OLEH :
PARARYA SURYADIPURA
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa atas tersusunnya Dokumen Pengelolaan Lingkungan untuk
kegiatan pembangunan SUMUR DALAM di Banjar Binong, Desa Werdibhuana,
Kecamatan Mengwi.
Kegiatan yang tidak wajib AMDAL perlu menyusun dokumen lingkungan
dalam rangka mencegah dan mengantisipasi terjadinya pencemaran dan atau
kerusakan lingkungan sebagai perwujudan pembangunan yang berwawasan
lingkungan. Dokumen ini merupakan pegangan bagi pemrakarsa dalam melakukan
pengelolaan lingkungan dan juga menjadi pegangan bagi instansi teknis terkait
didalam melakukan pemantauan lingkungan atas kegiatan ini.
Kami sangat mengharapkan adanya masukan dan arahan dari berbagai
instansi terkait sehingga kegiatan yang kami laksanakan dapat menunjang
pembangunan yang berwawasan lingkungan. Dengan tersusunnya dokumen ini,
dengan segala kerendahan hati kami menyampaikan terima kasih kepada yth:
Bupati Badung, Camat Mengwi, Kepala Desa Werdibhuana, serta semua pihak
yang telah memberikan arahan dan saran sehingga dokumen ini dapat terwujud.
Kami berharap semoga dokumen ini dapat memenuhi harapan dan
persyaratan sebagaimana dimaksud sehingga tujuan pembangunan yang
berwawasan lingkungan dapat segera terwujud.
pembanguna sumur dalam tersebut, maka dipandang perlu PDAM Kabupaten Badung sebagai pemrakarsa kegiatan
PEMBANGUNAN SUMUR DALAM menyusun dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL).
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, juga Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup. Kegiatan yang tidak wajib AMDAL perlu menyusun UKL dan UPL dalam rangka mencegah
dan mengantisipasi terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan sebagai perwujudan pembangunan yang
berwawasan lingkungan. Dokumen ini merupakan pegangan bagi pemrakarsa dalam melakukan upaya pengelolaan dan
juga menjadi pegangan bagi instansi teknis terkait didalam melakukan pemantauan lingkungan atas kegiatan ini.
Peraturan Daerah Bali No. 16 tahun 1988 tentang Penanggulangan Pencemaran oleh Limbah dan PP No. 20
tahun 1990 tentang Pencemaran Air, menyatakan antara lain bahwa kualitas limbah yang dibuang ke lingkungan harus
memenuhi baku mutu limbah yang telah ditentukan dan tidak boleh sampai merubah peruntukan air di sekitarnya.
Melalui pengkajian UKL-UPL ini akan dapat diprakirakan jenis dampak yang akan terjadi untuk dicarikan jalan
pemecahannya sedini mungkin dan dampak positifnya dapat dikembangkan seluas-luasnya untuk meningkatkan taraf
Kegunaan UKL-UPL :
1. Membantu pihak pengambil keputusan dan instansi terkait dalam
mempertimbangkan proses perijinan.
2. Merupakan pedoman bagi pemrakarsa dalam pelaksanaan kegiatannya.
3. Untuk mencegah terjadinya tuduhan oleh pihak lain tentang adanya
pencemaran dan perusakan lingkungan yang tidak dilakukan atau tidak
dikelola oleh pemrakarsa.
1.3 Peraturan Perundang-undangan sebagai Pedoman Penyusunan UKL-UPL
1. Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya
3. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 02 Tahun 1988 tentang
Pedoman Penetapan baku Mutu Lingkungan
5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12 Tahun 1994 tentang
Pedoman Umum UKL-UPL
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis
Usaha atau Kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL.
7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 86 tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup
8. Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 15 tahun 1988 tentang Pengendalian
Pengambilan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
9. Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 4 tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi Bali
10. Keputusan Gubernur Bali No. 515 tahun 2000 tentang Standar Baku Mutu
Lingkungan
11. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung No. 29 tahun 1995
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK)
12. Keputusan Bupati Badung No. 533 tahun 2004 tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kecamatan Mengwi
13. Keputusan Bupati Badung No. 1015 tahun 2003 tentang Jenis Rencana Usaha dan
atau Kegiatan yang wajib dilengkapi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup
14. Keputusan Bupati Badung No. 1018 tahun 2003 tentang Mekanisme Pelaksanaan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL), Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dalam perizinan di
Kabupaten Badung
BAB II
DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN
SUMUR DALAM di Banjar Binong, Desa Werdibhuana, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung
sehingga penyusunan dokumen UKL-UPL akan menguraikan tahap prakonstruksi, konstruksi dan
operasional
Badung
Telepon/Fax : 0361-421845-421949/423954
E-mail : -
Telepon/Fax : 0361-421845-421949/423954
3. Bidang Usaha
Kabupaten Badung
2.1.3. Tanah/Gedung Lokasi
LOKASI
Lokasi rencana kegiatan terletak di Jl. Jl. Mengwi-Bedugul, Banjar Binong, Desa Werdibhuana,
Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung Topografi lokasi kegiatan merupakan lahan
perkebunan/persawahan yang bergelombang Lokasi ini berada pada ketinggian 700 m diatas
permukaan laut (dpl) dengan batas-batas lokasi kegiatan sebagai berikut :
Sebelah Utara : Tanah perkebunan
Sebelah Timur : Jl. Mengwi-Bedugul
Sebelah Selatan : Jalan
Sebelah Barat : Tanah perkebunan
STATUS TANAH
Status kepemilikan tanah yang diusahakan oleh PDAM BAdung ini adalah merupakan tanah hak
guna bangunan (HGB) Nomor. 9 tertanggal 20 Juli 2004, dengan luas 425 m2. Tanah yang dimaksud
dibeli dari masyarakat, karena menjadi milik pemerintah, maka bentuk sertifikatnya adalah HGB
sesuai dengan Keputusan Menteri Negara/Kepala BPN No. 16, tanggal 9-12-1997 Hak Milik No. 1153
Desa Mengwi dihapus dan diubah menjadi HGB No.9, tanggal 20 Juli 2004.
Konstruksi Sumur
Pemasangan konstruksi sumur yang dipasang adalah pipa jenis Galvanis Iron Pipe (GIP) dan
screen low carbon dengan susunan pipa jambang diameter 10” dipasang pada kedalaman 0
sampai 78 meter selanjutnya pipa buta dan saringan diameter 8” dipasang pada kedalaman 78 –
150 meter. Untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 2.
Uji Pemompaan
Uji pompa dilakukan untuk memperoleh parameter hidrolika dan kapasitas jenis sumur
produksi. Uji pemompaan dalam pelaksanaanya dibagi menjadi tahap :
a. Pemompaan pendahuluan ( Step Draw Down Test)
Tujuan dari pemompaan uji awal adalah untuk membersihkan kotoran yang berupa pasir
halus dan material lain dan untuk menghitung besarnya debit air yang akan digunakan untuk
kegiatan uji pemompaan utama. Uji dilakukan sebanyak 3 step dengan waktu 6 jam. Hasil
perhitungan kapasitas spesifik/jenis pada uji pompa bertahap disajikan pada Tabel 3.
Pengukuran Debit
Peralatan yang digunakan pengukur debit adalah pengukur Bak Thomson, dimana debit air
dijabarkan dalam rumus :
Q = 0,139 x (H)2
Dari rumus dan perhitungan diperoleh hasil T1 = 108,74 m2/hari dan T2 = 147,18 m2/hari.
Q = Debit (m3/dtk)
S = Penurunan muka air tanah dalam satu siklus logaritma (m)
Perhitungan Debit Maksimum dan Debit Optimum
Secara kuantitatif maksimum debit sumur dapat dihitung dengan rumus:
Q maks = ( 2 π x re x d √h) / 15
Keterangan :
Q maks = Debit maksimum (m3/dtk)
Re = jari-jari saringan + radius effektif lubang sumur bor
dibagi 2 (m)
D = Tebal akuifer diasumsikan sama dengan jumlah kedalaman
pipa saringan (m)
K = Permeabilitas (m/hari)
Nilai debit optimum adalah 12,9 lt/detik dan penurunan muka air tanah optimum sebesar 3,9
meter diperoleh dengan perhitungan menggunakan cara Sichart dengan plot grafik S dan Q pada
skala cartasius. (Lampiran) dan hasilnya disajikan pada Tabel 6
Tabel 6 Perhitungan Kapasitas Sumur
Tebal K Q maks Q opt S opt
Akuifer (m) (m/hari) (lt/dtk) (lt/dtk) (m)
42,00 2,996 x 10 -5 15,16 12,90 3,90
-5
4,056 x 10
Sumber : Perhitungan
3.1. Iklim
Komponen iklim yang dikaji dalam penelitian ini meliputi tipe iklim, suhu
dan kelembaban udara, curah hujan dan hari hujan dan angin. Data komponen
iklim tersebut diperoleh dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Wilayah II Bali.
a. Tipe Iklim
Tipe iklim di sekitar penelitian dan sekitarnya berdasarkan letak geografisnya termasuk
iklim AW yaitu iklim tropis yang dicirikan dengan suhu dan kelembaban udara yang cukup tinggi dan
hujan bermusim (Barry dan Chorley, 1976). Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidth dan
Fergusson, lokasi ini termasuk tipe iklim C yang dicirikan dengan adanya rata-rata bulan basah 5 – 6
bulan dan indeks perbandingan rata-rata bulan kering dan bulan basah (nilai Q) 50 %. Bulan basah
adalah bulan yang mempunyai curah hujan lebih dari 100 mm dan bulan kering ditandai dengan
curah hujan kering dari 60 mm. Data curah hujan rata-rata adalah 990 mm/tahun dengan jumlah
Suhu rata-rata bulanan berkisar 26,7 o C, dan suhu udara minimum dan maksimum rata-rata
c. Angin
Berdasarkan data yang ada kecepatan angin berkisar antara 98 – 160 Km/jam dengan
kecepatan rata-rata 12,3 km/jam. Hal ini berarti dengan kecepatan tersebut di atas kecepatan
angin tergolong rendah sampai sedang. Pada tahap operasional arah dan kecepatan angin
Tekanan udara rata-rata adalah 1009,98 mB dengan tekanan udara maksimum 1011,09 mB
dan tekanan udara minimum 1009,68 mB. Adanya perbedaan tekanan udara rata-rata maksimum
dan minimum yang sangat kecil (1,34 mB) menyebabkan di lokasi ini tidak pernahterjadi angina
3.2. Geologi
a. Fisiografi
Bali secara umum pada bagian utara dari daerah penelitian dan sekitarnya terdapat jajaran
pegunungan merupakan punggung – punggung bukit yang curam, dan bergelombang dengan
ketinggian 800 meter sampai 1400 meter dpal, yaitu meliputi daerah kawasan Bedudgul dan
sekitarnya. Sungai – sungainya mengalir kearah selatan. Sedangkan pada bagian selatan dengan
lereng miring sampai landai pada dataran pantai. Pada bagian selatan adalah daerah Bukit
Lokasi kegiatan pemboran dan sekitarnya terletak pada dataran lereng kaki gunungapi dengan
tempat 250 -300 m di atas permukaan laut. Berdasarkan peta Geologi Pulau Bali (1972), lokasi
kegiatan merupakan Formasi Geologi Endapan Buyan Beratan dan Batur Purba (Qbb) dengan litologi
berupa endapan lahar, breksi, debu dan pasir. Berdasarkan sistem klasifikasi tanah Nasional
(Pusat Penelitian Tanah/Sistem Klasifikasi lama), jenis tanah pada lokasi kegiatan batik termasuk
tanah Latosol Hitam kecoklatan. Berdasarkan Sistem Taxonomi Tanah (Soil Taxonomy, 1994)
tanah pada lokasi kegiatan termasuk order Inceptisol dan pada sub group termasuk Typic
Tropaquepts.
Hasil pengamatan lapang menunjukkan bahwa stabilitas geologi dan stabilitas tanah pada
lokasi pemboran cukup mantap, karena secara geologis merupakan endapan pasir, lumpur dan debu
serta tekstur tanahnya mengandung liat cukup sehingga struktur tanahnya cukup mantap. Pada
lokasi kegiatan tidak dijumpai keunikan, keistimewaan dan kerawanan bentuk wilayah mengingat
areal kawasan ini merupakan bentang alam dataran lereng kaki gunung api yang menjadi
pemukiman.
b. Geologi
Berdasarkan Peta Geologi tersebut lokasi kegiatan merupakan Formasi Geologi Endapan
Buyan Beratan dan Batur Purba (Qbb) dengan litologi berupa endapan lahar, breksi, debu dan
pasir.
Secara regional daerah penelitian tersusun oleh formasi batuan antara lain dari yang tertua
Formasi Selatan
Formasi ini tersingkap dan ditemukan membentuk perbukitan di daerah Semenanjung Bukit,
sebelah selatan daeah penyelidikan. Litologinya adalah batuan gamping keras dan masih dengan
ketebalan 600,0 meter, dan diendapkan pada masa Kala Mio–Pliosen. Endapan ini tidak
Formasi Palasari
Endapan ini tidak tersingkap didaerah lokasi penyelidikan, akan tetapi litologi batuannya
diketahui dari hasil pemboran yang ada didaerah selatan penyelidikan seperti daerah Kapal,
Darmasaba, dan Denpasar. Formasi ini tersusun oleh jenis batuan yang diendapan pada
lingkungan delta dan laut dangkal, dan litologinya terdiri dari konglomerat, batu pasir, dan
Satuan batuan ini diendapkan pada kuarter bawah, ketebalan mencapai lebih dari 300 meter.
Batuan yang terdiri dari endapan tufa dan endapan lahar Buyan Bratan dan Batur yang
batuannya terdiri dari tufa halus, tufa pasiran, breksi volkanik dalam fragmen batu apung dan
lava, serta endapan laharik dalam fragmen gunung api berukuran kerikil sampai bongkah dan
mempunyai permebilitas yang sedang tinggi. Batuan volkanik tersebut menutupi hampir seluruh
daerah penyelidikan yang merupakan produk dari kegiatan gunung api tersebut, ketebalan
kelompok batuan ini bervariasi, di daerah bagian utara tebal mencapai lebih dari 200 meter dan
Satuan batuan ini umunya tersusun oleh endapan laut yaitu pasir, dengan kelulusan yang tinggi
– sangat tinggi; Endapan ini menempati daerah bagian selatan, yaitu disepanjang pantai Legian,
Sanur dan Kuta serta tempat–tempat dibagian lembah sungai yang tidak begitu curam. Penyusun
batuannya adalah material lepas dari berbagai ukuran butir, hasil pengendapan sungai dan
Air Permukaan
Air permukaan disekitar daerah penelitian berupa saluran air irigasi pada
subak Pacung Babakan dan Subak Delod Banjar Sayan, tidak terdapat sungai.
Daerah ini lebih banyak sebagai daerah recharge area ditandai dengan
kedalaman air bawah tanah lebih dari 25 m dan kondisi tanah dengan porositas
dan permeabilitas yang tinggi.
Air bawah tanah disekitar pengeboran dengan tinggi muka air tanah lebih dari 25 m,
terdapat 6 sumur bor di sebelah timur dan selatan lokasi bor dengan jarak lebih dari 200 m. Sumur
bor yang ada umumnya dengan kedalaman 45 m dengan fluktuasi muka air tanah yang besar (> 15
m) pada saat musim penghujan dan kemarau. Sumur bor ditandai pada musim kemarau air sedikit
Berdasarkan penyelidikan geologi dan studi geofisika yang ada di daerah sekitar
penyelidikan, termasuk hasil dari data–data sumur bor seperti daerah Kapal, Darmasaba, Denpasar
Satuan batuan yang utama untuk kondisi hidrogeologi adalah batuan yang dominan
diendapakan dari batuan volkanik muda yang berumur kuarter atas dengan susunan batuannya
volkanik. Pada lapisan batuan volkanik muda tersebut diharapkan adanya rekahan–rekahan
terutama pada lava. Disampimg lapisan batuan tersebut diatas, juga ada kelompok batuan sedimen
kuarter tua yang batuannya terdiri dari sedimen seperti pasir, krikil, dan sistem akifer pada
kelompok batuan ini dicirikan oleh pengerakan air tanah melalui ruang antar butir rekahan.
Adapula batuannya yang mempunyai ukuran halus sampai sangat kasar, yakni lempung,
lanau, pasir, dan kerikil dan sistim akuifer pada endapan ini dicirikan oleh sistem rongga antara
Pada daerah penyelidikan secara hidrogeologi diperkirakan masuk pada akuifer semi
tertekan. Untuk akuifer semi tertekan (Semi Unconfined Aquifer) pada daerah penyelidikan lebih
dominan, sebab lapisan penyekat pada lapisan ini umumnya bersifat lanauan atau secara
hidrogeologi disebut lapisan perlambat (aquitard), dan akuifer jenis ini juga terdapat pada
kedudukan relatif dalam, bahkan sampai mencapai 300,0 meter (Peta Geologi).
Hasil kajian ini menunjukan bahwa lapisan akuifer sampai kedalaman 150 m merupakan
akuser semi tertekan hasil dari pengisian antar butir dan rekahan sehingga adanya pengeboran
3.4.1. Flora
Pengambilan data tentang flora ini adalah dengan pengamatan langsung dan mencatat
jenis-jenis yang ditemukan. Flora yang diamati di lokasi pengamatan meliputi tumbuhan jenis
pohon, perdu dan herba. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa flora yang dijumpai kebanyakan
adalah : mangga (Mangifera indica), kelapa (Cocos nucifera), rambutan (Nepheliun laplaceum),
gamal (Gliricidia sp.) Pisang (Musa sp.), ketela pohon (Manihot utilisima), jambu biji (Psidium
sp.), dapdap (Erythrina sp.) dan tidak dijumpai adanya flora yang dilindungi.
3.4.2. Fauna
Fauna yang diamati dengan cara melihat langsung baik fauna liar maupun peliharaan.
Satwa liar yang ditemukan disekitar lokasi adalah jenis-jenis burung yang hidup liar seperti :
burung Gereja (Passer montanus), emprit (Lonchura leucogastra), walet sapi (Collocalia esculenta)
dan perkutut (Geopelia striata), beberapa jenis reptilia seperti kadal (Mabouya
multifasciata),tokek (Gecko gecko), dan tidak diketemukan jenis-jenis fauna/satwa yang dilindungi.
Prakiraan dampak dalam kajian ini menggunakan metode formal dan non
formal, yaitu perhitungan matematis, metode analogi (perbandingan dengan
kegiatan sejenis) dan peniliaian berdasarkan keahlian (professional
judgement). Apabila data yang tersedia tidak dapat dikuantifikasi sehingga
tidak dapat dianalisis secara matematis, maka digunakan deskripsi analitis yang
lazim dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Prakiraan dampak yang
akan terjadi akibat kegiatan proyek secara eksplisit menggam-barkan dan
mencakup dua dimensi tinjauan kajian yaitu dimensi waktu yang meliputi
kegiatan dalam tahap prakonstruksi, konstruksi dan operasi. Dimensi kedua
adalah komponen lingkungan yang akan terkena dampak meliputi geofisik
kimia, tata ruang, transportasi dan komponen sosial ekonomi dan budaya.
Berikut ini adalah uraian secara rinci dari prakiraan dampak yang akan terjadi
untuk masing-masing tahap kegiatan pembangunan Sumur Dalam.
Pengurusan perijinan merupakan salah satu syarat legalitas yang harus dipenuhi dalam rencana
b. Jenis Dampak
Terjadinya keresahan pihak penyanding dan masyarakat sekitarnya sehingga menimbulkan protes dan
keberatan dalam bentuk gugatan yang dimunculkan mulai dari tahap prakonstruksi yang dapat berlanjut
Sifat dampak adalah negatif dan penting oleh karena itu harus ada kesepakatan antara pihak PDAM
BAdung dengan desa dinas maupun adat setempat dalam mengurus perijinan yang diperlukan. Perijinan
harus sudah disetujui sebelum pembangunan fisik dimulai. Tolok ukur dampak berupa protes dan
Untuk melaksanakan kegiatan konstruksi, maka diperlukan peralatan konstruksi dan materialnya. Oleh
karena itu maka peralatan dan material itu perlu diangkut, sehingga hal ini akan menambah volume lalu
lintas kendaraan.
b. Jenis Dampak
Jenis dampak yang timbul adalah berupa peningkatan kepadatan lalu lintas, disamping itu ada gangguan
kerusakan fisik jalan yang disebabkan oleh kendaraan yang melebihi tonase dan kelas jalan yang dilalui.
Sifat dampak adalah negatif, dengan tolok ukurnya adalah berupa kerusakan fisik jalan dan
Sumber dampaknya adalah berupa kegiatan konstruksi fisik bangunan berupa pengoperasian alat-alat
b. Jenis Dampak
Jenis dampaknya adalah berupa peningkatan kebisingan dan konsentrasi debu disekitarnya, adanya sisa
Gub. Bali No. 515/2000 dan keluhan serta protes dari masyarakat sekitar. Disamping itu juga adanya
Penerimaan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional akan memberikan peluang kerja
b. Jenis Dampak
Sifat dampak adalah positif dengan tolok ukurnya adalah adanya sejumlah tenaga kerja yang diterima
Adanya pengeboran dan pengambilan air sumur secara terus menerus dan tidak sesuai dengan pagu yang
ditetapkan
b. Jenis Dampak
Hal tersebut akan dapat menyebabkan penurunan permukaan pada sumur penduduk yang ada disekitar
sumur dalam tersebut. Dampak yang terjadi adalah cukup besar dari pengambilan air sebesar 10 lt/detik
akan terjadi penurunan muka air tanah sebesar 2 – 3 meter pada radius 50 m sekitar pemboran
Sifat dampak adalah negatif dan cukup penting, dengan tolok ukurnya adalah adanya penurunan muka
Kegiatan pengambilan air sumur dalam secara terus menerus dan tidak tersosialisasinya pemanfaatan
b. Jenis Dampak
Jenis dampak yang terjadi adalah adanya tindak kriminal, silang sengketa dengan masyarakat sekitar
c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak
Sifat dampak adalah negatif, dengan tolok ukurnya adalah frekuensi terjadinya tindak kriminal dan
silang sengketa
BAB V
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
b. Sumber Dampak
Adanya pengambilan air sumur secara terus menerus dan tidak sesuai dengan pagu
yang ditetapkan
b. Jenis Dampak
Hal tersebut akan dapat menyebabkan penurunan permukaan pada sumur penduduk
yang ada disekitar sumur dalam tersebut. Dampak yang terjadi adalah cukup besar dari
pengambilan air sebesar 10 lt/detik akan terjadi penurunan muka air tanah sebesar 2 – 3
meter pada radius 50 m sekitar pemboran
c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak
Sifat dampak adalah negatif dan cukup penting, dengan tolok ukurnya adalah adanya
penurunan muka air sumur penduduk disekitarnya
g. Upaya Pengelolaan Lingkungan
Upaya Pengelolaan
o Daerah rawan sumber air dilakukan pengamatan atau pemetaan titik air
(geolistrik)
o Pompa yang digunakan adalah dengan kapasitas debit 10 liter per detik dan
memasang water meter
o Pemompaan pada musim kemarau dilakukan penurunan kapasitas hingga 50 %
o Pembuatan sumur pantau dan sumur resapan air hujan
o Sosialisasi sumur resapan untuk masyarakat sekitar
Waktu Pengelolaan
Pengelolaan dilakukan secara periodik setiap enam bulan sekali atau kalau ada
laporan maupun keluhan dari masyarakat selama masa operasional.
Pelaksana Pengelolaan
Yang melaksanakan pengelolaan ini adalah pihak Manajemen PDAM Badung
5.3.3. Keamanan dan Ketertiban
d. Sumber Dampak
Berbagai kegiatan dapat menjadi sumber dampak antara lain : adanya gangguan-
gangguan baik oleh masyarakat sekitar maupun pihak-pihak lainnya yang tidak puas
akan PDAM Badung.
e. Jenis Dampak
Jenis dampak yang terjadi adalah adanya tindak kriminal, silang sengketa.
f. Sifat dan Tolok Ukur Dampak
Sifat dampak adalah negatif, dengan tolok ukurnya adalah frekuensi terjadinya tindak
kriminal dan silang sengketa
g. Upaya Pengelolaan Lingkungan
Upaya Pengelolaan
Mengefektifkan petugas SATPAM/Waker pada area SUMUR DALAM di Banjar
Binong tersebut
Petugas keamanan agar bekerjasama dengan pihak Polsek Mengwi dalam merumuskan
sistem keamanan yang memadai
Ikut berpartisipasi di dalam pembangunan masyarakat, khususnya dalam pelaksanaan
kegiatan yang ada di Banjar Binong dan desa adat setempat
Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan setiap saat selama masa operasional
Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana yang bertanggung jawab adalah pihak Manajemen PDAM Badung
MATRIK UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL)
Pembangunan Sumur Dalam
di Banjar Binong, Desa Werdibhuana, Kecamatan Mengwi
Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan dilakukan secara rutin 6 bulan sekali dan pemantauan
dengan memasang Water Meter dan Automatic Water Level Record di lokasi
bor:
selama masa opersional SUMUR DALAM PDAM Badung. Waktu pelaporan dilakukan setiap 6
(enam) bulan sekali sudah diterima oleh instansi yang dilapori atau yang dituju.
DAFTAR PUSTAKA
16. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
17. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum UKL-
UPL
18. Keputusan Gubernur Propinsi Bali No. 515 Tahun 2000 tentang Baku Mutu Lingkungan
19. Keputusan Bupati Badung No. 533 tahun 2004 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan
Mengwi
20. Keputusan Bupati Badung No. 1018 tahun 2003 tentang Mekanisme Pelaksanaan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL), Upaya
21. Fandeli, C. 2000. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Prinsip dasar dan Pemapanannya
22. vanSteenis, C.G.G.J. 1997. Flora untuk sekolah di Indonesia. Cetakan ke-7. PT. Pradnya
Paramita. Jakarta.