RANCANGAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR … TAHUN …..
TENTANG
PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION ON STANDARDS OF
TRAINING, CERTIFICATION AND WATCHKEEPING FOR FISHING
VESSEL PERSONNEL, 1995
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN
INTERNATIONAL CONVENTION ON STANDARDS
OF TRAINING, CERTIFICATION AND
WATCHKEEPING FOR FISHING VESSEL
PERSONNEL, 1995 (KONVENSI INTERNASIONAL
TENTANG STANDAR PELATIHAN, SERTIFIKASI
DAN TUGAS JAGA BAGI AWAK KAPAL
PENANGKAP IKAN).
Pasal 1
Pasal 2
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal …..
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY
NASKAH PENJELASAN
PENGESAHAN KONVENSI STANDARS OF TRAINING,
CERTIFICATION AND WATCHKEEPING – FOR FISHING
VESSEL PERSONNEL (STCW – F 1995)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Sertifikasi
Substansi pokok Konvensi Internasional STCW-F 1995 dimuat
dalam Pasal 6 (Lampiran I) yang menyatakan bahwa ”awak kapal
perikanan harus disertifikasi sesuai dengan ketentuan dalam lampiran
Konvensi ini”.
Sertifikasi tersebut meliputi:
a. Sertifikasi bagi nakhoda kapal perikanan dengan panjang 24 meter
atau lebih yang beroperasi di perairan tak terbatas.
b. Sertifikasi bagi perwira tugas jaga navigasi pada kapal perikanan
dengan panjang 24 meter atau lebih yang beroperasi di perairan
tak terbatas.
c. Sertifikasi bagi nakhoda kapal perikanan dengan panjang 24 meter
atau lebih yang beroperasi di perairan terbatas.
d. Sertifikasi bagi perwira tugas jaga navigasi pada kapal perikanan
dengan panjang 24 meter atau lebih yang beroperasi di perairan
terbatas.
e. Sertifikasi Kepala Kamar Mesin dan Masinis II pada kapal
perikanan yang digerakkan oleh mesin penggerak utama dengan
daya 750 KW atau lebih.
f. Sertifikasi GMDSS bagi petugas radio di kapal perikanan.
Keahlian, keterampilan dan kemampuan awak kapal perikanan
yang telah disertifikasi sebagaimana tersebut di atas diwajibkan untuk
senantiasa diperbaharui dan ditingkatkan. Disamping itu, seluruh
awak kapal perikanan diwajibkan untuk mengikuti pelatihan
keselamatan tingkat dasar sesuai ketentuan yang berlaku.
Sertifikasi kompetensi yang diterbitkan melalui ujian keahlian
dan sertifikat pengukuhan bagi para pelaut perikanan dikeluarkan
setelah memiliki pengalaman di kapal perikanan yang diterbitkan
melalui ujian pengukuhan oleh lembaga yang kompeten.
2. Standarisasi
Untuk menghasilkan awak kapal perikanan yang berkualitas
seperti diwajibkan oleh Konvensi Internasional mengenai STCW-F
1995, maka penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan awak kapal
3. Resolusi
Konvensi STCW-F 1995 mengesahkan 9 (sembilan) resolusi
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Konvensi. Kesembilan
resolusi tersebut adalah:
a. Resolusi 1: Pelatihan bagi Operator Radio untuk The Global
Maritime Distress and Safety System (GMDSS).
b. Resolusi 2: Pelatihan Radar Simulator.
c. Resolusi 3: Petunjuk dan Rekomendasi untuk Awak Kapal
Perikanan.
d. Resolusi 4: Pelatihan Anak Buah Kapal (ABK) Kapal Perikanan.
e. Resolusi 5: Pelatihan Teknik Penyelamatan Diri bagi Awak Kapal
Perikanan.
f. Resolusi 6: Pelatihan dan Sertifikasi bagi Awak Kapal Perikanan
berukuran besar.
g. Resolusi 7: Persyaratan Perwira Jaga Bagian Mesin dan Peraturan
Tugas Jaga.
h. Resolusi 8: Promosi berpartisipasinya wanita dalam industri
penangkapan ikan.
i. Resolusi 9: Hubungan antar manusia.
BAB II
KEUNTUNGAN, KONSEKUENSI, DAN URGENSI PENGESAHAN
STCW-F 1995
4. Konsekuensi Ekonomi
E. Urgensi Pengesahan
1. Aspek Filosofis
2. Urgensi Yuridis
Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hukum Laut (UNCLOS
1982) dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 1985. Konvensi ini
mengatur secara global hal-hal yang terkait dengan hukum laut dan
memberi negara-negara hak serta tanggung jawab sumber daya laut
mereka secara rasional dan berkelanjutan.
Terkait dengan keselamatan, UNCLOS 1982 mengatur bahwa
setiap negara wajib secara efektif mengelola jurisdiksi dan
pengawasan mereka, secara administrative, teknis, dan sosial atas
kapal yang mengibarkan bendera mereka. Selanjutnya negara
bendera wajib mengambil tindakan atas kapal yang mengibarkan
bendera negara tersebut, untuk memastikan hal-hal yang terkait
dengan keamanan di laut, seperti berkenaan dengan: (a) konstruksi,
dan tugas jaga awak kapal perikanan sangat diperlukan agar lembaga
pendidikan dan/atau pelatihan di bidang perikanan mampu
menghasilkan tenaga-tenaga awak kapal yang bestandar
internasional. Pada saat yang sama, lembaga pendidikan
dan/pelatihan di bdiang perikanan dapat menerapkan kurikulum,
tenaga pengajar, sarana-prasarana dan proses belajar mengajar dan
sertifikasi mengikuti prinsip-prinsip pendidikan dan atau pelatihan
sebagaimana diatur dalam konvensi STCW-F 1995.
F. Kewajiban Pemerintah RI
Pengesahan STCW-F akan menimbulkan kewajiban bagi
Indonesia, yaitu kewajiban untuk:
1. memberlakukan mensosialisasikan ketentuan-ketentuan
Konvensi STCW-F1995 dan seluruh lampirannya;
2. pengelolaan pendidikan dan pelatihan harus sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam Konvensi STCW-F 1995 yaitu memenuhi
standar kurikulum, tenaga pengajar, sarana dan prasarana serta
ujian dan sertifikasi;
3. memenuhi standar tugas jaga pada kapal perikanan untuk
menjamin keselamatan pelayaran dan penangkapan ikan sesuai
dengan yang dipersyaratkan Konvensi STCW-F1995;
4. melaporkan kebijakan yang telah diambil dalam memberlakukan
sepenuhnya ketentuan-ketentuan Konvensi STCW-F1995,
termasuk contoh sertifikat yang diterbitkan oleh Pemerintah RI
sesuai dengan Konvensi STCW-F1995 kepada Sekjen IMO;
5. menetapkan proses dan prosedur penyelidikan terhadap hal-hal
yang dapat mengakibatkan ancaman keselamatan jiwa, harta
benda di laut, atau lingkungan laut yang dilakukan oleh para
pemegang sertifikat yang diterbitkan Pemerintah RI;
6. meninjau kembali kesepakatan, perjanjian, dan konvensi untuk
menjamin bahwa tidak ada pertentangan dengan Konvensi STCW-
F 1995;
7. semua hal-hal yang tidak dengan tegas diatur dalam Konvensi
STCW-F1995 tetap harus tunduk kepada perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia;
8. menentukan denda atau sanksi terhadap kasus-kasus
pelanggaran peraturan perundangan nasional yang menunjang
pemberlakuan Konvensi STCW-F 1995;
9. melakukan kerjasama dengan negara lain yang telah
mengesahkan Konvensi STCW-F 1995;
10. memeriksa sertifikat awak kapal penangkap ikan milik negara
lain yang telah mengesahkan Konvensi STCW-F 1995 pada saat
berada di pelabuhan-pelabuhan Indonesia;
BAB III
KETERKAITAN STCW-F DENGAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN LAINNYA
2. Persetujuan Internasional
Persetujuan internasional yang berkaitan dengan STCW-F
adalah :
1. Torremolinos International Convention for The Safety of Fishing
Vessel, 1977, Torremolinos International Protocol for The Safety of
Fishing Vessel, 1993;
2. Safety of Life at Sea (SOLAS) Convention, 1974;
3. Works in Fishing Sector Convention, 2007;
4. Code of Conduct for Responsible Fisheries, 1995;
5. United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS), 1982
6. MARPOL (Maritime Polution Prevention) Convention, 1973;
7. COLREG (Collision Regulation) Convention, 1972;
8. Code of Safety for Fishing Vessel and Fishermen, 1995;
9. Tonnage Convention, 1969
10. SAR Convention, 1979
11. Inmarsat Convention, 1976
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
Berdasarkan uraian diatas dapat direkomendasikan sebagai
berikut:
1. Mengingat urgensi pengesahan STCW-F 1995 bagi kepentingan
Indonesia, maka Indonesia perlu meratifikasi persetujuan tersebut.
2. Pemerintah Indonesia perlu segera memproses pengesahan STCW-F
1995 ke dalam peraturan perundang-undangan nasional dalam
bentuk Peraturan Presiden.
1
Jepang Slovenia
Latvia Kep. Solomon
Liberia Afrika Selatan
Arab Libia Jamahiriya Spanyol
Luxembourg Swedia
Malaysia Thailand
Malta Tunisia
Kepulauan Marshall Turki
Meksiko Ukraina
Maroko Uni Emirat Arab
Belanda Kerajaan Inggris dan Irlandia
Utara
Salandia Baru Amerika Serikat
Nigeria Uruguay
Norwegia Vanuatu
Panama Venenzuela
Papua New Guinea Slovenia
Peru
4. Hongkong sebagai Anggota Asosiasi IMO mengutus pengamatnya pada
Konferensi tersebut.
2
Federasi Asosiasi Nakhoda Internasional (IFSMA)
Federasi Lifeboat (ILF)
Serikat Angkutan Jalan Raya Internasional (IRU)
Asosiasi Pemilik Kapal Barang Muatan Kering Internasional
(INTERCARGO)
3
Panama
Rumania
Kerajaan Inggris dan Irlandia Utara
20. Teks asli Naskah Akhir (Final Act) disusun dalam bahasa : Arab,
China, Inggris, Perancis, Rusia , Spanyol dan disimpan oleh Sekretaris
Jenderal Organisasi Maritim Intewrnasional.
4
21. Sekretaris Jenderal Organisasi Maritim Internasional akan mengirimkan
salinan naskah akhir yang telah disyahkan, berikut lampirannya kepada
pemerintah negara yang menghadiri Konferensi tersebut.
5
Lampiran I
Konvensi Internasional
Standar Pelatihan, Sertifikasi dan Tugas Jaga Bagi Awak Kapal
Penangkap Ikan, 1995
Pasal 1
Kewajiban Umum
Pasal 2
Definisi
6
7. “Kapal Penangkap Ikan ” atau kapal adalah kapal yang digunakan secara
komersil untuk menangkap ikan atau sumberdaya laut hidup lainnya;
8. “Kapal Penangkap Ikan samudera” adalah kapal penangkap ikan selain
dari kapal yang dilayarkan secara khusus di perairan pedalaman atau
perairan yang berdekatan dengan perairan yang terlindung, atau
perairan-perairan dimana pelabuhan diberlakukan.
Pasal 3
Aplikasi
Konvensi berlaku bagi awak kapal yang berperan serta dalam operasi kapal
penangkap ikan di samudera yang berhak mengibarkan bendera suatu
negara peserta.
Pasal 4
Penyampaian Informasi
Pasal 5
Perjanjian dan Interpretasi lainnya
3. Semua hal-hal yang tidak dengan tegas ditentukan dalam Konvensi ini,
tetap harus tunduk kepada perundang-undangan yang belaku bagi Peserta
tersebut.
7
Pasal 6
Sertifikasi
Bagi awak kapal penangkap ikan harus bersertifikat sesuai dengan ketentuan
dalam lampiran Konvensi ini.
Pasal 7
Ketetapan-Ketetapan Nasional
Pasal 8
Pengawasan
8
Konvensi ini atau pemberian dispensasi yang tepat untuk sertifikat
tersebut.
Pasal 9
Peningkatan Kerjasama Teknik
1. Peserta Konvensi harus mengembangkan konsultasi dengan asisten
Organisasi guna mendukung negara yang membutuhkan bantuan teknik
untuk :
1. Pelatihan personil administrasi dan personil teknik;
2. Pembentukan institusi lembaga pelatihan bagi personil kapal
penangkap ikan;
3. Mensuplai penyediaan perlengkapan dan fasilitas institusi lembaga
pelatihan;
4. Mengembangkan program pelatihan termasuk latihan praktek yang
memadai di atas kapal penangkap ikan; dan
5. Mengatur fasilitas dan lainnya cara untuk meningkatkan kualifikasi
personil kapal penangkapan ikan,
9
Pasal 10
Amandemen
10
amandemen tersebut sesuai paragraf 2.7 dan yang belum mencabut
penolakannya, enam bulan setelah tanggal dimana amandemen
tersebut dipertimbangkan untuk diterima. Namun demikian sebelum
tanggal pemberlakukan setiap Peserta dapat menyampaikan catatan
kepada Sekeretaris Jenderal dalam periode kurang dari satu tahun
sejak tanggal pemberlakuan atau dalam waktu yang lebih lama setelah
ditentukan oleh dua pertiga mayoritas peserta melalui pemungutan
suara pada Komisi Keselamatan Maritim yang diperluas pada saat
diadopsinya amandemen.
Pasal 11
Penandatanganan, Pengesahan, Penerimaan,
Persetujuan dan Penambahan Keanggotaan
11
2. Ratifikasi, penerimaan, persetujuan atau penambahan anggota harus
dilaksanakan dengan memasukkan instrumen ke Sekretaris Jenderal.
Pasal 12
Pemberlakuan
1. Konvensi mulai berlaku 12 (dua belas) bulan setelah tidak kurang dari
lima belas negara menandatangani tanpa syarat sebagai ratifikasi,
penerimaan atau persetujuan atau telah menyampaikan instrumen,
ratifikasi, penerimaan, persetujuan atau penambahan anggota sesuai
pasal 11.
Pasal 13
Permintaan Berakhir Masa Berlaku
Pasal 14
Tempat Penyimpanan
12
2. Tempat penyimpanan harus:
Pasal 15
Bahasa
Konvensi ditetapkan dalam suatu bahasa asli yaitu bahasa Arab, Cina,
Inggris, Perancis, Rusia dan Spanyol. Setiap teks memiliki keaslian yang
sama.
MENYAKSIKAN HAL INI, yang bertanda tangan di bawah ini, dengan
kewenangan yang diberikan oleh pemerintah masing-masing untuk maksud
ditanda tanganinya Konvensi ini.
DITETAPKAN DI LONDON, pada tanggal tujuh bulan Juli tahun seribu
sembilan ratus sembilan puluh lima.
13
LAMPIRAN
BAB 1
Ketentuan – Ketentuan Umum
Peraturan 1
Definisi
14
lainnya.
14. Perairan terbatas adalah perairan di sekitar Peserta yang ditentukan oleh
Administrasi dimana tingkat keselamatan menjadi bahan pertimbangan
Administrasi yang memungkinkan standar kualifikasi dan sertifikasi bagi
Nakhoda dan Perwira Kapal penangkap ikan ditetapkan lebih rendah dari
tingkatan yang diperuntukan bagi daerah pelayaran di luar yang
ditentukan batasnya. Dalam menentukan luas perairan terbatas,
Administrasi harus mempertimbangkan pedoman yang dikembangkan
oleh Organisasi.
15. Perairan tak terbatas adalah selain dari perairan terbatas.
16. Panjang (L) harus diambil 96% dari panjang keseluruhan suatu garis air
(water line) pada 85 % dari kedalaman terkecil yang diukur dari garis
lunas kapal atau panjang dari sisi luar bagian depan haluan tinggi
sampai ke poros daun kemudi pada garis air itu, yang lebih besar. Pada
kapal-kapal yang dirancang dengan lunas yang melengkung, maka garis
air dimana panjang ini diukur harus sejajar dengan rancangan garis air
tersebut.
17. Tinggi Moulded adalah jarak vertikal yang diukur dari lunas kapal sampai
bagian atas balok geladak kerja di bagian sisi.
Peraturan 2
Penerapan
Administrasi dari Peserta, jika ia menganggap tidak dapat diterima atau tidak
dapat diterapkan, maka untuk menerapkan secara penuh persyaratan
peraturan II/3, II/4, II/5 dan persyaratan penggunaan bahasa Inggris bagi
awak kapal penangkap ikan dengan panjang kurang dari 45 meter yang
beroperasi dari pelabuhan basisnya dan menangkap ikan di perairan
terbatas, dapat menentukan yang mana dari peraturan ini yang tidak harus
diterapkan seluruhnya atau sebagian kepada personil, tanpa menghilangkan
prinsip – prinsip keselamatan dalam Konvensi. Dalam kasus seperti itu
Administrasi harus melaporkan ke Sekretaris Jenderal tentang rincian
tindakan yang telah dilakukan berkaitan dengan pelatihan dan sertifikasi
personil-personil tersebut.
Peraturan 3
Sertifikat dan Pengukuhan
15
dipergunakan bukan bahasa Inggris, maka naskah sertifikat harus
menyertakan suatu terjemahan dalam bahasa Inggris;
Peraturan 4
Prosedur-Prosedur Pengawasan
16
yang melanggar ketentuan Konvensi Internasional.
2.3 kapal diolah gerak secara ceroboh atau tidak aman, sementara
jalur pelayaran telah diatur secara syah oleh Organisasi atau
prosedur dan praktek keselamatan pelayaran yang belum diikuti;
atau
2.4 kapal dioperasikan dalam kondisi membahayakan orang, harta
benda dan lingkungan.
Peraturan 5
Penyampaian Informasi
Peraturan 6
Administrasi Penataan Sertifikasi
17
mencapai standar keahlian dan selalu dipantau dan diawasi secara
teratur keefektifannya.
Peraturan 7
Pengakuan Sertifikat
Peraturan 8
Ketentuan Peralihan
18
dengan spesifikasi kapal dan sertifikatnya. Peserta harus menjamin
kandidat lain untuk memperoleh sertifikat harus diuji dan diberikan
sertifikat sesuai dengan Konvensi;
Peraturan 9
Dispensasi
19
3. Masing-masing Peserta sesegera mungkin setelah tanggal 1 Januari
setiap tahun mengirim laporan kepada Sekretaris Jenderal untuk
menyampaikan informasi tentang jumlah total dispensasi dalam
kaitannya dengan kapasitas sertifikat yang dibutuhkan termasuk yang
dikembalikan.
Peraturan 10
Penyetaraan
2. Keterangan rinci mengenai hal ini harus dimasukkan dalam laporan pada
Pasal 4 .
BAB II
Sertifikasi Nakhoda, Perwira,
Perwira Mesin dan Operator Radio
Peraturan 1
Persyaratan Minimum yang Diwajibkan untuk Sertifikasi Nakhoda
Kapal Penangkap Ikan panjang 24 meter atau lebih
yang Beroperasi di Perairan Tak Terbatas
1. Setiap nakhoda kapal penangkap ikan panjang 24 meter atau lebih yang
beroperasi di perairan tak terbatas hendaknya memiliki sertifikat yang
sesuai;
20
3. telah lulus ujian atau ujian-ujian dalam rangka penilaian kompetensi
untuk memenuhi aturan Peserta sesuai dengan materi yang tertuang
dalam lampiran peraturan ini. Seorang calon peserta ujian yang
memiliki sertifikat kompetensi yang syah yang dikeluarkan sesuai
dengan peraturan Konvensi STCW 1978 tidak perlu diuji kembali
untuk mata pelajaran yang tercantum dalam lampiran yang telah
ditempuhnya setingkat lebih tinggi atau setara tingkatnya untuk
penerbitan sertifikat berdasarkan Konvensi.
21
Lampiran Peraturan 1
Pengetahuan Minimum yang Disyaratkan untuk Sertifikasi
bagi Nakhoda Kapal Penangkap Ikan dengan Panjang 24 m atau lebih
yang Beroperasi di Perairan Tak Terbatas
1. Silabus yang diberikan di bawah ini disusun untuk calon peserta ujian
sertifikasi sebagai nakhoda kapal penangkap ikan yang panjangnya 24 m
atau lebih yang beroperasi di perairan tak terbatas. Perlu diingat bahwa
nakhoda memiliki tanggung jawab dalam hal keselamatan kapal dan
ABKnya sepanjang waktu termasuk selama operasi penangkapan. Ujian
dalam mata pelajaran tersebut hendaknya dirancang untuk menguji
kemampuan calon dalam hal menyerap semua informasi yang ada yang
mempengaruhi keselamatan kapal dan ABKnya sesuai silabus;
3. Tugas Jaga
3.1 Mendemontrasikan pengetahuan yang menyangkut isi, aplikasi dan
maksud dari peraturan Internasional mengenai Pencegahan Tubrukan di
Laut, 1972 (The International Regulation for Preventing Collision at Sea),
khususnya tambahan II dan IV tentang navigasi yang aman.
3.2 Mendemontrasikan pengetahuan mengenai Prinsip Dasar yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan tugas jaga Navigasi seperti diuraikan
pada Bab IV.
4. Navigasi Radar
4.1. Mendemontrasikan kemampuan pengoperasian dan menggunakan radar
dengan menggunakan simulator radar atau bila tidak memungkinkan,
papan olah gerak, pengetahuan dasar tentang radar dan
22
menginterpretasikan serta menganalisa informasi yang diperoleh dari
peralatan)* tersebut, termasuk berikut ini:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi tampilan gambar dan keakuratan;
2. mengatur dan memelihara monitor;
3. mendeteksi informasi yang tidak tepat, gema palsu dan riak laut;
4. jarak dan baringan;
5. pengenalan gema kritis;
6. haluan dan kecepatan kapal lain;
7. waktu dan jarak terdekat dari kapal lain dalam situasi silang, saling
berhadapan, atau saling menyusul;
8. mendeteksi perobahan haluan dan kecepatan kapal lain;
9. pengaruh perobahan haluan atau kecepatan kapal kita atau kedua-
duanya;
10. penerapan Peraturan Internasional untuk Mencegah Tubrukan di
Laut, 1972.
1. sandar, lepas sandar dan berlabuh jangkar pada berbagai kondisi angin
dan air pasang;
2. olah Gerak di perairan dangkal;
3. pengelolaan dan penanganan kapal penangkap ikan dalam cuaca
buruk, termasuk kecepatan yang sesuai, khususnya pada perairan
saling menyusul dan pada perairan tertentu, membantu kapal atau
pesawat udara dalam keadaan bahaya. Menolong kapal yang tidak
terkendalikan untuk keluar dari suatu perairan-perairan bergelombang
dan mengurangi hanyut;
23
5. menghindari kecelakaan dalam olah gerak untuk peluncuran skoci
penolong atau rakit penolong dalam cuaca buruk;
6. cara melakukan pertolongan orang-orang dalam bahaya ke atas kapal
dari skoci penolong atau rakit penolong;
7. apabila memungkinkan, tindakan-tindakan praktis hendaknya diambil
ketika berlayar di perairan es atau terjadi penimbunan salju di kapal.
8. penggunaan, dan olah gerak kapal di bagan pemisah lalu lintas.
9. pentingnya berlayar pada kecepatan yang rendah untuk menghindari
kerusakan yang disebabkan oleh ombak depan kapal atau ombak
buritan kapal itu sendiri.
10. memindahkan ikan di laut ke kapal pabrik pengolahan ikan atau kapal
lain.
11. pengisian kembali bahan bakar di laut.
5.1 Pengetahuan umum tentang struktur bagian utama dari kapal dan
nama-nama berbagai bagian dari kapal;
5.2 Pengetahuan tentang teori dan faktor-faktor yang mempertahankan
trim dan stabilitas dan tindakan yang perlu untuk memelihara trim
dan stabilitas yang aman;
5.3 Memperagakan penggunaan tabel trim dan stabilitas serta
memperhitungkan akibat kondisi-kondisi tersebut;
5.4 Pengetahuan tentang pengaruh permukaan bebas dan penimbunan
salju di kapal;
5.5 Pengetahuan tentang pengaruh air di atas geladak;
5.6 Pengetahuan tentang pentingnya kesatuan kedap cuaca dan kedap
air.
24
12.3 Tindakan yang akan dilakukan bila alat tangkap tersangkut didasar atau
benda lain;
12.4 Mengapungkan kapal yang kandas, dengan dan tanpa alat bantu;
12.5 Tindakan yang akan diambil bila terjadi tubrukan;
12.6 Penyumbatan sementara terhadap kebocoran-kebocoran;
12.7 Tindakan pencegahan dan keselamatan ABK dalam keadaan bahaya;
12.8 Memperkecil kerusakan dan menyelamatkan kapal bila terjadi kebakaran
atau ledakan;
12.9 Meninggalkan kapal;
12.10 Sistem kemudi darurat, cara-cara pemasangan dan penggunaan tali
dalam sistem kemudi serta cara-cara yang digunakan untuk mengatur
kemudi.
12.11 Menolong orang-orang dalam keadaan bahaya atau kapal karam;
12.12 Prosedur cara menolong orang jatuh ke laut (man over board);
12.13 Menunda dan sedang ditunda.
25
Nasional diserahkan pada kebijaksanaan Pemerintah penanda tangan
tetapi harus meliputi perencanaan nasional untuk dilaksanakan sesuai
penerapan Konvensi-Konvensi dan persetujuan-persetujuan
Internasional.
16. Komunikasi
20.1 Navigasi
20.1.1 Mendemonstrasikan penggunaan sextant , pelorus, azimuth mirror
kemampuan menentukan posisi, haluan dan baringan.
26
1972.
20.3 Radar
20.3.1 Simulator radar
20.5 Komunikasi
20.5.1 Ujian Praktek
27
Peraturan 2
Persyaratan Minimum yang Diwajibkan untuk Sertifikasi Perwira yang
Melaksanakan Tugas Jaga Navigasi pada Kapal Penangkap Ikan
dengan Panjang 24 meter atau lebih yang Beroperasi di Perairan Tak
Terbatas.
28
Lampiran Peraturan 2
1. Silabus yang diberikan dibawah ini disusun untuk ujian bagi calon
dengan sertifikasi sebagai perwira jaga navigasi pada kapal penangkap
ikan yang panjangnya 24 meter atau lebih yang beroperasi di perairan tak
terbatas.
2. Navigasi Astronomi
3. Navigasi Datar
4. Navigasi Radar
4.1 Mendemontrasikan penggunaan simulator atau jika tidak ada dapat
menggunakan papan manuver pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar
radar, kemampuan menggunakan radar menafsirkan dan menganalisa
informasi yang diperoleh dari radar yang meliputi:
5. Tugas Jaga
29
5.2 Dapat memperagakan pengetahuan tentang Prinsip-prinsip Dasar yang
harus menaati dalam melaksanakan Tugas Jaga seperti yang diuraikan
dalam Bab IV.
7. Meteorologi
7.1 Pengetahuan tentang peralatan meteorologi kapal dan cara
penggunaannya
7.2 Pengetahuan tentang karakter berbagai sistem cuaca.
9. Komunikasi
9.1 Pengetahuan umum tentang prinsip umum dan faktor-faktor pokok yang
perlu untuk keselamatan dan penggunaan secara efisien setiap sub
sistem dan peralatan yang dibutuhkan dalam GMDSS.
9.2 Pengetahuan tentang sistem peringatan navigasi dan meteorologi serta
pemilihan sirkuit komunikasi yang sesuai.
9.3 Pengetahuan tentang akibat yang dapat merugikan dari kesalahan
penggunaan peralatan komunikasi.
12. Prosedur darurat dan praktek keselamatan kerja bagi personil kapal
penangkap ikan
Pengetahuan tentang hal – hal yang terdapat dalam seksi-seksi sesuai dari
pada Peraturan FAO/ILO/IMO untuk Keselamatan Nelayan dan Kapal-kapal
Penangkap Ikan, bagian A dan Bab VIII dari lampiran Naskah Protokol 1993).
30
1. Merapat di dermaga, mengepil, berlabuh jangkar dan olah gerak
merapat pada lambung kapal-kapal lain di laut;
2. Olah gerak selama operasi penangkapan dengan memperhitungkan
secara khusus faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keselamatan
kapal selama operasi penangkapan;
3. Pengaruh-pengaruh angin dan arus/pasang pada saat penanganan
kapal
4. Olah gerak di perairan dangkal;
5. Mengendalikan kapal ikan dalam cuaca buruk;
6. Menolong orang dan membantu kapal atau pesawat udara yang
berada dalam bahaya;
7. Sedang menunda dan ditunda;
8. Prosedur menolong orang jatuh ke laut;
9. Melakukan tindakan-tindakan praktis yang harus diambil ketika
berlayar di perairan es atau dalam kondisi terjadi penimbunan salju
di kapal.
14. Konstruksi Kapal Penangkap Ikan
Pengetahuan umum tentang struktur bagian-bagian utama kapal
31
persyaratan Lampiran ini.
32
Peraturan 3
1. Setiap Nakhoda kapal penangkap ikan panjang 24 meter atau lebih yang
beroperasi di perairan terbatas harus memiliki suatu sertifikat yang
memadai yang dikeluarkan sesuai dengan aturan ini kecuali memelikik
sertifikat yang dikeluarkan sesuai dengan pelaksanan peraturan I.
5. Seorang calon peserta ujian yang memiliki sertifikat kecakapan yang sah
yang dikeluarkan menurut ketetapan Konvensi STCW 1978 tidak perlu
diuji kembali dalam mata pelajaran yang terdaftar dalam lampiran yang
mana telah diujikan pada tingkat yang lebih tinggi atau yang setaraf
dengan sertifikat yang dikeluarkan sesuai Konvensi ini.
33
Lampiran Peraturan 3
Pengetahuan Minimum yang Disyaratkan untuk Sertifikasi Nakhoda
Kapal Penangkap Ikan yang Panjang 24 meter atau lebih
Beroperasi di Perairan Terbatas.
3. Tugas Jaga
4. Navigasi Radar
34
nakhoda. Jika Peserta memutuskan tidak memasukan sylabus dalam
persyaratan umum, harus dijamin bahwa silabus diperhitungkan untuk
maksud sertifikasi nakhoda yang melayani kapal yang dilengkapi dengan
radar dan diberlakukan di perairan terbatas.
4.2 Memperagakan penggunaan simulator radar atau bila tidak
memungkinkan menggunakan papan olah gerak, pengetahuan tentang
prinsip dasar radar, kemampuan mengoperasikan dan menggunakan
radar, interprestasi dan analisis informasi yang diperoleh dari radar
termasuk hal berikut:
5. Kompas
5.1 Mampuan menentukan dan menerapkan kesalahan kompas.
35
4. Olah gerak kapal selama operasi penangkapan dengan memperhatikan
secara khusus faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keselamatan
kapal selama operasi penangkapan.
5. Menghindari kecelakaan dalam olah gerak peluncuran skoci penolong
atau rakit penolong dalam cuaca buruk.
6. Cara melakukan pertolongan orang dalam bahaya ke atas kapal dari
skoci penolong atau rakit penolong.
7. Apabila memungkinkan, tindakan-tindakan praktis hendaknya diambil
ketika berlayar di perairan es atau kondisi penimbunan salju di atas
kapal.
8. Apabila memungkinkan penggunaan dan olah gerak pada alur
pelayaran dengan pemisah lalu lintas.
9. Pentingnya melayarkan kapal pada kecepatan rendah untuk
menghindarkan kerusakan yang disebabkan oleh ombak haluan kapal
atau ombak buritan.
10. Memindahkan ikan di laut ke kapal pabrik pengolahan atau
kapal-kapal lain.
12.Prosedur Darurat
12.1 Prosedur ketika mengkandaskan kapal;
12.2 Tindakan yang harus dilakukan sebelum atau sesudah kapal kandas;
36
12.3 Tindakan yang harus dilakukan apabila alat tangkap tersangkut di dasar
atau benda lain;
12.4 Mengapungkan kapal yang kandas, dengan dan tanpa alat bantu;
12.5 Tindakan yang akan diambil menyusul suatu tubrukan;
12.6 Penyumbatan sementara terhadap kebocoran-kebocoran;
12.7 Tindakan untuk perlindungan dan keselamatan ABK dalam keadaan
bahaya;
12.8 Membatasi kerusakan dan menenangkan kapal menyusul kebakaran
atau ledakan.
12.9 Meninggalkan kapal
12.10 Sistem kemudi darurat, cara pemasangan dan penataan dalam sistem
kemudi dimana memungkinkan.
12.11 Menolong orang-orang dari kapal dalam keadaan bahaya atau karena
karam.
12.12 Cara menolong orang jatuh ke laut
12.13 Menunda atau sedang ditunda
13.Pelayanan Medis
13.1 Pengetahuan tentang PPPK
13.2 Penerapan secara praktis tentang pedoman medis dan nasehat lewat
radio, termasuk kemampuan untuk bertindak secara efektif berdasarkan
pengetahuan dalam kasus kecelakaan atau penyakit yang kemungkinan
terjadi di atas kapal.
14.Hukum Maritim
14.1 Memperhitungkan perairan terbatas sebagaimana ditentukan oleh
Peserta yang bersangkutan; pengetahuan tentang hukum maritim
internasional sebagaimana yang tercantum dalam Konvensi-Konvensi
dan persetujuan-persetujuan Internasional, karena mempengaruhi
kewajiban dan tanggung jawab nakhoda di perairan bersangkutan,
khususnya hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan dan
perlindungan lingkungan laut;
14.2 Luasnya pengertian tentang perundang-undangan kemaritiman
nasional diserahkan kepada kebijaksanaan Peserta yang bersangkutan
tapi harus meliputi rencana nasional untuk dilaksanakan sesuai
penerapan Konvensi-Konvensi dan persetujuan internasional .
15.Penyelamatan Diri
Pengetahuan tentang alat-alat penolong yang ada di kapal penangkap ikan.
PengOrganisasian meninggalkan kapal (abandon ship drills) dan penggunaan
perlengkapannya.
16.S A R
Pengetahuan tentang prosedur pencarian dan pertolongan
37
18.Metode demonstrasi kecakapan
38
Peraturan 4
Persyaratan Minimum yang Disyaratkan untuk Sertifikasi Perwira
Jaga Navigasi di Kapal Penangkap Ikan dengan Panjang 24 meter
atau lebih yang Beroperasi di Perairan Terbatas.
39
Lampiran Peraturan 4
Pengetahuan Minimum yang Disyaratkan untuk Sertifikasi
Perwira Jaga Navigasi di Kapal Penangkap Ikan yang Panjang 24
meter atau lebih yang Beroperasi di Perairan Terbatas
1. Sylabus yang tersebut dibawah ini disusun untuk ujian bagi calon
pemegang sertifikasi sebagai perwira-perwira yang bertugas jaga navigasi
di kapal penangkap ikan dengan panjang 24 meter atau lebih beroperasi
di perairan terbatas.
2. Pelayaran Datar
2.1 Kemampuan untuk menentukan posisi kapal dengan penggunaan :
3. Navigasi Radar
3.1 Masing-masing Peserta hendaknya memutuskan apakah memasukkan
atau tidak sylabus radar dibawah ini dalam persyaratan umum untuk
sertifikasi para perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi. Jika
Peserta yang bersangkutan memutuskan tidak memasukannya dalam
persyaratan umum, ia harus menjamin bahwa sylabus diperhitungkan
untuk kepentingan sertifikasi perwira tersebut yang melayani di kapal-
kapal yang dilengkapi dengan radar dan yang berlayar di perairan
terbatas.
40
Tubrukan di Laut. 1972
4. Tugas Jaga
4.1 Memperagakan secara baik tentang isi, penerapan dan maksud
Peraturan Internasional untuk Mencegah Tubrukan di Laut, 1972,
termasuk lampiran menyangkut pelayaran yang aman.
7. Kompas
7.1 Kemampuan untuk menentukan dan menggunakan kesalahan kompas
8. Pemadam kebakaran
8.1 Pengetahuan tentang pencegahan kebakaran dan penggunaan alat
pemadam
8.2 Partisipasi dalam kursus pemadam kebakaran yang telah mendapat
persetujuan.
9. Penyelamatan diri
9.1 Pengetahuan tentang alat–alat penyelamat yang tersedia di kapal.
Pengaturan orang-orang dalam latihan meninggalkan kapal dan
penggunaan perleng kapan.
9.2 Mengikuti pelatihan penyelamatan diri di laut yang mendapat
persetujuann..
10.Prosedur darurat dan praktek kerja aman bagi awak kapal penangkap
ikan
10.1 Pengetahuan tentang pasal-pasal yang terdaftar dalam seksi kode
FAO/ILO/IMO tentang Keselamatan Bagi awak kapal ikan, bagian A
dan Bab III Tambahan Protokol Torremolinos, tahun 1993.
41
dalam bahaya.
7. Menunda dan ditunda
8. Prosedur menolong orang jatuh ke laut
9. Dimana memungkinkan tindakan-tindakan praktis yang harus diambil
ketika berlayar di perairan es atau dalam kondisi penimbunan salju di
kapal.
12.Stabilitas Kapal
12.1 Mendemontrasikan kemampuan menggunakan data stabilitas, stabilitas
dan tabel dan stabilitas awal.
15.Pelayanan Medis
15.1 Pengetahuan tentang prosedur PPPK. Penggunaan praktis pedoman
medis dan pelayanan medis melalui radio.
16.Search and Rescue
16.1 Pengetahuan tentang prosedur SAR
42
Peraturan 5
Persyaratan Minimum yang Diwajibkan untuk Sertifikasi
Kepala Kamar Mesin dan Masinis II pada Kapal Penangkap Ikan
yang Digerakkan oleh Mesin Penggerak Utama
dengan Daya Dorong 750 kW atau lebih
1. Setiap Kepala Kamar Mesin dan Masinis II yang bekerja pada kapal ikan
yang digerakkan oleh mesin penggerak utama sebesar 750 Kilowatt atau
lebih harus memiliki sertifikat yang sesuai.
43
Lampiran Peraturan 5
Pengetahuan Minimum yang Disyaratkan untuk Sertifikasi
Kepala Kamar Mesin dan Masinis II Kapal Penangkap Ikan
yang Digerakkan oleh Mesin Penggerak Utama
dengan Daya Dorong 750 kW atau lebih.
2. untuk alinea 3.4 dan 4.1. dibawah ini Peserta dapat meniadakan
persyaratan pengetahuan tentang jenis-jenis mesin penggerak selain
instalasi permesinan yang mana sertifikat tersebut diberikan masih
berlaku. Suatu sertifikat yang diberikan dengan dasar demikian tidak
berlaku untuk kategori instalasi permesinan yang telah ditiadakan hingga
masinis tersebut terbukti ahli dalam hal ini menurut Peserta, pembatasan
demikian harus dinyatakan dalam sertifikat.
3. Setiap calon harus memiliki pengetahuan dan teori dasar serta memahami
prinsip-prinsip dasar yang termasuk dalam hal berikut :
1. Proses pembakaran
2. Perpindahan Panas
3. Mekanik dan hydromekanika
4. Bila memungkinkan:
4.1 Mesin diesel kapal
4.2 Instalasi Mesin uap kapal
4.3 Turbin gas kapal
5. Sistem peralatan kemudi
6. Sifat bahan bakar dan pelumas
7. Sifat-sifat bahan
8. Bahan Pemadam Kebakaran
9. Perlengkapan listrik kapal
10. Sistem otomatis, Instrumentasi dan kontrol
11. Konstruksi kapal penangkap ikan, termasuk kontrol stabilitas dan
kerusakannya
12. Sistem pesawat bantu dan
13. Sistem pendinginan
4. Setiap calon harus memiliki pengetahuan praktis yang memadai
sekurang-kurangnya dalam bidang :
1. Operasi dan Pemeliharaan, yang tepat
1.1 Mesin diesel kapal
1.2 Instalasi penggerak uap kapal; dan
1.3 Turbin gas kapal
2. Operasi dan pemeliharaan sistem mesin bantu, termasuk sistem
peralatan kemudi.
3. Pengoperasian, pengujian dan pemeliharaan listrik dan peralatan
44
kontrol.
4. Perawatan terhadap peralatan penanganan hasil dan mesin dek.
5. Mendeteksi kerusakan mesin, lokasi kerusakan dan langkah
pencegahan kerusakan.
6. Operasionalisasi pemeliharaan yang aman dan prosedur perbaikan.
7. Metode dan alat bantu pencegahan kebakaran, pendeteksian dan
pemadaman
8. Peraturan-peraturan yang harus dipatuhi dalam hal pencemaran
lingkungan laut akibat kegiatan operasional atau tidak disengaja
serta metode dan bantuan yang dipergunakan untuk mencegah
pencemaran.
9. Pertolongan Pertama terhadap cidera yang terjadi diruang mesin dan
bagaimana penggunaan perlengkapan P3K.
10. Fungsi dan penggunaan alat-alat penyelamat.
11. Metode pengontrolan kerusakan dengan berpatokan khusus kepada
tindakan yang diambil dalam peristiwa air laut masuk ke dalam
ruang mesin dan
12. Praktek keselamatan kerja.
45
Peraturan 6
Persyaratan Minimum yang Disyaratkan untuk Sertifikasi GMDSS bagi
Petugas Radio di Kapal Penangkap Ikan
Catatan Penjelasan
Ketentuan-ketentuan wajib menyangkut tugas jaga radio diatur dalam
Peraturan Radio dan Protocol Torremolinos 1993. Ketentuan mengenai
perawatan radio diatur dalam Protokol Torremolinos dan petunjuk yang
diadopsi oleh Oraganisasi.
Penerapan
1. Kecuali yang tertera pada paragrap 2, ketetapan aturan ini harus
diterapkan bagi petugas radio sesuai dengan persyaratan internasional
atau hukum nasional untuk membawa alat radio dengan teknik GMDSS
(Global Maritine Distress and Safety System).
46
Lampiran Peraturan 6
Tambahan Pengetahuan dan Pelatihan Minimum yang Disyaratkan
bagi Petugas Radio GMDSS
47
Peraturan 7
Persyaratan Wajib Minimum untuk Menjamin
Keberlanjutan Kecakapan dan Pemutakhiran Pengetahuan
bagi Nakhoda, Perwira dan PerwiraMesin
1. Setiap nakhoda atau perwira yang memiliki sertifikat yang bekerja pada
kapal penangkap ikan atau bermaksud untuk kembali setelah beberapa
lama ada di darat, supaya berlanjut kecakapan bekerja di kapal
disyaratkan pada selang waktu yang teratur tidak melebihi 5 tahun agar
memenuhi persyaratan Administrasi, yaitu:
48
Peraturan 8
Persyaratan Minimum yang Disyaratkan untuk Menjamin
Keberlangsungan Kecakapan dan Pemutakhiran Pengetahuan
bagi Petugas Radio GMDSS
49
B a b III
Pelatihan Keselamatan Tingkat Dasar bagi Seluruh Awak Kapal
Penangkap Ikan (Basic Safety Training for all fishing vessels personnel)
Peraturan 1
Pelatihan Keselamatan Tingkat Dasar bagi Seluruh Awak Kapal
Penangkap Ikan
1. Awak kapal penangkap ikan, sebelum bertugas di kapal harus menerima
pelatihan tingkat dasar yang disetujui oleh Administrasi dalam hal
berikut:
B a b IV
Tugas Jaga
Peraturan 1
Prinsip Dasar yang harus Diamati dalam Jaga Navigasi
pada Kapal Penangkap Ikan
50
4.1.2 Pada saat menetukan komposisi petugas jaga faktor-faktor berikut,
harus menjadi bahan pertimbangan :
4.3 Pelayaran
4.3.1 Pelayaran yang direncanakan, sejauh dapat dilaksanakan,
direncanakan sebelumnya dengan mempertimbangkan semua informasi
yang berkaitan dengan setiap haluan yang dikemudikan harus dicek
sebelum pelayaran selanjutnya.
4.3.3 Perwira yang bertugas jaga harus mempunyai pengetahuan yang luas
tentang lokasi dan pengoperasian atas semua peralatan keselamatan
dan peralatan navigasi di atas kapal dan harus hati-hati dan menyadari
terbatasnya kemampuan operasional alat-alat tersebut.
4.3.4 Perwira yang melakukan dinas jaga tidak boleh diberikan atau
melakukan tugas lain yang akan mengganggu keselamatan pelayaran
dan kapal tersebut.
51
4.4.3 Jika diperlukan perwira jaga tidak boleh ragu-ragu untuk
menggunakan kemudi, mesin dan alat-alat isyarat bunyi dan cahaya.
52
3. Perhatian yang diperlukan bila berlayardi atau dekat bagan pemisah
lalu lintas dan tindakan pada jalur yang dilalui;
4. Tambahan beban kerja yang disebabkan oleh sifat fungsi kapal,
tuntutan yang mendesak dilaksanakan dan perkiraan olah gerak
untuk antisipasi keadaan
5. Control kemudi dan baling-baling dan sifat-sifat olah gerak kapal;
6. Kebugaran anak buah kapal selama melaksanakan tugas sebagai
anggota dinas jaga;
7. Pengetahuan dan kepercayaan dalam kemampuan profesional
perwira-perwira dan Anak Buah Kapal;
8. Pengalaman perwira dalam tugas jaga navigasi dan kebiasaan
perwira dengan perlengkapan-perlengkapan kapal, prosedur dan
kemampuan mengolah gerak kapal
9. Kegiatan yang terjadi di atas kapal pada waktu tertentu dan dapat
diminta bantuan segera ke anjungan bila diperlukan;
10. Keadaan yang berkenaan dengan peralatan dan pengendalian dari
anjungan termasuk sistem alarm;
11. Ukuran kapal dan batas jarak pandang yang diperoleh dari posisi
duga;
12. Tata letak anjungan kapal, sebagian anjungan mungkin
menghalangi anggota dinas jaga dari pendeteksian dengan mata
atau pendengaran terhadap setiap perkembangan di luar kapal; dan
13. Hal-hal pokok, prosedur dan pedoman yang berhubungan dengan
pengaturan dinas jaga dan kemampuan untuk melaksanakan tugas
yang telah diterapkan ileh Organisasi.
53
informasi menyangkut prosedur navigasi, kondisi setempat dan sifat-sifat
kapal. Nakhoda dan perwira jaga harus saling bekerja sama dengan pandu
dan menjaga dengan akurat posisi dan laju kapal.
7.Jaga Berlabuh
Pada kapal penangkap ikan yang berlabuh, nakhoda harus menjamin dengan
tujuan keamanan kapal dan ABK bahwa dinas jaga semestinya dilakukan
setiap saat dari anjungan atau geladak.
8. Jaga Radio
54
Tambahan 1
Formulir yang dipergunakan sebagai bukti diterbitkan sertifikat haruslah
sebagaimana diperlihatkan di bawah ini, asalkan kata-kata “ atau sampai
tanggal kadaluarsa perpanjangan masa berlaku sertifikat ini sebagaiman
terlihat pada halaman sebelah”, yang terdapat pada bagian depan formulir
dan ketentuan tentang pencatatan perpanjangan masa berlaku, yang tertera
pada bagian belakan formulir harus ditiadakan bilamana sertifikat
disyaratkan untuk diganti pada saat kadaluarsa.
(Segel resmi)
(Negara)
-------------------------------------------------------
Tanda tangan Pejabat yang berwenang
-------------------------------------------------------
Nama pejabat yang berwenang
55
Masa berlaku sertifikat ini diperpanjang sampai dengan
(segel Resmi)
(Segel Resmi)
Tanda tangan pejabat yang berwenang
56
Tambahan 2
57
Masa berlaku pengukuhan sampai dengan
(segel Resmi)
Tanda tangan pejabat yang berwenang
Tanggal Revalidasi
Nama pejabat yang berwenang
(Segel Resmi)
Tanda tangan pejabat yang berwenang
Tanggal Revalidasi :
Nama pejabat yang berwenang
58
Lampiran 3
(NEGARA)
59
Masa berlaku pengukuhan sampai dengan
(segel Resmi)
Tanda tangan pejabat yang berwenang
Tanggal Revalidasi
(Segel Resmi)
Tanda tangan pejabat yang berwenang
Tanggal Revalidasi
Nama pejabat yang berwenang
60
Lampiran 2
Resolusi yang disahkan oleh Konperensi
Resolusi 1
Pelatihan Operator Radio untuk sistem Marabahaya dan
Keselamatan Maritim Global (GMDSS)
KONPERENSI,
61
MEMPERHATIKAN SELANJUTNYA : bahwa GMDSS juga akan memberikan
cara untuk melaksanakan komunikasi marabahaya dan keselamatan untuk
sebagian besar kapal ikan lainnya yang tidak terkena ketentuan Protokol
Torremolinos, 1993 dan perlunya orang-orang di atas kapal-kapal demikian
untuk diberi pelatihan dan disertifikasi sesuai dengan peraturan Radio dan
Konvensi STCW-F, 1995,
Resolusi 2
Pelatihan Simulator Radar
KONPERENSI,
MENGAKUI betapa pentingnya pelatihan radar dalam hal keselamatan jiwa
dan harta benda di laut serta perlindungan lingkungan,
62
yang memadai dalam mengoperasikan kapal penangkap ikan dalam semua
kondisi pelayaran,
Resolusi 3
Petunjuk dan rekomendasi bagi Personil Kapal Ikan
KONPERENSI,
MENGAKUI, pentingnya kebiasaan dan prosedur pengoperasian yang aman
dan efisien untuk keselamatan jiwa di laut dan perlindungan lingkungan
laut secara umum, serta untuk keselamatan kapal-kapal penangkap ikan
pada khususnya,
- penggunaan simulator,
- pelatihan operator radio,
- kecakapan dalam pesawat luput maut dan scoci penolong,
- keadaan darurat, keselamatan kerja, perawatan medis, dan fungsi
keselamatan,
- tugas jaga, dan
- mencegah kecelakaan,
63
3. Menjalin kerja sama dengan Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan
Organisasi Bahan Pangan dan Pertanian (FAO) dari PBB, dokumen
untuk pedoman, dan mempersiapkan petunjuk pokok dan rekomendasi
tentang Pelatihan dan Sertifikasi bagi Personil Kapal Penangkap Ikan
dengan ukuran panjang 12 M atau lebih namun tidak lebih dari 24 M.
64
Resolusi 4
Pelatihan Kelasi Dek di atas Kapal Penangkap Ikan
untuk Panjang Kapal 24 M atau Lebih
KONPERENSI,
MENYADARI kemungkinan bahaya bagi Kelasi bagian dek di atas kapal
ikan,
Lampiran
Rekomendasi terhadap Pelatihan Kelasi Bagian Dek yang Bekerja
pada
kapal penangkap ikan dengan panjang 24 m atau lebih
1. Kelasi bagian dek adalah anggota awak kapal selain nakhoda dan
perwira.
65
tangkap dan mendamparkan hasil tangkapan di kapal.
66
Resolusi 5
Pelatihan Personil Kapal Ikan tentang
Teknik Penyelamatan Diri
KONPERENSI,
TELAH MENGESAHKAN Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan,
Sertifikasi dan Tugas jaga bagi personil Kapal Penangkap Ikan (STCW-F),
1995,
67
Tambahan
68
9.3 menggunakan jangkar arus
9.4 pengamatan lingkungan
9.5 menyembuhan dan merawat personil yang selamat
9.6 Memfasilitasi pendeteksian oleh orang-orang lain
9.7 Pengecekan peralatan yang ada termasuk menggunakan alat-alat
keselamatan dengan benar
9.8 sisanya sedapat atau sejauh mungkin di lingkungan perairan
10. bahaya-bahaya utama bagi yang selamat bertahan hidup dan
prinsip-prinsip umum, termasuk :
10.1 tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada cuaca dingin
10.2 tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada cuaca tropis
10.3 terbuka tehadap matahari, hujan angin dan laut
10.4 pentingnya mengenakan pakaian yang cocok
10.5 tindakan-tindakan perlindungan terhadap pesawat luput maut
10.6 pengaruh terendamnya di air dan hypothermia
10.7 pentingnya cadangan dan cairan tubuh
10.8 perlindungan dari mabuk laut
10.9 penggunaan air tawar dan makanan dengan tepat
10.10 pengaruh bila meminum air laut
10.11 alat-alat yang tersedia untuk melakukan pendeteksian oleh orang
lain
10.12 pentingnya memelihara moral
2. Calon awak kapal penangkap ikan harus diberikan instruksi praktek,
paling tidak hal-hal berikut :
1. Cara mengenakan life jacket atau baju tahan laut (immersion suit),
atau keduanya dengan benar
2. Memasuki air dari suatu ketinggian dengan memakai life jacket atau
pakaian cebur air atau kedua-duanya
3. Berenang sambil mengenakan life jacket atau pakaian cebur air
4. Bertahan menagpung tanpa life jacket
5. Memasuki sekoci penolong dari kapal penangkap ikan dan air sambil
memakai life jacket atau baju cebur laut atau keduanya
6. Membantu yang lain menaiki alat penolong
7. Mengoperasikan alat-alat penolong termasuk pengoperasian peralatan
radio jinjing
8. Menggunakan jangkar arus
Resolusi 6
Pelatihan dan Sertifikasi Personil pada Kapal Penangkap Ikan
Berukuran Besar
KONPERENSI,
TELAH MENGESAHKAN Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan,
Sertifikasi dan Tugas Jaga bagi Personil Kapal Penangkap Ikan (STCW-F),
1995;
69
kapal-kapal penangkap ikan.
Resolusi 7
Persyaratan Perwira yang Bertanggung Jawab atas Tugas Jaga
Mesin dan Ketentuan Tugas Jaga
KONPERENSI,
TELAH MENGESAHKAN Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan,
Sertifikasi dan Tugas Jaga bagi Personil Kapal Penangkap Ikan (STCW-F),
1995,
Resolusi 8
Peningkatan Partisipasi Wanita dalam Industri Perikanan
KONPERENSI,
TELAH MENGESAHKAN Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan,
Sertifikasi dan Tugas Jaga bagi Personil Kapal Penangkap Ikan (STCW-F),
1995,
70
MEMPERHATIKAN rencana dari Organisasi Maritim Internasional (IMO)
untuk memadukan wanita di dalam sektor maritim dan menyatakan
dukungan bagi sasaran Organisasi untuk meningkatkan pelatihan wanita
dalam sektor maritim.
Resolusi 9
Hubungan Antar Manusia
KOMPERENSI
TELAH MENGESAHKAN Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan,
Sertifikasi dan Tugas Jaga bagi Personil Kapal Penangkap Ikan (STCW-F),
1995,
MENYADARI bahwa tidak hanya pengoperasian kapal ikan yang aman dan
perlengkapannnya, tetapi juga hubungan antar manusia yang baik antara
personil di atas kapal akan sangat meningkatkan keselamatan jiwa di laut.
71
sebelum melaksanakan tugasnya.
72