KEJANG DEMAM
Resiko Infeksi
Proses demam
ATP ASE
Pengobatan perawatan
Dan diit
15 menit
perubahan suplay
gejala sisa
Neuron otak
1. Cedera/ terjatuh
2. Tersedak
3. Menggingit lidah/ bibir
4. Kurang dari 5% anak yang pernah mengalami kejang demam berkembang menjadi
epilepsi.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi Berhubungan dengan proses penyakit
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kerusakan sel neuron otak
3. Resiko tinggi cedra berhubungan dengan spasme otot ektermitas
4. Risiko infeksi b/d penurunan imunitas tubuh
5. Kurang pengetahuan keluarga tentang cara penanganan kejang berhubungan
dengan kurangnya informasi.
J. Rencana Keperawatan
No Dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor suhu tubuh sesering mungkin
berhubungan asuhan keperawatan 2. Monitor warna kulit
dengan proses selama 2x24 jam 3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
infeksi diharapkan tidak terjadi 4. Monitor penurunan tingkat kesadaran
hipertermi atau 5. Tingkatkan sirkulasi udara dengan
peningkatan suhu tubuh membatasi pengunjung
dengan kriteria hasil: 6. Berikan cairan dan elektrolit sesuai
a. Suhu tubuh dalam kebutuhan
rentan normal (36,5- 7. Menganjurkan menggunakan pakaian
37oC) yang tipis dan menyerap keringat
b. Nadi dalam rentan 8. Berikan edukasi pada keluarga tentang
normal 80-120x/menit kompres hangat dilanjutkan dengan
c. RR dalam rentan kompres dingin saat anak demam
normal 18-24x/menit 9. Kolaborasi dengan dokter dalam
d. Tidak ada perubahan pemberian obat penurun panas
warna kulit dan tidak
ada pusing.
2. Gangguan perfusi Setelah diberikan 1. Monitor TD, nadi, suhu dan RR
jaringan cerebral asuhan keperawatan 2. Catat adanya penginkatan TD
berhubungan selama 2x24 jam 3. Monitor jumlah dan irama jantung
dengan diharapkan pasien 4. Monitor tingkat kesadaran
kerusakan tampak tidak lemah, 5. Monitor GCS
neuromuskular tidak pucat, kulit tidak
otak kebiruan dengan kriteria
hasil:
a. TD sistole dan
diastole dalam batas
normal 80-100/60
mmHg
b. RR normal 20-30
x/menit
c. Nadi normal 80-90
x/menit
d. Suhu normal 36-37
derajat celcius
e. GCS 456
3. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Sediakan lingkungan yang aman
cedra tindakan keperawatan untuk pasien
berhubungan selama 2x24 jam 2. Identifikasi kebutuhan dan
dengan spasme diharapkan masalah keamanan pasien
otot ekstermitas tidak menjadi aktual 3. Menghindarkan lingkungan yang
dengan kriteria hasil: berbahaya
a. Tidak terjadi 4. Memasang side rail tempat tidur
kejang 5. Menyediakan tempat tidur yang
b. Tidak terjadi nyaman dan bersih
cedra 6. Membatasi pengunjung
7. Memberikan penerangan yang
cukup
8. Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
9. Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
10. Edukasi tentang penyakit kepada
keluarga.
4. Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan askep 1. Batasi pengunjung
penurunan 3x 24 jam infeksi 2. Bersihkan lingkungan pasien secara
imunitas tubuh terkontrol, status imun benar setiap setelah digunakan pasien
adekuat 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
KRITERIA HASIL : merawat pasien, dan ajari cuci tangan
a. Bebas dari tanda yang benar
dangejala infeksi. 4. Anjurkan pada keluarga untuk selalu
b. Keluarga tahu menjaga kebersihan klien
tanda-tanda infeksi. 5. Tingkatkan masukkan gizi yang cukup
c. Angka leukosit 6. Tingkatkan masukan cairan yang
normal (9000– cukup
12.000/mm3) 7. Anjurkan istirahat
8. Ajari keluarga cara
menghindari infeksi serta tentang tanda
dan gejala infeksi dan segera untuk
melaporkan keperawat kesehatan
9. Pastikan penanganan aseptic semua
daerah IV (intra vena)
10. Kolaborasi dalam pemberian therapi
antibiotik yang sesuai, dan anjurkan
untuk minum obat sesuai aturan.
.
5. Setelah di lakukan
tindakan keperawatan
selama 2x24 jam
keluarga mengerti
maksud dan tujuan
dilakukan tindakan
perawatan selama
kejang. kriteria hasil :
b. Keluarga
mengerti cara
penanganan
kejang dengan
c. Keluarga 1. Informasi keluarga tentang kejadian
tanggap dan kejang dan dampak masalah, serta
Kurangnya dapat beritahukan cara perawatan dan
pengetahuan melaksanakan pengobatan yang benar.
keluarga tentang peawatan 2. Informasikan juga tentang bahaya yang
penanganan kejang. dapat terjadi akibat pertolongan yang
penderita selama d. Keluarga salah.
kejang mengerti 3. Ajarkan kepada keluarga untuk
berhubungan penyebab tanda memantau perkembangan yang terjadi
dengan yang dapat akibat kejang.
kurangnya menimbulkan 4. Kaji kemampuan keluarga terhadap
informasi. kejang. penanganan kejang.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Mansjoer, dkk, (2013). Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3. Medica Aesculpalus, FKUI.
Jakarta
Amid dan Hardhi, 2013. Diagnosis keperawatan, NANDA NIC-NOC, EGC, Jakarta
Carpenito, L.J.,2011, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, EGC, Jakarta
Hidayat, Azis Alimul. (2014). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Edisi:1. Jakarta:
Salemba medika.
Syaifudin (2016). Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Editor: Monica Ester.
Edisi: 3. Jakarta: ECG
Hidayat, Azis Alimul. (2015). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Edisi:1. Jakarta:
Salemba medika.