Dasar Dasar Pengembangan Kurikulum
Dasar Dasar Pengembangan Kurikulum
1. Konsep Kurikulum
a. Pengertian
Dalam bahasa latin kurikulum berarti ”lapangan pertandingan” (race course) yaitu arena
tempat peserta didik berlari untuk mencapai finish, Baru pada tahun 1955 istilah kurikulum
dipakai dalam bidamg pendidkan. Bila ditelusuri ternyata kurikulum mempunyia berbagai
macam arti, yaitu:
Kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran, menurut Beuchamp (1968, hlm.6)
kurikulum sebagai suatu rencana pengajaran berisi tujuan yang ingin dicapai, bahkan yang
aka di sajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran, dan jadwal waktu pengjaran.
Pengalaman belajar yang diperoleh murid dari sekolah
Rencana belajar murid
Menurut UU No.2 tahun 1989 kurikulum yaitu seperangkat rencana dan peraturan,
mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunaknnya dalam menyelenggarakan
kegiatn belajar mengajar. Bayak pendapat mengenai arti kurikulum, Namun inti kurikulum
sebenarnya adalah pengalaman belajar yang banyak kaitannya dengan melakukan berbagai
kegiatan, interaksi sosial, di lingkungan sekolah, proses kerja sama dengan kelompok,
bahkan interaksi denagn lingkungan fisik seperti gedung sekolah dan ruang sekolah.
Dengan demikian pengalaman itu bukan sekedar mempelajari mata pelajaran, tetapi yang
terpenting adalah pengalaman kehidupan.
Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sbagai system dan
sebagai bidang sudi.
Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi, suatu kurikulum, dipandang orang
sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid disekolah, atau sebagai suatu
perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai
dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan
pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat.
Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu system, yaitu System kurikulum merupakan
bagian dari system persekolahan, system pendidikan, bahkan system mayarakat. Suatu
system kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaiman cara
menyusun suatu kurikulum, melaksanakan dan mengevaluasi serta menyempurnakannya.
Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum. Ini
merupakan bidang kajian pra ahli kurikulum dan ahli pendidikandan pengajaran. Tujuan
rikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sitem
kurikulum.
Jika kita mengikuti pandangan Tyler, maka pengajaran tidak terbatas hanya
pada proses pengajaran terhadap satu bahan tertentu saja, melainkan dapat pula diterapkan
dalam pengajaran untuk satu bidang studi / pengajaran di sekolah.
Demikian pula kurikulum dapat dikembangkan untuk kurikulum suatu sekolah bidang studi
atupun kurikulum untuk suatu bahan pelajaran tertentu.
c. Komponen-Komponen kurikulum
a) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki potensi sentral
untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusiayang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kretif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.untuk mendukung
pencapaian tujuan tersebut pengembangan potensi peserta didik disesuaikan dengan
potensi, perkembangan, kebutuhan dan tuntutan lingkungan.
Prinsip relevansi, Kurikulum dan pengajaran harus disusun sesuai dengan tuntutan
kebutuhan dan kehidupan peserta didik
Prinsip efektifitas, Berkaitan dengantingkat pencapaian hasil pelaksanaan kurikulum
Prinsip efisiensi, Berkaitan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, dana, dan
sarana yang dipakai dengan hasil yang diperoleh
Prinsip kontinuinitas, Kurikulum berbagai tingkat kelas dan jenjang pendidikan
disusun secara berkesinambungan
Prinsip Fleksibilitas,disamping program yang berlaku untuk semua anak terdapat
pula kesempatan bagi anak mengambil program-program pilihan
Prinsip integritas, kurikulum hendaknya memperhatiakn hubungan antara berbagai
program pendidikan dalam rangka pembentukan kepribadian yang terpadu
Preventif yaitu agar guru terhindar dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
apa yang ditetapkan kurikulum
Korektif yaitu sebagai rambu-rambu yang menjadi pedoman dalam membetulkan
pelaksanaan pendidikan yang menyimpang dari yang telah digariskan dalam kurikulum
Konstruktif yaitu memberikan arah yang benar bagi pelaksanaan dan
mengembangkan pelaksanaannya asalkan arah pngembangannya mengacu pada kurikulum
yang berlaku
Agar usaha perbaikan kurikulum dsekolah dapat berhasil baik, hendaknya diperhatikan
langkah-langkah pengembangan kurikulum berikut :
Adakan penilaian umum tentang sekolah, dalam hal apa sekolah itu lebih baik atau
lebih rendah mutunya daripada sekolah lain, adanya diskrepansi antara keyataan dengan
apa yang diharapkan bebagai pihak, sumber-sumber yang tersedia.
Selidiki berbagai kebutuhan, anatara lai kebutuhan siswa, kebutuhan guru, dan
kebutuhan akan perubahan dan perbaikan.
Mengidentifikasi masalah serta merumuskannya, yang timbul berdasarkan studi
tentang berbagai kebutuhan yang tersebut diatas lalu memilih salah satu yang dianggap
paling mendesak.
Mengajukan saran perbaikan, sebaiknya Dalam bentuk tertulis, yang dapat
didiskusikan bersama, apakah sesuai dengan tuntunan kurikulum yang berlaku, menilai
maknanya bagi perbaikan sekolah dan menjelaskan makna dan implikasinya.
Menyiapkan desai perencanaanya yang mencakup tujuan, cara mengevaluasi,
menentukan bahan pelajaran, metodepenyampaianya, percobaan, penilaian, balikan,
perbaikan, pelaksanan dan seterusnya.
Memeilih anggota panitaia, sedapat mungkin sesuai dengan kompetensi masing-
masing.
Mengawasi pekerjaan panitia, biasanya oleh kepala sekolah
Melaksanakan hasil panitia oleh guru dalam kelas. Oleh sebab pekerjaan ini tidak
mudah, kepala sekolah hendaknya senantiasa menyatakan penghargaannya atas pekerjaan
semua yang terlibat dalam usaha perbaikan ini.
Menerapkan cara-cara evaluasi, apakah yang direncanakan itu da direalisasikan.
Apa yang indah diatas kertas, belum tentu dapat diwujudkan.
Memantapkan perbaikan, bila ternyata usaha tu berhasil baik dan dijadikan pedoman
selanjutnya.
Dalam uraian sebelumnya sedikit tidak sudah di jelaskan pengertian tentang pengembangan
kurikulum atau paling tiidak telah tersirat dalam berbagai konsep dan teori yang telah di
sampaikan. Namun ada baiknya kita rumuskan kembali secara lebih jelas. Pengembngan
kurulum (curriculum development) adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar
yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke araah perubahan-perubahan yang diinginkan
dan menilai hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa . Sedangkan
yang dimaksud dengan kesempatan belajar adalah hubungan yang telah direncanakan dan
terkontrol antra para siswa, guru bahan peralatan, dan lingkungan dimana belajar yang
diinginkan diharapkan terjadi.
Falsafah yang berlainan, bersifat otoriter, demokrasi, sekuler dan religious, akan membawa
warna yang berbeda yang dimiliki oelh suatu bangsa. Begitu juga kalau dilihat dari
perbedaaan masyarakat, organisasi bahan yang digunakan, dan pilihan psikologi belajar
dalam mengembangkan kurikulum. Lebih lanjut akan diuraikan empat asas/landasan
pengembangan kurikulum tersebut.
a. Asas filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Ketika kita berbicara
tetang masalah pendidikan maka kita sedang berhadapan dengan msalah hidup dan
kehidupan manusia, sebagai mana yang dikemukakan oleh Lodge , yaitu: bahwa life is
education, and cducation is life, akan berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan
manisia itu adalah proses pendidikan. Bagaimanapun pengertian dari pendidikan, namun
masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan
hidaup dan kehidupan manusia. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita
dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme,
eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun
senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap
konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.
Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati , di bawah ini diuraikan tentang isi dari
masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh
karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung
dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai
kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa
negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam
pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat
rekonstruktivisme. Landasan filosifis memberikan arah pada semua keputusan
dan tindakan manusia, karena filsafat merupakan pandangan hidup, orang, masyarakat, dan
bangsa.
Akan tetapi satu hal yang perlu diperhatikan oleh pengembang kurikulum adalah, dalam
mengembangkan kurikulum pengembang tidak hanya menonjolkan atau mementingkan
filsafat pribadinya, tetapi juga perlu mempertimbangkan falsafah yang lain, antara lain:
falsafah Negara, falsafah lembaga pendidikan, dan stap pengajar atau pendidikan. Hampir
tidak ada pada diri seseorang yang menganut keempat aliran tersebut bersamaan
berdasarkan kondisi dan situasi tempat yang berbeda. Seseorang bisa saja idealis dalam
melaksanakan perintah agama, realis dalam penelitian ilmiah, pragmatis dalam menghadapi
problemakemasyarakatan, dan eksistensialis dalammerealisasikan dirinya, namun mereka
tidak bisa menggunakannya secara bersama-sama untuk satu bidang.
b. Asas psikologis
Asas filosofis dan sosiologis lebih mengarah pada tujuan akhir yang diharapkan
bagi anak didik dalam kurikulum itu, pengetahuan psikologi sangat dibutuhkan untuk
membantu para penembang kurikulum agar lebih realistic dalam memilih tujuan-tujuan,tetapi
tidak akan menentukan tujun-tujuan apa yang seharusnya.
Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi
yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu
1. psikologi perkembangan dan
2. psikologi belajar .
1. Motif, yaitu sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau
keinginan untuk melakukan suatu aksi.
2. Bawaan, yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai situasi
atau informasi.
3. Konsep Diri, yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang;
4. Pengetahuan, yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang; dan
5. Keterampilan, yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.
Asas ini berkenaan dengan perilaku manusia. Landasan psikologis berkaitan dengan cara
peserta didik belajar, dan faktor apa yang dapat menghmbat kemuan belajar mereka selain
itu psikologis memberikan landasan berpikir tentang hakikat proses belajar mengajar dan
tingkat-ingkat perkembangan peserta didik. Kurikulum pada dasarnya disusun agar peserta
didik dapat tumbuh dan berkembang dengan baik ini berarti bahwa kurikulum
dan pengajaran yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan peserta didik sebagai
peserta utama dalam proses belajar mengajar akan lebih meningkatkan keberhasilan
kurikulum, daripada kurikulum yang mengabaikan faktor psiklogis peserta didik.
c. Asas sosiologis
Asas ini berkenaan dengan penyampaian kebudayaan, proses sosialisasi individu dan
rekontruksi masyrakat, Landasan sosial budaya ternyata bukan hanya semata-mata
digunaka dalam mengembangkan kurikulum pada tingkat nasional, melainkan juga
bagi guru dalam pembinaan kurikulum tingakt sekolah atau bahkan tingkat pengajaran,
menurut Doll , sekolah mempersisapkan anakuntuk kehidupan di masyarakat kini dan yang
akan datang. Agar sekolah dapat memberikan persiapan sebaik-baiknya, maka apa ang
dipersiapkan harus sesuai dengan apa yang ada atau diharapkan oleh masyarakat. Hal
yang sulit bagi pendidikan berkenaan dengan dasar masyarakat ini adalah sifat masyarakat
yang selalu berubah. Atau yang sesuai sekarang belum tentu tetap sesuai dengan 10 atau
20 tahun yang akan datang.
e. Asas Organisatoris
Keadaaan masyarakat yang berubah-ubah dan mengalami peruubahan yang sangat pesat,
tentu akan member beban baru bagi para pengembang kurikulum, yang berperan sebagai
pembuat keputusan dan memilih apa saja yang harus diajarkan kepada siapa. Dalam hal ini
Nasution mennyaakan bahwa ada dua masalah pokok yang harus dipertimbangkan , yaitu:
pengetahuan apa yang harus diberikan kepada peserta didik dalam suatu bidang
studi,
bagaimana mengorganisasi bahan itu agar peserta didik dapat mengusai dengan
sebaik-baiknya.
Kalu diperhatikan secara seksama, yang paling berwenag dalam memecahkan masalah
adalah para spesialis mengenai ilmu tersebut, dengan sayarat selalu mengikuti
perkembangan ilmunya, dan tentunya harus memehami asas filosofis, sosiologis, dan
psikologis dalam mengambil keputusan. Sementara itu para
pengembang kurikulum mempunyai tugas untuk membantu para spesialis agar memahami
spenuhnya akantugas mereka dalam menentukan pengetahuan paling berharga
tersebut. Pendekatan yang paling baik kemungkinan adalah dengan membentuk tim yang
diketuai ahli pengembang kurikulum yang juga memiliki pengetahuan yang memadai
mengenai bidang studi tersebut.
Kemudian masalah selanjutnya adalah mengenai organisasi bahan yang tidak kalah penting
untuk diperhatikan. Nasution mengemukakan bahwa ada bermacam cara dalam
mengorganisasikan bahan bagi keperluan pengajaran. Salah satunya adalah denga
mengorganisaskan berdasarkan: topik, tema, kronologi, konsep, isu, logika,
dan proses disiplin.
Asas ini berkenaan dengan organisasi kurikulum. Dilihat dari organisasinya ada tiga tipe
bentuk kurikulum:
1. Menetapkan tujuan-tujun kurikuler dan tujuan intruksional umum tiap bidang studi
2. Mengidentifikasi topik-topik /pokok bahasan yang diperkirakandapat dijadikan
sebagai bahan untuk dipelajari oleh murid agar mencapai tujuan yang telah dirumuskan
3. Memilih topik-topik yang paling relevan, fungsional,efektif dan kemperhensif bagi
pencapaian tujuan yang telah din identifikasikan
4. Memetapkan metode dan sumber belajar untuk tiap kelompok pokok bahasan