Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Mioma Uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan
leiomioma, fibriomioma atau fibroid (Prawirohardjo Sarwono,2009). Salah
satu masalah kesehatan pada kaum wanita yang insidensinya terus meningkat
adalah mioma uteri. Mioma uteri menempati urutan kedua setelah kanker
serviks berdasarkan jumlah angka kejadian penyakit.
Penelitian Marino (2004) di Italia melaporkan 73 kasus mioma uteri
dari 341 wanita terjadi pada usia 30-60 tahun dengan prevalensi 21,4%.
Penelitian Boynton (2005) di Amerika melaporkan 7.466 kasus mioma uteri
dari 827.348 wanita usia 25-42 tahun dengan prevalensi 0,9%. Penelitian
Pradhan (2006) di Nepal melaporkan 137 kasus mioma uteri dari 1.712 kasus
ginekologi dengan prevalensi 8%. Penelitian Okizei O (2006) di Nigeria
(Departement of Gynecology, University of Nigeria Teaching Hospital
Enugu) melaporkan mioma uteri 190 diantara 1.938 kasus ginekologi dengan
prevalensi 9.8%. Penelitian Rani Akhil Bhat (2006) di India (Departement of
Obstetric and Gynecology, Kasturba Medical College and Hospital) terdapat
150 kasus mioma uteri, dan 77 kasus terjadi pada wanita umur 40-49 tahun
dengan prevalensi 51%, dan 45 kasus terjadi pada wanita umur lebih dari 50
tahun dengan prevalensi 30%.
Derajat kesehatan salah satunya didukung dengan kaum wanita yang
memperhatikan kesehatan reproduksi karena hal tersebut berdampak pada
berbagai aspek kehidupan. Penyebab pasti mioma uteri belum diketahui secara
pasti, diduga merupakan penyakit multifaktor karena memiliki banyak faktor
dan resikonya meningkat seiiring dengan bertambahnya usia.
Berdasarkan multifaktor tersebut, kewaspadaan wanita terhadap resiko
mioma uteri sangat dibutuhkan. Dalam hal ini peran perawat berpengaruh
dalam menjawab kebutuhan klien dengan mioma uteri. Yaitu memberikan

1
asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan mioma uteri serta
menjalankan fungsi perannya sebagai health educator.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apa saja definisi dari mioma uteri?
b. Apa saja anatomi uterus pada wanita?
c. Apa saja klasifikasi dari mioma uteri?
d. Apa saja etiologi dari mioma uteri?
e. Apa saja manifestasi klinis dari mioma uteri?
f. Bagaimana patofisiologi dari mioma uteri?
g. Bagaimana pathway dari mioma uteri?
h. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari mioma uteri?
i. Bagaimana komplikasi dari mioma uteri?
j. Bagaimana penatalaksaaan dari mioma uteri?
k. Bagaimana pencegahan dari mioma uteri?
l. Bagaimana asuhan keperawatan pada mioma uteri?

1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui apa saja definisi dari mioma uteri.
b. Untuk mengetahui apa saja anatomi uterus pada wanita.
c. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari mioma uteri.
d. Untuk mengetahui apa saja etiologi dari mioma uteri.
e. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis dari mioma uteri.
f. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari mioma uteri.
g. Untuk mengetahui bagaimana pathway dari mioma uteri.
h. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang dari mioma uteri.
i. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi dari mioma uteri.
j. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksaaan dari mioma uteri.
k. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan dari mioma uteri .
l. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada mioma uteri.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN MIOMA UTERI

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel
jaringan otot polos jaringan fibroid dan kolagen. Mioma uteri berasal dari sel
otot polos myometrium, menurut teori onkogenik maka patogenesa mioma
uteri dibagi 2 faktor yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang
menginisiasi pertumbuhan mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti.
Dari penelitian meggunakan glucose-6-phosphatase dehydrogenase diketahui
neoplastic dari myometrium menjadi mioma melibbatkan mutasi somatic dari
myometrium normal dan interaksi kompleks dari hormone streroid seks dan
growth faktor lokal.
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat, sehingga disebut juga leiomioma,fibromioma, atau fibroid.
Mioma uteri terjadi pada 20%-25% perempuan usia reproduktif dan 3-9 kali
lebih banyak pada ras kulit hitam. Mioma jarang sekali ditemukan sebelum
usia pubertas dan hanya bermanifestasi selama usia reproduktif . Myoma uteri
adalah tumor jinak yang berasal dari otot rahim (miometrium) atau jaringan
ikat yang tumbuh pada dinding atau di dalam rahim.

3
2.2 ANATOMI UTERUS

Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah


pir, yang sedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis
antara rektum di belakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus
sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot
polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal
1,25 cm. Berat uterus normal lebih kurang 57 gram. Pada masa kehamilan
uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah pengaruh estrogen
dan progesterone yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya
disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus, disamping itu serabutserabut
kolagen yang ada menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen
sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. Setelah Menopause,
uterus wanita nullipara maupun multipara, mengalami atrofi dan kembali ke
ukuran pada masa predolesen.
1. Pembagian Uterus
1) Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus yang proksimal yang
terletak antara kedua pangkal saluran telur.
2) Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus
uteri mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang.

4
Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau
rongga rahim.
3) Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut
porsio,hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut
ostium uteri yaitu bagian serviks yang ada di atas vagina.
2. Pembagian Dinding Uterus
1) Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri.
Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan
jaringan dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berlekuk-
lekuk. Dalam masa haid endometrium untuk sebagian besar dilepaskan,
untuk kemudian tumbuh menebal dalam masa reproduksi pada
kehamilan dan pembuluh darah bertambah banyak yang diperlukan
untuk memberi makanan pada janin.
2) Miometrium (lapisan otot polos) di sebelah dalam berbentuk sirkuler,
dan disebelah luar berbentuk longitudinal.
Diantara kedua lapisan ini terdapat lapisan otot oblik,
berbentuk anyaman. Lapisan otot polos yang paling penting pada
persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir berkontraksi kuat dan
menjepit pembuluh-pembuluh darah yang ada di tempat itu dan yang
terbuka.
3) Lapisan serosa (peritoneum viseral) terdiri dari lima igamentum yang
menfiksasi dan menguatkan uterus yaitu:
a. Ligamentum kardinale kiri dan kanan yakni ligamentum yang
terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan
ikat tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah lateral
dinding pelvis. Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah,
antara lain vena dan arteria uterine.
b. Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks
bagian belakang kiri dan kanan kearah sarkum kiri dan kanan.
Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang

5
menahan uterus agar tetap dalam keadaan antofleksi, berjalan dari
sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri
cepat karena uterus berkontraksi kuat.
c. Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi
tuba, berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung
jaringan ikat.
d. Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan
tuba fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di
dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria
dan vena ovarika.
2.3 KLASIFIKASI

Berdasarkan letaknya mioma uteri dibagi atas:


1) Mioma sub mukosum
Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa
uterus/endometrium dan tumbuh kearah kavun uteri. Hal ini
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar kavum uteri.
Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar
dan masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt.
Mioma submukosum walaupun hanya kecil selalu
memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit
dihentikan, sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.

6
Mioma uteri dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
dilahirkan melalui serviks (mioma geburt).
2) Mioma intramural
Berada diantara serabut miometrium. Disebut juga sebagai
mioma intraepitalial, biasanya multiple. Apabila masih kecil, tidak
merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan menyebabkan uterus
berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya.
Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali
rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah
bawah.
3) Mioma subserosum
Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya
sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang
dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan kearah
lateral dapat berada di dalam ligamentum latum, dan disebut
sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar akan
mengisi rongga peritoneum sebagai suatu massa. Perlekatan
dengan ementum di sekitarnya menyebabkan sisten peredaran
darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai
semakin mengecil dan terputus, sehingga mioma terlepas dari
uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum.
Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis parasitik
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
ke permukaan uterus dan diliputi serosa. Mioma subserosum dapat
tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma
intra ligamenter. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel
pada jaringan lain setelah lepas dari uterus, misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian bebas disebut wondering
/ parasitic fibroid. (Sarwono, 2005).

7
2.4 ETIOLOGI
Etiologi belum diketahui secara pasti, tetapi terdapat korelasi
antara pertumbuhan tumor dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron
pada jaringan mioma uteri, serta adanya faktor predisposisi yang bersifat
herediter. (Kurniasari,2010).
Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang
pasti, namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa
mioma uteri terjadi tergantung pada sel-sel imatur yang terdapat pada “cell
Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh hormon
estrogen. Namun demikian, beberapa faktor yang dapat menjadi faktor
pendukung terjadinya mioma adalah wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia
muda, genetik, zat-zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi pencetus dari
terjadinya mioma uteri adalah adanya sel yang imatur.
Pengaruh hormon dalam pertumbuhan dan perkembangan mioma
adalah mioma memiliki reseptor estrogen lebih banyak dibanding
miometrium normal. Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau
teori genitoblast. Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen pada
kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa pada abdomen
(Wiknjosastro, 2005). Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian
preparat progesteron. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor, yaitu
mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor
estrogen pada tumor (Mansjoer, 2001).
Teori Mayer dan Snoo, rangsangan “sell nest” oleh estrogen,
faktor:
1) Tak pernah dijumpai sebelum menstruasi
2) Atropi setelah menopause
3) Cepat membesar saat hamil
4) Sebagian besar masa reproduktif (Bagus, 2002).
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada
2 teori yang berpendapat :

8
1. Teori stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa:
1) Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
2) Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
3) Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
4) Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma
uteri.
Penyebab dari mioma pada rahim masih belum diketahui.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa masing-masing mioma muncul dari 1
sel neoplasma soliter (satu sel ganas) yang berada diantara otot polos
miometrium (otot polos di dalam rahim). Selain itu didapatkan juga adanya
faktor keturunan sebagai penyebab mioma uteri. Pertumbuhan dari
leiomioma berkaitan dengan adanya hormone estrogen. Tumor ini
menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi, ketika
pengeluaran estrogen maksimal. Mioma uteri memiliki kecenderungan untuk
membesar ketika hamil dan mengecil ketika menopause berkaitan dengan
produksi dari hormon estrogen. Apabila pertumbuhan mioma semakin
membesar setelah menopause maka pertumbuhan mioma ke arah keganasan
harus dipikirkan. Pertumbuhan mioma tidak membesar dengan pemakaian pil
kontrasepsi kombinasi karena preparat progestin pada pil kombinasi memiliki
efek anti estrogen pada pertumbuhannya. Perubahan yang harus diawasi pada
leiomioma adalah perubahan ke arah keganasan yang berkisar sebesar 0,04%.
2. Teori Cellnest atau genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur
yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus
menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo, 2002).
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology ada beberapa faktor
yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri yaitu :
1. Umur
Jarang ditemukan sebelum usia pubertas dan setelah menopause,
paling banyak pada umur 35-45 tahun (25%). Hal ini dikarenakan pada

9
usia sebelum menarche kadar estrogen rendah, dan meningkat pada usia
reproduksi, serta akan turun pada usia menopause.

2. Paritas
Wanita nulipara (belum pernah melahirkan anak) atau kurang
subur. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita
yang tidak pernah hamil atau hanya hamil satu kali ( Schorge et al., 2008
cit Kurniasari,2010). Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada
wanirta yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui
apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma
uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini
saling mempengaruhi.

3. Faktor ras dan genetik


Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka
kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini
tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
4. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya
kadar estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke
uterus.
5. Keturunan
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk
menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri. (Parker, 2007 cit Kurniasari, 2010).
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinik mioma uteri adalah:
1) Perdarahan tidak normal
Merupakan gejala yang paling umum dijumpai. Gangguan
perdarahan yang terjadi umumnya adalah: menoragia, dan metrorargia.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini antara lain adalah:

10
pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium,
permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa, atrofi
endometrium, dan gangguan kontraksi otot rahim karena adanya sarang
mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik. Akibat perdarahan
penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat
lelah, dan mudah terjadi infeksi.
a. Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi
b. Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi
c. Gangguan kontraksi otot rahim
d. Perdarahan berkepanjangan
Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena
kekurangan darah, pusing, cepat lelah dan mudah terjadi infeksi.
2) Penekanan rahim yang membesar
Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat terjadi:
a. Terasa berat di abdomen bagian bawah
b. Sukar miksi atau defekasi
c. Terasa nyeri karena tertekannya urat syaraf
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri.
Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria, pada uretra
dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi
dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
3) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses
saling mempengaruhi:
a. Kehamilan dapat mengalami keguguran
b. Persalinan prematurus
c. Gangguan saat proses persalinan
d. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas

11
e. Kala ke tiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.

2.6 PATOFISIOLOGI

Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyakdibanding


miometrium normal. Teori “Cell Nest” atau teori “Genitoblat” membuktikan
dengan pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang
berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang
tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering
ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder
pada mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena berkurangnya
aliran darah ke mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma
submukosum, intramuskular dan subserosum.
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal
tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat
bervariasi. sangat sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi
dapat juga terjadi pada servik. Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh
darah endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat
besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat terhadap uterus dan
menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor
subcutan berkembang menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau
cervik yang dapat menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid
sangat jarang bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang
mengobstruksi atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii.
Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal
ini menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.

12
2.7 PATHWAY

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Mansjoer (2002), pemeriksaan yang dilakukan pada kasus


Mioma Uteri adalah :

1. Pemeriksaan Darah Lengkap


Hb turun, Albumin turun, Lekosit turun/meningkat, Eritrosit turun.
2. USG (Ultrasonografi)
Terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginal Toucher

13
Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
4. Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5. Rontgen
Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi.
6. ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi.
7. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam
menetapkan adanya Mioma Uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama
bermanfaat pada uterus yng kecil. Uterus atau massa yang paling besar
paling baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma
Uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang
mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus.
Adanya klasifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan
akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik.

8. Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya Mioma Uteri submukosa,
jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat
diangkat.
9. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi
mioma, tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa
gelap terbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium yang normal.
MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan
jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif
ultrasonografi pada kasus -kasus yang tidak dapat disimpulkan.

14
2.9 KOMPLIKASI
1. Perdarahan sampai terjadi anemia
2. Torsi ( putaran tungkai mioma ) dari :
1) Mioma uteri, subsemsa
2) Mioma uteri subumatosa
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul
gangguans irkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian
terjadilah syndrome abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan
gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu
keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga
peritoneum.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang
diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi
pada mioma yang menyebabkan perdarahan berupa metroragia disertai
leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari
uterus sendiri

3. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi
4. Pengaruh timbale balik mioms dan kehamilan

1) Pengaruh mioma terhadap kehamilan


2) Infeksi
3) Abortus
4) Persalinan premature dan kelaianan letak
5) Infeksia uteria
6) Gangguan jalan persalinan
7) Retensi plasenta

5. Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri bertangkai

15
2.10 PENATALAKSAAAN
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan ada macam yaitu :

1. Penatalaksanaan koservatif sebagai berikut :


a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan
b. anemia, Hb < 89 % tranfusi PRC
c. Pemberian zat besi
d. Penggunaan agonis GnRH lenprotid asetat 3,75 mg 1M pada hari 1-3
menstruasi setiap minggu sebanyak 3 kali.
Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan
menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi genedropin dan
menciptakan keadaan hipohistrogonik yang serupa yang ditekankan
pada periode postmenopause efek maksimum dalam mengurangi
ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu. Terapi GnRH . Ini dapat
pula diberikan sebelum pembedahan, karena memberikan beberapa
keuntungan , mengurangi kehilangan darah selama pembedahan, dan
dapat mengurangi kebutuhan akan transfuse darah, namun obat ini
menimbulkan kehilangan masa tulang meningkat dan osteoporosis
pada waktu tersebut.
2. Penatalaksanaan operatif bila
a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu
b. Pertumbuhan tumor ceppat
c. Mioma subserosa, bertangkai, dan torsi
d. Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
e. Hipermenoria pada mioma submukosa
f. Penekanan pada organ sekitarnya
3. Radioterapi.
a. Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).
b. Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan.
c. Bukan mioma jenis submukosa

16
d. Tidak disertai radang pelvis, atau penekanan pada rectum.
e. Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan
menopause.
4. Operasi
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa
pengangkatan rahim/uterus (Rayburn, 2001). Miomektomi lebih
sering di lakukan pada penderita mioma uteri secara umum.
Miomektomi dilakukan pada wanita yang masih menginginkan
keturunan. Syaratnya harus dilakukan kuretase dulu, untuk
menghilangkan kemungkinan keganasan.
KERUGIAN:
a) Melemahkan dinding uterus, sehingga dapat menyebabkan rupture
uteri pada waktu hamil.
b) Menyebabkan perlekatan.
c) Residif.
b. Histerektomi/ Pengangkatan Rahim
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk
mengangkat rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri
ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri. Histerektomi dapat
dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada
penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau yang sudah
bergejala. Histrektomi dilakukan pada mioma yang ukurannya besar
dan multipel. Pada wanita muda sebaiknya ditinggalkan satu atau
kedua ovarium, maksudnya adalah untuk menjaga agar tidak terjadi
menopause sebelum waktunya dan menjaga gangguan coronair atau
arteriosklerosis umum. Sebaiknya dilakukan histerektomi total,
kecuali bila keadaan tidak mengijinkan bisa dilakukan histerektomi
supravaginal. Untuk menjaga kemungkinan keganasan pada cervix,
sebaiknya dilakukan pap smear pada waktu tertentu.
Ada dua cara histerektomi, yaitu :

17
1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama
mioma intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus
gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina
misalnya rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan, 2005).
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists
(ACOG) untuk histerektomi adalah sebagai berikut :
1) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat
teraba dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.
2) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak
dan bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8
hari dan anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
3) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri
hebat dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian
bawah yang kronis dan penekanan pada vesika urinaria
mengakibatkan frekuensi miksi yang sering (Chelmow, 2005).

5. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil

Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah


baring, analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan
konservatif selalu lebih disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea
merupakan indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan
kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik.

18
2.11 PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche
atau sebelum terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan
yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayuran
dan buah.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum
seseorang menderita mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan
dengan penyuluhan mengenai faktor-faktor resiko mioma terutama pada
kelompok yang beresiko yaitu wanita pada masa reproduktif. Selain itu
tindakan pengawasan pemberian hormone estrogen dan progesteron
dengan memilih pil KB kombinasi (mengandung estrogen dan
progesteron), pil kombinasi mengandung estrogen lebih rendah dibanding
pil sekuensil, oleh karena pertumbuhan mioma uteri berhubungan dengan
kadar estrogen .
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena
mioma uteri, tindakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
komplikasi. Pencegahan yang dilakukan adalah dengan melakukan
diagnosa dini dan pengobatan yang tepat.
4. Pencegahan Tertier
Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan setelah penderita
melakukan pengobatan. Umumnya pada tahap pencegahan ini adalah
berupa rehabilitasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah
timbulnya komplikasi. Pada dasarnya hingga saat ini belum diketahui
penyebab tunggal yang menyebabkan mioma uteri, namun merupakan
gabungan beberapa faktor atau multifaktor. Tindakan yang dilakukan
adalah dengan meningkatkan kualitas hidup dan mempertahankannya.
Penderita pasca operasi harus mendapat asupan gizi yang cukup dalam
masa pemulihannya.

19
2.12 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MIOMA UTERI
1) PENGKAJIAN

A. Identitas Klien
Nama : Ny. R
Umur : 39 tahun
Jenis kelamin : Wanita
Suku/bangsa : Indonesia
Status perkawinan : Cerai
Pendidikan : Tidak sekolah
Pekerjaan : Petani
Alamat : Boja,Kendal
Tanggal masuk : 12 februari 2016
No.reg :-
Diagnosa keperawatan: Miom uteri
Penanggung jawab
Nama : Tn. S
Umur : 25 tahun
Hubungan dengan pasien : Anak
Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
B. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah
b. Riwayat kesehatan sekarang : Pasien datang dari IGD dengan
keluhan nyeri perut bagian bawah, sakit saat BAK, gejala itu ada
sejak kurang lebih 3 hari yang lalu, kemudian keluarga membawa
ke RSUD Ungaran untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

20
c. Riwayat kesehatan yang lalu : Pasien mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang menderita sakit dengan pasien dan tidak mempunyai
penyakit lain, seperti HT, DM.
d. Riwayat Reproduksi : Pasien mengatakan pada saat menstrusi
merasa sakit, haid 7 hari siklus haid 28 hari.
e. Riwayat obstetrik
f. Riwayat keluarga berencana

Pasien mengatakan mengikuti KB spirait sejak 9 tahun yang lalu.

C. Pengkajian pola fungsional


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum : pasien mengatakan selalu menjaga kesehatan dan
menganggap kesehatan adalah hal yng utama
Selama : pasien mengatakan kesehatan adalah hal yang paling
berharga
2. Pola Nutrisi dan metabolic
Sebelum : pasien mengatakan makan 3x sehari dengan komposisi
nasi, sayur dan lunak, serta bminum air putih
Selama : pasien mengatakan tidak mengalami masalah dengan
pola nafsu makan dan selalu menghabiskan porsi makanan yang
disediakan oleh rumah sakit
3. Pola eliminasi
Sebelum : pasien mengatakan BAB 1 kali dengan karakteristik
lunak, kuning, bau khas dan BAK 4-5 x sehari, kuning, bau khas
Selama : pasien mengatakan BAB 1 kali dengan karakteristik
lunak, kuning, bau khas dan BAK merasa sakit saat mengeluarkan
urin kemudian dipasang DC volume rata-rata 800 cc perhari
4. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum : pasien mengatakan beraktifitas seperti bekerja dan lain-
lain tanpa bantuan dengan orang lain

21
Selama : pasien mengatakan setelah dirawat dari RS semua
kegiatan di bantu oleh keluarga
5. Pola persepsi dan kognitif
Sebelum : pasien mengatakan tidak ada gangguan dengan indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan peraba.
Selama : pasien mengatakan tidak ada gangguan dengan indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan peraba.
6. Pola tidur dan istirahat
Sebelum : pasien mengatakan tidur 8-9 jam perhari dengan
nyenyak
Selama : pasien mengatakan pasien tidur 6-7 jam perhari dan
sering terbangun pada malam hari
7. Pola persepsi diri dan kognitif
Body image : klien tidak malu dengan keadaannya yang
sekarang
Identitas : klien sebagai tulang punggung
Peran : klien berperan sebagai ibu rumah tangga dan
mengalami perubahan karena sakit yang dialami
Ideal diri : klien berharap agar cepat sembuh dan kembali
beraktifitas seperti sedia kala
Harga diri : klien tidak merasa rendah diri ataupun minder
dengan keadaan sekarang
8. Pola hubungan social
Sebelum : pasien mengatakan tidak ada masalah dengan
orang lain dan mampu beradaptasi dengan lingkungan
Selama : pasien masih mampu berinteraksi dengan
perawat dokter maupun keluarga dan orang lain.
9. Pola seksual dan Reproduksi
Pasien sudah tidak bisa melakukan hubungan seksual karena sudah
tahu bercerai dengan suaminya.
10. Pola mekanisme koping

22
Pasien adalah orang yang tegar dalam mengatasi masalahnya
dengan dirundingan bersama anggota keluarga
11. Pola nilai dan kepercayaan ( Agama )
Klien menganut agama islam dan klien selalu menjalankan ibadah
sholat dan berdoa dirumah tapi selama sakit klien hanya bisa berdoa
saja.
D. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan : compos mentis


b. TD : 110/70 mmhg
c. N : 88X/menit
d. RR : 20xmenit
e. S : 36 C
f. BB : 44 kg
g. TB : 156 cm
h. Lila : 24 cm
i. Kepala : Masosepal
j. Mata : konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik
k. Hidung : bersih, tidak terdapat sosius dan polip
l. Telinga : tidak ada peradangan, tidak ada nyeri tekan dan tidak
menggunakan alat bantu, tidak ada mastoiditis
m. Mulut : mukosa lembab, mulut bersih, gigi caries
n. Leher : tidak ada pembesaran tiroid dan limfa
o. Dada
1. Paru-paru :is : simetris
a) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, vocal premitus sama
b) Perkusi : sonor
c) Auskultasi : vesikuler
2. Jantung : IS : simetris
a) Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b) Perkusi : rekak

23
c) Auskultasi : regular
p. Abdomen : Is : simetris datar
a) Palpasi : perut odema, terdapat nyeri tekan
b) Auskultasi : suara bising usus 18x / menit ( 5-24x/menit )
c) Perkusi : tympani
d) P : nyeri saat bergerak dan BAK
e) Q : seperti ditusuk jarum
f) R : dan perut bagian bawah sampai vagina
g) S : skala 6
h) T : Kurang lebih 10 cm
q. Genetalia : bersih, tidak ada luka, terpasang DC
r. Ekstremitas : tidak ada odema terpasang selang infuse NaCL
pada tangan kanan
s. Crt : < 3 detik
t. Turgor : normal
u. Kulit : bersih, tidak sianosis

E. Data Penunjang
1. Pemeriksaan USG : terdapat daging seperti gumpalan darah
2. Program terapi
NaCL : 12 tpm
WB
3. Laboratorium ( 12 februari 2015 )
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL SATUAN
Hb 3,7 11,5-16,0 g/dl
Leukosit 4,4 4,0-11 10^3/ul
Trombosit 383 150-440 10^3/ul
Hematokrit 13,4 35,0-49,0 %
Eritrosit 2,18 3,8-5,2 10^6/ul
Granula 69,9 50-70 %
Limfosit 29,7 20-40 %

24
Monosit 5,4 2-8 %
MCV 61,6 82-91 Fl
MCH 16,9 27-31 Pg
MCHC 27,6 32-56 g/dl
RDW 21,5 11,6-19,8 %
GOL B - -
GDS 100 70-140 g/dl
Hbs Ag - - -

2) ANALISA DATA

NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


1. Ds : Pasien Perjalanan penyakit Nyeri
merasa nyeri saat ( mioma uteri ) Penekanan
bergerak dan pada syaraf
saat BAK
P : Nyeri saat
BAK dan
bergerak
Q : Sperti
ditusuk jarum
R : Perut bawah
sampai vagina
S : Skala 6
T : Krg lbh 10 m
Do :
TD :
110/70 mmHg
N :
88x/menit
RR :

25
20x/menit Gangguan
2. S : 36 Penekanan daerah uterus Eliminasi
- Pasien lemas Urin

-Sering
memegang
perutnya

DS : pasien
mengatakan
sering kencing
sedikit dan
merasa sakit

DO :- pasien
saat berkemih
merasa kesakitan

-sering berkemih

3) DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO TGL DIAGNOSA TTD


1. 14 feb 2016 Nyeri b/d perjalanan penyakit ( mioma
uteri )
2. 14 feb 2016 Resiko gangguan eliminasi urin b/d akibat
penekanan uretra

4) INTERVENSI KEPERAWATAN

26
NO DP TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL TTD
KH
1. DX Setelah dilakukan 1.Kaji 1.Untuk
1 tindakan karakteristik memeriksa
keperawatan 3x24 nyeri ( PQRST jenis skala
jam ) 2.Sebagai salah
-Nyeri berkurang satu dasar askep
2.Kaji faktor
3.Aktifitas
KH : yang
sesuai
mempengaruhi
-TD dalam batas kesenangan
normal ( 100/70- 3.Berikan akan
140/90 ) posisi yang mengurangi
nyaman nyeri
-Skala nyeri ( 3-4
5.Untuk
) 4.Ajarkan
mengurangi
relaksasi
nyeri
2. Dx 5.kolaborasi
2 pemberian
Setelah dilakukan
analgetik
tindakan
keperewatan
selama 3x24jam
1.Latih 1.Meningkatka
kutimensia urine
kandung kemih n fungsi
dengan KH :
kandung kemih
2.Managemen
-Mempertahankan 2.Mempertahak
eliminasi/urine
pola berkemih an pola
3.Pantau eliminasi
-Eliminasi urine
eliminasi urine 3.Mengetahui
tidak terganggu
masukan dan
4.Ajarkan
keluaran
pasien untuk
4.Memenuhi

27
minum 200 ml kebtuhan ciran
pada saat dan melatih
makan dan refleksi
awal pulang kandung kemih

5) IMPLEMENTASI

Lakukan tindakan sesuai dengan apa yang harus dilakukan pada saat itu
dan catat apa pun yang telah dilakukan pada klien.

6) EVALUASI

Evaluasi tidakan yang telah diberikan. Jika keadaan klien mulai membaik,
hentikan tindakan. Sebaliknya, jika keadaan klien memburuk, intervensi
harus mengalami perubahan.

28
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Mioma Uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan
leiomioma, fibriomioma atau fibroid. Klasifikasi dari mioma uteri: mioma
sub mukosum, mioma intramural, mioma subserosum. Beberapa faktor yang
dapat menjadi faktor pendukung terjadinya mioma adalah wanita usia 35-45
tahun, hamil pada usia muda, genetik, zat-zat karsinogenik, sedangkan yang
menjadi pencetus dari terjadinya mioma uteri adalah adanya sel yang imatur.

Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi


hal tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. Tumor subcutan
dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan menyebabkan
perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat menyebabkan
penghambat terhadap uterus dan menyebabkan perubahan rongga uterus.
Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang menjadi bertangkai dan
menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat menyebabkan terjadi infeksi
atau ulserasi.

3.2 SARAN

Berhati-hatilah dengan penyakitmioma uteri, lebih baik mencegah dari


pada mengobati.Ternyata tidak mudah menjadi seorang wanita, tapi bukan
berarti sulit untuk menjalaninya. Penyakit bisa kita hindari asal kita selalu
berusaha hidup sehat dan teratur. Untuk pencegahan penyakit mioma uteri
diharapakn untuk melakukan deteksi dini, dan apabila timbul gejala-gejala
maka segera menindak lanjuti, agar mioma uteri dapat diatasi cepat oleh
petugas kesehatan. Selain itu diharapkan untuk membiasakan diri dengan pola

29
hidup sehat dan bersih serta menghindari factor-faktor resiko pemicu mioma
uteri.

Disarankan kepada para pembaca khususnya untuk para wanita agar


selalu menjaga kebersihan daerah kewanitaannya selain menjaga para wanita
juga bisa mencegah mioma uteri dengan cara mengkonsumsi makanan yang
tinggi serat seperti sayuran dan buah, memilih pil KB kombinasi, dan
meningkatkan kualitas hidup dan mencegah timbulnya komplikasi.

Penulis mengharapkan agar pencegahan dilakukan oleh setiap wanita


supaya angka mortalitas yang diakibatkan oleh mioma uteri bisa menurun dan
juga penyebarannya tidak meluas lebih jauh lagi.

30
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, dkk. 2018. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi


6. Jakarta. Mocomedia.

Doengos, Marilynn E dkk. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatqn Pasien edisi 3.Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.

Mansjoer Arief, 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Medikal Aesculapius,FKAUI :


Jakarta.

Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi.


Edisi 2. Jakarta : EGC.

Keliat, Budi Anna, dkk. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta. EGC.

Moorhead, Sue, dkk. 2018. Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran


Outcomes Kesehatan Edisi 5. Jakarta. Mocomedia.

Prawirohardjo, sarwono. 2002. Edisi Ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Pearce, Evelyn C. 2000. Anatomi dan Fisiolog untuk Paramedis Edisi Barui.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

31
32

Anda mungkin juga menyukai