Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

“ Metode Pembangunan Partisipatif dan Upaya Penanggulangan Kemiskinan


dan Ketimpangan Pembangunan “

Diajukan sebagai salah satu persyaratan


Ujian akhir semester (UAS)

Disusun oleh :

Nama : Sophie Vania


NIM : 15.360.21.053

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYA
JAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

1. Pembangunan partisipatif & Kemiskinan

Pembangunan partisipatif yaitu pembangunan yang memposisikan masyarakat


sebagai subyek atas program pembangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan
mereka sendiri. Pelibatan masyarakat mulai dari tahap perencanaan-pelaksanaan-
monitoring-evaluasi. Pengerahan massa (mobilisasi) diperlukan jika program
berupa padat karya. Korten dalam Supriatna (2000: 65) mengatakan bahwa
pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia, dalam
pelaksanaannya sangat mensyaratkan keterlibatan langsung pada masyarakat
penerima program pembangunan. Karena hanya dengan partisipasi masyarakat
penerima program, maka hasil pembangunan ini akan sesuai dengan aspirasi dan
kebutuhan masyarakat. Oleh karenanya salah satu indikator keberhasilan
pembangunan adalah adanya partisipasi masyarakat penerima program. Begitu
juga menurut Conyers (1991: 154), yang mengatakan terdapat tiga alasan utaa
mengapa partisipasi masyarakat menjadi sangat penting dalam pembangunan,
yaitu: Pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh
informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa
kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal. Alasan
Kedua, yaitu bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program
pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaanya,
karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut. Ketiga, adanya
anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi masyarakat dilibatkan dalam
pembangunan masyarakat sendiri.

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah/negara indonesia adalah


kemiskinan, dewasa ini pemerintah belum mampu menghadapi atau menyelesaikan
permasalahan tersebut, padahal setiap mereka yang memimpin Negara Indonesia
selalu membawa kemiskinan sebagai misi utama mereka disamping misi-misi yang
lain.

Remi dan Tjiptoherijanto (2002:1), mengatakan bahwa upaya menurunkan


tingkat kemiskinan telah dimulai awal tahun 1970-an diantaranya melalui program
Bimbingan Masyarakat (Bimas) dan Bantuan Desa (Bandes). Tetapi upaya tersebut
mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun 1980-an, yang juga berarti
upaya penurunan kemiskinan di tahun 1970-an tidak maksimal, sehingga jumlah
orang miskin pada awal 1990-an kembali naik. Disamping itu kecenderungan
ketidakmerataan pendapatan melebar yang mencakup antar sektor, antar kelompok,
dan ketidakmerataan antar wilayah.

Kondisi kemiskinan Indonesia semakin parah akibat krisis ekonomi pada tahun
1998. Namun ketika pertumbuhan ekonomi yang sempat menurun akibat krisis
dapat teratasi dan dapat dipulihkan, kemiskinan tetap saja sulit untuk
ditanggulangi. Pada tahun 1999, 27% dari total penduduk Indonesia berada dalam
kemiskinan. Sebanyak 33,9% penduduk desa dan 16,4% penduduk kota adalah
orang miskin. Krisnamurthi dalam Nyayu Neti Arianti, dkk, (2004:3).

Salah satu prasyarat keberhasilan pengentasan kemiskinan adalah dengan cara


mengidentifikasi kelompok sasaran dan wilayah sasaran dengan tepat. Program
pengentasan dan pemulihan nasib orang miskin tergantung dari langkah awal yaitu
ketetapan mengidentifikasi siapa yang dikatakan miskin dan di mana dia berada.
Aspek di mana “si miskin” dapat ditelusuri melalui si miskin itu sendiri serta
melalui pendekatan-pendekatan profil wilayah atau karakter geografis.

pada masa kepemimpinan SBY pemerintah indonesia juga meluncurkan program


penanggulangan kemiskinan seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai), KUR (Kredit
Usaha Rakyat), pengembangan UMKM, PNPM Mandiri, dan masih banyak
program-program lainnya, akan tetapi belum mampu mementaskan masyarakat
indonesia dari jurang kemiskinan yang semakin hari semakin menyiksa dan
menganiaya. Keadaan ini sudah seharusnya menjadi sebuah evaluasi diri bagi
pemerintah untuk dapat terus merencanakan serta mengambil sebuah kebijakan
yang dapat membawa indonesia keluar dari jurang kemiskinan. Tidak penulis
pungkiri memang, bahwa usaha pemerintah dalam penanggulangan masalah
kemiskinan sangatlah serius, bahkan merupakan salah satu program prioritas akan
tetapi hasilnya belum cukup memuaskan.
BAB II

PEMBAHASAN

2. Prinsip-prinsip, Metode & upaya penanggulangan kemiskinan

Prinsip- Prinsip dalam perencanaan pembagunan adalah :

 Ada identifikasi stakeholders yang relevan untuk dilibatkan dalam proses


perumusan visi, misi, dan agenda SKPD serta dalam proses pengambilan
keputusan penyusunan renstra SKPD;
 Ada kesetaraan antara government dan non government stakeholders dalam
pengambilan keputusan;
 Ada transparansi dan akuntabilitas dalam proses perencanaan;
 Ada keterwakilan yang memadai dari seluruh segmen masyarakat, terutama
kaum perempuan dan kelompok marjinal;
 Ada sense of ownership masyarakat terhadap renstra SKPD
 Ada pelibatan media;
 Ada konsensus atau kesepakatan pada semua tahapan penting pengambilan
keputusan seperti perumusan prioritas isu dan permasalahan, perumusan tujuan,
strategi, dan kebijakan, dan prioritas program..

Manfaat Perencanaan Partisipatif


 Sebagai pendorong masyarakat dalam merubah kebutuhan masyarakat dari
keinginan (felt need) menjadi nyata (real need), sehingga Pelaksanaan program
lebih terfokus pada kebutuhan masyarakat.
 Perencanaan dapat menjadi stimulasi terhadap masyarakat, untuk merumuskan
den menyelesaikan masalahnya sendiri;
 Program dan pelaksanaannya lebih aplikatif terhadap konteks sosial, ekonomi,
dan budaya serta kearifan lokal, sehingga memenuhi kebutuhan masyarakat;
 Menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab di antara semua pihak terkait
dalam merencanakan dan melaksanakan program, sehingga dampaknya dan
begitu pula program itu berkesinambungan;
 Perlunya memberikan peran bagi semua orang untuk terlibat dalam proses,
khususnya dalam pengambilan dan pertanggungjawaban keputusan, sehingga
memberdayakan semua orang yang terlibat (terberdayakan);
 Kegiatan-kegiatan pelaksanaan menjadi lebih obyektif dan fleksibel
berdasarkan keadaan setempat;
 Memberikan transparansi akibat terbuka lebarnya informasi dan wewenang;
 Memberikan kesempatan masyarakat untuk menjadi mitra dalam perencanaan.

Metode Perencanaan Partisipatif

1. Metode Participatory Rural Appraisal (PRA)


Teknik untuk menyusun dan mengembangkan program yang operasional dalam
pembangunan desa. Metode ini ditempuh dengan memobilisasi sumberdaya
manusia, alam setempat, lembaga lokal guna mempercepat peningkatan
produktivitas, menstabilkan dan meningkatkan pendapatan masyarakat, serta
mampu pula melesetarikan sumber daya setempat
Metode ini menekankan adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam
merencanakan pembangunan (penyelesaian masalah) mulai dari pengenalan
wilayah, pengidentifikasian masalah sampai penentuan skala prioritas.
Teknik PRA antara lain: (1) Secondary Data Review (SDR)- Tinjau Data
Sekuder; (2) Direct Observation-Observasi Langsung; (3) Semi-Structured
Interviewing (SSI)-Wawancara Semi Tersruktur; (4) Focus Group Discussion
(FGD)-Diskusi Kelompok Terfokus; (5) Preference Ranking and Scoring; (6)
Direct Matrix Ranking; (7) Peringkat Kesejahteraan; (8) Pemetaan Sosial; (9)
Transek (Penelusuran); (10) Kalender Musim; (11) Alur Sejarah; (12) Analisa
Mata Pencaharian; (13) Diagram Venn; (14) Kecenderungan dan Perubahan.

2. Metode Rapid Rural Appraisal (RRA)


Pengumpulan informasi dari pihak luar (outsider), kemudian data dibawa pergi,
dianalisa dan peneliti tersebut membuat perencanaan tanpa menyertakan
masyarakat. RRA lebih bersifat “penggalian informasi”, sedangkan PRA
dilaksanakan bersama-sama masyarakat, mulai dari pengumpulan informasi,
analisa, sampai perencanaan program.

3. Metode Kaji-Tindak Partisipatif


Esensinya menunjuk pada metodologi Participatory Learning and Action atau
belajar dari bertindak secara partisipatif; belajar dan bertindak bersama, aksi
refleksi partisipatif. Penggunaan istilah PLA dimaksudkan untuk menekankan
pengertian partisipatif pada proses belajar bersama masyarakat untuk
pengembangan. Kajian partisipatif menjadi dasar bagi tindakan partisipatif. Jika
dari suatu tindakan terkaji masih ditemui hambatan dan masalah, maka kajian
partisipatif diulang kembali untuk menemukan jalan keluar, demikian seterusnya.

3. Penanggulangan kemiskinan dengan pembangunan partisipatif

Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi


kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan
dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan
merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif .

dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan, dll.

Tindakan nyata dari pemerintah dalam mengurangi jumlah penduduk miskin


dituangkan dalam bentuk programprogram pengentasan kemiskinan yang
didasarkan pada strategi dan kebijaksanaan 12 (Bappenas, 2000b).
Dalam upaya menanggulangi kemiskinan ada dua strategi utama yang dapat
ditempuh, yaitu :
(1) melakukan berbagai upaya untuk melindungi rumah tangga dan kelompok
masyarakat miskin sementara sebagai dampak krisis ekonomi,
(2) membantu masyarakat yang mengalami kemiskinan struktural dengan
memberdayakan mereka agar mempunyai kemampuan yang tinggi untuk berusaha
dan mencegah terjadinya kemiskinan baru.
kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan secara umum dapat dibedakan
dalam tiga kelompok, yaitu :
(1) kebijaksanaan yang secara tidak langsung mengarah pada sasaran tapi
memberikan dasar tercapainya suasana yang mendukung kegiatan sosial ekonomi,
(2) kebijaksanaan yang secara langsung mengarah pada pening
katan kegiatan ekonomi kelompok sasaran,
(3) kebijaksanaan khusus menjangkau masyarakat miskin melalui program
program yang spesifik.Adapun program program pengentasan kemiskinan yang
sejak lama telah dilaksanakan oleh pemerintah ada tiga paket program (Bappenas,
2000b).
Ketiga paket tersebut masing- masing adalah:
(1) paket program penanggulangan kemiskinan yang terdiri dari Program Prasarana
Pendukung Desa Tertinggal (P3DT), Program Pengembangan Kecamatan (PPK),
Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), Program Makanan
Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) dan Dana Bantuan Operasional Pemeliharaan
Puskesmas,
(2) paket program pembangunan sektoral antara lain: program penyediaan
prasarana dasa Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 1 No. 2, Juni 2003 : apo
pemukiman (kawasan kumuh, perkotaan dan pemukiman nelayan), program
peningkatan pendapatan petani/nelayan kecil (P4K), bantuan kredit usahatani,
bantuan sarana produksi, bantuan modal usaha dan lainlain, (3) Paket Program
Jaring Pengaman Sosial (JPS), yang terdiri dari Program Pemberdayaan Daerah
Dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE), Operasi Pasar Khusus
(OPK) beras, Bantuan Beasiswa Sekolah, Program Padat Karya dan Program
Prakarsa Khusus bagi Penganggur Perempuan.

Jaminan Pegaman Sosial (JPS)

pemukiman (kawasan kumuh, perkotaan dan pemukiman nelayan), program


peningkatan pendapatan petani/nelayan kecil (P4K), bantuan kredit usaha tani,
bantuan sarana produksi, bantuan modal usaha dan lainlain, (3) Paket Program
Jaring Pengaman Sosial (JPS), yang terdiri dari Program Pemberdayaan Daerah
Dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE), Operasi Pasar Khusus
(OPK) beras, Bantuan Beasiswa Sekolah, Program Padat Karya dan Program
Prakarsa Khusus bagi Penganggur Perempuan.Jaring Pengaman Sosial
(JPS)Program yang secara khusus diaplikasikan sebagai upaya untuk membantu
masyarakat miskin akibat krisis ekonomi adalah program Jaring Pengaman Sosial
(JPS). Program ini sangat intensif, luas dan komplek dan dalam pelaksanaannya
memiliki banyak kelemahan dan kendala sehingga mendapat sorotan dari berbagai
fihakDengan alasan demikian, tulisan ini memfokuskan diskusi pada program
nasional JPS dalam bagian berikut ini.Tim Koordinasi Pengelolaan Program
Program Jaring Pengaman Sosial mengidentifikasikan tujuan, kegiatan dan
sasaran program JPS meliputi hal hal sebagai berikut: (1) memulihkan kecukupan
pangan yang terjangkau oleh masyarakat miskin, (2) menciptakan kesempatan
kerja produktif dan meningkatkan pendapatan serta daya beli masyarakat miskin,
(3) meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin, (4) memulihkan pelayanan
sosial dan ekonomi bagi masyarakat miskin, dan (5) memulihkan kegiatan
ekonomi rakyat. JPS merupakan program jangka pendek yang dilaksanakan dalam
masa penyelamatan yang terdiri dari empat jenis kegiatan yaitu ketahanan pangan,
perlindungan sosial, penyediaan lapangan kerja dan sumber pendapatan, dan
penyediaan kredit murah yang didiskusikan secara terpisah.

Ketahanan Pangan
Program Ketahanan Pangan memiliki sasaran agar keluarga masyarakat miskin
yang terpuruk akibat adanya krisis ekonomi masih bisa mendapatkan pangan
dengan mudah dan harga terjangkau. Dengan demikian diharapkan kondisi rawan
pangan dapat dihindari. Program ini dilaksanakan melalui empat rancangan
kegiatan yaitu penyediaan cadangan pangan, bantuan pangan melalui Operasi
Pasar Khusus (OPK), intensifikasi produksi pangan dan subsidi modal dan pupuk.
Sasaran penyediaan beras murah (OPK) diberikan pada keluarga miskin, yaitu
KeluargaPra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1. Disamping OPK, berbagai
bantuan pangan seperti terigu, minyak goreng dan kedelai diberikan pula kepada
penduduk miskin. Untuk kegiatan lainnya disediakan pupuk dan berbagai sarana
produksi dan rancangan kredit murah serta pendamping bagi petani
kecil.Sedangkan hasil yang diharapkan dari kegiatan ini agar produksi pangan
kembali meningkat sehingga masyarakat dengan mudah dapat memperoleh
kebutuhan dasarnya berupa bahan makanan dengan harga yang terjangkau

Perlindungan social
Program ini khususnya ditujukan untuk memelihara pelayanan kesehatan dan
pendidikan bagi keluarga miskin terutama akibat adanya krisis ekonomi. Kegiatan
yang dilaksanakan adalah untuk membantu masyarakat miskin di sektor kesehatan
dan pendidikan akibat meningkatnya harga kebutuhan hidup termasuk obat-obatan
dan biaya sekolah. Kegiatan program meliputi subsidi untuk obatobatan dan
beberapa peralatan medis yang diimpor, pemberian Dana Bantuan Operasional
(DBO) sekolah, pemberian Beasiswa dan Makanan Tambahan Anak Sekolah,
pelayanan kesehatan gratis dan makanan tambahan bagi ibu hamil dan anak balita,
tambahan gizi, kartu sehat untuk berobat di Puskesmas. Disamping itu disediakan
pula bantuan untuk panti asuhan dan anak jalanan. Hasil yang diharapkan
dariprogram ini adalah untuk mencegah terjadinya putus sekolah dan kekurangan
gizi serta terjangkaunya biaya pelayanan kesehatan dan meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat miskin.

Penyediaan lapangan kerja dan sumber pendapatan


Sasaran geografis kegiatan ini ada di wilayah wilayah yang mengalami kontraksi
pertumbuhan ekonomi yang parah terutama sektor industri dan jasa (daerah urban)
dan pedesaan yang gagal panen. Kegiatan tersebut dapat menyerap tenaga kerja
dalam jumlah besar dan mampu memelihara tingkat pelayanan sosial dan ekonomi
masyarakat. Target sasaran adalah penduduk miskin yang terpuruk akibat krisis
ekonomi. Program ini meliputi perubahan dan konsolidasi serta perancangan ulang
sebagian proyek proyek biasa menjadi proyek padat karya, seperti Program
Pembangunan Kecamatan (PPK), Program Pendukung Prasarana Desa Tertinggal
(P3DT), PadatKarya Khusus Desa Kota (PDKMK), Pelatihan kembali tenaga
terampil yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan Pemberdayaan
Daerah Dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE)13 Program ini
memberikan kesempatan dan kemampuan pada masyarakat atau kelompok
masyarakat untuk memilih kegiatan yang paling tepat menurut keadaan desa dan
kebutuhan masyarakatnya. Pilihan kegiatan dan jenis usaha serta sasaran atau
target kelompok ditentukan secara musyawarah oleh kelompok masyarakatyang
diorganisasikan, misalnya melalui Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD).
Program ini dimungkinkan adanya pemantauan dan pengawasan langsung oleh
masyarakat social control Adapun hasil yang diharapkan dengan dilaksanakannya
berbagai kegiatan di dalam program ini adalah peningkatan daya beli masyarakat
miskin baik di perkotaan maupun di pedesaan, roda perekonomian rakyat kembali
bergerak dan meningkatnya fungsi sarana dan prasarana sosial ekonomi.Sementara
itu, pegelolaan program ini beragam sesuaidengan dana dan rancangan kegiatan.
Kegiatan sektoral dilakukan oleh departemen yang bersangkutan, sedangkan untuk
kegiatan lainnya dibentuk tim koordinasi yang beranggotakan unsur instansi
terkait, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi dan konsultan
yang membantu pelaksanaan program sebagai fasilitator. Monitoring dilakukan
oleh badan independen seperti Gugus Kendali Nasional dan Pemerintah Daerah
dalam fungsinya sebagai pengawas dan pembina program.

Kredit murah

Program kredit murah ini dirancang untuk membantu usahawan kecil, menengah
dan koperasi untuk berproduksi kembali dan memulihkan kegiatan ekonomirakyat.
Program ini dilaksanakan melalui berbagai rancangan kredit murah yang
dikembangkan untuk semua jenis kegiatan mulai dari produksi, distribusi,
perdagangan sampai penyediaan jasa ekonomi. Salah satu rancangan kredit ini
adalah kredit usahatani (KUT) yang dikaitkan dengan peningkatan usaha pertanian
mulai dari produksi, pengolahan hasil, distribusi dan perdagangan serta jasa
pendukungnya. Dengan dilaksanakannya program ini diharapkan akan terjadi
pergerakan kembali fungsi produksi, distribusi dan pemasaran dari prekonomian
rakyat.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Pembangunan partisipatif yaitu pembangunan yang memposisikan


masyarakat sebagai subyek atas program pembangunan yang diperuntukkan
bagi kepentingan mereka sendiri,
Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan
alat pemenuh kebutuhan.
Untuk menanggulangi kemisikina, metode pembangunan partisipatif
masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya adalah
Jaminan Pengaman Sosial ) Paket Program Jaring Pengaman Sosial (JPS),
yang terdiri dari Program Pemberdayaan Daerah Dalam Mengatasi Dampak
Krisis Ekonomi (PDMDKE), Operasi Pasar Khusus (OPK) beras, Bantuan
Beasiswa Sekolah, Program Padat Karya dan Program Prakarsa Khusus bagi
Penganggur Perempuan.Jaring Pengaman Sosial (JPS)Program yang secara
khusus diaplikasikan sebagai upaya untuk membantu masyarakat miskin
akibat krisis ekonomi adalah program Jaring Pengaman Sosial (JPS),
Program ketahanan pangan Program ini dilaksanakan melalui empat
rancangan kegiatan yaitu penyediaan cadangan pangan, bantuan pangan
melalui Operasi Pasar Khusus (OPK), intensifikasi produksi pangan dan
subsidi modal dan pupuk. Sasaran penyediaan beras murah (OPK) diberikan
pada keluarga miskin, yaitu KeluargaPra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1.
Disamping OPK, berbagai bantuan pangan seperti terigu, minyak goreng dan
kedelai diberikan pula kepada penduduk miskin. Perlindungan social
Program ini khususnya ditujukan untuk memelihara pelayanan kesehatan
dan pendidikan bagi keluarga miskin terutama akibat adanya krisis ekonomi.
Penyediaan lapangan kerja dan sumber pendapatan Program ini meliputi
perubahan dan konsolidasi serta perancangan ulang sebagian proyek proyek
biasa menjadi proyek padat karya, seperti Program Pembangunan
Kecamatan (PPK), Program Pendukung Prasarana Desa Tertinggal(P3DT),
PadatKarya Khusus Desa Kota (PDKMK), Pelatihan kembali tenaga
terampil yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan
Pemberdayaan Daerah Dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi
(PDMDKE)13 Program ini memberikan kesempatan dan kemampuan pada
masyarakat atau kelompok masyarakat untuk memilih kegiatan yang paling
tepat menurut keadaan desa dan kebutuhan masyarakatnya. Kredit murah
Program ini dilaksanakan melalui berbagai rancangan kredit murah yang
dikembangkan untuk semua jenis kegiatan mulai dari produksi, distribusi,
perdagangan sampai penyediaan jasa ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA

 https://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan
 https://tirto.id/pemerintah-targetkan-angka-kemiskinan-2018-sebesar-95-
persen-cCZ3
 https://pustakaonline.wordpress.com/2008/03/22/partisipasi-masyarakat-
dalam-penanggulangan-kemiskinan-studi-implementasi-program-
penanggulangan-kemiskinan-perkotaan/
 http://bapermaspbg.blogspot.com/2010/11/perencanaan-pembangunan-
partisipatif.html
 http://www.bintan-s.web.id/2010/12/pembangunan-partisipatif.html
 http://admneg08029.blogspot.com/2010/10/pembangunan-partisipatif.html
 http://journals.ums.ac.id/index.php/JEP/article/viewFile/326/280

Anda mungkin juga menyukai