Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS DIABETIC FOOT


RUANG NILAM RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH
BANJARMASIN

DISUSUN OLEH :

NAMA : NANDA WIDYA UTAMI


NIM : 11409717017
TINGKAT : II
SEMESTER : IV (Empat)
RUANGAN : NILAM

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA
BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2018 / 2019
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Diabetes Melitus ( DM ) adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika
tubuh tidak bisa menghasilkan cukup insulin atau tidak dapat menggunakan
insulin yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi glukosa darah.
(International Diabetes Federation 2015).
Insulin adalah suatu hormon pencernaan, yang dihasilkan oleh
kelenjar pankreas dan berfungsi untuk memasukkan gula kedalam sel tubuh
untuk digunakan sebagai sumber energi. Pada pengidap DM, insulin yang
dihasilkan tidak mencukupi sehingga gula menumpuk dalam darah. Hal ini
menimbulkan risiko terjadinya kerusakan berbagai jaringan dan organ dalam
tubuh dan bisa menyebabkan komplikasi yang dapat mengancam kesehatan
(Agoes, dkk, 2011).
Diabetic Foot (Kaki diabetik) adalah kelainan pada tungkai bawah
yang merupakan komplikasi kronik diabetes mellitus; merupakan suatu
penyakit pada penderita diabetes bagian kaki. (Agoes, dkk, 2011).
Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat
dalam yang berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer
pada tungkai bawah (Decroli E, 2012). Salah satu komplikasi yang sangat
ditakuti penderita diabetes adalah kaki diabetik. Komplikasi ini terjadi karena
terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat membedakan suhu panas dan
dingin, rasa sakit pun berkurang.

2. Anatomi dan Fisiologi

Pankreas adalah suatu organ yang berbentuk pipih terletak di


belakang rongga abdomen dan di bawah lambung yang terdiri dari jaringan
eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin pankreas mengeluarkan larutan basa
encer dan enzim-enzim pencernaan melalui duktus pankreatikus kedalam
lumen saluran pencernaan tepatnya di ampula vateri.
Diantara sel-sel eksokrin pankreas tersebar kelompok-kelompok atau
pulau-pulau sel endokrin yang juga dikenal sebagai pulau-pulau langherhans
(islets of langerhans). Jenis sel endokrin pankreas yang paling banyak
dijumpai adalah sel beta dimana pada sel beta ini merupakan tempat sintesis
dari hormon insulin. Selain itu terdapat juga sel alfa yang menghasilkan
glukagon dan sel delta adalah sel untuk mensintesis somatostatin sedangkan
sel endokrin yang paling jarang yang ada pada pankreas adalah sel PP ,sel
ini berfungsi untuk mengeluarkan polipeptida pankreas. Hormon pankreas
yang paling penting untuk mengatur metabolisme tubuh adalah insulin dan
glukagon. fungsi fisiologis hormon insulin adalah sebagai berikut :
1. Insulin menyediakan glukosa untuk sebagian besar sel tubuh, terutama untuk
otot dan adiposa, melalui peningkatan aliran glukosa yang melewati
membrane sel dalam mekanisme carier.
2. Insulin memperbesar simpanan lemak dan protein dalam tubuh pertama
dengan cara meningkatkan transport asam amino dan asam lemak dari
darah kedalam sel yang kedua meningkatkan sintesis protein dan lemak,
serta menurunkan katabolisme protein dan lemak.
3. Insulin meningkatkan penggunaaan karbohidrat untuk energi.

4. Etiologi
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada
penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada
pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati akan mengakibatkan berbagai
perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya
perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan mempermudah
terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi inilah yang
menyebabkan terjadinya infeksi lebih mudah merebak dan menjadi infeksi
yang luas.
Ada 3 alasan mengapa orang diabetes lebih tinggi resikonya
mengalami masalah kaki. Pertama, berkurangnya sensasi rasa nyeri
setempat (neuropati) membuat pasien tidak menyadari bahkan sering
mengabaikan luka yang terjadi karena tidak dirasakannya. Luka timbul
spontan sering disebabkan karena trauma misalnya kemasukan pasir,
tertusuk duri, lecet akibat pemakaian sepatu/sandal yang sempit dan bahan
yang keras. Mulanya hanya kecil, kemudian meluas dalam waktu yang tidak
begitu lama. Luka akan menjadi borok dan menimbulkan bau yang disebut
gas gangren. Jika tidak dilakukan perawatan akan sampai ke tulang yang
mengakibatkan infeksi tulang (osteomylitis). Upaya yang dilakukan untuk
mencegah perluasan infeksi terpaksa harus dilakukan amputasi (pemotongan
tulang).
Kedua, sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan
endotel pembuluh darah. Manifestasi angiopati pada pembuluh darah
penderita DM antara lain berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh
darah perifer (yang utama). Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama
kaki). Akibatnya, perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang
baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi
nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan
tindakan amputasi.
Gangguan mikrosirkulasi akan menyebabkan berkurangnya aliran
darah dan hantaran oksigen pada serabut saraf yang kemudian
menyebabkan degenarasi dari serabut saraf. Keadaan ini akan
mengakibatkan neuropati. Di samping itu, dari kasus ulkus/gangren diabetes,
kaki DM 50% akan mengalami infeksi akibat munculnya lingkungan gula
darah yang subur untuk berkembanguya bakteri patogen. Karena
kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur terutama
bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita diabetes yang tidak
terkontrol baik mempunyai kekentalan (viskositas) yang tinggi. Sehingga
aliran darah menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak
cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman anaerob
berkembang biak.
Ketiga, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara
umum penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan
kemampuan sel darah putih ‘memakan’ dan membunuh kuman berkurang
pada kondisi kadar gula darah (KGD) diatas 200 mg%. Kemampuan ini pulih
kembali bila KGD menjadi normal dan terkontrol baik. Infeksi ini harus
dianggap serius karena penyebaran kuman akan menambah persoalan baru
pada borok. Kuman pada borok akan berkembang cepat ke seluruh tubuh
melalui aliran darah yang bisa berakibat fatal, ini yang disebut sepsis (kondisi
gawat darurat).
Sejumlah peristiwa yang dapat mengawali kerusakan kaki pada
penderita diabetes sehingga meningkatkan risiko kerusakan jaringan antara
lain :
1. Luka kecelakaan
2. Trauma sepatu
3. Stress berulang
4. Trauma panas
5. Iatrogenik
6. Oklusi vaskular
7. Kondisi kulit atau kuku

8. Tanda dan Gejala


1. Sering kesemutan/gringgingan (asimptomatis)
2. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil)
3. Nyeri saat istirahat
4. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus)
5. Adanya kalus di telapak kaki
6. Kulit kaki kering dan pecah-pecah
9. Patofisiologi
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada
penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada
pembuluh darah. Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer
yang menghambat sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di
sekitar arteri yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan
di bagian bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan
terhadap timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan
nutrisi yang disuplai ke kulit maupun jaringan lain, akibatnya, perfusi jaringan
bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang
kemudian dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang sangat sulit
diatasi dan tidak jarang memerlukan tindakan amputasi.
Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik,
metabolik dan faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi
(hiperglikemia) ternyata mempunyai dampak negatif yang luas bukan hanya
terhadap metabolisme karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein
dan lemak yang dapat menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh
darah (aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh
darah besar dan kecil., yang mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang
baik, pemberian makanan dan oksigenasi kurang dan mudah terjadi
penyumbatan aliran darah terutama derah kaki.
Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya
kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang
menderita neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka
karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila
cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan
menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.
Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum
penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan
kemampuan sel darah putih ‘memakan’ dan membunuh kuman berkurang
pada kondisi kadar gula darah (KGD) diatas 200 mg%. Karena kekurangan
suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur terutama bakteri
anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita diabetes yang tidak
terkontrol baik mempunyai kekentalan (viskositas) yang tinggi. Sehingga
aliran darah menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak
cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman anaerob
berkembang biak.
Pathway
10. Data Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
1. Pemeriksaan X-ray untuk mengetahui ada tidaknya osteomyelitis.
2. Pemeriksaan glukosa darah.
3. Kultur dan resistensi untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang
menginfeksi luka segingga dapat memilih obat antibiotik yang tepat.
4. Tes lain yang dapat dilakukan adalah: sensasi pada getaran, merasakan
sentuhan ringan, kepekaan terhadap suhu.

5. Prognosis.
Akibat tingginya kadar gula darah, dan apabila terjadi luka pada kaki
akan sangat mudah menginfeksi. Rendahnya ketahanan tubuh dan
kemampuan tubuh yang terbatas dalam menyembuhkan luka pada kaki
penderita diabetes menyebabkan infeksi dapat bertambah parah, bahkan
bisa terjadi kecacatan dan harus diamputasi untuk memutus infeksi dari kaki.

6. Penatalaksanaan.
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan ulkus kaki diabetic memerlukan pengobatan yang
agresif dalam jangka pendek, hal tersebut mencakup:
1. Debridement local radikal pada jaringan sehat.
2. Terapi antibiotic sistemik untuk memerangi infeksi, diikuti tes
sensitivitas antibiotic,
contohnya :
1. Untuk infeksi M.chelonei dapat digunakan quinolon (ciprofloxacin, ofloxacin),
sulfonamides.
2. Untuk infeksi M. fortuitum dapat digunakan quinolon dan B-
lactams cefloxitin.
3. Untuk infeksi M. haemophilum, M.Non-Chronogenicum, M.
ulcerans yang paling umum digunakan adalah quinolon G.
4. Beberapa obat lain yang biasa digunakan pada kasus kaki
diabetic adalah insulin, neurotropik, kompres luka, obat anti
trombosit, neuromin, dan oksoferin solution.
5. Kontrol diabetes untuk meningkatkan efisiensi sistem imun.
6. Posisi tanpa bobot badan untuk ulkus plantaris.

1. Penatalaksanaan Non Medis


Berikut ini akan dipaparkan tentang cara penanggulangan dan
pencegahan kaki diabetik :
1. Diagnosis klinis dan laboratorium yang lebih teliti.
2. Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi, obat vaskular, obat
penurun gula darah maupun menghilangkan keluhan/gejala penyulit
Diabetes.
3. Pemberian penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang
penatalaksanaan kaki diabetik di rumah.
4. Periksa kaki dan celah kaki setiap hari, apakah terdapat kalus, bula,
lecet dan luka.
5. Bersihkan kaki setiap hari terutama di celah jari kaki.
6. Hindari penggunaan air panas atau bantal pemanas.
7. Memotong kuku secara berhati-hati dan jangan terlalu dalam.
8. Jangan berjalan tanpa alas kaki.
7. Hindari trauma berulang.
1. Memakai sepatu yang nyaman bagi kaki.
2. Periksalah bagian dalam sepatu dari benda-benda asing sebelum
dipakai.
3. Olahraga teratur dan menjaga berat badan ideal.
4. Jangan merendam kaki dalam jangka waktu yang lama.
1. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
1. Pengumpulan data
2. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
3. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka.
4. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
5. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan
medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan
oleh penderita.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
7. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
1. Pemeriksaan fisik
Status kesehatan umum:
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
1. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah,
gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.
2. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
4. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
5. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
6. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
7. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
8. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
9. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
10. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ),
dan merah bata ( ++++ ).
11. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.
B. Diagnosa keperawatan dan intervensi
No Diagnosa Kep NOC NIC Rasional
1 Nyeri akut b.d. Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Mengetahui keadaan
agen cedera tindakan keperawatan umum klien.
fisik. selama ….x….. , 2. Kontrol lingkungan2. Lingkungan bisa
diharapkan nyeri yang dapat menjadi pemicu
teratasi, dengan kriteria mempengaruhi nyeri. meningkatnya derajat
hasil: nyeri.
1. Nyeri berkurang. 3. Ajarkan teknik non3. Membantu
2. Meningkatkan rasa farmakologi : distraksi, menurunkan derajat
nyaman. nafas dalam. nyeri.
3. Klien tidak 4. Kolaborasi pemberian4. Menurunkan nyeri
mengeluh nyeri. obat analgetik. dan meningkatkan
kenyamanan.

2 Gangguan Setelah dilakukan 2. Monitor kekuatan (skala)


7. Untuk mengetahui
mobilitas fisik tindakan keperawatan otot klien. skala otot klien
b.d. penurunan selama …x…, terutama yang
kekuatan otot. diharapkan masalah bermasalah.
dapat teratasi, dengan3. Atur posisi klien. 8. Memberikan posisi
kreteria hasil :. 4. Terapi aktivitas klien sesuai kebutuhan klien.
1. Klien mampu (ROM) 9. Untuk melatih otot
menunjukan klien..
pergerakan otot 5. Hadirkan keluarga pada
10. Mengajarkan keluarga
sedikit demi sedikit. saat ROM. klien untuk melatih
ROM.

11. Untuk mengetahui


6. Kolaborasi pemberian tindakan selanjutnya
obat atau terapi yang yang tepat.
tepat.
3 Gangguan Setelah dilakukan 1. Jelaskan pentingnya
7. Tidur yang adekuat
pola tidur b.d. tindakan keperawatan tidur yang adekuat. dapat meningkatkan
fisiologis nyeri. selama …x…, kualitas kesehatan.
diharapkan masalah 2. Ciptakan lingkungan
8. Lingkungan yang
gangguan pola tidur yang nyaman. nyaman dapat
dapat teratasi, dengan meningkatkan pola
kreteria hasil : tidur.
1. Jumlah jam tidur 3. Kaji pola tidur. 9. Mengetahui pola tidur
dalam batas normal. klien.
2. Pola, kualitas tidur 4. Kaji faktor yang
10. Untuk mengatasi
dalam batas normal. menyebabkan gangguan tdur.
3. Perasaan fresh gangguan tidur.
sesudah bangun 5. Batasi pengunjung
11. Terlalu banyak
tidur. selama periode pengunjung dapat
4. Mampu istirahat. menggangu istirahat
mengidentifikasi hal- tidur klien.
hal yang dapat
meningkatkan tidur. 6. Kolaborasi pemberian
12. Membatu
obat tidur. mempercepat
mengatasi masalah
gangguan pola tidur
klien.

4 Kecemasan Setelah dilakukan 16. Gunakan pendekatan23. Memudahkan


b.d. perubahan tindakan keperawatan yang menenangkan. pendekatan dengan
status selama …x…, klien.
kesehatan. diharapkan masalah 17. Identifikasi tingkat24. Mengetahui tingkat
kecemsan dapat kecemasan. kecemasan.
teratasi, dengan
kreteria hasil :
13. Klien mampu 18. Bantu klien mengenal25. Mempermudah klien
mengidentifikasi situasi yang mengenal situasi
dan menimbulkan penyebab
mengungkapkan kecemasan. kecemasan.
gejala cemas. 19. Kolaborasi pemberian26. Mengetahui tindakan
14. Mengidentifikasi, obat anti cemas. selanjutnya yang
mengungkapkan tepat.
dan menunjukan 20. Lakukan tes rinne,27. Mengetahui
teknik untuk weber, atau swabah keabnormalan yang
mengontrol cemas. untuk mengetahui terjadi akibat tinitus
15. Vital sign dalam keseimbangan
batas normal. pendengaran saat
terjadi tinitus.
21. Ajarkan untuk28. Mempertahankan
memfokuskan keadekuatan
pendengaran saat pendengaran.
terjadi tinitus.
22. Kolaborasi 29. Memaksimalkan
penggunaan alat bantu pendengaran pada
pendengaran. klien.
C. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan
tercapai:
1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal
yang ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://ifafan.wordpress.com/2011/05/27/laporan-pendahuluan-asuhan-
keperawatan-pada-klien-dengan-diabetes-melitus/

2. http://askepterkini.com/2014/05/laporan-pendahuluan-asuhan-
keperawatan_9175.html

3. https://www.scribd.com/doc/81241720/diabetes-melitus-dengan-komplikasi-
diabetic-foot#download

4. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/56361/Chapter%20II.pd
f;jsessionid=0469102E0FA1DAF4A9FDC573B4AE2593?sequence=4

5. https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/diabetes-kencing-manis/mengenal-
diabetic-foot-komplikasi-pada-kaki-akibat-diabetes/

6. North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2018. Diagnosis


Keperawatan 2018. Jakarta : Penerbit Buku Kedoteran EGC.
LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah menyelesaikan Laporan


Pendahuluan dengan kasus Diabetic Foot di Ruang Nilam.

Nama : Amrullah
NIM : 11409717002
Tingkat :2
Semester : IV (Empat)

Banjarmasin, Mei 2019

Pembimbing Lahan (CI) Pembimbing Akademik (CT) Mahasiswa

……………………….. ……………………….. Amrullah

Anda mungkin juga menyukai