Anda di halaman 1dari 49

MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN pada ANAK TUNGGAL

MELALUI PENDIDIKAN dalam KELUARGA

Tugas Akhir Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Prasyarat


Kelulusan Pada Program Diploma II

Oleh :

Nama : Nika Septiningtyas


NIM : 1403204048

PENDIDIKAN GURU TAMAN KANAK-KANAK


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir ini berjudul : “Menumbuhkan Kemandirian pada Anak

Tunggal Melalui Pendidikan dalam Keluarga” setelah mendapatkan koreksi

dan diperbaiki seperlunya dan dinyatakan sah sebagai prasyarat kelulusan pada

program Diploma II PGTK FIP UNNES. Disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Oleh Dosen Pembimbing, Dosen Penguji dan Ketua Program Studi D2 PGTK

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Mengetahui

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

Edi Waluyo, S.Pd Drs. Kustiono, M.Pd


NIP. 132307556 NIP. 132050301

Ketua Program D2 PGTK

Universitas Negeri Semarang

Dra. Sri S. Dewanti H, M.Pd


NIP. 131413200

ii
ABSTRAK

Nika Septiningtyas, 2006. Menumbuhkan, Kemandirian, pada Anak


Tunggal, Melalui : Pendidikan, dalam Keluarga . Program Studi Diploma II
Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Semarang. Pembimbing : Bp. Edi Waluyo, S.Pd.

Secara alamiah anak sudah mempunyai dorongan untuk mandiri atas


dirinya sendiri. Mereka terkadang lebih senang untuk bisa mengurus dirinya
sendiri daripada dilayani. Sayangnya orang tua sering menghambat keinginannya
dan dorongan untuk mandiri. Seorang anak yang mempunyai rasa mandiri
yang memadai, akan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan
dan dapat mengatasi kesulitan yang terjadi. Disamping itu anak yang
mempunyai kemandirian yang tinggi akan memiliki stabilitas emosional dan
ketahanan yang mantap dalam menghadapi tantangan dan tekanan.

Menurut teori Anita Lie (2004 : 2) dan Sarah Prasasti (2004 : 3),
kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-
hari atau dengan sedikit bimbingan sesuai dengan tahapan perkembangan dan
kapasitasnya. Kemandirian adalah perilaku yang menentukan bagaimana kita
bereaksi terhadap situasi setiap hari yang memerlukan beberapa jenis keputusan
bersifat moral dan merupakan sikap yang harus dikembangkan seorang anak
untuk bisa menjalani kehidupan tanpa ketergantungan ke orang lain.

Metode yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah metode deskriptif
yaitu menggambarkan bagaimana cara menumbuhkan kemandirian pada anak
tunggal melalui pendidikan dalam keluarga.

Dalam Tugas Akhir ini, membahas bagaimana cara menumbuhkan


kemandirian pada anak tunggal. Seperti kita ketahui anak tunggal dibesarkan
dalam suatu keluarga tanpa adanya anak lain. Jadi pengasuhannya dipusatkan
pada anak tersebut secara total. Secara umum ada keterikatan yang kuat antara
anak tunggal dengan orang tua atau siapapun yang mengasuhnya. Hal ini bisa
terjadi karena sejak bayi perhatian terpusat pada si anak dan dalam perkembangan
selanjutnya anak tersebut memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan
orang tuanya tanpa adanya saudara lain. Sebagai orang tua kita perlu mendidik
anak, khususnya anak tunggal agar tumbuh menjadi anak yang mandiri
meskipun banyak kendala-kendala yang harus dihadapi.

Jadi, sikap mandiri sangatlah penting bagi seorang anak karena untuk
bekal kehidupan kelak sepanjang hidupnya. Dan sebagai orang tua dan
pendidik, kita bisa membina anak kita untuk memastikan nilai-nilai yang kita
tanamkan dan tumbuhkan itu cukup apa tidak ? Karena sebagai modal dalam
kehidupan mereka selanjutnya. Selain itu sebagai orang tua dan pendidik harus
selalu memberikan bimbingan secara moral dan memberi contoh teladan yang
baik pada anak yang dapat melalui kegiatan-kegiatan pembiasaan.

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

1. Pengalaman merupakan guru yang terbaik.

2. Kerjakanlah apa yang anda suka dan sukailah yang anda kerjakan.

3. Tirulah ilmu padi yang kian berisi kian merunduk.

4. Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.

5. Tiada gading yang tak retak.

6. Ilmu akan bermanfaat bila diamalkan dan ditularkan pada orang lain.

Karya ini kupersembahkan kepada :

1. Bapak dan ibu yang tercinta yang selalu

memberikan dukungan kepadaku dalam

segala hal.

2. Adikku yang manis, yang selalu memberikan

dukungan.

3. Para pengajar yang telah mendidik dan

membimbing dalam menuntut ilmu.

4. Teman-temanku satu kost dan seperjuangan

yang selalu mendukungku.

5. Para pembaca yang budiman.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua terutama kepada

penulis sehingga penulis dapat dan menyelesaikan Tugas Akhir dengan baik.

Tugas Akhir yang berjudul “Menumbuhkan Kemandirian pada Anak

Tunggal Melalui Pendidikan dalam Keluarga” ini disusun untuk memenuhi

syarat ujian akhir semester IV sekaligus syarat kelulusan.

Dengan selesainya susunan Tugas Akhir ini, penulis berharap mudah-

mudahan hasilnya dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua pembaca.

Penulis berharap juga agar tugas akhir ini dapat dijadikan alat evaluasi untuk

dapat mengetahui lebih jauh tentang bagaimana menumbuhkan kemandirian

pada anak tunggal melalui pendidikan dalam keluarga.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Bpk. Dr. AT. Soegito, SH. MM, selaku Rektor UNNES.

2. Bpk. Drs. Siswanto, MM, selaku Dekan FIP UNNES.

3. Ibu Dra. Sri S. Dewanti H., M.Pd, selaku Ketua Program Studi PGTK FIP

UNNES.

4. Bpk. Edi Waluyo, S.Pd, selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir dan Dosen

Mata Kuliah Tugas Akhir, dan

5. Bpk. Drs. Kustiono, M.Pd, selaku Dosen Penguji TA.

6. Rekan-rekan mahasiswa D2 PGTK, serta semua pihak yang telah memberi

masukan, bimbingan, saran dan pendapat kepada penulis sehingga Tugas

Akhir ini terselesaikan.

v
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun Tugas Akhir ini

masih banyak kekurangannya dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari siapa pun untuk

perbaikan dan kesempurnaan penyusunan Tugas Akhir ini.

Semarang, Juli 2006

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii

ABSTRAK ............................................................................................. iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................. v

DAFTAR ISI .......................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................... 3

C. Tujuan ................................................................................ 3

D. Manfaat .............................................................................. 3

BAB II TINJAUAN TEORETIK .......................................................... 5

A. Konsep Dasar Kemandirian Anak ........................................ 5

B. Faktor Pendukung Kemandirian .......................................... 8

C. Faktor Penghambat Kemandirian ......................................... 10

BAB III METODE DAN SISTEMATIKA PENULISAN ........................ 13

A. Metode Penulisan ................................................................ 13

B. Sistematika Penulisan ......................................................... 13

vii
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................... 15

A. Perlunya Melatih Pengembangan Kemandirian pada Anak

Tunggal ............................................................................ 15

B. Cara Menumbuhkan Kemandirian pada Anak, Khususnya

Anak Tunggal ................................................................... 18

C. Kendala-Kendala yang Dihadapi Orang Tua Melalui

Pendidikan Keluarga yang Menghambat Kemandirian Anak,

Khususnya Anak Tunggal serta Cara Mengatasinya ........... 30

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 39

A. Simpulan ............................................................................ 39

B. Saran .................................................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses mengasuh anak merupakan proses yang sangat panjang dan

juga rumit, tentu saja bukan hanya orang tua yang bertanggung jawab atas

kemajuan anak-anak. Anak bukan hanya dibesarkan dan dipengaruhi oleh

ibu dan ayahnya saja. Banyak faktor yang mempengaruhi selain orang tua

antara lain dari pengasuh anak, para guru, orang tua asuh dan lain-lain.

Belum lagi para penampil di televisi, para bintang musik dan para

eksekutif periklanan. Namun demikian, masih banyak orang menganggap

“yang memberikan pengaruh dasar yang paling kuat terhadap perkembangan

anak adalah ayah dan ibu (baik kandung maupun bukan)”.

Dewasa ini banyak anak dianggap tidak mandiri bahkan anak

tersebut terkesan manja. Menjadi orang tua bukanlah pekerjaan yang

gampang. Pekerjaan itu membutuhkan kearifan, ketekunan dan kesabaran.

Tidak ada istilah mudah dalam mengasuh anak, sehingga ada beberapa

keterampilan yang dikuasai orang tua untuk menumbuhkan kemandirian

anak. Tentunya keterampilan-keterampilan tersebut harus bisa menarik

bagi anak sekaligus efektif.

Sebenarnya sejak dini, secara alamiah anak sudah mempunyai

dorongan untuk mandiri atas dirinya sendiri. Mereka terkadang lebih

senang untuk bisa mengurus dirinya sendiri daripada dilayani. Sayangnya

orang tua sering menghambat keinginannya dan dorongan untuk mandiri.

1
2

Karena pengungkapan rasa kasih sayang yang tidak tepat. Bagaimanapun

rasa kasih sayang dan rasa cinta kita terhadap anak seharusnya jangan

terlalu berlebihan. Seorang anak yang mempunyai rasa mandiri yang

memadai akan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan

dapat mengatasi kesulitan yang terjadi. Disamping itu anak yang

mempunyai kemandirian yang tinggi akan memiliki stabilitas emosional

dan ketahanan yang mantap dalam menghadapi tantangan dan tekanan.

Untuk anak yang masih kecil, orang tua dan pendidik sebaiknya tidak

membiasakan untuk mengambil alih kemandirian pada anak. Ketika anak

melakukan kesalahan/kelalaian, orang tua bisa mengambil kesempatan ini

sebagai suatu momen pembelajaran bagi anak. John Bradshow (dalam :

Home coming) mengatakan bahwa “ … bila perkembangan anak tertekan,

khususnya bila perasaannya terlukai, seorang anak akan tumbuh menjadi

orang dewasa dengan kemarahan yang terpendam dalam batinnya sisi

“kekanakan” ini secara spontan akan mencemari perilaku dewasa pribadi

tersebut.

Sebenarnya terbentuknya rasa mandiri ini bukan dari apa yang ia

perbuat tetapi dari keyakinan bahwa sesuatu yang dihasilkan berada pada

batas kemampuan dan keinginan pribadi. Rasa awal itu berawal dari tekad

untuk melakukan sesuatu yang diinginkan dan terbina dari keyakinan diri

sendiri. Karena rasa mandiri bersumber pada kepribadian bukan

keberhasilan, maka tidak dapat disamaratakan untuk kegiatan dengan yang

lainnya. Ia merupakan keyakinan dalam jiwa bahwa kesulitan haruslah

dihadapi dengan berbuat sesuatu.


3

B. Rumusan Masalah

1. Mengapa kemandirian pada anak perlu dilatih dan dikembangkan ?

2. Bagaimana cara menumbuhkan kemandirian pada anak tunggal melalui

pendidikan dalam keluarga ?

3. Kendala-kendala yang harus dihadapi orang tua dan pendidik dalam

menumbuhkan kemandirian pada anak tunggal dan bagaimana cara

mengatasinya ?

C. Tujuan

1. Mengetahui perlunya kemandirian pada anak khususnya anak tunggal.

2. Mengetahui dan dapat menerapkan cara menumbuhkan kemandirian

anak tunggal melalui pendidikan di dalam keluarga.

3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi orang tua dan pendidik,

dan serta dapat menerapkan cara mengatasi kendala-kendala tersebut.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoretis

Manfaat penelitian ini secara umum untuk menambah pengetahuan

tentang bagaimana cara menumbuhkan kemandirian pada anak tunggal

melalui pendidikan dalam keluarga.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis : hasil penulisan ini merupakan umpan balik dan hasil

nyata dari penerapan seluruh ilmu yang didapatkan selama

mengikuti kuliah.
4

b. Bagi guru TK : sebagai masukan dalam melaksanakan layanan

bimbingan belajar bagi anak-anaknya.

c. Bagi orang tua siswa : supaya mereka dapat memberikan bantuan

berupa alternatif pemecahan masalah tentang bagaimana meningkatkan

kemandirian dan kepercayaan diri anaknya agar memiliki prestasi

belajar yang baik.

E.
BAB II

TINJAUAN TEORITIK

A. Konsep Dasar Kemandirian Anak

Pada anak, istilah kemandirian umumnya dikaitkan dengan kemampuan

untuk melakukan segala sesuatunya sendiri. Apakah itu memakai baju

sendiri, menalikan sepatunya sendiri tanpa harus tergantung pada bantuan

orang lain. Sesungguhnya kemandirian tidak hanya bersifat fisik tetapi juga

psikologis. Seperti mampu mengambil keputusan sendiri dan bertanggung

jawab atas keputusan yang diambil serta sikap-sikap lain yang mengacu

kepada keberanian seseorang untuk menentukan nasibnya sendiri.

Dasar dari sikap mandiri adalah rasa percaya diri pada anak

khususnya anak balita. Rasa percaya diri ini sedang dalam masa

pembentukan. Segala tingkah laku mandirinya sebenarnya berawal dari

rasa ingin tahu an kesadaran anak bahwa ia terpisah dengan lingkungan

rasa “aku”-nya mulai muncul.

Rasa “aku” ini kemudian diikuti dengan keinginan untuk

menunjukkan rasa mampu. Apakah itu mampu makan sendiri, memakai

sepatu sendiri atau memberikan mainannya sendiri atau membereskan

mainannya kembali (Hurlock, 1999 : 39).

Rasa mampu berkembang menjadi rasa percaya diri, bila orang tua

tidak segan-segan memberi anak kesempatan untuk mencoba melakukan

segala sesuatunya sendiri misalnya. Apakah itu makan sendiri sekalipun

5
6

lantai rumah jadi penuh remah nasi, atau menyisir rambut sendiri

sekalipun hasilnya jauh dari rapi, tetapi kesempatan tentu saja bukan satu-

satunya. Hal lainnya adalah kepercayaan yang diekspresikan orang tua

dalam sikap serta komentar-komentarnya.

Misalnya “kok belepotan, begitu sih”, itu bisa mematahkan semangat

anak untuk mencoba. Seyogianya beri anak pujian, seberapa pun kecilnya

prestasi itu menurut anda, penghargaan dan kepercayaan akan membentuk

rasa percaya diri anak (Anita Lie dan Sarah Prasasti, 2004 : 28).

Banyaknya kesempatan dan kepercayaan yang diberikan orang tua

membuat anak punya peluang besar untuk menjadi pribadi yang mandiri,

tidak hanya mandiri secara fisik tetapi juga psikologis kelak.

Seorang anak yang memiliki rasa mandiri yang tinggi adalah anak

yang berusaha keras dan hampir berhasil menggali segenap potensi

dirinya. Anak yang mandiri tidak terus merenungi dirinya sendiri tetapi

secara teratur mereka memikirkan perasaan, pikiran, perilaku dan selalu

ingin tahu bagaimana pendapat orang lain tentang dirinya dan biasanya

mereka merupakan teman yang menyenangkan. Sebabnya yaitu karena

mereka biasa melihat kehidupan dari sisi yang cerah dan mereka berharap

serta mencari pengalaman dan hasil yang bagus.

Conger dkk, dalam buku “Perkembangan dan kepribadian anak”

(1997 : 8), menyatakan dengan memiliki percaya diri dan kemandirian

yang baik maka dalam berkomunikasi anak akan baik pula misalnya anak

akan dapat :
7

1. Mendengarkan orang lain dengan tenang dan perhatian.

2. Bisa berbincang-bincang dengan orang lain dari segala usia dan segala

jenis latar belakang.

3. Tahu kapan dan bagaimana pokok pembicaraan.

4. Memakai komunikasi non verbal secara efektif sehingga dengan bahasa

verbalnya.

5. Membaca dan memanfaatkan bahasa tubuh orang lain.

6. Berbincang dengan memakai nalar dan secara fasih.

7. Berbicara di depan umum tanpa rasa takut.

Dalam membina untuk mandiri dan menghadapi tantangan yang

relatif lebih berat harus sesuai keperluan anak mulai dari menyikat gigi,

menata buku-buku pelajaran, makan dan sebagainya sudah dilatih sejak

dini. Orang tua dan pendidik pun merasa bahwa sudah sepantasnya

mengasuh, membantu, mendidik dan membina untuk melayani anak-

anaknya. Situasi seperti ini dapat menumbuhkan anak menjadi dewasa dan

mandiri (Conger; 1997 : 7), menyatakan bahwa anak-anak yang memiliki

kemandirian yang baik mereka akan :

1. Tumbuh dengan harapan bahwa hidup ini pada umumnya

menyenangkan.

2. Memandang orang lain dari sisi positifnya, kecuali ada alasan khusus

untuk berhati-hati.

3. Percaya bahwa kebanyakan masalah bisa diselesaikan.

4. Tidak menyia-nyiakan tenaga dengan mengkhawatirkan kemungkinan

hasil yang negatif.


8

5. Percaya bahwa masa depan anak sebaik (mungkin lebih baik) masa

lalu.

6. Mau bekerja meskipun ada perubahan yang membuat frustasi karena

mereka suka pada pertumbuhan dan perkembangan.

7. Bersedia menghabiskn waktu dan energi untuk belajar dan melakukan

tugasnya karena mereka percaya bahwa akhirnya tujuan mereka akan

tercapai.

B. Faktor Pendukung Kemandirian

Pada dasarnya anak akan tumbuh mandiri, apabila anak tersebut

berada dalam lingkungan yang orang-orang disekelilingnya mampu

menciptakan faktor yang dapat mendukung mereka untuk tumbuh

berkembang dengan normal dan bahagia.

Ahli psikolog perkembangan Elizabeth Hurlock (1995 : 28),

menyebutkan beberapa kondisi penting yang mendukung kebahagiaan

dalam awalmasa kanak-kanak.

1. Kesehatan yang baik memungkinkan anak menikmati apapun yang ia

lakukan dan berhasil dalam melakukannya.

2. Lingkungan yang merangsang dimana akan memperoleh kesempatan

untuk menggunakan kemampuannya semaksimal mungkin.

3. Mengembangkan ekspresi-ekspresi kasih sayang yang wajar seperti

menunjukkan rasa bangga terhadap prestasi anak dan meluangkan

waktu bersama anak melakukan hal-hal yang ingin dilakukan.


9

4. Harapan yang realistis sesuai dengan kemampuan anak sehingga anak

memperoleh kesempatan yang wajar.

5. Mendorong kreativitas dalam bermain dan menghindari cemooh atau

kritik yang tidak perlu yang dapat mengurangi semangat anak untuk

mencoba kreatif.

6. Diterima oleh saudara-saudara kandung dan teman-teman bermain

sehingga anak dapat mengembangkan sikap yang baik terhadap

berbagai kegiatan sosial. Ini dapat didorong oleh bimbingan dalam hal

bagaimana menyesuaikan dengan orang lain dan oleh adanya panutan

yang baik di rumah untuk ditiru.

7. Suasana gembira dan bahagia di rumah sehingga anak akan belajar

berusaha untuk mempertahankan suasana ini.

8. Prestasi dalam kegiatan yang penting bagi anak dan dihargai oleh

kelompok dengan siapa anak mengidentifikasi diri.

Penelitian Henderson (1995 : 103), menunjukkan bahwa kemandirian

dan prestasi anak akan meningkat apabila orang tua peduli terhadap anak

mereka. Penelitian yang berkaitan dengan keterlibatan orang tua menghasilkan

temuan sebagai berikut :

1. Lingkungan keluarga adalah lingkungan belajar yang pertama.

2. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan formal anak akan meningkatkan

prestasi sekolah anak.

3. Keterlibatan orang tua terhadap pendidikan anak sebaiknya dilakukan

sedini mungkin dan berkelanjutan.


10

Berdasarkan teori-teori di atas dapat kita pahami bahwa khususnya

menumbuhkan rasa mandiri dibutuhkan lingkungan yang kondusif serta

keterlibatan orang tua dan pendidik dalam membimbing.

C. Faktor Penghambat Kemandirian

Anak yang dikatakan mandiri yaitu anak yang bisa menyelesaikan

tugasnya sendiri tanpa bantuan orang lain, tetapi karena kebutuhannya

bayi dan anak-anak yang lebih kecil sangat tergantung kepada orang lain.

Apakah itu orang tua ataupun orang dewasa lainnya. Namun, sejalan

dengan pertambahan usia, anak tersebut akan berkembang mandiri bila

secara mental dan fisik memang sudah siap untuk belajar mandiri. Oleh

karenanya, bila anak yang diharapkan oleh lingkungan sudah berkembang

mandiri, tetapi ternyata masih mempertahankan “tingkah laku bayinya”

anak akan menemui kesulitan dalam mengembangkan dirinya serta

mengganggu penyesuaian dengan lingkungan sosialnya.

Ketidakmandirian bisa mencakup ketidakmandirian secara fisik

maupun mental, misalnya selalu meminta bantuan orang lain untuk

mengurus kebutuhan fisiknya atau dalam pengambilan keputusan-

keputusan. Pada balita, salah satu ciri nyata anak tidak mandiri adalah

anak yang tidak bisa ditinggal ibunya, meski dalam waktu singkat.

Ketidakmandirian anak biasanya tidak hanya ditujukan kepada orang

dewasa, tetapi kepada siapa saja yang mau menerimanya, misalnya teman

sebaya. Dan akibatnya perasaan tidak mampu akan membuat anak sangat
11

mudah dipengaruhi oleh di lingkungannya. Apapun yang dilakukannya

seringkali bukan atas keinginannya sendiri, tetapi lebih dasar keinginan

orang lain atau kelompok. Anak tidak punya kemampuan untuk

melepaskan diri dari kelompok, dalam bersikap maupun bertingkah laku

karena mereka memang tidak pernah belajar untuk jadi mandiri.

Ada beberapa hal yang menyebabkan anak tidak mandiri, yaitu :

1. Bantuan yang berlebihan

Banyak orang tua yang merasa “kasihan” melihat anaknya bersusah

payah melakukan sesuatu sehingga langsung memberikan pertolongan

perlakuan yang menganggap anak tidak bisa apa-apa seperti itu

sebenarnya justru memberi kesempatan pada anak untuk memanipulasi

bantuan orang tua. Anak cenderung tidak mau berusaha di kala

mengalami kesulitan.

2. Rasa bersalah orang tua

Hal ini sering dialami oleh orang tua yang keduanya bekerja atau

mereka yang memiliki anak sakit-sakitan/cacat. Orang tua ingin menutupi

rasa bersalah mereka dengan memenuhi segala keinginan anak.

3. Terlalu melindungi

Anak yang diperlakukan seperti porselen, cenderung akan tumbuh

menjadi anak yang rapuh. Mereka akan goncang di kala mengalami

kesulitan karena selama ini orang tua selalu memenuhi segala

permintaaannya.
12

4. Perhatian atau ketidakacuhan berlebih

Banyak anak yang memakai senjata merengek atau menangis karena

tahu orang tuanya surplus perhatian. Itu bisa juga terjadi pada anak

yang orang tuanya bersikap acuh tak acuh. Mereka sengaja malas

melakukan segala sesuatunya sendiri agar mendapat perhatian dari

orang tua.

5. Berpusat pada diri sendiri

Anak yang masih sangat egosentris, memfokuskan segalanya untuk

kebutuhan dirinya sendiri. Mereka begitu mementingkan dirinya

sehingga orang harus menuruti segala kehendaknya.

D.
BAB III

METODE DAN SISTEMATIKA PENULISAN

A. Metode Penulisan

1. Spesifikasi Penulisan

Penulisan ini bersifat deskriptif yaitu untuk menggambarkan

keadaan sesuatu. Dalam penulisan ini akan dideskripsikan cara

menumbuhkan kemandirian khususnya pada anak tunggal melalui

pendidikan dalam keluarga.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah studi

pustaka. Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang

bersumber pada bahan pustaka, buku, brosur, dokumen, dan lain-lain.

Studi kepustakaan dalam penelitian ini digunakan untuk membahas

masalah bagaimana cara menumbuhkan kemandirian pada anak tunggal

melalui pendidikan dalam keluarga. Bahan pustaka tersebut berupa

buku-buku referensi yang hanya bisa disalin perpustakaan, buku-buku

ilmiah dan lain-lain.

B. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini yaitu :

BAB I : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penulisan dan manfaat penulisan.

13
14

BAB II : Tinjauan Pustaka, berisi teori-teori.

BAB III : Metode dan Sistematika Penulisan.

BAB IV : Pembahasan Masalah.

BAB V : Kesimpulan dan Saran.

C.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Perlunya Melatih Pengembangan Kemandirian pada Anak Tunggal

Menurut Anita Lie (2004 : 2) dan Sarah Prasasti (2004 : 3),

menyatakan : “Kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan

atau tugas sehari-hari atau dengan sedikit bimbingan sesuai dengan

tahapan perkembangan dan kapasitasnya”. “Kemandirian adalah perilaku

yang menentukan bagaimana kita bereaksi terhadap situasi setiap hari

yang memerlukan beberapa jenis keputusan bersifat moral dan merupakan

sikap yang harus dikembangkan seorang anak untuk bisa menjalani

kehidupan tanpa ketergantungan ke orang lain”.

Kemandirian anak perlu dilatih dan dikembangkan sedini mungkin

karena sangat penting bagi kehidupan mereka selanjutnya. Kemandirian

diri seorang anak juga akan mempengaruhi perkembangan mentalnya.

Oleh karena itu peran orang tua dan pendidik harus membantu melatih

kemandirian sehingga komunikasi anak dengan orang tua, pendidik

ataupun orang lain menjadi lebih baik. Setiap anak lahir di dunia ini

dengan bekal percaya diri awal yang hampir sama, dan kita semua

mempunyai potensi pribadi untuk mengembangkan kemampuannya. Sikap

mandiri dan percaya diri anak sangat penting karena merupakan mutu

asuhan yang menentukan kemampuan kita untuk tetap mempertahankan

rasa percaya diri dan mandiri yang diperoleh sejak lahir dan

mengembangkannya berdasarkan potensi yang dimiliki untuk menjadi

orang dewasa yang percaya diri dan mandiri.

15
16

Orang tua bisa membina anak-anak segala usia ataupun status (anak

sulung, anak bungsu, anak tengah dan anak tunggal) untuk hidup menjadi

mandiri di dalam kegiatan keluarga. Kemandirian tidak hanya berlaku bagi

orang dewasa melainkan pada setiap tingkatan usia. Setiap manusia perlu

mengembangkan kemandirian sesuai dengan kapasitas dan tahapan

perkembangannya. Peran orang tua di sini sebaiknya tidak mencari

kambing hitam buat anaknya sendiri apabila anak tersebut melakukan

kesalahan serta memintakan maaf dari orang lain untuk anaknya. Orang tua

bisa mendampingi anaknya untuk bisa menghadapi dan meminta maaf sendiri.

Khususnya untuk anak tunggal seperti yang kita ketahu. Anak

tunggal dibesarkan dalam suatu keluarga tanpa adanya anak lain. Jadi

pengasuhnya dipusatkan pada anak tersebut secara total. Secara umum ada

keterikatan yang kuat antara anak tunggal dengan orang tua atau siapapun

yang mengasuhnya. Hal ini bisa terjadi karena sejak bayi perhatian

terpusat pada si anak. Dan dalam perkembangan selanjutnya, anak tersebut

memiliki semua kesempatan untuk berinteraksi dengan orang tuanya tanpa

adanya saudara lain.

Berikut diuraikan beberapa faktor yang dapat menjadi kelebihan

maupun kekurangan anak tunggal, yakni sebagai berikut :

1. Ada hubungan orang tua – anak yang sangat dekat yang menjadi modal

bagi anak dalam bersosialisasi dengan teman sebaya.

2. Orang tua cenderung overprotektif.

3. Orang tua cenderung mengasuh anak secara permisif, namun juga bisa

secara demokratis.
17

4. Ketegangan minimal dalam keluarga karena tidak ada persaingan antar

saudara.

5. Orang tua relatif lebih mampu memberi anak berbagai kesempatan

untuk mengembangkan kemampuan, seperti les, jadi anggota klub

tertentu, dan lain-lain.

6. Orang tua cenderung memiliki harapan terlalu tinggi agar anaknya

mencapai prestasi di sekolah di bidang olah raga atau sosial.

7. Anak mendapat lebih banyak kebebasan untuk menentukan peran

dirinya (Perkembangan Anak : 80).

Bagaimanapun rasa sayang dan rasa cinta kita terhadap anak kita.

Apabila anak kita sudah besar dan dewasa, kita sebagai orang tua harus

melepaskannya demi kebaikan bersama. Anak-anak kita melanjutkan

segala kegiatan-kegiatan kita sebagai penerus bangsa. Anak-anak kita

adalah aset-aset bangsa yang harus kita isi, dilatih dan dibina dengan

sebaik-baiknya.

Jadi sikap mandiri sangatlah penting bagi seorang anak karena

untuk bekal kehidupan kelak sepanjang hidupnya. Bagaimanapun

sayangnya dan berkuasanya kita, suatu hal yang tidak bisa kita jamin

adalah kita tidak mungkin bisa mendampingi anak-anak kita sepanjang

hidupnya. Suatu saat kita harus rela melepaskan anak pergi “mengepakkan

sayap” mereka dan terbang meraih dunianya sendiri. Suatu saat pula kita

masih bisa membina anak-anak kita perlu memastikan bahwa nilai-nilai

yang kita tanamkan dan tumbuhkan akan cukup buat anak-anak kita

sebagai modal dalam kehidupan mereka selanjutnya.


18

B. Cara Menumbuhkan Kemandirian pada Anak, Khususnya Anak Tunggal

Sejak bayi dilahirkan, bayi akan berkembang secara bertahap

melalui interaksi dengan orang tuanya. Kemudian juga pendidik dan orang

lain yang ada di lingkungannya. Apalagi dengan anak tunggal, biasanya

orang tua mempunyai perhatian yang lebih sehingga dalam perkembangannya

anak kurang mandiri. Pada bulan dan tahun pertama kehidupannya

merupakan masa yang penting dan rawan dalam perkembangan anak. Bila

orang tua kurang menyadari pentingnya arti kualitas hubungan serta sikap

penuh kasih sayang pada masa ini, maka anak bisa mengalami berbagai

masalah dan gangguan yang serius di kemudian hari. Sebaliknya bila

kebutuhan anak terpenuhi secara seimbang dalam awal kehidupannya, di

kemudian hari ia berkembang menjadi individu yang bahagia dan

diharapkan mampu mewujudkan potensi-potensinya secara optimal.

Maka dari itu, orang tua harus bisa mengasuh anak dengan baik

baik agar perkembangannya menjadi optimal. Khusus untuk anak tunggal,

ada beberapa petunjuk mengasuh anak tunggal (Perkembangan Anak : 80)

yaitu :

1. Beri anak kesempatan untuk bergaul dengan saudara atau teman

sebayanya, agar anak itu bisa belajar bersaing, bernegoisasi dan

berbagi. Kesempatan ini jarang terjadi mengingat anak tidak memiliki

kakak atau adik.

2. Berikan anak lebih banyak kebebasan untuk menjadi diri sendiri,

memberi anak kesempatan mengembangkan minat dan kemampuannya


19

sendiri, bukan minat orang tua. Orang tua dapat menyediakan berbagai

sarana seperti buku-buku, mainan, alat-alat pertukangan, kedokteran,

dan lain-lain.

3. Anak tunggal sering punya masalah yang khas, yaitu sulit bergaul di

sekolah. Bila hal ini terjadi, sebagai orang tua, pendidik bantulah anak

tersebut karena bagaimanapun juga mereka perlu dilatih untuk

menghadapi kenyataan sosial yang tidak selalu manis di sepanjang

hidupnya.

Pada masa ini perkembangan anak mulai beranjak untuk menjadi

manusia sosial dan belajar bergaul dengan orang lain. Anak mengembangkan

banyak kemampuan dan keterampilan baru yang sebelumnya belum bisa

anak lakukan. Pada masa ini aka mengembangkan otonominya seiring

dengan pengembangan berbagai keterampilan (motorik kasar dan halus,

bahasa, dan lain-lain). Anak menikmati kegiatan menjelajahi duni di

sekitarnya. Masa-masa ini adalah proses belajar yang dilalui melalui

interaksinya dengan orang-orang dan di dunia sekitarnya. Proses belajar

yang anak lalui lebih bersifat alamiah dan tidak terstruktur (dibandingkan

dengan proses belajar di masa sekolah) namun, dalam beberapa hal anak

akan terasa lebih menyenangkan karena anak masih menikmati kebebasannya.

Menurut Gael Lindenfield (1997 : 14), orang tua harus mulai

memikirkan gizi apa yang sesungguhnya dibutuhkan anak-anak dalam

perjalanan perkembangan mereka agar kemampuan mereka untuk merasa

mandiri dalam ditumbuhkan sepenuhnya. Ia membaginya menjadi delapan

bidang utama, yaitu sebagai berikut :


20

1. Cinta

Anak perlu terus merasa dicintai tanpa syarat. Untuk perkembangan

harga diri yang sehat dan langgeng, mereka harus merasa bahwa

mereka dihargai karena keadaan mereka sesungguhnya bukan keadaan

mereka yang seharusnya atau seperti yang diinginkan orang lain.

2. Rasa Aman

Ketakutan dan kekhawatiran adalah musuh terbesar dari rasa percaya

diri. Anak yang selalu khawatir bahwa kebutuhan dasar mereka tidak

akan terpenuhi atau bahwa dunia lahiriah atau batiniah mereka setiap

saat bisa pecah berhamburan, akan sulit mengembangkan pandangan

positif tentang diri mereka, orang lain dan dunia pada umumnya. Bila

anak merasa aman, mereka secara otomatis akan mencoba mengembangkan

kemampuan mereka sehingga anak dengan mandiri dan percaya diri

menjawab tantangan serta berani mengambil risiko yang menarik.

3. Model Peran

Sebagai pendidik dan orang tua, mengajarkan anak lewat contoh adalah

cara yang paling efektif dalam mengembangkan sikap dan keterampilan

sosial yang diperlukan anak untuk menambah kemandiriannya.

4. Hubungan

Untuk mengembangkan kemandirian terhadap segala macam hal, anak

perlu mengalami dan bereksperimen dengan beranekaragam hubungan,

dari yang dekat dan akrab di rumah sampai ke yang lebih asing.
21

5. Kesehatan

Kita tahu, misalnya bahwa anak yang kurang gizi tidak bisa belajar

efektif dan karena itu tidak dapat menggunakan kemampuannya

sepenuhnya. Kita juga tahu bahwa anak-anak berkembang bila

kesehatan mereka baik dalam masyarakat bisa dipastikan bahwa anak

yang tampak sehat biasanya mendapat lebih pujian, perhatian,

dorongan moral bahkan semangat.

6. Sumber Daya

Nenek moyang kita zaman dulu yang hidup di gua-gua barangkali tidak

memerlukan uang atau sumber daya material atau pendidikan untuk

mengembangkan rasa mandiri, tetapi kini kita hidup di zaman modern.

Anak-anak memiliki banyak sumber daya seperti buku, mainan, alat

musik, fasilitas olahraga, les tambahan dan perjalanan pasti lebih

beruntung dibandingkan dengan mereka yang pilihannya terbatas.

Sumber daya itu tentu saja bukan merupakan keharusan untuk

perkembangan inti rasa mandiri, tetapi kalau dipakai dengan baik dan

tepat, bisa memberi dorongan yang kuat karena menyediakan jenis

kesempatan yang memajukan perkembangan kemampuan anak dan

memungkinkan mereka memakai kekuatan mereka atau memperbaiki

kelemahan mereka.

7. Dukungan

Selain sumber daya, di sini anak juga membutuhkan dorongan dan

pembinaan bagaimana menggunakan sumber daya ini demi kemajuan


22

mereka. Mereka membutuhkan orang yang menjadi akar bagi mereka,

agar mereka lebih mandiri dan terampil. Orang yang memberi pada

mereka umpan balik yang jujur dan membangun baik mereka berhasil

maupun gagal. Dukungan juga merupakan faktor utama dalam membantu

anak sembuh dari pukulan terhadap rasa percaya diri dan mandiri.

8. Hadiah

Meskipun proses mengembangkan rasa mandiri itu sendiri bisa

mengasyikan dan menyenangkan, tetapi kadang-kadang tidak demikian.

Hadiah untuk usaha dan hasil dalam perjalanan ke tujuan kita yang

lebih jauh seringkali bukan saja diinginkan, tetapi juga perlu sekali.

Anak-anak jelas bukan merupakan kekecualian dan segala macam

aturan. Anak yang cukup beruntung menerima “buah jerih payah”

secara teratur dan cukup banyak (tentu saja tidak perlu berupa hadiah

barang) untuk usaha mereka, cenderung mempertahankan keinginan

alamiah mereka akan tantangan yang mendorong moral, dibandingkan

dengan anak yang tidak mendapatkan hal itu.

Sebagai orang tua dan pendidik, kita mencoba meletakkan dasar-

dasar rasa mandiri untuk anak kita, hal itu sangatlah penting untuk

mencapai keseimbangan yang baik. Dalam periode pra sekolah, anak

dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan berbagai orang dari

berbagai tatanan yaitu keluarga, sekolah, dan teman sebaya. Perkembangan

kelekatan anak dengan pengaruh pertamanya sangat penting dalam

mengembangkan emosinya dalam tatanan lingkungan baik di dalam


23

maupun di luar keluarga. Anak pra sekolah biasanya telah mampu

mengembangkan keterampilannya yang sederhana dan perkembangan

tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sehingga

dapat memikat orang lain.

Anita Lie dan Sarah Prasasti (2004 : 26), menemukan bahwa ada

beberapa cara untuk membina anak menjadi mandiri. Cara tersebut bisa

digunakan juga untuk membina kemandirian anak tunggal, antara lain

sebagai berikut :

1. Memberi tugas kepada anak untuk membereskan dan menyimpan

barang-barang miliknya. Anak mulai mengenali barang-barang

miliknya dan mulai mempunyai rasa memiliki.

a. Orang tua dapat mulai menumbuhkan rasa mandiri anak dengan

memberi tugas-tugas sederhana, seperti membereskan mainan,

mengembalikan buku atau membawa perangkat makan.

b. Jika memungkinkan fasilitasi anak dengan perabotan anak.

Perabotan anak yang didesain sesuai dengan daya jangkau dan

ukuran tubuh anak.

2. Ajarkan anak untuk bertanggung jawab atas barang-barang miliknya.

Orang tua dapat memberi kepercayaan kepada anak untuk bertanggung

jawab atas barang miliknya pada saat anak berada di luar rumah. Hal

ini penting bagi anak karena pada saat menginjak usia sekolah. Anak

telah menjadi bagian dari masyarakat sosial yang akan banyak

menghabiskan waktu di luar rumah.


24

3. Mandi dan membersihkan diri secara mandiri.

Rasa ketergantungan yang besar terhadap anak dewasa di sekitar secara

bertahap mulai dihilangkan. Mandi sendiri juga merupakan bentuk

kemandirian anak untuk menjaga kebersihan diri dan bentuk tanggung

jawab sederhana atas sikap terhadap dirinya.

4. Membuka dan mengenakan pakaian, celana dan sepatunya sendiri.

Secara umum perkembangan fisik anak akan berjalan seirama dengan

kemampuan motoriknya, baik motorik kasar dan halus. Orang tua perlu

mengarahkan anaknya pada tugas dan kegiatan yang kondusif dan

mendukung perkembangannya. Kemandirian untuk berpakaian dan

bersepatu akan meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Di

samping itu juga akan menumbuhkan kesadaran anak akan kemampuan

sensoriknya serta mengembangkan sikap positif terhadap dirinya.

5. Merapikan rambut sendiri.

Merapikan rambut merupakan hal yang tidak mudah bagi anak

perempuan. Anak membutuhkan bantuan ibu atau pengasuh untuk

menyisir, mengepang, menguncir bahkan memasang jepit. Ajarkan

anak untuk secara mandiri mengurus rambutnya. Dengan demikian ia

akan membiasakan diri untuk tampil dengan rambut rapi. Beri

kesempatan anak untuk mencoba dan beri pujian untuk usaha yang dia

lakukan walaupun mungkin hasilnya tidak memuaskan.


25

6. Mengenal dan menghargai waktu.

Orang tua perlu membina anak secara dini untuk menumbuhkan anak

menjadi pribadi yang menghargai waktu, bertanggung jawab, mandiri

dan dapat diandalkan. Dalam hal ini orang tua idealnya adalah model

yang pertama dan paling berpengaruh bagi anak.

7. Membagi waktu

Membagi waktu adalah pekerjaan yang tidak mudah bahkan bagi orang

dewasa sekalipun. Anak membutuhkan waktu dan bimbingan untuk

memahami perlunya keseimbangan antara waktu menikmati masa

kanak-kanak (bermain) yang memang menjadi hak tiap anak dan waktu

untuk melakukan rutinitas sehari-hari (makan, mandi, tidur) dan tugas-

tugas sekolah yang merupakan kewajibannya. Anak seringkali

melupakan waktu dan terbenam dalam berbagai macam permainan

menarik seperti halnya play station, komputer dan sebagainya.

Demikian pula dalam mengajarkan anak untuk membagi waktu dengan

baik, orang tua perlu memberikan contoh nyata :

a. Buatlah jadwal sederhana, misalnya : menonton TV dan bermain.

b. Beri contoh bahwa kita juga berusaha membagi waktu dan menjaga

keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Kita juga harus selalu

hadir pada hari-hari penting anak. Misalnya hari ulang tahun, hari

penerimaan raport dan sebagainya.

8. Belajar untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf jika melakukan

kesalahan. Orang tua perlu membantu anak tumbuh sebagai pribai utuh
26

yang bertanggung jawab atas ucapan dan tindakan. Anak perlu

memahami sejak dini bahwa melakukan kesalahan adalah hak yang

sangat manusiawi. Seringkali anak mengelak dari tanggung jawab

karena takut, menghindari hukuman atau gengsi.

9. Tidur di kamar terpisah dari orang tua.

Jika memungkinkan, sebaiknya anak memiliki kamar tidur pribadi.

Keberanian untuk tidur di kamar sendiri merupakan bentuk

kemandirian anak. Namun kita perlu memahami rasa takut dan cemas

anak yang mungkin timbul misalnya ketakutan anak akan gelap atau

hantu. Dorong dia agar lebih berani, sekali waktu jika anak

merindukan untuk dapat tidur bersama orang tua, perbolehkan ia untuk

1/2 malam. Hal itu dilakukan secara bertahap dan antar anak ke

kamarnya dan luangkan waktu untuk mengobrol atau mendongeng.

Pada awalnya, tunggu anak sampai tidur.

10. Beri anak kesempatan untuk menentukan pilihannya.

Anak perlu mendapat kesempatan untuk belajar menimbang dan

menentukan pilihannya. Dengan demikian dia akan terbiasa mengambil

keputusan tanpa tergantung pada orang lain. Orang tua dan pendidik

memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar mulai dengan hal-

hal sederhana sesuai dengan kapasitas anak.

11. Biarkan anak mengambil bagian dalam pekerjaan rumah.

Ajarkan anak untuk membantu dan mengambil bagian dalam kegiatan

rutin keluarga. Dengan memberi tugas-tugas sederhana, libatkan anak


27

untuk mengambil bagian dalam tanggung jawab bersama. Selagi itu

kegiatan semacam ini (ringan dan sederhana) akan mendekatkan tiap

anggota keluarga.

12. Ajar anak belajar menabung.

Di tengah masyarakat yang kian konsumtif, orang tua perlu

memperkenalkan kebiasaan menabung sedini mungkin. Pemahaman

anak akan arti dan nilai uang sendiri memang masih sangat abstrak.

Namun, kebiasaan ini perlu dipupuk sehingga anak akan terbiasa

menghargai uang dan bertanggung jawab atas uangnya.

13. Dampingi anak dalam menyelesaikan masalah-masalah di sekolah

sendiri.

Orang tua perlu memberikan kebebasan kepada anak untuk berpikir

dan berusaha menyelesaikan masalah. Orang tua yang selalu berusaha

memecahkan masalah anak akan menghalangi anak untuk bersikap

mandiri. Selain itu juga, menciptakan ketergantungan anak pada orang

tua dan tidak mampu mencari solusi. Tentu saja campur tangan orang

tua perlu selalu diberikan dengan cara mendampingi anak, memberi

saran atau pengertian dan menumbuhkan keberanian, namun bukan

dengan mengambil alih permasalahan itu.

14. Dorong anak untuk berani menerima tanggung jawab di luar rumah.

Setelah terbiasa menerima tanggung jawab dari orang tua di rumah,

dorong anak untuk mulai berani menerima tanggung jawab dari

lingkungan sosialnya. Sebagian anak akan menerima tugas ini dengan

bangga dan senang hati. Sebagian anak mungkin merasa gelisah,


28

enggan atau bahkan menolak. Pada umumnya, mereka merasa khawatir

atau cemas tidak dapat melakukan tanggung jawabnya dengan baik.

semangati mereka untuk berani menerima tanggung jawab itu.

15. Belajar mengetahui baik dan buruk.

Anak-anak menganggap penderitaan/segala sesuatu yang tidak

menyenangkan sebagai sesuatu yang buruk. Sedangkan segala yang

menyenangkan adalah baik. Sebagai bagian dari masyarakat sosial,

anak perlu belajar untuk tidak hanya melarang anak, beri dia

pemahaman dan alasan, beri anak teladan yang baik. Dengan demikian

anak akan tumbuh sebagai pribadi yang bertanggung jawab atas diri

dan tindakannya.

16. Beri ia pujian atas kemandirian dan tanggung jawab.

Pujian orang tua akan menjadi reinforcement atau faktor penguat bagi

anak berbuat baik lagi. Jangan menunda pujian untuk anak, katakan

segera setelah kita melihat usahanya, karena hal itu sangat berarti

baginya. Katakan pujian kita dengan sepenuh hati. Satu hal yang perlu

diingat orang tua adalah tidak hanya menghargai hasil akhir yang baik

dari usaha anak, namun juga harus menghargai proses mental yang

telah dilalui anak. Apresiasi orang tua atas usaha anak akan membuat

anak merasa dipahami. Hal ini akan memacunya untuk berusaha lebih

keras lagi.

17. Memberikan penjelasan tentang peraturan, tata tertib, maupun norma

sosial.

Anak membutuhkan waktu untuk memahami perlunya segala bentuk

tata tertib, peraturan maupun norma yang berlaku di masyarakat.


29

a. Luangkan waktu untuk menjawab setiap pertanyaan.

b. Beri anak jawaban yang benar dan memuaskan anak, meskipun kita

sibuk.

c. Ambillah contoh dalam kehidupan sehari-hari tentang pentingnya

peraturan dan tata tertib itu.

d. Ambil setiap kesempatan untuk memberi anak alasan dan

penjelasan yang ia butuhkan. Pemahaman anak secara perlahan

akan menumbuhkan kesadaran. Inilah yang kelak akan memupuk

tanggung jawabnya.

18. Jadilah manusia yang bertanggung jawab.

Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab, terlebih dahulu kita harus

berusaha untuk menjadi orang yang bertanggung jawab, baik pada

keluarga, pekerjaan maupun masyarakat. Sebagai orang tua dapat

melakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Jadilah orang tua yang bertanggung jawab. Bagilah waktu untuk

pekerjaan dan keluarga. Bina hubungan yang harmonis dengan

anak-anak kita. Hadirlah selalu dalam acara-acara penting bagi

anak. Dampingi anak melalui masa-masa sulit mereka.

b. Jadilah anggota masyarakat yang bertanggung jawab, taatilah

hukum.

c. Ambillah bagian dalam kegiatan kemanusiaan.

19. Bina hubungan erat antara orang tua dan anak.

Sebagian orang menganggap hubungan erat antara orang tua dan anak

akan menciptakan ketergantungan dalam membuat anak tidak mandiri.


30

Padahal sebaliknya hubungan harmonis orang tua dan anak justru dapat

mengembangkan kemandirian anak secara maksimal. Di bawah ini

yang dapat dilakukan sebagai orang tua adalah :

a. Berbicaralah kepada anak tentang apa yang kita lakukan atau siapa

yang kita temui hari ini.

b. Luangkan waktu untuk kegiatan dan acara keluarga, misalnya acara

menonton TV bersama, dapat berkembang menjadi obrolan ringan

dengan anak. Ajarkan anak berbicara tentang tokoh dalam film

yang ia idolakan. Biarkan ia menceritakan nilai-nilai yang ia

kagumi dari tokoh tersebut.

c. Pilihlah buku-buku yang dapat dibaca bersama anak. Jadikan waktu

itu menyenangkan. Tanamkan nilai-nilai moral kepada anak.

C. Kendala-Kendala yang Dihadapi Orang Tua Melalui Pendidikan


Keluarga yang Menghambat Kemandirian Anak, Khususnya Anak
Tunggal serta Cara Mengatasinya

Dalam meningkatkan sikap kemandirian pada anak, mungkin tidak

berjalan seperti yang kita harapkan. Banyak kendala-kendala yang kita

hadapi sebagai penghambat perkembangan dalam segala hal pada diri

anak. Lingkungan rumah merupakan lingkungan yang sangat penting

dalam hal kegiatan belajar anak. Dalam berbagai hal sekolah merupakan

suplemen lingkungan rumah. Dengan demikian integrasi antara rumah dan

sekolah adalah sangat penting.


31

Pada kenyataannya lingkungan keluarga atau lingkungan rumah

tidak selalu mampu memberikan pengalaman yang terbaik baik

perkembangan anak, khususnya bagi anak tunggal banyak sekali kendala

yang dihadapi. Kendala-kendala tersebut antara lain :

1. Menurut Soemiarti Patmonodewo (1995 : 27), masalah sosial dan

emosionalnya yang sering muncul pada anak usia pra sekolah adalah :

a. Rasa cemas yang berkepanjangan atau takut yang tidak sesuai

dengan realitas.

b. Kecenderungan depresi, permulaan dari sikap apatis dan

menghindari dari orang-orang di lingkungannya.

c. Sikap yang bermusuhan terhadap anak dan orang lain.

d. Gangguan tidur, gelisah, mengigau, mimpi buruk.

e. Gangguan makan, misalnya nafsu makan sangat menurun.

2. Orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

3. Kebutuhan-kebutuhan atau fasilitas bermain anak yang tidak tercukupi.

4. Anak-anak yang terlalu bandel.

5. Menurut Anita Lie dan Sarah Prasasti (2004 : 28), menyatakan :

“Seringkali para orang tua mengambil alih tanggung jawab anak

misalnya dalam kegiatan mandi dan membersihkan diri secara mandiri

dengan alasan : kalau mandi sendiri kurang bersih atau kalau mandi

sendiri terlalu lama, menghabiskan air, dan mengotori kamar mandi.

Seringkali orang tua merasa lebih mudah mengerjakan suatu hal untuk

anak daripada membiarkan anak-anak mengerjakannya sendiri.


32

6. Kesehatan dan gizi bagi anak yang jauh dari cukup.

7. Keadaan ekonomi yang rendah atau kemiskinan.

8. Lingkungan yang terisolasi atau lingkungan yang kurang mendukung

perkembangan anak.

9. Tuntutan hidup anak yang tidak terpenuhi.

Untuk menghadapi kendala tersebut sangat diperlukan adanya

saling pengertian dan kerjasama yang erat antara orang tua dan pendidikan

dalam usaha mencapai tujuan bersama yaitu kemandirian pada anak

tunggal. Sehingga perlu diadakan program-program yang menangani

pendidikan pra sekolah khususnya dan anak-anak pada umumnya bekerja

sama dengan para keluarga, agar anak-anak usia dini telah mempunyai

dasar perkembangan selain cara-cara tersebut, dapat dilakukan juga

dengan :

1. Sebagai orang tua yang sibuk, kita harus meluangkan waktu untuk

anak-anak karena akan berdampak pada perkembangan anak. Jika di

sekolah aak kita diadakan pertemuan, sebaiknya sebagai orang tua kita

harus menghadiri setiap pertemuan itu sangat begitu penting karena

suatu alasan tertentu. Pertama, pertemuan itu memberikan kesempatan

bagi anak untuk memperlihatkan kepada kita tempat dia meluangkan

waktunya setiap hari di luar rumah. Kedua, pertemuan di sekolah akan

memberikan kesempatan kepada anak untuk memperlihatkan kepada

kita berupa karyanya. Dengan menemui guru, kita dapat mengetahui

fakta yang penting tentang dirinya sehingga kita dapat mencegah


33

timbulnya masalah sejak dini. Selain itu, juga berarti kita mengirimkan

pesan bahwa kita sangat mendukung kegiatan sekolah, peran para guru,

kepala sekolah dan masalah pendidikan. Bila mungkin tanggapi

permintaan guru anak kita yang memohon bantuan kita sebagai orang

tua. Itu bisa berarti ikut mendampingi suatu kunjungan lapangan atau

acara lain di sekolah.

2. Fasilitas-fasilitas bermain anak harus tercukupi karena bermain adalah

suatu kegiatan yang sangat penting bagi anak-anak. Bermain

merupakan salah satu acara atau jalan bagi anak untuk mengungkapkan

hasil pemikiran perasaan serta cara mereka menjelajahi dunia

lingkungannya. Bermain juga membantu anak dalam menjalin

hubungan sosial antar anak.

Dengan demikian para orang tua dan guru sebaiknya menyadari akan

kegiatan bermain anak, khususnya kegiatan bermain yang hendak

ditingkatkan. Bermain dapat membantu perkembangan anak. Baik

keterampilan motorik kasar dan halus, perkembangan kognitif, sosial

dan emosional. Melalui bermain anak akan mengembangkan

kemampuannya dalam menyelesaikan masalah, belajar menampilkan

emosi yang diterima lingkungannya, dan juga belajar bersosialisasi

agar kelak terampil dan berhasil menyesuaikan diri dalam kelompok

teman, sehingga kita harus cukup dalam memberikan waktu, ruang dan

materi, agar dapat mengembangkan keterampilannya.


34

3. Menurut Anita Lie dan Sarah Prasasti (2004 : 28),

Orang tua seringkali tidak puas dengan hasil dari proses belajar anak

membersihkan dirinya. Hal ini seringkali menghalangi anak untuk

belajar mandiri secara dini. Oleh karena itu, diperlukan langkah-

langkah sebagai berikut :

a. Ajarkan anak untuk dapat membersihkan dirinya sendiri. Tunjukkan

kepada anak cara membersihkan dirinya sendiri secara benar,

peragakan hal-hal yang seringkali tampak sepele bagi orang

dewasa, namun penting bagi anak.

b. Pada masa belajar, sediakan perlengkapan yang diperlukan.

c. Berikan pujian bagi anak jika ia melakukan hal yang benar.

d. Jangan mencela anak atas hasil akhir yang kurang sempurna dan

beri dia solusinya.

4. Kesehatan anak haruslah selalu kita perhatikan dan gizi yang diberikan

pada anak haruslah cukup paling tidak mengandung 4 sehat 5 sempurna.

Agar anak tidak cepat merasa bosan dengan makanan yang kita

berikan. Kita harus membuat pola jadwal menu makanan yang kita

berikan. Kita harus membuat makanan tersebut dengan penuh variasi

bahannya agar menarik bagi anak. Makanan yang kita buat harus aman,

bersih, dan bergizi. Apabila makanan tersebut bergizi, maka kesehatan

anak akan baik. Sehingga perkembangan fisik dan mental akan berjalan

seimbang sesuai perkembangannya.


35

5. Keadaan ekonomi keluarga juga sangat mempengaruhi perkembangan

anak. Tetapi orang tetap harus memenuhi apa yang diinginkan oleh

anak dan tetap memberikan latihan-latihan yang dapat menumbuhkan

sikap kemandirian anak sehingga anak tetap mandiri untuk bisa tampil

bersama teman-temannya dan orang lain.

6. Menyediakan lingkungan yang menunjang perkembangan anak.

Gael Lindenfield (1997 : 53), menyatakan bahwa secara ideal, anak-

anak membutuhkan lingkungan yang mengizinkan mereka untuk

berpetualang secara bebas dan bereksperimen sesuai pembawaan

mereka yang gemar petualangan. Dalam rumah modern rata-rata

keberanian mereka tentu saja sering perlu dibatasi. Tetapi

bagaimanapun juga, hendaknya kita mencoba menjamin bahwa tahun-

tahun pertama dari penjelajahan yang menarik itu tidak dihalang oleh

bahaya-bahaya dan batasan yang tidak perlu. Anak-anak memerlukan

lingkungan yang memungkinkan mereka melakukan hal-hal pribadi

tanpa terlalu banyak frustasi, bila mereka sudah siap dan mampu

melakukannya. Tidak banyak diantara para orang tua mampu

menyediakan kamar yang sengaja dibangun untuk anak perabot rumah

khusus. Meskipun demikian sesungguhnya yang akan memudahkan dan

mendorong anak untuk lebih mandiri.

7. Tuntutan hidup anak harus cukup terpenuhi.

Dalam memenuhi tuntutan hidup anak, Soemiarti Patmonodewo (1995 :

100), menyatakan : ada beberapa cara atau jalan antara lain :


36

a. Bekerja sama dengan orang tua murid.

Partisipasi orang tua di sekolah pada umumnya guna meningkatkan

pretasi anak di sekolah. Keterlibatan orang tua di sekolah akan

meringankan guru dalam membina kepercayaan diri anak,

mengurangi masalah disiplin murid, dan meningkatkan motivasi

anak. Pada guru yang menganggap para orang tua sebagai pasangan

atau rekan kerja yang penting dalam pendidikan pra sekolah akan

makin menghargai dan makin terbuka terhadap kesediaan kerjasama

orang tua.

b. Komunikasi dengan orang tua.

Orang tua mempunyai hak untuk mengetahui kemajuan anaknya

dan guru harus berespons terhadap rasa ingin tahu orang tua

terhadap anak. Sebaiknya antara guru dan orang tua terjalin

komunikasi yang timbal balik. Komunikasi efektif menuntut baik

orang tua maupun guru mengirimkan dan menerima keterangan

tentang anak. Chattermole dan Robinson (1985), mengemukakan 3

alasan pentingnya komunikasi yang efektif antara orang tua dengan

guru, yaitu :

1) Para guru harus mengetahui kebutuhan dan harapan anak dan

orang tua yang mengikuti program pendidikan pra sekolah.

2) Para orang tua memerlukan keterangan yang jelas mengenai

segala hal yang dilakukan pihak sekolah, baik program,

pelaksanaannya dan ketentuan-ketentuan yang diberlakukan di

sekolah tersebut.
37

3) Komunikasi yang baik akan membantu terselenggaranya proses

pendidikan yang baik.

Dengan teknik komunikasi dapat berlangsung melalui berbagai

bentuk atau cara dalam rentang komunikasi yang informal sampai

dengan yang formal, sehinggaakan diperoleh saling pengertian

antara kedua belah pihak. Teknik komunikasi manapun akan

meningkatkan pandangan dan pengertian para orang tua dan guru

tentang anak didik dan proses belajar mereka.

c. Kunjungan rumah.

Kunjungan rumah adalah salah satu bentuk kegiatan untuk

melakukan kemudahan komunikasi guru dengan orang tua.

Kunjungan rumah harus melalui perjanjian lebih dahulu, tetapi

waktu kedatangan sesuai dengan perjanjian. Sebaiknya kunjungan

hanya berlangsung 45 – 60 menit. Batasi diskusi-diskusi yang akan

dilakukan sesuai dengan yang telah direncanakan. Mendengarkan

adalah salah satu bagian yang penting dalam komunikasi yang

berhasil.

d. Pertemuan dengan orang tua.

Para guru harus menyadari pokok pembicaraan pertemuan tersebut,

sebaiknya guru menyiapkan bahan-bahan sebagai penjelasan kepada

para orang tua. Rencanakan pertemuan tersebut dengan baik

sehingga semua orang tua dapat hadir.


38

Sehingga diharapkan dengan adanya tulisan ini dapat mendorong

dan menggerakkan para orang tua dan pendidik khususnya Guru Taman

Kanak-Kanak (TK) serta pada lembaga pendidikan pada umumnya untuk

lebih memahami apa yang dibutuhkan oleh anaknya agar lebih mandiri.

Sebagai orang tua dan pendidik harus dapat mempelajari dan

memakai teknik sederhana dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu

membangun rasa sikap mandiri anak. Orang tua dan pendidik merupakan

orang yang mampu melakukannya sehingga mereka harus yakin pada

kemampuannya. Itu merupakan langkah pertama menuju pemberian contoh

yang positif dan keyakinan diri pada anaknya.

D.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Sikap mandiri sangatlah penting bagi kehidupan anak selanjutnya. Hal

tersebut juga akan mempengaruhi perkembangan mentalnya dan

merupakan mutu asuhan yang menentukan kemampuan anak. Suatu

saat orang tua harus rela melepaskan anak pergi untuk meraih dunianya

sendiri. Orang tua harus bisa membina anak dan perlu memastikan

bahwa nilai-nilai yang orang tua tanamkan dan tambahkan akan cukup

baginya sebagai modal dalam kehidupan mereka selanjutnya.

2. Cara menumbuhkan kemandirian pada anak tunggal yang tepat dari

orang tua dan anggota keluarga lainnya, antara lain : membiarkan anak

ikut serta mengambil keputusan. Untuk anak kita buatkan peraturan

sederhana, kita harus selalu menghargai kreativitas anak, memberikan

tugas ringan kepada anak, ajari anak untuk bertanggung jawab atas

tindakan mereka, mendampingi dan membantu menyelesaikan masalah

serta mengatasi kegagalan, mengenalkan, menghargai dan membagi

waktu kepada anak.

3. Kendala-kendala yang dihadapi orang tua melalui pendidikan dalam

keluarga yang menghambat kemandirian anak, khususnya anak

tunggal, antara lain : rasa gelisah dan takut pada anak, orang tua yang

terlalu sibuk bekerja, lingkungan yang kurang mendukung, fasilitas

yang tidak tercukupi, kesehatan dan gizi anak yang jauh dari cukup.

39
40

B. Saran

Saran yang akan disampaikan, yang dapat menumbuhkan kemandirian

pada anak, khususnya anak tunggal adalah :

1. Sebagai orang tua dan guru harus selalu memberikan bimbingan secara

moral dan memberi contoh teladan yang baik pada anak yang dapat

melalui kegiatan-kegiatan pembiasaan.

2. Sebagai guru dan orang tua khususnya harus memberikan kebutuhan

yang diperlukan anak karena mereka masih sangat membutuhkan

bantuan orang lain.

3. Sebagai orang tua yang sibuk, harusnya meluangkan waktu untuk anak

supaya orang tua dapat mengetahui perkembangan intelektualnya di

sekolah dan sebagai tanda respon bahwa kita sangat memperhatikan

segala kegiatan yang telah ia lakukan.

C.
DAFTAR PUSTAKA

Conger, dkk. 1997. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta : Arcan.

Hurlock, Elizabeth B. 1995. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.

Lie, Anita dan Prasasti Sarah. 2004. 101 Cara Membina Kemandirian dan
Tanggung Jawab Anak. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Patmonodewo, Soemiarti. 1995. Buku Ajar Pendidikan Prasekolah. Jakarta :


Depdikbud.

Tim Redaksi. 2003. Misteri Perilaku Anak Sulung, Tengah, Bungsu, dan
Tunggal. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Tim Redaksi. Perkembangan Anak A – Z.

Anda mungkin juga menyukai