Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA SEKOLAH

“ MOMEN GAYA”

DISUSUN OLEH:

Nama kelompok 3

1. Laras Purnama Sari (06111181621053)


2. Elsa Meilani (06111181621060)
3. Mona Puspita Sari (06111181621061)
4. Ika Witrosia Putri (06111281621055)
5. Rini Khoirunnisa (06111281621056)

Dosen Pembimbing:

Dra. Murniati, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2019
1. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini siswa diharapkan dapat:
1. Menghitung momen gaya terhadap gaya yang diberikan pada suatu titik kerja gaya.
2. Memverifikasi hubungan ∑Ʈi= 0 pada kesetimbangan rotasi benda.
3. Menghitung momen gaya yang diberikan (ditentukan) terhadap titik putar yang
ditentukan.
4. Memverifikasi berlakunya hubungan ∑Ʈi = 0 pada gaya-gaya yang tidak saling
5. sejajar yang bekerja pada benda yang berada pada keadaan kesetimbangan rotasi.

2. Alat dan Bahan Percobaan


Papan percobaan Tuas
Penumpu Beban bercelah dan penggantung beban
Mistar, 50 cm Beban bercelah dan penggantung beban (3)
Papan percobaan Dinamometer
Penumpu Beban bercelah dan penggantung beban
Busur derajat Puli (2)
Tali nylon Mistar, 50
Papan percobaan Roda momen gaya
Puli (3)
Tali nylon

3. Langkah-langkah Percobaan
a. Percobaan 1
1. Setimbangkan tuas dengan cara menggeser salah satu pengait atau kedua pengait
(bersamaan dengan penggantung beban) kekiri dan kekanan jika diperlukan.
2. Pada keadaan setimbang, ukur jarak d1 dan d2 untuk tiap penggantung beban
(Gambar 4.1). Catat jaraktersebut pada tabel 4.1.
3. Catat Massa pada masing-masing penggantung beban. Setiap penggantung
beban pada percobaan awal memiliki massa sebesar 50 g. Dari sini gaya yang
bekerja pada masing-masing sisi tuas dapat dihitung menggunakan persamaan
F = mg seperti sebelumnya; gunakan nilai g = 9.8 m/detik2
4. Tambahkan massa yang sama, katakan 50 g untuk setiap penggantung beban,
dan periksa lagi kesetimbangan pegas tuas. Masih dalam keadaan setimbangkah
tuas? Bila “ya”.
5. Catat massa pada masing-masing sisi tuas, dan jarak d1 dan d2 dari titik
penumpang, yang dibiarkan tidak berubah.
6. Ubah salah satu posisi beban yang tergantung, dan ubah juga posisi beban yang
lain sedemikian rupa sehingga tuas setimbang kembali.
7. Ukurjarakd1 dan d2 untuk tiap penggantung beban dan catat hasil yang didapat
pada tabel 4.1. Catat juga massa pada masing-masing sisi tuas, yang tetap sama
besar dengan sebelumnya.
8. Ubah besar beban pada masing-masing sisi tuas sedemikian rupa sehingga
keduanya memiliki massa yang berbeda.
9. Atur posisi (jarak) penggantung beban sedemikian rupa sehingga tuas setimbang
kembali.
10. Ukur jarak (d1 dan d2) untuk masing-masing beban m1 dan m2 yang digunakan.
11. Catat hasil yang didapatkan pada kolom yang tersedia padaTabel 4.1.
12. Ubah jarak d1 dan d2 dan atur agar tuas tetap setimbang; massa beban masih
sama.
13. Ukur jarak d1 dan d2 dan massa yang digunakan
14. Catat hasil tersebut pada sel yang sesuai pada Tabel 4.1.
b. Percobaan 2

1. Berikan ketukan pada papan percobaan atau tarik beban m2 dan kemudian
lepaskan untuk menghilangkan pengaruh gesekan pada sistem yang diamati.
Jika posisi beberapa alat percobaan berubah, atur ulang sistem tersebut
sedemikian rupa sehingga tuas tetap dalam keadaan horizontal.
2. Baca besar gaya F1 pada dinamometer dan catat hasil nya pada Tabel 5.1 di
bawah.
3. Ukur d1, sudut θ dan jarak d2 seteliti-telitinya dan catat hasil pengukuran pada
Tabel 5.1.
4. Tentukan (atau baca) massa m2 dan hasilnya pada Tabel 5.1.
5. Ulangi langkah percobaan 1 sampai 4 paling sedikit 4 kali percobaan untuk
sudut θ yang berbeda (tetapi nilai F2 sama); selanjutnya lakukan perhitungan
yang sama untuk melengkapi kolom yang tersisa pada Tabel 5.1

c. Percobaan 3

1. Hilangkan pengaruh gesekan pada sistem yang diamati dengan mengetuk papan
percobaan, atau dengan menarik salah satu beban sesaat dan melepaskan lagi.
2. Baca jarak masing-masing gaya terhadap titik pusat roda momen, dan catat hasil
pengukuran pada Tabel 6.1.
3. Hitung besar masing-masing gaya menggunakanpersamaanumum (F = mg) dan
catat hasil perhitungan pada kolom yang sesuai pada tabel. Gunakan nilai g =
9.8 m/detik2.
4. Hitung besar momen gaya untuk tiap-tiap gaya, dan tandai dengan tanda positif
(+) atau negatif (-) sesuai arah masing-masing gaya. (Anda dapat memilih searah
putaran jarum jam adalah arah positif dan berlawan arah adalah arah negatif )
5. Hitung jumlah aljabar momen gaya dan catat hasil perhitungan pada tabel.

4. Dasar Teori
a. Pengertian Kesetimbangan
Keadaan setimbang atau dalam bahasa latin equilibrium untuk “gaya-gaya yang
sama” atau “kesetimbangan”. Kesetimbangan adalah suatu kondisi benda dengan
resultan gaya dan resultan momen gaya sama dengan nol.

b. Syarat-Syarat Kesetimbangan
Agar sebuah benda diam, jumlah gaya yang bekerja padanya harus berjumlah
nol. Karena gaya merupakan vektor, komponen-komponen gaya total masing-
masing harus nol. Dengan demikian, syarat kesetimbangan adalah: (Giancoli,
2001)
𝐹⃗𝑥 = 0, 𝐹⃗𝑦 = 0, 𝐹⃗𝑧 = 0
Agar sebuah benda tetap diam, maka torsi total (momen gaya total) yang bekerja
padanya (dihitung dari sumbu mana saja) harus nol. Sehingga syarat
kesetimbangan adalah: (Giancoli, 2001)

∑𝜏 = 0

Dengan demikian terdapat dua kondisi yang dibutuhkan oleh suatu benda untuk
mencapai kesetimbangan. Kondisi pertama adalah pernyataan dari kesetimbangan
translasional: yang menyatakan bahwa percepatan linier dari pusat massa benda
haruslah nol ketika diamati dari kerangka acuan inersia. Kondisi yang kedua adalah
pernyataan tentang kesetimbangan rotasional dan menyatakan bahwa percepatan
sudut terhadap semua sumbu haruslah nol. Dalam kasus khusus kesetimbangan
statis merupakan keadaan benda-beada dalam keadaan diam relatif terhadap
pengamat dan oleh karena itu tidak memiliki percepatan linear maupun percepatan
sudut (yakni VPM = 0 dan ω = 0) (Serway, 2009)
Kesetimbangan pada sebuah partikel dapat dianggap sebagai suatu
kesetimbangan pada suatu titik. Partikel dianggap sebagai satu benda yang dapat
diabaikan massanya atau dianggap bekerja pada titik tersebut.
Partikel adalah benda yang ukurannya dapat diabaikan sehingga dapat
digambarkan sebagai suatu titik materi. Akibatnya, jika gaya bekerja pada partikel,
titik tangkap gaya berada tepat pada partikel-partikel tersebut. Oleh karena itu,
partikel hanya mengalami gerak translasi dan tidak mengalami gerak rotasi.
Suatu partikel dikatakan dalam keadaan setimbang apabila resultan gaya yang
berkerja pada partikel sama dengan nol.
∑F=0
Apabila partikel pada bidang xy, maka syarat kesetimbangan adalah resultan
gaya pada komponen sumbu x dan sumbu y sama dengan nol.
∑Fx = 0 dan ∑Fy = 0
Berdasarkan hukum I Newton, jika resultan gaya yang bekerja pada benda sama
dengan nol, maka percepatan benda menjadi nol. Artinya bahwa partikel dalam
keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan tetap. Apabila partikel dalam
keadaan diam disebut mengalami kesetimbangan statis, sedangkan jika bergerak
dengan kecepatan tetap disebut kesetimbangan dinamis.
Benda tegar adalah benda yang tidak mengalami perubahan bentuk akibat
pengaruh gaya atau momen gaya. Sebenarnya benda tegar hanyalah suatu model
idealisasi. Karena pada dasarnya benda akan mengalami perubahan bentuk apabila
di pengaruhi oleh suatu gaya atau momen gaya. Namun, karena perubahannya
sangat kecil, pengaruhnya terhadap keseimbangan statis dapat di abaikan. Jika ada
gaya yang bekerja pada benda maka titik tangkap gaya tidak selalu berada di pusat
massa benda. Benda yang mengalami keseimbangan rotasi resultan momen gaya
sama dengan nol, kecepatan sudut konstan, dan percepatan sudutnya sama dengan
nol. Syarat keseimbangan statik benda tegar yang terletak pada suatu bidang datar
adalah resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol dan resultan
momen gaya sama dengan nol.
∑F=0
∑τ=0

Resultan momen gaya sama dengan nol. Ini berarti bahwa terdapat pengaruh
momen gaya pada syarat keseimbangan benda tegar.Sebuah benda dalam keadaan
keseimbangan statik jika tidak mengalami percepatan translasi atau rotasi karena
jumlah seluruh gaya-gaya dan seluruh momen yang bekerja adalah nol. Namun,
jika benda digeser sedikit, maka terdapat tiga kemungkinan sebagai berikut.
• Benda kembali ke posisi asalnya (Keseimbangan Stabil)
• Benda bergerak semakin jauh dari posisi asalnya (Keseimbangan Tak Stabil)
• Benda tetap pada posisi barunya (Keseimbangan Netral)
c. Momen Gaya dan Momen Inersia
Pada pelajaran tentang hukum Newton II diketahui bahwa benda melakukan
geraklurus (translasi) akibat adanya gaya F yang bekerja pada benda. Pada gerak
melingkar (rotasi) hukum Newton II juga berlaku, benda melakukan gerak
melingkar akibat adanya momen gaya atau torsi atau momen putar yang
dilambangkan dengan 𝜏.
Momen gaya adalah hasil perkalian vektor antara gaya dengan jarak darisumbu
putar ke garis kerja gaya. Momen gaya adalah besaran vektor:

𝜏 = 𝐹×𝑟 atau 𝜏 = (Fx d)

Momen gaya di atas yang mengakibatkan benda melakukan gerak rotasi


sehingga benda memiliki percepatan sudut 𝛼
𝑟 adalah panjang garis yang tegak lurus dari sumbu putar ke garis kerja gaya
Hukum II Newton pada gerak translasi merumuskan F= 𝑚𝑎 maka momen
gaya besarnya adalah:

Jika pada gerak translasi massa m adalah ukuran kelembaman benda maka pada
gerak rotasi 𝑚𝑟2 adalah ukuran kelembaman yang disebut juga momen
kelembaman atau momen inersia dan dilambangkan dengan 𝐼 sehingga
𝐼 = 𝑚𝑟2 dan 𝜏 = 𝐼𝛼
Makin besar kelembaman suatu benda semakin besar pula gaya atau momen
gaya yang diperlukan untuk mengubah keadaan gerak translasi atau rotasi suatu
benda.
Momen gaya atau torsi adalah besaran vektor yang mempunyai besaran dan
arah. Arah vektor momen gaya atau torsi memenuhi kaidah tangan kanan dimana
arah genggaman keempat jari adalah arah rotasi dan jempol sebagai arah momen
gaya. Rotasi searah putaran jarum jam adalah (-) sedangkan rotasi berlawanan arah
jarum jam adalah (+).
Untuk beberapa gaya yang bekerja pada suatu bidang yang sama maka momen
gaya tegak lurus bidang sehingga resultannya adalah:
𝜏total = 𝜏1 + 𝜏2 + ....+ 𝜏n
Sebuah penggaris sepanjang r diletakkan dipinggir mejadengan ujung
penggaris sebagai titik tumpu. Sebuah gaya F diberikan yang tega lurus terhadap
penggaris sehingga penggaris berputar. Berputarnya penggaris tersebut adalah
peristiwa momen gaya
𝜏 = r x F , r ┴ F, θ = 900
atau dapat juga ditulis
𝜏 = r .F sin θ = r .F sin 900

jika gaya yang diberikan searah dengan penggaris (r) maka penggaris
tidak akan berputar sehingga tidak terjadi momen gaya
Ʈ=rxF=0,r≡F
atau dapat juga ditulis
Ʈ = r .F sin θ = r .F sin 0o = 0

Ket: r = panjang antara titik gaya dengan titik tumpu (m)


F = gaya (N)
Ʈ = momen gaya atau torsi (N.m)
θ = sudut antara gaya dan panjangnya (0 )

d. Momen Kopel
Kopel adalah pasangan dua buah gaya yang sejajar, sama besar, dan
berlawanan arah. Kopel yang bekerja pada suatu benda akan mengakibatkan
benda tersebut berotasi.

Kopel dari dua gaya yang sama besar dan berlawanan arah.

Momen kopel (M) adalah perkalian silang antara dua besaran vektor, yaitu
gaya dan jarak antara kedua gaya tersebut. Sehingga , dapat dirumuskan:
M=Fxd
Dengan:
M = Momen Kopel (N.m)
F = Gaya (N)
d = jarak antar dua titik tumpu gaya (m)

5. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1
m1(kg) F1(N) d1(m) Ʈ1 = (F1x d1)(Nm) m2(kg) F2(N) d2(m) Ʈ2 = (F2 x d2)(Nm)
0,05 0,49 0,125 0,06125 0,05 0,49 0,125 0,06125
0,1 0,98 0,1 0,098 0,1 0,98 0,1 0,098
0,1 0,98 0,135 0,1325 0,15 1,47 0,09 0,1323
0,15 1,47 0,12 0,1764 0,2 1,96 0,09 0,1764

Tabel 5.1
m2 = 0,05 kg; F2 = 0,49 N; Ʈ2 = 0,0147 Nm.

θ ( 0) F1 (N) Ʈ1 = ( F1.d1) sin θ |𝜏1 − 𝜏2 | 𝑥 100 %


1,2 0,09 7,53 %
25
2 0,15 13,53 %
30
2,5 0,1 8,53 %
35
3,3 0,1 8,53 %
40
2,4 0,1 8,53 %
45
1,5 0,12 10,53 %
50
Tabel 6.1. Momen gaya pada gaya-gaya tidak sejajar
d1= 16 cm= 0,16 m
d2= 3 cm= 0,03 m

No. F1(N) d1(m) Ʈ1(Nm) F1(N) d1(m) Ʈ1(Nm) F1(N) d1(m) Ʈ1(Nm) ∑Ʈ(Nm)
1. 0,49 0,06 -0,0294 0,49 0 0 0,49 0,06 0,0294 0,588
2. 9,8 0,045 -0,441 0,49 0,035 0,017 0,49 0,044 0,0215 0,441
3. 0,49 0,046 -0,022 0,49 0,04 0,0196 9,8 0,045 0,0441 0,4825
4. 15 0,045 -0,0675 0,49 0,037 0,0181 9,8 0,045 0,441 0,496
5. 9,8 0,05 -0,49 0,49 0,04 0,0196 20 0,046 0,92 1,4296

6. Analisis Data

Hasil percobaan 1

a) Massa 1, F 1, d1
𝜏1 = (𝐹1 × 𝑑1 )𝑁𝑚 = (0,49 × 0,125)𝑁𝑚 = 0,06125 𝑁𝑚

𝜏1 = (𝐹1 × 𝑑1 )𝑁𝑚 = (0,98 × 0,125)𝑁𝑚 = 0,098 𝑁𝑚

𝜏1 = (𝐹1 × 𝑑1 )𝑁𝑚 = (0,98 × 0,125)𝑁𝑚 = 0,1325 𝑁𝑚

𝜏1 = (𝐹1 × 𝑑1 )𝑁𝑚 = (1,47 × 0,125)𝑁𝑚 = 0,1764 𝑁𝑚

b) Massa 2, F2, d2
𝜏2 = (𝐹2 × 𝑑2 )𝑁𝑚 = (0,49 × 0,125)𝑁𝑚 = 0,1764 𝑁𝑚

𝜏2 = (𝐹2 × 𝑑2 )𝑁𝑚 = (0,98 × 0,1)𝑁𝑚 = 0,098 𝑁𝑚

𝜏2 = (𝐹2 × 𝑑2 )𝑁𝑚 = (1,47 × 0,09)𝑁𝑚 = 0,1323 𝑁𝑚

𝜏2 = (𝐹2 × 𝑑2 )𝑁𝑚 = (1,96 × 0,09)𝑁𝑚 = 0,1764 𝑁𝑚

Hasil percobaan 2

|𝜏1 − 𝜏2 | × 100% = |0,09 − 0,0147| = 7,53 %

|𝜏1 − 𝜏2 | × 100% = |0,15 − 0,0147| = 13,53 %

|𝜏1 − 𝜏2 | × 100% = |0,1 − 0,0147| = 8,53 %

|𝜏1 − 𝜏2 | × 100% = |0,1 − 0,0147| = 8,53 %


|𝜏1 − 𝜏2 | × 100% = |0,1 − 0,0147| = 8,53 %

|𝜏1 − 𝜏2 | × 100% = |0,12 − 0,0147| = 10,53 %

Hasil percobaan 3

a) Momen gaya 1
𝜏1 = (𝐹1 × 𝑑1 )𝑁𝑚 = (0,49 × 0,06)𝑁𝑚 = −0,0294 𝑁𝑚

𝜏1 = (𝐹1 × 𝑑1 )𝑁𝑚 = (9,8 × 0,045)𝑁𝑚 = −0,441 𝑁𝑚

𝜏1 = (𝐹1 × 𝑑1 )𝑁𝑚 = (0,49 × 0,046)𝑁𝑚 = −0,022 𝑁𝑚

𝜏1 = (𝐹1 × 𝑑1 )𝑁𝑚 = (15 × 0,045)𝑁𝑚 = −0,0675 𝑁𝑚

𝜏1 = (𝐹1 × 𝑑1 )𝑁𝑚 = (9,8 × 0,05)𝑁𝑚 = −0,049 𝑁𝑚

b) Momen gaya 2
𝜏2 = (𝐹2 × 𝑑2 )𝑁𝑚 = (0,49 × 0)𝑁𝑚 = 0 𝑁𝑚

𝜏2 = (𝐹2 × 𝑑2 )𝑁𝑚 = (0,49 × 0,035)𝑁𝑚 = 0,017 𝑁𝑚

𝜏2 = (𝐹2 × 𝑑2 )𝑁𝑚 = (0,49 × 0,04)𝑁𝑚 = 0,0196 𝑁𝑚

𝜏2 = (𝐹2 × 𝑑2 )𝑁𝑚 = (0,49 × 0,037)𝑁𝑚 = 0,0181 𝑁𝑚

𝜏2 = (𝐹2 × 𝑑2 )𝑁𝑚 = (0,49 × 0,04)𝑁𝑚 = 0,0196 𝑁𝑚

c) Momen gaya 3
𝜏3 = (𝐹3 × 𝑑3 )𝑁𝑚 = (0,49 × 0,06)𝑁𝑚 = 0,588 𝑁𝑚

𝜏2 = (𝐹2 × 𝑑2 )𝑁𝑚 = (0,49 × 0,044)𝑁𝑚 = 0,0215 𝑁𝑚

𝜏2 = (𝐹2 × 𝑑2 )𝑁𝑚 = (9,8 × 0,045)𝑁𝑚 = 0,441 𝑁𝑚

𝜏2 = (𝐹2 × 𝑑2 )𝑁𝑚 = (09,8 × 0,045)𝑁𝑚 = 0,441 𝑁𝑚

𝜏2 = (𝐹2 × 𝑑2 )𝑁𝑚 = (20 × 0,046)𝑁𝑚 = 0,92 𝑁𝑚

Jadi, momen gaya total:

1. Σ𝜏 = 𝜏1 + 𝜏2 + 𝜏3 = 0,588
2. Σ𝜏 = 𝜏1 + 𝜏2 + 𝜏3 = 0,441
3. Σ𝜏 = 𝜏1 + 𝜏2 + 𝜏3 = 0,4825
4. Σ𝜏 = 𝜏1 + 𝜏2 + 𝜏3 = 0,496
5. Σ𝜏 = 𝜏1 + 𝜏2 + 𝜏3 = 1,4296

Pertanyaan di LKM
a. Gaya-gaya yang saling sejajar
1. Adakah gaya yang bekerja pada titik tumpu? Berikan alasan untuk jawaban
Anda!
Jawab: tidak ada gaya yang bekerja pada titik tumpu, karena pada titik tumpu
terjadi kesetimbangan sehingga total momen gaya dan total gayanya sama
dengan nol
2. Menurut pendapat Anda, dimanakah resultan gaya F1 dan F2 bekerja
(Dimanakah letak titik tangkapnya)? Berikan alasan!
Jawab: resultan gaya F1 berada disebelah kiri sedangkan resultan gaya F2
berada disebelah kanan, letak titik tangkapnya berada di titik tumpu karena
merupakan titik setimbangnya
3. Apa yang dapat Anda katakan tentang nilai 𝜏1dan hubungannya dengan nilai
𝜏2 ? Apakah keduanya memiliki nilai yang sama, atau keduanya berbeda ?
Jawab: 𝜏1 adalah momen gaya F1 terhadap titik tumpu sedangkan 𝜏2 adalah
momen gaya F2 terhadap titik tumpu, pada percobaan gaya-gaya sejajar 1,2
dan 4 𝜏1 dan 𝜏2 memiliki nilai yang sama, tetapi pada percobaan gaya-gaya
sejajar ke-3 memiliki sedikit perbedaan namun tidak sampai 10%

b. Gaya-gaya yang tidak sejajar


1. Jika kita beri toleransi kesalahan sebesar 10% pada percobaan di atas, dapatkah
Anda mengatakan bahwa “Jumlah aljabar momen gaya pada kesetimbangan
adalah sama dengan nol”? Jika tidak, percobaan keberapakah yang memenuhi
persyaratan tersebut?
Jawab: bisa, karena pada percobaan yang kami lakukan toleransi kesalahannya
ada yang lebih kecil dari 10% sehingga bisa membuktikan bahwa Jumlah
aljabar momen gaya pada kesetimbangan adalah sama dengan nol
2. Berapakah persentase kesalahan yang dapat diberikan agar dapat mengatakan
(menyimpulkan) bahwa ”Jumlah aljabar momen gaya pada kesetimbangan
akan selalu sama dengan nol”?
Jawab: persentase kesalahan yang dapat diberikan sebesar kurang dari 10%

7. Kesimpulan
1. Dapatkah Anda membuat kesimpulan mengenai keadaan kesetimbangan pada
tuas? Jika dapat, tuliskan secara lengkap kesimpulan Anda
Jawab: keadaan dikatakan setimbang ketika besarnya total momen gaya dan total
gaya yang bekerja pada sistem tersebut adalah sama dengan nol.
2. Buat kesimpulan umum untuk percobaan ini berkaitan dengan jumlah aljabar
momen gaya terhadap dua gaya yang bekerja pada tuas
Jawab: berdasarkan percobaan yang telah dilakukan ada yang dapat dikatakan
berhasil karena ada nilai ketidakpastiannya tidak melebihi angka 10% dan ada yang
tidak berhasil karena nilai ketidakpastiannya melebihi 10%.
3. Dari hasil yang didapatkan diatas, tariklah kesimpulan mengenai terverifikasi atau
tidak terverifikasinya pernyataan yang mengatakan bahwa “ketika suatu benda ada
dalam keadaan setimbang, jumlah aljabar semua momen gaya yang bekerja pada
benda adalah sama dengan nol” Berikan alasan Anda
Jawab: Berdasarkan percobaan jumlah aljabar semua momen gaya yang bekerja
tidak sama dengan nol, akan tetapi besarnya ketidakpastian tidak melebihi angka
10% sehingga dapat dikatakan bahwa ketika suatu benda ada dalam keadaan
setimbang, jumlah aljabar semua momen gaya yang bekerja pada benda adalah
sama dengan nol.

Anda mungkin juga menyukai