Brainstorming Modul 4
Brainstorming Modul 4
UNDANG-UNDANG
1) UU RI No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2) UU RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3) UURI No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
PERATURAN LAINNYA
1) Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 T ahun 1964 ttg Syarat Kesehatan,
Kebersihan serta Penerangan di Tempat Kerja.
2) Peraturan menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 01 th 1976 ttg
Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter Perusahaan
3) Peraturan menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per-01 th 1979 ttg
Kewajiban Latihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bagi Paramedis
Perusahaan
4) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 02 th 1980 ttg
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dlm Penyelenggaraan Keselamatan
Kerja.
5) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 01 th 1981
tentang Kewajiban Melapor Penyakit akibat Kerja
6) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. No. 03 th 1982
tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
7) Setiap tenaga kerja berhak mendapat Pelayanan Kesehatan Kerja
8) Pengurus wajib memberikan pelayanan kesehatan kerja
9) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja dipimpin dan dijalankan oleh
seorang dokter yang disetujui oleh Direktur
10) Dokter maupun tenaga kerja kesehatan wajib memberikan
keterangan-keterangan ttg pelaksanaan kesehatan kerja kepada pegawai
pengawas K3 jika diperlukan
11) Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 05 th 1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
12) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 15 th 2008
tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja
13) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 13 th 2011
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat
Kerja
Ketentuan mengenai waktu kerja pekerja ini dapat kita temui dalam Paragraf
4 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UUK”),
khususnya Pasal 77 s/d Pasal 85 UUK.
Pasal 77 ayat (1) UUK mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan
ketentuan waktu kerja. Ketentuan waktu kerja ini telah diatur oleh pemerintah
yaitu:
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk
6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu
untuk 5 (lima hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
Akan tetapi, ketentuan waktu kerja tersebut tidak berlaku bagi sektor usaha atau
pekerjaan tertentu seperti misalnya pekerjaan di pengeboran minyak lepas pantai,
sopir angkutan jarak jauh, penerbangan jarak jauh, pekerjaan di kapal (laut), atau
penebangan hutan (lihat Penjelasan Pasal 77 ayat [3] UUK).
Di sisi lain, ada pula pekerjaan-pekerjaan tertentu yang harus dijalankan
terus-menerus, termasuk pada hari libur resmi (lihat Pasal 85 ayat [2] UUK).
Pekerjaan yang terus-menerus ini kemudian diatur dalam Kepmenakertrans No.
Kep-233/Men/2003 Tahun 2003 tentang Jenis dan Sifat Pekerjaan yang
Dijalankan Secara Terus Menerus. Dan dalam penerapannya tentu pekerjaan
yang dijalankan terus-menerus ini dijalankan dengan pembagian waktu kerja ke
dalam shift-shift.
Dengan berlakunya UUK, ketentuan tersebut sudah tidak berlaku lagi sehingga
ketentuan mengenai jam kerja saat ini mengacu pada UUK. Karena tidak diatur
secara spesifik mengenai berapa jam seharusnya 1 (satu) shift dilakukan, maka
pimpinan (management) perusahaan dapat mengatur jam kerja (baik melalui
Peraturan Perusahaan, Perjanjian Kerja maupun Perjanjian Kerja Bersama).
Pengaturan jam kerja tersebut harus disesuaikan dengan ketentuan:
a. Jika jam kerja di lingkungan suatu perusahaan atau badan hukum
lainnya (selanjutnya disebut “perusahaan”) ditentukan 3 (tiga) shift,
pembagian setiap shift adalah maksimum 8 (delapan) jam per-hari,
termasuk istirahat antar jam kerja (Pasal 79 ayat [2] huruf a UUK)
b. Jumlah jam kerja secara akumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih
dari 40 (empat puluh) jam per minggu (Pasal 77 ayat [2] UUK).
c. Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 (delapan)
jam/hari per-shift atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40 (empat
puluh) jam per minggu, harus sepengetahuan dan dengan surat
perintah (tertulis) dari pimpinan (management) perusahaan yang
diperhitungkan sebagai waktu kerja lembur (Pasal 78 ayat [2] UUK).
4. Apa saja faktor lingkungan yang menjadi resiko bagi kesehatan pekerja?
Faktor Resiko di tempat kerja
Fisik : pencahayaan kurang, suhu udara yang panas, suara
bising, getran, dsb.
Kimia : bau gas, asap, debu, dsb.
Biologi : hewan / tumbuhan yang mengganggu (virus, bakteri,
jamur, hewan lainnya, dll)
Fisiologi / Ergonomi : meja/kursi terlalu tinggi
Psikologis : suasana kerja tidak harmonis, gosip, cemburu, amarah,
dsb.
3. Reaktif Acethylene,hydrogen,O2liquid
7. Standar nilai ambang batas kadar debu dan bahan kimia sehingga tidak
menjadi toksik untuk kesehatan paru?
Suatu bahan kimia yang tidak beracun bisa menjadi beracun pada dosis
tinggi. (Terlalu banyak sesuatu yang baik menjadi jelek).
Bahan kimia berdaya racun tinggi bisa aman untuk kehidupan ketika
diberikan dalam dosis yang sesuai. (Racun tidak berbahaya pada dosis
rendah).
Zat kimia dalam jumlah tertentu (dosis dan konsentrasi) dapat merusak
organisme hidup.Sangat beracun bila zat tersebut diserap cepat oleh tubuh
tetapi metabolisme atau ekskresinya lambat
Penilaian zat toksik
Toksisitas suatu bahan beracun ditentukan melalui berbagai cara,
melalui percobaan binatang, yang ditentukan secara kualitatif dan
kuantitatif.
Untuk mengetahui toksisitas bahan dikenal LD50,Suatu zat beracun dengan
dengan LD50 (lethal dose 50) yang lebih kecil, menunjukkan bahwa zat
tersebut relatif lebih beracun.
Klasifikasi menurut Reaksi Jaringan
1) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau karyawan dalam
beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja,
seperti ventilasi, suhu, penerangan dan situasinya.
2) Alat Kerja Dan Bahan
Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh perusahaan
untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang, alat-alat kerja sangatlah
vital yang digunakan oleh para pekerja dalam melakukan kegiatan proses produksi
dan disamping itu ialah bahan-bahan utama yang akan dijadikan barang.