Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat
berteduh/tempat tinggal (rumah). Manusia membutuhkan pakaian untuk menutupi tubuhnya
dari terik matahari dan dinginnya udara malam. Namun seiring dengan perkembangan
kehidupan manusia, pakaian juga digunakan sebagai simbol status, jabatan, ataupun
kedudukan seseorang yang memakainya. Kenaikan jumlah penduduk Indonesia juga memiliki
pengaruh terhadap kenaikan jumlah permintaan pakaian. Sebagai contohnya, adalah PT
Pronesia, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang tekstil yaitu pembuatan kain, dapat
dilihat bahwa ada 3 proses dalam pembuatan kain, yaitu pemintalan (spinning), pertenunan
(weaving), dan pencelupan (dyeing finishing). Dilihat pada proses finishing, dari tahun ke
tahun hasil produksi kain hampir selalu mengalami peningkatan, hanya pada tahun 2007 saja
yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.
K3 sendiri merupakan kepanjangan dari kesehatan keselamatan kerja, hal ini
membahas mengenai hak serta kewajiban yang di tanggungkan pada suatu tempat kerja, bisa
juga meliputi jamsostek,cuti hamil,pemberian ganti rugi bagi pekerja yang mengalami cacat
fisik. Hal ini penting untuk di berikan kepada setiap anggota dari tenaga kerja sehingga
kesejahteraan tenaga kerja bisa tercapai.
Keterjaminan kesejahteraan tenaga kerja juga akan memberi dampak secara langsung maupun
tidak langsung pada hasil yang dihasilkan karena hal tersebut berkaitan dengan kondisi psikis
seseorang.
Mengacu pada pernyataan diatas penulis melakukan observasi di suatu tempat industry yaitu
di konveksi yang bernama “gudang soak” yang bertempat di jalan jodipan wetan no 14
malang. Tujuannya guna mengetahui seberapa jauh penerapan UU K3 di industry tersebut.
Observasi ini dilakukan selain untuk mengetahui seberapa jauh tingkat penerapan K3 di
industry tersebut juga untuk memenuhi tugas mata kuliah K3 yang kemudian disajikan dalam
bentuk makalah.

II. Tujuan
A. Menambah informasi mengenai UU yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan
kerja.
B. Mengetahui seberapa tingkat penerapan K3 di industry konveksi.
C. Dapat menurunkan terjadinya kecelakaan pada pekerja.
D. Dapat meningkatkan kesadaran mengenai kesehatan dan pentingnya jaminan kesehatan
bagi pekerja.
E. Mengetahui berbagai dampak penerapan K3 di industry terhadap hasil produksi
F. Mengetahui cara untuk mengatasi serta mencegah terjadinya kecelakaan kerja di industry.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pabrik Konveksi
A. Proses Produksi
Proses produksi suatu baju di konveksi gudang soak ini diawali dengan
pemesaan terlebih dahulu, pemesan bisa sesuka hati memilih model busana yang
dikehendaki,pemesanan ini bisa dari luar maupun dalam kota malang sendiri,
biasanya para pemesan memberi contoh baju apa yang ingin dibuat,bila tidak ada
contohnya bisa dengan menggunakan sketsa. Kemudian dilanjutkan dengan
pemilihan bahan yang akan digunakan untuk busana tersebut,pemilihan ini amat
penting,Karena hal ini juga memberi pengaruh terhadap kualiatas suatu busana.
Proses selanjutnya ialah pembuatan pola baju, dalam proses ini kain akan tata
kemudian dipotong sesuai dengan pola yang telah dibuat, cara pembuatan pola yang
digunakan dalam konvesi tersebut, a) dengan menggunakan jiplakan yang telah
dibuat biasanya terbuat dari kertas, b) dengan mendedel contoh baju yang telah
dibawa oleh si pemesan, dari dedelan tersebut akan terbagi dalam beberapa pola, pola
inilah yang dijiplak di bahan c) tanpa jiplakan, maksudnya disini pola busana yang
akan dibuat langsung digambar dibahan, kemudian langsung dipotong. Pemotongan
bahan, ada 3 alat gunting yang digunakan untuk memotong bahan, a) gunting kain
biasa gunting ini biasa digunakan untuk bahan kain yang hanya beberapa lapis, tidak
terlalu banyak. Gunting inilah yang sering kita jumpai ketika ingin memotong
sesuatu. b) gunting kain yang sedang, gunting ini digunakan untuk ketebalan yang
sedang, yaitu kurang lebih sekitar 10 lapis kain, gunting ini bentiknya sama sekali
berbeda dengan gunting yang sering kita jumpai. c) gunting kain yang digunakan
untuk memotong bahan dengan ketebalan yang amat tebal, cara penggunaan mesin
gunting ini hampir sama dengan yang sedang tadi,mesin gunting jenis ini bisa
menggunting dengan ketebalan mencapai kurang lebih 10 cm. proses selanjutnya
yaitu penjahitan busana, dalam konveksi ini cara menjahit busananya tidak per
bagian-bagian, maksudnya jahit busananya itu satu orang menjahit satu baju utuh dari
awal sampai akhir tanpa dioper pada orang lain. Setelah selesai menjahit proses yang
paling akhir yaitu proses packing. Proses ini meliputi pengepresan busana, melipat
busana, serta pemasukan busana dalam plastik kemas. Setelah selesai dikemas barang
siap untuk dikrimkan kepada pelanggan.

B. Identifikasi Permasalahan
A. Faktor lingkungan kerja
Faktor ini amat berpengaruh terhadap meningkat atau tidaknya suatu tempat
usaha seperti konvesi/garmen. Jika perusahaan dapat menurunkan tingkat dan
beratnya kecelakaan – kecelakaan kerja, penyakit, dan hal – hal yang berkaitan
dengan stress, serta mampu meningkatkan kulitas kehidupan kerja para pekerja,
perusahan akan semakin efektif. Peningkatan – peningkatan terhadap hal ini akan
mengasilkan :
a) Mengingkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang
hilang
b) Menginkatnya efisensi dan kualitas kerja yang lebih berkomitmen
c) Menurunnya biaya – biaya kesehatan dan asuransi
d) Tingkat Kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim

2
e) Rasio seleski tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra
perusahaan

B. Potensi bahaya kecelakaan kerja


Tentunya suatu garmen/konvesi seperti halnya di tempat observasi kami tidak
menginginkan suatu kecelakaan yang terjadi pada karyawan mereka, tetapi suatu
kecelakaan kerja bisa terjadi setiap saat, seperti halnya yang pernah terjadi di
konvesi gudang soak,ada seorang karyawan dibagian pemotong kain/bahan tledor
sehingga mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja,yaitu berupa tangannya
terkena mesin pemotong. Suatu badan perusahaan/industry sebaiknya lebih
memperhatikan hal ini karena hal ini bila terjadi suatu musibah pada karywan
akan merugikan perusahaan sendiri,karena perusahaan harus memberi ganti rugi,
hasil yang didapat akan menurun karena kehilangan seorang pegawai. Jadi,
sebaiknya konvesi gudang soak maupun perusahaan lain lebih memperhatikan
hal tersebut.agar omset yang didapat lebih meningkat lagi.

C. Kererasian peralatan dan sarana kerja dengan tenaga kerja


Di tempat konveksi gudang ini memiliki dua orang pemilik yaitu pak faisol
serta adik kandungnya yang bernama pak yudi, dari dua orang pemilik ini hasil
yang di hasilkan tidak hanya pada konveksian kemeja saja, tapi juga tempat
pembordiran serta ada juga tempat pembuatan kaos banyak yang telah memesan
di tempat itu seperti halnya SMKN 1 BEKASI saat membuat kaos olahraga dari
sekolah mereka. Peralatan yang ada ditempat itu beragam ada mesin pemotong
kain manual,pemotong kain mesin, mesin besar/high speed,mesin obras,mesin
pembuat lubang kancing, di ruang yang berbeda ada mesin pembuat bordiran, ada
mesin untuk membuat rantai,mesin memasang rib,mesin untuk menjahit kain
kaos, serta banyak lagi mesin yang ada di tempat tersebut. Pemilik dari gudang
soak sangatlah mengerti tentang pegawainya. Beliau memempatkan orang yang
telah lama berkecimpung didunia pembuatan busana di bagian pembuatan pola
dan pemotang pola, karena ujung tombak dalam pembuatan busana ada di bagian
tersebut, bila pada terjadi kesalahan pada bagian ini akan menyebabkan gangguan
juga pada bagian yang lainnya sesuai atau tidak sesuainya model juga bergantung
pada bagian ini, sehingga pak faisol mengangkat orang bagian ini sebagai tangan
kanannya, yaitu orang yang telah mendapat kepercayaan dari pak faisol untuk
mengarahkan para pegawai lain bila pak faisol tidak ada. Sebagian pegawai di
tempat itu adalah laki-laki hal ini dikarenakan agar peralatan yang berat-berat
bisa dikerjakan oleh mereka, tanpa merasa kesulitan karena pemiliknya sangat
kasihan bila dikerjakan oleh seorang wanita.

D. Faktor Manusia
Faktor ini biasanya diakibatkan karena seseorang kurang teliti,kurang
memperhatikan keselamatan kerja,akhirnya berdampak pada hasil yang akan di
hasilkan. Seharusnya sebagai karyawan harus bisa melindungi dirinya sendiri
sehingga dia akan tetap merasa aman dan bisa terhindar dari hal yang tidak
diinginkan, seperti terjadinya kecelakaan kerja yang dilakukan si pekerja sendiri
dan berakibat pada kesehatan pekerja serta merugikan perusahaan atau industry
tempet si pekerja bekerja. Perlingdungan bisa dilakukan dengan menggunakan
berbagai alat pelindung diri ketika sedang bekerja, suatu alat pelindung diri
seharusnya bisa memberi kenyamanan serta keamanan bagi si pemakai.

3
BAB III
PEMBAHASAN

 Upaya Penanggulangan
Bila penyebabnya sudah diidentifikasi, strategi – strategi dapat
dikembangkan untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya – bahaya kerja.
Untuk menentukan apakah suatu strategi efektif atau tidak, perusahaan dapat
membandingkan insiden, kegawatan, dan frekuensi penyakit – penyakit dan
kecelakaan sebelum dan sesudah strategi tersebut diberlakukan :
1. Memantau Tingkat Keselamtan Dan Kesehatan Kerja
Mewajibkan perusahaan – perusahaan untuk menyimpan catatan insiden –
insiden kecelakaan dan kasus penyakit yang terjadi dalam perusahaan.
Perusahaan juga mencatat tingkat kegawatan dan frekuensi setiap kecelakaan atau
kasus penyakit tersebut
a) Tingkat Insiden
Indeks keamanan industri yang paling ekspilist adalah tingkat insiden yang
menggambarkan jumlah kecelakaan dan penyakit dalam satu tahun. Hal ini patut
diterapkan dalam suatu tempat konveksi agar, setiap tahunnya ada
pengevaluasian mengenai seberapa tingkat kecelakaan yang terjadi.
b) Tingkat Frekuensi
Tingkat frekuensi mencerminkan jumlah kecelakaan dan penyakit setiap satu juta
jam kerja bukan dalam tahunan seperti dalam tingkat insiden. Biasanya tingkat
frekuensi ini sering di sajikan dalam bentuk diagram batang.
c) Tingkat Kegawatan
Tingkat kegawatan menggambarkan jam kerja yang hilang karena kecelakaan
atau penyakit,inilah akibatnya bila suatu tempat konveksi kurang memperhatikan
tentang keselamatan kerja, badan usaha tersebut akan merugi dikarenakan omset
yang didapat menurun.
d) Mengendalikan Kecelakaan
Cara terbaik untuk mencegah kecelakaan dan meningkatkan keselamatan kerja
barang kali adalah dengan merancang lingkungan kerja sedemikian rupa sehingga
kecelakan tidak akan terjadi.
e) Ergonomis.
Di tempat kerja sangat memperhatikan hal tersebut, karena hal ini merupakan
cara lain yang bisa dilakukan untuk meningkatakan keselamatan kerja yaitu
dengan membuat pekerjaan itu sendiri menjadi lebih nyaman dan tidak terlalu
melelahkan bagi pekerja.
2. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja memberi dampak pada kesehatan bagi pekerja, misalnya : bila
tempat kerja tidak bersih maka kurang sedap dipandang, serta akan
memimbulkan gangguan terhadap kesehatan diri seorang karyawan/pegawai.
Beradasarkan observasi yang kami lakukan disana telah menerapkan berbagai
kegiatan yang berkaitan penjagaan lingkungan, disana telah diadakan jadwal
giliran untuk piket sebelum bekerja, serta di mesin disertai dengan adanya
kantong untuk membuang sampah sehingga kebersihan bisa di jaga selalu.
3. Keselamatan kerja
Keselamatan saat bekerja amatlah penting, karena itu perlu adanya pantauan dari
pihak pemilik produksi sendiri.

4
BAB IV
PENUTUP
Beberapa kegiatan/lingkungan pada penjahit yang dapat mengakibatkan kecelakan dan
penyakit akibat kerja diantaranya adalah potensial hazard lingkungan fisik, potensial hazard
lingkungan biologi, dan potensial hazard lingkungan kimia.
Contoh potensial hazard llingkungan fisik adalah : tata ruang, kebisingan dan polusi, sikap tubuh,
peralatan kerja dan getaran. Potensial hazard lingkungan biologi adalah bakteri yang ada pada kain
yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan pakaian. Selain itu ada juga potensial hazard
lingkungan kimia contohnya akibat zat pewarna yang digunakan pada proses pewarnaan pakaian yang
dapat menagkibatkan perih pada mata.
Penggunaan APD pada tukang jahit tidak diberlakukan pada semua aspek kegiatan kerja misalnya
pekerja hanya menggunakan kursi dengan sandaran dilengkapi dengan bantal kursi. Akan tetapi
mereka tidak memperhitungkan kemungkinan yang dapat disebabkan karena penggunaan gunting
dalam waktu yang lama sehingga gunting yang digunakan tidak dilapisi dengan pelindung agar tidak
mencederai tangan.
Pada usaha penjahitan ini saat pekerja membuat pola dan melakukan pengguntingan kain dan pola
diletakkan diatas meja untuk digunting. Hal ini merupakan salah satu cara pencegahan PAK pada
tukang jahit.
Akan tetapi, pada tempat usaha penjahitan pakaian ini tidak dilengkapi dengan peralatan kesehatan
seperti kotak P3K. Hal ini dapat membantu jika sewaktu waktu terjadi kecelakaan kerja. Dengan
adanya kotak P3K ini dapat memberikan pertolongan pertama pada pekerja saat mengalami cedera.

5
DAFTAR PUSAKA
https://k3tium.wordpress.com/2012/11/14
http://mudrika51.blogspot.com/2015/12
https://www.scribd.com/document/329812459/k3-Di-Industri-Konveksi

Anda mungkin juga menyukai