Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada zaman modern ini orang tua semakin sadar bahwa pendidikan
merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa ditawar-tawar. Oleh sebab
itu tidak mengherankan pula bahwa semakin banyak orang tua yang merasa perlu
cepat-cepat memasukkan anaknya ke sekolah sejak usia dini. Pendidikan anak
usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam
pembangunan sumberdaya manusia. Karena bagaimanpun mempersiapkan anak
sejak dini berarti tlah mempersiapkan armada perang yang memiliki modal yang
lebih dari cukup untuk menyongsong masa depan.

Upaya pendidikan anak tidak akan lepas dari system pendidikan yang
diterapkan. System pendidikan Islam sebagai sebuah system pendidikan yang
berbasiskan Islam memiliki tujuan-tujuan untuk membentuk generasi msa depan
yang berkualitas pemimpin, yakni generasi pemimpin yang berkepribadian Islam
dengan penguasaan tsaqofah Islam yang luas, dan menguasai ilmu kehidupan
(sains dan teknologi) yang memadai.

Tulisan ini berusaha membahas suatu konsep pendidikan anak usia dini dalam
prespektif system pendidikan Islam. Suatu konsep pendidikan yang berasaskan
pada Islam sebagai landasan teoritis pendidikan Islam yang dimulai sejak
kandungan dengan metode-metode pendidikan yang lebih mengutamakan konsep
ketauhidan sebagai dasar hidup.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan Anak Menurut Islam

Pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun


maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.( Ki Hajar
Dewantara ).

Pendidikan Islam itu sendiri adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi
ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi Ilmu
pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara
lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori, yakni ilmu yang bernafaskan atau
dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber dari al Qur’an dan
Hadist.

Dalam pendidikan anak yang memegang peranan sangat penting dalam


perkembangan anak tersebut adalah orang tua. Pendidikan pertama dan utama
bagi seorang anak adalah orang tuanya, sebab seorang anak dapat mencontoh
perilaku yang dilakukan oleh orang tuanya setiap hari dirumah. Maka dari itu
orang tualah yang paling bertanggung jawab dan yang mempunyai peranan
penting dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan pendidikan sebagaimana yang
diharapkan.

Dalam Al-Qur’an surah Al-Kahfi 46 telah dijelaskan :

ًُ ‫أَ َم‬
ُ‫ل َو َخيْرُ ث َ َوا ًبا َر ِبكَُ ِع ْن َُد َخيْرُ الصَّا ِلحَاتُ َوا ْل َبا ِق َياتُ ُۖال ُّد ْن َيا ا ْل َح َيا ُِة ِزينَةُ َوا ْل َبنونَُ ا ْل َمال‬

Artinya “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-
amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta
lebih baik untuk menjadi harapan”.

2
Tanpa anak rumah tidak akan indah karena tidak ada tawa, tangis, canda
yang menyebabkan suasana rumah jadi semarak dan ramai. Tanpa anak, orang tua
belum merasa tertolong oleh Tuhan yang memuaskan hatinya. Meskipun kaya,
mereka akan merasakan masih kekurangan jika belum mendapatkan anak. Dan
bahkan sebaliknya. Disamping itu pula, terkadang anak juga sebagai ujian atau
cobaan bagi kedua orang tuanya.

Sebagaimana firman Allah SWT, dalam surah At-Taghabun ayat 15 :

‫ّللا ُۚفِتْنَةُ َوأ َ ْو ََلدك ُْم أ َ ْم َوالك ُْم إِنَّ َما‬


َُّ ‫ع َِظيمُ أَجْ رُ ِع ْندَهُ َو‬

Artinya “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu),


dan di sisi Allah-lah pahala yang besar”.

2.2 Pendidikan Anak Dalam Kandungan

Secara umum, kewajiban orangtua pada anak-anaknya adalah sebagai berikut:

1. Mendoakan anak-anaknya dengan doa yang baik (al-Furqan: 74), dan tidak
mengutuk anaknya dengan kutukan tidak manusiawi.
2. Memelihara anak dari api neraka (at-Tahrim: 6).
3. Menyuruh salat (Thaha: 132).
4. Menciptakan kedamaian dalam rumah tangga (an-Nisa’: 125).
5. Bersikap hati-hati terhadap anak-anaknya (at-Taghabun: 14).
6. Mencari nafkah yang halal (al-Baqarah: 233).
7. Mendidik anak agar berbakti pada bapak dan ibu (an-Nisa’: 36), (alAn’am:
151), (al-Isra’: 23), dengan cara mendoakannya yang baik (al-Isra’: 24).
8. Memberi air susu sampai dua tahun (al-Baqarah: 233).

Pendidikan anak dalam Islam dimulai sejak suami dan istri berniat
melakukan hubungan intim. Atas dasar itulah, Islam menganjurkan untuk
memulai hubungan itu dengan doa dan memandangnya sebagai aktivitas ibadah.
Ketentuan ini mengisyaratkan betapa suci dan luhurnya hubungan tersebut,
sebagaimana sucinya ajaran Islam. Rasulullah mengisyaratkan dalam sabdanya

3
bahwa orang yang tidak berdoa saat berhubungan dengan istrinya, maka setan pun
akan bersamanya saat itu:

Artinya : “Seseorang yang tidak membaca basmalah ketika menyetubuhi istrinya,


maka setan akan berada pada saluran air kencingnya dan ikut bersama-sama
menyetubuhi istrinya.” (HR. Bukhari).

Ketika janin telah terbentuk dalam kandungan, maka orangtua hendaknya


selalu mendoakannya, karena Rasulullah saw. bersabda:

Artinya : “Tidak ada satu anak Adam pun yang baru terlahir kecuali ia pasti
disentuh oleh setan. Oleh karena itu, setiap anak yang baru lahir pasti menangis
akibat sentuhan setan tersebut. Semua keturunan Adam pasti mengalaminya
kecuali Siti Maryam dan anaknya.” (HR. Bukhari).
Para ahli telah menemukan bahwa janin berusia tujuh bulan telah mampu
bereaksi terhadap suara di sekeliling ibu. Ia bisa berputar dan berubah posisi
ketika pintu di samping ibu tertutup dengan keras. Ditengarai, bahwa sebenarnya
memori otak mereka pun mampu bekerja merekam sinyal-sinyal yang terdeteksi.
Maka wajar jika ada anjuran bagi ibu hamil untuk mengaji dengan suara keras
agar terdengar oleh sang janin. Bahkan telah ada tape recorder mungil yang
khusus diletakkan di perut ibu. Dari sana irama ayat-ayat suci bisa diputar untuk
menemani sang janin yang masih dalam mimpinya.
Dianjurkan pula kepada ibu hamil untuk membacakan cerita bagi bayinya.
Mungkin hal ini terasa lucu, tetapi ilmu pengetahuan mampu membuktikan bahwa
hal tersebut nantinya memudahkan anak untuk mencintai buku, membiasakan
mendengar cerita, dan merangsang perkembangan otaknya. Bahkan terhadap
cerita tertentu yang kerap dibacakan berulang-ulang kepadanya ketika
dalam rahim, ia menunjukkan respon positif dan aktif ketika dibacakan ulang
setelah ia terlahir kemudian.

4
Akhirnya ketika kelak si janin telah bebas berlarian, akan lebih
mudah baginya untuk mengulang dan menghafal apa yang pernah
terekam dalam otak, jika dibanding teman-temannya yang belum dididik
semasa dalam rahim.
Wanita yang mengandung merasakan beberapa perubahan
psikologis. Kadang dia merasa bahagia, tetapi dalam kesempatan yang lain,
dia merasakan kesedihan yang luar biasa. Dia hidup dalam suasana emosi
yang labil. Oleh karena itu, pada masa ini, suami diharapkan dapat
memberikan perhatian dan kasih sayang sepenuhnya.
Kemudian ketika masa usia kandungan menginjak delapan bulan,
keadaan psikologis istri lebih kritis dibandingkan dengan bulan-bulan
sebelumnya. Pada masa ini, suami harus menjauhkan segala persoalan
yang membuat istri emosi dan stress, karena hal ini akan berpengaruh
terhadap janin. Janin itu akan terpengaruh oleh rasa sakit dan kesucian hati
ibu, serta segala macam peristiwa yang terjadi atas ibunya.
Para dokter bersepakat bahwa emosi-emosi yang terjadi pada bayi,
seperti takut, berani, marah, dll., merupakan buah dari faktor emosi yang
dialami ibu selama mengandung. Oleh karena itu, sebagai suatu persiapan
psikologis, sang ibu diharapkan untuk selalu dalam keadaan tenang dan
selalu memanjatkan doa bagi keselamatan dirinya dan anaknya, selain
juga doa untuk perkembangan anaknya kelak.
Biasanya, beberapa jam menjelang kelahiran, seorang ibu akan
merasakan tanda-tandanya yang biasa disebut kontraksi, yang dimulai
dengan kontraksi sedang sampai kontraksi hebat. Saat itu, sakit akan terasa
sedikit demi sedikit. Semakin kuat kontraksi, maka semakin kuat pula rasa
sakitnya.
Pada saat itu, yang harus dilakukan ibu adalah berzikir dengan tidak
dibarengi teriakan untuk memohon kepada Allah agar dirinya dan bayinya
diselamatkan. Dalam hal ini, berzikir sangat penting dilakukan, karena di
samping untuk menenangkan diri, juga untuk mempersiapkan diri jika
memang terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

5
2.3 Pendidikan Anak Setelah Dilahirkan
2.3.1 Kumandangkan Azan Dan Iqamah DiTelinga Bayi

Ketika bayi dilahirkan, Rasulullah saw. menganjurkan untuk


mengumandangkan azan di telinga kanan dan iqamah di telinga kirinya. Hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah saw.:

“Barangsiapa yang dikaruniai seorang anak, kemudian ia mengumandangkan azan di


telinga kanan bayinya, dan iqamah di telinga kirinya, maka bayi itu tidak akan
diganggu oleh jin.”(Muhammad Abd ar-Rahman bin Abd ar-Rahim al-Mubarkafuri
Abu al-’Ala, Tuhfat al-Ahwadzi bi Syarh Jami’at-Tirmidzi ,)

Selain itu, kumandang azan dan iqamah ini bertujuan agar suara yang
pertama kali masuk ke telinga si anak adalah kalimat-kalimat yang mengandung
makna kebesaran dan keagungan Allah swt., termasuk dua kalimat syahadat
yang merupakan kunci pintu masuk Islam.

Azan tersebut juga bertujuan untuk menanamkan syiar Islam dalam


diri anak ketika dia pertama kali memasuki kehidupan dunia. Azan yang
dikumandangkan di telinga si anak ketika baru dilahirkan mampu menembus
ke dalam hati dan memiliki pengaruh terhadap dirinya, walaupun si anak
sendiri tidak merasakan hal itu.

Selain itu, dengan azan, setan akan lari. Setan selalu mengawasi dan
mengintai terus si bayi sampai ia dilahirkan. Setelah dilahirkan, maka setan
tersebut akan selalu menyertainya untuk menggodanya, sebagai suatu cobaan
yang ditetapkan dan dikehendaki oleh Allah swt. Ketika azan
dikumandangkan, maka dia mendengar sesuatu yang membuatnya lemah
dan marah.

Rahasia lainnya yaitu bahwa azan ini berarti ajakan kepada Allah swt.,
ajakan kepada Islam, dan ajakan untuk hanya menyembah Allah semata. Ini

6
semua telah sampai terlebih dahulu kepada si bayi sebelum godaan dan ajakan
setan datang.

Boleh juga kita mengucapkan doa ibu Sayyidah Maryam di telinga si


bayi, “… aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak
keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang terkutuk.”

Dengan tradisi inilah, anak terpelihara dari gangguan setan sejak


pertama kali dilahirkan. Anak memulai kehidupannya dengan kalimat Tawhid
yang lurus sebagai pangkal ajaran Islam, sehingga –dengan izin Allah– pada
waktu anak tersebut tumbuh dewasa, dia akan mudah diarahkan ke jalan yang
lurus

2.3.2 Tahnik (Mengunyah Dan Memasukkan Kurma Kedalam Mulut Bayi)

Tahnik adalah mengunyah kurma dan memasukkannya ke dalam mulut


bayi sembari mengoret langit-langitnya ke kanan dan kiri dengan gerakan
yang lembut sampai bisa ditelan oleh bayi. Hal ini dilakukan agar bayi
terlatih untuk mengkonsumsi makanannya, sehingga nanti akan tumbuh
menjadi kuat.
Tahnik merupakan sunah Rasulullah. Bila buah kurma tidak ada, tahnik
dapat dilakukan dengan memakai buah yang manis atau adukan larutan gula
kemudian dengan sesuatu yang tidak terkena api, maksudnya yang tidak
dimasak dengan api.
Rasa manis yang dirasakan oleh bayi akan memberikan kesan yang
dalam, sehingga pada waktu yang akan datang, anak akan cenderung
melakukan hal-hal yang manis dan indah. Rasulullah saw. bersabda:

Artinya : “Banyak anak kecil yang didatangkan kepada Rasulullah saw. Kemudian
beliau saw. mendoakan dan mentahnik mereka.” (HR. Muslim)

7
Tahnik sebaiknya dilakukan oleh ayah, ulama, kerabat, tetangga, atau yang
dipandang salih dan sudah diketahui kemuliaan akhlaknya.
Faedah tahnik dari sisi kesehatan adalah sebagai berikut:

a) Tahnik dapat melindungi bayi yang baru dilahirkan dari kekurangan


glukosa (zat gula) pada darah atau rendahnya suhu tubuh karena cuaca
dingin di sekitarnya.

b) Tahnik dapat memperkuat otot-otot mulut. Adanya gerakan lidah,


langin-langin mulut, dan kedua tulang rahang membuat bayi
terdorong untuk mengisap ASI dengan normal, membantu
pencernaan, menggerakkan aliran darah ke seluruh sel tubuh, dan
membangkitkan kemampuan (naluri) menelan dan menyusu ASI.

c) Menekan pangkal langit-langit mulut bayi dengan lembut ketika


melakukan tahnik dapat memberikan dampak positif, yaitu
membentuk mulut bayi dengan indah agar bayi siap dan mampu
melafalkan huruf-huruf secara tepat dari makhraj huruf ketika bayi
mulai berbicara.

2.3.3 Merayakan Kelahiran Dengan Aqiqah

Aqiqah secara etimologis berarti memotong. Adapun makna


terminologinya adalah menyembelih kambing pada hari ketujuh untuk
kelahiran anak. Hukum aqiqah adalah sunnah mu’akkadah. Hal ini
didasarkan pada sabda Rasulullah saw.:

Artinya : “Bayi laki-laki diaqiqahi dengan 2 kambing, adapun bayi perempuan dengan satu
kambing.” (HR. Thabrani)

Aqiqah dikategorikan sebagai salah satu bentuk ritual kurban yang


dikerjakan untuk mendekatkan diri si bayi kepada Allah pada awal
kelahirannya di dunia ini. Si bayi mendapatkan manfaat yang banyak dari

8
aqiqah yang dikerjakan untuknya, seperti halnya ia juga mendapatkan
manfaat dari doa yang diucapkan untuknya.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Mu’awiyah bin Qurrah yang


mengatakan, “Ketika Ilyas dilahirkan, saya mengundang beberapa
sahabat Nabi saw. Lalu saya menyuguhi mereka makanan, dan mereka
membalasnya dengan memanjatkan doa. Lalu saya berkata kepada mereka,
‘Kalian telah mendoakan kami, semoga Allah memberi ke- berkahan terhadap
kalian atas doa yang telah kalian panjatkan. Sekarang saya ingin berdoa dan
saya berharap kalian mau mengamininya.’”
Mu’awiyah bin Qurrah berkata, “Lalu aku mengucapkan banyak doa
untuk kebaikan agama dan kecerdasan Ilyas. Sungguh aku melihat dampak
dan pengaruh doa yang aku panjatkan waktu itu.”
Maksudnya, doa yang diucapkan ketika itu benar-benar memberi- kan
dampak positif yang sangat besar terhadap diri Ilyas. Ilyas,
sebagaimana telah diketahui, adalah sosok ulama yang memiliki otak yang
sangat cerdas, penglihatan yang sangat kuat, firasat yang sangat tajam,
kebijaksanaan yang tinggi dalam memutuskan setiap perkara, dan
kelebihan-kelebihan lain.
Ibnu al-Qayyim berkata, “Selama aqiqah si anak belum dilaksana- kan,
maka orang tua tidak dapat mendapat syafaat anaknya.” Selanjutnya dia juga
mengatakan bahwa anak yang terlahir tergadaikan dengan aqiqahnya.
Maka selama aqiqahnya belum dilaksanakan, si anak masih tetap
tergadaikan. Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah saw.:

Artinya : “Setiap bayi tergadaikan dengan aqiqahnya. Pada hari ketujuh dia
disembelihkan kambing, dipotong rambutnya, dan diberi nama.” (Abu Bakr Ahmad
bin al-Husain bin Ali bin Abdullah bin Musa al- Khasrujardi al-Baihaqi,
Ma’rifat as-Sunan wa al-Atsar li al-Baihaqi).

9
2.3.4 Memberi Nama yang Baik

Nama yang baik akan mempengaruhi kehidupan anak di dunia


maupun di akhirat kelak. Sebaliknya, nama yang buruk juga berdampak buruk
pada anak itu.

Abu Hurairah ra. meriwayatkan:

Artinya : “Dahulu nama Zainab adalah Barrah, lalu dikatakan bahwa nama tersebut
memberikan sebuah indikasi bahwa seolah-olah ia menganggap dirinya orang yang baik
dan tidak pernah melakukan kesalahan. Lalu Rasulullah saw. mengganti nama itu
dengan ‘Zainab’” (HR. Muslim)

Nama seseorang bisa menjadi sebuah pertanda apakah ia adalah


orang yang mendapatkan kemenangan, ataukah sebaliknya, orang yang
mendapatkan kekalahan. Nama seseorang bisa memengaruhi sikap dan
perilakunya. Ia bisa menjadi seorang yang sombong, atau sebaliknya,
menjadi seorang yang rendah hati, tergantung nama yang dimilikinya.

Rasulullah saw. merasa sangat terganggu dan sangat membenci


nama-nama yang jelek, baik itu nama orang, tempat, kabilah, maupun nama
gunung. Sehingga pada suatu saat, ketika beliau dalam perjalanan dan
melewati sebuah jalan di antara dua bukit, lalu beliau bertanya, “Apakah
nama bukit itu?” Dikatakan kepada beliau bahwa nama dua bukit itu adalah
‘Fadlih’ (mencemarkan atau menodai) dan ‘Mukhzin’ (mempermalukan).
Mendengar nama kedua bukit tersebut, beliau langsung memutar arah dan
tidak jadi melewati jalan di antara dua bukit tersebut.

Ada beberapa hadis Nabi saw. yang menjelaskan bahwa arti yang
terkandung di dalam sebuah nama memiliki keterkaitan dengan nama-
nama tersebut.

10
Seperti dalam sabda Rasulullah saw.:

Artinya : “Kabilah Ghifar, semoga Allah memberikan pengampunan kepada mereka.


Kabilah Aslam, semoga Allah memberikan keselamatan kepada mereka. Kabilah
‘Ushayyah, mereka bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Thabrani)

2.3.5 Menyusui dan Menyapih

ASI adalah makanan terbaik bagi bayi sampai ia berusia sedikitnya satu
tahun. Bahkan beberapa saat setelah kelahiran, ASI mengandung kolostrum
yang berfungsi sebagai zat yang bisa meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
Menurut penelitian, kandungan gizi dan nutrisi dalam ASI sangat baik
untuk menumbuhkan sel-sel otak yang berfungsi untuk mengembangkan
kecerdasan anak.

Selain kandungan gizinya memberikan ASI pada bayi, menyusui


merupakan kesempatan agar ibu dan anak bisa menikmati kebersamaan. Bayi
membutuhkan ASI bukan hanya sebagai makanan fisik, melainkan juga
untuk memberikan rasa aman dan kehangatan. Bayi yang diasuh dengan
rasa aman yang tinggi akan tumbuh menjadi anak yang lebih percaya diri.

Allah menganjurkan para ibu untuk menyusui anaknya hingga


berusia dua tahun, sebagaimana termaktub dalam firman-nya.

Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anaknya selama dua tahun, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan.”

Dalil ini menunjukkan bahwa seorang ibu boleh menyusui anaknya


selama dua tahun atau menyapihnya sebelum itu, tetapi yang lebih utama

11
adalah menyempurnakan penyusuan sampai dua tahun.

Jalinusi menyatakan bahwa memberi ASI kepada bayi jauh lebih baik
daripada memberinya susu yang lain, karena pada saat ibu memberikan
ASInya, maka akan timbul komunikasi psikologis antara anak dan ibu. Pada
masa inilah seorang ibu dapat mencurahkan kasih sayang dan
kelembutannya kepada anaknya. Kasih sayang yang merupakan
makanan psikologis, tidak kalah pentingnya dengan makanan tubuh.

Apabila ternyata susu ibu kurang baik, atau kering, maka ayah
menyediakan susu tambahan, atau menyusukan kepada orang lain sebagai
perwujudan kasih sayang terhadap anaknya. Tetapi disyaratkan di sini, bahwa
wanita yang menyusui anaknya itu harus orang yang wara’ dan bertakwa.

Ali Muhammad Adib dalam buku Minhaju at-Tarbiyah ‘Inda al- Imam Ali
menulis bahwa Imam Ali bin Abi Thalib ra. berpesan untuk tidak menyusukan
anak-anak kepada pelacur dan orang gila, karena air susu memiliki pengaruh
yang besar terhadap anak-anak.

Imam Ghazali menguatkan pendapat ini dalam bukunya Ihya’ Ulum


ad-Din bahwa orang yang menyusui harus dipilih di antara orang- orang yang
salih. Alasannya, air susu ikut andil dalam pertumbuhan kepribadian anak.

Apabila air susu berasal dari makanan yang haram, maka akan
berpengaruh buruk terhadap perilaku anak.

Seorang ulama yang salih berkata kepada seorang ibu ketika ibu tersebut
memintanya untuk mendoakan anaknya. Dia berkata, “ Apa yang kamu
harapkan ketika anakmu besar kelah?” Sang ibu tersebut lalu menjawab,
“Saya ingin ia menjadi orang yang menyeru agama Allah (dai) di negeri Cina.”
Ulama itu menjawab, “Jika kamu selalu berpikir tentang harapanmu ketika kamu
sedang menyusui anakmu, harapanmu akan terealisasi.” Dengan berjalannya
waktu, harapan itu terwujud menjadi kenyataan dan anak ibu tersebut telah
menjadi dai di negeri Cina.

12
Keutamaan sifat keibuan tampak dalam pendekatan fisik antara ibu
dan anaknya, khususnya bila masa menyusui sempurna selama dua tahun.
Seorang ibu menyebut nama anaknya sambil bernyanyi untuknya dan
menyentuhnya dengan lembuh dan sayang. Interaksi ini dapat mempererat
hubungan baik antara keduanya dan mempercepat kepekaan indera anak.

2.3.6 Khitan

Khitan adalah menghilangkan kulit yang terdapat di kepala kulup.


Rasulullah saw. bersabda:

Artinya : “Khitan adalah hal yang dianjurkan bagi laki-laki, dan kehormatan bagi
wanita.” (HR. Thabrani)

Para dokter mengatakan bahwa khitan merupakan praktik operasi


pertama yang dikenal dalam sejarah manusia. Seorang bayi mengalami dua kali
pelaksanaan, yang pertama yaitu pemotongan tali plasenta (tali pusat) dan yang
kedua yaitu khitan.

Ada dua sisi hikmah dari khitan ini, pertama: sisi syariat, dan kedua: sisi
kesehatan. Menurut syariat, khitan bisa menetralisir syahwat, karena jika
syahwat dibiarkan, maka bisa menjadikan manusia seperti hewan. Namun jika
dihilangkan secara keseluruhan, maka bisa menjadikannya seperti benda mati.
Dengan khitan, semua itu bisa dihindari.

Sedangkan menurut kesehatan, di antara manfaatnya adalah


mencegah kanker, membersihkan cairan lemak yang menjijikkan dan
menghalangi terjadinya proses pembusukan, proses pengeluaran cairan lemak
dapat menyebabkan terjadinya gatal-gatal di kulit penis dan pangkal rahim
wanita setelah kedua jenis itu menjadi suami istri, mencegah terjadinya
kegagalan ginjal ketika terjadinya penyumbatan atau tertutupnya lubang air
seni akibat tidak dikhitan, mempermudah ketika membersihkan alat vital
laki-laki, menghilangkan kebiasaan mengompol, dan menghindarkan anak

13
dari kebiasaan mempermainkan kelamin. Apabila kulup kelamin tidak
dipotong, maka akan dapat mempengaruhi syaraf-syaraf kelamin, dan
selanjutnya mendorong anak untuk mempermainkannya.

2.4 Kewajiban Orang Tua Mendidik Anak

Tentang Kewajiban orang tua mendidik anak terdapat dalam QS. Al-Tahrim
ayat 06 :

‫سك ُْم قوا آ َمنوا الَّذِينَُ أَيُّهَا يَا‬


َ ‫ارا َوأَ ْه ِليك ُْم أَ ْنف‬ َ ‫علَ ْيهَا َوا ْل ِحج‬
ً َ‫َارةُ النَّاسُ َوقود َها ن‬ َ ُ‫شدَادُ ِغ َلظُ َم َلئِكَة‬ ِ ‫َي ْعصونَُ ََُل‬
َُّ ‫يؤْ َمرونَُ َما َويَ ْفعَلونَُ أ َ َم َره ُْم َما‬
َ‫ّللا‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu


dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”.

Perintah pemeliharaan diri pada ayat itu mencakup pemeliharaan iman,


peningkatan amal shaleh, dan akhlak mulia. HR. Ibnu Jarir mengatakan bahwa
:”suruhlah putera puterimu mematuhi perintah-perintah (Allah) dan menjauhi
larangan-larangan (Allah) karena hal itulah yang akan menghindarkan mereka
dari (siksaan) neraka. Hadis tersebut menjelaskan bahwa orang tua wajib dan
bahkan bertanggung jawab secara formal atas pendidikan anaknya.

2.5 Syarat Orang Tua Sebagai Pendidik Yang Baik

Jika ingin mencapai hasil yang optimal dalam mendidik anak, orang tua
haruslah menampilkan kepribadian mulia ditengah anak-anaknya. Salah satu dari
sebab keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam upaya mendidik umatnya,
seperti tercatat dalam sejarah adalah kemampuannya menempatkan dirinya
menjadi teladan utama dan akhlak yang sangat mulia ditengah-tengah mereka.

14
Terdapat sabda nabi SAW yang berbunyi : “ semua anak lahir dalam keadaan
fitrah,. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi yahudi, nasrani atau
majusi”.

Syarat orang tua dapat menjabat sebagai pendidik dalam kelurganya :

 Mukallaf/dewasa
 Berakal
 Beragama Islam
 Sanggup melaksanakan pendidikan anak
 Dapat dipercaya dan berakhlak baik.

Selain persyaratan-persyaratan mendasar tersebut, ada pula persyaratan yang


harus dimiliki orang tua sebagai pendidik anak, antara lain :

Bertakwa Kepada Allah

Yang dimaksud dengan takwa sebagai mana ditafsirkan oleh para ulama
yang artinya “Bahwa Allah tidak melihat anda melakukan segala yang dia larang,
dan bahwa anda tidak meninggalkan segala yang dia perintah”.

Dalam Al-Qur’an terdapat penjelasan bahwa manusia yang terkategorikan


muttaqin adalah :

1. Beriman kepada yang ghaib

2. Beramal shaleh

3. Percaya pada kitab-kitab-Nya.

Hasil yang akan diperoleh dari siifat ketakwaanya dalam mendidik anak
adalah ia akan menjadi orang tua yang berwibawa, yakni memiliki kekuatan dan
kekuasaan moral yang amat tinggi didepan anak-anaknya nanti.

Ikhlas

Orang tua dalam upaya mendidik anaknya harus berniat dan ikhlas. Yang
dimaksud dengan ikhlas adalah bahwa segala amal dan upaya mendidik anak,

15
dilakukan dengan niat semata-mata karena Allah dan taqarrub (mendekatkan diri)
kepada-Nya, tidak semata-mata ingin mendapatkan sesuatu pamrih atau balas
jasa. Firman Allah SWT.

َّ َُ‫دِينُ َو َٰذَ ِلك‬


َُّ َُ‫ُۚالزكَا ُةَ َويؤْ توا الص ََّل ُةَ َوي ِقيموا ح َنفَا َُء الدِينَُ لَهُ م ْخ ِل ِصين‬
‫ّللاَ ِليَ ْعبدوا ِإ ََُّل أ ِمروا َو َما‬
ُ‫ا ْلقَ ِي َم ِة‬

Artinya “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah


dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus”.

4. Berdedikasi mendidik dan bertanggung jawab

Orang tua tidak mengharapkan pujian dan imbalan dari dedikasinya


mendidik anaknya kecuali keridhaan Allah SWT dan agar anaknya menjadi insan
shaleh yang akn mendoakannya ketika ia sudah meninggal kelak.

Berakhlak mulia

Yang dimaksud ahklak mulia adalah tingkah laku yang sepenuhnya


berpola pada akhlak Rasul SAW. Hadist riwayat ahmad, al-baihaqi dan al-hakim
bahwa “Sesungguhnya Aku diutus (Allah) hanyalah untuk menyempurnakan
akhlak mulia”.

Diantara akhlak mulia yang harus dimiliki dalam mendidik anak :

 Kasih sayang
 Benar
 Adil
 Sopan
 Sabar
 Pemaaf
 Rukun dalam rumah tangga

16
5. Memenuhi kebutuhan anak

Mendidik anak akan berhasil jika semua persyaratan terpenuhi secara


wajar. Pada dasarnya kebutuhan anak dapat dibagi menjadi 2 yaitu jasmani dan
rohani.

6. Membina kreatifitas anak

Tidak ada yang memuaskan anak melebihi daripada keberhasilannya


menciptakan sesuatu yang secara keseluruhan oleh dirinya sendiri.

2.6 Ruang Lingkup Pendidikan Anak


2.6.1 Pendidikan Agama

Pendidikan agama bagi anak sangatlah penting untuk membentuk karakter


anak dikemudian harinya. Agama bukan ibadah dalam arti yang sempit saja,
seperti shalat, puasa, haji dan sebagainya.Tetapi semua penampilan ibu bapaknya
sehari-hari.anak-anak mulai mengenal tuhan dari orang-orang dilingkungannya.

Pembinaan-pembinaan agama meliputi :

a. Pembinaan Aqidah (iman)

‫س ْلنَا َو َما‬
َ ‫سول ِم ْن قَ ْبلِكَ ِم ْن أَ ْر‬ ِ ُ‫ُون أَنَا ِإ َّل ِإ َٰلَهَ َّل أَنَهُ ِإلَ ْي ِه ن‬
ُ ‫وحي ِإ َّل َر‬ ِ ‫فَا ْعبُد‬

Artinya “ Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu


melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak)
melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".

b. Pembinaan Ibadah

Pembinaan ibadah harus dilakukan sejak kecil tentang bagaimana


menjalankan ibadah wajib. Kegiatan ibadah yang menarik bagi anak adalah
ibadah yang mengandung gerak. Karena itu anak sering menirukan gerakan-
gerakan shalat yang dilakukan oleh orangtuanya.

17
c. Pembinaan Akhlak

a) Akhlak terhadap kedua orang tua : berbuat baik dan berterima kasih
kepadanya. Bahkan anak harus tetap hormat sekalipun mereka telah
mempersekutukan allah, hanya yang dilarang adalah mengikuti ajaran
mereka dan meninggalkan tauhid.

b) Akhlak terhadap orang lain : adab sopan santun dalam bergaul tidak
sombong dan tidak angkuh, serta berjalan sederhana dan bersuara lemah
lembut.

c) Akhlak dalam penampilan diri : si anak juga memperhatikan orang tua


dalam menghadapi masalah.

2.6.2 Pendidikan Sosial, Intelekktual dan Fisik


a) Pembinaan Sosial

Adapun langkah-langkah membentuk jiwa sosial pada anak :

1. Menyertakan mereka hadir di majlis orang dewasa


2. Memeberi tugas untuk melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan masyarakat
3. Membiasakan anak mengucapkan salam kepada masyarkat
4. Membiasakan anak untuk mengunjungi orang sakit
5. Membiasakan anak untuk berteman dengan sebayanya
6. Membiasakan anak untuk jual beli
7. Membiasakan anak untuk ikut hadir dalam acara kemasyarakatan
yang positif
8. Membiasakan anak untuk menginap dirumah saudara yang shaleh

18
b) Pembinaan Intelektual

Kiat-kiat untuk meningkatkan intelektual anak :

1. Menanamkan cinta terhadap ilmu kepada anak sejak dini


2. Membiasakan menghafal al-qur’an sejak dini
3. Mencarikan seorang pembimbing yang baik dan dapat menjadi
motivasi
4. Mengajarkan bahasa ibu dan bahasa asing sejak dini
5. Mengarahkan anak sesuai bakat ilmiahnya dan memeberikan
motivasi kepadanya
6. Menciptakan sesuatu yang kondusif dalam keluarga
7. Menceritakan kehebatan para ulama dan semangat mereka mencari
ilmu

c) Pembinaan Fisik

Fisik yang sehat sangat mempengaruhi pertumbuhan potensi yang lain


pada diri manusia, terlebih lagi pada diri anak.Anak merupakan amanah ALLAH
SWT. bagi kedua orang tuanya.oleh karena itu, meningkatkan kualitas hidup anak
dalam mempersiapkan generasi yang lebih baik adalah juga melaksanakan
amanah ALLAH SWT.

2.7 Metode Mendidik Anak Dalam Keluarga


1. Metode Teladan
Orang tua adalah contoh ideal bagi anak-anaknya. Karena ia akan
meniru dan meneladani sikap, tindakan dan perilaku orang tuanya baik itu
perkataan dan perbuatan yang baik maupun yang buruk sekalipun. Itulah
sebabnya orang tua diharuskan memulai langkahnya dalam mendidik anak
dengan memberikan contoh teladan yang baik.

19
2. Metode Pembiasaan
Islam mengjarkan bahwa anak berada dalam keadaan fitrah
(suci/tidak berdosa) sejak lahirnya sampai dia baligh (dewasa). Sejak dini
mungkin seorang anak harus dibiasakan dengan kehidupan beragama
karna metode ini sangat cocok untuk anak yang masih dibawah 10 tahun
karena dia akan terbiasa jika sudah dewasa nanti. Dibiasakan untuk
mendirikan shalat setiap waktu, hormat kepaada orang tua dan orang lain,
berkata yang sopan, rajin belajar dan akhlak-akhlak mulia yang lain.

3. Metode Praktek atau Peragaan


Banyak ajaran islam seperti shalat, zakat, puasa, akhlak mulia yang
dapat dipraktekkan atau sengaja diperagakan didepan anak agar mereka
dapat menirunya sebagai salah satu ciri khas kejiwaannya dan akan
mendorong untuk ikut melakukan ajaran-ajaran yang telah dipraktekkan
didepannya itu, meski belum dapat dilakukannya dengan benar.

4. Metode Cerita

Pada dasarnya anak-anak senang mendengar cerita. Bahkan dalam


kenyataan empirik, tidak hanya anak-anak saja, orang dewasa maupun
orang tua pun senang mendengarkan cerita, bedanya hanya terletak pada
isi cerita. Itulah barang kali sebabnya mengapa didalam Al-Qur’an banyak
terdapat cerita yang menggambarkan purbakala yang berakhir dengan
akbat positif atau negatif terhadap manusia. Melalui cerita yang positif
dapat ditanamkan nilai-nilai yang diharapkan dapat dianut dan diamalkan
oleh anak.

5. Metode Hukuman

Diantara anak ada yang sangat agresif, suka melawan, senang


menggangu dan berwatak bandelnya sehingga sukar mengendalikannya
melalui cara yang lazim. Maka untuk semacam itu terpaksa diterapkan

20
metode hukuman. Ajaran islam membenarkan pemberlakuan hukuman
atas anak apabila terpaksa atau sudah tidak berhasil dengan metode lain.

Cara metode yang termasuk hukuman :

a) Mengasingkan anak beberapa jam dari pergaulan rumah tangga


b) Mengurungnya beberapa jam ddalam kamar yang tidak berbahaya
c) Memukulnya jika perlu tetapi dengan alat – alat yang diperkirakan
tidak membuat kulitnya luka dan dibagian yang tidak berbahaya.

21
BAB III
PENUTUP

Harus diakui bahwa sampai saat ini, kurikulum pendidikan anak usia
dini masih terabaikan. Padahal pendidikan jenjang ini juga telah dijamin
dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 Sisdiknas yang menyatakan bahwa
setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai minat dan
bakatnya.
Pendidikan di Indonesia saat ini cenderung memberikan perhatian lebih
besar pada aspek kognitif. Hal ini tampak jelas dari porsi materi- materi
keilmuan yang jauh lebih besar daripada materi-materi pem- bentukan akhlak,
mental dan pembelajaran life skill. Bahkan lebih dari itu, lembaga-lembaga
pendidikan di Indonesia cenderung lebih memilih untuk meraih tingkat
kelulusan yang tinggi daripada harus memper- tahankan nilai-nilai kejujuran
yang pada akhirnya akan membawa “petaka” tingkat kelulusan yang
rendah. Maka tidak heran jika pada akhirnya generasi yang dihasilkan dari
lembaga-lembaga pendidikan ini adalah generasi yang lemah keilmuannya dan
“tidak cerdas” emosinya. Dalam hal ini, sekolah –secara tidak langsung– telah
memberikan contoh yang buruk kepada anak didiknya, salah satunya dengan
memberi gambaran bahwa untuk meraih sesuatu, seseorang dapat melakukan
apapun, termasuk cara-cara yang sama sekali di luar kerangka pendidikan
kejujuran. Padahal para pakar pendidikan, termasuk di antaranya
Muhammad ‘Athiyyah al-Ibrasy, telah menyatakan bahwa pendidikan
(keilmuan) tidak akan dirasakan manfaatnya jika tidak dibarengi dengan
pendidikan yang mengarah pada perbaikan akhlak.
Pada bagian akhir dari pembahasan ini, penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah proses
transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui

22
upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan
pengembangan potensinya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan
hidup di dunia dan di akhirat.
Adapun konsep pendidikan anak usia dini menurut perspektif Islam
harus dimulai dari proses pembentukan keluarga dan pemilihan calon
pasangan yang harus dilandasi oleh agama dan ketentuan- ketentuan yang
telah digariskan oleh Rasulullah saw. Kemudian dilanjutkan dengan
pendidikan saat anak masih dalam bentuk janin di dalam kandungan dan
saat dia telah terlahir dan beranjak besar.

23
DAFTAR PUSTAKA

Adnan Hasan Shalih Baharits, Mendidik Anak Laki-laki, (Depok: Gema Insani,
1991), cetakan kedua.

Anita Lie, 101 Cara Menumbuhkan Kecerdasan Anak, (Jakarta: Gramedia, 2004),
cetakan kedua.

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya,


(Surakarta: Media Insani, 2007).

Hidayatullah Ahmad, Ensiklopedi Pendidikan Anak Muslim, (Jakarta: Fikr, 2008).

Nani Susilawati, Memahami Pendidikan Anak Usia Dini. Diambil dari


www.qeeasyifa.multiply.com

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1998).

24

Anda mungkin juga menyukai