Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan, memperbaiki, mengubah
pengetahuan, keterampilan, sikap serta tingkah laku seseorang dalam usaha mencerdaskan
kehidupan manusia melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan pelatihan. Proses menunjukan
adanya aktifitas dalam bentuk tindakan aktif dimana terjadi suatu interaksi yang dinamis dan
dilakukan secara sadar dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu tindakan
pendidikan maka harus terencana dengan sadar agar terjadi perubahan dan tingkah laku yang
lebih baik.
Pendidikan juga merupakan salah satu bidang ilmu. Sama halnya dengan ilmu-ilmu
yang lain, pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat. Sejalan dengan proses perkembangan
ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari induknya. Pada intinya filsafat
diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan
manusia dan peningkatan kehidupan manusia.
Dalam proses pelaksanaannya, baik secara teoritis maupun praktis pendidikan sangat
memerlukan adanya sebuah landasan atau tumpuan untuk berpijak. Hal ini dikarenakan bahwa
pendidikan tidak akan pernah berhasil secara maksimal tanpa adanya tujuan, sedangakan tujuan
tidak akan pernah tercapai dan terarah tanpa adanya landasan atau dasar yang kuat.
Salah satunya landasan yang sering digunakan dalam suatu lembaga pendidikan yaitu
landasan filosofi, yang mana landasan ini berkaitan erat dengan hakekat atau makna pendidikan
tersebut. Dalam hal ini filsafat digunakan sebagai salah satu alat untuk menjadi suatu landasan
pendidikan.
Teknologi pendidikan muncul menjadi isu seiring dengan perkembangan kehidupan
manusia dan kebutuhan akan pendidikan dan pembelajaran. Dan filsafat dalam Teknologi
Pendidikan merupakan teori umum dari Teknologi Pendidikan, landasan dari semua pemikiran
mengenai Teknologi Pendidikan, atau dapat dikatakan sebagai teori dasar yang dipakai
bagaimana ”Teknologi pendidikan itu dilaksanakan” sehingga mencapai tujuan.
Oleh karena itu, sebagai sebuah ilmu, teknologi pendidikan juga memiliki landasan.
Salah satunya adalah landasan filosofis yang dapat dikaji melalui tiga kajian filsafat yaitu
ontology (merupakan bidang kajian ilmu itu apa, jika teknologi pendidikan sebagai ilmu maka
bidang kajiannya apa), epistemology (pendekatan yang digunakan dalam suatu ilmu itu

1
bagaimana), dan aksiology (menelaah tentang nilai guna baik secara umum maupun secara
khusus, baik secara kasat mata atau secara abstrak).

B. TEMA
Tema dalam buku ajar ini adalah landasan filosofis dan teoritik teknologi pembelajaran.

C. SUB TEMA

Sub tema dalam buku ajar ini adalah landasan filosofis dan teoritik

D. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Capaian pembelajaran dalam buku ajar ini adalah :

1. Mahasiswa dapat memahami landasan filosofis dan teoritik


a. Pengertian falsafah dan teori.
b. Landasan teori dan perilaku.
2. Mahasiswa dapat memahami teori komunikasi dan aplikasi.
3. Mahasiswa dapat memahami teori pendekatan system.
4. Mahasiswa dapat memahami teori belajar.
5. Mahasiswa dapat memahami teori pembelajaran.
6. Mahasiswa dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Falsafah dan teori


1. Pengertian falasafah
Falsafah adalah kegiatan pemikiran yang mendalam dan menyeluruh, serta wujud
hasil pemikiran tersebut mengenai kesemestaan sesuatu. Atau rangkaian pernyataan yang
didasarkan pada keyakinan, konsepsi dan sikap seseorang, yang menunjukkan arah dan
tujuan yang diambilnya.
Filsafat dalam pendidikan merupakan teori umum dari pendidikan, landasan dari
semua pemikiran mengenai pendidikan, atau dapat dikatakan sebagai teori yang dipakai
dasar bagaimana ”pendidikan itu dilaksanakan” sehingga mencapai tujuan. Oleh karena
itu, sebagai sebuah ilmu teknologi pendidikan juga memiliki landasan. Salah satunya
adalah landasan filosofis yang dapat dikaji melalui tiga kajian filsafat yaitu ontology,
epistimologi, dan aksiologi.
Teknologi pendidikan telah berkembang sebagai suatu disiplin keilmuan yang
berdiri sendiri. Perkembangan tersebut dilandasi oleh serangkaian kaidah atau dasar yang
dijadikan patokan pembenaran.
2. Pengertian Teori
Teori adalah seperangkat konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang memberikan,
menjelaskan, dan memprediksikan Fenomena. Teori menurut O‟Connor sebagaimana
dikutip oleh Abdurrahman Saleh Abdullah menjelaskan bahwa teori yang berkaitan dengan
pendidikan adalah sebuah tema berdasarkan hasil eksperimental yang dibangun dengan
baik dalam bidang psikologi atau sosiologi hingga sampai pada praktek kependidikan.1
Teori merupakan pengetahuan ilmiah mencakup penjelasan mengenai suatu sektor
tertentu dari disiplin ilmu dan dianggap benar berdasarkan hasil pengamatan, penelitaian
yang mendalam mengenai disiplin ilmu tertentu. Teori pendidikan hadir dilatarbelakangi
akan adanya kebutuhan dalam proses belajar mengajar. Berbagai teori pendidikan yang
memberikan andil terhadap perkembangan proses belajar mengajar dan dapat
menyelesaikan permasalahan pendidikan.
Teori terdiri dari hukum-hukum atau statement yang menjelaskan hubungan antar
yang variabel. Teori bersifat universal dan memiliki tingkat keumuman yang tinggi
berfungsi sebagai teori ilmiah. Syarat teori adalah, pertama, konsisten dengan teori

1
Abdurrahman Saleh Abdullah. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-qur‟an, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007). 21.
3
sebelumnya. Kedua, sesuai dengan data empiris. Ketiga mengganti teori lama yang tidak
cocok dengan pengujian empiris dan fakta.2
B. Landasan filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan erat dengan makna atau hakekat
pendidikan. karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat,
sedangkan pendidikan itu sendiri berusaha mewujudkan citra. Filsafat juga berupaya
menjawab secara kritis dan mendasar berbagai pertanyaan pokok sekitar pendidikan.3
Filsafat juga membahas sesuatu dari segala aspek yang mendalam, maka dikatakan
kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan
kebenaran yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa
diamati oleh manusia. Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan, atau dikembangakan melalui
serangkaian proses pendidikan baik yang berwujud ideal atau kelakuan dan teknologi.
Landasan filosofis yang dapat dikaji melalui tiga kajian filsafat yaitu ontology,
epistimologi, dan aksiologi.4
1. Ontologi
Obyek formal teknologi pendidikan adalah belajar pada manusia. Belajar itu sendiri
dapat diartikan sebagai perubahan pada diri seseorang atau suatu lembaga yang relatif
menetap dan berkembang dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan, yang disebabkan
karena pemikiran dan pengalaman. Belajar itu terjadi dimana saja, kapan saja, apa saja,
dari apa atau siapa saja, dan cara bagaimana saja.
Setiap orang mempunyai hak untuk belajar. Belajar selain dapat diperoleh dari
lembaga khusus seperti sekolah, lembaga kursus, juga dapat diperoleh di lingkungan
sekitar misalnya di keluarga, masyarakat, tempat ibadah, maupun di lingkungan kerja.
Namun, ternyata tidak semua orang terpenuhi kesempatan belajarnya. Hal ini dapat dilihat
dari contoh berikut: di suatu sekolah, dari 40 siswa dengan hanya satu orang guru, hanya
beberapa orang saja yang mendapatkan kesempatan belajar dengan baik. Bagaimana
meningkatkan keterlibatan belajar semua siswa secara efektif, efisien dan menarik di
kelas? Disinilah perlunya teknologi pendidikan di Indonesia.
Kemudian bagaimana menigkatkan kualifikasi 2,2 juta guru di Indonesia melalui
cara tertentu tanpa guru tersebut harus meninggalkan kelas? Semua itu membutuhkan
peran penting teknologi pendidikan.

2
Suwardi Endaswara. 2012. Filsafat Ilmu: Konsep, Sejarah dan Pengembangan Metode Ilmiah, Yogyakarta: Capas.
hlm. 8.
3
Binti Maimunah, Landasan Pendidikan (yogyakarta: Teras, 2009), 31.
4
Harjali, Teknologi Pendidikan, (Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2011), 39
4
Artinya banyak sumber baik orang, pesan, alat, teknik, maupun lingkungan yang
sebenarnya dapat dimanfaatkan atau di optimalkan secara tepat dan relevan tapi belum atau
bahkan tidak sepenuhnya seperti itu. Misal, teknologi informasi dan komunikasi seperti
radio, televisi, internet, dan lain-lain memiliki potensi yang luar biasa untuk dimanfaatkan
dalam rangka meningkatkan efektifitas, efisiensi dan kemenarikan proses pembelajaran.
Parahnya dalam konteks pendidikan saat ini, masih banyak sekolah katakanlah
yang bersifat teacher-centered, dimana guru adalah satu-satunya sumber belajar. Disinalah
letak peran penting atau perlu adanya disiplin ilmu teknologi pendidikan yang berperan
dalam mengidentifikasi, merancang, mengembangkan, memanfaatkan, dan mengevaluasi
sumber-sumber yang relevan dan tepat untuk kondisi pembelajaran tertentu.
Oleh karena itu, pendekatan isomorfis, yaitu menggabungkan hal-hal yang sesuai
dari berbagai kajian bidang kedalam bentuk suatu kebulatan tersendiri untuk memecahkan
masalah belajar dengan memanfaatkan berbagai sumber tersebut.5
2. Epistimologi
Landasan epistimologi menelaah bagaimana suatu ilmu pengetuahuan diperoleh.
Pertam-tama yang dilakukan adalah menelaah secara simultan keseluruhan masalah belajar
dan upaya pemecahannya. Kemudian unsur-unsur yang berkepentingan diintegrasikan
dalam suatu proses kopleks yang sistemik, yaitu yang dirancang, dikembangkan, dinilai,
dan dikelola sebagai suatu kesatuanuntuk memecahkan masalah. Fungsi-fungsi tersebut
dilakukan dengan digabungkan secara sinergis sehingga masing-masing fungsi tidak
berjalan secara sendiri.
Cara memperoleh ilmu pendidikan dalam teknologi pendidikan (epistimologi
teknologi pendidikan) dilakukan dengan cara-cara:
a. Isomerik, penggabungan berbagai disiplin menjadi kebulatan sendiri
b. Sistemik, berurutan, terencana, dan terarah
c. Sinergistik, berdaya lipat atau nilai tambah
d. Sistemik , menyeluruh atau komprehensif
e. Inovatif, sesuatu yang baru dan belum ada sebelumnya
f. Integratif, terjalin dalam suatu sistem atau struktur dan tidak terpisahkan.6
3. Aksiologi
Azas manfaat atau aksio dari teknologi pendidikan dapat dinyatakan dengan
kutipan pendapat Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef, dalam Lokakarya
Nasional Teknologi Pendidikan di Yogyakarta pada tahun 1982 sebagai berikut:

5
Ibid, 40-42
6
Ibid, 40-42
5
Teknologi Pendidikan perlu dipikirkan dan dibahas terus menerus karena adanya
kebutuhan real yang mendukung pertumbuhan dan perkembangannya, yaitu :
a. Tekad mengadakan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
b. Keharusan meningkatkan mutu pendidikan berupa, penyempurnaan kurikulum,
penyediaan berbagai sarana pendidikan, dan peningkatan kemampuan tenaga pengajar
lewat berbagai bentuk pendidikan serta latihan.
c. Penyempurnaan sistem pendidikan dengan penelitian dan pengembangan sesuai
tantangan jaman dan kebutuhan pembangunan.
d. Peningkatan partisipasi masyarakat dengan pengembangan dan pemanfaatan berbagai
wadah dan sumber pendidikan.
e. Penyempurnaan pelaksanaan interaksi antara pendidikan dan pembangunan dimana
manusia dijadikan pusat perhatian pendidikan.”
Pernyataan kebijakan tersebut pada saat ini telah terwujudkan, baik sebagai konsep
maupun sebagai bentuk atau pola pelembagaan pendidikan. Konsep tersebut bahkan telah
dikukuhkan dengan ketentuan perundangan dan peraturan. Paling tidak ada lima konsep
dari teknologi pendidikan yang telah terintegrasi dalam sistem pendidikan dan tertuang
dalam Undang-undang Sisdikanas dan tururnannya. Kelima konsep itu adalah
a. Pembelajaran yang berfokus pada peserta didik
b. Sumber belajar yang beraneka
c. Pendekatan dari bawah (bottom-up approaches) dalam mengelola kegiatan belajar dan
implikasinya dalam satuan pendidikan
d. Sistem pendidikan terbuka dan multi makna
e. Pendidikan jarak jauh
Namun perlu diperhatikan bahwa pembenaran secara falsafi, harus pula dilengakapi
dengan pembenaran ilmiah. Pembenaran ilmiah dilakukan dengan melalui tiga kategori
pendekatan yang berakar pada filsafat ilmu. Ke tiga pendekatan itu adalah pengembangan,
penelitian, dan penilaian yang diperlukan untuk menghasilkan teori, model, sistem,
pembuktian, program aksi, dan kebijakan.
Kebenaran ilmiah dalam teknologi pendidikan telah dan sedang dilakukan untuk
mengembangkan model, produk dan sistem, pengujian berbagai strategi dan media
pembelajaran, serta berbagai penilaian seperti penelusuran kebutuhan, penilaian efektivitas
tindakan dan sebagainya.
Perlu disadari bahwa semua bentuk teknologi, termasuk teknologi pendidikan,
adalah sistem yang diciptakan oleh manusia untuk suatu tujuan tertentu, yang pada intinya

6
adalah mempermudah dalam memperingan masalahnya, meningkatkan hasilnya, dan
menghemat tenaga serta sumber daya yang ada. Oleh karena itu teknologi itu pada
hakekatnya adalah tidak bebas nilai, karena terkandung adanya aturan etik dan estetika
dalam penciptaan dan penggunaannya. Namun ada orang-orang tertentu yang
menyalahgunakan makna atau penggunannya, dengan menganggap teknologi itu value free
atau empty of meaning.
C. Landasan Teori dan Perilaku
Lumsdaine (1964,h.373) berpendapat bahwa ilmu perilaku, khususnya teori belajar,
merupakan ilmu yang utama untuk memperkembangakan teknologi pembelajaran. Bahkan
daterline berpendapat bahwa teknologi perilaku, yaitu untuk menghasilkan perilaku tertentu
secara sistematik guna keperluan pembelajaran (1965,h.407).
Saettler menelusuri sejarah teknologi pembelajaran, dan berpendapat bahwa thordike
pada tahun 1901 dengan teori psikologi perkembangannya merupakan landasan pertama yang
di ajaukan oleh thordike pada waktu itu :
a. Dalil latihan dan ulangan : makin sering diulang respons yang berasal dari setimulus
terntentu, makin besar kemungkinan diingat atau dimengerti.
b. Dalil akibat : menyatakan prinsip hubungan senang dan tidak senang. Respons akan di
perkuat bilamana diikuti oleh rasa senang, dan akan di peroleh bila diikuti rasa tidak
senang.
c. Dalil kesiapan : karena perkembangan sistem syaraf maka unit perilaku tertentu akan lebih
mudah dilakukan, dibandingkan dengan unit perilaku yang lain.
Menurut saetller selanjutnya kontribusi trhondike dalam teknologi pembelajaran
adalah dengan rumusannya tentang prinsip-prinsip : (1) Aktivitas diri; (2) minat motivasi; (3)
kesiapan mental; (4) individualisasi; dan (5) sosialisasi.
Untuk melaksakan prinsip-prinsip tersebut seorang guru harus mengendalikan
kegiatan belajar anak didalam kelas kearah yang dikehendaki, namun dengan tetap
memperhatikan minat dan respons anak terhadap stimulasi yang diberikan. Stimulasi itu perlu
disesuikan dengan kesiapan mental anak, dan kecuali itu perbedaan individual perlu
diperhatikan dengan jalan merancang dan mengatur situasi sedemikian rupa dengan
menggunakan media, agar terjadi hubungan antara apa yang sudahh diketahui anak dengan
hal yang baru. Prinsip yang dikemukakan oeh trondike ini memang masih banyak dianut
hingga kini, terutama dalam menentukan strategi belajar dan merancang produk
pembelajaran.

7
D. Landasan Teori Komunikasi dan Aplikasi
1. Pengertian Komunikasi
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communicare yang berarti sama.
Sama disini maksudnya adalah sama dalam hal pengertian dan pendapat antara
komunikator dan komunikan.7 Jadi apabila kita akan berkkomunikasi dengan orang lain,
sebainya terlebih dahulu harus menentukan suatu sasaran sebagai dasar untuk memperoleh
pengertian yang sama. Kalau kesamaan pengertian dan pendapat dapat tercapai maka
komunikasi akan berlangsung lancer dan baik.
Secara etimologis, komunikasi berasal dari kata to communicate yaitu upaya untuk
membuat pendapat, menyatakan perasaan, menyampaikan informasi dan sebagainya agar
diketahui atau dipahami oleh orang lain.
Pada awalnya teori komunikasi yang paling mendapat perhatian adalah teori yang
dikemukakan oleh shannon dan weaver, yang sebenarnya merupakan teori matematis
dalam komunikasi (1949,h 9). Teori ini memang teori yang bersifat linier dan dengan arah
yang tertentu dan tetap yaitu dari sumber (komunikator) kepada penerima (komunikan).
Satu unsur yang masih dapat di pertahankan dalam teori ini adalah adanya sumber
gangguan (nouse), yang senantiasa ada dalam setiap situasi. Teori shannon dan weaver ini
kemudian di sempurnakan oleh schramm dengan menambahkan dua unsur baru, yaitu
adanya lingkup pengalaman (flied of experience) dan umpan balik. Dengan adanya dua
unsur baru ini schramm menekankan pada adanya kesamaan interpretasi akan arti lambang
yang dipakai (1954,h. 116).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran komunikasi, antara lain :
a. Faktor pengetahuan, semakin luas pengetahuan yang dimiliki seseorang, semakin
banyak pembendaharaan kata kata yang dimiliki sehingga mempermudah bekomunikasi
dengan lancer.
b. Faktor pengalaman, semakin banyak pengalam yang dimiliki seseorang menyebabkan
terbiasa menghadapu sesuatu.
c. Faktor intelegensi, orang yang itelegensinya rendah biasanya kurang lancer dalam
berbicara.
d. Faktor kepribadian, orang yang mempunyai sifat pemalu dan kurang bergaul, biasanya
kkurang lancer dalam berbicara.
e. Faktor biologis, antara lain disebabkan karena gangguan organ-organ berbicara
sehingga menimbulkan gangguan dalam berkomunikasi.

7
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran “landasan & aplikasinya” (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), 96.
8
2. Teori komunikasi
Pemanfaatan teknologi komunikasi untuk keperluan pendidikan dalam fungsinya
sebagai media pembelajaran bukanlah merupakan hal yang baru, dalam sejarah teknologi
pembelajaran, khususnya pemanfaatan media massa dalam konteks pendidikan, merupakan
bagian dari suatu revolusi (Cuban, 1986). Komunikasi sebagai media pembelajaran
diharapkan mampu memecahkan berbagai permasalahan dalam proses belajar mengajar,
bentuk-bentuk media tersebut antara lain radio, televisi, telepon, e-mail, dll.
Gabungan antara teori dan teknologi disebut teknologi pembelajaran. teknologi
pembelajaran yang dimaksudkan disini adalah penggunaan teknologi komunikasi sebagai
basis untuk menciptakan model pembelajaran alternative, disamping model-model
pembelajaran yang sudah ada sebelumnya. sebagai salah satu contoh adalah adanya konsep
belajar jarak jauh melalui siaran radio pendidikan dan siaran televisi pendidikan, dimana
ada institusi khusus yang mengelola administrasi, proses pembelajaran, dan mengeluarkan
sertifikat.
Implikasi teori dan model-model komunikasi dalam teknologi pembelajaran telah
mengubah peran guru dan peserta didik dalam pembelajaran. Peran guru telah berubah dari
:
1. Sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, sumber segala jawaban
menjadi fasilitator pembelajaran dan mitra belajar.
2. Dari pengendali segala aspek pembelajaran menjadi lebih banyak memberikan
alternative dan tanggung jawab pada setiap peserta didik dalam proses pembelajaran.
3. Sementara itu peran peserta didik dalam pembelajaran juga mengalami perubahan,
yaitu :
4. Dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan yang aktif dalam proses
pembelajaran.
5. Dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilakan berbagai
pengetahuan.
6. Dari pembelajaran sebaqgai aktivitas individual menjadi pembelajaran berkolaboratif
dengan peserta didik lainnya.
Akhirnya, kedepannya baik secara nasional, regional, maupun global pengembangan
dan pemanfaatan teknologi komunikasi ini berperan sebagai pemandu proses
pendidikan, yang selanjutnya adalah bagaimana kita mampu menciptakan inovasi-
inovasi dari teknologi komunikasi menjadi suatu model bagi penyelenggaraan dan
pengembangan pendidikan agar lebih baik.

9
E. Teori Pendekatan Sistem
Teknologi pendidikan sebagai suatu bidang kajian ilmiah, senantiasa berkembang
sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang mendukung dan mempengaruhinya.
Landasan dalam teknologi pendidikan salah satunya yaitu landasan teori dan pendekatan
sistem. Sistem adalah strategi yang menyeluruh atau rencana dikomposisi oleh satu set
elemen, yang harmonis, mempresentasikan kesatuan unit, masing-masing elemen mempunyai
tujuan sendiri yang semuanya berkaitan terurut dalam bentuk yang logis (McAshan dalam
Pidharta,2009:27). Pendidikan adalah suatu sistem dimana pendidikan merupakan rangkaian
pelaksanaan yang di siapkan untuk mengembangkan potensi dan ketrampilan peserta didik.
Pendidikan di rancang sebagai sistem yang utuh untuk membentuk proses pembelajaran di
sekolah atau lembaga pendidikan lainnya terlaksana sesuai dengan perannya. Tirtaraharja
(2000:263) mengemukakan pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
agar dapat berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang. Oleh
karena itu sistem pendidikan merupakan satu kesatuan dari keseluruhan yang terpadu dari
semua satuan dan kegiatan yang saling berkaitan untuk mengusahakan tercapainya tujuan
pendidikan nasional.
Landasan teori adalah hal-hal yang berupa teori-teori itu sendiri dalam hal ini landasan
teori sistem dan pendekatan sistem. Menurut Immegart dalam Pidharta (2009: 27),” sistem
merupakan suatu keseluruhan yang memiliki bagian-bagian yang tersusun secara sistematis,
bagian-bagian itu terelasasi satu dengan yang lain, serta peduli terhadap konteks
lingkungannya. Sedangkan Menurut Hall dalam Mardi (2012:1) Sistem adalah sekelompok,
dua atau lebih komponen yang saling berkaitan yang bersatu untuk mencapai tujuan yang
sama. Dan Sistem menurut Miarso (2012) adalah perpaduan antara sejumlah komponen yang
masing-masing mempunyai fungsi sendiri, namun saling berkaitan untuk mencapai tujuan
bersama dalam suatu lingkungan yang komplek, dengan ciri-ciri: adanya tujuan yang telah
ditentukan, adanya komponen, adanya keterpaduan antara semua komponen, adanya
keterbukaan, terjadinya transformasi, adanya mekanisme kendali yang mengatur kekompakan
fungsi masing-masing-masing komponen.sedangkan menurut Mulyadi (1993) Sistem adalah
sekelompok unsur yang berhubungan satu dengan lainnya yang berfungsi bersama-sama
mencapai tujuan tertentu.adapun dari definisi dirinci kembali bahwa sistem adalah
1. Setiap sistem terdiri dari unsur-unsur
2. Unsur –unsur tersebut merupakan bagian terpadu sistem yang bersangkutan
3. Unsur sistem tersebut bekerjasama untuk mencapai tujuan sistem
4. Suatu sistem merupakan bagian dari sistem lain yang lebih besar.

10
Dari pendapat – Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah satu-
kesatuan yang memiliki komponen-komponen atau unsur-unsur yang saling berhubungan dan
memiliki fungsi masing-masing guna mencapai tujuan sistem.
Menurut Pidharta ada 4 ciri umum sistem yaitu:
1. Sistem merupakan satu kesatuan yang Holistik,
2. Memiliki bagian –bagian yang tersusun sistematis dan Hierarki ,
3. Bagian-bagian itu berelasi satu dengan yang lain, dan
4. konsen terhadap konteks lingkungannya.
Contoh : Balpoin sebagai suatu sistem merupakan suatu kesatuan. Bagiannya terdiri
dari tutup dan badan. Badan terdiri dari bagian luar dan isi. Isi terdiri dari buluh, tinta, dan
bola/ujung. Bagian-bagian itu adalah bertingkat atau berhierarki dan berelasi satu dengan
yang lain. Sedangkan konsep terhadap lingkungan tampak pada badannya yang enak dipegang
ketika menulis, bola/ujungnya lancip sehingga tulisan menjadi baik, dan tutupnya diisi
cantelan sehingga bisa digantungkan di kantong
Sistem memiliki klasifikasi yang membedakan sistem yang satu dengan sistem yang
lain, yaitu:
1. Sistem Abstrak dan Sistem Fisik
Sistem abstrak (abstract system) adalah sistem yang berisi gagasan atau konsep, misalnya
sistem teologi yang berisi gagasan tentang hubungan manusia dan tuhan. Sedangkan sistem
fisik (physical system) adalah sistem yang secara fisik dapat dilihat, misalnya sistem
komputer, sistem sekolah, sistem akuntansi dan sistem transportasi.
2. Sistem Deterministik dan Sistem Probabilistik
Sistem deterministik (deterministic system) adalah suatu sistem yang operasinya dapat
diprediksi secara tepat, misalnya sistem komputer. Sedangkan sistem probabilistik
(probabilistic system) adalah sistem yang tak dapat diramal dengan pasti karena
mengandung unsur probabilitas, misalnya sistem arisan dan sistem sediaan, kebutuhan
rata-rata dan waktu untuk memulihkan jumlah sediaan dapat ditentukan tetapi nilai yang
tepat sesaat tidak dapat ditentukan dengan pasti.
3. Sistem Tertutup dan Sistem Terbuka
Merupakan sistem yang tidak bertukar materi, informasi, atau energi dengan lingkungan,
dengan kata lain sistem ini tidak berinteraksi dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan,
misalnya reaksi kimia dalam tabung yang terisolasi. Sedangkan sistem terbuka (open
system) adalah sistem yang berhubungan dengan lingkungan dan dipengaruhi oleh
lingkungan, misalnya sistem perusahaan dagang.

11
4. Sistem Alamiah dan Sistem Buatan Manusia
Merupakan sistem yang terjadi karena alam, misalnya sistem tata surya. Sedangkan sistem
buatan manusia (human made system) adalah sistem yang dibuat oleh manusia, misalnya
sistem computer.
Setiap sistem adalah bagian dari sistem lain yang lebih besar dan terdiri dari berbagai
sistem yang lebih kecil hal ini disebut dengan subsistem. Sistem memiliki sub-sub sistem dari
yang besar ke kecil. Misalnya : Tubuh adalah sebuah sistem didalam tubuh ada sistem yang
berfungsi sebagai struktur pernafasan ini adalah contoh sub sistem yang besar kemudian
didalam struktur pernafasan terdiri dari hidung, tenggorokan, paru-paru, pembuluh darah dan
darah bagian-bagian ini adalah sub –sub sistem kecil. Setiap sub-sub sistem baik kecil
maupun besar tentunya memiliki fungsi masing-masing yang harus berjalan dengan harmonis.
Apabila ada sebuah sistem yang menghambat maka tubuh atau pernafasannya akan terganggu
atau tidak berjalan dengan baik. Contohnya apabila sesseorang mendapatkan flu yang
menyebabkan hidungnya tersumbat sehingga salah satu sistem pernafasan terganggu hal ini
bisa menyebabkan badan terasa lemah, lesu dan susah bernafas. Untuk mengatasi sistem yang
tidak berjalan dengan baik maka kita harus melakukan pendekatan sistem.
1. Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem adalah upaya untuk melakukan pemecahan masalah yang
dilakukan dengan melihat masalah yang ada secara menyeluruh dan melakukan analisis
secara sistematis dan sistemik.
Pendekatan sistem harus memenuhi persyaratan, (Banathy,1991) dalam Miarso:
Sistemik (menyeluruh) Sistematik (berurutan, terarah) Sinergistik(menjamin adanya nilai
tambah diseluruh aspek kegiatan) Isomeristik (menggabungkan hal-hal yang sesuai dengan
kajian bidang).
Pendekatan sistem diperlukan apabila kita menghadapi suatu masalah yang
kompleks sehingga diperlukan analisa terhadap permasalahan tadi, untuk memahami
hubungan bagian dengan bagian lain dalam masalah tersebut, serta kaitan antara masalah
tersebut dengan masalah lainnya. Tata kerja pendekatan sistem menelaah masalah-masalah
pendidikan dari berbagai sudut pandang hingga menghasilkan beberapa alternatif.
Penyelesaian masalah dipilih dari alternatif tadi. Pendekatan sistem juga memadukan pola
berpikir penyelesaian masalah dengan segi efisiensi.
Sedangkan cara berpikir yang selalu mengedepankan sistem, apabila sudah melekat
pada diri seseorang maka ia disebut berpola pikir sistemik. Dalam buku Menyemai Benih
Teknologi Pendidikan oleh Miarso, 2011:11, komponen sistem (dalam kaitannya dengan

12
teknologi pendidikan) terdiri dari komponen fungsional dan komponen proses (guru,
media, sarana, cara belajar). Konsep dasar pendekatan sistem ditinjau dari pendapat
menurut AECT yaitu merupakan suatu proses pencapaian hasil atau tujuan logis dari
pemecahan masalah dengan cara efektif dan efisien, dan dianggap sebagai suatu metode
ilmiah.
Ada kegunaan sistem yaitu Secara Umum : Sistem memiliki banyak cabang, ada
sistem pendidikan, sistem computer, sistem dari suatu lembaga, dan lain-lain. Kegunaan
sistem secara umum yaitu memudahkan suatu kegiatan atau kinerja dari seseorang maupun
kelompok yang ingin mencapai tujuan bersama. Sistem juga sebagai suatu yang terstruktur
dimana sistem tersebut memiliki beberapa komponen yang masing-masing memiliki fungsi
berbeda. Sehingga suatu kegiatan atau kinerja menjadi lebih optimal dengan
terintegrasinya komponen-komponen yang ada dalam sistem tersebut. Secara Khusus
(Teknologi Pendidikan) : Sistem dalam Teknologi Pendidikan sangat penting
keberadaannya. Teknologi Pendidikan sebagai suatu sistem memiliki beberapa komponen,
seperti dosen, mahasiswa, sarana, metode, dan lain-lainnya. Masing-masing komponen
harus mancapai fungsi yang maksimal supaya tercipta hasil (output) yang juga maksimal.
Manfaat sistem dalam Teknologi Pendidikan yaitu memudahkan kinerja atau kegiatan
belajar dan pembelajaran supaya hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.
2. Teori Sistem
Sistem adalah satu-kesatuan yang memiliki komponen-komponen atau unsur-unsur
yang saling berhubungan dan memiliki fungsi masing-masing guna mencapai tujuan
sistem. Sistem memiliki sub-sub sistem . menurut teori sistem, ada Input, proses, output
dan outcome. Dimana input dalam pendidikan yaitu siswa yang disebut row input,
sedangkan proses dipengaruhi oleh komponen-komponen seperti guru, orangtua,
manajemen, teknologi, kurikulum, dudik, sarana dan prasarana. Sehingga mengeluarkan
output atau keluaran . output yang dihasilkan ada yang berhasil atau ada yang tidak
berhasil hal ini tidak bisa diukur. Hal yang bisa mengukur output adalah dilihat dari
outcome yang didapat dari output. Dimana outcoma penerimaan terhadapat output akan
membuat kesimpulan bahwa output yang dihasilkan bisa memberikan kontribusi atau
digunakan oleh lembaga atau sekolah selanjutnya.
Sistem harus saling berjalan harmonis sesuia dengan fungsi-fusngsi dari sistem itu
sendiri. Didalam teknologi pendidikan sebagai salah satu fungsi untuk memecahkan
masalah ada beberapa pendekatan sistem yang harus dilakukan jika sistem tidak berjalan

13
dengan baik yaitu Sistemik (menyeluruh) Sistematik (berurutan, terarah) Sinergistik
(menjamin adanya nilai tambah diseluruh aspek kegiatan) Isomeristik (menggabungkan
hal-hal yang sesuai dengan kajian bidang).
Melalui pendekatan sistem yang dilakukan Teknologi pendidikan diharapkan dapat
menghasilkan solusi yang baik dalam memecahkan masalah yang ada dalam sistem
pendidikan dan lainnya. Agar dapat tercapainya tujuan, suatu komponen sistem harus
menjalankan fungsinya dengan seoptimal mungkin. Begitu juga dalam memandang suatu
masalah kita perlu melakukan pendekatan sistem agar suatu masalah dapat terselesaikan
tanpa membuat masalah lainnya muncul.
F. Teori Belajar
Belajar adalah suatu proses dimana organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari
pengalaman. Dimyati dan Mudjiono ; (1999) mengemukakan Siswa adalah penentu terjadinya
atau tidak terjadinya proses belajar. Sedangkan Pembelajaran adalah kegiatan guru secara
terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang
menekankan pada penyediaaan sumber balajar.
Menurut J. Brunner ( 1964) membuat perbedaan antara teori belajar dengan teori
pembelajaran. Teori belajar adalah Deskriptif sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif.
Teori Belajar mendeskripsikan adanya proses belajar. Sedangkan Teori Pembelajaran
mempreskripsikan strategi atau metode pembelajaran yang optimal yang dapat mempermudah
proses belajar.
Teori belajar adalah konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat teoritis dan
telah teruji kebenarannya melalui eksperimen. Teori belajar itu berasal dari teori psikologi dan
terutama menyangkut masalah situasi belajar. Sebagai salah satu cabang ilmu deskriptif, maka
teori belajar berfungsi menjelaskan apa, mengapa dan bagaimana proses belajar terjadi pada si
belajar. Karena para pakar psikologi mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda dalam
menjelaskan apa, mengapa dan bagaimana belajar itu terjadi, maka menimbulkan beberapa
teori belajar seperti teori behavioristik, kognitif, humanisme, sibernetik, dan kontruktivisme.
G. Teori Pembelajaran
Pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau
suatu kegiatan untuk mempelajarkan peserta didik.8 Dengan kata lain, pembelajaran merupakan
upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar.
Teori pembelajaran tidak menjelaskan bagaimana proses belajar terjadi, tetapi lebih
merupakan implementasi prinsip-prinsip teori belajar dan berfungsi untuk memecahkan

8
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, 85.
14
masalah praktis dalam pembelajaran. Oleh karena itu teori pembelajaran selalu akan
mempersoalkan bagaimana prosedur pembelajaran yang efektif. Teori pembelajaran akan
menjelaskan bagaimana menimbulkan pengalaman belajar dan bagaimana pula menilai dan
memperbaiki metode dan teknik yang tepat
Keberadaan pembelajaran dalam arti pengajaran sebenarnya bersamaan dengan
keberadaan profesi guru, yaitu sejak kedua konsep tersebut diakui keberadaannya oleh
masyarakat. Pada waktu itu ilmu pendidikan masih bernaung dalam ilmu filsafat. Pada waktu
itu yang dikembangkan oleh para filosof adalah pengetahuan tentang peranan guru, fungsi
pikiran dan hakekat pengetahuan. Pengembangan yang mereka lakukan dengan mengajukan
pertanyaan, apa pengetahuan itu, bagaimana asal mulanya? Jawaban pertanyaan itu akan
menggiring secara sistematis mengenai pengetahuan belajar.
Aplikasi teori pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran ini berkaitan dengan :
1. Bagaimana cara efektif mentranfer ilmu.
2. Prinsip-prinsip pembelajaran yang menggairahkan, menantang dan menyenagkan.
3. Cara membangun minat dan perhatian peserta didik.
4. Cara membangkitkan percaya diri.
Tekata utama teori pembelajaran ini adalah prosedur yang telah terbukti berhasil
meningkatkan kualitas pembelajaran, yaitu :
1. Belajar merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individu, yang mengubah stimulus
yang dating dari lingkungan seseorang kedalam sejumlah informasi yang selanjutnya dapat
menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang.
2. Kemampuan yang merupakan hasil belajar ini dapat dikategorikan sebagai sifat praktis dan
teoritis.
3. Kejadian-kejadian didalam pembelajaran yang mempengaruhi proses belajar dapat
dikelompokkan kkedalam kategori umum, tanpa memperhatikan hasil belajar yang
diharapkan. (gagne, 1985)
Dari uaraian diatas tampak bahwa teori pembelajaran merupakan suatu kumpulan
prinsip-prinsip yang terintegrasi dan memberikan preskripsi untuk mengatur situasi agar
peserta didik mudah mencapai tujuan pembelajaran
Teori pembelajaran dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu : pendekatan modifiaksi
tingkah laku, teori pembelajaran konstruk kognitif, teori pembelajaran prinsip-prinsip belajar,
teori pembelajaran berdasarkan analisis tugas, dan teori pembelajaran berdasarkan psikologi
humanistik.

15
H. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Belajar adalah proses atau aktifitas yang disyaratkan oleh banyak sekali perihal atau
beberapa faktor. Faktor - faktor yang mempengaruhi belajar tersebut diantaranya :
1. Faktor Intrinsik, meliputi:
a. Lingkungan (alam dan sosial).
b. Instrumental (kurikulum / bahan pengajaran, guru / pengajar, sarana dan prasarana,
administrasi dan manajemen).
2. Foktor Ekstrinsik, meliputi:
a. Fisiologis (kondisi fisik dan kondisi panca indra).
b. Psikologis (bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif).9
Menurut Slameto faktor - faktor yang mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya,
tetapi dapat digolongkan menjadi dua hal, yaitu:
1. Faktor Internal, yaitu faktor yang ada dalam diri peserta didik yang sedang belajar. Faktor
internal terdiri dari:
a. Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh)
b. Faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan).
c. Faktor kelelahan
2. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berada di luar peserta didik, terdiri dari:
a. Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah,
keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kehidupan).
b. Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah,
alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode
belajar, dan tugas rumah).
c. Faktor masyarakat (kegiatan peserta didik dengan masyarakat, media masa, teman
bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).10

9
Rony Setiawan dan Siti Nurhidayah, Psikologi Pendidikan, (Unisma Assessmen Centre (UAC), 2005), 42.
10
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. (Jakarta: Rineka Cipta,2002) 54.
16
BAB III
KESIMPULAN
1. Landasan filsafat merupakan landasan yang berkaitan erat dengan makna atau hakekat
pendidikan.Karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat,
sedangkan pendidikan itu sendiri berusaha mewujudkan citra. Filsafat juga berupaya
menjawab secara kritis dan mendasar berbagai pertanyaan pokok sekitar pendidikan.
2. Objek filsafat Cabang keilmuan itu meliputi : ontologi atau rumusan tentang objek formal
atau pokok telaah yang merupakan gejala pengamatan yang tidak tergarap oleh bidang telaah
lain; epistimologi yaitu usaha atau prinsip intelektual untuk memperoleh kebenaran dalam
pokok telaah yang ditentukan; aksiologi adalah nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari
pokok telaah yang ditentukan, yang mempersoalkan nilai moral atau etika dan nilai seni dan
keindahan atau estetika.
3. Tujuan Landasan Filsafat dalam Pembelajaran
1) Meningkatkan produktivitas pendidikan
2) Memungkinkan pendidikan yang lebih individual
3) Memberikan dasar Pengajaran yang lebih ilmiah
4) Lebih memantapkan pengajaran
5) Memungkinkan belajar lebih akrab
6) Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas dan merata
4. Komunikasi merupakan peristiwa social dan terjadi ketika manusia berinteraksi dengan
manusia lainnya, yang terjadi dimana-mana tanpa mengenal tempat dan waktu, atau dengan
kata lain, komunikasi dapat dilaksanakan “kapan saja dan dimana saja”. Dengan demikian
komunikasi merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari, bahkan dapat dikatakan
komunikasi merupakan perwujudan dari kehidupan itu sendiri.
Teknologi Komunikasi adalah sarana dan prasarana struktur kelembagaan dan nilai-nilai
sosial yang dikumpulkan, disimpan, diolah dan dipertukarkan informasi sehingga
memungkinkan untuk terjadinya persamaan persepsi atau tindakan. teknologi pembelajaran
yang dimaksudkan disini adalah penggunaan teknologi komunikasi sebagai basis untuk
menciptakan model pembelajaran alternative.
5. Pendekatan sistem adalah upaya untuk melakukan pemecahan masalah yang dilakukan
dengan melihat masalah yang ada secara menyeluruh dan melakukan analisis secara sistematis
dan sistemik. Pendekatan sistem diperlukan apabila kita menghadapi suatu masalah yang
kompleks sehingga diperlukan analisa terhadap permasalahan tadi, untuk memahami

17
hubungan bagian dengan bagian lain dalam masalah tersebut, serta kaitan antara masalah
tersebut dengan masalah lainnya.
6. Teori belajar adalah konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat teoritis dan telah
teruji kebenarannya melalui eksperimen. Teori belajar itu berasal dari teori psikologi dan
terutama menyangkut masalah situasi belajar. Sebagai salah satu cabang ilmu deskriptif, maka
teori belajar berfungsi menjelaskan apa, mengapa dan bagaimana proses belajar terjadi pada si
belajar.
7. Teori Pembelajaran mempreskripsikan strategi atau metode pembelajaran yang optimal yang
dapat mempermudah proses belajar. Teori pembelajaran tidak menjelaskan bagaimana proses
belajar terjadi, tetapi lebih merupakan implementasi prinsip-prinsip teori belajar dan berfungsi
untuk memecahkan masalah praktis dalam pembelajaran. Perkembangan teori pembelajaran,
seiring dengan perkembangan zaman.
8. Faktor - faktor yang mempengaruhi belajar diantaranya :
a. Faktor Intrinsik, meliputi lingkungan dan instrumental
b. Faktor Ekstrinsik, meliputi fisiologis dan psikologis
Menurut Slameto faktor - faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi
dua hal, yaitu:
a. Faktor Internal, terdiri dari: Faktor jasmaniah, Faktor psikologis dan Faktor kelelahan
b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berada di luar peserta didik, terdiri dari: Faktor
keluarga, Faktor sekolah dan faktor masyarakat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Syaiful Sagala, 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung: Alfabeta


Sukmadinata Syaodih Nana, 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Harjali. 2011. Teknologi Pendidikan. Ponorogo: STAIN Po PRESS .
Pidarta, Made. 2007. Landasan Pendidikan . Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.


Siregar, Eveline dan Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Slameto. 2002. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryabrata, Sumadi. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Warsita, Bambang, 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasi. Jakarta : Rineka
Cipta,
Saidiharjo, 2007. Cakrawala Pengetahuan Sosial 4B, Solo :Tiga Serangkai.

19

Anda mungkin juga menyukai