Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Ditinjau dari fungsinya, jembatan merupakan suatu konstruksi


yang berfungsi untuk meneruskan suatu jalan melalui rintangan yang
letaknya lebih rendah. Rintangan dimaksud biasanya berupa sungai, kali,
daerah lekukan dan patahan, itu berarti jembatan merupakan salah satu
prasarana pendukung transportasi darat yang sangat penting dalam
menunjang aktifitas masyarakat.
Pandangan saat ini bahwa, infrastruktur jembatan untuk jalan
dipandang sebagai sebuah aset prasarana yang harus memiliki
kemampuan dan daya layan sehingga dapat memberikan pelayanan yang
optimal dan memadai tanpa adanya hambatan atau kendala bagi para
pemakai atau pengguna jembatan. Jembatan akan mengalami penurunan
kemampuan layanan yang seiring dengan bertambahnya umur jembatan
dan juga akibat kerusakan yang terjadi pada jembatan, sehingga pada
suatu ketika jembatan tersebut berada dalam kondisi di mana tidak lagi
memberikan kenyamanan dalam berlalu-lintas. Banyak jembatan yang
dibangun seringkali terlampau cepat mengalami kerusakan. Hal ini
menunjukan suatu kegagalan terhadap konstruksi.

Secara umum kegagalan suatu konstruksi jembatan dapat


disebabkan oleh beberap faktor, antar lain: faktor perencanaan,
pelaksanaan, beban lalu-lintas (over load), mutu bahan dan alam. Karena
itu pemeriksaan terhadap jembatan Kelapa Lima adalah suatu kegiatan
yang sangat penting guna mengetahui jenis kerusakan yang terjadi pada
jembatan Kelapa Lima dan membuat rencana pemeliharaan atau
peningkatan agar jembatan dapat berfungsi seperti semula. Penanganan
terhadap jembatan Kelapa lima merupakan bagian dari sistem manajemen
jembatan yang meliputi pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala,

1
perbaikan atau rehabilitasi dan bangunan baru untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan prasarana transportasi.
Dalam rangka pemeliharaan jalan dan jembatan, perlu dilakukan
pemeriksaan yang secara rutin dan periodik. Jika diketahui adanya suatu
kerusakan, maka perlu dilakukan pemeriksaan atau penyelidikan dalam
rangka evaluasi mengenai kondisi jembatan, apakah aman terhadap
pemakai jalan dan juga untuk mengamankan nilai inventaris jembatan
tersebut. Dalam hal ini, apakah perlu dilakukan tindakan perbaikan,
perkuatan atau penggantian.
Jembatan Kelapa Lima terletak pada ruas jalan Sumatiro yang
menghubungkan kelurahan Oesapa Barat dan kelurahan Kelapa Lima
dimana jembatan ini dibangun pada tahun 1992/1993 dengan panjang
bentangan 8 meter dan lebar 5 meter dengan jenis konstruksi jembatan
komposit (gelagar baja).

1.2. Perumusan Masalah


Dari permasalahan dan latar belakang yang telah diuraikan di atas,
maka dalam identifikasi ini dilakukan perumusan sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi jembatan Kelapa Lima saat ini
2. Berapakah nilai kondisi jembatan Kelapa Lima saat ini berdasarkan
hasil pemeriksaan inventarisasi dan pemeriksaan detail.
3. Bagaimana alternatif penanganan yang dilakukan terhadap nilai
kondisi jembatan Kelapa Lima berdasarkan hasil pemeriksaan
inventarisasi dan pemeriksaan detail.

1.3. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan survei pada
Jembatan Kelapa Lima adalah :
1. Mengidentifikasi kondisi Jembatan Kelapa Lima
2. Mengetahui nilai kondisi Jembatan Kelapa Lima
3. Memberikan solusi alternatif penanganan terhadap kerusakan-
kerusakan terjadi pada Jembatan Kelapa Lima.

2
1.4. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan laporan studi kasus ini penulis membatasi hanya
pada :

1. Elemen yang diperiksa yaitu pada struktur atas dan struktur


bawah jembatan serta pondasi;

2. Pemeriksaan secara visual yaitu pemeriksaan inventarisasi dan


pemeriksaan detail;

3. Reverensi pemeriksaan dengan menggunakan Panduan


Pemeriksaan Jembatan “ Bridge Management System” (BMS).

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Jembatan

Jembatan adalah bangunan buatan yang gunanya untuk melakukan


hubungan jalan di atas sungai atau terusan. (Honing,2003) . Jembatan
Jalan Raya adalah bangunan pelengkap jalan raya yang berfungsi untuk
melewatkan lalulintas (SNI 03-2833-1992).
Menurut Soemargono dalam buku Jembatan, defenisi jembatan
adalah suatu yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu
rintangan yang berada lebih rendah. Menurut DR.Ir. Bambang
Supriyadi,CES, Jembatan merupakan sistem transportasi untuk tiga hal
yaitu :

1. Merupakan pengontrol kapasitas dari sistem,

2. Mempunyai biaya tertinggi per mil dari sistem,

3. Jika jembatan runtuh, sistem akan lumpuh.

Fungsi jembatan adalah untuk tetap memperlancar arus lalu lintas


yang dilewati ruas jalan tersebut. Beberapa kota besar di Indonesia, di
bangun jembatan layang yang berfungsi untuk memperkecil masalah
transportasi atau lalu lintas yang masuk keluar, maupun lalu lintas di luar
kota tersebut.Dari pendapat para ahli tersebut, disimpulkan bahwa
jembatan (bridge) adalah merupakan bangunan pelengkap dari suatu ruas
jalan, yang dibangun dengan maksud menghubungkan dua tepi jalan yang
terputus akibat adanya suatu halangan atau hambatan, yang dapat berupa
sungai, danau, laut, saluran yang berguna untuk memperlancar arus
lalulintas barang dan jasa.

2.2. Jenis dan Tipe Jembatan

Jenis dan tipe jembatan dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu :

4
2.2.1. Menurut Penggunaannya

Fungsi utama jembatan adalah sebagai penyeberangan maka


dikenal bermacam – macam jembatan sebagai berikut :

1) Jembatan jalan raya adalah jembatan yang khususnya untuk lalulintas


bermotor.
2) Jembatan kereta api yaitu jembatan yang khususnya dilewati kereta
api.
3) Jembatan penyeberang orang yaitu jembatan yang khususnya untuk
pejalan kaki.
4) Jembatan – jembatan khusus misalnya untuk penyaluran irigasi, pipa
minyak, jaringan telepon dan jaringan PLN.
2.2.2. Menurut Material Pembentuknya

Yang dimaksud material pembentuk adalah bahan yang


dipergunakan pada bangunan atas dari pada jembatan, maka dikenal jenis
– jenis jembatan antara lain :

a. Jembatan Rangka ( Truss Bridge )


Pada umumnya material pembentuk adalah baja, yang dihubungkan
pada titik – titik sambungnya menggunakan baut atau paku keeling.
Panjang jembatan ini pada umumnya sekitar 40 meter sampai dengan
60 meter atau lebih.

Gambar 2.1. Jembatan Rangka

5
b. Jembatan Gelagar baja ( Steel Girder Bridge )
Bangunan atas gelagar baja banyak digunakan pada jembatan yang
mempunyai panjang relative kecil karena gelagar baja tidak kuat untuk
menahan beban yang besarnya tanpa adanya suatu system yang
memperkuatnya. Panjangnya berkisar antara 6 meter sampai dengan 12
meter.

Gambar 2.2. Jembatan Gelagar Baja

c. Jembatan Komposit ( Composite Bridge )


Bangunan atas type komposit adalah bangunan atas jembatan yang
terdiri dari dua bahan pembentuk, yaitu baja dan beton dapat bekerja
sama karena adanya suatu media shear connector atau penghubung
geser yang berada di atas gelagar dan lantai betonnya. Panjangnya
berkisar antara 8 meter sampai dengan 30 meter.

Gambar 2.3. Jembatan Komposite

6
d. Jembatan Gantung ( Suspension Bridge )
Jembatan yang konstruksi pendukung terdiri daripada kabel – kabel
yang terbentuk di atas menara – menara dan dijangkarkan pada
landasan – landasan. Dibuat untuk bentangan yang panjangnya sekitar
60 – 500 m atau lebih, umumnya untuk pejalan kaki.

Gambar 2.4. Jembatan Gantung

e. Jembatan pelengkung ( Arch Bridge )


Bangunan atas ini lebih dikenal dengan type boog ( bahasa belanda =
lengkung ). Pada umumnya dibuat dari pasangan batu bata tetapi akhir
– akhir ini banyak tipe jembatan pelengkung dibuat dari beton, yaitu
bagian pelengkungnya saja.

Gambar 2.5. Jembatan Pelengkung

f. Gorong – gorong ( Box Culvert )


Termasuk jenis jembatan yang biasanya material pembentuknya
terbuat dari beton dan aluminium yang berbentuk bulat.

7
Gambar 2.6. Gorong - gorong

2.3. Bagian – Bagian Jembatan

Secara umum jembatan dibagi atas dua bagian yaitu bangunan atas
(Upper Structure) dan Bangunan Bawah ( Sub Structure).

2.3.1. Bangunan Atas (Upper Structure)

Struktur bangunan atas jembatan terdiri dari :

1. Lantai Jembatan (deck), adalah bagian atas jembatan yang secara


langsung menerima beban lalu lintas dan disalurkan ke gelagar
induk, yang kemudian diteruskan ke bangunan bawah jembatan.

Beban lalu lintas ini adalah beban kendaraan beserta muatannya


yang lewat diatas jembatan, yang beratnya minimal sama atau
lebih kecil sesuai peraturan yang berlaku, misalnya Pedoman
Perencanaan Pembebanan Jembatan jalan Raya,SKBI –
1.3.28.1987.

2. Gelagar Induk (primary girder), berupa balok yang membentang


antara 2 kepala jembatan atau abutmen dan atau dengan pilar
jembatan atau pier, yang berfungsi menerima beban lantai
kendaraan dan meneruskannya ke kepala jembatan.

8
3. Balok Melintang (diafragma), balok yang dipasang melintang
jembatan dan berfungsi sebagai pengaku dan pemberi kestabilan
pada gelagar induk.

4. Trotoar, merupakan bangunan pelengkap dari jembatan yang


berfungsi sebagai tempat pejalan kaki, dan pembatas lantai
kendaraan dengan tiang sandaran.

5. Tiang sandaran (railling), merupakan bangunan pelengkap yang


berfungsi sebagai pengaman lalulintas diatas jembatan.

6. Pipa cucuran, merupakan bangunan pelengkap jembatan yang


berfungsi menyalurkan genangan air diatas lantai jembatan agar
tidak merusak lapisan perkerasan diatasnya, dan agar air tidak
secara langsung mengenai gelagar dibawah lantai jembatan.

7. Expantion joint (siar muai jembatan), adalah bidang pertemuan


antara lantai jembatan dengan kepala jembatan yang berfungsi
menampung berbagai gesekan baik oleh lalu lintas maupun akibat
perubahan cuaca.

8. Perlengkapan lain seperti pengarah aliran (Krib), papan nama


jembatan, rambu lalulintas, penerangan jalan, marka jalan, dan
patok pengarah.

2.3.2. Bangunan Bawah ( sub structure )

Fungsi bangunan bawah jembatan adalah memikul beban akibat


berat sendiri danbeban bangunan atas untuk diteruskan ke pondasi,
kemudian disalurkan ke tanah.

Struktur bangunan bawah jembatan terdiri atas 2 macam, yaitu :

I. Kepala Jembatan (abutmen), terletak di ujung lantai jembatan yang


berfungsi sebagai penerima beban bangunan atas dan menyalurkannya ke
pondasi dan diteruskan ke tanah. Abutmen ini juga dapat berfungsi sebagai
pondasi langsung, tergantung dari hasil perencanaan.

9
Gambar 2.7. Kepala Jembatan (Abutmen)

Bagian – bagian abutmen antara lain :

a ). Perletakan (beam), berfungsi memikul beban gelagar jembatan dan


menahan pergeseran gelagar arah memanjang gelagar, serta menahan
tanah timbunan dibelakang kepala jembatan.

Gambar 2.8 .Perletakan Jembatan

b ). Plat injak, terletak dibelakang perletakan yang berfungsi untuk


memberikan jaminan kepadatan timbunan oprit.

10
PLAT INJAK

Gambar 2.9. Plat Injak

c ). Tembok sayap, terletak disisi kiri dan kanan abutmen yang berfungsi
menahan timbunan oprit jembatan.

d ). Dinding abutmen, berfungsi sebagai penyalur beban bangunan atas ke


pondasi.

Gambar 2.10. Dinding Abutmen

e ). Kaki jembatan ( footing ), berfungsi menerima beban dari dinding


jembatan dan disalurkan secara merata kepada pondasi.

11
footing

Gambar 2.11. Kaki Jembatan (footing)

II. Pilar Jembatan (pier), terletak diantara 2 abutmen yang berfungsi


sebagai penyalur beban bangunan atas, apabila jembatan yang dimaksud
terdiri atas 2 bentangan. Pilar dalam sebuah jembatan tidak mesti ada,
namun adanya pilar dalam sebuah jembatan tergantung hasil dari sebuah
perencanaan.

2.4. Jenis - Jenis Kerusakan Jembatan

Umumnya jembatan akan mengalami kerusakan akibat beberapa


hal, yaitu :

1. Gerusan ( Scouring ), adanya kerusakan jembatan akibat aliran air sungai,


yang umumnya terjadi pada daerah aliran sungai maupun pada daerah
timbunan.

2. Penurunan ( settlement ), yaitu adanya kerusakan akibat terjadinya


pemampatan atau penyusutan, yang umumnya terjadi pada jalan pendekat
( daerah timbunan oprit ).

3. Retak ( crack ), adanya kerusakan pada bagian jembatan tertentu seperti


dinding jembatan, tembok sayap, gelagar jembatan maupun lantai
jembatan, yang diakibatkan oleh terjadinya penurunan tanah, pergeseran
pondasi dan muatan berlebih, atau oleh karena kesalahan dalam
pelaksanaan.

12
4. Pelapukan ( rottened ), adanya kerusakan akibat terjadinya perkaratan
(korosi) pada bagian bagian jembatan dengan bahan baja, seperti gelagar,
railing, expantion joint. Pelapukan ini juga dapat terjadi pada beton
karena adanya rongga udara dalam beton, akibat kepadatan kurang pada
saat pengecoran, serta dapat pula terjadi pada jembatan dengan konstruksi
kayu akibat perubahan cuaca yang berlangsung secara terus menerus.

5. Lendutan (deformasi), adanya kerusakan pada bagian jembatan akibat


perubahan bentuk komponen jembatan, yang dapat disebabkan oleh
perubahan cuaca maupun akibat beban berlebih. Umumnya lendutan ini
terjadi pada komponen gelagar jembatan.

6. Roboh/ Ambruk (collapse), adanya kerusakan menyeluruh pada jembatan


secara bersamaan, akibat kehilangan kemampuan bangunan bawah
menahan beban yang disebabkan oleh scouring yang terjadi pada pondasi
jembatan.

(Anonimus,Sistem Manajemen Jembatan,Direktorat Jenderal Bina Marga,


Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia,1992).

2.5. Kegagalan Jembatan

Kegagalan jembatan dapat didefenisikan sebagai keadaan kondisi


jembatan yang tidak dapat melaksanakan fungsi sebagai sebuah jembatan.
Kegagalan suatu bangunan jembatan dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain :

1. Faktor Perencanaan

Perencanaan Jembatan adalah langkah awal untuk mendapatkan


suatu desain konstruksi jembatan yang sesuai dengan kebutuhan dimana
jembatan tersebut dibangun. Perencanaan tersebut dapat menghasilkan
suatu produk yang bermutu apabila dilakukan dengan memperhatikan
langkah – langkah perencanaan yang telah disyaratkan, berdasarkan data
– data yang diperlukan.

13
Data – data yang diperlukan dalam perencanaan jembatan
dapat berupa :

1. Data Lokasi: - Topografi

- Data Tanah

- Lingkungan

2. Keperluan atau kegunaan : melintas sungai atau melintas jalan

3. Bahan Struktur : - Karakteristik bahan

- Ketersediaan bahan

4. Peraturan – peraturan, yang berkaitan dengan perencanaan jembatan.

2. Faktor Pelaksanaan.

Metode pelaksanaan, jenis bahan yang digunakan, dan komposisi


campuran yang tidak sesuai spesifikasi yang disyaratkan, dapat
menyebabkan kegagalan suatu jembatan.

3. Kelebihan beban (Over Load)

Faktor beban kendaraan yang melebihi kemampuan jembatan


memikul beban yang melintas diatas jembatan dapat menyebabkan
gagalnya suatu jembatan.

4. Faktor Mutu Bahan

Apabila mutu bahan yang digunakan tidak sesuai dengan


spesifikasi teknis yang disyaratkan, akan mengurangi kualitas suatu
jembatan dan menyebabkan jembatan tersebut tidak akan berfungsi sesuai
umur rencana yang telah ditentukan.

14
5. Faktor Perawatan / Pemeliharaan

Perawatan atau pemeliharaan jembatan yang tidak dilaksanakan


secara rutin maupun berkala, dapat perlahan – lahan mengurangi tingkat
layanan jembatan yang dapat berakibat gagalnya suatu jembatan.

6. Faktor Alam

Hujan deras yang menyebabkan terjadinya banjir besar melampaui


ruang bebas jembatan dan gempa bumi, merupakan faktor alam yang
dapat menyebabkan gagalnya suatu jembatan.

Dari ke enam faktor tersebut diatas, yang menjadi penyebab


kerusakan pada jembatan Kelapa Lima adalah faktor pelaksanaan, faktor
kelebihan beban, faktor umur jembatan dan faktor alam.

2.6. Sistem Manejemen dan Pemeriksaan Jembatan


2.6.1. Sistem Manajemen Jembatan ( Bridge Manajemen Sistem-BMS ) :
Sistem manajemen jembatan ( BMS ) dikembangkan oleh
Direktororat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum dalam
manajemen kejembatanan. Dalam tahap pertama BMS yang
dikembangkan adalah Sistem Manajemen Jembatan Antar Kota ( IBMS )
yaitu untuk jembatan-jembatan pada jalan Nasional dan jalan Propinsi.
Dalam BMS ini tercakup Sistem Manajemen Informasi Komputer ( IBMS-
MIS ), dimana di dalamnya terdapat database jembatan.

2.6.2. Pemeriksaan Jembatan :


Pemeriksaan jembatan mempunyai beberapa tujuan, antara lain
sebagai berikut
a. Memeriksa keamanan jembatan pada waktu jembatan masih berfungsi.
b. Mencegah terjadinya penutupan traffic pada jembatan .
c. Mendata kondisi jembatan pada saat itu.
d. Menyiapkan feedback untuk personil perencanaan, pelaksanaan dan
pemeliharaan.

e. Memeriksa pengaruh akibat beban kendaraan dan jumlah kendaraan.


f. Memantau keadaan jembatan dalam jangka waktu yang lama.
g. Menyediakan informasi untuk rtating pembebanan jembatan.

15
Data dari pemeriksaan jembatan digunakan untuk merencanakan
pemeliharaan, rehabilitasi, perkuatan dan penggantian jembatan. Terdapat
empat jenis pemeriksaan jembatan yang dilaksanakan di bawah BMS,
yaitu sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Inventarisasi
Pemeriksaan inventarisasi adalah pengumpulan data dasar
administrasi, geometric, material, dan data-data tambahan lainnya pada
setiap jembatan, termasuk lokasi jembatan, panjang bentangan dan
jenis konstruksi untuk setiap bentang. Kondisi secara keseluruhan
diberikan pada komponen-komponen utama bangunan atas dan
bangunan bawah jembatan.
Pemeriksaan inventarisasi dilakukan oleh inspector dari Dinas/Sub
Dinas atau Cabang Dinas Bina Marga yang sudah dilatih atau seorang
sarjana yang berpengalaman dalam bidang jembatan.

b. Pemeriksaan Detail
Pemeriksaan Detail dilakukan untuk mengetahui kondisi jembatan dan
elemennya guna mempersiapkan strategi penanganan untuk setiap
individual jembatan dan membuat urutan prioritas jembatan sesuai
dengan jenis penanganannya.
Untuk melaksanakan pemeriksaan detail, struktur jembatan dibagi
dalam suatu hierarki elemen jembatan. Hirarkir jembatan ini dibagi
menjadi 5 level (tingkatan) elemen. Level tertinggi adalah level 1,
yaitu jembatan itu sendiri secara keseluruhan dan level yang paling
terendah adalah level 5 yaitu individual elemen dengan lokasinya yang
tertentu sepert tebing sungai sebelah kanan, tiang pancang ke 3 pada
pilar ke 2, dan sebagainya.
c. Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan rutin dilakukan setiap tahun sekali yaitu untuk memeriksa
apakah pemeliharaan rutin dilaksanakan dengan baik atau tidak dan
apakah harus dilaksanakan tindakan darurat atau perbaikan untuk
memelihara jembatan supaya tetap dalam kondisi aman dan layak.
Pemeriksaan ini dilaksanakan diantara pemeriksaan detail.

16
Pemeriksaan rutin dilaksanakan oleh inspektur jembatan dari Cabang
Dinas Bina Marga yang sudah dilatih.
Semua pemeriksaan di awali dari sebelah kiri kepala jembatan 1 (a1)
seperti terlihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.12. Alur pemeriksaan rutin jembatan


d. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus biasanya disarankan oleh inspektur jembatan pada
waktu pemeriksaan detai, karena pada saat pemeriksaan kurang
mendapatkan datanya, pengalaman atau keahlihan untuk menentukan
kondisi jembatan. Pemeriksaan khusus juga dapat ditentukan dengan
cara proses BMS MIS.
Pemeriksaan khusus ini dilakukan oleh seorang sarjana yang
berpengalaman dalam bidang jembatan atau oleh staf teknik yang
mempunyai keahlihan dalam bidang jembatan.
2.7. Pemeliharaan Rutin dan Berkala
2.7.1. Pemeliharaan Rutin
Pada dasarnya pemeliharaan rutin adalah untuk menjaga jembatan
dalam keadaan seperti semula dan mencakup beberapa pekerjaan berulang,
yang secara teknis cukup sederhana. Pemeliharaan rutin harus dimulai
pada waktu jembatan selesai dibangun ( jembatan masih dalam keadaan
baru dan dilanjutkan selama umur jembatan tersebut ). Hal ini memerlukan
suatu pengalokasian dana yang efektif dalam hal pemeliharaan.

17
Pemeliharaan rutin jembatan biasanya dimasukkan dalam pekerjaan rutin
jalan dan dilaksanakan bersamaan dengan pemeliharaan rutin jalan
tersebut.

Lingkup pekerjaan pemeliharaan rutin jembatan adalah sebagai berikut :


1 Pembersihan secara umum.
2 Membuang tumbuhan liar dan sampah.
3 Pembersihan dan melancarkan drainase.
4 Penanganan kerusakan ringan.
5 Pengecatan sederhana.
6 Pemeliharaan permukaan lantai kendaraan.
7 Pembersihan secara umum.

Agar dapat mengenali dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang


mungkin timbul, maka harus diketahui letak dan jenis kerusakan yang
mungkin terjadi :

1 Pada bangunan atas jembatan :


a. Kotor, yang dapat menyebabkan karat.
b. Retak atau kerusakan beton.
c. Lapisan cat atau galvanis terkelupas.
d. Pin, baut kurang kencang atau hilang.
2 Pada bangunan bawah jembatan :
a. Kotor, yang dapat menyebabkan karat.
b. Kerusakan pasangan batu.
c. Retak atau kerusakan beton.
d. Karat pada tiang pancang beton.
Perbaikan terbatas atau penggantian bagian-bagian dari struktur atas
jembatan yang menunjukkan tanda-tanda kerusakan structural atau
nonstructural, dilakukan terhadap struktur jembatan beton, baja atau
kayu.
e. Pekerjaan pemeliharaan rutin jembatan mencakup operasi seperti
pemeriksaan secara teratur dan pelaporan semua kondisi komponen
utama dari struktur jembatan maupun pembersihan saluran dan
lubang drainase, perbaikan kotoran dan sampah pada sambungan
ekspansi, perletakan dan komponan logam lain yang peka terhadap
karat dan pembuangan akumulasi sampah yang diakibatkan oleh
banjir pada saluran air.

18
f. Perbaikan, pengembalian kondisi dan penggantian beton, komponan
baja atau kayu yang rusak pada struktur jembatan, pengecatan
kembali baja struktur atau baja lainnya atau struktur kayu.

Pekerjaan pemeliharaan rutin untuk jembatan harus berlaku untuk semua


jembatan yang ada, dan pada pemeriksaan secara teratur terhadap
komponan utama struktur dilaksanakan dalam interval waktu yang teratur.
Pemeriksaan terhadap daerah aliran sungai harus dilaksanakan setelah
hujan lebat yang mengakibatkan banjir dab demikian pula setelah air
banjir surut. Pemeriksaan yang akurat dan teratur serta pelaporan pada
struktur jembatan memiliki arti penting karena umur pelayanan jembatan
akan banyak berkurang jika bagian-bagian yang memerlukan
pemeliharaan, baik rutin maupun berkala, tidak diketahui selama kegiatan
teratur.

2.7.2. Pemeliharaan Berkala


Pemeliharaan berkala adalah usaha untuk menjaga jembatan tetap
dalam kondisi dan daya layan yang baik setelah pembangunan, yang
mencakup beberapa kegiatan yaitu :
1. Kegiatan pemeliharaan berkala yang diduga.
2. Perbaikan sederhana.

Kegiatan pemeliharaan berkala yang diduga, mencakup hal-hal sebagai


berikut :

1. Pengecatan ulang.
2. Penggantian lapisan permukaan .
3. Penggantian lantai.
4. Penggantian gelagar jalur roda kendaraan.
5. Pembersihan jembatan secara keseluruhan.
6. Pemeliharaan perletakan/landasan.
7. Penggantian expansion joint.

Perbaikan sederhana, mencakup hal-hal sebagai berikut ;

1. Penggantian bagian-bagian yang kecil dan elemen yang kecil.


2. Perbaikan tiang dan sandaran.
3. Perawatan bagian-bagian yang bergerak.
4. Perbaikan tebing yang longsor dan terkena erosi.
5. Perbaikan bangunan pengaman yang sederhana.

19
2.8. Perbaikan Darurat dan Penanganan Sementara
Perbaikan darurat pada dasarnya merupakan kejadian yang tak
terduga, sehingga sangat penting apabila pada setiap daerah tersedia
sumber-sumber yang diperlukan untuk dapat bertindak secara cepat dana
pasti bila terjadi keadaan darurat. Perbaikan darurat dapat berebntuk dari
yang paling sederhana yaitu perbaikan sandaran jembatan yang rusak atau
pemasangan jembatan sementara di atas jembatan yang runtuh akibat
banjir atau beban yang berlebihan. Adapun jenis-jenis penanganan yaitu :
a. Penanganan sementara harus dilaksanakan dalam hal kerusakan
jembatan disebabkan oleh kecelakaan, untuk menjamin keselamatan
struktur itu sendiri dan pemakai jalan. Penanggulangan darurat dapat
mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Perbaikan pada bagian awal guard rail ( pengaman ).
2. Pembuatan bangunan penahan tanah untuk menahan timbunan dan
sebagainya.
3. Perbaikan bangunan pengaman aliran sungai.
4. Pembuatan pembatasan lainnya atau mengalihkan lalu-lintas ke
jalan alternative.
5. Pemasangan jembatan sementara.
6. Penggantian komponan.
b. Penanganan sementara dapat mencakup dapat mencakup kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :
1. Membuat gelagar sementara dari bagian bawah gelagar.
2. Penembahan baut untuk memperkuat kompomnen.
3. Penenmbahan tiang pancang pada tiang pancang yang sudah ada.
4. Memasang bangunan sementara di atas bangunan yang sudah ada
guna memindahkan beban bangunan atas yang ada.

2.9. Kriteria Penilaian Kondisi Jembatan


2.9.1. Kriteria Penilaian Kondisi Jembatan untuk Inventarisasi
Dalam suatu pemeriksaan inventarisasi, kondisi komponen
jembatan ditentukan secara subyektif, yakni menggunakan penilaian dan
pengalaman tekinisnya (engineering) untuk menentukan kondisi kelima
komponen utama bangunan atas dan bangunan bawah dalam setiap
bentangan.
Nilai kondisi melalui pemeriksaan inventarisasi jembatan secara umum
dibagi dalam 6 (enam) tingkatan, yaitu :

20
0 : Baik sekali
1 : Baik
2 : Rusak ringan
3 : Rusak
4 : Rusak kritis
5 : Runtuh / tidak berfungsi

Tabel 2.1. Kriteria Penilaian Kondisi Jembatan untuk Inventarisasi

NILAI KRITERIA KONDISI JEMBATAN


Jembatan dalam keadaan baru, tanpa kerusakan cukup jelas,
0
elemen jembatan berada dalam kondisi baik
Kerusakan sedikit (kerusakan dapat diperbaiki melalui
perbaikan rutin, dan tidak berdampak keamanan atau fungsi
1 jembatan)
Contoh : scouring sedikit, karat pada permukaan, papan kayu
yang longsor
Kerusakan yang memerlikan pemantauan atau pemeliharaan
pada masa yang akan datang
Contoh : pembusukan sedikit pada struktur kayu, penurunan
2
mutu pada elemen pasangan batu, penumpukan tanah atau
sampah di sekitar perletakan yang memerlukan tanda-tanda
perbaikan
Kerusakan yang membutuhkan perhatian (kerusakan yang
mungkin terjadi serius selama 12 bulan)
Contoh : struktur beton dengan sedikit retak, rangka kayu yang
3 membusuk, lubang pada permukaan lantai kendaraan, adanya
gundukan aspal pada permukaan lantai kendaraan dan pada
kepala jembatan, scouring dalam jumlah sedang pada
pilar/kepala jembatan, rangka baja berkarat.
Kondisi kritis (kerusakan serius yang membutuhkan perhatian
segera)
4 Contoh : kegagalan rangka, keretakan atau kerontokan lantai
beton, pondasi yang terkikis, kerangka beton yang memiliki
tulangan yang terlihat dan berkarat.
5 Elemen runtuh atau tidak berfungsi
Contoh : bangunan atas yang runtuh, timbunan tanah yang

21
hanyut.
Sumber : Ditjen Bina Marga Dep. PU, 1993.

22
2.9.2. Kriteria Penilaian Kondisi Jembatan untuk Detail
Dasar dari sistem pemeriksaan secara detail adalah penilaian
kondisi elemen dan kelompok elemen menurut keadaannya dan keseriusan
dari kekurangan atau kelemahannya. Untuk setiap elemen yang memiliki
keruskan yang berarti, 5 nilai ditentukan yaitu: Nilai Struktur, Nilai
Perkembangannya (volume), Nilai Kerusakannya, Nilai Fungsi, Nilai
Pengaruh.
Suatu nilai sebesar 1 atau 0 diberikan kepada elemen sesuai dengan setiap
kerusakan yang ada.
Tabel 2.2. Kriteria Penilaian Kondisi Jembatan untuk Inventarisasi

Nilai Kriteria Nilai


Struktur (S) Berbahaya 1
Tidak berbahaya 0
Kerusakan (R) Dicapai sampai kerusakan parah 1
Dicapai sampai kerusakan ringan 0
Perkembangan (K) Meluas-50% atau lebih mempengaruhi 1
kerusakan
Tidak Meluas-kurang dari 50% mempengaruhi
0
kerusakan
Fungsi (F) Elemen tidak berfungsi 1
Elemen berfungsi 0
Pengaruh (P) Dipengaruhi elemen lain 1
Tidak dipengaruhi elemen lain 0
NK = S + R + K + F + P
0-5
Nilai kondisi (NK)
Sumber : Ditjen Bina Marga Dep. PU, 1993

23
KODE-KODE PEMERIKSAAN INVENTARISASI JEMBATAN

Tipe Lintasan JN ( jalan) KA ( kereta api) S (sungai) L ( lain-lain)

TBA. (Tipe Bangunan Atas) BHN. (Bahan) ABA. (Asal Bangunan Atas) TP. (Tipe Pondasi) KJP. (Kepala Jembatan dan Pilar)
A Gorong-gorong pelengkung A aspal A Australia C Cakar ayam
B Gorong-gorong persegi B baja B Belanda (baru) L Langsung
Y Gorong-gorong pipa U lantai baja gelombang C Karunia Berca Indonesia T Tiang pancang Kepala Jembatan
C Kabel Y pipa baja diisi beton D . Belanda (lama) B Tiang bor A cap
T Gantung D beton tak bertulang E Spanyol/wika U Tiang ulir B dinding penuh
D Flat slab P beton prategang G Cigading S Sumuran K kepala jembatan khusus
H Pile slab T beton bertulang I Indonesia X Lain-lain
P Pelat E neoprene / karet K Bukaka
V Voided slab F teflon R Austria
E Pelengkung G bronjong dan sejenisnya T Transbakrie Pilar
F Ferry J aluminium U Calender hamilton C cap
G Gelagar K kayu W Bailley/Acrow P dinding penuh
M Gelagar Komposit M pasangan batu H Adhi Karya S satu kolom
O Gelagar boks S pasangan bata J Jepang D dua kolom
U Gelagar tipe U O tanah biasa / lempung / timbunan P PPI T tiga atau lebih kolom
L Balok Pelengkung R kerikil / pasir Y Wijaya Karya L lain-lain
N Rangka Semi Permanen X bahan asli X Tidak ada struktur
R Rangka V PVC M Amarta Karya
S Rangka sementara N geotextile L Lain-lain
K Lintasan Kereta Api W macadam
W Lintasan basah H pasangan batu kosong
X Lain-lain L lain-lain

NK. (PENILAIAN KONDISI UNTUK INVENTARISASI)

0 Elemen/ jembatan dalam kondisi baik dan tanpa kerusakan Catatan


1 Elemen/ jembatan mengalami kerusakan ringan, hanya memerlukan pemeliharaan rutin Penilaian kondisi inventarisasi pada tabel
diatas hanya digunakan bila pemeriksaan
2 Elemen/ jembatan kerusakan yang memerlukan pemantauan atau pemeliharaan berkala mendetail jembatan belum dilakukan pada saat
yang bersamaan dengan pemeriksaan
3 Elemen/ jembatan mengalami kerusakan yang memerlukan tindakan secepatnya inventarisasi
4 Elemen/ jembatan dalam kondisi kritis
5 Elemen/ jembatan tidak berfungsi atau runtuh

24
LAPORAN PEMERIKSAAN INVENTARISASI JEMBATAN
No. Jembatan PENDATAAN JEMBATAN

Nama Jembatan : Tipe Lintasan ( pilih JN, KA, S, L )


S JN KA L
Lokasi Jembatan : dari : Km : Jumlah Bentang : Panjang Total (m) :
Kota asal Jarak dari kota asal
Tanggal Pemeriksaan : Nama Pemeriksa : NIP : Tahun Pembangunan : Sudut (derajat °) :

Aliran Sungai / Timbunan


Bangunan Atas (2.400) Bangunan Bawah (2.300)
(2.200)
Ting Aliran Bangunan Tanah
Struktur Penyangga Deck/Running Surface Sandaran Landasan Siar Muai Pelengkap Pondasi Kepala Jbt / Pilar
gi Sungai Pengaman Timbunan
Panjan Lebar Lebar 3.620 3.610 3.600 3.700 3.310 3.320
No. Rua No. Kepala 3210 3220 3230
g lantai Troto
Bentan ng Jembatan
TBA

BHN

ABA

NK

BHN

BHN

NK

BHN

BHN

NK

BHN

NK

BHN

NK

BHN

NK

TP

BHN

NK

KJP

BHN

NK

KODE

NK

KODE

NK

KODE

NK
Bentan kend ar
g Beb / Pilar
g (m) (m) (m)
as
(m)
Kep.
B1
Jbt A1
P
B2
1
P
B3
2
P
B4
3
P
B5
4
P
B6
5
P
B7
6
P
B8
7
B9 P
8

25
P
B 10
9
P
I
L
Kep.
Jbt A2

Catatan:Pengisian disesuaikan dengan kode elemen dan kode laporan inventarisasi

26
LAPORAN PEMERIKSAAN INVENTARISASI JEMBATAN
No. Jembatan

KETERANGAN TAMBAHAN

1. Batasan Fungsional

Batasan muatan gandar, (ton) – Beban gandar maksimum yang diijinkan (MST)
sesuai dengan kelas jalan

Batasan lebar jalan (m) – Lebar jalur lalulintas sesuai kelas/ status jalan

Batasan lain (uraikan)

2. Arus Lalu lintas

Dampak lebar jembatan terhadap arus lalu lintas : Pilih 1, 2, atau 3

1 Longgar - kendaraan bebas melintas diatas jembatan

2 Cukup lebar - kendaraan melaju perlahan diatas jembatan

3 Sempit - kendaraan harus sering berhenti dan antri

3. Jalan Alternatif dan Jalan Memutar

jika jembatan ditutup untuk lalu lintas setiap saat apakah ada jalan alternatif
Ya Tidak
melalui suatu lintasan atau penyeberangan sungai lainnya? (lingkari jawaban)

Jika Ya, berapa jarak tambahan yang harus ditempuh (km)

4. Data Banjir Terbesar

Muka air banjir terbesar yang diketahui :


pilih + jika diatas lantai atau - jika dibawah lantai (m)

Tanggal terjadinya banjir terbesar (bulan, tahun)

Sumber keterangan dari

5. Tipe Jembatan dan Gambar Konstruksi

Apakah ada gambar konstruksi setelah jembatan selesai dibagun?(lingkari jawaban) Ya Tidak

Apakah bangunan atas merupakan tipe standar?(lingkari jawaban) Ya Tidak

Apakah jembatan telah mengalami pelebaran? (lingkari jawaban) Ya Tidak

Standar Pelebaran
Sebutkan kode tipe standar bangunan atas dan tipe pelebarannya

27
LAPORAN PEMERIKSAAN INVENTARISASI JEMBATAN

No. Jembatan

CATATAN DAN GAMBAR (SESUAIKAN DENGAN HIERARKI ELEMEN)

28
LAPORAN PEMERIKSAAN INVENTARISASI JEMBATAN
No. Jembatan

FOTO ELEMEN dan KERUSAKAN


Foto Jembatan dan Kerusakan Pada Elemen

Nomor Foto Jenis Kerusakan Tanggal Pengambilan Nomor Foto Jenis Kerusakan Tanggal Pengambilan
Nama elemen Kode Kerusakan Catatan Nama elemen Kode Kerusakan Catatan
Kode elemen Nilai Kondisi Kode elemen Nilai Kondisi

Foto disini Foto disini

Nomor Foto Jenis Kerusakan Tanggal Pengambilan Nomor Foto Jenis Kerusakan Tanggal Pengambilan
Nama elemen Kode Kerusakan Catatan Nama elemen Kode Kerusakan Catatan
Kode elemen Nilai Kondisi Kode elemen Nilai Kondisi

Foto disini
Foto disini

29
KODE-KODE PEMERIKSAAN MENDETAIL JEMBATAN
KODE URAIAN KETERANGAN
0 Elemen/ jembatan dalam kondisi baik dan tanpa kerusakan
1 Elemen/ jembatan mengalami kerusakan ringan, hanya memerlukan pemeliharaan rutin
2 Elemen/ jembatan kerusakan yang memerlukan pemantauan atau pemeliharaan berkala
3 Elemen/ jembatan mengalami kerusakan yang memerlukan tindakan secepatnya
4 Elemen/ jembatan dalam kondisi kritis
5 Elemen/ jembatan tidak berfungsi atau runtuh

Kalau berbahya =1
S ditinjau dari struktur apakah kerusakan berbahaya atau tidak ? (Lihat Petunjuk D
Kalau Tidak berbahaya = 0
Kalau Parah = 1
R apakah tingkat kerusakan parah atau tidak ? (Lihat Petunjuk D)
Kalau Tidak Parah = 0
apakah jumlah kerusakan lebih besar atau sama dengan 50% Dari Kalau Ya = 1
K area/volume/panjang ? (penilaian pemeriksa) Kalau Tidak = 0
Kalau Ya = 0
F apakah elemen masih berfungsi ? (Pengamatan Pemeriksa)
Kalau Tidak = 1
apakah kerusakan memepunyai pengaruh terhadap elemen lain ? Kalau Ya = 1
P (Pengamatan Pemeriksa) Kalau Tidak = 0
Nilai Kondisi adalah jumlah angka
NK Nilai kondisi elemen yang dinilai
dari pertanyaan tersebut diatas.

30
Penomoran Elemen
Elemen-elemen ini secara berturut-turut diberi nomor
Gelagar ke-1 B2
T.Pancang ke-1 A1
pada sumbu X, Y, dan Z seperti yang terlihat dalam Kolom ke-1 P2
T.Pancang ke-2 A1
Gambar 1
T.Pancang ke-3 A1 Kolom ke-2 P2
T.Pancang ke-4 A1 Gelagar ke-4 B2

Arah Ruas
X ( Arah
Memanjang )
Y (Arah Melintang) Gambar 3 - Penomoran Elemen - Arah Melintang
Z ( Arah Vertikal ) ARAH RUAS
Penomoran dalam arah vertikal biasanya hanya berlaku pada bagian-bagian
dari suatu elemen struktur secara individual, misalnya dalam suatu struktur
rangka. Bagian-bagian ini diberi nomor dari atas ke bawah seperti terlihat
KE RUAS
dalam Gambar 4.
ASAL

Gambar 1- Penomoran Elemen


Elemen-elemen dalam arah memanjang diberi nomor
secara urut, dimulai dari elemen yang terdekat dengan
kepala jembatan 1 (A1) seperti terlihat dalam Gambar Gambar 4 - Penomoran Elemen - Arah Vertikal
2.
ELEMEN KERUSAKAN LOKASI

KODE URAIAN KODE URAIAN A/P/B X Y Z

Batang atas B1 Batang diagonal ke 8 B1


Batang atas ke-1 B2 BATANG Bentang 5,
Batang diagonal ke-1 semua btg
4.462 302 KARAT B5 2
B1 tepi bwh,
TEPI BAWAH Rangka kanan

Bentang 5 ,
BATANG batang tepi
Batang tegak ke-2 B1
Arah ruas 4.461 302 KARAT B5 1 1 atas
Batang tegak ke-1 B1 pertama,rangk
TEPI ATAS
a kiri

Bentang 1
Km kecil Km besar 4.463
BATANG
302 KARAT B1 7 1
Batang
DIAGONAL diagonal ke 7,
Rangka kiri

Gambar 2 - Penomoran Elemen - Arah Memanjang


Bentang 3,
Rangka kiri,
4.622 SANDARAN 302 KARAT B3 1 1
Elemen-elemen dalam arah melintang diberi nomor Sandaran
atas
dari kiri ke kanan bila dilihat dari arah
meninggalkan A1 seperti terlihat dalam Gambar 3.
Abutment 1,
PERLETAKA PERUBAHA
4.612 604 A1 semua
N N BENTUK landasan

BERGELOM Seluruh
LANTAI
4.505 903 permukaan
PERMUKAAN lantai
BANG

Gambar 5 – Lokasi Elemen yang Rusak

31
LAPORAN PEMERIKSAAN MENDETAIL JEMBATAN

Elemen yang rusak Kerusakan Level 5 Level 3 - 4


Lokasi
Nilai Kondisi Nilai Kondisi
A
Kode Uraian Kode Uraian /
N N
P X Y Z S R K F P S R K F P
K K
/
B

PEMELIHARAAN RUTIN

1. Apakah ada penumpukan puing atau rintangan di sungai? (lingkari jawaban) Ya Tidak

2. Apakah ada penumpukan kotoran pada elemen jembatan? Ya Tidak

3. Apakah ada tumbuhan liar? Ya Tidak

4. Apakah pipa cucuran air di lantai ada yang tersumbat? Ya Tidak

32
5. Apakah drainase di daerah timbunan tidak cukup? Ya Tidak

6. Apakah ada lubang dan permukaan yang bergelombang? Ya Tidak

7. Apakah sandaran perlu dicat ? Ya Tidak

8. Apakah pelat nomor salah atau hilang ? Ya Tidak

9. Apakah pelat nama salah atau hilang ? Ya Tidak

No. Jembatan EVALUASI ELEMEN

Nilai Kondisi
Tindaka LEVEL 3
Gambar Foto Kuantit Satu Pemeriksa (Harus Lengkap)
n
Y/T (Y/T) as an an Khusus
Darurat N
Kode Elemen S R K F P
K

3,210 Aliran Sungai

3,220 Bangunan Pengaman

3,230 Tanah Timbunan

3,310 Pondasi

3,320 Kepala Jembatan/Pilar

3,410 Sistem Gelagar

3,420 Pelat

3,430 Pelengkung

3,440 Balok Pelengkung

3,450 Rangka

3,480 Sistem Gantung

3,500 Sistem Lantai

3,600 Sambungan Lantai

3,610 Landasan

3,620 Sandaran

3,700 Bangunan Pelengkap

3.80_ Gorong-gorong__

3.90_ Lintasan Basah__

Nilai Kondisi
LEVEL 2
(Pilihan)

Kode Elemen S R K F P N
K
2,200 Aliran Sungai /
Timbunan
2,300 Bangunan Bawah

2,400 Bangunan Atas

2,700 Perlengkapan
2,800 Gorong-gorong

33
2,900 Lintasan Basah

Nilai Kondisi
LEVEL 1
(Pilihan)

N
Kode Elemen S R K F P
K

1,000 Jembatan

34
LAPORAN PEMERIKSAAN MENDETAIL JEMBATAN
No. Jembatan

Nama Jembatan

Lokasi Jembatan dari Km jarak dari kota asal


kota asal tersebut

Tanggal Pemeriksaan Nama Pemeriksa NIP

DATA INVENTARISASI

Apakah Data Inventarisasi Betul? (lingkari jawaban) Ya Tidak

Apabila data tidak benar, perbaikan dapat dibuat pada Laporan Data Inventarisasi dengan tinta merah

PEMERIKSAAN KHUSUS

Apakah Pemeriksaan Khusus Disarankan? (Lingkari Jawaban) Ya Tidak

Elemen-elemen yang memerlukan Pemeriksaan Khusus

Kode Elemen Lokasi Alasan untuk melakukan Pemeriksaan Khusus

TINDAKAN DARURAT

Apakah Tindakan Darurat Disarankan? (lingkari jawaban) Ya Tidak

Elemen-elemen yang memerlukan Tindakan Darurat

Kode Elemen Lokasi Alasan untuk melakukan Tindakan Darurat

Gambar dan Foto

Ya Tidak

Apakah Foto Memanjang (Sisi kiri / kanan) Jembatan telah Diambil ?

Apakah Foto Tampak Depan (jalan masuk / keluar) Jembatan telah Diambil ?

Apakah Foto Kondisi Lingkungan telah Diambil ?

Apakah Foto Kondisi Aliran Sungai telah Diambil ?

Apakah Foto Elemen yang mengalami kerusakan telah Diambil ?

Hanya untuk Keperluan Kantor Saja

Tanggal Memamsukkan Data Pemeriksaan Detail oleh

35
LAPORAN PEMERIKSAAN MENDETAIL JEMBATAN

No. Jembatan

CATATAN DAN GAMBAR (SESUAIKAN DENGAN HIERARKI ELEMEN)

36
LAPORAN PEMERIKSAAN MENDETAIL JEMBATAN
No. Jembatan

FOTO ELEMEN dan KERUSAKAN


Foto Jembatan dan Kerusakan Pada Elemen

Nomor Foto Jenis Kerusakan Tanggal Pengambilan Nomor Foto Jenis Kerusakan Tanggal Pengambilan
Nama elemen Kode Kerusakan Catatan Nama elemen Kode Kerusakan Catatan
Kode elemen Nilai Kondisi Kode elemen Nilai Kondisi

Foto disini Foto disini

Nomor Foto Jenis Kerusakan Tanggal Pengambilan Nomor Foto Jenis Kerusakan Tanggal Pengambilan
Nama elemen Kode Kerusakan Catatan Nama elemen Kode Kerusakan Catatan
Kode elemen Nilai Kondisi Kode elemen Nilai Kondisi

Foto disini Foto disini

37
BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1. Gambaran Umum Obyek Studi

Jembatan Kelapa Lima terletak pada ruas jalan Sumatiro di


kelurahan Oesapa Barat yang menghubungkan kelurahan Oesapa Barat dan
Kelurahan Kelapa Lima, dengan panjang bentangan 8.00 meter, lebar 5.20
meter. Konstruksi Bangunan bawah jembatan adalah pondasi langsung, dan
bangunan atasnya komposit dengan gelagar baja dan plat lantai beton.

Kondisi existing jembatan dilihat secara visual mengalami


kerusakan yang membutuhkan perhatian dan penanganan terhadap beberapa
kerusakan yang terjadi pada jembatan Kelapa Lima. Kali Kelapa Lima
merupakan kali kering, yang hanya berair pada musim hujan sehingga dapat
terjadi banjir yang sangat besar karena topografi sungai tersebut berada pada
dataran rendah. Arah hulu sungai Kelapa Lima adalah daerah perumahan
penduduk yang cukup padat dan di sekitar jembatan tersebut merupakan
area permukiman penduduk kelurahan Oesapa Barat yang berjarak kurang
lebih 20 meter dari lokasi jembatan. Lebar sungai pada daerah bentangan
jembatan adalah 7.50 m, lebar sungai di bagian hulu 6,50 m dan hilir
jembatan 8,00 m.

Topografi daerah tangkapan hujan ( cathmen area ) dan area aliran


sungai sampai pada lokasi penempatan jembatan memiliki kelandaian lebih
dari 10 % dan jenis struktur tanah disekitar lokasi jembatan tersebut adalah
tanah lempung berbatu, sedangkan route jalan pada lintasan jembatan
searah sumbu jalan relatif datar.

3.2. Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup dalam melakukan identifikasi pada
Jembatan Kelapa Lima adalah :
1. Melakukan pemeriksaan inventarisasi dan pemeriksaan detail terhadap
kondisi Jembatan Kelapa Lima.

38
2. Mengetahui nilai kondisi Jembatan Kelapa Lima berdasarkan kriteria
penilaian kondisi jembatan.
3. Menentukan solusi alternatif penanganan terhadap kerusakan-
kerusakan yang terjadi pada Jembatan Kelapa Lima.

3.3. Metodologi
Metode yang digunakan dalam pembahasan ini adalah:
1. Metode Wawancara dan Observasi
Penulis melakukan wawancara dan observasi terhadap masyarakat
yang berada di sekitar jembatan tersebut atau pihak-pihak yang
terlibat pada perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan jembatan
tersebut.
2. Metode Survei dan Pengamatan
Penulis melakukan survei dan pengamatan langsung di lapangan untuk
mengidentifikasi kondisi jembatan Kelapa Lima.
3. Metode Studi pustaka
Yaitu metode yang dapat menghasilkan data-data sekunder yaitu
Parameter yang digunakan untuk menilai kondisi jembatan tersebut
serta Literatur – literatur / referensi yang berhubungan dengan
penilaian kondisi jembatan.

39
Diagram alir metode studi kasus adalah sebagai berikut :

Mulai

Pengumpulan Data :
Data Primer
Data Sekunder

Analisa dan pengolahan data

Nilai kondisi jembatan


berdasarkan Kriteria
Penilaian Kondisi Jembatan

Hubungan antara kondisi


jembatan dengan nilai
kondisi jembatan

Alternatif penanganan
kerusakan jembatan

Solusi penanganan terhadap


kerusakan jembatan

Selesai

Gambar 3.1. Diagram Alir

40
3.4. Kondisi Existing Obyek Studi

Jembatan Kelapa Lima dibangun tahun 1992 dengan konstruksi


bangunan atas tipe komposit ( lantai beton dengan gelagar baja).

Sumber : Dokumen Pribadi


Gambar 3.2. Gambar kondisi Existing Jembatan Kelapa Lima

Adapun data kondisi terakhir jembatan Kelapa Lima yang diambil


berdasarkan pengamatan secara visual sesuai hasil identifikasi lapangan
sebagai berikut :

a. Nama Jembatan : Kelapa Lima


b. Tipe Jembatan : Komposit
c. Tipe Konstruksi
Bangunan Atas : Komposit ( gelagar baja dan plat lantai
beton )
2) Bangunan Bawah : Pasangan Pondasi Langsung (pondasi
dangkal)
3) Lokasi : Di Kelurahan Oesapa Barat, Kecamatan
Kelapa Lima Kota Kupang.

d. Ruas Jalan : Oesapa – Kelapa Lima

41
e. Status Jalan : Jalan Kabupaten/kota (kolektor sekunder)
f. Lebar Jalan : 3,50 meter ( tidak ada bahu jalan )
g. Tipe Jalan : 1/2 ( satu lajur dua arah ) TB
h. Tahun Pembuatan : 1992
i. Lebar Sungai : 7.50 meter
j. Total Panjang Bentangan : 8.40 meter
k. Total Lebar Bentangan : 5.20 meter
l. Lebar Lintas Kendaraan : 3.50 meter
m. Lebar Trotoar Jembatan : 0.50 meter
n. Tinggi Trotoar Jembatan : 0.15 meter
o. Tinggi Tiang Sandaran : 0.90 meter
p. Jumlah Gelagar (Baja) :5 buah
q. Lebar Flens Gelagar Baja : 0.20 meter
r. Tinggi Gelagar Baja : 0.65 meter
s. Jumlah Diafragma :3 buah
t. Jarak Antar Gelagar : 1,00 meter (Gelagar Pingir)
u. Jarak Antar Gelagar : 2,00 meter (Gelagar Tengah)
v. Tebal Plat Jembatan : 0.30 meter
w. Panjang Oprit : 20,00 meter
x. Tinggi Air Sungai : - ( saat ini kering)
y. Data Sungai :
1) Pada titik jembatan :
a) lebar sungai : 7.50 meter
b) tinggi sungai/tinggi basah : - (saat ini kering)
c) tinggi muka air normal (man) : - (saat ini kering)
2) Pada titik 100 m ( Hulu ) :
a) lebar sungai : 6,50 meter
b) tinggi sungai/tinggi basah : - (saat ini kering)
c) tinggi muka air normal (man) : - (saat ini kering)
3) Pada titik 100 m ( Hilir ) :
a) lebar sungai : 8,00 meter
b) tinggi sungai/tinggi basah : - (saat ini kering)

42
c) tinggi muka air normal (man) : - (saat ini kering)

Gambar 3.3. Kondisi Existing Obyek Studi

Gambar 3.4. Kondisi Existing Obyek Studi

43
3.5. Peta Lokasi Obyek Studi

Lokasi
pengamata
n Studi
Kasus

Sumber : Dinas Kimpraswil Propinsi NTT

Gambar 3.5. Letak lokasi Pengamatan Studi Kasus

44
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonimous, Bridge Management Sistem, Direktorat Jenderal Bina Marga,


1993, Penerbit DPU Jakarta.

2. Honning, 2003, Konstruksi Bangunan Air, Penerbit Pradnya Paramita,


Jakarta.

3. Soemargono dkk,1995, Jembatan, Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta

4. Supriyadi , 2000, Jembatan, Penerbit BETA Offset, Jakarta

45

Anda mungkin juga menyukai