Anda di halaman 1dari 90

DRAFT 6 JULI 2015

RANCANGAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR … TAHUN …..
TENTANG
PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION ON STANDARDS OF
TRAINING, CERTIFICATION AND WATCHKEEPING FOR FISHING
VESSEL PERSONNEL, 1995

(KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG STANDAR PELATIHAN,


SERTIFIKASI DAN TUGAS JAGA BAGI AWAK KAPAL PENANGKAP
IKAN, 1995)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. dalam rangka meningkatkan keselamatan jiwa,


harta benda di laut serta perlindungan
lingkungan laut melalui kesepakatan bersama
untuk menetapkan standar internasional
pelatihan, sertifikasi dan tugas jaga bagi orang
yang bertugas diatas kapal penangkap ikan, di
London telah diadopsi oleh International Maritime
Organization pada konferensi internasional yang
diadakan tanggal 26 Juni sampai dengan 7 Juli
1995 International Convention on Standards of
Training, Certification and Watchkeeping for
Fishing Vessel Personnel 1995, (Konvensi
Internasional tentang Standar Pelatihan,
Sertifikasi dan Tugas Jaga Bagi Awak Kapal
Penangkap Ikan) 1995;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu mengesahkan
Konvensi tersebut dengan Peraturan Presiden;
Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1), dan Pasal 11 Undang-Undang
Dasar 1945;
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000
tentang Perjanjian Internasional (Lembaran
Negara Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4012);
3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4433), sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 45
Tahun 2009 (Lembaran Negara Tahun 2009
Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5073);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran (Lembaran Negara Tahun
2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4849);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN
INTERNATIONAL CONVENTION ON STANDARDS
OF TRAINING, CERTIFICATION AND
WATCHKEEPING FOR FISHING VESSEL
PERSONNEL, 1995 (KONVENSI INTERNASIONAL
TENTANG STANDAR PELATIHAN, SERTIFIKASI
DAN TUGAS JAGA BAGI AWAK KAPAL
PENANGKAP IKAN).

Pasal 1

Mengesahkan International Convention on Standards of Training,


Certification and Watchkeeping for Fishing Vessel Personnel, 1995,
(Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan, Sertifikasi dan
Tugas Jaga bagi Awak Kapal Penangkap Ikan, STCW-F 1995, yang
naskah aslinya dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam
Bahasa Indonesia sebagaimana terlampir dan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.

Pasal 2

Apabila terjadi perbedaan penafsiran antara naskah terjemahan


International Convention dalam bahasa Indonesia dengan naskah
aslinya dalam bahasa Inggris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1,
maka yang berlaku adalah naskah aslinya dalam bahasa Inggris.
Pasal 3

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal …..
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ... NOMOR …


8.05.08

NASKAH PENJELASAN
PENGESAHAN KONVENSI STANDARS OF TRAINING,
CERTIFICATION AND WATCHKEEPING – FOR FISHING
VESSEL PERSONNEL (STCW – F 1995)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pekerjaan di atas kapal penangkap ikan memiliki karakteristik


pekerjaan bersifat 3d yaitu ”kotor (dirty)”, ”membahayakan
(dangerous)” dan ”sulit (difficult)”. Untuk mengisi pekerjaan tersebut
diperlukan awak kapal yang memenuhi kualifikasi keahlian dalam
keselamatan (safety), navigasi (navigation), pengoperasian kapal (ship
operation) penangkapan ikan (fishing) guna memperkecil tingkat
kecelakaan dan kesulitan dalam setiap kegiatan di atas kapal.
Tingkat kecelakaan kapal penangkap ikan di tingkat dunia
menunjukan kenaikan demikian juga kecelakaan kapal penangkap
ikan di Indonesia. ILO memperkirakan 24.000 kapal penangkap ikan
di dunia mengalami kecelakaan fatal setiap tahunnya (ILO 1999).
Faktor penyebab kecelakaan kapal penangkap ikan adalah kesalahan
manusia (human error) sebesar 42 % karena keterampilan dan
keahlian awak kapal rendah, serta penyebab kecelakaan lainnya
dikarenakan kebakaran, kerusakan kapal karena kontruksi kapal
tidak tahan terhadap terjangan ombak besar, kandas, dan terbalik
karena stabilitas kurang baik (FAO, 2000).
Di sisi lain kegiatan penangkapan ikan yang tidak bertanggung
jawab menyebabkan terpolusinya laut baik oleh sisa bahan bakar
atau pelumas yang dibuang ke laut atau alat tangkap jaring yang
dibuang sembarangan di laut. Pembuangan air pencucian tanki
bahan bakar, atau pembuangan pelumas bekas ke laut menyebabkan
polusi. Pembuangan jaring dapat menyebabkan jebakan bagi hewan-
hewan laut termasuk ikan.
International Maritime Organisation (IMO) telah mengadopsi
standar pelatihan, sertifikasi dan dinas jaga kapal bagi awak kapal
penangkap ikan tahun 1995 yang dikenal dengan Standards of
Training, Certification and Watchkeeping for Fishing Vessel Personnel
(STCW-F) 1995. Konvensi Internasional STCW-F 1995 merupakan
pengembangan khusus dari Konvensi Internasional STCW 1978
amandemen 1995 yang diperuntukan bagi awak kapal niaga. Hasil
pengembangan ini dibahas dalam suatu Konperensi Internasional yang
diadakan di London dari tanggal 26 Juni – 7 Juli 1995. Konvensi
STCW-F 1995 diberlakukan secara internasional 12 bulan setelah
tidak kurang dari 15 (lima belas) negara menandatangani tanpa syarat
sebagai ratifikasi, penerimaan atau persetujuan atau telah

Naskah Penjelasan STCW-F 1995 1


8.05.08

menyampaikan instrumen: ratifikasi, penerimaan, persetujuan atau


penambahan anggota sesuai Pasal 11 Konvensi.
Konvensi diadopsi dalam rangka meningkatkan keselamatan jiwa,
harta benda di laut serta perlindungan lingkungan laut melalui
kesepakatan bersama untuk menetapkan standar internasional
pelatihan, sertifikasi dan tugas jaga bagi orang yang bertugas di atas
kapal perikanan. Tujuan terbaik dapat dicapai melalui penetapan
suatu Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan, Sertifikasi
dan Tugas Jaga bagi Awak Kapal Perikanan (1995). Konvensi ini
mengatur standar pendidikan dan pelatihan, sertifikasi awak kapal,
dinas jaga pada kapal penangkap ikan diutamakan pada kapal yang
berukuran panjang 24 meter atau lebih.
Sampai bulan Juli 2015, STCW-F 1995 telah diratifikasi oleh 17
negara, yakni Kanada, Kongo, Denmark, Islandia, Kiribati, Latvia,
Lithuania, Mauritania, Moroko, Namibia, Norwegia, Palau, Rusia,
Sierra Leone, Spanyol, Syria, dan Ukraina. Palau merupakan negara
ke-15 yang meratifikasi STCW-F pada tanggal 29 September 2011.
Sesuai dengan Pasal 12 STCW-F, Konvensi tersebut berlaku 12 bulan
setelah tanggal pendepositan instrumen ratifikasi oleh negara ke-15.
Dengan demikian, konvensi ini mulai berlaku pada tanggal 29
September 2012.
Indonesia memiliki armada penangkapan ikan sebanyak 555.190
unit kapal yang didominasi oleh kapal-kapal berukuran sekitar 5 GT.
Kapal-kapal berskala industri umumnya memiliki panjang kapal di
atas 24 meter berjumlah 330 unit kapal. Walaupun demikian data
menunjukan kapal-kapal yang berukuran panjang kurang dari 24
meter banyak yang berlayar di laut lepas untuk melakukan
penangkapan ikan sehingga memiliki potensi resiko kecelakaan relatif
tinggi. Sementara itu, jumlah awak kapal di Indonesia adalah
sebanyak 2,6 juta orang dan diperkirakan 7.260 orang bekerja pada
armada kapal berukuran panjang 24 meter atau lebih sedangkan
333.000 bekerja pada kapal-kapal penangkap ikan 12 – 24 m.
Untuk meningkatkan kualitas awak kapal armada penangkapan
nasional maupun awak kapal yang akan bekerja di kapal-kapal luar
negeri maka diperlukan lembaga pendidikan dan/atau pelatihan yang
mampu menghasilkan lulusan yang berstandar internasional STCW-F
1995, dimana lembaga pendidikan dan/pelatihan diwajibkan
menerapkan kurikulum, tenaga pengajar, sarana-prasarana dan
proses belajar mengajar dan sertifikasi mengikuti prinsip-prinsip
pendidikan dan atau pelatihan sebagaimana diatur dalam konvensi
STCW-F 1995.
Saat ini kurikulum pendidikan dan pelatihan kepelautanpada
lembaga pendidikan di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan
sudah mengacu kepada konvensi STCW-F 1995 namun belum
memiliki kekuatan hukum mengingat pemerintah Republik Indonesia
belum meratifikasi konvensi tersebut.

Naskah Penjelasan STCW-F 1995 2


8.05.08

Sejalan dengan rencana pengembangan perikanan tangkap


dimana armada perikanan skala kecil akan diarahkan ke daerah
penangkapan di laut dalam (deep sea fishing) tentu memerlukan awak
kapal yang berkualitas dan ukuran kapal yang lebih besar mengingat
kegiatan penangkapan di laut dalam merupakan usaha yang penuh
dengan risiko baik ditinjau dari keselamatan jiwa maupun risiko
bisnis maka peningkatan kualitas awak kapal menjadi hal sangat
penting melalui pendidikan dan pelatihan perikanan berstandar
internasional STCW-F 1995.
Kualitas awak kapal dimaksud meliputi kompetensi dalam
bernavigasi, pengendalian dan pengoperasian kapal perikanan, alat
tangkap ikan, metode dan teknik penangkapan, penanganan ikan,
permesinan kapal, elektrik dan elektronika, keselamatan pelayaran,
dan penangkapan.
Keahlian para pelaut dibuktikan dengan sertifikat kepelautan
berstandar internasional STCW-F 1995 untuk dapat diterima di
tingkat nasional maupun internasional sehingga para pelaut yang
akan bekerja di kapal-kapal penangkap ikan asing mampu bersaing
dengan pelaut dari negeri lain dan dapat menduduki jabatan nakhoda
atau perwira pada kapal-kapal luar negeri.
Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hukum Laut (UNCLOS
1982) dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 1985.
Konsekwensinya bahwa pemerintah RI tunduk pada semua aturan
yang ada dalam konvensi hukum laut 1982 dan
mengimplementasikannya dalam peraturan nasional. Ada beberapa
konvensi internasional yang berkaitan dengan kapal perikanan yang
perlu mendapat perhatian untuk mendapat pengesahan dari
pemerintah Republik Indonesia. STCW-F 1995 merupakan salah satu
turunan dari Konvensi Hukum Laut 1982 tersebut.
Pengesahan STCW-F 1995 tidak lepas dari perlunya kerjasama
internasional dalam pengembangan sumberdaya manusia awak
kapal, pengelolaan sumberdaya ikan, secara rasional, lestari dan
serasi sebagai mandat dari hukum laut Internasional 1982, dan
untuk mewarnai peraturan dan perundangan nasional dengan
peraturan internasional agar dalam proses selanjutnya dapat
berlangsung harmonis sesuai dengan standar internasional.
Persaingan dalam perdagangan ikan dunia dewasa ini melibatkan
mutu produk dan harga ikan. Mutu produk sangat dipengaruhi,
antara lain, oleh teknik penangkapan ikan, teknik penanganan pasca
tangkap, teknik pembongkaran ikan, dan teknik transportasi ke
tempat pendaratan ikan di pelabuhan perikanan. Efektifitas dan
efisiensi dalam penerapan kompetensi sangat dipengaruhi oleh
keahlian awak kapal penangkap ikan dan keterampilan dalam
mempergunakan peralatan/teknologi yang ada atau tersedia di atas
kapal. Efektifitas dan efisiensi dari kerja awak kapal perikanan
tersebut serta kualitas ikan yang dihasilkannya pada akhirnya akan
mempengaruhi biaya operasi kapal yang akan menjadi komponen

Naskah Penjelasan STCW-F 1995 3


8.05.08

penentuan harga. Oleh karena itu, awak kapal perikanan diharuskan


untuk memenuhi standar pelatihan tertentu untuk dapat
menghasilkan produk yang berkualitas.
Lembaga pendidikan dan pelatihan kepelautan perikanan
berkewajiban menghasilkan lulusan yang menguasai pengetahuan
minimum (knowledge) dan keahlian/ketrampilan (skills) serta
pemahaman (understanding) sesuai standar internasional
sebagaimana tertuang dalam Konvensi Bab II/3, II/4, II/5, dan II/6.
Lembaga pendidikan dan pelatihan wajib menggunakan kurikulum
sebagaimana diatur dalam STCW-F 1995 untuk menghasilkan
lulusan yang memenuhi kompetensi minimum.
Sedangkan petugas jaga laut di atas kapal perikanan diwajibkan
hanya dapat dilaksanakan oleh sumberdaya manusia yang memiliki
keahlian yang dibuktikan dengan sertifikat kepelautan serta harus
dalam keadaan tidak lelah (bugar).
Setiap peseta didik atau peserta pelatihan akan diberikan
sertifikat sebagai tanda bahwa awak kapal perikanan telah memenuhi
standar kompetensi yang dipersyaratkan yang diminta oleh ketentuan
internasional. Pelaksanaan tugas-tugas awak kapal tersebut perlu
dimonitor oleh petugas jaga yang bersertifikat pula sesuai ketentuan
STCW-F 1995.
Pengawasan terhadap pelaksanaan konvensi ini yakni memonitor
dan mengevaluasi terhadap standar-standar dan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan kepelautan perikanan, ujian kepelautan dan
sertifikasi serta endorsemen kepelautan serta pengawakan kapal
penangkap ikan oleh lembaga berwenang.

B. Tujuan Pengesahan STCW-F 1995


1. untuk meningkatkan standar pendidikan, pelatihan, sertifikasi dan
tugas jaga bagi awak kapal perikanan;
2. memposisikan awak kapal perikanan agar memperoleh pengakuan
dan peluang kerja di tingkat internasional.
3. meningkatkan kualitas lingkungan laut dengan mengurangi
terjadinya pencemaran laut akibat operasional kapal ikan;
4. meningkatkan kualitas penangkapan ikan dengan menerapkan
tata laksana penangkapan ikan yang bertanggung jawab;
5. untuk meningkatkan keselamatan jiwa dan harta benda di laut.

C. Materi Pokok STCW-F 1995


Konvensi Internasional tentang STCW-F 1995 merupakan
pengembangan khusus dari konvensi internasional tentang STCW
1978 yang diperuntukan bagi awak kapal niaga. Sedangkan STCW-F
1995 diperuntukan bagi awak kapal penangkap ikan. Karena awak
kapal penangkap ikan dianggap memiliki spesifikasi khusus, berbeda

Naskah Penjelasan STCW-F 1995 4


8.05.08

dengan kapal niaga, maka pengaturan tentang standar pelatihan,


sertifikasi dan tugas jaga bagi awak kapal penangkap ikan, dianggap
perlu diatur tersendiri dalam konvensi internasional yang terpisah
yang disebut STCW-F. Karena pembahasan pengaturan secara
terpisah dari STCW dilakukan terpisah pada tanggal 26 Juni s/d 7
Juli 1995, maka penyebutan konvensi internasional ini sering ditulis
STCW-F 1995.
STCW-F 1995 berisi ketentuan-kententuan pokok yang mengatur
hal-hal sebagai berikut:

1. Sertifikasi
Substansi pokok Konvensi Internasional STCW-F 1995 dimuat
dalam Pasal 6 (Lampiran I) yang menyatakan bahwa ”awak kapal
perikanan harus disertifikasi sesuai dengan ketentuan dalam lampiran
Konvensi ini”.
Sertifikasi tersebut meliputi:
a. Sertifikasi bagi nakhoda kapal perikanan dengan panjang 24 meter
atau lebih yang beroperasi di perairan tak terbatas.
b. Sertifikasi bagi perwira tugas jaga navigasi pada kapal perikanan
dengan panjang 24 meter atau lebih yang beroperasi di perairan
tak terbatas.
c. Sertifikasi bagi nakhoda kapal perikanan dengan panjang 24 meter
atau lebih yang beroperasi di perairan terbatas.
d. Sertifikasi bagi perwira tugas jaga navigasi pada kapal perikanan
dengan panjang 24 meter atau lebih yang beroperasi di perairan
terbatas.
e. Sertifikasi Kepala Kamar Mesin dan Masinis II pada kapal
perikanan yang digerakkan oleh mesin penggerak utama dengan
daya 750 KW atau lebih.
f. Sertifikasi GMDSS bagi petugas radio di kapal perikanan.
Keahlian, keterampilan dan kemampuan awak kapal perikanan
yang telah disertifikasi sebagaimana tersebut di atas diwajibkan untuk
senantiasa diperbaharui dan ditingkatkan. Disamping itu, seluruh
awak kapal perikanan diwajibkan untuk mengikuti pelatihan
keselamatan tingkat dasar sesuai ketentuan yang berlaku.
Sertifikasi kompetensi yang diterbitkan melalui ujian keahlian
dan sertifikat pengukuhan bagi para pelaut perikanan dikeluarkan
setelah memiliki pengalaman di kapal perikanan yang diterbitkan
melalui ujian pengukuhan oleh lembaga yang kompeten.

2. Standarisasi
Untuk menghasilkan awak kapal perikanan yang berkualitas
seperti diwajibkan oleh Konvensi Internasional mengenai STCW-F
1995, maka penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan awak kapal

Naskah Penjelasan STCW-F 1995 5


8.05.08

perikanan harus memenuhi standar pelatihan, sertifikasi dan tugas


jaga sebagaimana ditentukan di dalam Konvensi ini. Hal ini berarti
bahwa proses belajar-mengajar beserta fasilitasnya dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan awak kapal perikanan
harus mengikuti ketentuan Konvensi STCW-F 1995.

3. Resolusi
Konvensi STCW-F 1995 mengesahkan 9 (sembilan) resolusi
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Konvensi. Kesembilan
resolusi tersebut adalah:
a. Resolusi 1: Pelatihan bagi Operator Radio untuk The Global
Maritime Distress and Safety System (GMDSS).
b. Resolusi 2: Pelatihan Radar Simulator.
c. Resolusi 3: Petunjuk dan Rekomendasi untuk Awak Kapal
Perikanan.
d. Resolusi 4: Pelatihan Anak Buah Kapal (ABK) Kapal Perikanan.
e. Resolusi 5: Pelatihan Teknik Penyelamatan Diri bagi Awak Kapal
Perikanan.
f. Resolusi 6: Pelatihan dan Sertifikasi bagi Awak Kapal Perikanan
berukuran besar.
g. Resolusi 7: Persyaratan Perwira Jaga Bagian Mesin dan Peraturan
Tugas Jaga.
h. Resolusi 8: Promosi berpartisipasinya wanita dalam industri
penangkapan ikan.
i. Resolusi 9: Hubungan antar manusia.

4. Prinsip Dasar STCW-F 1995


Konvensi STCW-F 1995 menetapkan prinsip-prisip dasar yang
wajib dipatuhi dalam melaksanakan tugas jaga navigasi di atas kapal
perikanan sebagai berikut :

a. Prinsip-Prinsip Dasar Umum


Prinsip-prinsip dasar yang secara umum wajib dipenuhi oleh
pemilik dan pengusaha penangkapan ikan, nakhoda kapal perikanan,
dan petugas jaga adalah:
1) Setiap saat mempertahankan keamanan dalam pelaksanaan tugas
jaga.
2) Senantiasa menjaga keamanan dan keselamatan pelayaran,
terutama dalam hal mencegah tubrukan kapal dan kapal kandas.
3) Kapal perikanan dengan ukuran panjang di bawah 24 meter yang
beroperasi di perairan yang terbatas dapat dikecualikan dari
prinsip-prinsip dasar ini.

Naskah Penjelasan STCW-F 1995 6


8.05.08

b. Prinsip-Prinsip Dasar Khusus


Prinsip-prinsip dasar khusus yang berlaku bagi pelayaran kapal
perikanan dari dan ke daerah penangkapan meliputi:
1) Pengaturan tugas jaga navigasi yang meliputi komposisi petugas
jaga dan faktor-faktor yang harus diperhatikan pada saat
pelaksanaan tugas jaga.
2) Kebugaran awak kapal perikanan dalam melaksanakan tugas jaga.
3) Pengaturan pelayaran yang meliputi antara lain rencana
pelayaran, posisi, kecepatan dan arah kapal, alat bantu navigasi,
dan larangan untuk alih tugas jaga.
4) Ketentuan tentang peralatan navigasi dan tata cara
penggunaannya.
5) Pengaturan tugas-tugas navigasi dan tanggung jawab petugas
jaga.
6) Pengamatan keliling kapal perikanan.
7) Perlindungan lingkungan laut.
8) Kondisi cuaca.
Disamping prinsip-prinsip dasar yang bersifat khusus di atas, hal
lain yang harus diperhatikan menurut konvensi ini adalah:
1) Nakhoda dan perwira jaga tetap bertanggung jawab atas navigasi
dengan pandu di atas kapal.
2) Nakhoda dan perwira jaga pada saat menangkap ikan dan pada
saat mencari gerombolan ikan wajib memperhatikan situasi dan
kondisi internal dan lingkungan di sekitar kapal perikanan.
3) Tugas jaga radio harus dilakukan selama pelayaran sesuai
peraturan radio.
4) Tugas jaga wajib dilakukan pada saat kapal penangkap ikan
tambat labuh.

Naskah Penjelasan STCW-F 1995 7


8.05.08

BAB II
KEUNTUNGAN, KONSEKUENSI, DAN URGENSI PENGESAHAN
STCW-F 1995

A. Keuntungan Pengesahan STCW-F 1995


Pengesahan STCW-F oleh Indonesia diharapkan akan
memnerikan keuntungan sebagai berukut:
1. adanya kepastian hukum bagi awak kapal perikanan dalam
melaksanakan aktifitasnya sebagai nelayan, sehingga diharapkan
mereka akan lebih produktif adan meningkat penghasilannya;
2. adanya perlakuan yang adil dan tidak diskriminatif terhadap
awak kapal perikanan Indonesia;
3. dengan meningkatnya standar kualitas awak kapal perikanan
Indonesia, dunia internasional akan memposisikan awak kapal
perikanan Indonesia sejajar dengan awak kapal perikanan negara
lain yang lebih maju;
4. pengakuan pihak asing tentang mutu produk perikanan yang
higienis dan aman;
5. meningkatkan penyerapan dan daya saing awak kapal perikanan
asal Indonesia di pasar kerja global;
6. meningkatkan devisa negara dari pemasaran produk perikanan
dan penempatan tenaga kerja di luar negeri;
7. meningkatkan keselamatan navigasi dan penangkapan ikan;
8. optimalisasi pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan
secara bertanggung jawab;
9. membatasi awak kapal perikanan asing yang tidak memiliki
kompetensi yang akan bekerja di kapal perikanan Indonesia;
10. meningkatkan kerja sama internasional khususnya di bidang
kelautan dan perikanan;
11. meningkatkan investasi usaha di bidang kelautan dan perikanan
di dalam negeri;
12. meningkatkan kemampuan awak kapal perikanan dalam
memanfaatkan teknologi maju;
13. memacu nelayan kecil untuk meningkatkan kompetensi
kepelautan dan perikanan;
14. meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia sebagai
negara maritim di dunia internasional.

Naskah Penjelasan STCW-F 1995 8


8.05.08

D. Konsekuensi Pengesahan STCW-F 1995


Pengesahan Konvensi STCW-F 1995 yang dilakukan oleh
Indonesia akan membawa 3 (tiga) konsekuensi sebagai berikut:
1. Konsekuensi Hukum
Bila Indonesia mengesahkan Konvensi STCW-F 1995, maka
konsekuensi logisnya dari sudut hukum adalah bahwa semua
peraturan perundang-undangan yang mengatur pendidikan dan
pelatihan awak kapal perikanan, sertifikasi kepelautan, pengawakan
kapal perikanan, ketenagakerjaan yang berkaitan dangan kapal
perikanan, keselamatan pelayaran kapal perikanan, keselamatan
dalam penangkapan ikan pada kapal perikanan, daerah pelayaran
kapal perikanan, perlu diharmonisasikan dengan Konvensi STCW-F
1995.
2. Konsekuensi Kelembagaan
Bila Indonesia mengesahkan Konvensi STCW-F 1995, maka
konsekuensi logisnya dari sudut kelembagaan adalah bahwa
Indonesia harus menetapkan lembaga pemerintah yang
bertanggungjawab dalam pelaksanaan Konvensi STCW-F 1995.
Departemen Kelautan dan Perikanan dalam hal ini Badan
Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, yang paling
memungkinkan untuk itu. Salah satu tugas pokok Badan
Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan adalah
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dibidang kelautan dan
perikanan. Penyelenggaraannya sudah berlangsung selama ini, hanya
saja belum sepenuhnya mengikuti standar yang ada dalam Konvensi
STCW-F 1995 . Kelembagaan harus ini diinformasikan kepada IMO
dan menjadi anggota kelembagaan yang berada di bawah IMO.
3. Konsekuensi Pendidikan dan Pelatihan, Ujian dan Sertifikasi
Kepelautan Perikanan
Bila Indonesia mengesahkan Konvensi STCW-F 1995, maka
konsekuensi logisnya dari sudut pendidikan dan pelatihan
kepelautan perikanan adalah Indonesia harus memenuhi standar
kurikulum, tenaga pengajar, sarana dan prasarana, ujian dan
sertifikasi, dan pengelolaan pendidikan dan pelatihan kepelautan
perikanan sesuai dengan Konvensi STCW-F 1995. Bagi lembaga
pendidikan dan pelatihan yang tidak memenuhi persyaratan Konvensi
STCW-F 1995, maka lembaga tersebut tidak dapat mengikutsertakan
peserta didiknya untuk mengikuti sertifikasi kepelautan perikanan
berstandar Konvensi STCW-F 1995.
Lembaga penyelenggara ujian dan sertifikasi kepelautan dan
perikanan harus merupakan lembaga mandiri, kualifikasi penguji,
metode ujian harus memenuhi persyaratan Konvensi STCW-F 1995.

Naskah Penjelasan STCW-F 1995 9


8.05.08

4. Konsekuensi Ekonomi

Bila Indonesia meratifikasi Konvensi SCTW-F 1995, maka


konsekuensi logisnya dari sudut ekonomi adalah bahwa Indonesia
harus membiayai pelaksanaan Konvensi SCTW-F 1995 di Indonesia,
dan membayar iuran wajib dan iuran sukarela sebagai anggota
kelembagaan Konvensi SCTW-F 1995 sesuai ketentuan yang berlaku.

E. Urgensi Pengesahan
1. Aspek Filosofis

Dalam UUD 1945, ditemukan beberapa landasan kebijakan yang


terkait dengan urgensi pengesahan STCW-F 1995. Dalam Pasal 27
ayat 2, Pasal 28C ayat1, dan Pasal 28 D UUD 1945 ditegaskan bahwa
tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan, penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan, mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berhak untuk
bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak
dalam hubungan kerja. Hak-hak tersebut merupakan hak dasar yang
dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia.

Dalam konteks perikanan, apa yang digariskan di atas sangat


relevan sebagai landasan pemerintah dalam melakukan upaya
peningkatan perluasan lapangan kerja, penghidupan yang layak,
kompetensi, serta nilai tawar dari para pelaku utama di bidang
perikanan, termasuk mereka yang berkerja sebagai awak kapal
perikaan. Rendahnya kompetensi awak kapal perikanan Indonesia
selama ini, telah menyebabkan tingginya tingkat kecelakaan kapal
perikanan, kurang mampu bersaingnnya awak kapal Indonesia
dengan awak kapal asing, diskriminasi dalam penerimaan upah kerja,
dan perlakuann tidak adil lainya dalam hubungan kerja sebagai awak
kapal. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan kompetensi awak
kapal melalui pengesahan STCW-F menjadi penting adanya.

2. Urgensi Yuridis
Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hukum Laut (UNCLOS
1982) dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 1985. Konvensi ini
mengatur secara global hal-hal yang terkait dengan hukum laut dan
memberi negara-negara hak serta tanggung jawab sumber daya laut
mereka secara rasional dan berkelanjutan.
Terkait dengan keselamatan, UNCLOS 1982 mengatur bahwa
setiap negara wajib secara efektif mengelola jurisdiksi dan
pengawasan mereka, secara administrative, teknis, dan sosial atas
kapal yang mengibarkan bendera mereka. Selanjutnya negara
bendera wajib mengambil tindakan atas kapal yang mengibarkan
bendera negara tersebut, untuk memastikan hal-hal yang terkait
dengan keamanan di laut, seperti berkenaan dengan: (a) konstruksi,

Naskah Penjelasan STCW-F 1995 10


8.05.08

perlengkapan, dan kelaiklautan kapal; (b)pengawakan kapal, kondisi


kerja, dan pelatihan bagi awak kapal, dengan mempertimbangkan
instrumen hukum internasional; (c) penggunaan sinyal, pemeliharaan
alat komunikasi, dan pencegahan tabrakan. Dalam melakukan
tindakan tersebut, setiap negara perlu menyesuaikan dengan
persetujuan internasional yang secara umum diterima, prosedur dan
praktek, dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
memastikan kepatuhan mereka (Pasal 94(5)).
Sementara itu, Pasal 57 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 45 Tahun 2009, ditegaskan bahwa Pemerintah
menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perikanan
untuk meningkatkan pengembangan sumber daya manusia di bidang
perikanan. Pemerintah menyelenggarakan sekurang-kurangnya 1
(satu) satuan pendidikan dan/atau pelatihan perikanan untuk
dikembangkan menjadi satuan pendidikan dan/atau pelatihan yang
bertaraf internasional. Dalam ranggka menyelenggarakan
pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perikanan tersebut,
Pemerintah dapat bekerja sama dengan lembaga terkait, baik di
tingkat nasional maupun di tingkat internasional (Paal 58).

3. Aspek Sosial dan Ekonomi


Sumber daya perikanan merupakan potensi ekonomi yang dapat
dimanfaatkan untuk masa depan bangsa dan sebagai tulang
punggung pembangunan nasional. Pemanfaatan secara optimal
diarahkan pada pendayagunaan sumber daya ikan dengan
memperhatikan daya dukung yang ada dan kelestariannya untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat, meningkatkan taraf hidup
nelayan, meningkatkan penerimaan dari devisa negara, menyediakan
perluasan dan kesempatan kerja, meningkatkan produktivitas, nilai
tambah dan daya saing hasil perikanan, serta menjamin kelestarian
sumber daya ikan.
Sebagai negara maritim besar, Indonesia memiliki jumlah
nelayan yang cukup besar, yaitu sekitar 2,6 juta orang. Dari jumlah
tersebut, diperkirakan sebanyak 7.260 orang bekerja pada armada
kapal berukuran panjang 24 meter atau lebih dan 333.000 bekerja
pada kapal-kapal penangkap ikan 12 – 24 m. Dengan komposisi
demikian, maka sebagian besar dari awak kapal ikan kita masih
termasuk dalam kategori yang belum memiliki kompetensi yang
memadai. Akibatnya, awak kapal Indonesia sebagian besar masih
belum bisa bersaing dengan awak kapal perikanan asing, sering
mendapat perlakuan diskriminatif dan ketidak adilan dalam
hubungan kerja.
Berdasarkan gambaran di atas, upaya untuk mendorong
peningkatkan kompetensi awak kapal Indonesia menjadi sangat
penting. Pengesahan STCW-F sebagai instrumen hokum internasional
yang memberikan pangaturan tentangn standar pelatihan, sertifikasi

Naskah Penjelasan STCW-F 1995 11


8.05.08

dan tugas jaga awak kapal perikanan sangat diperlukan agar lembaga
pendidikan dan/atau pelatihan di bidang perikanan mampu
menghasilkan tenaga-tenaga awak kapal yang bestandar
internasional. Pada saat yang sama, lembaga pendidikan
dan/pelatihan di bdiang perikanan dapat menerapkan kurikulum,
tenaga pengajar, sarana-prasarana dan proses belajar mengajar dan
sertifikasi mengikuti prinsip-prinsip pendidikan dan atau pelatihan
sebagaimana diatur dalam konvensi STCW-F 1995.

F. Kewajiban Pemerintah RI
Pengesahan STCW-F akan menimbulkan kewajiban bagi
Indonesia, yaitu kewajiban untuk:
1. memberlakukan mensosialisasikan ketentuan-ketentuan
Konvensi STCW-F1995 dan seluruh lampirannya;
2. pengelolaan pendidikan dan pelatihan harus sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam Konvensi STCW-F 1995 yaitu memenuhi
standar kurikulum, tenaga pengajar, sarana dan prasarana serta
ujian dan sertifikasi;
3. memenuhi standar tugas jaga pada kapal perikanan untuk
menjamin keselamatan pelayaran dan penangkapan ikan sesuai
dengan yang dipersyaratkan Konvensi STCW-F1995;
4. melaporkan kebijakan yang telah diambil dalam memberlakukan
sepenuhnya ketentuan-ketentuan Konvensi STCW-F1995,
termasuk contoh sertifikat yang diterbitkan oleh Pemerintah RI
sesuai dengan Konvensi STCW-F1995 kepada Sekjen IMO;
5. menetapkan proses dan prosedur penyelidikan terhadap hal-hal
yang dapat mengakibatkan ancaman keselamatan jiwa, harta
benda di laut, atau lingkungan laut yang dilakukan oleh para
pemegang sertifikat yang diterbitkan Pemerintah RI;
6. meninjau kembali kesepakatan, perjanjian, dan konvensi untuk
menjamin bahwa tidak ada pertentangan dengan Konvensi STCW-
F 1995;
7. semua hal-hal yang tidak dengan tegas diatur dalam Konvensi
STCW-F1995 tetap harus tunduk kepada perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia;
8. menentukan denda atau sanksi terhadap kasus-kasus
pelanggaran peraturan perundangan nasional yang menunjang
pemberlakuan Konvensi STCW-F 1995;
9. melakukan kerjasama dengan negara lain yang telah
mengesahkan Konvensi STCW-F 1995;
10. memeriksa sertifikat awak kapal penangkap ikan milik negara
lain yang telah mengesahkan Konvensi STCW-F 1995 pada saat
berada di pelabuhan-pelabuhan Indonesia;

Naskah Penjelasan STCW-F 1995 12


8.05.08

11. menilai tingkat kesalahan kapal yang membahayakan awak kapal


penangkap ikan, harta benda, dan lingkungan laut dan mengambil
tindakan guna menjamin bahwa kapal tersebut tidak akan
berlayar sampai persyaratan dipenuhi. Fakta tersebut harus
dilaporkan kepada IMO;
12. melakukan konsultasi dengan IMO untuk dapat bekerja sama
antar negara-negara yang telah mengesahkan STCW-F 1995
secara sub regional, regional dan kerjasama dengan Organisasi
Buruh Internasional (ILO) dan Organisasi Pangan dan Pertanian
Sedunia (FAO).

BAB III
KETERKAITAN STCW-F DENGAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN LAINNYA

1. Peraturan Perundang-Undangan Nasional


Peraturan Perundangan-undangan nasional yang berkaitan
dengan STCW-F adalah :
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1982 tentang Pengesahan
Konvensi Hukum Laut (UNCLOS 1982);
b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia;
c. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
d. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
e. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
f. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia.
g. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional;
h. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
i. Undang- Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45
Tahun 2009;
j. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
k. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1984 tentang Pengelolaan
Sumber daya Alam Hayati di ZEE Indonesia.
l. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan;
dan
m. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan.

Naskah Penjelasan STCW-F 1995 13


8.05.08

2. Persetujuan Internasional
Persetujuan internasional yang berkaitan dengan STCW-F
adalah :
1. Torremolinos International Convention for The Safety of Fishing
Vessel, 1977, Torremolinos International Protocol for The Safety of
Fishing Vessel, 1993;
2. Safety of Life at Sea (SOLAS) Convention, 1974;
3. Works in Fishing Sector Convention, 2007;
4. Code of Conduct for Responsible Fisheries, 1995;
5. United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS), 1982
6. MARPOL (Maritime Polution Prevention) Convention, 1973;
7. COLREG (Collision Regulation) Convention, 1972;
8. Code of Safety for Fishing Vessel and Fishermen, 1995;
9. Tonnage Convention, 1969
10. SAR Convention, 1979
11. Inmarsat Convention, 1976

Naskah Penjelasan STCW-F 1995 14


8.05.08

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu, dapat disimpulkan


hal-hal sebagai berikut:

1. Konvensi STCW-F 1995 merupakan persetujuan internasional


yang mengatur tentang pendidikan dan pelatihan, sertifikasi
kepelautan perikanan dan tugas jaga pada kapal perikanan yang
telah diadopsi oleh badan dunia IMO, ILO dan FAO. Konvensi
tersebut akan mulai berlaku pada tanggal 29 September 2012,
setelah Palau menjadi negara ke 15 yang mendepositkan dokumen
ratifikasinya pada tanggal 29 September 2011;

2. Pengesahan Konvensi STCW-F 1995 sangat penting bagi Indonesia,


khusunya dalam mendorong meningkatkan kualitas SDM awak
kapal perikanan agar memiliki kompetensi yang berstandar
internasional dan mampu bersaing dipasar tenaga kerja global,
meningkatkan keselamatan jiwa dan harta benda di laut, serta
meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia sebagai
negara maritim di dunia internasional.

3. Pengesahan Konvensi STCW-F 1995 juga diharapkan dapat


membatasi masuknya awak kapal perikanan asing yang tidak
memiliki kompetensi yang akan bekerja di kapal perikanan
Indonesia.

B. Rekomendasi
Berdasarkan uraian diatas dapat direkomendasikan sebagai
berikut:
1. Mengingat urgensi pengesahan STCW-F 1995 bagi kepentingan
Indonesia, maka Indonesia perlu meratifikasi persetujuan tersebut.
2. Pemerintah Indonesia perlu segera memproses pengesahan STCW-F
1995 ke dalam peraturan perundang-undangan nasional dalam
bentuk Peraturan Presiden.

Jakarta, July 2015

Naskah Penjelasan STCW-F 1995 15


Naskah Akhir
Konvensi Internasional
Tentang Standar, Pelatihan, Sertifikasi dan Tugas Jaga
Bagi Awak Kapal
Penangkap Ikan, 1995

1. Sesuai dengan Keputusan Majlis Organisasi Maritim Internasional (IMO)


pada sesi ke 16 dan Komite Keselamatan Maritim dari IMO sesi ke 62 dan
sebagai kelanjutan Keputusan Dewan IMO sesi ke 17 dan Majlis sesi ke
18, Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan, sertifikasi dan
Tugas Jaga bagi Awak Kapal Penangkap Ikan yang telah disepakati oleh
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional untuk
mempertimbangkan dan menerima Konvensi Internasional tentang
Standar Pelatihan, Sertifikasi dan Tugas Jaga bagi Awak Kapal Penangkap
Ikan.

2. Atas undangan Organisasi Maritim Internasional (IMO), Konferensi telah


dilaksanakan di London dari tanggal 16 Juni sampai dengan 7 Juli 1995.

3. Perwakilan dari 74 Negara yang turut berpartisipasi pada Konferensi


tersebut, terdiri dari:

Algeria Cote d’Ivoire


Angola Kuba
Argentina Siprus
Australia Denmark
Bahama Equador
Belgia Mesir
Benin Estonia
Brazil Finlandia
Bulagaria Perancis
Kanada Gabon
Chili Jerman
China Ghana
Colombia Yunani
Kongo Holy see
Islandia Philipina
India Polandia
Indonesia Portugal
Iran (Republik Islam) Republik Korea
Irlandia Rumania
Italia Federasi Rusia
Jamaika Arab Saudi

1
Jepang Slovenia
Latvia Kep. Solomon
Liberia Afrika Selatan
Arab Libia Jamahiriya Spanyol
Luxembourg Swedia
Malaysia Thailand
Malta Tunisia
Kepulauan Marshall Turki
Meksiko Ukraina
Maroko Uni Emirat Arab
Belanda Kerajaan Inggris dan Irlandia
Utara
Salandia Baru Amerika Serikat
Nigeria Uruguay
Norwegia Vanuatu
Panama Venenzuela
Papua New Guinea Slovenia
Peru
4. Hongkong sebagai Anggota Asosiasi IMO mengutus pengamatnya pada
Konferensi tersebut.

5. Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Konferensi tersebut diwakili oleh:

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)


Organisasi Pangan dan Pertanian Internasional (FAO) dari Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB)

6. Organisasi antar-pemerintahan yang mengutus pengamatnya pada


Konferensi tersebut terdiri dari :

Komisi Masyarakat Eropa (EC)

Liga Negara-negara Arab


Organisasi Satelit Bergerak Internasional (Inmarsat)
Konfrensi Eropa tentang Pos dan administrasi Telekomunikasi (CEPT)

7. Organisasi non pemerintahan yang mengutus pengamatnya pada


Konferensi tersebut, terdiri dari:

Federasi Pelayaran Internasional (ISF)


Kamar Dagang Internasional (ICC)
Konfederasi Internasional tentang Serikat Perdagangan Bebas (ICFTU)
Asosiasi Badan Klasifikasi Internasional ( IACS)
Asosiasi Pandu Laut Internasional (MPA)

2
Federasi Asosiasi Nakhoda Internasional (IFSMA)
Federasi Lifeboat (ILF)
Serikat Angkutan Jalan Raya Internasional (IRU)
Asosiasi Pemilik Kapal Barang Muatan Kering Internasional
(INTERCARGO)

8. Konferensi dibuka oleh Sekretaris Jenderal Organisasi Maritim


Internasional. Mr. W. A. O’Neil

9. Mr. G.G. Ivanov delegasi-delegasi dari Federasi Rusia, terpilih sebagai


Presiden Konferensi.
11. Berikut ini yang terpilih sebagai Wakil Presiden Konferensi, yaitu:
Mr. R. Hjaltadottir (Islandia)
Mr. Abdelkebir Rafiki (Maroko)
Mr. R.Rabiners Cardoso (Peru)
Mr. E.E. Nielsen (Kep. Solomon)
DR. J. Cowley (Vanuatu)

12. Sekretariat Konferensi terdiri dari:

Sekretaris Jenderal : Mr. W.A. O’Neil


Sekretaris Jenderal Organisasi

Sekretaris Eksekutif : Mr. E.E. Metropoulos


Direktur Divisi Keselamatan Maritim

Deputi Sekretaris Eksekutif : Mr. F. Plaza


Deputi Direktur Senior Divisi Keselamatan Maritim

Asisten Sekretaris Eksekutif : Mr. E.O. Agbakoba


Pejabat Senior Teknik Divisi Keselamatan Maritim

13. Konferensi menetapkan Komite sebagai berikut:


Ketua : Mr. Y. Sasamura (Jepang)
Wakil Ketua : Mr. P.A. Maneses Roque (Spanyol)
Wakil Ketua : Mr. J. T. Kim (Republik Korea)
Komite Perancang Konsep
Ketua : Mr. M.E. Jenkins (Kanada)
Wakil Ketua : Mr. J.J.H. Sas (Belgia)
Wakil Ketua : Mr. J.E.C. Aveline (Brazil)

Komite Surat Kepercayaan


Ketua : Mr. J. Ndoutoumebe (Gabon)

14. Komite Perancang terdiri dari Perwakilan negara-negara:


Belgia
Brazil
Kanada
Indonesia
Salandia Baru
Norwegia

3
Panama
Rumania
Kerajaan Inggris dan Irlandia Utara

15. Komite Pembuat Mandat terdiri dari negara-negara:


Gabon
Liberia
Swedia
Thailand
Ukraina

16. Pembuatan konsep dasar Konferensi mengacu kepada Konvensi


Internasional Standar Pelatihan, Sertifikasi dan Tugas Jaga bagi awak
Kapal Penangkap Ikan dan dimasukkan dalam konsep Resolusi
Konferensi.
17. Konferensi juga mempertimbangkan proposal, pendapat dan pengamat
yang disampaikan oleh Pemerintah dan Organisasi Internasional terkait.

18. Hasil-hasil pertimbangan dicatat dalam laporan oleh masing-masing


Komisi dan dituangkan dalam putusan sidang pleno Komferensi dan
pertemuan Komisi umum, serta mengesahkan Konvensi Internasional
mengenai Standar Pelatihan, Sertifikasi dan Tugas Jaga bagi Awak
Kapal Penangkap Ikan, 1995 yang dinyatakan dalam Lampiran 1 dari
Naskah Akhir.

19. Konferensi juga mengesahkan resolusi berikut yang dituangkan dalam


Lampiran 2 dari Naskah Akhir sebagai berikut:

Resolusi 1 : Pelatihan bagi Operator Radio untuk sistem mara


bahaya dan keselematan maritim Global /the global
Maritime Distress and Safety System (GMDSS)
Resolusi 2 : Pelatihan Radar Simulator
Resolusi 3 : Petunjuk dan Rekomendasi untuk Awak Kapal
Penangkap Ikan
Resolusi 4 : Pelatihan Anak Buah Kapal (ABK) bagian deck kapal,
pada Kapal Penangkap Ikan yang panjangnya 24
meter atau lebih.
Resolusi 5 : Pelatihan teknik penyelamatan diri bagi Awak Kapal
Penangkap Ikan
Resolusi 6 : Pelatihan dan Sertifikasi bagi Awak Kapal Penangkap
Ikan berukuran besar
Resolusi 7 : Persyaratan perwira jaga bagian mesin dan
peraturan tugas jaga
Resolusi 8 : Peningkatan partisipasi perempuan dalam industri
penangkapan ikan
Resolusi 9 : Hubungan antar manusia

20. Teks asli Naskah Akhir (Final Act) disusun dalam bahasa : Arab,
China, Inggris, Perancis, Rusia , Spanyol dan disimpan oleh Sekretaris
Jenderal Organisasi Maritim Intewrnasional.

4
21. Sekretaris Jenderal Organisasi Maritim Internasional akan mengirimkan
salinan naskah akhir yang telah disyahkan, berikut lampirannya kepada
pemerintah negara yang menghadiri Konferensi tersebut.

MENYAKSIKAN yang bertanda tangan di bawah ini telah membubuhkan


tanda tangan mereka di dalam naskah akhir ini.
DITANDATANGANI DI LONDON tanggal tujuhbelas juli, seribu sembilan
ratus sembilan puluh lima

5
Lampiran I
Konvensi Internasional
Standar Pelatihan, Sertifikasi dan Tugas Jaga Bagi Awak Kapal
Penangkap Ikan, 1995

PARA PESERTA KONVENSI :

MEMPERHATIKAN Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan,


Sertfikasi dan Tugas Jaga bagi Para Pelaut, 1978 (yang kemudian disebut
“Konvensi STCW 1978”).

BERKEINGINAN meningkatkan keselamatan jiwa dan harta benda di laut


serta perlindungan lingkungan laut dengan menetapkan melalui kesepakatan
bersama standar–standar internasional pelatihan, sertifikasi dan tugas jaga
bagi orang yang bertugas di atas kapal penangkap ikan.

TELAH MENYETUJUI hal-hal berikut:

Pasal 1
Kewajiban Umum

1. Peserta bertanggung jawab memberlakukan ketentuan-ketentuan


Konvensi dan Tambahannya (Annex), yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Konvensi ini. Setiap acuan terhadap Konvensi ini
sekaligus merupakan acuan terhadap ketentuan Tambahan .

2. Peserta berkewajiban menyebarluaskan semua undang-undang,


ketetapan-ketetapan, keputusan-keputusan dan aturan-aturan dengan
mengambil langkah lain apapun yang mungkin perlu untuk
memberlakukan Konvensi ini secara menyeluruh, sedemikian rupa untuk
dapat menjamin bahwa ditinjau dari segi keselamatan jiwa, harta benda
di laut dan perlindungan lingkungan laut, awak kapal penangkap ikan
berkualifikasi dan mampu menjalankan tugasnya dalam pelayaran.

Pasal 2
Definisi

Untuk tujuan Konvensi ini, kecuali dinyatakan lain :


1. “Peserta (Party)” adalah suatu negara yang telah memberlakukan
Konvensi ini;
2. “Administrasi” adalah Pemerintahan dari suatu negara yang
bersangkutan yang memberi kuasa kepada sebuah kapal untuk
mengibarkan benderanya;
3. “Sertifikat “adalah dokumen yang syah apapun namanya yang dapat
diketahui, yang dikeluarkan atau diakui sesuai ketetapan Konvensi,
yang diberi wewenang kepada pemegang untuk bertindak seperti yang
dinyatakan dalam dokumen ini atau sebagaimana yang diwenangkan oleh
peraturan nasional;
4. “Bersertifikat ” adalah memiliki sertifikat secara syah;
5. “Organisasi” adalah Organisasi Maritim Internasional (IMO);
6. “Sekertaris Jenderal” adalah Sekretaris Jenderal Organisasi;

6
7. “Kapal Penangkap Ikan ” atau kapal adalah kapal yang digunakan secara
komersil untuk menangkap ikan atau sumberdaya laut hidup lainnya;
8. “Kapal Penangkap Ikan samudera” adalah kapal penangkap ikan selain
dari kapal yang dilayarkan secara khusus di perairan pedalaman atau
perairan yang berdekatan dengan perairan yang terlindung, atau
perairan-perairan dimana pelabuhan diberlakukan.

Pasal 3
Aplikasi

Konvensi berlaku bagi awak kapal yang berperan serta dalam operasi kapal
penangkap ikan di samudera yang berhak mengibarkan bendera suatu
negara peserta.

Pasal 4
Penyampaian Informasi

Masing-masing Peserta harus menyampaikan informasi kepada Sekretaris


Jenderal informasi berikut :
1. Suatu Laporan tentang tindakan yang telah diambil dalam
memberlakukan sepenuhnya ketentuan – ketentuan dari Konvensi ini
termasuk contoh sertifikat yang dikeluarkan dalam pemenuhan Konvensi ;
dan

2. Informasi lain yang dapat ditetapkan atau ditentukan untuk peraturan


I/5.

Pasal 5
Perjanjian dan Interpretasi lainnya

1. Semua perjanjian, Konvensi dan pengaturan sebelum diberlakukannya


Standar Pelatihan, Sertifikasi dan Tugas Jaga bagi awak kapal penangkap
ikan, harus diberlakukan secara penuh selama jangka waktu yang telah
ditetapkan, sehubungan dengan:
1. Awak kapal penangkap ikan yang kepadanya Konvensi ini tidak
diberlakukan.
2. Awak kapal penangkap ikan yang kepadanya diberlakukan Konvensi
ini, namun belum ditetapkan dengan tegas.

2. Dalam batas tertentu, seperti perjanjian – perjanjian, Konvensi-Konvensi


atau penyelenggaraan – penyelenggaraan yang bertentangan dengan
ketetapan-ketetapan Konvensi ini, semua Peserta harus meninjau kembali
kesepakatan-kesepakatan, perjanjian-perjanjian, Konvensi-Konvensi dan
penyelenggaraan tersebut dengan suatu pertimbangan untuk menjamin
bahwa tidak ada pertentangan antara kesepakatan-kesepakatan dan
kewajiban-kewajiban terhadap Konvensi.

3. Semua hal-hal yang tidak dengan tegas ditentukan dalam Konvensi ini,
tetap harus tunduk kepada perundang-undangan yang belaku bagi Peserta
tersebut.

7
Pasal 6
Sertifikasi

Bagi awak kapal penangkap ikan harus bersertifikat sesuai dengan ketentuan
dalam lampiran Konvensi ini.

Pasal 7
Ketetapan-Ketetapan Nasional

1. Setiap Peserta harus menetapkan proses dan prosedur – prosedur


penyelidikan yang tidak memihak terhadap setiap ketidak mampuan setiap
tindakan atau kelalaian, yang dapat mengakibatkan suatu ancaman
langsung terhadap keselamatan jiwa atau harta benda di laut, atau
lingkungan laut yang dilakukan oleh para pemegang sertifikat atau
pengukuhannya yang diterbitkan Peserta dalam kaitannya dengan unjuk
kerja yang berkaitan dengan sertifikat mereka masing-masing dan juga
proses dan prosedur pencabutan,penangguhkan, atau pembatalan
sertifikat tersebut untuk pencehagan pemalsuan.

2. Setiap Peserta harus menentukan denda atau sanksi hukum disiplin


untuk kasusu-kasus dimana peraturan perundangan nasional yang
menunjang pemberlakuan Konvensi, tidak dipatuhinya oleh kapal yang
telah diberi hak untuk mengibarkan benderanya atau awak kapal
penangkap ikan yang telah disertifikasi oleh peserta tersebut.

3. Secara khusus, hukuman atau tindakan disiplin tersebut harus


ditentukan dan ditegakkan pada kasus-kasus dalam hal :
1. Pemilik kapal, agen pemilik kapal atau Nakhoda yang telah melibatkan
seseorang yang tidak bersertifikat sebagaimana yang disyaratkan oleh
Konvensi.
2. Nakhoda telah mengijinkan suatu tugas yang wajib dilakukan oleh
orang yang memegang sertifikat, dilakukan oleh orang yang tidak
memegang sertifikat, atau dispensasi yang syah; atau
3. Melalui suatu kecurangan atau dokumen-dokumen palsu, seseorang
yang telah melaksanakan fungsi atau tugas menggantikan suatu
kedudukan yang oleh peraturan yang ada seharusnya dijabat oleh
orang yang memegang sertifikat atau dispensasi yang syah.

4. Peserta dimana wilayah hukumnya terdapat pemilik kapal, agen atau


seseorang yang diyakini telah menyebabkan atau mengetahui sesuatu
ketidak patuhan terhadap Konvensi yang ditetapkan dalam Paragraph 3,
harus bersedia melakukan kerjasama yang memungkinkan, dengan
Peserta lain yang mungkin dapat menjelaskan maksud untuk memulai
penyelidikan di bawah wilayah hukumnya.

Pasal 8
Pengawasan

1. Kapal-kapal penangkap ikan sewaktu berada di pelabuhan Peserta lain


akan diawasi oleh petugas yang berwenang dalam memeriksa seluruh
sertifikat awak kapal penangkap ikan sebagaimana yang disyaratkan oleh

8
Konvensi ini atau pemberian dispensasi yang tepat untuk sertifikat
tersebut.

2. Mengoreksi tingkat kesalahan seperti disebutkan pada pada Paragraph 3


Peraturan I/4 sepanjang peraturan tersebut membahayakan awak kapal
penangkap ikan, harta benda, dan lingkungan laut maka Peserta-Peserta
yang mengawasi harus mengambil tindakan guna menjamin bahwa kapal
tersebut tidak akan berlayar sepanjang hal itu membahayakan untuk
dilaksanakan sampai persyaratan dipenuhi. Fakta yang terjadi segera
dilaporkan kepada Sekretaris Jenderal dan Administrasi.

3. Ketika melaksanakan Pengawasan harus :


1. Jika memungkinkan agar dilakukan upaya – upaya untuk menghindari
keterlambatan. Jika kapal tertahan atau terlambat akan diberikan
kompensasi untuk beberapa kerugian atau kerusakan yang dihasilkan;
dan
2. Kebijaksanaan yang diizinkan dalam hal ini bagi personil kapal ikan
asing adalah tidak boleh kurang dari yang diperbolehkan kepada
personil yang mengibarkan bendera negara pelabuhan tersebut.

4. Pasal ini hendaknya digunakan seperlunya untuk menjamin bahwa tidak


ada lagi perlakuan yang menguntungkan diberikan kepada kapal yang
mengibarkan bendera bukan peserta, dengan yang diberikan kepada kapal
yang mengibarkan bendera Peserta.

Pasal 9
Peningkatan Kerjasama Teknik
1. Peserta Konvensi harus mengembangkan konsultasi dengan asisten
Organisasi guna mendukung negara yang membutuhkan bantuan teknik
untuk :
1. Pelatihan personil administrasi dan personil teknik;
2. Pembentukan institusi lembaga pelatihan bagi personil kapal
penangkap ikan;
3. Mensuplai penyediaan perlengkapan dan fasilitas institusi lembaga
pelatihan;
4. Mengembangkan program pelatihan termasuk latihan praktek yang
memadai di atas kapal penangkap ikan; dan
5. Mengatur fasilitas dan lainnya cara untuk meningkatkan kualifikasi
personil kapal penangkapan ikan,

terutama pada tingkat nasional, Sub Regional atau Regional untuk


maksudnya dan tujuan dari Konvensi ini, lebih diutamakan bagi kebutuhan
negara-negara berkembang

Dalam bagian ini. Organisasi harus meningkatkan, upaya-upaya apa yg telah


disepakati, bila memungkinkan melakukan konsultasi atau kerjasama
dengan Organisasi, khususnya internasional di bawah naungan Organisasi
Buruh Sedunia (ILO) dan Organisasi Pangan dan Pertanian Sedunia (FAO)
dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

9
Pasal 10
Amandemen

1. Konvensi dapat diamandemen dengan salah satu prosedur yang diatur


dalam pasal ini :

2. Amandemen – amandemen, setelah melalui pertimbangan di dalam


Organisasi :
1. Setiap amandemen yang diusulkan oleh Peserta harus diserahkan ke
Sekretaris Jenderal yang kemudian akan diserahkan ke semua anggota
Organisasi, kantor Direktur Jenderal Organisasi Buruh Internasional
Sedunia (ILO) dan Organisasi Pangan dan Pertanian Sedunia (FAO) dari
PBB, paling lambat 6 (enam) bulan sebelum Organisasi mengadakan
pertimbangannya;

2. Setiap amandemmen yang diusulkan dan disebar-luaskan seperti


tersebut diatas harus mengacu kepada Komisi Keselamatan Maritim
(the Maritime Safety Committee) dari Organisasi untuk bahan
pertimbangan;

3. Peserta baik anggota maupun bukan anggota Organisasi diperbolehkan


turut serta dalam sidang-sidang Komisi Keselamatan Maritim untuk
mempertimbangkan dan mengesahkan amandemen-amandemen
tersebut;

4. Amandemen harus disahkan melalui dua pertiga mayoritas suara


Peserta yang hadir dan memberikan suaranya dalam Komisi
Keselamatan Maritim yang diperluas sebagaimana ditetapkan pada
paragraf 2.3 (yang selanjutnya disebut; Komite Keselamatan Maritim
yang diperluas, dengan syarat paling sedikit sepertiga Peserta yang
hadir pada waktu pemungutuan suara;

5. Amandemen – amandemen yang disyahkan sesuai dengan paragraf 2.4


harus disampaikan oleh Sekretaris Jenderal kepada semua Peserta;

6. Amandemen terhadap pasal-pasal harus dianggap diterima pada


tanggal ketika disahkannya oleh dua pertiga Peserta;

7. Amandemen terhadap lampiran atau terhadap tambahan harus


dianggap telah diterima;
7.1 Pada akhir masa tahun ke dua, sejak tanggal pengesahan; atau
7.2 Pada akhir periode tidak kurang dari satu tahun dan telah
ditentukan oleh dua pertiga mayoritas Peserta melalui pemungutan
suara pada Komisi Keselamatan Maritim yang diperluas.

8. Amandemen terhadap suatu pasal yang akan diberlakukan sehubungan


dengan Peserta – Peserta, enam bulan setelah disahkannya dan bagi
masing-masing Peserta yang menerimanya, diberlakukan enam bulan
setelah diterima oleh masing-masing Peserta;

9. Amandemen terhdap tambahan dan lampiran akan diberlakukan


sehubungan dengan semua Peserta kecuali Peserta yang menolak

10
amandemen tersebut sesuai paragraf 2.7 dan yang belum mencabut
penolakannya, enam bulan setelah tanggal dimana amandemen
tersebut dipertimbangkan untuk diterima. Namun demikian sebelum
tanggal pemberlakukan setiap Peserta dapat menyampaikan catatan
kepada Sekeretaris Jenderal dalam periode kurang dari satu tahun
sejak tanggal pemberlakuan atau dalam waktu yang lebih lama setelah
ditentukan oleh dua pertiga mayoritas peserta melalui pemungutan
suara pada Komisi Keselamatan Maritim yang diperluas pada saat
diadopsinya amandemen.

3. Amandemen melalui suatu Konferensi


1. Atas permintaan Peserta yang disetujui paling sedikit sepertiga dari
Peserta maka Organisasi bersama-sama atau melalui konsultasi dengan
kantor Buruh Internasional dan Organisasi Pangan dan Pertanian
Sedunia dari Badan PBB harus menyelenggarakan suatu Konferensi
dari para peserta untuk mempertimbangkan amandemen Konvensi
yang ada.

2. Setiap amandemen yang diadopsi Konvensi melalui dua pertiga


mayoritas peserta yang hadir dan memberikan suaranya harus
disampaikan kepada seluruh Peserta melalui Sekretaris Jenderal.

3. Kecuali jika Konferensi memutuskan lain, amandemen harus dianggap


telah diterima dan diberlakukan sesuai dengan prosedur-prosedur yang
ditetapkan dalam paragraf 2.6 dan 2.8 atau 2.7 dan 2.9 asalkan
memuat acuan dalam paragraf tersebut yang digunakan oleh Komite
Keselamatan Maritim yang diperluas harus dijadikan referensi bagi
Konvensi.

4. Setiap pernyataan menerima atau menolak terhadap suatu amandemen


atau setiap catatan yang diberikan pada paragraf 2.9 dapat di usulkan
dalam bentuk tertulis kepada Sekretaris Jenderal yang selanjutnya
akan menginformasikan kepada Peserta-Peserta terkait

5. Sekretaris Jenderal harus menginformasikan ke semua Peserta tentang


setiap amandemen yang diberlakukan. bersama tanggal
pemberlakuannya

Pasal 11
Penandatanganan, Pengesahan, Penerimaan,
Persetujuan dan Penambahan Keanggotaan

1. Konvensi akan tetap terbuka untuk penandatanganan di Kantor Pusat


Organisasi dari 1 Januari 1996 sampai 30 September 1996 dan
selanjutnya kembali terbuka bagi penambahan keanggotaan Suatu negara
dapat menjadi Peserta Konvensi melalui :
1. Penandatanganan tanpa syarat mengenai ratifikasi, penerimaan atau
persetujuan; atau
2. Penandatangan dengan harus mengikuti ratifikasi, penerimaan,
persetujuan dan diikuti dengan ratifikasi penerimaan atau persetujuan;
atau
3. Menjadi Anggota.

11
2. Ratifikasi, penerimaan, persetujuan atau penambahan anggota harus
dilaksanakan dengan memasukkan instrumen ke Sekretaris Jenderal.

Pasal 12
Pemberlakuan

1. Konvensi mulai berlaku 12 (dua belas) bulan setelah tidak kurang dari
lima belas negara menandatangani tanpa syarat sebagai ratifikasi,
penerimaan atau persetujuan atau telah menyampaikan instrumen,
ratifikasi, penerimaan, persetujuan atau penambahan anggota sesuai
pasal 11.

2. Untuk negara-negara yang telah menyampaikan instrumen mengenai


pengesahan, penerimaan, persetujuan atau penambahan anggota dalam
kaitan dengan Konvensi, setelah persyaratan – persyaratan pemberlakuan
telah dipenuhi sebelum tanggal berlakunya pengesahan, penerimaan,
persetujuan atau penambahan anggota hendaknya berlaku pada tanggal
berlakunya Konvensi ini atau akan berlaku tiga bulan sesudah tanggal
penyampaian instrumen, dimana tanggal terakhir adalah tanggal yang
dipilih.

3. Bagi negara-negara yang telah menyerahkan instrumen, pengesahan,


penerimaan, persetujuan atau penambahan anggota setelah tanggal
dimana Konvensi mulai berlaku, Konvensi akan efektif tiga bulan sesudah
tanggal penyimpanan instrumen.

4. Setelah tanggal diterimanya amandemen Konvensi sesuai pasal 10, setiap


penyimpanan instrumen, penerimaan, persetujuan atau penambahan
anggota yang disampaikan akan diterapkan konvensi yang telah
diamandemen.

Pasal 13
Permintaan Berakhir Masa Berlaku

1. Konvensi dapat dimintakan untuk diakhiri masa berlakunya oleh setiap


Peserta, setelah lima (lima) tahun dari tanggal berlakunya Konvensi bagi
Peserta yang bersangkutan.

2. Permintaan untuk mengakhiri masa berlaku, harus dilakukan melalui


pemberitahuan tertulis kepada Sekretaris Jenderal.

3. Permintaan untuk mengakhiri masa berlakunya, akan diberlakukan 12


bulan setelah diterima oleh Sekretaris Jenderal atau setelah melalui
periode waktu yang telah ditentukan.

Pasal 14
Tempat Penyimpanan

1. Konvensi harus disimpan oleh Sekretaris Jenderal Organisasi (selanjutnya


disebut “tempat penyimpanan”);

12
2. Tempat penyimpanan harus:

1. Menginformasikan kepada semua Pemerintah suatu negara yang telah


menandatangani Konvensi atau menyetujui tentang :
1.1 Setiap penandatanganan baru atau penyampaian instrumen
pengesahan, penerimaan, persetujuan atau penambahan anggota
bersama-sama dengan tanggal tersebut;
1.2 Tanggal mulai berlakunya Konvensi;

1.3 Penyimpanan setiap permintaan berakhir masa berlaku dengan tanggal


dimana permintaan berakhir berlaku masa diterima dan tanggal
dimana permintaan berakhir masa berlaku terjadi; dan
2. Mengirimkan salinan Konvensi yang syah kepada pemerintahan
semua negara yang telah menandatangani Konvensi, atau yang telah
menyetujuinya;

3. Segera setelah Konvensi diberlakukan, salinan yang syah harus dikirimkan


oleh Bagian Penyimpanan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan
Bangsa Bangsa untuk pendaftaran dan publikasi sesuai pasal 10 Piagam
Perserikatan Bangsa Bangsa.

Pasal 15
Bahasa

Konvensi ditetapkan dalam suatu bahasa asli yaitu bahasa Arab, Cina,
Inggris, Perancis, Rusia dan Spanyol. Setiap teks memiliki keaslian yang
sama.
MENYAKSIKAN HAL INI, yang bertanda tangan di bawah ini, dengan
kewenangan yang diberikan oleh pemerintah masing-masing untuk maksud
ditanda tanganinya Konvensi ini.
DITETAPKAN DI LONDON, pada tanggal tujuh bulan Juli tahun seribu
sembilan ratus sembilan puluh lima.

13
LAMPIRAN
BAB 1
Ketentuan – Ketentuan Umum

Peraturan 1
Definisi

Untuk maksud Lampiran ini berlaku definisi berikut :


1. Peraturan adalah peraturan-peraturan yang termuat dalam tambahan
Konvensi .
2. Disetujui adalah disetujui oleh Peserta yang bersangkutan sesuai dengan
peraturan.
3. Nakhoda adalah orang yang memegang komando pada sebuah kapal
penangkap ikan.
4. Perwira adalah seorang anggota Awak kapal selain Nakhoda yang
ditunjuk oleh hukum atau peraturan nasional atau dengan berdasarkan
kesepakatan bersama atau adat kebiasaaan setempat
5. Perwira Jaga Navigasi (Officer in charge of a navigational watch) ” adalah
seorang perwira yang bertanggung jawab terhadap tugas jaga navigasi
yang ahli sesuai peraturan II/2 atau II/4 dari Konvensi ini.
6. Perwira Mesin (Engineer Officer)” adalah seorang perwira yang ahli di
bagian mesin sesuai dengan peraturan II/5 dari konvensi ini.
7. Kepala Kamar Mesin (Chief engineer Officer)” adalah perwira mesin senior
yang bertanggung jawab atas propulsi mekanis dan pengoperasian serta
pemeliharaan dari instalasi mekanis dan instalasi listrik kapal.
8. Masinis II adalah perwira mesin di bawah pangkat Kepala Kamar Mesin
dan kepadanya diberikan tanggung jawab untuk menggantikan tugas
Kepala Kamar Mesin jika berhalanagan (atas propulsi mekanik kapal).
9. “Operator Radio” adalah orang yang memegang sertifikat yang
dikeluarkan atau diakui oleh pemerintah berdasarkan ketentuan-
ketentuan Peraturan Radio )
10. Peraturan-Peraturan Radio adalah aturan-aturan tentang radio yang telah
ditambahkan dalam Konvensi Telekomunikasi Internasional paling baru
yang dapat berlaku sewaktu-waktu.
11. Konvensi SCTW 1978 adalah Konvensi Internasional tentang Standar
Pelatihan, Sertifikasi dan Tugas Jaga bagi pelaut, tahun 1978 yang
diamandemen.
12. Protokol Torremolinos 1993 adalah Protokol Torremolinos tahun 1993 yang
berhubungan dengan Konvensi Internasional Torremolinos tentang
Keselamatan bagi Kapal penangkap Ikan tahun 1977.
13. Tenaga Penggerak adalah jumlah tenaga maksimum terus menerus
dalam kilowatt yang dihasilkan oleh mesin penggerak utama kapal yang
tercantum dalam Sertifikat Pendaftaran Kapal atau dokumen resmi

14
lainnya.
14. Perairan terbatas adalah perairan di sekitar Peserta yang ditentukan oleh
Administrasi dimana tingkat keselamatan menjadi bahan pertimbangan
Administrasi yang memungkinkan standar kualifikasi dan sertifikasi bagi
Nakhoda dan Perwira Kapal penangkap ikan ditetapkan lebih rendah dari
tingkatan yang diperuntukan bagi daerah pelayaran di luar yang
ditentukan batasnya. Dalam menentukan luas perairan terbatas,
Administrasi harus mempertimbangkan pedoman yang dikembangkan
oleh Organisasi.
15. Perairan tak terbatas adalah selain dari perairan terbatas.
16. Panjang (L) harus diambil 96% dari panjang keseluruhan suatu garis air
(water line) pada 85 % dari kedalaman terkecil yang diukur dari garis
lunas kapal atau panjang dari sisi luar bagian depan haluan tinggi
sampai ke poros daun kemudi pada garis air itu, yang lebih besar. Pada
kapal-kapal yang dirancang dengan lunas yang melengkung, maka garis
air dimana panjang ini diukur harus sejajar dengan rancangan garis air
tersebut.
17. Tinggi Moulded adalah jarak vertikal yang diukur dari lunas kapal sampai
bagian atas balok geladak kerja di bagian sisi.

Peraturan 2
Penerapan

Administrasi dari Peserta, jika ia menganggap tidak dapat diterima atau tidak
dapat diterapkan, maka untuk menerapkan secara penuh persyaratan
peraturan II/3, II/4, II/5 dan persyaratan penggunaan bahasa Inggris bagi
awak kapal penangkap ikan dengan panjang kurang dari 45 meter yang
beroperasi dari pelabuhan basisnya dan menangkap ikan di perairan
terbatas, dapat menentukan yang mana dari peraturan ini yang tidak harus
diterapkan seluruhnya atau sebagian kepada personil, tanpa menghilangkan
prinsip – prinsip keselamatan dalam Konvensi. Dalam kasus seperti itu
Administrasi harus melaporkan ke Sekretaris Jenderal tentang rincian
tindakan yang telah dilakukan berkaitan dengan pelatihan dan sertifikasi
personil-personil tersebut.

Peraturan 3
Sertifikat dan Pengukuhan

1. Sertifikat untuk awak kapal penangkap ikan hanya diterbitkan jika


persyaratan pengalaman berlayar, umur, kesehatan secara medis,
latihan, kualifikasi, dan ujian-ujian memenuhi aturan ini;

2. Sertifikat yang diterbitkan oleh Peserta sesuai paragraf 1 harus


dikukuhkan oleh Peserta tersebut guna membuktikan penerbitannya
seperti contoh sebagaimana dijelaskan pada lampiran 1 atau lampiran 2;

3. Sertifikat dan pengukuhannya harus diterbitkan dalam bahasa resmi


atau bahasa-bahasa negara yang menerbitkannya. Jika bahasa yang

15
dipergunakan bukan bahasa Inggris, maka naskah sertifikat harus
menyertakan suatu terjemahan dalam bahasa Inggris;

4. Untuk Operator radio, Peserta membolehkan :


1. Menyertakan pengetahuan tambahan yang disyaratkan oleh peraturan
II/6, dalam ujian untuk penerbitan sertifikat yang memenuhi
Peraturan Radio; atau
2. Menerbitkan sertifikat tersendiri yang menunjukkan bahwa
pemegangnya memiliki pengetahuan tambahan yang disyaratkan oleh
peraturan II/6.
5. Administrasi yang telah mengakui sertifikat yang diterbitkan oleh atau
dibawah kewenangan Peserta lain sesuai dengan peraturan 7 wajib
menerbitkan pengukuhan guna membuktikan pengakuan terhadap
sertifikat itu dalam bentuk seperti terlihat pada Lampiran 3;

6. Pengukuhan akan habis masa berlakunya, jika sertifikat yang


dikukuhkan telah habis masa berlakunya atau telah dicabut,
ditangguhkan atau dibatalkan oleh Peserta yang menerbitkannya dan
dalam hal ini tidak lebih dari lima tahun setelah tanggal penerbitan;

7. Sertifikat yang diterbitkan menurut ketentuan Konvensi STCW 1978


kepada seorang pemegang untuk bertugas sebagai Kepala Kamar Mesin,
Perwira mesin atau Petugas radio akan dipertimbangkan sertifikatnya
untuk kapal ikan seperti yang dimaksud dalam paragraf 1;

8. Administrasi dapat menggunakan format yang berbeda dari format yang


diberikan pada Lampiran 1,2 dan 3. Asalkan format demikian berisikan
informasi yang diperlukan ditulis dalam huruf Romawi dan angka-angka
Arab.

Peraturan 4
Prosedur-Prosedur Pengawasan

1. Pengawasan yang dilakukan oleh petugas yang berwenang berdasarkan


pasal 8 harus dibatasi oleh hal berikut
1. melakukan verifikasi bahwa seluruh awak kapal penangkap ikan yang
bertugas diatas kapal yang harus memiliki sertifikat sesuai dengan
Konvensi ini diberikan sertifikat atau memegang dispensasi yang
sesuai. Sertifikat semacam itu harus diterima sampai ada alasan yang
jelas dan untuk diprcaya bahwa sertifikat tersebut diperoleh secara
curang atau pemegang sertifikat tersebut bukan orang yang berhak
untuk sertifikat tersebut; dan
2. menilai kemampuan awak kapal penangkapan ikan untuk
mempertahankan standar tugas jaga sebagaimana yang dipersaratkan
oleh Konvensi , jika ada alasan yang jelas dan dapat dipercaya bahwa
standar tersebut tidak dapat dipertahankan disebabkan oleh kejadian
tersebut :

2.1 kapal tersebut mengalami tubrukan, kandas atau terdampar; atau


2.2 telah terjadi pembuangan bahan-bahan tertentu dari kapal ketika
sedang berlayar, sedang berlabuh jangkar atau sedang sandar

16
yang melanggar ketentuan Konvensi Internasional.
2.3 kapal diolah gerak secara ceroboh atau tidak aman, sementara
jalur pelayaran telah diatur secara syah oleh Organisasi atau
prosedur dan praktek keselamatan pelayaran yang belum diikuti;
atau
2.4 kapal dioperasikan dalam kondisi membahayakan orang, harta
benda dan lingkungan.

2. Bilamana terjadi adanya kekurangan menurut paragraf 1. Petugas yang


melakukan pengawasan harus segera menginformasikan secara tertulis
kepada Nakhoda kapal dan Administrasi, sehingga dapat diambil
tindakan yang tepat. Pemberitahuan demikian harus menyebutkan
keterangan tentang kekurangan yang dijumpai dan alasan dimana
Administrasi menentukan bahwa kekurangan demikian dapat
membahayakan orang, harta benda dan lingkungan;

3. Kekurangan yang dianggap mungkin dapat membahayakan orang, harta


benda dan lingkungan antara lain :

1. kurangnya orang-orang yang memiliki sertifikat yang dipersyaratkan


atau dispensasi yang dipersyaratkan.

2. kurangnya pengaturan tugas jaga navigasi atau permesinan untuk


memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Administrasi
3. tidak hadirnya seseorang yang kompeten dalam tugas jaga untuk
mengoperasikan peralatan yang penting dalam rangka pelayaran yang
aman, komunikasi radio yang aman atau pencegahan pencemaran;
atau

4. ketidak mampuan untuk menyediakan orang-orang yang telah


istirahat untuk tugas jaga pertama untuk suatu pelayaran. Sehingga
tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.

Peraturan 5
Penyampaian Informasi

1. Sekretaris Jenderal wajib meminta dan memberikan kepada para Peserta


informasi yang disampaikan kepadanya sesuai Pasal 4;

2. Para Peserta yang gagal menyampaikan informasi yang dipersyaratkan


dalam Pasal 4 dalam waktu 24 bulan setelah tanggal diberlakukannya
Konvensi , maka tidak berhak mengajukan kemudahan dari Konvensi
sampai waktu informasi tersebut telah diterima oleh Sekretaris Jenderal.

Peraturan 6
Administrasi Penataan Sertifikasi

1. Tiap Peserta berusaha untuk mendirikan dan mempertahankan


penyelenggaraan suatu sistem guna menjamin bahwa program pelatihan
terpadu antara instruksi dan latihan merupakan hal penting untuk

17
mencapai standar keahlian dan selalu dipantau dan diawasi secara
teratur keefektifannya.

2. Tiap Peserta berusaha semaksimal mungkin, untuk hal yang dapat


dilaksanakan, menyelenggarakan suatu registrasi atau register-register
seluruh sertifikat dan pengukuhannya sesuai dengan peraturan 3 dan
II/1 sampai II/6 yang diterbitkan, yang telah habis masa berlakunya dan
yang telah di revalidasi, dilaporkan hilang, dibatalkan, dan yang
diterbitkan dispensasinya serta melengkapi keterangan mengenai status
sertfikat pengukuhan dan dispensasi pada saat di ajukan oleh Peserta
lainnya.

Peraturan 7
Pengakuan Sertifikat

1. Setiap Administrasi harus menjamin untuk memberi pengakuan dengan


cara pengukuhan sesuai dengan peraturan 3, sertifikat yang diterbitkan
oleh dan atau dibawah kewenangan Peserta lain, dimana persyaratan
untuk memenuhi standar kompetensi sebagaimana penerbitan dan
pengukuhan sertifikat oleh Peserta Peserta dipenuhi sebagaimana
mestinya;

2. Sertifikat yang dikeluarkan oleh atau berdasarkan kewenangan suatu


negara bukan Peserta tidak diakui;

3. Sesuai dengan paragraf 1 peraturan ini dan paragraf 5 dari Peraturan 3,


Administarsi dapat jika memungkinkan diperbolehkan seseorang untuk
bertugas selama jangka waktu tidak lebih dari tiga bulan diatas kapal
berhak mengibarkan bendera negaranya, dimana sertifikat yang
dipergunakannya diterbitkan oleh Peserta lain dan belumen mendapatkan
pengukuhan sebagaimana yg dipersyaratkan oleh paragraf 5 peraturan 3,
asalkan terdapat bukti dokumen yang menyatakan bahwa permohonan
untuk suatu pengukuhan telah diserhkan pada Administrasi tersebut.

Peraturan 8
Ketentuan Peralihan

1. Sertifikat kompetensi atau pelayanan dalam suatu kapasitas dimana


Konvensi ini menuntut suatu sertifikat dan sebelum diberlakukannya
Konvensi di suatu negara Peserta harus diterbitkan sesuai dengan
hukum yang berlaku dinegara peserta tersebut atau Peraturan Radio
harus diakui dan syah untuk pelayanan setelah Konvensi diberlakukan
disuatu negara Peserta;

2. Setelah diberlakukannya Konvensi di suatu negara Peserta, dapat


dilanjutkan dengan penerbitan sertifikat kompetensi sesuai dengan
praktek praktek sebelumnya dalam periode tidak lebih dari lima tahun.
Sertifikat-sertifikat tersebut harus diakui sebagai sertifikat yang syah
untuk tujuan Konvensi. Selama periode transisi ini sertifikat tersebut
diterbitkan hanya untuk orang-orang yang memiliki pengalaman berlayar
sebelum diberlakukannya Konvensi di suatu negara Peserta. sesuai

18
dengan spesifikasi kapal dan sertifikatnya. Peserta harus menjamin
kandidat lain untuk memperoleh sertifikat harus diuji dan diberikan
sertifikat sesuai dengan Konvensi;

3. Suatu negara Peserta dalam waktu dua tahun setelah diberlakukannya


Konvensi ini diperbolehkan menerbitkan suatu sertifikat untuk melayani
awak kapal penangkap ikan yang tidak memegang baik sertifikat yang
sesuai berdasarkan Konvensi ataupun sertifikat kompetensi yang
dikeluarkan berdasarkan hukum sebelum diberlakukannya Konvensi
untuk itu Peserta yang telah :

1. Bertugas dalam kapasitas dimana mereka mencari suatu sertifikat


untuk bertugas dalam jangka waktu tidak kurang dari 3 tahun dalam
waktu 7 tahun terakhir sebelum diberlakukannya Konvensi untuk
Peserta tersebut;

2. Menunjukan bukti bahwa mereka telah melakukan tugas dengan baik;


dan

3. Meyakinkan Peserta mengenai kesehatan medis termasuk penglihatan


dan pendengaran dengan mempertimbangkan usia mereka pada saat
mengajukan permohonan.

Untuk tujuan konvensi, sebuah sertifikat yang diterbitkan berdasarkan


paragraf ini harus setara dengan sertifikat yang diterbitkan berdasarkan
konvensi.

Peraturan 9
Dispensasi

1. Dalam kondisi khusus administrasi apabila menganggap bahwa hal ini


tidak akan membahayakan awak kapal, harta benda dan lingkungan,
dapat menerbitkan suatu dispensasi yang mengizinkan awak kapa selama
periode tidak lebih dari enam bulan dalam suatu jabatan, selain dari pada
itu operator radio kecuali sebagimana yang tercantum dalam peraturan
radio bagi awak kapal yang tidak mempunyai sertifikat, asalkan orang
yang diberikan dispensasi cukup memenuhi syarat untuk menduduki
jabatan yang kosong tersebut dengan cara yang aman menurut
pandangan Administrasi;

2. Dispensasi yang diberikan untuk suatu jabatan haruslah diberikan hanya


kepada orang yang bersertifikat yang pantas untuk mengisi jabatan yang
ada setingkat dibawahnya. Bilamana sertifikasi jabatan di bawahnya
tidak dibutuhkan oleh Konvensi, dispensasi dapat dikeluarkan kepada
orang yang memiliki keahlian dan pengalaman, menurut pendapat
Administrasi yang bersangkutan, setara untuk mengisi jabatan tersebut
tidak memiliki sertifikat yang layak tetapi harus telah lulus ujian yang
dilaksanakan oleh Administrasi, merupakan dispensasi yang aman untuk
dikeluarkan. Sebagai tambahan Administrasi harus menjamin bahwa
posisi yang aman tersebut diisi oleh orang yang memegang sertifikat yang
sesuai;

19
3. Masing-masing Peserta sesegera mungkin setelah tanggal 1 Januari
setiap tahun mengirim laporan kepada Sekretaris Jenderal untuk
menyampaikan informasi tentang jumlah total dispensasi dalam
kaitannya dengan kapasitas sertifikat yang dibutuhkan termasuk yang
dikembalikan.

Peraturan 10
Penyetaraan

1. Konvensi tidak akan menghalangi suatu negara Peserta untuk menambah


atau menerima pengaturan sistem pendidikan yang lain termasuk yang
terkait dengan tugas jaga dan Organisasi diatas kapal khususnya yang
disesuaikan dengan perkembangan teknik dan jenis-jenis kapal khusus
asalkan tingkat pengalaman berlayar, pengetahuan dan efisiensi
mengenai navigasi dan teknik penanganan kapal menjamin tingkat
keselamatan di laut dan memiliki penangnanan teknis penanganan dan
melayarkan kapal menjamin tingkat keselamatan di laut dan memiliki
prosedur untuk pencegahan pencemaran seperti yang dipersyaratkan
dalam Konvensi;

2. Keterangan rinci mengenai hal ini harus dimasukkan dalam laporan pada
Pasal 4 .

BAB II
Sertifikasi Nakhoda, Perwira,
Perwira Mesin dan Operator Radio

Peraturan 1
Persyaratan Minimum yang Diwajibkan untuk Sertifikasi Nakhoda
Kapal Penangkap Ikan panjang 24 meter atau lebih
yang Beroperasi di Perairan Tak Terbatas

1. Setiap nakhoda kapal penangkap ikan panjang 24 meter atau lebih yang
beroperasi di perairan tak terbatas hendaknya memiliki sertifikat yang
sesuai;

2. Setiap calon yang akan mengikuti sertifikasi harus :

1. memenuhi persyaratan Peserta, mengenai kesehatan, khususnya


menyangkut penglihatan dan pendengaran.

2. memenuhi persyaratan untuk sertifikasi sebagai seorang perwira jaga


navigasi pada kapal penangkap ikan yang panjangnya 24 atau lebih
yang beroperasi di perairan tak terbatas dan memiliki pengalaman
berlayar yang syah tidak kurang dari dua belas bulan sebagai perwira
jaga navigasi atau nakhoda pada kapal penangkap ikan dengan
panjang tidak kurang dari 12 m. Namun demikian Peserta dapat
mengijinkan untuk mengganti periode pengalamn berlayar tidak lebih
dari enam bulan sebagai perwira jaga navigasi sesuai dengan Konvensi
STCW 1978. dan

20
3. telah lulus ujian atau ujian-ujian dalam rangka penilaian kompetensi
untuk memenuhi aturan Peserta sesuai dengan materi yang tertuang
dalam lampiran peraturan ini. Seorang calon peserta ujian yang
memiliki sertifikat kompetensi yang syah yang dikeluarkan sesuai
dengan peraturan Konvensi STCW 1978 tidak perlu diuji kembali
untuk mata pelajaran yang tercantum dalam lampiran yang telah
ditempuhnya setingkat lebih tinggi atau setara tingkatnya untuk
penerbitan sertifikat berdasarkan Konvensi.

21
Lampiran Peraturan 1
Pengetahuan Minimum yang Disyaratkan untuk Sertifikasi
bagi Nakhoda Kapal Penangkap Ikan dengan Panjang 24 m atau lebih
yang Beroperasi di Perairan Tak Terbatas

1. Silabus yang diberikan di bawah ini disusun untuk calon peserta ujian
sertifikasi sebagai nakhoda kapal penangkap ikan yang panjangnya 24 m
atau lebih yang beroperasi di perairan tak terbatas. Perlu diingat bahwa
nakhoda memiliki tanggung jawab dalam hal keselamatan kapal dan
ABKnya sepanjang waktu termasuk selama operasi penangkapan. Ujian
dalam mata pelajaran tersebut hendaknya dirancang untuk menguji
kemampuan calon dalam hal menyerap semua informasi yang ada yang
mempengaruhi keselamatan kapal dan ABKnya sesuai silabus;

2. Navigasi dan Penentuan Posisi


2.1 Perencanaan pelayaran dan navigasi untuk segala kondisi :
1. Dengan metode yang dapat dipergunakan dalam menentukan rute
pelayaran;
2. Dalam perairan terbatas;
3. Bila memungkinkan diperairan yang ber - es;
4. Dalam jarak pandang yang terbatas;
5. Bilamana memungkin dalam jalur pemisah pelayaran; dan
6. Dalam daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut atau arus.

2.2 Penentuan Posisi :


1. Dengan pengamatan benda bumi.
2. Dengan pengamatan benda darat, termasuk kemampuan menggunakan
baringan dari tanda-tanda daratan seperti menara suar, rambu-rambu
dan pelampung dalam hubungannya dengan peta, berita pelaut dan
publikasi lainnya untuk menilai ketelitian penentuan posisi yang
dihasilkan; dan
3. Dengan menggunakan, sesuai yang disyaratkan oleh Peserta, alat bantu
navigasi elektronik kapal modern seperti yang terpasang pada kapal-
kapal penangkap ikan, khususnya berkenaan dengan pengetahuan
tentang prinsip-prinsip cara pengoperasian, keterbatasan
keterbatasan, sumber-sumber kesalahan, pendeteksian informasi yang
salah dan metode pembetulan untuk memperoleh posisi yang akurat.

3. Tugas Jaga
3.1 Mendemontrasikan pengetahuan yang menyangkut isi, aplikasi dan
maksud dari peraturan Internasional mengenai Pencegahan Tubrukan di
Laut, 1972 (The International Regulation for Preventing Collision at Sea),
khususnya tambahan II dan IV tentang navigasi yang aman.
3.2 Mendemontrasikan pengetahuan mengenai Prinsip Dasar yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan tugas jaga Navigasi seperti diuraikan
pada Bab IV.

4. Navigasi Radar
4.1. Mendemontrasikan kemampuan pengoperasian dan menggunakan radar
dengan menggunakan simulator radar atau bila tidak memungkinkan,
papan olah gerak, pengetahuan dasar tentang radar dan

22
menginterpretasikan serta menganalisa informasi yang diperoleh dari
peralatan)* tersebut, termasuk berikut ini:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi tampilan gambar dan keakuratan;
2. mengatur dan memelihara monitor;
3. mendeteksi informasi yang tidak tepat, gema palsu dan riak laut;
4. jarak dan baringan;
5. pengenalan gema kritis;
6. haluan dan kecepatan kapal lain;
7. waktu dan jarak terdekat dari kapal lain dalam situasi silang, saling
berhadapan, atau saling menyusul;
8. mendeteksi perobahan haluan dan kecepatan kapal lain;
9. pengaruh perobahan haluan atau kecepatan kapal kita atau kedua-
duanya;
10. penerapan Peraturan Internasional untuk Mencegah Tubrukan di
Laut, 1972.

5. Kompas Magnit dan Kompas Gasing (Gyro Compass)


5.1. Kemampuan menggunakan benda angkasa dan benda-benda darat
untuk menentukan dan menerapkan kesalahan pedoman magnit dan
pedoman gasing (Gyro compass).

6. Meteorologi dan Oceanografi

6.1 Pengetahuan tentang peralatan meteorologi dan penggunaannya;


6.2 Kemampuan menerapkan informasi meteorologi yang tersedia;
6.3 Pengetahuan tentang ciri-ciri berbagai sistem cuaca, termasuk
kebijaksanaan dari Peserta yang bersangkutan, badai tropis dan
penghindaran badai dan quadran –quadran berbahaya dari angin siklon;
6.4 Pengetahuan tentang kondisi cuaca yang cenderung membahayakan
kapal, termasuk kebijaksanaan Peserta, kabut, gunung es,bongkahan es;
6.5 Kemampuan menggunakan publikasi-publikasi navigasi tentang pasang
surut dan arus;
6.6 Kemampuan menghitung waktu dan ketinggian-ketinggian pasang tinggi
dan pasang rendah dan memperkirakan arah dan kecepatan arus.

7. Olah Gerak dan Penanganan Kapal Penangkap Ikan


7.1 Olah gerak dan penggunaan kapal penangkap ikan dalam semua
kondisi meliputi :

1. sandar, lepas sandar dan berlabuh jangkar pada berbagai kondisi angin
dan air pasang;
2. olah Gerak di perairan dangkal;
3. pengelolaan dan penanganan kapal penangkap ikan dalam cuaca
buruk, termasuk kecepatan yang sesuai, khususnya pada perairan
saling menyusul dan pada perairan tertentu, membantu kapal atau
pesawat udara dalam keadaan bahaya. Menolong kapal yang tidak
terkendalikan untuk keluar dari suatu perairan-perairan bergelombang
dan mengurangi hanyut;

4. olah Gerak kapal selama melakukan operasi penangkapan dan


memperhatikan secara khusus faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
keselamatan kapal selama kegiatan operasi penangkapan;

23
5. menghindari kecelakaan dalam olah gerak untuk peluncuran skoci
penolong atau rakit penolong dalam cuaca buruk;
6. cara melakukan pertolongan orang-orang dalam bahaya ke atas kapal
dari skoci penolong atau rakit penolong;
7. apabila memungkinkan, tindakan-tindakan praktis hendaknya diambil
ketika berlayar di perairan es atau terjadi penimbunan salju di kapal.
8. penggunaan, dan olah gerak kapal di bagan pemisah lalu lintas.
9. pentingnya berlayar pada kecepatan yang rendah untuk menghindari
kerusakan yang disebabkan oleh ombak depan kapal atau ombak
buritan kapal itu sendiri.
10. memindahkan ikan di laut ke kapal pabrik pengolahan ikan atau kapal
lain.
11. pengisian kembali bahan bakar di laut.

8. Bangunan dan Stabilitas Kapal Penangkap Ikan

5.1 Pengetahuan umum tentang struktur bagian utama dari kapal dan
nama-nama berbagai bagian dari kapal;
5.2 Pengetahuan tentang teori dan faktor-faktor yang mempertahankan
trim dan stabilitas dan tindakan yang perlu untuk memelihara trim
dan stabilitas yang aman;
5.3 Memperagakan penggunaan tabel trim dan stabilitas serta
memperhitungkan akibat kondisi-kondisi tersebut;
5.4 Pengetahuan tentang pengaruh permukaan bebas dan penimbunan
salju di kapal;
5.5 Pengetahuan tentang pengaruh air di atas geladak;
5.6 Pengetahuan tentang pentingnya kesatuan kedap cuaca dan kedap
air.

9. Penanganan dan Penyimpanan Hasil Tangkapan


9.1 Penanganan dan penyimpanan hasil tangkapan di atas kapal, termasuk
alat tangkap;
9.2 Kegiatan bongkar muat, khususnya berkaitan dengan momen
kemiringan pengaruh dari alat tangkap dan hasil tangkapan.

10. Instalasi Tenaga Kapal Penangkap Ikan


10.1 Prinsip kerja instalasi tenaga kapal pada kapal penangkap ikan;
10.2 Mesin bantu kapal;
10.3 Pengetahuan umum tentang istilah-istilah mesin kapal

11. Pencegahan kebakaran dan alat-alat pemadam kebakaran


11.1 Organisasi latihan darurat pemadam kebakaran;
11.2 Bahan kimia dan kelas-kelas kebakaran;
11.3 Sistem pemadam kebakaran;
11.4 Telah mengikuti suatu latihan pemadaman kebakaran yang telah
diakui;
11.5 Pengetahuan tentang peraturan mengenai perlengkapan pemadam
kebakaran.

12. Prosedur Darurat


12.1 Tindakan-tindakan yang harus dilakukan sebelum mengandaskan kapal;
12.2 Tindakan yang akan diambil sebelum dan sesudah kapal kandas;

24
12.3 Tindakan yang akan dilakukan bila alat tangkap tersangkut didasar atau
benda lain;
12.4 Mengapungkan kapal yang kandas, dengan dan tanpa alat bantu;
12.5 Tindakan yang akan diambil bila terjadi tubrukan;
12.6 Penyumbatan sementara terhadap kebocoran-kebocoran;
12.7 Tindakan pencegahan dan keselamatan ABK dalam keadaan bahaya;
12.8 Memperkecil kerusakan dan menyelamatkan kapal bila terjadi kebakaran
atau ledakan;
12.9 Meninggalkan kapal;
12.10 Sistem kemudi darurat, cara-cara pemasangan dan penggunaan tali
dalam sistem kemudi serta cara-cara yang digunakan untuk mengatur
kemudi.
12.11 Menolong orang-orang dalam keadaan bahaya atau kapal karam;
12.12 Prosedur cara menolong orang jatuh ke laut (man over board);
12.13 Menunda dan sedang ditunda.

13. Pelayanan Medis


13.1 Pengetahuan tentang Prosedur PPPK;
13.2 Pengetahuan tentang prosedur memperoleh petunjuk medis lewat radio;
13.3 Pengetahuan mendalam tentang penggunaan publikasi-publikasi
berikut :

1. Petunjuk Medis Internasional untuk kapal-kapal atau publikasi-


publikasi nasional yang setingkat;
2. Seksi medis dalam Isyarat Kode Internasional.

14. Hukum Maritim


14.1 Pengetahuan tentang hukum Maritim Internasional seperti yang
tercantum dalam perjanjian dan Konvensi-Konvensi internasional yang
berpengaruh terhadap kewajiban dan tanggung jawab tertentu dari
nakhoda khususnya yang menyangkut keselamatan dan perlindungan
lingkungan laut. Hal khusus hendaknya diberikan dalam hal berikut :
1. Sertifikat-sertifikat dan dokumen-dokumen lain yang diperlukan
untuk dibawa diatas kapal penangkap ikan berdasarkan Konvensi-
Konvensi Internasional, cara memperolehnya dan masa berlakunya
secara resmi;
2. Tanggung jawab berdasarkan tuntutan-tuntutan yang berhubungan
dengan Protokol Internasional Torremalinos, 1993.
3. Tanggung jawab berdasarkan tuntutan yang berhubungan dengan
Bab V Konvensi Internasional tentang Keselamatan Jiwa di Laut,
1974;
4. Tanggung jawab berdasarkan Tambahan I dan Tambahan V Marpol
73/78 Konvensi untuk pencegahan pencemaran dari kapal (MARPOL)
1973 seperti yang telah diperbaharui dengan Protokol 1978;
5. Deklarasi Kesehatan Maritim dan persyaratan Peraturan-peraturan
Kesehatan Internasional;
6. Tanggung jawab berdasarkan Konvensi Peraturan Internasional
untuk Mencegah Tubrukan di Laut, 1972;
7. Tanggung jawab berdasarkan dokumen Internasional resmi lainnya
yang menyangkut keselamatan kapal dan ABK.

14.2 Cakupan pengetahuan tentang perundang-undangan Kemaritiman

25
Nasional diserahkan pada kebijaksanaan Pemerintah penanda tangan
tetapi harus meliputi perencanaan nasional untuk dilaksanakan sesuai
penerapan Konvensi-Konvensi dan persetujuan-persetujuan
Internasional.

15. Bahasa Inggris

Pengetahuan yang memadai dalam bahasa Inggris memungkinkan nakhoda


untuk menggunakan peta-peta dan publikasi pelayaran lain, memahami
informasi meteorologi dan tindakan menyangkut keselamatan dan
pengoperasian kapal dan untuk menyatakan dirinya secara jelas dalam
komunikasinya dengan kapal lain atau stasiun-stasiun pantai.
Kemampuan untuk mengerti dan menggunakan Kamus Pelayaran di laut
berdasarkan standar IMO.

16. Komunikasi

16.1 Pengetahuan tentang prinsip-prinsip umum dan faktor-faktor dasar yang


diperlukan untuk penggunaan secara efisien dan aman terhadap semua
sub sistem dan perlengkapan yang diperlukan dalam GMDSS;
16.2 Pengetahuan tentang sistem-sistem peringatan tentang metereologi dan
navigasi serta pemilihan dari pelayanan komunikasi yang sesuai;

16.3 Pengetahuan umum tentang akibat yang merugikan kesalahan


pengggunaan salah satu perlengkapan komunikasi;
16.4 Dimana Peserta telah menguji calon dalam mata ujian ini pada tingkat-
tingkat sertfikasi lebih rendah, mereka dapat mempunyai pilihan untuk
tidak menguji kembali dalam mata ujian ini;
16.5 Mampu menerima dan mengirim sinyal Morse dengan cahaya dan
menggunakan the International Code of Signals.

17. Penyelamatan diri (Life Saving)

17.1 Pengetahuan mendalam tentang alat-alat penyelamat dan persiapannya.


17.2 Pengetahuan mendalam tentang prosedur darurat dan kumpulan-
kumpulan orang dan latihan-latihan

18. Search and rescue


18.1 Pengetahuan mendalam tentang Regu Penolong Kapal Niaga (MERSAR)

19. Keselamatan nelayan dan kapal penangkap ikan (the FAO/ILO/IMO


Code of Safety for Fishermen and Fishing Vessels)
19.1 Pengetahuan tentang the FAO/ILO/IMO Code of Safety for Fishermen and
Fishing Vessels (bagian A)

20. Metode Peragaan Kecakapan

20.1 Navigasi
20.1.1 Mendemonstrasikan penggunaan sextant , pelorus, azimuth mirror
kemampuan menentukan posisi, haluan dan baringan.

20.2 Konvensi tentang Peraturan Internasional Mencegah Tubrukan di Laut,

26
1972.

20.2.1 Penggunaan model-model kecil untuk peragaan isyarat-isyarat atau


penerangan, atau simulator penerangan navigasi.

20.3 Radar
20.3.1 Simulator radar

20.4 Pemadam Kebakaran


20.4.1 Ikut serta pada latihan pemadaman kebakaran yang disetujui.

20.5 Komunikasi
20.5.1 Ujian Praktek

20.6 Penyelamatan diri (Life Saving)


20.6.1 Penanganan alat-alat penyelamat, termasuk pemakaian jaket penolong
dan bila memungkinkan pakaian selam.

27
Peraturan 2
Persyaratan Minimum yang Diwajibkan untuk Sertifikasi Perwira yang
Melaksanakan Tugas Jaga Navigasi pada Kapal Penangkap Ikan
dengan Panjang 24 meter atau lebih yang Beroperasi di Perairan Tak
Terbatas.

1. Setiap perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi pada kapal


penangkap ikan panjang 24 meter atau lebih beroperasi di perairan tak
terbatas, hendaknya memiliki sertifikat yang memadai.

2. Setiap calon pemegang sertifikat harus:

1. Usia tidak kurang dari 18 tahun.

2. Memenuhi persyaratan Peserta yang bersangkutan mengenai kesehatan,


terutama menyangkut penglihatan dan pendengaran.

3. Memiliki pengalaman berlayar yang syah di bagian dek pada kapal


penangkap ikan tidak kurang dari dua tahun dengan panjang tidak
kurang dari 12 meter. Namun demikian Administrasi dapat mengijinkan
penggantian pengalaman berlayar tersebut dengan periode pelatihan
khusus tidak lebih dari satu tahun, pelatihan tersebut harus setara
nilainya dengan periode pengalaman berlayar yang digantikannya atau
dengan periode masa berlayar yang syah dengan dibuktikan dengan
buku pelaut yang syah sesuai dengan Konvensi STCW 1978;

4. Telah lulus ujian yang sesuai atau ujian-ujian untuk penilaian


kompetensi untuk memenuhi persyaratan Peserta. Ujian seperti itu
atau ujian-ujian tersebut harus meliputi materi yang tercantum dalam
lampiran aturan ini. Calon peserta ujian yang memiliki sertifikat
kompetensi yang dikeluarkan menurut ketetapan Konvensi STCW 1978
tidak perlu diuji kembali dalam mata ujian – mata ujian yang tercantum
dalam lampiran yang telah diujikan pada tingkat yang lebih tinggi atau
setara dengan tingkat sertifikat yang dikeluarkan oleh Konvensi
tersebut.

5. Memenuhi persyaratan peraturan 6, layak untuk melaksanakan tugas


jaga radio sesuai Peraturan Radio.

28
Lampiran Peraturan 2

Pengetahuan Minimum yang Disyaratkan untuk Sertifikasi Perwira


yang Melaksanakan tugas jaga pada kapal penangkap ikan dengan
panjang 24 meter atau lebih yang beroperasi di perairan tak terbatas.

1. Silabus yang diberikan dibawah ini disusun untuk ujian bagi calon
dengan sertifikasi sebagai perwira jaga navigasi pada kapal penangkap
ikan yang panjangnya 24 meter atau lebih yang beroperasi di perairan tak
terbatas.

2. Navigasi Astronomi
3. Navigasi Datar

3.1 Kesanggupan menentukan posisi kapal melalui penggunaan :


1. Benda-benda darat
2. Benda-benda bantu navigasi, termasuk menara suar, rambu-rambu dan
pelampung-pelampung.
3. Menentukan posisi duga dengan memperhitungkan pengaruh angin, air
pasang, arus dan kecepatan oleh putaran baling-baling per menit
dengan topdal.
3.2 Pengetahuan yang mendalam dan kesanggupan menggunakan peta laut,
publikasi navigasi misalnya kepanduan bahari, daftar pasang/surut,
berita pelaut dan peringatan navigasi radio.

4. Navigasi Radar
4.1 Mendemontrasikan penggunaan simulator atau jika tidak ada dapat
menggunakan papan manuver pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar
radar, kemampuan menggunakan radar menafsirkan dan menganalisa
informasi yang diperoleh dari radar yang meliputi:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi tampilan gambar dan keakuratan;


2. Memasang dan mengatur gambar pada layar radar;
3. Mendeteksi keterangan-keterangan yang kurang benar dari informasi
yang ada, gema/palsu, gema pantulan air laut, dll.;
4. Jarak dan arah baringan;
5. Identifikasi gema kritis;
6. Haluan dan kecepatan kapal-kapal lain;
7. Waktu dan jarak terdekat dari kapal yang dalam situasi silang, saling
berhadapan atau saling menyusul;
8. Mendeteksi perobahan haluan dan kecepatan kapal-kapal lain;
9. Akibat perobahan haluan atau kecepatan kapal sendiri atau kedua-
duanya;
10. Penerapan Peraturan Internasional untuk Mencegah Tubrukan di
Laut, 1972.

5. Tugas Jaga

5.1 Dapat memperagakan seluruh pengetahuan tentang isi, penerapan dan


maksud Peraturan Internasional untuk Mencegah Tubrukan di Laut,
1972, terutama lampiran II dan IV menyangkut pelayaran yang aman.

29
5.2 Dapat memperagakan pengetahuan tentang Prinsip-prinsip Dasar yang
harus menaati dalam melaksanakan Tugas Jaga seperti yang diuraikan
dalam Bab IV.

6. Sistem elektronik untuk penentuan posisi dan navigasi.


Mampu menentukan posisi kapal dengan menggunakan alat bantu navigasi
elektronik untuk memenuhi persyaratan Peserta.

7. Meteorologi
7.1 Pengetahuan tentang peralatan meteorologi kapal dan cara
penggunaannya
7.2 Pengetahuan tentang karakter berbagai sistem cuaca.

8. Kompas Magnit dan Kompas Gasing


Perawatan dan penggunaan kompas serta peralatan yang terkait.

9. Komunikasi
9.1 Pengetahuan umum tentang prinsip umum dan faktor-faktor pokok yang
perlu untuk keselamatan dan penggunaan secara efisien setiap sub
sistem dan peralatan yang dibutuhkan dalam GMDSS.
9.2 Pengetahuan tentang sistem peringatan navigasi dan meteorologi serta
pemilihan sirkuit komunikasi yang sesuai.
9.3 Pengetahuan tentang akibat yang dapat merugikan dari kesalahan
penggunaan peralatan komunikasi.

10. Pencegahan kebakaran dan alat-alat pemadam kebakaran


10.1 Pengetahuan tentang bahan kimia dan kelas-kelas kebakaran.
10.2 Pengetahuan tentang sistem pemadaman kebakaran dan prosedur-
prosedurnya.
10.3 Mengikuti pelatihan pemadaman kebakaran yang telah mendapat
pengesahan.

11. Penyelamatan diri


Kemampuan menunjukan latihan-latihan cara meninggalkan kapal dan
pengetahuan tentang cara mengoperasikan alat-alat penyelamat dan
perlengkapan-perlengkapannya, termasuk perlengkapan radio jinjing, teknik
penyelamatan diri di laut termasuk keikutsertaan pada latihan
menyelamatkan diri di laut.

12. Prosedur darurat dan praktek keselamatan kerja bagi personil kapal
penangkap ikan
Pengetahuan tentang hal – hal yang terdapat dalam seksi-seksi sesuai dari
pada Peraturan FAO/ILO/IMO untuk Keselamatan Nelayan dan Kapal-kapal
Penangkap Ikan, bagian A dan Bab VIII dari lampiran Naskah Protokol 1993).

13. Olah Gerak dan Penanganan Kapal Penangkap Ikan


13.1 Pengetahuan dasar tentang olah gerak dan penanganan sebuah kapal
penangkap ikan, termasuk sbb:

30
1. Merapat di dermaga, mengepil, berlabuh jangkar dan olah gerak
merapat pada lambung kapal-kapal lain di laut;
2. Olah gerak selama operasi penangkapan dengan memperhitungkan
secara khusus faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keselamatan
kapal selama operasi penangkapan;
3. Pengaruh-pengaruh angin dan arus/pasang pada saat penanganan
kapal
4. Olah gerak di perairan dangkal;
5. Mengendalikan kapal ikan dalam cuaca buruk;
6. Menolong orang dan membantu kapal atau pesawat udara yang
berada dalam bahaya;
7. Sedang menunda dan ditunda;
8. Prosedur menolong orang jatuh ke laut;
9. Melakukan tindakan-tindakan praktis yang harus diambil ketika
berlayar di perairan es atau dalam kondisi terjadi penimbunan salju
di kapal.
14. Konstruksi Kapal Penangkap Ikan
Pengetahuan umum tentang struktur bagian-bagian utama kapal

15. Stabilitas Kapal


Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi stabilitas dan penggunaan
informasi stabilitas.

16. Penanganan Hasil Tangkapan dan Penyimpanan


Pengetahuan tentang penanganan yang aman dan penyimpanan hasil
tangkapan dan pengaruh faktor-faktor ini terhadap keselamatan kapal.

17. Bahasa Inggris


Pengetahuan yang memadai tentang bahasa Inggris yang memungkinkan
perwira untuk menggunakan peta dan publikasi navigasi lain, untuk
memahami informasi meteorologi dan pesan-pesan mengenai keselamatan dan
pengoperasian kapal. Sanggup memahami dan menggunakan Kamus
Pelayaran berdasarkan IMO

18. Pelayanan Medik

Pengetahuan tentang prosedur P3K. Penerapan secara praktis pedoman medis


dan nasehat melalui radio.

19. Search and Rescue

Pengetahuan yang cukup tentang prosedur regu penolong berdasarkan


PetunjukRegu Penolong Kapal Niaga (MERSAR)

20. Pencegahan terhadap Pencemaran Lingkungan Laut

Pengetahuan tentang tindakan-tindakan pencegahan yang diamati untuk


mencegah polusi lingkungan laut.

21. Metode demonstrasi kecakapan

Peserta harus membuat metode demonstrasi kecakapan yang relevan dengan

31
persyaratan Lampiran ini.

32
Peraturan 3

Persyaratan Minimum yang Diwajibkan untuk Sertifikasi Nakhoda


Kapal Penangkap Ikan dengan Panjang 24 meter atau lebih yang
Beroperasi di Perairan Terbatas

1. Setiap Nakhoda kapal penangkap ikan panjang 24 meter atau lebih yang
beroperasi di perairan terbatas harus memiliki suatu sertifikat yang
memadai yang dikeluarkan sesuai dengan aturan ini kecuali memelikik
sertifikat yang dikeluarkan sesuai dengan pelaksanan peraturan I.

2. Setiap calon pemegang sertifikat haruslah :

1. Memenuhi persyaratan Peserta mengenai kesehatan, terutama


menyangkut penglihatan dan pendengaran.
2. Memenuhi persyaratan untuk sertifikasi sebagai seorang perwira yang
melaksanakan tugas jaga navigasi pada kapal penangkap ikan panjang
24 meter atau lebih yang beroprasi di perairan terbatas atau tidak
terbatas dan mempunyai pengalaman berlayar yang syah sebagai
perwira jaga navigasi di kapal penangkap ikan tidak kurang dari 12
bulan atau sebagai nakhoda pada kapal penangkap ikan dengan
panjang tidak kurang dari 12 m. Akan tetapi Peserta dapat
menggantikan pengalaman berlayar yang syah tidak melebihi periode 6
bulan sebagai perwira di kapal-kapal niaga.
3. Telah lulus ujian yang sesuai atau ujian-ujian untuk penilaian
kecakapan sesuai dengan persyaratan Peserta. Ujian seperti itu atau
ujian-ujian tersebut harus meliputi materi yang tercantum dalam
lampiran aturan ini.

4. Peserta perlu memperhatikan pengaruh keselamatan semua kapal-kapal


dan struktur yang dapat diroperasikan di perairan terbatas yang sama,
harus mempertimbangkan perairan terbatas yang telah dijelaskan
menurut defenisi yang terdapat dalam peraturan I/1 dan menentukan
suatu tambahan materi yang harus tercakup dalam pemeriksaan atau
ujian-ujian.

5. Seorang calon peserta ujian yang memiliki sertifikat kecakapan yang sah
yang dikeluarkan menurut ketetapan Konvensi STCW 1978 tidak perlu
diuji kembali dalam mata pelajaran yang terdaftar dalam lampiran yang
mana telah diujikan pada tingkat yang lebih tinggi atau yang setaraf
dengan sertifikat yang dikeluarkan sesuai Konvensi ini.

33
Lampiran Peraturan 3
Pengetahuan Minimum yang Disyaratkan untuk Sertifikasi Nakhoda
Kapal Penangkap Ikan yang Panjang 24 meter atau lebih
Beroperasi di Perairan Terbatas.

1. Silabus yang diberikan di bawah disusun untuk calon peserta ujian


sertifikasi sebagai nakhoda kapal penangkap ikan yang panjangnya 24 m
dan lebih beroperasi di perairan terbatas. Mengingat bahwa nakhoda
memiliki tanggung jawab penuh dalam hal keselamatan kapal dan
ABKnya pada setiap waktu termasuk selama operasi penangkapan, ujian
dalam mata pelajaran tersebut hendaknya dirancang untuk menguji
kemampuan calon untuk menyerap semua informasi dan berpengaruh
terhadap tingkat keselamatan kapal dan ABK sesuai silabus.

2. Navigasi dan Penentuan Posisi


2.1Perencanaan pelayaran dan navigasi untuk semua kondisi
1. Menentukan lintasan pelayarann dengan metode-metode yang cocok
2. Di dalam perairan terbatas
3. Apabila memungkinkan di perairan yang ber-es
4. Dalam jarak pandang terbatas
5. Bilamana memungkinkan, pada perairan dengan pemisah alur
pelayaran.
6. Pada perairan yang dipengaruhi oleh pasang surut air atau arus

2.2 Penentuan Posisi


1. Pengamatan benda bumi (terrestrial), termasuk kemampuan
menggunakan baringan benda-benda daratan dan sarana bantu
navigasi seperti mercusuar, rambu dan pelampung dalam
hubungannya dengan peta, berita pelaut dan publikasi lainnya serta
penilaian atas ketelitian penentuan posisi yang dihasilkan; dan
2. Dengan Menggunakan alat bantu navigasi elektronik sesuai
persyaratan Peserta yang bersangkutan pada kapal modern seperti
yang tersedia dalam kapal penangkap ikan.

3. Tugas Jaga

2.1 Memperagakan secara mendalam pengetahuan yang menyeluruh


menyangkut isi, aplikasi dan maksud dari Peraturan Internasionbal
pencegakan tubrukan di laut, 1972 (the International Regulations for
Preventing Collisions at Sea, 1972) khususnya Tambahan II dan IV
mengenai keselamatan pelayaran.
2.2 Memperagakan pengetahuan mengenai Prinsip-prinsip Dasar yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan tugas jaga Navigasi seperti diuraikan
pada Bab IV.

4. Navigasi Radar

4.1 Peserta hendaknya memutuskan apakah memasukan atau tidak sylabus


radar di bawah ini dalam persyaratan umum untuk sertifikasi para

34
nakhoda. Jika Peserta memutuskan tidak memasukan sylabus dalam
persyaratan umum, harus dijamin bahwa silabus diperhitungkan untuk
maksud sertifikasi nakhoda yang melayani kapal yang dilengkapi dengan
radar dan diberlakukan di perairan terbatas.
4.2 Memperagakan penggunaan simulator radar atau bila tidak
memungkinkan menggunakan papan olah gerak, pengetahuan tentang
prinsip dasar radar, kemampuan mengoperasikan dan menggunakan
radar, interprestasi dan analisis informasi yang diperoleh dari radar
termasuk hal berikut:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi tampilan gambar dan ketelitian


2. Pengaturan dan perawatan display radar
3. Pendeteksian presentasi informasi yang salah, termasuk gema palsu,
penampilan kembali, dll.
4. Jarak dan arah baringan.
5. Identifikasi atas gema kritis.
6. Haluan dan kecepatan kapal-kapal lain
7. Waktu dan jarak lintasan terdekat dari kapal dalam situasi silang,
saling berhadapan atau saling menyusul.
8. Mendeteksi perobahan haluan dan kecepatan kapal-kapal lain
9. Pengaruh perobahan haluan atau kecepatan kapal sendiri atau kedua-
duanya.
10. Penerapan Peraturan Internasional untuk Mencegah Tubrukan
di Laut, 1972.

5. Kompas
5.1 Mampuan menentukan dan menerapkan kesalahan kompas.

6. Meteorologi dan Oceanografi


5.2 Pengetahuan tentang peralatan meteorologi dan penerapannya
5.3 Kemampuan menggunakan informasi meteorologi.
5.4 Pengetahuan tentang karakteristik berbagai sistem cuaca yang
berpengaruh terhadap perairan terbatas sesuai kebijakan Peserta.
5.5 Pengetahuan tentang kondisi cuaca yang berpengaruh terhadap
perairan terbatas tersebut ysng membahayakan kapal, sesuai
kebijakan yang diambil Peserta.
5.6 Apabila dapat dilakukan gunakan publikasi navigasi, arus dan pasang
surut

7. Olah Gerak dan Penanganan Kapal Penangkap Ikan


7.1 Olah gerak dan penanganan kapal dalam semua kondisi meliputi :

1. Sandar, lepas sandar dan berlabuh jangkar pada berbagai kondisi


angin dan pasang.
2. Olah gerak di perairan dangkal.
3. Pengendalian dan penanganan kapal penangkap ikan dalam cuaca
buruk, termasuk kecepatan yang sesuai, khususnya kondisi saling
menyusul dan perairan yang bergelombang, membantu kapal atau
pesawat udara dalam keadaan bahaya dengan cara menjaga agar kapal
yang tak dapat dikendalikan keluar dari perairan yang bergelombang
dan mengurangi hanyutnya.

35
4. Olah gerak kapal selama operasi penangkapan dengan memperhatikan
secara khusus faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keselamatan
kapal selama operasi penangkapan.
5. Menghindari kecelakaan dalam olah gerak peluncuran skoci penolong
atau rakit penolong dalam cuaca buruk.
6. Cara melakukan pertolongan orang dalam bahaya ke atas kapal dari
skoci penolong atau rakit penolong.
7. Apabila memungkinkan, tindakan-tindakan praktis hendaknya diambil
ketika berlayar di perairan es atau kondisi penimbunan salju di atas
kapal.
8. Apabila memungkinkan penggunaan dan olah gerak pada alur
pelayaran dengan pemisah lalu lintas.
9. Pentingnya melayarkan kapal pada kecepatan rendah untuk
menghindarkan kerusakan yang disebabkan oleh ombak haluan kapal
atau ombak buritan.
10. Memindahkan ikan di laut ke kapal pabrik pengolahan atau
kapal-kapal lain.

8. Bangunan dan Stabilitas Kapal Penangkap Ikan


8.1 Pengetahuan umum tentang struktur bagian-bagian utama kapal
dan nama berbagai bagian dari kapal.
8.2 Pengetahuan tentang teori dan faktor-faktor yang mempengaruhi
trim dan stabilitas dan tindakan yang perlu untuk memelihara trim
dan stabilitas yang aman.
8.3 Memperagakan penggunaan informasi stabilitas yang tersedia
untuk kapal-kapal penangkap ikan.
8.4 Apabila memungkinkan pengetahuan tentang pengaruh-pengaruh
permukaan bebas dan penimbunan salju.
8.5 Pengetahuan tentang pengaruh air di atas geladak.
8.6 Pengetahuan tentang pentingnya kedap cuaca dan kedap air.

9. Penanganan dan Penyimpanan Hasil Tangkapan


9.1Penyimpanan dan pengamanan hasil tangkapan di atas kapal, termasuk
alat tangkap;
9.2Kegiatan muat dan bongkar.

10.Instalasi tenaga Kapal Penangkap Ikan


1.1 Prinsip-prinsip kerja instalasi tenaga kapal pada kapal penangkap ikan
1.2 Mesin bantu kapal
1.3 Pengetahuan umum tentang istilah mesin kapal.

11.Pencegahan kebakaran dan alat-alat pemadam kebakaran


11.1 Mengorganisasikan pelatihan darurat pemadam kebakaran;
11.2 Bahan kimia dan kelas-kelas kebakaran;
11.3 Sistem pemadam kebakaran;
11.4 Mengikuti suatu pelatihan pemadaman kebakaran yang telah disetujui.
11.5 Pengetahuan tentang ketentuan mengenai perlengkapan pemadam
kebakaran.

12.Prosedur Darurat
12.1 Prosedur ketika mengkandaskan kapal;
12.2 Tindakan yang harus dilakukan sebelum atau sesudah kapal kandas;

36
12.3 Tindakan yang harus dilakukan apabila alat tangkap tersangkut di dasar
atau benda lain;
12.4 Mengapungkan kapal yang kandas, dengan dan tanpa alat bantu;
12.5 Tindakan yang akan diambil menyusul suatu tubrukan;
12.6 Penyumbatan sementara terhadap kebocoran-kebocoran;
12.7 Tindakan untuk perlindungan dan keselamatan ABK dalam keadaan
bahaya;
12.8 Membatasi kerusakan dan menenangkan kapal menyusul kebakaran
atau ledakan.
12.9 Meninggalkan kapal
12.10 Sistem kemudi darurat, cara pemasangan dan penataan dalam sistem
kemudi dimana memungkinkan.
12.11 Menolong orang-orang dari kapal dalam keadaan bahaya atau karena
karam.
12.12 Cara menolong orang jatuh ke laut
12.13 Menunda atau sedang ditunda

13.Pelayanan Medis
13.1 Pengetahuan tentang PPPK
13.2 Penerapan secara praktis tentang pedoman medis dan nasehat lewat
radio, termasuk kemampuan untuk bertindak secara efektif berdasarkan
pengetahuan dalam kasus kecelakaan atau penyakit yang kemungkinan
terjadi di atas kapal.

14.Hukum Maritim
14.1 Memperhitungkan perairan terbatas sebagaimana ditentukan oleh
Peserta yang bersangkutan; pengetahuan tentang hukum maritim
internasional sebagaimana yang tercantum dalam Konvensi-Konvensi
dan persetujuan-persetujuan Internasional, karena mempengaruhi
kewajiban dan tanggung jawab nakhoda di perairan bersangkutan,
khususnya hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan dan
perlindungan lingkungan laut;
14.2 Luasnya pengertian tentang perundang-undangan kemaritiman
nasional diserahkan kepada kebijaksanaan Peserta yang bersangkutan
tapi harus meliputi rencana nasional untuk dilaksanakan sesuai
penerapan Konvensi-Konvensi dan persetujuan internasional .

15.Penyelamatan Diri
Pengetahuan tentang alat-alat penolong yang ada di kapal penangkap ikan.
PengOrganisasian meninggalkan kapal (abandon ship drills) dan penggunaan
perlengkapannya.

16.S A R
Pengetahuan tentang prosedur pencarian dan pertolongan

17.Kode FAO/ILO/IMO tentang Keselamatan Nelayan dan Kapal Penangkap


Ikan, Bagian A

Pengetahuan seksi – seksi atau bagian dari Kode FAO/ILO/IMO tentang


Keselamatan Nelayan dan Kapal Penangkap Ikan, Bagian A

37
18.Metode demonstrasi kecakapan

Peserta harus menentukan metode demontrasi kecakapan sesuai dengan


lampiran ini.

38
Peraturan 4
Persyaratan Minimum yang Disyaratkan untuk Sertifikasi Perwira
Jaga Navigasi di Kapal Penangkap Ikan dengan Panjang 24 meter
atau lebih yang Beroperasi di Perairan Terbatas.

1. Setiap perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi pada kapal


penangkap ikan dengan panjang 24 meter atau lebih beroperasi di
perairan terbatas, harus memiliki sertifikat yang diterbitkan sesuai
peraturan 2, atau memiliki sertifikat yang tepat sesuai dengan Peraturan
ini.

2. Setiap calon pemegang sertifikat haruslah:

1. Berumur tidak kurang dari 18 tahun


2. Memenuhi persyaratan Peserta yaitu kesehatan, terutama menyangkut
penglihatan dan pendengaran.
3. Memiliki pengalaman berlayar tidak kurang dari 2 tahun di bagian dek
pada kapal penangkap ikan yang memiliki panjang tidak kurang dari
12 meter. Namun demikian Administrasi dapat mengganti pengalaman
berlayar tesebut dengan pelatihan khusus tidak lebih dari satu tahun,
asalkan periode pelatihan khusus tersebut sedikitnya memiliki nilai
yang setara dengan periode masa berlayar yang digantikannya atau
dengan periode masa berlayar yang dibuktikan dengan buku catatan
yang syah sesuai dengan Konvensi STCW 1978.
4. Telah lulus ujian yang sesuai atau ujian-ujian untuk penilaian
kecakapan sesuai dengan persyaratan Peserta. Ujian seperti itu atau
ujian-ujian tersebut harus meliputi materi yang tercantum dalam
lampiran aturan ini. Calon peserta ujian yang memiliki sertifikat
kecakapan yang dikeluarkan menurut ketetapan Konvensi STCW 1978
tidak perlu diuji lagi dalam materi-materi yang tercantum dalam
lampiran yang telah diujikan pada tingkat yang lebih tinggi atau yang
setaraf dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Konvensi.
5. Memenuhi persyaratan Peraturan 6 apabila memungkinkan untuk
menyelenggaran tugas-tugas jaga radio sesuai dengan peraturan radio.

39
Lampiran Peraturan 4
Pengetahuan Minimum yang Disyaratkan untuk Sertifikasi
Perwira Jaga Navigasi di Kapal Penangkap Ikan yang Panjang 24
meter atau lebih yang Beroperasi di Perairan Terbatas

1. Sylabus yang tersebut dibawah ini disusun untuk ujian bagi calon
pemegang sertifikasi sebagai perwira-perwira yang bertugas jaga navigasi
di kapal penangkap ikan dengan panjang 24 meter atau lebih beroperasi
di perairan terbatas.

2. Pelayaran Datar
2.1 Kemampuan untuk menentukan posisi kapal dengan penggunaan :

1. Benda – benda darat


2. Benda-benda bantu navigasi termasuk menara suar, rambu-rambu dan
pelampung
3. Pelayaran duga dengan memperhitungkan pengaruh angin, pasang,
arus dan kecepatan oleh RPM baling-baling dan topdal.
2.2 Pengetahuan yang baik dan kesanggupan untuk menggunakan peta-peta
laut dan publikasi navigasi misalnya kepanduan bahari, Daftar
pasang/surut, berita pelaut dan peringatan navigasi radio.

3. Navigasi Radar
3.1 Masing-masing Peserta hendaknya memutuskan apakah memasukkan
atau tidak sylabus radar dibawah ini dalam persyaratan umum untuk
sertifikasi para perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi. Jika
Peserta yang bersangkutan memutuskan tidak memasukannya dalam
persyaratan umum, ia harus menjamin bahwa sylabus diperhitungkan
untuk kepentingan sertifikasi perwira tersebut yang melayani di kapal-
kapal yang dilengkapi dengan radar dan yang berlayar di perairan
terbatas.

3.1 Pengetahuan tentang prinsip radar dan kemampuan dalam


mengoperasikan dan menggunakan radar serta kesanggupan
memperkirakan dan menganalisa informasi yang diperoleh dengan
menggunakan radar, termasuk :

1. Faktor yang mempengaruhi tampilan gambar dan ketelitian.


2. Pengaturan dan perawatan display/gambar.
3. Mendeteksi dari kesalahan penampilan radar termasuk gema palsu
dan gema dari laut, dll.
4. Jarak dan arah baringan
5. Identifikasi gema kritis
6. Haluan dan kecepatan kapal-kapal lain
7. Waktu dan jarak terdekat dengan kapal dalam situasi silang, saling
berhadapan atau saling menyusul.
8. Mendeteksi perobahan haluan dan kecepatan kapal-kapal lain
9. Pengaruh perobahan haluan atau kecepatan kapal sendiri atau kedua-
duanya.
10. Penerapan Peraturan Internasional untuk Mencegah

40
Tubrukan di Laut. 1972

4. Tugas Jaga
4.1 Memperagakan secara baik tentang isi, penerapan dan maksud
Peraturan Internasional untuk Mencegah Tubrukan di Laut, 1972,
termasuk lampiran menyangkut pelayaran yang aman.

4.2 Memperagakan pengetahuan tentang Prinsip Dasar Pengamatan dalam


Tugas Jaga Navigasi seperti yang diuraikan dalam Bab IV.
5. Penentuan Posisi dan Navigasi dengan Sistem Elektronik
5.1 Kemampuan untuk menentukan posisi kapal melalui penggunaan alat
bantu navigasi elektronik demi memenuhi persyaratan Peserta.

6. Meteorologi dan Oceanografi


6.1 Pengetahuan tentang peralatan meteorologi di kapal dan penggunaannya
6.2 Pengetahuan tentang karakter berbagai sistem cuaca yang
mempengaruhi perairan terbatas bersangkutan.

7. Kompas
7.1 Kemampuan untuk menentukan dan menggunakan kesalahan kompas

8. Pemadam kebakaran
8.1 Pengetahuan tentang pencegahan kebakaran dan penggunaan alat
pemadam
8.2 Partisipasi dalam kursus pemadam kebakaran yang telah mendapat
persetujuan.

9. Penyelamatan diri
9.1 Pengetahuan tentang alat–alat penyelamat yang tersedia di kapal.
Pengaturan orang-orang dalam latihan meninggalkan kapal dan
penggunaan perleng kapan.
9.2 Mengikuti pelatihan penyelamatan diri di laut yang mendapat
persetujuann..

10.Prosedur darurat dan praktek kerja aman bagi awak kapal penangkap
ikan
10.1 Pengetahuan tentang pasal-pasal yang terdaftar dalam seksi kode
FAO/ILO/IMO tentang Keselamatan Bagi awak kapal ikan, bagian A
dan Bab III Tambahan Protokol Torremolinos, tahun 1993.

11.Olah Gerak Kapal Penangkap Ikan dan Penanganannya


11.1 Pengetahuan dasar tentang olah gerak dan penanganan kapal
penangkap ikan, termasuk :

1. Sandar dermaga, mengepil, berlabuh jangkar dan olah gerak disisi


kapal-kapal lain di laut.
2. Olah gerak selama operasi penangkapan khusus menyangkut faktor-
faktor yang dapat membahayakan kapal selama operasi tersebut.
3. Pengaruh angin dan arus/pasang pada penanganan kapal tersebut
4. Olah gerak di perairan dangkal
5. Pengendalian kapal penangkap ikan dalam cuaca buruk.
6. Menolong orang dan membantu kapal atau pesawat udara yang berada

41
dalam bahaya.
7. Menunda dan ditunda
8. Prosedur menolong orang jatuh ke laut
9. Dimana memungkinkan tindakan-tindakan praktis yang harus diambil
ketika berlayar di perairan es atau dalam kondisi penimbunan salju di
kapal.

12.Stabilitas Kapal
12.1 Mendemontrasikan kemampuan menggunakan data stabilitas, stabilitas
dan tabel dan stabilitas awal.

13.Penanganan Hasil Tangkapan


13.1 Pengetahuan tentang penanganan hasil tangkapan secara aman dan
penyimpanannya dan pengaruh faktor-faktor untuk keselamatan kapal.

14.Bangunan Kapal Penangkap Ikan


14.1 Pengetahuan umum tentang bagian utama bangunan kapal

15.Pelayanan Medis
15.1 Pengetahuan tentang prosedur PPPK. Penggunaan praktis pedoman
medis dan pelayanan medis melalui radio.
16.Search and Rescue
16.1 Pengetahuan tentang prosedur SAR

17.Pencegahan Polusi Lingkungan Laut

17.1 Pengetahuan tentang tindakan awal untuk diamati dalam mencegah


polusi lingkungan laut.

18.Metoda mendemonstrasikan Kecakapan


Negara Peserta harus membuat metoda demonstrasi kecakapan yang sesuai
dengan persyaratan pada lampiran.

42
Peraturan 5
Persyaratan Minimum yang Diwajibkan untuk Sertifikasi
Kepala Kamar Mesin dan Masinis II pada Kapal Penangkap Ikan
yang Digerakkan oleh Mesin Penggerak Utama
dengan Daya Dorong 750 kW atau lebih

1. Setiap Kepala Kamar Mesin dan Masinis II yang bekerja pada kapal ikan
yang digerakkan oleh mesin penggerak utama sebesar 750 Kilowatt atau
lebih harus memiliki sertifikat yang sesuai.

2. Setiap calon pemegang sertifikat harus :


1. Berusia sekurang-kurangnya 18 tahun
2. Memenuhi persyaratan mengenai kesehatan, termasuk penglihatan dan
pendengaran.
3. Untuk sertifikasi sebagai Masinis II, memiliki masa berlayar yang sah
tidak kurang dari 12 bulan pada kamar mesin. Namun demikian
jangka waktu ini dapat dikurangi sampai tidak kurang dari 6 bulan jika
Peserta mensyaratkan pelatihan khusus yang dianggap setara dengan
pengalaman berlayar yang digantikannya.
4. Untuk sertifikasi sebagai Kepala Kamar Mesin, harus memiliki
pengalaman berlayar yang syah sekurang-kurangnya 24 bulan, dimana
tidak kurang dari 12 bulan dari pengalaman tersebut bertindak sebagai
Masinis II.
5. Telah mengikuti Pelatihan pemadam kebakaran; dan
6. Telah lulus ujian yang sah untuk penilaian kecakapan yang
memuaskan Peserta. Ujian tersebut harus meliputi materi yang
ditetapkan dalam lampiran aturan ini, kecuali Peserta dapat
menvariasikan persyaratan ujian dan pengalaman berlayar untuk
perwira kapal penangkap ikan yang beroperasi di perairan terbatas
dengan memperhatikan tenaga mesin penggerak serta pengaruhnya
terhadap keselamatan awak kapal penangkap ikan yang mungkin
beroperasi di perairan yang sama.

3. Pelatihan untuk memperoleh pengetahuan teori yang diperlukan dan


pengalaman praktis harus diperhitungkan berkaitan dengan peraturan-
peraturan Internasional dan rekomendasi-rekomendasi.

4. Tingkat pengetahuan yang diinginkan berdasarkan paragrag yang berbeda


mungkin bervariasi tergantung sertifikat yang diterbitkan bagi Kepala
Kamar Mesin atau Masinis II.

43
Lampiran Peraturan 5
Pengetahuan Minimum yang Disyaratkan untuk Sertifikasi
Kepala Kamar Mesin dan Masinis II Kapal Penangkap Ikan
yang Digerakkan oleh Mesin Penggerak Utama
dengan Daya Dorong 750 kW atau lebih.

1. Silabus yang diberikan dibawah ini diperuntukkan bagi calon peserta


ujian sertifikasi sebagai Kepala Kamar Mesin dan Masinis II kapal
penangkap ikan yang digerakan oleh mesin penggerak utama dengan
daya dorong 750 kW atau lebih. Mengingat bahwa suatu saat para masinis
akan berada dalam posisi mengemban tanggung jawab sebagai Kepala
Kamar Mesin, ujian dalam mata pelajaran ini hendaknya dirancang untuk
menguji kemampuan calon dengan memadukan semua informasi yang ada
yang berhubungan dengan pengoperasian mesin kapal secara aman.

2. untuk alinea 3.4 dan 4.1. dibawah ini Peserta dapat meniadakan
persyaratan pengetahuan tentang jenis-jenis mesin penggerak selain
instalasi permesinan yang mana sertifikat tersebut diberikan masih
berlaku. Suatu sertifikat yang diberikan dengan dasar demikian tidak
berlaku untuk kategori instalasi permesinan yang telah ditiadakan hingga
masinis tersebut terbukti ahli dalam hal ini menurut Peserta, pembatasan
demikian harus dinyatakan dalam sertifikat.

3. Setiap calon harus memiliki pengetahuan dan teori dasar serta memahami
prinsip-prinsip dasar yang termasuk dalam hal berikut :
1. Proses pembakaran
2. Perpindahan Panas
3. Mekanik dan hydromekanika
4. Bila memungkinkan:
4.1 Mesin diesel kapal
4.2 Instalasi Mesin uap kapal
4.3 Turbin gas kapal
5. Sistem peralatan kemudi
6. Sifat bahan bakar dan pelumas
7. Sifat-sifat bahan
8. Bahan Pemadam Kebakaran
9. Perlengkapan listrik kapal
10. Sistem otomatis, Instrumentasi dan kontrol
11. Konstruksi kapal penangkap ikan, termasuk kontrol stabilitas dan
kerusakannya
12. Sistem pesawat bantu dan
13. Sistem pendinginan
4. Setiap calon harus memiliki pengetahuan praktis yang memadai
sekurang-kurangnya dalam bidang :
1. Operasi dan Pemeliharaan, yang tepat
1.1 Mesin diesel kapal
1.2 Instalasi penggerak uap kapal; dan
1.3 Turbin gas kapal
2. Operasi dan pemeliharaan sistem mesin bantu, termasuk sistem
peralatan kemudi.
3. Pengoperasian, pengujian dan pemeliharaan listrik dan peralatan

44
kontrol.
4. Perawatan terhadap peralatan penanganan hasil dan mesin dek.
5. Mendeteksi kerusakan mesin, lokasi kerusakan dan langkah
pencegahan kerusakan.
6. Operasionalisasi pemeliharaan yang aman dan prosedur perbaikan.
7. Metode dan alat bantu pencegahan kebakaran, pendeteksian dan
pemadaman
8. Peraturan-peraturan yang harus dipatuhi dalam hal pencemaran
lingkungan laut akibat kegiatan operasional atau tidak disengaja
serta metode dan bantuan yang dipergunakan untuk mencegah
pencemaran.
9. Pertolongan Pertama terhadap cidera yang terjadi diruang mesin dan
bagaimana penggunaan perlengkapan P3K.
10. Fungsi dan penggunaan alat-alat penyelamat.
11. Metode pengontrolan kerusakan dengan berpatokan khusus kepada
tindakan yang diambil dalam peristiwa air laut masuk ke dalam
ruang mesin dan
12. Praktek keselamatan kerja.

5. Setiap calon harus memiliki pengetahuan tentang hukum Internasional


yang diundangkan dalam Konvensi dan persetujuan internasional karena
perundangan tersebut berhubungan erat terhadap kewajiban dan
tanggung jawab bagian permesinan, khususnya yang berkaitan dengan
keselamatan dan perlindungan lingkungan laut. lingkup pengetahuan
tentang perundangan meliputi penataan nasional dalam rangka
penerapan Konvensi dan persetujuan internasional.
6. Setiap calon harus memiliki pengetahuan tentang pengelolaan awak kapal,
pengorganisasian dan latihan-latihan di kapal penangkap ikan

45
Peraturan 6
Persyaratan Minimum yang Disyaratkan untuk Sertifikasi GMDSS bagi
Petugas Radio di Kapal Penangkap Ikan

Catatan Penjelasan
Ketentuan-ketentuan wajib menyangkut tugas jaga radio diatur dalam
Peraturan Radio dan Protocol Torremolinos 1993. Ketentuan mengenai
perawatan radio diatur dalam Protokol Torremolinos dan petunjuk yang
diadopsi oleh Oraganisasi.

Penerapan
1. Kecuali yang tertera pada paragrap 2, ketetapan aturan ini harus
diterapkan bagi petugas radio sesuai dengan persyaratan internasional
atau hukum nasional untuk membawa alat radio dengan teknik GMDSS
(Global Maritine Distress and Safety System).

2. Setiap operator radio yang bertanggung jawab, atau menjalankan tugas-


tugas komunikasi radio di kapal harus memiliki suatu sertifikat yang
sesuai atau sertifikat yang dikeluarkan atau yang diketahui oleh Peserta
yang bersangkutan berdasarkan ketetapan-ketetapan Peraturan Radio.

Persyaratan minimum untuk sertifikasi petugas radio GMDSS


1. Setiap orang yang bertugas atau menyelenggarakan tugas komunikasi
radio pada sebuah kapal wajib memiliki sertifikat yang sesuai yang
diterbitkan atau diketahui oleh Administrasi sesuai Peraturan Radio

2. Pengetahuan minimal, pemahaman dan kecakapan untuk sertifikasi


sesuai peraturan ini harus memadai bagi petugas yang melaksanakan
tugas radio secara aman dan efisien
3. Persyaratan minimum untuk sertifikasi petugas radio GMDSS harus:

1. Berusia tidak kurang dari 18 tahun;


2. Berbadan sehat, termasuk penglihatan, pendengaran; dan
3. Memenuhi persyaratan pada lampiran peraturan ini.
4. Setiap calon untuk sertifikasi harus lulus ujian atau ujian-ujian yang
memuaskan Peserta

5. Untuk pengukuhan semua jenis sertifikat yang diterbitkan sesuai dengan


peraturan radio untuk memenuhi persyaratan Konvensi, pengetahuan
yang diperlukan, pemahaman dan kecakapan seperti tercantum lampiran
peraturan ini. Dalam menentukan tingkat pengetahuan dan pelatihan
yang tepat, Peserta harus mempertimbangkan rekomendasi yang relevan
dari Organisasi. *)

46
Lampiran Peraturan 6
Tambahan Pengetahuan dan Pelatihan Minimum yang Disyaratkan
bagi Petugas Radio GMDSS

1. Sebagai tambahan guna memenuhi persyaratan untuk penerbitan


sertifikat sesuai dengan Peraturan Radio, setiap calon sertifikasi harus
mempunyai pengetahuan :

1. Peraturan pelayanan radio dalam keadaan darurat ;


2. Pencarian dan pertolongan dalam komunikasi radio termasuk
prosedur-prosedur dalam the Merchant Ship Search and Rescue
Manual (MERSAR)

3. Cara-cara mencegah transmisi marabahaya yang salah dan prosedur-


prosedur untuk mencegah pengaruh kesalahan marabahaya tersebut;
4. Sistem pelaporan kapal;
5. Pelayanan medis melalui radio;
6. Penggunaan the International Code of Signals dan Standard Marine
Communication Phrase; dan
7. Tindakan pencegahan untuk keselamatan kapal dan awak kapal
sehubungan dengan bahaya dari peralatan komunikasi, termasuk
bahaya listrik dan bahaya radio non–ionizing.

47
Peraturan 7
Persyaratan Wajib Minimum untuk Menjamin
Keberlanjutan Kecakapan dan Pemutakhiran Pengetahuan
bagi Nakhoda, Perwira dan PerwiraMesin

1. Setiap nakhoda atau perwira yang memiliki sertifikat yang bekerja pada
kapal penangkap ikan atau bermaksud untuk kembali setelah beberapa
lama ada di darat, supaya berlanjut kecakapan bekerja di kapal
disyaratkan pada selang waktu yang teratur tidak melebihi 5 tahun agar
memenuhi persyaratan Administrasi, yaitu:

1. Berbadan sehat, terutama menyangkut penglihatan dan pendengaran;


dan
2. Memiliki pengalaman berlayar sebagai nakhoda atau perwira paling
tidak selama satu tahun dalam periode lima tahun sebelunya; atau
3. Mampu melaksanakan tugas-tugas operasional kapal penangkap ikan
sesuai dengan tugas–tugas yang sesuai dengan tingkatan sertifikat
yang dimilikinya dengan pertimbangan paling tidak sama atau setara
dengan pengalaman berlayar yang disyaratkan dalam paragraph 1.2
atau dengan:
3.1 Lulus ujian yang syah, atau
3.2 Menyelesaikan pelatihan dengan baik yang sesuai bagi Nakhoda dan
perwira yang bekerja pada kapal penangkap ikan terutama bagi
mereka yang ingin kembali ke kapal guna untuk berlayar.
3.2 Telah menyelesaikan tugas berlayar yang syah sebagai perwira
dalam jangka waktu tidak kurang dari tiga bulan pada kapal ikan
dalam jabatan pengganti/cadangan, sebelum memegang jabatan
sesuai dengan validitas sertifikatnya.

2. Kursus penyegaran dan pemutakhiran yang dipersyaratkan oleh


peraturan ini harus disyahkan oleh Administrasi dan termasuk perubahan
naskah terbaru mengenai peraturan Internasional tentang keselamatan
jiwa di laut dan perlindungan lingkungan laut.

3. Administrasi harus meyakinkan bahwa perubahan-perubahan naskah


terbaru mengenai peraturan internasional tentang keselamatan jiwa di
laut dan perlindungan lingkungan laut tersedia untuk kapal-kapal yang
berada dibawah kedaulatan hukumnya.

48
Peraturan 8
Persyaratan Minimum yang Disyaratkan untuk Menjamin
Keberlangsungan Kecakapan dan Pemutakhiran Pengetahuan
bagi Petugas Radio GMDSS

1. Setiap petugas radio GMDSS yang memiliki sertifikat atau sertifikat-


sertifikat yang diterbitkan atau yang diakui oleh Peserta, untuk supaya
berkelanjutan memenuhi kualifikasi untuk berlayar, disyaratkan
memenuhi persaratan Peserta, seperti berikut ini:

1. Berbadan sehat, termasuk penglihatan dan pendengaran, pada


tenggang waktu tidak lebih dari lima tahun; dan

2. Memiliki kemampuan profesional:


2.1 Mempunyai masa berlayar yang syah dan terkait dengan tugas
komunikasi radio paling sedikit selama satu tahun dalam jangka
waktu lima tahun sebelumnya; atau

2.2 Berdasarkan pada pelaksanaan fungsi menyangkut tugas-tugas yang


sesuai dengan tingkat sertifikat yang dimiliki dan dianggap setara
dengan pengalaman berlayar yang disyaratkan pada paragrap
1. 2.1; atau
2.3 Lulus ujian atau menyelesaikan suatu kursus atau kursus-kursus di
laut atau di darat yang harus meliputi unsur-unsur yang ada kaitan
langsung dengan keselamatan jiwa di laut, dan yang dapat diterapkan
bagi pemegang sertifikat tersebut, menurut persyaratan Protokol
Torremolinos tahun 1993.

2. Apabila terdapat medel baru , perlengkapan atau praktek baru menjadi


hal yang wajib di kapal-kapal yang berhak mengibarkan bendera Peserta.
Peserta dapat merekomendasikan personil radio GMDSS untuk lulus tes
atau lulus dalam kursus latihan atau kursus-kursus dilaut atau didarat
dengan materi menyangkut tugas-tugas keselamatan.
3. Administrasi harus menjamin bahwa perubahan naskah yang baru dalam
aturan internasional menyangkut komunikasi radio dan yang terkait
dengan keselamatan jiwa di laut, tersedia pada kapal-kapal yang berhak
mengibarkan benderanya.

49
B a b III
Pelatihan Keselamatan Tingkat Dasar bagi Seluruh Awak Kapal
Penangkap Ikan (Basic Safety Training for all fishing vessels personnel)
Peraturan 1
Pelatihan Keselamatan Tingkat Dasar bagi Seluruh Awak Kapal
Penangkap Ikan
1. Awak kapal penangkap ikan, sebelum bertugas di kapal harus menerima
pelatihan tingkat dasar yang disetujui oleh Administrasi dalam hal
berikut:

1. Teknik penyelamatan diri, termasuk memekai jaket penolong, dan


apabila memungkinkan memakai pakaian selam;
2. Pencegahan dan pemadaman kebakaran;
3. Prosedur darurat;
4. Dasar-dasar PPPK;
5. Pencegahan polusi lingkungan laut;
6. Pencegahan kecelakaan kapal.

2. Dalam pelaksanaan peraturan paragrap 1, Administrasi harus


menentukan luasnya atau cakupan aturan yang harus diterapkan bagi
awak kapal penangkap ikan berukuran kecil atau awak kapal yang telah
bekerja pada kapal penangkap ikan.

B a b IV
Tugas Jaga

Peraturan 1
Prinsip Dasar yang harus Diamati dalam Jaga Navigasi
pada Kapal Penangkap Ikan

1. Administrasi harus mengarahkan perhatian pemilik dan operator kapal


penangkap ikan, nakhoda dan awak kapal yang melaksanakan jaga laut
pada prinsip-prinsip berikut ini yang harus diamati untuk menjamin
bahwa keselamatan navigasi terjaga sepanjang waktu.
2. Nakhoda setiap kapal penangkap ikan harus menjamin bahwa
pengaturan tugas jaga memadai untuk mempertahankan tugas-tugas jaga
navigasi aman. Dibawah pengarahan langsung nakhoda, perwira jaga
bertanggung jawab melayarkan kapal dengan aman dan selamat selama
periode tugas jaga khusus agar terhindar dari tubrukan dan kandas.

3. Prinsip-prinsip dasar, termasuk tapi tidak terbatas terhadap yang berikut


ini, harus diperhitungkan pada semua kapal-kapal penangkap ikan.
Namun setiap Peserta dapat mengecualikan kapal-kapal penangkap ikan
yang terkecil yang beroperasi di perairan terbatas dari pengaturan prinsip-
prinsip dasar secara penuh.

4. Pelayaran dari dank e daerah penangkapan


4.1 Pengaturan tugas jaga navigasi :
4.1.1 Komposisi penjagaan harus memadai dan cocok dengan keadaan dan
kondisi-kondisi dengan harus memperhitungkan kebutuhan untuk
mempertahankan pengamatan yang tepat

50
4.1.2 Pada saat menetukan komposisi petugas jaga faktor-faktor berikut,
harus menjadi bahan pertimbangan :

1. setiap saat anjungan tidak boleh ditinggalkan;


2. kondisi cuaca, jarak pandang dan keadaan kecerahan siang hari atau
keadaan gelap kegelapan;
3. Bahaya navigasi yang ada di sekitar alur pelayaran sehingga memerlukan
tugas-tugas tambahan bagi perwira
4. menggunakan alat Bantu navigasi dalam keadaan operasional seperti
radar atau alat elektronik penentu posisi lainnya dan alat lainnya yang
mempengruhi tingkat keselamatan bernavigasi kapal
5. apakah kapal dilengkapi dengan kemudi otomatis, dan
6. Kebutuhan lain yang tidak biasanya pada pelaksanaan jaga yang mungkin
dapat menimbulkan hasil yang khusus dalam kaitan dengan operasional;
4.2 Kebugaran untuk melaksanakan tugas
Pengaturan tugas jaga harus sedemikian rupa sehingga efisiensi tugas jaga
tidak menurun karena letih. Tugas jaga harus diatur sedemikian rupa
sehingga penjagaan pertama pada permulaan pelayaran dan penjagaan-
penjagaan selanjutnya cukup untuk istirahat oleh karenanya bugar untuk
bertugas jaga.

4.3 Pelayaran
4.3.1 Pelayaran yang direncanakan, sejauh dapat dilaksanakan,
direncanakan sebelumnya dengan mempertimbangkan semua informasi
yang berkaitan dengan setiap haluan yang dikemudikan harus dicek
sebelum pelayaran selanjutnya.

4.3.2 Sebelum penjagaan haluan dikemudikan, posisi dan kecepatan harus


dicek dengan selang waktu secukupnya, penggunaan alat Bantu navigasi
yang ada perlu untuk memastikan bahwa kapal berada pada haluan
yang direncanakan.

4.3.3 Perwira yang bertugas jaga harus mempunyai pengetahuan yang luas
tentang lokasi dan pengoperasian atas semua peralatan keselamatan
dan peralatan navigasi di atas kapal dan harus hati-hati dan menyadari
terbatasnya kemampuan operasional alat-alat tersebut.
4.3.4 Perwira yang melakukan dinas jaga tidak boleh diberikan atau
melakukan tugas lain yang akan mengganggu keselamatan pelayaran
dan kapal tersebut.

4.4 Peralatan Navigasi


4.4.1 Perwira yang melaksanakan tugas jaga harus menggunakan semua
peraltan navigasi secara efektif.

4.4.2 Apabila menggunakan radar, perwira yang bertugas jaga harus


mengingat pada keadaan mendesak untuk mematuhi setiap saat
terhadap syarat-syarat tentang penggunaanradar yang terdapat dalam
penerapan aturan pencegahan tubrukan di laut.

51
4.4.3 Jika diperlukan perwira jaga tidak boleh ragu-ragu untuk
menggunakan kemudi, mesin dan alat-alat isyarat bunyi dan cahaya.

4.5 Tugas-tugas Navigasi dan Tanggung Jawab


4.5.1 Perwira yang berdinas jaga haruslah :
1. Tetap dalam tugas jaganya di anjungan
2. Tidak ada balasan apapun untuk meninggalkan ruang kemudi
sampai ada pergantian
3. Bertanggung jawab penuh atas pelayaran kapal secara aman
walaupun ada nakhoda di anjungan sampai nakhoda
menginformasikan secara khusus bahwa ia telah menerima tanggung
jawab tersebut dan ini diketahui satu sama lain.
4. Memberi tahu nakhoda bila ragu-ragu mengenai tindakan yang
diambil demi kepentingan keselamatan pelayaran.
5. Tidak menyerahkan penjagaan kepada perwira pengganti jika ia
mempunyai alsan yang meyakinkan bahwa yang tersebut jelas-jelas
tidak mampu melaksanakan tugas-tugasnya secara efektif, maka dari
itu dalam hal ini harus memberi tahu nakhoda
4.5.2 Dalam pengambilalihan tugas jaga perwira pengganti harus
memastikan pergerakan kapal atau posisi sejati kapal dan
mencocokkannya dengan garis haluan yang direncanakan, haluan dan
kecepatan dan harus mencatat adanya bahaya-bahaya terhadap
pelayaran yang dihadapi selama tugas jaganya.

4.5.3 Apabila dipandang praktis harus dilaksanakan catatan yang tepat


tentang olah gerak dan semua tindakan dan kegiatan selama
penjagaan yang berhubungan dengan navigasi kapal.

4.6 Pengamatan keliling


4.6.1 Suatu pengamatan keliling harus selalu diadakan sesuai 5 Peraturan
Internasional untuk mencegah tubrukan di laut, 1972 dan harus
berlaku untuk maksud :
1. Tetap waspada terus menerus melalui penglihatan dan pendengaran
maupun semua peralatan yang tersedia, dengan menganggap
perubahan apapun penting dalam melaksanakan tugas keadaan
sekeliling;
2. Memperkirakan sepenuhnya situasi dan resiko tubrukan, kandas dan
bahaya-bahaya navigasi lain; dan
3. Mendeteksi kapal atau pesawat udara dalam keadaan bahaya, orang-
orang kecelakaan kapal, rongsokan kapal dan puing-puing.
4.6.2 Dalam menentukan susunan tugas jaga navigasi harus memadai untuk
menjamin agar pengamatan sekeliling selalu diadakan, nakhoda harus
memperhitungkan seluruh factor yang berhubungan, termasuk factor
yang diuraikan pada bagian 4.1 aturan ini, maupun faktor-faktor sebagai
berikut :
1. Jarak tampak, keadaan laut dan cuaca;
2. Kepadatan lalu lintas, dan kegiatan-kegiatan lain di daerah dimana
kapal sedang berlayar;

52
3. Perhatian yang diperlukan bila berlayardi atau dekat bagan pemisah
lalu lintas dan tindakan pada jalur yang dilalui;
4. Tambahan beban kerja yang disebabkan oleh sifat fungsi kapal,
tuntutan yang mendesak dilaksanakan dan perkiraan olah gerak
untuk antisipasi keadaan
5. Control kemudi dan baling-baling dan sifat-sifat olah gerak kapal;
6. Kebugaran anak buah kapal selama melaksanakan tugas sebagai
anggota dinas jaga;
7. Pengetahuan dan kepercayaan dalam kemampuan profesional
perwira-perwira dan Anak Buah Kapal;
8. Pengalaman perwira dalam tugas jaga navigasi dan kebiasaan
perwira dengan perlengkapan-perlengkapan kapal, prosedur dan
kemampuan mengolah gerak kapal
9. Kegiatan yang terjadi di atas kapal pada waktu tertentu dan dapat
diminta bantuan segera ke anjungan bila diperlukan;
10. Keadaan yang berkenaan dengan peralatan dan pengendalian dari
anjungan termasuk sistem alarm;
11. Ukuran kapal dan batas jarak pandang yang diperoleh dari posisi
duga;
12. Tata letak anjungan kapal, sebagian anjungan mungkin
menghalangi anggota dinas jaga dari pendeteksian dengan mata
atau pendengaran terhadap setiap perkembangan di luar kapal; dan
13. Hal-hal pokok, prosedur dan pedoman yang berhubungan dengan
pengaturan dinas jaga dan kemampuan untuk melaksanakan tugas
yang telah diterapkan ileh Organisasi.

4.7 Proteksi Lingkungan Laut

Nakhoda dan perwira yang melaksanakan dinas jaga harus mengetahui


akibat-akibat yang serius yang berkaitan atau kebetulan berhubungan
dengan pencemaran lingkungan laut dan harus mengambil semua
kemungkinan pencegahan untuk menghindari pencemarran sekecil mungkin
dalam rangka kaitannya dengan Peraturan Internasional dan peraturan
Bandar

4.8 Kondisi Cuaca

Perwira yang melakukan dinas jaga harus mengambil tindakan-tindakan


yang relevan dan memberi tahu nakhoda bila ada perubahan cuaca kurang
menguntungkan dan dapat mempengaruhi keselamatan kapal, termasuk
kondisi-kondisi yang menjurus ke penambahan es.

5. Navigasi dengan Pandu di Atas Kapal

Walaupun tugas-tugas dan kewajiban seorang pandu, kehadirannya di kapal


tidak menggantikan tugas nakhoda dan perwira jaga dari tugas dan
kewajibannya demi keselamatan kapal. Nakhoda dan pandu harus bertukar

53
informasi menyangkut prosedur navigasi, kondisi setempat dan sifat-sifat
kapal. Nakhoda dan perwira jaga harus saling bekerja sama dengan pandu
dan menjaga dengan akurat posisi dan laju kapal.

6. Kapal yang Sedang Menangkap Ikan atau Mencari Gerombolan Ikan

6.1 Disamping prinsip yang dikemukakan dalam bagian 4, factor-faktor


berikut hendaknya dipertimbangkan dan harus diikuti dengan tepat oleh
perwira yang sedang bertugas
1. Kapal lain yang sedang mengoperasikan alat tangkap, sifat gerak,
khususnya jarak henti, diameter lingkaran putar pada kecepatan
layar tertentu
2. Keselamatan anak buah kapal di dek;
3. Akibat-akibat yang merugikan atas keselamatan kapal dan anak buah
kapal melalui pengurangan keseimbangan dan lambung timbul yang
disebabkan oleh kekuatan-kekuatan luar biasa yang disebabkan oleh
operasi penangkapan, penanganan hasil tangkapan dan penyimpanan
serta kondisi cuaca dan laut yang tidak biasanya;
4. Dekatnya struktur lepas pantai menyangkut daerah yang aman; dan
5. Kerangka kapal atau rintangan lain yang dapat membahayakan alat
tangkap.
6.2 Bila memuat hasil tangkapan, perhatian harus diberikan kepada
persyaratan-persyaratan penting untuk lambung timbul yang memadai,
stabilitas yang memadai dan kedap air yang utuh ada setiap saat selama
pelayaran ke tempat pendaratan dan memperhitungkan konsumsi bahan
bakar dan persediaannya, resiko kondisi cuaca yang tidak
menguntungkan dan khususnya di musim dingin resiko penambahan es
pada atau di atas dek-dek yang terbuka di daerah-daerah dimana
pertambahan es kemungkinan terjadi.

7.Jaga Berlabuh

Pada kapal penangkap ikan yang berlabuh, nakhoda harus menjamin dengan
tujuan keamanan kapal dan ABK bahwa dinas jaga semestinya dilakukan
setiap saat dari anjungan atau geladak.

8. Jaga Radio

Nakhoda harus menjamin bahwa jaga radio dipertahankan selama di laut


dengan frekuensi yang tepat dan memperhatikan peraturan radio.

54
Tambahan 1
Formulir yang dipergunakan sebagai bukti diterbitkan sertifikat haruslah
sebagaimana diperlihatkan di bawah ini, asalkan kata-kata “ atau sampai
tanggal kadaluarsa perpanjangan masa berlaku sertifikat ini sebagaiman
terlihat pada halaman sebelah”, yang terdapat pada bagian depan formulir
dan ketentuan tentang pencatatan perpanjangan masa berlaku, yang tertera
pada bagian belakan formulir harus ditiadakan bilamana sertifikat
disyaratkan untuk diganti pada saat kadaluarsa.
(Segel resmi)
(Negara)

SERTIFIKASI DITERBITKAN MENURUT KETENTUAN KONVENSI


INTERNASIONAL TENTANG STANDAR PELATIHAN, SERTIFIKASI DAN TUGAS
JAGA UNTUK AWAK KAPAL PENANGKAP IKAN

Pemerintah ……………………………… menyatakan bahwa pemilik sertifikat ini


telah terbukti memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan
……………………….. , ………………………….. Konvensi di atas dan telah
terbukti cakap untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang tersebut di bawah ini
dengan tunduk pada pembatasan yang ditetapkan sampai
………………………… atau sampai dengan tanggal kadaluWarsanya
perpanjangan masa berlaku sertifikat ini sebagaimana tercantum pada
halaman sebelah.

Pemilik sah sertifikat dapat berdinas pada jabatan atau jabatan-jabatan


berikut ini:

jabatan Batas pemberlakuan

Sertifikat, …………...............diterbitkan pada ………….......................…..

(segel resmi) …………………....

-------------------------------------------------------
Tanda tangan Pejabat yang berwenang

-------------------------------------------------------
Nama pejabat yang berwenang

Tanggal lahir pemilik sertifikat: ---------------------------------


Tanda tangan pemilik sertifikat: --------------------------------
Pas photo pemilik sertifikat:

55
Masa berlaku sertifikat ini diperpanjang sampai dengan
(segel Resmi)

Tanda tangan pejabat yang berwenang

Tanggal Revalidasi …. ……………………………..


Nama pejabat yang berwenang

Masa berlaku sertifikat ini diperpanjang sampai dengan

(Segel Resmi)
Tanda tangan pejabat yang berwenang

Tanggal Revalidasi ……………………,


Nama pejabat yang berwenang

56
Tambahan 2

Formulir yang dipergunakan sebagai bukti diterbitkan sertifikat haruslah


sebagaimana diperlihatkan di bawah ini, asalkan kata-kata “ atau sampai
tanggal kadaluarsa perpanjangan masa berlaku sertifikat ini sebagaiman
terlihat pada halaman sebelah”, yang terdapat pada bagian depan formulir
dan ketentuan tentang pencatatan perpanjangan masa berlaku, yang tertera
pada bagian belakan formulir harus ditiadakan bilamana sertifikat
disyaratkan untuk diganti pada saat kadaluarsa.
(Segel Resmi)
(NEGARA)

PENGUKUHAN YANG MEMBUKTIKAN PENERBITAN MENURUT KETENTUAN


KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG STANDAR PELATIHAN, SERTIFIKASI
DAN TUGAS JAGA UNTUK AWAK KAPAL PENANGKAP IKAN 1995

Pemerintah……………….menyatakan bahwa sertifikat No ………………….


Telah diterbitkan kepada …………………. Yang telah terbukti memenuhi
syarat sesuai dengan ketentuan peraturan………….., ………………….
Konvensi diatas dan telah terbukti cakap untuk melaksanakan fungsi-fungsi
yang tersebut di bawah ini dengan tunduk pada pembatasan yang ditetapkan
sampai ……………….. atau sampai dengan tanggal kadaluarsanya
perpanjangan masa berlaku pengukuhan ini sebagai mana tercantum pada
halaman sebelah.
Pemilik sah pengukuhan ini dapat berdinas pada jabatan atau jabatan-
jabatan berikut yang ditentukan dalam persyaratan pengawakan yang aman
oleh administrasi.

Jabatan Batas pemberlakuan

No sertifikat…………………………………. diterbitkan pada:……………………

(segel resmi) (Tanda tangan pejabat yang berwenang)

(Nama pejabat yang berwenang)

Tanggal lahir pemilik sertifikat:


Tanda tangan pemilik sertifikat:
Pas photo pemilik sertifikat:

57
Masa berlaku pengukuhan sampai dengan

(segel Resmi)
Tanda tangan pejabat yang berwenang

Tanggal Revalidasi
Nama pejabat yang berwenang

Masa berlaku sertifikat ini diperpanjang sampai dengan

(Segel Resmi)
Tanda tangan pejabat yang berwenang

Tanggal Revalidasi :
Nama pejabat yang berwenang

58
Lampiran 3

Formulir yang dipergunakan sebagai bukti diterbitkan sertifikat haruslah


sebagaimana diperlihatkan di bawah ini, asalkan kata-kata “ atau sampai
tanggal kadaluarsa perpanjangan masa berlaku sertifikat ini sebagaiman
terlihat pada halaman sebelah”, yang terdapat pada bagian depan formulir
dan ketentuan tentang pencatatan perpanjangan masa berlaku, yang tertera
pada bagian belakan formulir harus ditiadakan bilamana sertifikat
disyaratkan untuk diganti pada saat kadaluarsa.
(Segel resmi)

(NEGARA)

PENGUKUHAN YANG MEMBUKTIKAN PENGAKUAN ATAS SERTIFIKAT


MENURUT KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG STANDAR PELATIHAN,
SERTIFIKASI DAN TUGAS JAGA UNTUK AWAK KAPAL PENANGKAPAN IKAN,
1995

Pemerintah ………………………………… menyatakan bahwa sertifikat No.


……………… telah diterbitkan kepada ………………………………….. Yang telah
terbukti memenuhi syarat dengan ketentuan peraturan
………………………………….. ……………………….. Konvensi di atas dan telah
terbukti cakap untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang tersebut di bawah
ini dengan tunduk pada pembatasan yang di tetapkan hingga samapi dengan
…………… atau sampai dengan tanggal kadaluarsanya perpanjangan masa
berlaku pengukuhan ini sebagaimana tercantum pada halaman sebelah.

Pemilik sah sertifikat dapat berdinas pada jabatan atau jabatan-jabatan


berikut yang ditetapkan dalam persyaratan pengawakan yang aman oleh
Administrasi.

JABATAN BATAS PEMBERLAKUAN

NO. Sertifikat ………………………. Diterbitkan pada…………………………

(segel resmi) Tanda tangan pejabat yang berwenang

Nama pejabat yang berwenang

Tanggal lahir pemilik sertifikat:


Tanda tangan pemilik sertifikat:
Pas photo pemilik sertifikat:

59
Masa berlaku pengukuhan sampai dengan

(segel Resmi)
Tanda tangan pejabat yang berwenang

Tanggal Revalidasi

Nama pejabat yang berwenang

Masa berlaku sertifikat ini diperpanjang sampai dengan …………………..

(Segel Resmi)
Tanda tangan pejabat yang berwenang

Tanggal Revalidasi
Nama pejabat yang berwenang

60
Lampiran 2
Resolusi yang disahkan oleh Konperensi

Resolusi 1
Pelatihan Operator Radio untuk sistem Marabahaya dan
Keselamatan Maritim Global (GMDSS)

KONPERENSI,

TELAH MENGESAHKAN Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan,


Sertifkasi dan Tugas Jaga untuk Personil kapal penangkap Ikan (STCW-F),
1995, dan khususnya peraturan II/6 – persyaratan minimum untuk
sertifikasi personil yang bertanggung jawab atas, atau melaksanakan tugas
jaga komunikasi radio di atas kapal penangkap ikan,

MENGAKUI pentingnya tugas jaga radio secara efisien dan pemeliharaan


radio untuk keselamatan jiwa dan harta benda di laut dan untuk
perlindungan lingkungan laut,

MENGINGAT persyaratan tentang Sistem Marabahaya dan Keselamatan


Maritim Global (GMDSS) oleh Peraturan Radio dan Protokol Torremolinos
tahun 1993 terkait dengan Konvensi Internasional Torremolinos tentang
Keselamatan bagi Kapal penangkap Ikan 1997(Protokol Torremolinos tahun
1993),

MEMPERHATIKAN PULA bahwa, jika Protokol Torremolinos mulai berlaku


pada atau sebelum tanggal 1 Pebruari 1999, maka setiap kapal ikan untuk
mana berlaku Bab IX dari Protokol sesuai dengan peraturan 1 dari Bab itu,
wajib memenuhi seluruh persyaratan yang berlaku, sehingga GMDSS akan
diberlakukan sepenuhnya.

MEMPERHATIKAN SELANJUTNYA bahwa peraturan 15 dan Bab IX dari


Protokol Torremolinos 1993 mensyaratkan bahwa setiap kapal yang mana
Protokol diberlakukan ini harus membawa personil yang memenuhi syarat
untuk kebutuhan komunikasi radio marabahaya dan keselamatan yang
memuaskan Administrasi.

MENGINGAT bahwa Resolusi 8 dari Konferensi Internasional tentang


Keselamatan Kapal penangkap Ikan, 1993;

- meminta para peserta Protokol Torremolinos, 1993 menerapkan


persyaratan GMDSS untuk kapal-kapal penangkap ikan yang ada
lama selambat-lambatnya 1 Pebruari 1999, tanpa menunggu
berlakunya Protokol Torremolinos, 1993, dan
- mengundang Organisasi Maritim Inernasional (IMO) dengan
berkonsultasi atau bekerja sama dengan badan lain dari PBB dan
organisasi antar pemerintah untuk mengambil langkah-langkah yang
dianggap perlu untuk menerapkan persyaratan GMDSS untuk kapal-
kapal penangkap ikan yang ada sebagaimana rekomendasi di atas.

61
MEMPERHATIKAN SELANJUTNYA : bahwa GMDSS juga akan memberikan
cara untuk melaksanakan komunikasi marabahaya dan keselamatan untuk
sebagian besar kapal ikan lainnya yang tidak terkena ketentuan Protokol
Torremolinos, 1993 dan perlunya orang-orang di atas kapal-kapal demikian
untuk diberi pelatihan dan disertifikasi sesuai dengan peraturan Radio dan
Konvensi STCW-F, 1995,

MENGAKUI PULA bahwa ini memerlukan pelatihan, dan sertifikasi sejumlah


besar nakhoda, perwira yang bertanggung jawab atas tugas jaga navigasi
dan personil komunikasi radio lainnya untuk melaksanakan fungsi operator
radio GMDSS di atas kapal ikan sebelumnya tanggal 1 Februari 1999.

BERPENDAPAT bahwa jika pelatihan dan sertifikasi tersebut terlambat,


mungkin akan terdapat kekurangan operator radio GMDSS di seluruh
dunia ketika GMDSS diberlakukan sepenuhnya.

SANGAT MENDESAK PEMERINTAH untuk mengambil langkah-langkah


untuk :

1. Menerapkan ketentuan STCW-F 1995 mengenai pelatihan dan sertifikasi


personil radio kapal penangkap ikan, tanpa menunggu berlakunya
Konvensi.

2. Menjamin bahwa personil kapal ikan yang bertanggung jawab atas


pengoperasian perlengkapan radio GMDSS telah diberi pelatihan dengan
baik dan disertifikasi.

3. Menjamin bahwa sejumlah orang yang melaksanakan tanggung jawab


atas komunikasi marabahaya dan keselamatan pada kapal-kapal ikan
mereka telah diberi pelatihan dan disertifikasi sebagai operator radio
GMDSS sebelum tanggal 1 Pebruari 1999.

4. Meminta perhatian para pemilik kapal ikan dan personil kapal


penangkap ikan serta pihak lain yang mungkin perlu menggunakan atau
yang kapal-kapalnya mungkin perlu menggunakan dinas GMDSS guna
memancarkan atau menerima komunikasi marabahaya dan keselamatan
dan kerusakan.

Resolusi 2
Pelatihan Simulator Radar

KONPERENSI,
MENGAKUI betapa pentingnya pelatihan radar dalam hal keselamatan jiwa
dan harta benda di laut serta perlindungan lingkungan,

MENIMBANG bahwa beberapa metode pembelajaran dalam penggunaan


radar tidak mencapai tingkat kecakapan yang diinginkan bagi Nakhoda dan
perwira yang bertanggung jawab atas tugas jaga navigasi,

MENCATAT bahwa Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan,


Sertifikasi dan Tugas Jaga bagi Personil Kapal Penangkap Ikan, 1995
mensyaratkan agar perwira-perwira demikian memiliki tingkat kecakapan

62
yang memadai dalam mengoperasikan kapal penangkap ikan dalam semua
kondisi pelayaran,

1. MEMUTUSKAN untuk merekomendasikan bahwa pelatihan simulator


radar harus diberikan kepada semua Nakhoda dan perwira yang
bertanggung jawab atas tugas jaga navigasi;

2. MENGUNDANG Organisasi Maritim Internasional (IMO) untuk


menyebarluaskan resolusi ini kepada semua Pemerintah yang diundang
pada Konperensi ini;

3. MENGINGATKAN semua Pemerintah untuk memberlakukan resolusi ini


sebagaimana suatu hal yang mendesak.

Resolusi 3
Petunjuk dan rekomendasi bagi Personil Kapal Ikan

KONPERENSI,
MENGAKUI, pentingnya kebiasaan dan prosedur pengoperasian yang aman
dan efisien untuk keselamatan jiwa di laut dan perlindungan lingkungan
laut secara umum, serta untuk keselamatan kapal-kapal penangkap ikan
pada khususnya,

MENCATAT bahwa peraturan Pelatihan Sertifikasi dan Tugas Jaga bagi


pelaut (STCW) yang disahkan oleh Konperensi Peserta Konvensi
Internasional tentang Standar Pelatihan, Sertifikasi dan Tugas Jaga bagi
Pelaut, 1978 pada tahun 1995, berisi pedoman bagi pelaut yang
direkomendasikan yang meliputi :

- penggunaan simulator,
- pelatihan operator radio,
- kecakapan dalam pesawat luput maut dan scoci penolong,
- keadaan darurat, keselamatan kerja, perawatan medis, dan fungsi
keselamatan,
- tugas jaga, dan
- mencegah kecelakaan,

MENCATAT PULA Dokumen untuk Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi


Nelayan, yang berlaku bagi personil kapal ikan penangkap dengan ukuran
panjang 12 M atau lebih,

MEMINTA Komite Keselamatan Maritim dari Organisasi Maritim


Internasional (IMO) untuk :

1. Meninjau pedoman yang direkomendasikan di atas, dan mempersiapkan


petunjuk pokok dan rekomendasi yang khusus bagi personil kapal ikan;

2. Meninjau persyaratan dan rekomendasi tentang Pencegahan Kelelahan


dan menyiapkan petunjuk tentang Pencegahan Kelelahan bagi Personil
Kapal penangkap ikan; dan

63
3. Menjalin kerja sama dengan Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan
Organisasi Bahan Pangan dan Pertanian (FAO) dari PBB, dokumen
untuk pedoman, dan mempersiapkan petunjuk pokok dan rekomendasi
tentang Pelatihan dan Sertifikasi bagi Personil Kapal Penangkap Ikan
dengan ukuran panjang 12 M atau lebih namun tidak lebih dari 24 M.

64
Resolusi 4
Pelatihan Kelasi Dek di atas Kapal Penangkap Ikan
untuk Panjang Kapal 24 M atau Lebih

KONPERENSI,
MENYADARI kemungkinan bahaya bagi Kelasi bagian dek di atas kapal
ikan,

MENGAKUI penting dan mendesaknya penetapan persyaratan untuk kelasi


bagian dek kapal ikan,

MENGAKUI SELANJUTNYA penataan yang tepat bagi pelatihan “sebelum


melaut” tidak tersedia secara merata untuk pelatihan kelasi bagian dek
pada kapal penangkap ikan;

1. MENGESAHKAN Rekomendasi tentang pelatihan kelasi bagian dek yang


bekerja pada kapal penangkap ikan dengan ukuran 24 M atau lebih,
yang naskahnya tercantum dalam lampiran resolusi ini;

2. MENDESAK Pemerintah untuk segera memberlakukan kandungan dari


rekomendasi dimaksud sesegera mungkin, utamanya dengan
menetapkan “kursus sebelum pelatihan melaut” bagi personil kapal
penangkap ikan atau, bila tidak dapat melakukan demikian, dapat
dengan cara lain, misalnya pembelajaran di atas kapal;

3. MEMINTA Organisasi Maritim Internasional

1. Untuk selalu mengkaji rekomendasi ini dan meminta perhatian


semua Pemerintah, terkait akan perubahan-perubahan dari padanya
di masa datang;

2. Menyebarluaskan resolusi ini kepada semua Pemerintah yang


diundang dalam Konferensi.

Lampiran
Rekomendasi terhadap Pelatihan Kelasi Bagian Dek yang Bekerja
pada
kapal penangkap ikan dengan panjang 24 m atau lebih

1. Kelasi bagian dek adalah anggota awak kapal selain nakhoda dan
perwira.

2. Disamping persyaratan pelatihan dasar dalam Bab III Konvensi, kelasi


bagian dek harus;

1. mengenal istilah-istilah pelayaran dan perintah-perintah yang biasa


digunakan di kapal penangkap ikan;

2. mengenal bahaya-bahaya yang terkait dengan pengoperasian kapal


penangkap ikan antara lain pelemparan alat ke air, menghibob alat

65
tangkap dan mendamparkan hasil tangkapan di kapal.

3. Kelasi bagian dek harus memiliki:

1. pemahaman tentang bahaya-bahaya yang disebabkan oleh gerakan


kapal dan akselerasinya;

2. pemahaman tentang bahaya-bahaya yang disebabkan oleh


permukaan yang licin di kapal;
3. pemahaman tentang perilaku yang baik di kapal khususnya untuk
mengurangi bahaya kebakaran; dan
4. pengetahuan tentang penggunaan sarana perlindungan diri.
4. Kelasi bagian dek harus mengenal konstruksi, penggunaan dan tujuan
dari tiap bagian perlengkapan dek yang terkait dengan jenis alat tangkap
tertentu. Perlengkapan dek demikian meliputi :

1. tiang gantungan pukat/jaring ikan;


2. tiang rangka peluncur (gantry);
3. bolder;
4. power block;
5. blok pursing;
6. mesin derek dan batang pemuat;
7. derek;
8. teromol jaring dan alat penggulung;
9. penghibob tali dan perangkap.

5. Sejauh yang berkaitan dengan stabilitas dan kelaikan kapal, kelasi


bagian dek harus memiliki ;

1. pemahaman umum tentang keutuhan kekedapan air dan kekedapan


udara dari pada jenis-jenis umumnya kapal ikan;
2. pemahaman tentang pengoperasian sarana penutup untuk pintu
serta bukaan lain yang terkait kekedapan air dan keutuhan keutuhan
kekedapan udara kapal ikan;
3. pengetahuan tentang pemuatan hasil tangkapan, alat tangkap; dan

4. mengetahui fungsi dari lobang bebas (freing ports).


6. Kelasi bagian dek harus pula memiliki :

1. pengetahuan tentang penanganan dan pemeliharaan peralatan dan


kelengkapan geladak seperti mesin derek, batang pemuat, stopper,
rantai tali baja dan tali;

2. pengetahuan tentang cara membuat sambungan (splice) dan mata


sambungan dengan tali baja dan tali;

3. pengetahuan umum tentang pengoperasian penambatan dan


penanganan tali tambat, termasuk tali springtras haluan, buritan dan
tengah;

4. pengetahuan tentang perintah kemudi, perintah untuk tambat, labuh


jangkar dan menarik / menunda

66
Resolusi 5
Pelatihan Personil Kapal Ikan tentang
Teknik Penyelamatan Diri

KONPERENSI,
TELAH MENGESAHKAN Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan,
Sertifikasi dan Tugas jaga bagi personil Kapal Penangkap Ikan (STCW-F),
1995,

MEMPERHATIKAN bahwa Bab III (Pelatihan dasar keselamatan bagi semua


Personil Kapal Penangkap Ikan), diantaranya, berisi ketentuan yang
mensyaratkan Administrasi untuk mengesahkan pelatihan dasar tentang
teknik penyelamatan diri,

MEMPERHATIKAN PULA ketentuan yang terdapat dalam dokumen


FAO/ILO/IMO tentang Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Nelayan ;

MEMPERHATIKAN lebih lanjut bahwa peraturan VIII/4 dari Protokol


Torremolinos, 1993 berisi ketentuan yang mensyaratkan pelatihan tentang
prosedur keadaan darurat,

MENGESAHKAN Pedoman yang terdapat dalam lampiran resolusi ini,

MEMINTA seluruh Pemerintah untuk mempedomani isi dari lampiran


resolusi ini pada waktu mengesahkan pelatihan dasar keselamatan tentang
teknik penyelamatan diri,

67
Tambahan

Pelatihan Teknik Penyelamatan Diri Awak Kapal Penangkap Ikan


1. Semua calon awak kapal penangkap ikan harus diberi pelatihan dalam
hal berikut :
1. Jenis-jenis keadaan darurat yang mungkin terjadi, seperti tubrukan
kapal, kebakaran dan karam
2. Jenis-jenis peralatan keselamatan yang umum dibawa oleh kapal
penangkap ikan
3. Perlunya mengikuti prinsip-prinsip bertahan hidup
4. Perlunya pelatihan
5. Perlunya kesiapansiagaan untuk berbagai keadaan darurat dan selalu
bersiaga terhadap
5.1 Informasi pada daftar apel, khususnya :
1. Tugas-tugas khusus dalam berbagai keadaan darurat
2. Lokasi alat-alat keselamatan masing-masing
3. Tanda-tanda panggilan bagi semua awak kapal penangkap ikan kea
lat keselamatan mereka atau stasiun pemadam kebakaran
5.2 tempat life jacketnya masing-masing dan cadangannya

5.3 ketersediaan tempat tombol alarm kebakaran


5.4 alat-alat penyelamatan diri
5.5 konsekuensi kepanikan
6. tindakan-tindakan yang harus dilakukan apabila dipanggil menuju
alat keselamatan, termasuk :

6.1 mengenakan pakaian yang cocok


6.2 mengenakan life jacket
6.3 mengumpulkan proteksi tambahan seperti selimut, waktu yang
diizinkan
7. tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada saat diperlukan untuk
membebaskan kapal ikan, seperti :
7.1 bagaimana menaiki peralatan pesawat luput maut dari kapal ikan
atau air; and
7.2 bagaimana melopmpat ke air dari suatu ketinggian dan mengurangi
resiko luka pada saat menyentuh air
7.3 tindakan yang harus dilakukan dibawah penyelamatan dengan
helikopter
8. tindakan yang perlu dilakukan pada saat di air, seperti :
8.1 bagaimana bertahan hidup pada keadaan lingkungan:
1. Terdapat api atau minyak dalam air
2. kondisi air dingin
3. perairan yang terdapat ikan cucut

8.2 bagaimana membalikkan rakit penolong yang terbaik


9. tindakan-tindakan yang harus dilakukan ketika memasuki alat
keselamatan, seperti :
9.1 mengupayakan pesawat luput maut terbebas dari kapal penangkap
maupun alat tangkap
9.2 perlindungan terhadap dingin atau panas yang berlebihan

68
9.3 menggunakan jangkar arus
9.4 pengamatan lingkungan
9.5 menyembuhan dan merawat personil yang selamat
9.6 Memfasilitasi pendeteksian oleh orang-orang lain
9.7 Pengecekan peralatan yang ada termasuk menggunakan alat-alat
keselamatan dengan benar
9.8 sisanya sedapat atau sejauh mungkin di lingkungan perairan
10. bahaya-bahaya utama bagi yang selamat bertahan hidup dan
prinsip-prinsip umum, termasuk :
10.1 tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada cuaca dingin
10.2 tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada cuaca tropis
10.3 terbuka tehadap matahari, hujan angin dan laut
10.4 pentingnya mengenakan pakaian yang cocok
10.5 tindakan-tindakan perlindungan terhadap pesawat luput maut
10.6 pengaruh terendamnya di air dan hypothermia
10.7 pentingnya cadangan dan cairan tubuh
10.8 perlindungan dari mabuk laut
10.9 penggunaan air tawar dan makanan dengan tepat
10.10 pengaruh bila meminum air laut
10.11 alat-alat yang tersedia untuk melakukan pendeteksian oleh orang
lain
10.12 pentingnya memelihara moral
2. Calon awak kapal penangkap ikan harus diberikan instruksi praktek,
paling tidak hal-hal berikut :

1. Cara mengenakan life jacket atau baju tahan laut (immersion suit),
atau keduanya dengan benar
2. Memasuki air dari suatu ketinggian dengan memakai life jacket atau
pakaian cebur air atau kedua-duanya
3. Berenang sambil mengenakan life jacket atau pakaian cebur air
4. Bertahan menagpung tanpa life jacket
5. Memasuki sekoci penolong dari kapal penangkap ikan dan air sambil
memakai life jacket atau baju cebur laut atau keduanya
6. Membantu yang lain menaiki alat penolong
7. Mengoperasikan alat-alat penolong termasuk pengoperasian peralatan
radio jinjing
8. Menggunakan jangkar arus

Resolusi 6
Pelatihan dan Sertifikasi Personil pada Kapal Penangkap Ikan
Berukuran Besar

KONPERENSI,
TELAH MENGESAHKAN Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan,
Sertifikasi dan Tugas Jaga bagi Personil Kapal Penangkap Ikan (STCW-F),
1995;

MEMPERHATIKAN bahwa Konvensi Internasional tentang Standar


Pelatihan, Sertifikasi dan Tugas Jaga bagi Personil Kapal Penangkap Ikan
(STCW-F), meningkatkan keselamatan jiwa dan harta benda di laut serta
perlindungan lingkungan laut dengan menetapkan standar internasional
tentang pelatihan, sertifikasi dan tugas jaga bagi personil yang bekerja di

69
kapal-kapal penangkap ikan.

MEMPERHATIKAN PULA bahwa ukuran kapal penangkap ikan berkenaan


dengan ukuran panjang kapal atau tenaga penggerak makin bertambah dan
bahwa kapal ukuran besar d, dalam hal konstruksi dan perlengkapan,
dapat sebanding dengan kapal niaga.

MENGAKUI pentingnya pelatihan personil kapal ikan berukuran besar


untuk mengembangkan lebih lanjut keselamatan jiwa dan harta benda di
laut dan perlindungan lingkungan laut.

1. MEMINTA Komite Keselamatan Maritim Organisasi Maritim Internasional


(IMO) untuk mengembangkan pedoman tentang standar pelatihan,
sertifikasi dan tugas jaga bagi personil kapal penangkap ikan yang
bekerja pada kapal penangkap ikan berukuran besar, secepatnya
menagmabil langkah pemenuhan terhadap ketentuan Konvensi
Internasional Standar Pelatihan, Sertifikasi dan Tugas Jaga untuk
Pelaut, 1978 sebagaimana yang telah diamandemenkan;

2. MEMINTA seluruh Pemerintah untuk memberikan pertimbangan khusus


terhadap pedoman demikian yang menetapkan standar pelatihan,
sertifikasi dan tugas jaga bagi personil kapal ikan ukuran besar.

Resolusi 7
Persyaratan Perwira yang Bertanggung Jawab atas Tugas Jaga
Mesin dan Ketentuan Tugas Jaga

KONPERENSI,
TELAH MENGESAHKAN Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan,
Sertifikasi dan Tugas Jaga bagi Personil Kapal Penangkap Ikan (STCW-F),
1995,

MEMPERHATIKAN bahwa Konvensi Internasional tentang Standar


Pelatihan, Sertifikasi dan Tugas jaga bagi Personil Kapal Penangkap Ikan
(STCW-F), tidak berisi persyaratan untuk perwira yang bertanggung jawab
atas tugas jaga mesin dan ketentuan tugas jaga.

MEMINTA Komite Keselamatan Maritim Organisasi Maritim Internasional


mengembangkan seperlunya. Selayaknya untuk kemungkinan
dimasukannya ke dalam Konvensi STCW-F 1995, persyaratan untuk
perwira yang bertanggung jawab atas tugas jaga mesin dan ketentuan tugas
jaga.

Resolusi 8
Peningkatan Partisipasi Wanita dalam Industri Perikanan

KONPERENSI,
TELAH MENGESAHKAN Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan,
Sertifikasi dan Tugas Jaga bagi Personil Kapal Penangkap Ikan (STCW-F),
1995,

70
MEMPERHATIKAN rencana dari Organisasi Maritim Internasional (IMO)
untuk memadukan wanita di dalam sektor maritim dan menyatakan
dukungan bagi sasaran Organisasi untuk meningkatkan pelatihan wanita
dalam sektor maritim.

BERKEINGINAN untuk mencapai kesempatan yang setara antara laki-laki


dan wanita dalam pelatihan maritim, serta dalam lapangan kerja di atas
kapal ikan.

MEMINTA Pemerintah untuk :

1. Memberikan pertimbangan khusus terhadap kesempatan yang setara


antara laki-laki dan wanita di dalam industri perikanan; dan

2. Memberikan perhatian pada peranan wanita dalam industri perikanan


dan meningkatkan partisipasi mereka dalam pelatihan bidang maritim
pada semua tingkatan dalam industri perikanan.

Resolusi 9
Hubungan Antar Manusia

KOMPERENSI
TELAH MENGESAHKAN Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan,
Sertifikasi dan Tugas Jaga bagi Personil Kapal Penangkap Ikan (STCW-F),
1995,

MENYADARI bahwa tidak hanya pengoperasian kapal ikan yang aman dan
perlengkapannnya, tetapi juga hubungan antar manusia yang baik antara
personil di atas kapal akan sangat meningkatkan keselamatan jiwa di laut.

MEMPERHATIKAN bahwa Konvensi STCW 1978, sebagaimana telah diubah


/diamandemen berisi ketentuan yang berhubungan dengan pengetahuan
manajemen personil, organisasi dan pelatihan di atas kapal serta sertifikasi
personil pengawas.

MEMINTA Pemerintah untuk :

1. Mengakui pentingnya manajemen personil, organisasi dan pelatihan di


atas kapal ikan di dalam silabi untuk perwira kapal penangkap ikan.

2. menetapkan, atau mendorong penetapan program pelatihan yang


ditujukan untuk menjaga hubungan antar manusia yang baik di atas
kapal ikan,

3. mengambil langkah yang memadai untuk memperkecil unsur


ketersendirian dan keterpencilan di antara personil kapal ikan
4. menjamin bahwa personil kapal ikan memperoleh istirahat yang cukup

71
sebelum melaksanakan tugasnya.

72

Anda mungkin juga menyukai