Revolusi sosial hampir berawal dari adanya kecemburuan sosial antara golongan
sebagai dampak dari kondisi ekonomi dalam masyarakat yang terdiri dari kemiskinan dan
ketimpangan, baik ketimpangan antar daerah, antar golongan ataupun ketimpangan antar
sektor. Karena itu kerangka pembangunan Nasional Bangsa Indonesia menekankan pada azas
“Trilogi pembangunan” yang meliputi pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas, ketiga aspek
Trilogi pembangunan tersebut merupakan kondisi yang dinamis dan saling bergantian
prioritasnya penekananya dalam setiap rencana pembangunan ekonomi. Mana kala
pertumbuhan ekonomi di rasakan sudah cukup tinggi namun terdapat indikasi melebarnya
kesenjangan dan ketimpangan tingkat pertumbuhan ekonomi antar daerah atau golongan, maka
pemeritah memberikan prioritas penekanan pada aspek pemerataan dengan tidak meningalkan
kedua aspek lainnya. Demikian pula pada saat stabilitas ekonomi di perlukan, maka penekanan
pada aspek ini lebih nyata.
Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan sumber
daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah.
Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan
juga menjadi berbeda. Karena itu, tidaklah mengherankan bilamana pada setiap daerah
biasanya terdapat wilayah maju (Developed Region) dan wilayah terbelakang
(Underdeveloped Region). Terjadi ketimpangan antar wilayah ini membawa implikasi
terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah. Karena itu aspek ketimpangan
pembangunan antar wilayah ini juga mempunyai implikasi pula terhadap formulasi kebijakan
pembangunan derah yang dilakukan oleh pemerintah daerah ketimpangan pembangunan dapat
terjadi apa bila pendapatan dan pengeluaran Nasional suatu Negara tidak seimbang sedangkan
faktor modal atau Investasi mengalami kemerosotan, di samping faktor keamanan dan stabilitas
ekonomi suatu Negara. Selain itu tingginya tingkat pengangguran juga berpengaruh terhadap
pembangunan ekonomi di suatu daerah.Selain itu menurut Emilia dan Imelia (2006) dalam
buku Modul Ekonomi Regional faktor-faktor penyebab ketimpangan pembangunan ekonomi
adalah:
Konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi di daerah tertentu merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan antar daerah. Ekonomi dari
daerah dengan konsentrasi tinggi cenderung tumbuh pesat dibandingkan daerah yang tingkat
konsentrasi ekonomi rendah cenderung mempunyai tingkat pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi yang lebih rendah.
2. Alokasi Investasi
Kurang lancarnya mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan kapital antar
wilayah merupakan penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi regional. Hubungan antara
faktor produksi dan kesenjangan pembangunan atau pertumbuhan antar wilayah dapat di
jelaskan dengan pendekatan mekanisme pasar. Perbedaan laju pertumbuhan ekonomi akan
menyebabkan perbedaan pendapatan perkapita antar wilayah dengan asumsi bahwa
mekanisme pasar output atau input bebas.
Menurut Kaum Klassik Pembangunan ekonomi di daerah yang kaya SDA akan lebih
maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan di daerah yang miskin SDA. Dalam arti
SDA dilihat sebagai modal awal untuk pembangunan yang selanjutnya harus dikembangkan
selain itu diperlukan fakor-faktor lain yang sangat penting yaitu teknologi dan SDM.
Disparitas antar wilayah juga diakibatkan oleh kebijakan pemerintah yang menekankan
pertumbuhan ekonomi dengan membangun pusat - pusat pertumbuhan sehingga menimbulkan
kesenjangan antar wilayah yang ekstrim. Selain itu akibat trickle down effect yang tidak terjadi
secara efektif dan justru backwash effect yang mengakibatkan eksplotasi sumberdaya secara
berlebihan dari wilayah hinterland. Ketidakefisienan bidang administrasi juga menjadi
penyebab disparitas antar wilayah. Wilayah yang tidak memiliki administrator jujur, terpelajar,
terlatih dan sistem admistrasi yang efisien sulit untuk mengalami perkembangan dibanding
wilayah yang memiliki administrasi efisien. Hal tersebut dikarenakan keunggulan sistem
administrasi mampu mengundang investasi karena proses perijinan yang mudah.
Kondisi sosial dan budaya masyarakat yang tertinggal umumnya tidak memiliki
institusi dan perilaku kondusif bagi perkembangan ekonomi. Masyarakat yang masih primitif,
kepercayaan tradisional dan nilai sosial yang konservatif dan menghambat perkembangan
ekonomi menjadi salah satu faktor penyebab disparitas wilayah terjadi.
Faktor ekonomi yang menyebabkan terjadinya disparitas wilayah dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :