Anda di halaman 1dari 3

Lampiran

Peraturan Direktur RSUD Dr. Soetomo


Nomor :188.4/ ......../301/2018
Tanggal : ..................................

JUDUL KEBIJAKAN NO. HALAMAN


KEBIJAKAN MANAJEMEN NYERI
Related JCI Standard: 1
COP 6, AOP 1.5, PFR 2.3

KEBIJAKAN
SKRINING NYERI
Semua pasien yang datang berobat di RSUD Dr. Soetomo baik di Rawat Jalan, Rawat Inap, Rawat Intensif,
Gawat Darurat dan kamar operasi harus dilakukan skrining untuk rasa nyerinya dan didokumentasikan dalam
Rekam Medis.

ASESMEN AWAL NYERI


1. Dokter dan perawat melakukan asesmen nyeri sebagai berikut:
a. Dokter dan perawat melakukan penilaian intensitas nyeri sebagai berikut:
1) Penilaian intensitas nyeri secara subyektif untuk anak > 3 tahun dan dewasa dengan Wong Baker FACES
Pain Scale.
2) Penilaian intensitas nyeri untuk neonatal dengan memakai Neonatal Infant Pain Scale (NIPS).
3) Penilaian intensitas nyeri untuk anak ≤ 3 tahun menggunakan skala FLACC ( Face, Legs, Activity, Cry,
Consolability)
4) Penilaian intensitas nyeri khusus pasien perawatan kritis dengan komunikasi non verbal memakai Critical
Pain Observational Tools (CPOT) dan Behavioural Pain Scale (BPS).
5) Penilaian intensitas nyeri untuk pasien dimensia dengan menggunakan skala PAINAD (Pain Assessment
in Advanced Scale )
b. Dokter dan perawat melakukan penilaian nyeri sebagai berikut:
1) Menilai intensitas nyeri seperti halnya diatas
2) Frekuensi nyeri
3) Lama nyeri
4) Faktor pemicu/pemberat dan peringan nyeri
5) Lokasi nyeri
6) Jenis nyeri : kronis atau akut
7) Rencana tindak lanjut
2. Asesmen nyeri pra pembedahan dilakukan pada saat melakukan asesmen pra pembedahan oleh dokter anestesi
dan dokter bedah
3. Asesmen nyeri pasca pembedahan dilakukan sesegera mungkin setelah efek anestesi hilang ( 1-2 jam )

ASESMEN ULANG NYERI


Penilaian ulang nyeri akan dilakukan :
1. Bila nyeri ringan (1-3) penilaian ulang dilakukan sesuai dengan onset obat yang diberikan, selanjutnya setiap shift
jaga perawat ( 8 jam ).
2. Bila nyeri sedang (4-6) dilakukan penilaian ulang sesuai dengan onset obat yang diberikan, selanjutnya setiap 1
jam sampai intensitas nyeri berkurang menjadi nyeri ringan
3. Bila nyeri berat (7-10) sesuai dengan onset obat yang diberikan selanjutnya setiap 30 menit sampai intensitas
nyeri berkurang menjadi nyeri ringan yang tolerable.
4. Asesmen ulang nyeri paska pembedahan / operasi; apabila target nyeri tercapai ( ≤ 3), asesmen diulangi setiap
shift jaga perawat ( 8 jam ).

INTERVENSI NYERI
1. Untuk nyeri ringan ( 1-3 ) dan nyeri sedang (4-6) ditangani oleh DPJP Unit
JUDUL KEBIJAKAN NO. HALAMAN
KEBIJAKAN MANAJEMEN NYERI
Related JCI Standard: 2
COP 6, AOP 1.5, PFR 2.3

2. Untuk nyeri berat (7-10) ditangani oleh Tim Manajemen Nyeri SMF terkait. Ababila ≥1 jam tidak tertangani harus
dikonsulkan ke Tim Manajemen Nyeri Rumah Sakit.

3. Pasien yang telah mendapatkan terapi nyeri, harus dilakukan evaluasi nyeri dalam interval waktu tertentu sebagai
berikut :
a. 1 jam setelah intervensi obat oral atau lainnya
b. 15 menit setelah intervensi obat injeksi
c. Terapi tersebut di atas dimonitor dan dievaluasi setiap 30 menit sampai target tercapai (nyeri ringan atau 0)
4. Penanganan nyeri dilakukan secara holistik dan mutidisiplin dengan menggunakan pendekatan non farmakologi
dan farmakologi yang disesuaikan dengan panduan manajemen nyeri rumah sskit, SPO serta PPK
5. Intervensi non farmakologi jika diperlukan dapat dilakukan dengan :
a. Reposisi
b. Kompres panas atau dingin
c. Latihan fisik ringan ( stretching ), pemijatan
d. Relaksasi, seperti control pernapasan
5. Intervensi farmakologis terdiri dari :
I. Obat -obatan
a. Non-opioid ( NSAID, acetaminofen )
b. Opioid
c. Adjuvant
II. Interventional Pain Management
a. Injeksi muskuloskletal
b. Blok / ablasi saraf perifer dan ganglion saraf
b. Blok neuroaxial
c. Neuromudulasi
6. Intervensi nyeri perioperatif
a. Dokter anestesi berkolaborasi dengan dokter operator dalam memberikan obat anti nyeri
b. Bila skor nyeri ≥ 3, dokter anestesi diruang pemulihan berkolaborasi dengan dokter operator dalam
memberikan tambahan terapi anti nyeri
c. Bila ternyata nyeri belum tertangani dimana skor nyeri ≥ 7, maka DPJP Anestesi dan dokter operator
berkonsultasi dengan anggota Tim Manajemen Nyeri untuk menatalaksana nyeri pasien sesuai dengan
panduan praktek klinis di SMF atau Instalasi terkait
d. Bila skor nyeri ≤ 3 atau telah melewati 1 x 24 jam paska operasi maka pengelolaan nyeri diserahkan kepada
DPJP operator yang mengelola nyeri sesuai dengan jenis operasinya

EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA


1. Pasien dan keluarga harus diberi penjelasan dan edukasi :
a. Apa yang harus dilakukan apabila timbul nyeri
b. Bagaimana metode pengelolaan nyeri dan target yang akan dicapai
2. Edukasi dilakukan selama dalam perawatan dan didokumentasikan dalam rekam medic

EDUKASI STAF
1. Staf yang memberikan pelayanan langsung ke pasien mendapatkan edukasi atau peltihan tentang pengkajian
dan manajemen nyeri saat orientasi staf baru, atau setelahnya sesuai dengan jadwal Bidang Pendidikan dan
Pelatihan.
REFERENSI
JUDUL KEBIJAKAN NO. HALAMAN
KEBIJAKAN MANAJEMEN NYERI
Related JCI Standard: 3
COP 6, AOP 1.5, PFR 2.3

 Ambuel, Hamlett KW, Marx CM, Blummer JL. Assessing distress in pediatric intensive care environments: the
COMFORT Scale. J Paed Psych. 1992;17:95-109.
 Institute for Clinical System Improvements (ICSI). Health care guideline: assessment and management of acute
pain. Edisi ke-6. ICSI; 2008.
 Joint Commission on accreditation of Healthcare Organizations . Pain: current understanding of assessment,
managements, and treatments. National Pharmaceutical council , Inc; 2001.
 National Institute of Health Warrant Grant Magnuson Clinical Center. Pain intensity instruments: numeric rating
scale; 2003 Wallace MS, Staats PS. Pain medicine and management: just the facts. McGraw-Hill; 2005.
 Steven D. Waldman, Pain Management 2nd ed. ; 2011
 Wong D, Whaley L. Cinical handbook of pediatric nursing. Edisi ke-2. St. Louis: C.V. Mosby Company; 1986. h.
373.
 Joint Commission International, Accreditation Standards for Hospitals 5th edition issued 1 April 2014

LAMPIRAN
1. Formulir asesmen Wong Baker FACES Pain Scale
2. Formulir asesmen Neonatal Infant Pain Scale (NIPS).
3. Formulir asesmen FLACC (Face, Legs, Activity, Cry, Consolability)
4. Formulir asesmen Critical Pain Observational Tools (CPOT) dan Behavioural Pain Scale (BPS).
5. Formulir asesmen PAINAD (Pain Assessment in Advanced Scale )
6. Formulir Manajemen Nyeri dalam Rekam Medis
7. SPO Asesmen Intensitas Nyeri pada Anak
8. SPO Asesmen Intensitas Nyeri pada Dewasa
9. SPO Asesmen Ulang Intensitas Nyeri
10. SPO Manajemen Nyeri Pasca Operasi
11. SPO Manajemen Nyeri
12. SPO Prosedur Asesmen Derajat Nyeri pada Pasien Perawatan Kritis dengan Komunikasi Non Verbal Behaviour
Pain Scale (BPS)
13. SPO Prosedur Asesmen Derajat Nyeri pada Pasien Perawatan Kritis dengan Komunikasi Non Verbal Critical
Care Pain Observation Tool (CPOT)
14. SPO Prosedur Asesmen Derajat Nyeri pada Neonatus (NIPS/Neonatal Infant Pain Scale)
15. SPO Prosedur Asesmen Derajat Nyeri pada Pasien Dimensia

DITETAPKAN DI : SURABAYA
PADA TANGGAL : __________

dr. Harsono
NIP. 19560703 198312 1 001

Anda mungkin juga menyukai