A. PENGERTIAN
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas
yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak merupakan salah
satu tumor susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas
disusunan saraf pusat adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam
intracranial atau dalam kanalis spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh
sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-selsaraf di
meaningen otak, termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang
(Neuroglia), sel epitel pembuluh darah dan selaput otak. (Fransisca B Batticaca.
2012: 84).
Idiopatik
Tumor otak
Resti.Cidera Perubahan
Aspirasi
proses pikir
sekresi
Obs. Jalan
nafas Bradikardi progresif, Bicara terganggu,
Hernialis ulkus
Dispnea hipertensi sitemik, afasia
Henti nafas gang.pernafasan
Perubahan pola
nafas
Ancaman Gang.Komunikasi Menisefalon
kematia verbal tekanan
Gang.Pertukaran
gas Cemas Mual, muntah,
Gang.kesadaran
papileodema, pandangan
Gang. Rasa kabur, penurunan fungsi
( Suddart, Brunner. 2001) pendengaran, nyeri
nyaman
kepala
E. TANDA DAN GEJALA (MANIFESTASI KLINIS)
1. Tanda dan gejala peningkatan TIK :
a) Sakit kepala
b) Muntah
c) Papiledema
2. Gejala terlokalisasi ( spesifik sesuai dengan dareh otak yang terkena ) :
a) Tumor korteks motorik ; gerakan seperti kejang kejang yang terletak
pada satu sisi tubuh ( kejang jacksonian )
b) Tumor lobus oksipital ; hemianopsia homonimus kontralateral (hilang
penglihatan pada setengah lapang pandang, pada sisi yang berlawanan
dengan tumor) dan halusinasi penglihatan.
c) Tumor serebelum ; pusing, ataksia, gaya berjalan sempoyongan dengan
kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otot otot tidak terkoordinasi dan
nistagmus ( gerakan mata berirama dan tidak disengaja )
d) Tumor lobus frontal ; gangguan kepribadia, perubahan status emosional
dan tingkah laku, disintegrasi perilaku mental, pasien sering menjadi
ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri
e) Tumor sudut serebelopontin ; tinitus dan kelihatan vertigo, tuli (gangguan
saraf kedelapan), kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf
kelima), kelemahan atau paralisis (saraf kranial keketujuh), abnormalitas
fungsi motorik.
f) Tumor intrakranial bisa menimbulkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan bicara dan gangguan gaya berjalan terutam pada lansia.
( Brunner & Sudarth, 2003 ; 2170 )
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan,
jejas tumor, dan meluasnya edema serebral sekunder serta memberi
informasi tentang sistem vaskuler.
2. MRI : Membantu dalam mendeteksijejas yang kecil dan tumor didalam
batang otak dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam
gambaran yang menggunakan CT Scan
G. PROGNOSIS
Tergantung jenis tumor spesifik. Meskipun diobati, hanya sekitar 25%
penderita kanker otak yang bertahan hidup setelah 2 tahun.
Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan
oligodendroglioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5
tahun setelah pengobatan. Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang diobati
bertahan hidup lebih dari 5 tahun. Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif
dilakukan pada:
1. penderita yang berusia dibawah 45 tahun
2. penderita astrositoma anaplastik
3. penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat
melalui pembedahan.
H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan kanker metastatik tergantung kepada sumber kankernya. Sering
dilakukan terapi penyinaran.Jika penyebarannya hanya satu area, maka bisa
dilakukan pembedahan.
1. Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor
intrakranial, namun tidak berefek langsung terhadap tumor. Dosis
pembebanan dekasametason 12 mg. iv, diikuti 4 mg. q.i.d. sering
mengurangi perburukan klinis yang progresif dalam beberapa jam.
Setelah beberapa hari pengobatan, dosis dikurangi bertahap untuk
menekan risiko efek samping yang tak diharapkan.
Tumor seller atau paraseller kadang-kadang tampil dengan
insufisiensi steroid. Pada pasien ini perlindungan steroid merupakan
sarat mutlak tindakan anestetik atau operatif.
2. Tindakan Operatif
Kebanyakan pasien dengan tumor intrakranial memerlukan
satu atau lebih pendekatan bedah-saraf. Contohnya antara lain
sebagai berikut:
Kraniotomi: Flap tulang dipotong dan dibuka dengan melipat.
Burr hole: Untuk biopsi langsung atau stereotaktik.
Pendekatan Transsfenoid: Melalui sinus sfenoid kefossa pituitari.
Pendekatan Transoral: Membuang arkus atlas, peg odontoid dan
klivus memberikan jalan mencapai aspek anterior batang otak dan
cord servikal atas. Jarang digunakan. Biasanya untuk tumor letak
depan seperti neurofibroma, khordoma.
Kraniektomi: Burr hole diikuti pengangkatan tulang sekitarnya untuk
memperluas bukaan, rutin digunakan untuk pendekatan pada fossa
posterior.
Prosedur biopsi, pengangkatan tumor parsial/ dekompresi internal
atau pengangkatan total tumor tergantung asal dan lokasi tumor.
Tumor ganas primer yang infiltratif mencegah pengangkatan total dan
sering operasi dilakukan terbatas untuk biopsi atau dekompresi
tumor. Prospek pengangkatan total membaik pada tumor jinak seperti
meningioma atau kraniofaringioma; bila banyak tumor yang
terabaikan, atau bagian tumor mengenai struktur dalam, bisa
berakibat rekurensi.
3. Radioterapi
Saat ini tindakan terhadap tumor intrakranial menggunakan salah
satu dari cara berikut:
- sinar-x megavoltase
- sinar gama dari kobalt60
- berkas elektron dari akselerator linear
- partikel yang dipercepat dari siklotron, seperti neutron, nuklei
dari helium, proton
Sebagai alternatif, tumor ditindak dari dalam (brakhiterapi)
dengan mengimplantasikan butir radioaktif seperti ytrium90.
Kontras dengan metoda tua dengan 'terapi sinar-x dalam', tehnik
modern memberikan penetrasi jaringan lebih dalam dan
mencegah kerusakan radiasi terhadap permukaan kulit. Efek
radioterapi tergantung dosis total, biasanya hingga 6.000 rad,
dan durasi pengobatan. Harus terdapat keseimbangan terhadap
risiko pada struktur normal sekitar. Umumnya, makin cepat sel
membelah, makin besar sensitivitasnya. Radioterapi terutama
bernilai pada pengelolaan tumor ganas; astrositoma maligna,
metastasis, medulloblastoma dan germinoma, namun juga
berperan penting pada beberapa tumor jinak; adenoma pituitari,
kraniofaringioma. Karena beberapa tumor menyebar melalui
jalur CSS seperti medulloblastoma, iradiasi seluruh aksis neural
menekan risiko terjadinya rekurensi dalam selang waktu singkat.
Komplikasi Radioterapi: Setelah tindakan, perburukan pasien
bisa terjadi karena beberapa hal:
- selama tindakan: peningkatan edema, reversible
- setelah beberapa minggu/bulan: demielinasi
- enam bulan-10 tahun: radionekrosis, irreversible (biasanya satu
hingga dua tahun)
Komplikasi serupa mungkin mengenai cord spinal setelah
iradiasi tumor spinal.
Sensitiser sel hipoksik: Saat radioterapi, bagian dari proses
destruktif adalah konversi oksigen ke ion hidroksil. Adanya area
hipoksik didalam jaringan tumor menambah radioresistensi.
Penggunaan sensitiser sel hipoksik seperti misonidazol,
bertujuan meningkatkan sensitivitas didalam regio ini. Manfaat zat
ini masih dalam pengamatan.
4. Khemoterapi
Manfaatnya belum jelas. Yang biasanya digunakan
adalah BCNU, CCNU, metil CCNU, prokarbazin, vinkristin dan
metotreksat.
Obat khemoterapeutik ideal adalah membunuh sel
tumor secara selektif; namun respon sel tumor berkaitan langsung
dengan dosis. Tak dapat dihindarkan, dosis tinggi menyebabkan
toksisitas 'bone marrow'. Dalam praktek, kegagalan menimbulkan
tanda depresi 'marrow' (antara lain leukopenia) menunjukkan dosis
yang tidak adekuat.
Efek samping merintangi pemakaian khemoterapi pada
tumor jinak atau 'derajat rendah'. Pada pasien dengan tumor ganas,
beberapa penelitian menunjukkan terapi tunggal atau kombinasi
menghasilkan beberapa remisi tumor, namun penelitian terkontrol
acak memperlihatkan hasil yang tak sesuai. Pada astrositoma
maligna, BCNU mungkin bermanfaat sedang. Pada medulloblastoma,
terapi kombinasi CCNU dan vinkristin mungkin memperlambat
rekurensi.
5. Kombinasi radio-kemoterapi
Kombinasi radio-kemoterapi mulai dikembangkan.
Peningkatan ketahanan hidup selama 1 tahun sebanyak 10% dan 2
tahun sebanyak 8,6%. Nitrosourea (BCNU) merupakan regimen yang
paling efektif.
6. Rehabilitasi
Merupakan bagian yang sangat penting pada bagian terapi
Tergantung pada kebutuhan pasien dan bagaimana tumor
mempengaruhi aktivitas kerja
Occupational terapi, untuk mengatasi kesulitan dalam aktivitas
untuk kehidupan sehari-hari seperti makan, mandi, berpakaian
dan pergi ke toilet
Physical terapi terutama pada lengan yang lemah atau
paralyse dan pada gangguan keseimbangan
Speech terapi terutama pada pasien dengan gangguan bicara.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan :
a) Chin lift / jaw trust
b) Suction / hisap
c) Guedel airway
d) Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral.
2. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi,
whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada.
3. Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran
mukosa pucat, dingin, dan sianosis pada tahap lanjut.
4. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri
atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS. Adapun
cara yang cukup jelas dan cepat adalah
Awake :A
Respon bicara:V
Respon nyeri :P
Tidak ada respon:U
5. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera
yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang,
maka imobilisasi inline harus dikerjakan.
J. PENGKAJIAN SEKUNDER
1) Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal masuk rumha sakit dan askes.
2) Keluhan utama : nyeri kepala disertai penurunan kesadaran.
4) Riwayat penyakit dahulu : pernah, atau tidak menderita infeksi telinga (otitis
media, mastoiditis) atau infeksi paru – paru (bronkiektaksis, abses paru,
empiema), jantung (endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit).
5) Aktivitas / istirahat
Gejala : malaise
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter.
6) Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis
Tanda : TD : meningkat
N : menurun (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada
vasomotor).
7) Eliminasi
Gejala : -
Tanda : adanya inkonteninsia dan atau retensi.
8) Nutrisi
Gejala : kehilangan nafsu makan, disfagia (pada periode akut)
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
9) Hygiene
Gejala : -
Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan, perawatan diri (pada
periode akut).
10) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan penglihatan.
Tanda : penurunan status mental dan kesadaran. Kehilangan memori, sulit
dalam keputusan, afasia, mata : pupil unisokor (peningkatan TIK), nistagmus,
kejang umum lokal.
11) Nyeri / kenyamanan
Gejala : sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher /
pungung kaku.
Tanda : tampak terus terjaga, menangis / mengeluh.
12) Pernapasan
Gejala : adanya riwayat infeksi sinus atau paru
Tanda : peningkatan kerja pernapasan (episode awal). Perubahan mental
(letargi sampai koma) dan gelisah
13) Keamanan
Gejala : adanya riwayat ISPA / infeksi lain meliputi : mastoiditis, telinga
tengah, sinus abses gigi, infeksi pelvis, abdomen ataukulit, fungsi lumbal,
pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera kepala.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungn dengan kurangnya darah ke
jaringan otak
2) Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
3) Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurang nutrisi
4) Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran akibat
tekanan pada serebelum (otak kecil)
5) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan.
L. INTERVENSI
1) Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungn dengan kurangnya darah ke
jaringan otak
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan
kembali normal dengan kriteria hasil :
a) TTV normal
b) Kesadaran pasien kembali seperti sebelum sakit
c) Gelisah hilang
d) Ingatanya kembali seperti sebelum sakit
Intervensi :
a) Memantau status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan
keadaan normalnya seperti GCS
b) Memantau frekuensi dan irama jantung
Rasional :
a) Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan
potensi TIK adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi,
penyebaran, luas,dan perkembangan dari kerusakan
b) Perubahan pada frekuensi dan disritmia dapat terjadi yang
mencerminkan trauma atau tekanan batang otak tentang ada tidaknya
penyakit
Intervensi :
a) Memberikan lingkungan yang tenang
b) Meningkatkan tirah baring, bantu perawatan diri pasien
Rasional :
a) Menurunkan reaksi terhadap stimulus dari luar dan meningkatkan
istirahat
b) Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
Intervensi :
a) Mengkaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan
b) Memberi makanan dalam jumlah kecil dan sering
Rasional :
a) Menentukan pemilihan terhadapjenis makanan sehingga pasien
terlindungi dari aspirasi
b) Meningkatkan proses pencernaan dan kontraksi pasien terhadap nutrisi
yang diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan
Intervensi :
a) Memeriksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada
kerusakan yang terjadi.
b) Mengkaji derajat imobilitas pasien dengan menggunakan skala
ketergantungan (0 – 4)
Rasional :
a) Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan
mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan.
b) Seseorang dalam semua kategori sama – sama mempunyai risiko
kecelakaan namun katagori 2 – 4 mempunyai resiko terbesar untuk
terjadinya bahaya tsb sehubungan dengan imobilisasi.
Rasional :
a) Membantu pasien untuk memisahkan pada realitas dari perubahan
persepsi, gangguan fungsi kognitif dan atau penurunan penglihatan dapat
menjadi potensi timbulnya disorientasi dan ansietas
b) Mengurangi kelelahan, mencegah kejenuhan, memberikan kesempatan
untuk tidur REM (ketidakadaan tidur REM ini dapat meningkatkan
gangguan persepsi sensori
DAFTAR PUSTAKA