Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus


dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat baik materiil maupun spiritual. Salah satu upaya untuk mewujudkan
tujuan tesebut serta kemandirian suatu bangsa atau Negara dalam pembiayaan
pembangunan yang menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri
berupa pajak. Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan)
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan,
dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubung dengan tugas Negara menyelenggarakan pemerintahan.

Sebagai salah satu perangkat pendukung yang menunjang agar tercapai


keberhasilan pembangunan serta meraih peluang lainnya adalah hukum. Salah
satu bagian yang disoroti adalah hukum pajak. Hukum pajak ini yang sering
disebut dengan hukum fiscal yaitu keseluruhan dari peraturan-peraturan yang
meliputi kewenangan pemerintah untuk memungut pajak. Dengan kata
memungut, terlihat adanya kegiatan mengambil kekayaan seseorang dan
mengerahkan kembali kepada masyarakat melalui kas Negara.

Untuk lebih memahami masalah teori pemungutan pajak dan pembagian


pajak, pada makalah ini akan kami uraikan masalah- masalah pokok yang
meliputi teori pemungutan pajak, tata cara pemungutan, syarat pemungutan,
sistem pemungutan, asas pemungutan, dan hambatan pemungutan pajak, serta
pembagian pajak.

1
Teori Pemungutan dan Pembagian Pajak
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori pemungutan pajak?
2. Bagaimana tata cara pemungutan pajak?
3. Apa saja syarat-syarat pemungutan pajak?
4. Bagaimana sistem pemungutan pajak?
5. Apa saja asas-asas pemungutan pajak?
6. Apa saja yang menjadi penghambat pemungutan pajak?
7. Bagaimana jenis-jenis pembagian pajak?

3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui teori pemungutan pajak
2. Mengetahui tata cara pemungutan pajak
3. Mengetahui syarat pemungutan pajak
4. Mengetahui sistem pemungutan pajak
5. Mengetahui asas pemungutan pajak
6. Mengetahui jenis-jenis pembagian pajak

4. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini memberikan manfaat untuk menambah wawasan
mahasiswa dan umum dalam memahami sebuah studi tentang perpajakan 1
terutama pada masalah teori pemungutan pajak dan pembagian pajak.

2
Teori Pemungutan dan Pembagian Pajak
BAB II

PEMBAHASAN

1. TEORI PEMUNGUTAN PAJAK


1.1 Teori Pemungutan
a. Teori Asuransi
Teori ini menyatakan bahwa Negara bertugas untuk melindungi orang dan
segala kepentingannya, meliputi keselamatan dan keamanan jiwa, dan juga
harta bendanya. Pajak ini dianggap sebagai premi yang sewaktu-waktu harus
dibayar oleh masing-masing individu. Namun pembandingan antara pajak
dan perusahaan asuransi tidaklah tepat, karena: dalam hal kerugian, tidak ada
penggantian secara langsung dari Negara, dan antara pembayaran jumlah
pajak dengan jasa yang diberikan oleh Negara tidaklah terdapat hubungan
langsung.

b. Teori Kepentingan
Teori ini memperhatikan pembagian beban pajak yang harus dipungut dari
seluruh penduduk. Pembagian beban harus berdasarkan atas kepentingan
masing-masing orang dalam tugas-tugas pemerintah, termasuk perlindungan
atas jiwa orang-orang itu beserta harta bendanya.

c. Teori Daya Pikul


Teori ini menyatakan dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada jasa-jasa
yang diberikan oleh Negara kepada warganya, yaitu perlindungan atas jiwa
dan harta bendanya. Untuk kepentingan tersebut diperlukan biaya-biaya yang
harus dipikul oleh segenap orang yang menikmati perlindungan itu, yaitu
dalam bentuk pajak. Daya pikul seseorang dapat diukur berdasar besarnya

3
Teori Pemungutan dan Pembagian Pajak
penghasilan dengan memperhitungkan besarnya pengeluaran dan
pembelanjaan seseorang.

d. Teori Kewajiban Mutlak


Teori ini mendasarkan pada paham Organische Staatsleer yang mengajarkan
bahwa karena sifat suatu Negara maka timbullah hak mutlak untuk memungut
pajak. Jadi, setiap orang menyadari bahwa menjadi suatu kewajiban mutlak
untuk membuktikan tanda baktinya terhadap Negara dalam bentuk
pembayaran pajak.

e. Teori Asas Gaya Beli


Teori ini menyamakan fungsi pemungutan pajak dengan pompa, yaitu
mengambil gaya beli dari rumah tangga dalam masyarakat untuk rumah
tangga Negara, kemudian menyalurkannya kembali ke masyarakat dengan
maksud untuk memelihara hidup masyarakat dan untuk membawanya ke arah
tertentu. Penyelenggaran kepentingan masyarakat inilah yang dapat dianggap
sebagai dasar keadilan pemungutan pajak.

1.2 Tata Cara Pemungutan Pajak


Stelsel Pajak
Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel :
1. Stelsel nyata (riel stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga
pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, setelah
penghasilan yang sesungguhnya diketahui.
2. Stelsel anggapan (fictieve stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur undang-
undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun
sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan
besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.
3. Stelsel campuran

4
Teori Pemungutan dan Pembagian Pajak
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.
Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan,
kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan
yang sebenarnya.

1.3 Syarat Pemungutan


a. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang
dan pelaksanaan pemungutan harus adil
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat
Yuridis)
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini
memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi
Negara maupun warganya.
b. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi
maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan
perekonomian masyarakat.
c. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
d. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah
dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.

1.4. Sistem Pemungutan Pajak

A. Official Assessment System


Adalah suatu sistem pemungutan yang memberikan wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
Wajib Pajak.

5
Teori Pemungutan dan Pembagian Pajak
Ciri-cirinya:
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.
2) Wajib Pajak bersifat pasif.
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.

B. Self Assessment System


Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
Wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
Ciri-cirinya:
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib
Pajak sendiri.
2) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang.
3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

C. With Holding System


Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan)
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada
pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

1.5 Asas Pemungutan Pajak


a. Asas Domisili (asas tempat tinggal)
Menurut asas ini, negara dimana Wajib Pajak bertempat tinggal atau
berkedudukan berhak mengenakan pajak terhadap Wajib Pajak tersebut dari
semua penghasilannya. Menurut asas ini, siapapun yang bertempat-
kediaman atau berkedudukan di Indonesia dikenakan pajak atas segala
penghasilannya baik yang diperoleh di Indonesia maupun di luar negeri.
b. Asas Sumber

6
Teori Pemungutan dan Pembagian Pajak
Menurut asas ini, pengenaan pajak tergantung adanya sumber di suatu
negara. Negara dimana sumber penghasilannya berada berhak mengenakan
pajak dengan tidak mengingat dimana Wajib Pajak bertempat tinggal atau
berkedudukan. Menurut asas ini siapapun yang memperoleh penghasilan
dari Indonesia, akan dikenakan pajak penghasilan oleh negara Indonesia,
baik Wajib Pajaknya bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia
maupun diluar negeri.
c. Asas Kebangsaan
Asas yang berdasarkan kebangsaan atau nationaliteit ini menghubungkan
pengenaan pajak dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya Pajak Bangsa
Asing di Indonesia yang mewajibkan setiap orang yang tidak berkebangsaan
Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia membayar pajak tersebut.
d. Asas Yuridis
Asas ini mengemukakan supaya pemungutan pajak harus didasarkan pada
undang-undang. Untuk Indonesia hal ini sesuai dengan delapan kata yang
tercantum dalam pasal 23 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi “segala pajak
untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang”.
e. Asas Ekonomis
Asas ini menekankan supaya pemungutan pajak jangan sampai menghalang-
halangi produksi dan perekonomian rakyat.
f. Asas Finansial
Asas ini menekankan supaya biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memungut pajak haruslah jauh lebih rendah daripada jumlah pajak yang
terpungut.

1.6 Hambatan Pemungutan Pajak


Hambatan terhadap pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi:
a. Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara
lain:
1) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.

7
Teori Pemungutan dan Pembagian Pajak
2) Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat.
3) Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.
b. Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung
ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak.
1) Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak
melanggar undang-undang.
2) Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar
undang-undang (menggelapkan pajak).

2. PEMBAGIAN JENIS PAJAK


2.1 Pembagian Menurut Golongannya
Menurut golongannya pajak dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Pajak Langsung
Dalam pengertian ekonomis, pajak langsung adalah pajak-pajak yang
bebannya harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan, tidak
boleh dilimpahkan kepada orang lain. Sedangkan dalam pengertian
administratif, pajak langsung adalah pajak yang dipungut secara berkala.
Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak Tidak Langsung
Dalam pengertian ekonomis, pajak tidak langsung adalah pajak-pajak yang
bebannya dilimpahkan (digeserkan) kepada pihak lain. Yang menanggung
beban pajak tidak langsung pada akhirnya adalah pihak ketiga atau
konsumen. Dalam pengertian administratif, pajak tidak langsung adalah pajak
yang dipungut setiap terjadi peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan
terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang, pembuatan akte.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai, Bea Materai, Bea Balik Nama , Pajak
Radio, Pajak Tontonan.

2.2 Pembagian Menurut Sifatnya


Menurut sifatnya pajak dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

8
Teori Pemungutan dan Pembagian Pajak
a. Pajak yang Bersifat Perorangan (Pajak Subyektif)
Pajak subyektif adalah pajak-pajak yang dalam pemungutannya pertama-tama
memperhatikan keadaan pribadi pembayarnya (subyeknya). Status pembayar
pajak (bujangan, kawin, dan jumlah tanggungannya) akan mempengaruhi
besar kecilnya pajak yang harus dibayar. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak yang Bersifat Kebendaan (Pajak Obyektif)
Pajak obyektif adalah pajak yang dalam pemungutannya pertama-tama
melihat obyeknya, baik berupa benda, keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang
menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Contoh: Pajak
Pertambahan Nilai.

2.3 Pembagian Menurut Lembaga Pemungutnya


Menurut lembaga yang memungut atau kewenangan memungut, pajak dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Pajak Negara (Pajak Pusat)
Pajak negara (pajak pusat) adalah pajak-pajak yang dipungut oleh Pemerintah
Pusat yang penyelenggarannya dilaksanakan oleh Departemen Keuangan dan
hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga negara pada umumnya.
Pajak-pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat adalah:
1) Pajak-pajak yang dipungut Direktorat Jendral Pajak:
a. Pajak Penghasilan
b. Pajak Pertambahan Nilai
c. Pajak Bumi dan Bangunan
d. Bea Materai
e. Bea Lelang
2) Pajak-pajak yang dipungut Direktorat Jendral Bea Cukai:
a. Bea Masuk
b. Pajak Ekspor (Bea Keluar)
c. Pajak Pertambahan Nilai (Impor)
3) Pajak yang dipungut oleh Direktorat Jendral Moneter

9
Teori Pemungutan dan Pembagian Pajak
Pajak yang dipungut oleh Direktorat Jendral Moneter, yaitu Pajak atas
Minyak Bumi.

b. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh daerah-daerah seperti
Propinsi, Kabupaten maupun Kotamadya berdasarkan Peraturan Daerah
masing-masing dan hasil pemungutannya digunakan untuk pembiayaan
rumah tangga daerahnya masing-masing.
1. Pajak-pajak tingkat Propinsi:
a. Pajak kendaraan bermotor
b. Bea balik nama kendaraan bermotor
c. Bea balik nama tanah (pulasi)
d. Pajak izin penangkapan ikan di wilayahnya, dan lain sebagainya
2. Pajak-pajak tingkat Kabupaten/Kotamadya:
a. Pajak atas pertunjukan dan keramaian umum
b. Pajak atas reklame
c. Pajak atas kendaraan tidak bermotor
d. Pajak pembangunan
e. Pajak radio
f. Pajak jalan
g. Pajak bangsa asing, dan lain sebagainya.

Pemerintah Daerah, di samping memungut berbagai macam pajak seperti di


atas, juga melakukan berbagai macam pemungutan dan retribusi, yaitu:

a. Bea jalan atau jembatan


b. Bea pangkalan
c. Bea penambangan
d. Uang sempadan atau izin bangunan
e. Uang atas penguburan
f. Uang pengujian kendaraan bermotor
g. Retribusi jembatan timbang

10
Teori Pemungutan dan Pembagian Pajak
h. Retribusi stasiun bis, taxi, dan sebagainya
i. Retribusi tempat rekreasi
j. Retribusi pasar
k. Retribusi pesanggrahan
l. Retribusi pelelangan ikan, dan lain sebagainya.

11
Teori Pemungutan dan Pembagian Pajak
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pajak merupakan iuran yang wajib dibayarkan oleh rakyat kepada negara,
dapat dipaksakan, rakyat tidak mendapat prestasi secara langsung dan
hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran-pegeluaran Negara.
Dalam pemungutan pajak dikenal beberapa teori yang berdasarkan falsafah
yaitu teori asuransi, teori kepentingan, teori gaya pikul, teori kewajiban
mutlak, dan teori asas gaya beli. Adapun tata cara pemungutan pajak dapat
dilakukan berdasarkan 3 stelsel yaitu stelsel nyata, stelsel anggapan, dan
stelsel campuran. Sedangkan asas pemungutan pajak terbagi menjadi lima
asas yaitu asas domisili, asas sumber, asas kebangsaan, asas yuridis, asas
ekonomis dan asas finansial. Ada beberapa pembagian jenis pajak,
diantaranya penggolongan pajak menurut golongan, pembagian pajak
menurut sifat, dan pembagian pajak menurut lembaga pemungut.

3.2 SARAN

Salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat baik materiil


maupun spiritual serta kemandirian suatu bangsa dalam pembiayaan
pembangunan dapat dilakukan dengan cara menggali sumber dana yang
berasal dari dalam negeri yaitu berupa pajak. Oleh sebab itu, sebagai wajib
pajak, rakyat sudah seharusnya membayarkan pajak sesuai dengan
peraturan yang ada tanpa melakukan berbagai usaha agar terhindar dari
pajak. Selain itu pemerintah juga diharapkan bisa lebih memperketat
pengawasan terhadap pemungutan pajak supaya penyelewengan-
penyelewengan pajak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab
dapat dihindari karena hal tersebut hanya akan merugikan rakyat dan
negara itu sendiri.

12
Teori Pemungutan dan Pembagian Pajak
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo,Perpajakan, Yogyakarta: Andi Offset,2003


Resmi,Siti, Perpajakan:Teori dan Kasus edisi 7 , Jakarta:Salemba Empat,2009

Soemarso, Perpajakan Pendekatan Komprehensif, Jakarta: Salemba Empat ,2007

Waluyo dan Wirawan, B. Ilyas, Perpajakan Indonesia, Jakarta : Salemba Empat,


2003

13
Teori Pemungutan dan Pembagian Pajak

Anda mungkin juga menyukai