MALANG
DISUSUN OLEH :
DISUSUN OLEH :
JOMBANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan medikal bedah pada Ny. L dengan
Diagnosa medis Fraktur Tibia di ruang 18 RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG sebagai
pemenuhan tugas Profesi Ners STIKES ICME Jombang.
Telah dilaksanakan dan disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
(...…………………..)
NIM : 18641003
Mengetahui,
(………………………..) (……………………….)
Kepala Ruangan
(…………………………….)
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS FRAKTUR TIBIA
A. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang diabsorbsinya
(Smeltzer & Bare, 2003).
Fraktur tibia plateu merupakan fraktur yang terjadi sebagai akibat kompresi
bagian atas tibia terhadap femur, sehingga terjadi kerusakan pada satu sisi (Helmi,2012).
Fraktur tibia plateu terjadi karena condyles lateralis femoris terdorong kearah tibia, dan
ligament cruciatum dan medialis seringkali robek.
Mekanisme cedera fraktur tibia plateu disebabkan oleh kekuatan varus atau valgus
bersama-sama dengan pembebanan aksial (kerusakan valgus saja mungkin akan
merobekkan ligamen). Keadaan ini kadang-kadang terjadi akibat jatuh, dimana lutut
dipaksa masuk kedalam valgus atau varus sehingga kondilus tibia remuk atau terbelah
oleh lawan kondilus femur yang berlawanan, yang tetap utuh. Kejadian ini bayak
menimpa pasien biasanya berumur antara 50-60 tahun dan sedikit mengalami
osteoporosis, tapi fraktur ini juga dapat terjadi pada orang dewasa dan pada setiap umur.
B. Etiologi
Menurut Sachdeva (2010), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Cedera traumatic
a. Cedera langsung, berarti pukulan langsung pada tulang sehingga tulang patah
secara spontan
b. Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari benturan,
misalnya jatuh dengan tangan menjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras dari otot yang kuat.
2. Fraktur patologik (Kelemahan abnormal pada tulang)
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal jika tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit
paget). Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit, dimana dengan trauma
minor atau tanpa trauma mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada keadaan :
a. Tumor tulang (jinak atau ganas)
b. Infeksi seperti osteomielitis
c. Rakhitis, suatu penyakti tulang yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet lain.
C. Manifestasi klinis
FRAKTUR TIBIA
Fraktur tibia
Peningkatan
pelepasan mediator
kimia : Pembedahan Fraktur terbuka Fraktur tertutup
prostaglandin,
histamine,dan
bradikinin
Keterbatasan pergerakan
Port de entry Resiko
Merangsang kuman pathogen pengeluaran darah
nosiceptor meningkat
Hambatan Mobilitas Fisik
mengirim impuls ke
saraf perifer aferen
menuju ke medulla RisikoInfeksi Risiko Syok
spinalis
Nyeri
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
a. Sinar rontgen (X-ray).
b. CT scan
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Alkalin fosfat
b. Kalsium serum dan fosfor serum
c. Enzim otot seperti kreatinin kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH -5), Asparat
Amino Transferase (AST)
3. Pemeriksaan lainnya
a. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan tes sensitivitas
b. Biopsy tulang dan otot : Diindikasikan bila terjadi infeksi.
c. Elektromiografi : Terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.
d. Arthroscopi : Didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma
yang berlebihan.
e. Indium imaging : Pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi.
f. MRI : Menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
F. Penatalaksanaan
G. Komplikasi
Komplikasi setelah fraktur adalah syok yang berakibat fatal dalam beberapa jam
setelah cedera, emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih, dan sindrom
kompartemen yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika tidak
ditangani segera.
Komplikasi awal pada fraktur adalah syok yang bisa berakibat fatal dalam
beberapa jam setelah cedera, emboli lemak yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih,
sindroma kompartemen yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanent jika
tidak ditangani segera. Selain itu infeksi, tromboemboli (emboli paru) yang dapat
berakibat kematian dalam beberapa minggu setelah cedera dan koagulopati intravaskuler
diseminata (KID). Meskipun kebanyakan yang menderita patah tulang setahap demi
setahap akan mengalami proses penyembuhan tetapi ada juga yang menderita
ketidakmampuan fisik akibat komplikasi seperti :
1. Mal union
Keadaan di mana fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas
yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan.
2. Delayed union
Fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3–5 bulan (tiga bulan untuk
anggota gerak atas dan lima bulan untuk anggota gerak bawah).
3. Non union
Apabila fraktur tidak menyembuh antaran 6–8 bulan dan tidak didapatkan
konsolidasi sehingga terdapat pseudoartritis (sendi palsu).
KONSEP ASKEP
A. Pengkajian keperawatan
1. Data Biografi
Identitas pasien seperti umur, jenis kelamin, alamat, agama, penaggung jawab, status
perkawinan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat medis dan kejadian yang lalu
b. Riwayat kejadian cedera kepala, seperti kapan terjadi dan penyebab terjadinya
c. Penggunaan alkohol dan obat-obat terlarang lainnya
3. Pola Fungsi Kesehatan
1. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
a. Merokok : Jumlah : ,Jenis: ,Ketergantungan:
b. Alkohol : Jumlah : ,Jenis: ,Ketergantungan:
c. Obat-obatan : Jumlah : ,Jenis: ,Ketergantungan:
d. Alergi :
e. Harapan dirawat di RS :
f. Pengetahuan tentang penyakit :
g. Pengetahuan tentang keamanan dan keselamatan :
h. Data lain :
2. Nutrisi dan Metabolik
a. Jenis diet :
b. Diet/Pantangan :
c. Jumlah porsi :
d. Nafsu makan :
e. Kesulitan menelan :
f. Jumlah cairan/minum :
g. Jenis cairan :
h. Data lain :
3. Aktivitas dan Latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Mobilisasi di tempat tidur &
ambulasi ROM
0: Mandiri 2: Dibantu orang 4: Tergantung total
1: Menggunakan alat bantu 3: Dibantu orang lain dan alat
a. Alat bantu :
b. Data lain :
4. Tidur dan Istirahat
a. Kebiasaan tidur :
b. Lama tidur:
c. Masalah tidur :
d. Data lain :
5. Eliminasi
a. Kebiasaan defekasi :
b. Pola defekasi :
c. Warna feses :
d. Kolostomi :
e. Kebiasaan miksi :
f. Pola miksi :
g. Warna urine :
h. Jumlah urine :
i. Data lain :
6. Pola Persepsi Diri (Konsep Diri)
a. Harga diri :
b. Peran :
c. Identitas diri :
d. Ideal diri :
e. Penampilan :
f. Koping :
g. Data lain :
7. Peran dan Hubungan Sosial
a. Peran saat ini :
b. Penampilan peran :
c. Sistem pendukung :
d. Interaksi dengan orang lain :
e. Data lain :
8. Seksual dan Reproduksi
a. Frekuensi hubungan seksual :
b. Hambatan hubungan seksual :
c. Periode menstruasi :
d. Masalah menstruasi :
e. Data lain :
9. Kognitif Perseptual
a. Keadaan mental :
b. Berbicara :
c. Kemampuan memahami :
d. Ansietas :
e. Pendengaran :
f. Penglihatan :
g. Nyeri :
h. Data lain :
10. Nilai dan Keyakinan
a. Agama yang dianut :
b. Nilai/keyakinan terhadap penyakit :
c. Data lain :
11. Pengkajian
a. Vital Sign
Tekanan Darah : Nadi :
Suhu : RR :
b. Kesadaran:
GCS :
c. Keadaan Umum
a. Status gizi: Gemuk Normal Kurus
Berat Badan ................................ : ,Tinggi Badan :
b. Sikap : Tenang Gelisah Menahan nyeri
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
a. Warna rambut :
b. Kuantitas rambut :
c. Tekstur rambut :
d. Kulit kepala :
e. Bentuk kepala :
f. Data lain :
2) Mata
a. Konjungtiva :
b. Sclera :
c. Reflek pupil :
d. Bola mata :
e. Data lain :
3) Telinga
a. Bentuk telinga :
b. Kesimetrisan :
c. Pengeluaran cairan :
d. Data lain :
4) Hidung dan Sinus
a. Bentuk hidung :
b. Warna :
c. Data lain :
5) Mulut dan tenggorokan
a. Bibir :
b. Mukosa :
c. Gigi :
d. Lidah :
e. Palatum :
f. Faring :
g. Data lain :
6) Leher
a. Bentuk :
b. Warna :
c. Posisi trakea :
d. Pembesaran tiroid :
e. JVP :
f. Data lain :
7) Thorax
Paru-Paru
a. Bentuk dada:
b. Frekuensi nafas :
c. Kedalaman nafas :
d. Jenis pernafasan :
e. Pola nafas :
f. Retraksi dada :
g. Irama nafas :
h. Ekspansi paru :
i. Vocal fremitus :
j. Nyeri :
k. Batas paru :
l. Suara nafas :
m. Suara tambahan :
n. Data lain :
Jantung
a. Ictus cordis :
b. Nyeri :
c. Batas jantung :
d. Bunyi jantung :
e. Suara tambahan :
f. Data lain :
8) Abdomen
a. Bentuk perut:
b. Warna kulit :
c. Lingkar perut:
d. Bising usus :
e. Massa :
f. Acites :
g. Nyeri :
h. Data lain :
9) Genetalia :
a. Kondisi meatus :
b. Kelainan skrotum :
c. Odem vulva :
d. Kelainan :
e. Data lain :
10) Ekstremitas
a. Kekuatan otot:
b. Turgor :
c. Odem :
d. Nyeri :
e. Warna kulit :
f. Akral :
g. Sianosis :
h. Parese :
i. Alat bantu :
j. Data lain :
e. Pemeriksaan Penunjang
f. Terapi Medik
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang,
edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan
muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
3. Resiko syok hipovolemik
4. Risiko infeksi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
berpindah.(1-5) ambulasi.
Bulechek, G. M., et.al. (2015). Nursing interventions classification (NIC). United States of
America: Elsevier.
Corwin, E. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Herdman, T. H. (2015). Diagnosa keperawatan: definisi & klarifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Noor Helmi, Zairin, (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal; jilid 1,Salemba
Medika, Jakarta
Nurarif & Kusuma, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda
NIC-NOC. Jilid 2. Mediaction. Jogjakarta.
Mansjoer, Suprohaita, Wardhani, Setiowulan, (2012). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Jakarta
: Media Aesculapius.
Moorhead, S., et.al. (2015). Nursing outcomes classification (NOC). United States of America:
Elsevier.
Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6.
Jakarta : EGC.
Smeltzer & Bare, (2003). Buku ajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi 8. Jakarta :
EGC.