadi suatu sajian siap
mengelola bahan makanan dapat menjadi sumber dihidangkan. Suatu ruangan dapat disebut sebagai
dari pencemaran. Maka sanitasi hygiene menjadi ruang dapur apabila didalamnya dilengkapi
syarat penting bagi perusahaan yang bergerak dengan sarana dan prasarana untuk kepentingan
dibidang pengolahan makanan. pengolahan bahan makanan hingga menjadi sajian
siap hidang. Dapur sebagai tempat produksi
Pengolahan makanan yang tepat akan makanan bertanggung jawab atas sanitasi hygiene
mencegah terjadinya kontaminasi makanan atau makanan yang akan disajikan kepada tamu.
penularan penyakit melalui makanan. Proses Keadaan suatu ruang dapur yang di
kontaminasi makanan terbagi menjadi dua yaitu dalamnya dilengkapi dengan sarana dan prasarana
kontaminasi langsung yang berasal dari bahan pengolahan bahan makanan, perlu adanya standar
mentah dan kontaminasi silang yang terjadi operasional peralatan (SOP) yang tepat, fasilitas-
selama proses pengolahan. Proses terjadinya fasilitas pendukung, tata letak dapur yang
kontaminasi makanan disebabkan oleh berbagai berkaitan dengan arus kerja sehingga pekerjaan
faktor, antara lain masih rendahnya pengetahuan berjalan secara efisien dan akan menghindari
penjamah makanan, personal hygiene karyawan resiko kecelakaan kerja. Oleh karena itu, salah
dapur, kebersihan peralatan serta sanitasi satu upaya dalam mengoptimalkannya adalah
lingkungan dapur. dengan memperbaiki dan meningkatkan kondisi
Jika air yang digunakan tidak baik maka sanitasi hygiene dan K3 (Kesehatan dan
dapat dipastikan alat dan bahan yang digunakan Keselamatan Kerja) dapur hotel.
akan terkontaminasi. Sesuai dengan Kepmenkes Kesehatan dan keselamatan kerja wajib
RI No. 907/Menkes/SK.VII/2002/ kualitas air dilaksanakan disetiap tempat kerja yang mana
yang memenuhi persyaratan air minum telah dijabarkan pada UU Keselamatan Kerja
digolongkan dengan empat syarat menurut syarat Nomor 1 Tahun 1970, UU Kesehatan Kerja
fisik, kimia, bakteorologis dan zat radioaktif. Nomor 23 Tahun 1992 dan UU Nomor 13 Tahun
Pada proses pengolahan makanan peran 2003 tentang Ketenagakerjaan. Menurut Mukono,
seorang juru masak atau chef sangat penting, (2004:17) pelayanan kesehatan karyawan
karena tidak sekedar mampu mengolah makanan diadakan pemeriksaan berkala minimal satu kali
yang enak rasanya, menyajikan makanan dengan dalam setahun dan bagi karyawan pengolah
penampilan yang menarik, namun juga harus makanan (food handler) harus dilakukan
memastikan makanan layak untuk dimakan. pemeriksaan berkala enam bulan sekali khusus
Makanan yang layak dimakan yaitu makanan untuk pemeriksaan gejala pembawa penyakit atau
sehat dan aman untuk dikonsumsi. Seorang juru carrier. Selain itu setiap perusahaan berkewajiban
masak atau penjamah makanan haruslah selalu membina tenaga kerja dalam pemberian P3K
menjaga kesehatan dan kebersihan diri serta (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) sesuai
menjaga perilakunya selamanya proses produksi dengan Undang-undang No.1 tahun 1970 pasal 9.
makanan. Perilaku yang dimaksud ialah perilaku P3K merupakan upaya pertolongan dan perawatan
sementara dengan cepat dan tepat sebelum
ditangani oleh para medis dengan tujuan
mencegah maut atau kejaidan yang lebih buruk D. Populasi dan Sampel
dapat terhindar. Dengan terjaminnya K3 oleh 1. Populasi
perusahaan, akan menyebabkan karyawan merasa Populasi pada penelitian ini adalah
nyaman dan memiliki rasa tanggung jawab maka seluruh penjamah makanan di dapur Hotel
dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas Rich Palace Surabaya yang berjumlah 16
kerja. orang.
Hotel sebagai salah satu tempat kerja 2. Sampel
wajib memenuhi hak kesehatan dan keselamatan Sampel adalah bagian dari populasi yang
kerja bagi para pekerjanya sebagai imbal balik ditetapkan menjadi obyek penelitian langsung
atas kinerja yang ditujukan untuk kelangsungan yang dianggap mewakili populasi. Menurut
dan kemajuan perusahaan. Berdasarkan hal Arikunto (2006) “jika subjeknya kurang dari
tersebut, peneliti akan melakukan penelitian di 100 orang, lebih baik semua subjek diteliti,
dapur Hotel Rich Palace Surabaya sebagai tempat sehingga penelitiannya adalah penelitian
kerja yang menerapkan sanitasi higiene dan K3 populasi karena subjeknya meliputi semua
(Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang terdapat pada populasi”. Jadi jumlah
sampel sama dengan jumlah populasi, yaitu
METODE 16 orang penjamah makanan yang terdiri dari
A. Jenis Penelitian cool kitchen dan main kitchen.
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan desain pendekatan E. Pengumpulan Data
kualitatif. Menurut David Williams (1995) Pengumpulan data-data yang
pendekatan kualitatif adalah pengumpulan diperlukan dalam penelitian ini penulis
data pada suatu latar alamiah, menggunakan menggunakan beberapa teknik pengumpulan
metode alamiah, dan dilakukan oleh orang data antara lain:
yang tertarik secara alamiah. Menurut 1. Observasi
Arikunto (2006) penelitian deskriptif adalah Observasi adalah metode pengukuran
penelitian yang dilakukan dengan data untuk mendapatkan data primer, yaitu
menjelaskan atau menggambarkan sesuatu dengan cara melakukan pengamatan langsung
yang akan terjadi. Adapun ciri-ciri penelitian secara seksama dan sistematis dengan
deskriptif yaitu mempunyai latar belakang menggunakan alat indra (Mustafa, 2009:94).
alamiah sebagai sumber data langsung, Sesuai dengan penggolongan observasi,
peneliti dan instrumen sebagai kunci, observasi yang dilakukan pada penelitian ini
menggambarkan fakta, lebih menngkatkan adalah observasi partisipasi lengkap yaitu
proses daripada hasil dan cenderung dalam melakukan pengumpulan data, peneliti
menganalisis data secara induktif. sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang
dilakukan oleh nara sumber (Sugiyono,
B. Subjek Penelitian 2011:227).
Subjek penelitian adalah penjamah
makanan di dapur Hotel Rich Palace 2. Dokumentasi
Surabaya. Dokumentasi yaitu catatan kejadian yang
sudah lampau yang didasarkan atas jenis
C. Waktu dan Tempat Penelitian sumber apapun, baik itu yang berupa tulisan,
1. Tempat lisan, gambaran, atau arkeologis.
Penelitian dilakukan di dapur Hotel Rich
Palace Surabaya yang terletak di Jalan HR. 3. Wawancara
Muhammad, Surabaya Wawancara adalah percakapan dengan
2. Waktu maksud tertentu dan dilakukan oleh dua pihak
Penelitian direncanakan bulan Januari-Maret yaitu pewawancara yang memberi pertanyaan
2018. dan terwawancara yang memberikan
jawaban. Wawancara dalam pengambilan
data penelitian ini adalah wawancara n = jumlah jawaban yang dipilih
terstruktur yaitu wawancara yang responden
pewawancaranya menetapkan sendiri masalah N = jumlah responden
dan pertanyaan yang akan diajukan Selanjutnya data dianalisis dengan cara
(Moleong, 2014:186-190). dibahas kelebihan dan kekurangannya
serta pemberian solusi atas permasalahan
F. Instrumen Penelitian yang ada sehingga dapat menarik
Instrumen penelitian adalah alat atau kesimpulan.
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
pengumpulan data agar lebih mudah diolah. Kemudian dari hasil observasi sanitasi
Dalam instrumen ini instrumen yang dan personal higiene akan diukur dengan
digunakan adalah lembar observasi, lembar skala Likert dengan keterangan skor
wawancara, dan dokumentasi. Tabel 3.2
Tabel 3.1 Interpretasi Skor
Tujuan Data Yang Data Sumber Cara Kategori Skor
Diambil Yang Pengambilan Sangat baik 81 – 100
Didapat Baik 61 – 80
Sanitasi Mengetahui Primer Penjamah Observasi , Cukup 41 – 60
Higiene sanitasi makanan Dokumentasi Kurang baik 21 – 40
higiene di Tidak baik 0 – 20
dapur hotel Sumber : Riduwan (2008)
Rich palace
Personal Mengetahui Primer Penjamah Observasi,
Higiene personal makanan Dokumentasi, HASIL DAN PEMBAHASAN
higiene dan Wawancara 1. Hasil Dan Pembahasan
perilaku Menurut Keputusan Menteri
higiene di Parpostel No. KM 37/PW.340/MMPT-86
dapur hotel tentang Peraturan Usaha dan
Rich palace Penggolongan Hotel. Bab I, Pasal 1, Ayat
K3 Mengetahui Primer Pen jamah Observasi, (b) dalam SK (Surat Keputusan)
Kesehatan makanan Dokumentasi, menyebutkan bahwa: hotel merupakan
dan Wawancara salah satu jenis akomodasi yang
keselamatan mempergunakan sebagian atau
kerja di keseluruhan bagian untuk jasa pelayanan
dapur Rich penginapan, penyedia makanan, dan
palace minuman serta jasa lainnya bagi
masyarakat umum yang dikelola secara
G. Pengolahan dan Teknik Analisis Data komersil.
Analisis deskriptif adalah pengujian yang Sebagai perusahaan akomodasi
digunakan untuk menganalisis data dengan yang berkaitan dengan penyediaan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan makanan dan minuman, tentunya hotel
data yang telah terkumpul sebagaimana Rich Palace dapat memberikan
adanya tanpa maksud membuat kesimpulan pelayanan dan kualitas makanan yang
yang berlaku untuk umum. Dalam penelitian baik terhadap tamu baik yang menginap
ini analisis deskriptif adalah penyajian data maupun yang hanya singgah untuk
dari responden melalui tabel dan grafik yang menikmati hidangan spesial yang
diperoleh dari perhitungan persentase (%). menjadi ciri khas hotel Rich Palace.
Adapun rumus persentase analisis data
deskriptif sebagai berikut :

Keterangan:
P = presentase
satu dengan sink
terdapat sabun cair
sanitizer, air
mengalir lancar,
tidak terdapat
petunjuk
pencucian tangan

Tempat  Tersedia bak cuci


mencuci bahan namun dengan
makanan fungsi ganda untuk
mencuci bahan dan
Gambar 4.1 Dapur Rich Palace Hotel alat, tersedia air
dingin dan panas
Gambar 4.1 merupakan dapur utama dari rich
Tempat  Tersedia bak cuci
palace hotel, jika dilihat dari ukuran dan mencuci namun juga
kondisi seharusnya dapur tersebut lebih peralatan masak sebagai tempat
cocok menjadi dapur penunjang (outlet), mencuci bahan,
dengan kapasitas yang tidak terlalu banyak hanya tersedia air
dingin dan panas
atau besar. Sebatas menu ala carte, dan juga
breakfast yang tidak membutuhkan area yang Ketersediaan  Tersedia lap bekas
luas dan peralatan yang banyak. Benar saja lap / towel towel, tidak ada
seperti itu karena selain dapur yang khusus basah dan
kering, fungsi
digunakan tersebut terdapat dapur lain ganda untuk meja
dengan ukuran yang jauh lebih besar dan juga untuk alat
tentunya lebih lengkap dari segi peralatan dan Area produksi  Bersih, disapu dan
kapasitasnya. Hanya saja dapur tersebut dipel pada jam
justru malah disewakan kepada perusahaan khusus, setiap
shift, kebersihan
lain, dan juga menjual produknya di hotel terjaga sebelum
rich palace. Hal tersebut tidak sesuai dengan dan sesudah
sumber yang digunakan terkait dapur, yaitu produksi
Hotel menyediakan dapur dengan luas
Ketersediaan  Tidak ada toilet, di
sekurang-kurangnya 40% dari luas restoran, toilet dekat dapur
yang terdiri dari ruang persiapan, pengolahan, Lokasi  Jauh dari ruang
penyimpanan peralatan, dan ruang pembuangan produksi, jauh dari
penyimpanan bahan bakar (gas/elpiji). limbah pusat akses tamu,
terpisah antara
sampah basah dan
1. Kondisi Sanitasi Higiene sampah kering,
Tabel 4.1 mudah
dibersihkan,
Gambaran Sanitasi Higiene Dapur Rich tertutup, terdapat
Palace Hotel saluran air untuk
Komponen Penilaian Keterangan membersihkan bak
B C K sampah
Air  Jernih, tidak
berbau, aliran Ruang ganti  Terdapat ruang
kencang dan lancar pakaian khusus ganti
pakaian,
Pembuangan air  Ada selokan, dilengkapi toilet,
limbah tertutup, mengalir luas, terpisah dari
lancar ruang dapur,
bersih, sirkulasi
Tempat sampah  B : ada tempat udara sejuk, dan
sampah, ber-alas terpisah dari area
plastik, dan produksi
tertutup
Ruang istirahat  Tidak ada ruang
Pembuangan  Dilakukan setiap karyawan istirahat khusus,
sampah penuh dan saat hanya tempat
pergantian shift duduk, berada di
ruang terbuka
Ruang  Terpisah dari Ruang makan  Terdapat ruang
penyimpanan ruang produksi, karyawan makan, makanan
sampah luas, mudah dari luar hotel,
dibersihkan, disajikan dengan
tertutup box kardus, tidak
ada karyawan yang
Tempat  Tidak ada mengawasi,
mencuci tangan washtafel, menjadi Ketepatan  Alat yang
penggunaan digunakan tidak tidak ada label dan
alat sesuai dengan tidak ada prosedur
fugsinya atau FIFO
seharusnya
Storage chiller  Terdapat storage Jumlah 8 5 12
chiller untuk Baik :3
menyimpan bahan
makanan basah
Cukup : 2
tapi lokasinya Kurang : 1
berada jauh dari
area produksi Untuk menghitung ketercapaian
presentase sanitasi higiene maka di analisis
Storage freezer  Terdapat storage
chiller untuk menggunakan rumus ketercapaian sebagai berikut
menyimpan bahan :
makanan basah
tapi lokasinya
Ketercapaian = Nilai yang diperoleh X 100%
berada jauh dari
area produksi Nilai maksimal

Penyimpanan  Penyimpanan Tabel 4.2


bahan kering bahan kering di Hasil Observasi Sanitasi Higiene Dapur Rich
hot kitchen dapur hanya rak
besi, tidak ada Palace Hotel
ruang khusus, tidak Kriteria Nilai Ketercapaian %
tertata. Tidak ada Baik 24 32%
label, dan tidak ada
prosedur FIFO
Cukup 10 13,3%
Kurang 12 16%
Chiller hot  Kondisi tidak Jumlah 61,3
kitchen tertata rapi, tidak Rata-rata 2,45
ada label pada
makanan matang
yang disimpan, Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa
tidak ada prosedur ketercapaian pada sanitasi higiene di dapur Rich
FIFO
Palace hotel “Baik” dengan nilai ketercapaian
Frezer hot  Kondisi tidak
kitchen tertata rapi, tidak 61,3% , seperti yang telah dirumuskan pada pada
ada label date pada interpretasi skor yaitu :
makanan atau Tabel 4.3
bahan makanan Interpretasi Skor Sanitasi Higiene
yang disimpan di
chiller tersebut, Kategori Presentase
tidak ada Prosedur Tidak baik 0 – 20
FIFO Kurang baik 21 – 40
Chiller cool  Kondisi tidak
kitchen tertata rapi, tidak Cukup 41 – 60
ada label date pada Baik 61 – 80
makanan yang Sangat baik 81 – 100
disimpan, tidak ada
prosedur FIFO
Sumber : Riduwan (2008)
Freezer cool  Kondisi tidak
kitchen tertata rapi, tidak Hal tersebut tidak sesuai dengan
ada label date pada pengertian sanitasi higiene yang merupakan usaha
makanan atau preventif yang menitikberatkan usaha kepada
bahan makanan
yang disimpan di kesehatan lingkungan dan kesehatan individu
chiller tersebut, tersebut (penjamah makanan) dan ruang lingkup
tidak ada Prosedur sanitasi higiene.
FIFO
Chiller butcher  Kondisi tertata
rapi, bahan 2. Personal Higiene Penjamah Makanan
makanan yang
tersimpan tidak Tabel 4.4
diberi label date, Gambaran Personal Dan Perilaku Higiene
tidak ada prosedur
FIFO, Penjamah Makanan Di Hotel Rich Palace
penyimpanan Surabaya
bahan makanan
sumber protein
Komponen Penilaian Ketercapaian %
nabati dan hewani
tidak terpisah B C K B C K
Penyimpanan  Terdapat lemari
bahan kering sendiri, kondisi
cool kitchen tidak tertata, kotor,
Menggunakan 7 9 9(56,25%) Tidak 9 7 (56,25%) (43.75%)
pakaian (43,75%) meludah
bersih sembarangan
Menggunakan 2 14 (12,5%) (87,5%) Luka pada 14 2 (87,5%) (12,5%)
celemek anggota
bersih badan
Menggunakan 2 12 2 (12,5%) (75%) (12,5%)
topi / hair cup Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa
Kuku pendek 15 1 (93,75%) (6,25%) pencapaian personal higiene yang paling besar
dan bersih adalah tidak merokok di area produksi, dengan
Mencuci 2 9 5 (12,5%) (56,25%) (31,25%) prosentase 100%. Yang artinya semua (16 orang)
tangan para penjamah makanan tertib mentaati peraturan
dengan air dilarang merokok di area produksi. Hasil lainya
bersih dan yang didapat ialah 93,75% (15 orang) memiliki
menggunakan kuku pendek, rapi, dan bersih yang berarti para
sabun / penjamah makanan memiliki kesadaran akan
sanitizer kebersihan dan kenyamanan, dimana selain kuku
Tidak 7 9 (43,75%) (56,25%) yang panjang menjadi sumber sarang bakteri juga
menggaruk memberi tidak kenyamanan saat bekerja, terutama
anggota yang membutuhkan genggaman tangan, meskipun
badan saat masih ada 6,25% (1 orang) yang masih kurang
mengolah menyadari bahwa hal tersebut termasuk dalam
makanan perilaku higiene yang positif.
Menutup 3 5 8 (18,75%) (31,25%) (50%) Hasil lainnya yang memiliki presentase
mulut / cukup tinggi namun hal tersebut termasuk dalam
hidung saat perilaku higiene yang negativ, yakni 50% (8
batuk dan orang) mencicipi makanan tidak menggunakan
bersin dan peralatan makan, bahkan saat melakukan
menjauhkan pengambilan data observasi pelaku penjamah
dari makanan makanan mencicipi masakan langsung pada alat
yang diolah bantu memasak (leadle, spatula), hal tersebut
memicu terjadinya pencemaran dari mulut
penjamah makanan yang mengakibatkan makanan
Tidak 9 7 (56,25%) (43,75%)
terkontaminasi. Kemudian terdapat 43,75% (7
mengobrol
orang) yang selalu bekerja sambil bercakap-
saat
cakap, selain tidak membuat waktu lebih efisien,
mengolah
bekerja sambil bercakap-cakap juga dapat menjadi
makanan
sumber pencemaran pada makanan karena air liur
yang menetes dan tidak terlihat dapan
Mencicipi 5 3 8 (31,25%) (18,75%) (50%)
mengkontaminasi makanan.
makanan
dengan
peralatan
makan
Tidak 13 2 1 (81,25%) (12,5%) (6,25%)
menggunakan
perhiasan /
accecoris
Tidak 5 7 4 (31,25%) (43,75%) (25%)
mengunyah
makanan saat
mengolah
makanan
Tidak 16 (100%)
merokok saat
berada di area
kerja
Rambut 8 8 (50%) (50%)
Tabel 4.5 Tabel 4.7
Hasil Observasi Perilaku Higiene Penjamah Gambaran Sarana Dan Prasarana Penunjang
Makanan di Dapur Rich Palace Surabaya Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Dapur Hotel
Responden Higiene Ketercapaian Rich Palace
(%) Komponen Penilaian Keterangan
Agus 29 96,6 B C K
Sugianto 24 80 Kotak P3K  Tersedia kotak P3K
namun isinya tidak
Mechael 16 53,3
lengkap
Rizky 19 63,3 Alat Pemadam  Alat pemadam ada
Dedy 20 66,6 Kebakaran tapi hanya terdapat 1
Chumaidi 22 73,3 di hot kitchen
Machid 17 56,6 Cerobong asap  Cerobong asap
Bergas 16 53,3 terdapat diatas
Fahmi 21 70 kompor,
Taufik 20 66,6 menghindari panas
yang keluar dari
Nafa 21 70
proses memasak
Eko 20 66,6
Alarm otomatis  Ada di bagian hot
Giovani 25 83,3 kitchen
Rona 13 43,3 Emergency light  Tidak ada
Izzah 16 53,3 emergengy light
Revo 15 50 Sekering  Ada di bagian
Jumlah 311 64,7 otomatis untuk butcher
antisipasi arus
Untuk menghitung ketercapaian presentase pendek
perilaku higiene maka di analisis menggunakan Pakaian kerja  Pakaian sesuai
standart dapur
rumus ketercapaian sebagai berikut :
Sepatu kerja  Sepatu menggunakan
Ketercapaian = Nilai yang diperoleh X 100%
safety shoes sesuai
Nilai maksimal dengan standart
Pintu exit  Pintu keluar
Kemudian dari tabel 4.5 dapat dilihat sekaligus pintu
ketercapaian pada perilaku penjamah makanaan masuk dan terhubung
adalah 64,7% dengan kategori “Baik” seperti yang juga dengan bagian
telah dirumuskan pada interpretasi skor yaitu : steward
Tangga darurat  Terdapat tangga
Tabel 4.6 darurat tepat di
Keterangan Interpretasi Skor Perilaku samping lift
Higiene Lantai  Lantai berwarna
Kategori Presentase gelap, permukaan
kasar, dan tidak licin
Tidak baik 0 – 20
Penerangan  Penerangan untuk
Kurang baik 21 – 40 hot kitchen
Cukup 41 – 60 mengandalkan
Baik 61 – 80 bohlam lampu saja,
Sangat baik 81 – 100 untuk cold kitchen
Sumber : Riduwan (2008) terhubung dengan
restoran, untuk
Hal ini sudah sesuai dengan pengertian butcher terdapat
personal higiene dan tujuan personal higiene jendela kaca yang
memungkinkan
yaitu kebersihan diri sendiri yang dilakukan untuk
memberi penerangan
mempertahankan kesehatan baik secara fisik di siang hari
maupun secara psikologis. Dan untuk Kebisingan  Dapur berada di
meningkatkan derajat kesehatan, memelihara, dan lantai 5 dan jauh dari
memperbaiki personal higiene. sumber kebisingan
Arus kerja  Arus kerja kurang
baik, karena luas
dapur yang kurang
dan jarak antara
ruang kosong dan
3. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja meja alat hanya
cukup untuk 1 orang
saja. Pekerja juga wajib menggunakan alat pelindung
jumlah 4 6 4 diri dengan tepat dan benar serta mematuhi semua
Baik :3 syarat kesehatan dan keselamatan kerja yang
Cukup : 2
diwajibkan.
Kurang : 1
Undang-undang nomor 13 tahun 2003
Untuk menghitung ketercapaian presentase tentang ketenagakerjaan yang mengatur segala hal
sarana kesehatan dan keselamatan kerja maka di yang berhubungan dengan ketenagakerjaan mula
analisis menggunakan rumus ketercapaian sebagai dari upah kerja, jam kerja, hak material, cut
berikut : sampai dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Ketercapaian = Nilai yang diperoleh X 100%
Nilai maksimal Hasil Dokumentasi Dapur Rich Palace
Surabaya
Tabel 4.8
Hasil Observasi Sarana Dan Prasarana Penunjang
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Dapur Rich
Palace Hotel
Kriteria Nilai Ketercapaian
%
Baik 12 28,57
Cukup 12 28,57
Kurang 4 9,52
Jumlah 66,66
Rata-rata 4,76

Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa ketercapaian


pada sarana kesehatan dan keselamatan kerja di
dapur rich palace hotel adalah 66,6%, dengan
kategori “Baik” seperti yang telah dirumuskan
pada interpretasi skor yaitu :

Tabel 4.9 Gambar 4.2


Interpretasi Skor Sarana Dan Prasarana Kesehatan Salah satu karyawan yang tidak
Dan Keselamatan Kerja menggunakan topi dan celemek saat
Kategori Presentase proses pengolahan makanan.
Tidak baik 0 – 20
Kurang baik 21 – 40
Cukup 41 – 60
Baik 61 – 80
Sangat baik 81 – 100
Sumber : Riduwan (2008)

Hal tersebut tidak sesuai dengan undang –


undang keselamatan kerja nomor 1 tahun 1970
tentang kesehatan dan keselamatan kerja yang Gambar 4.3
Menunjukkan karyawan yang
berisi kesehatan dan keelamatan kerja bahwa
sedang makan saat bekerja.
keselamatan kerja dalam segala tempat kerja baik
di darat, di permukaan air, di udara yang berada di
wilayah kekuasaan Republik Indonesia.
Undang-undang nomor 23 tahun 1992
tentang kesehatan, Menyatakan bahwa secara
khusus setiap perusahaan berkewajiban
memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental
dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun
yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru,
sesuai dengan sifat pekerjaan yang diberikan
kepada pekerja, serta pemerksaan secara berkala.
Gambar 4.4
Kondisi chiller cool kitchen dan hot kitchen,
tidak ada label pada makanan yang disimpan, Gambar 4.8
tidak ditata dengan rapi, bahkan terdapat Space atau jarak antara kompor (Wok
makanan yang tidak ditutup Stove) dengan meja kerja atau meja bantu
penyimpanannya. yang tidak standart dapat menjadi salah satu
penyebab kecelakaan kerja. Selain itu tutup
aliran pembuangan yang terbuat dari stainless
dan berada tepat dibawah kaki
membahayakan penjamah makanan jika licin
dan terpeleset di area tersebut. Menurut
Sumitro (2007), mengutip dalam Kotchever
& Terrel (1977), jarak antara pekerja dengan
peralatan membutuhkan jarak 36-42 inchi
Gambar 4.5
Kondisi Freezer, nampak bunga es yang (90-105 cm), jika digunakan untuk
menebal, tidak ditata dengan rapi, tidak ada bersimpangan atau membawa barang maka
FIFO dan tidak ada label pada makanan . diperlukan jarak 48-54 inchi (120-135 cm),
namun jika ruang gerak tersebut digunakan
untuk lalu lintas pekerja secara reguler
dengan membawa alat atau terdapat pekerja
lain yang sedang berdiri di area tersebut maka
dianjurkan menggunakan jarak minimal 60
inchi (150 cm).

Gambar 4.6
Kondisi penyimpanan bahan makanan kering,
tidak ada label, tidak tertata, dan tidak ada
FIFO.

Hari ke2 Hari ke 10


Gambar 4.9
Kondisi karyawan penjamah makanan yang
mengalami kecelakaan kerja

Dari observasi dan wawancara didapati


Gambar 4.7 salah satu karyawan penjamah makanan yang
Penyimpanan bahan buah-buahan di cool mendapat kecelakaan kerja saat sedang
kitchen. mengolah makanan. Hal itu diperjelas oleh
korban pada saat wawancara.
“..waktu itu pas mau nuang ayam ke
penggorengan yang besar, nge blanch
(merebus sebentar) lahh niatnya.. lah insert
(wadah stainless) nya ini tak taruh di tepi
wajannya, gak taunya wajannya geser
kebelakang, padahal biasanya enggak, air
posisi mendidih mungkal-mungkal, api nge
joss, langsung byorrr ke arah perut kebawah, makanan dan kesehatan pada karyawan
mau mundur gak bisa ada meja, kesamping sebagai penjamah makanan yang bekerja di
kanan ada temen kerja, ke kiri ada stock pot hotel tersebut.
(panci), yasudah.. kena tumpahan wess.. tapi
untung celana make bahan kain tebel terus
dilapisi celemek, lah airnya masuk kedalam Saran
sepatu, dalamnya kan gak ada pelindungnya, Terkait dengan Sanitasi Higiene Dan K3
jadinya gini.. (sambil menunjukkan kaki yang (Kesehatan Dan Keselamatan Kerja), terus
terkena tumpahan air panas)..” tingkatkan pengarahan dan pengawasan
terhadap prosedure sanitasi higiene, berikan
Menurut Sumakmur (1989), kejadian pemahaman mendalam kepada penjamah
yang berkaitan dan berhubungan dengan
makanan akan pentingnya sanitasi higiene
perusahaan, hubungan yang dimaksud bahwa
kecelakaan kerja terjadi akibat dari pekerjaan untuk hasil pekerjaan yang baik dan diri
pada saat pelaksanaan. Terdapat tiga sendiri, berikan motivasi dan reward untuk
penyebabnya, yaitu : peralatan kerja dan penjamah makanan agar dapat memacu
perlengkapannya tidak ada pengaman dan kinerja yang lebih baik lagi dan mentaati
pelindung untuk tenaga kerja. Menurut prosedure higiene.
Sumiati (2013) kecelakaan kerja dapat
disebabkan oleh mesin peralatan yang
digunakan, seperti alat tidak layak pakai,
rusak, pisau tumpul, alat tidak bersih saat DAFTAR PUSTAKA
digunakan, penggunaan alat yang sama untuk Moleong, Lexy. 2014. Metodologi Penelitian
proses yang berbeda. Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Artinya penyebab kecelakaan bukan Rosdakarya
hanya dari pelaku penjamah makanan saja,
melainkan juga dari lokasi kerjanya dan juga
Mukono. 2004. Higiene Sanitasi Hotel dan
peralatan yang ada di area tersebut, dilihat
dari hasil dokumentasi Gambar 5.1 Restoran. Surabaya: Airlangga
Menunjukkan bahwa jarak antara tempat University Press
pengolahan dengan meja kerja hanya berjarak
-+ 50cm. Hal tersebut tidak sesuai dengan lay Nurlaela, Luthfiyah. 2011. Sanitasi dan Higiene
out dapur, suatu rancangan yang berkaitan Makanan. Surabaya : Unesa University Press
dengan penggunaan ruang, fasilitas fisik, area
kerja, dan penempatan peralatan sesuai pada
Purnawijayanti, H.A. 2001. Sanitasi Higiene dan
tempatnya.
Keselamatan Kerja dalam Pengolahan
PENUTUP Makanan. Yogyakarta: Kasinius
Simpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan Rejeki, Sri. 2015. Sanitasi Higiene dan K3
kondisi sanitasi higiene dan K3 (kesehatan (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
dan keselamatan kerja) di dapur Rich Palace Bandung: Rekayasa Sains
menunjukkan bahwa :
1. sanitasi higiene di dapur Rich Palace Sudiara, Bagus Putu. 1994. Tata Boga. Jakarta:
“Baik”, dengan ketercapaian 61,3%. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
2. Personal dan perilaku higiene “Baik”,
dengan ketercapaian 64,7%. Sumiati, Tuti. 2013. Sanitasi Higiene dan
3. K3 (Keamanan Dan Keselamatan Kerja) Keselamatan Kerja Bidang Makanan 1.
“Baik”, dengan ketercapaian 66,66%. Depok: Direktorat Pembinaan SMK
Jadi dapat disimpulkan bahwa Kondisi
Sanitasi Higiene dan K3 di dapur Rich Palace Sumitro, Any S. 2007. Perencanaan Dapur dan
hotel secara umum sudah “Baik”, sebagai Peralatan Industri Layanan Makanan.
perusahaan yang bergerak dibidang Surabaya
akomodasi perhotelan dan termasuk dalam
jajaran hotel ber-bintang lima tentunya harus
memiliki standart sanitasi higiene yang baik
untuk meningkatkan produktivitas pelayanan

Anda mungkin juga menyukai