Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Maintenance
2.1.1 Arti dan Peranan Maintenance
Maintenance adalah adalah “semua tindakan yang diperlukan untuk
mempertahankan barang atau peralatan untuk kembali pada kondisi tertentu”
(Balbir S, 2006: 2).
Karena maintenance diperlukan maka maintenance penting bagi
sebuah perusahaan untuk melakukan monitoring dan menjaga perlengkapan
fasilitas kerja. Hal ini dilakukan dengan mendesain, mengatur dan mengecek
fungsi pada sebuah objek saat waktu kerja (uptime) dan meminimalisai
pemberhentian kerja (downtime) yang disebabkan oleh kerusakan dengan itu
peran maintenance dapat mengontrol kondisi mesin agar saat operasi selalu
bekerja dengan baik, meningkatkan kapasitas dan meningkatkan kualitas
produksi.

2.1.2 Corrective Maintenance

Tindakan perawatan untuk mengembalikan fungsi dari sebuah


peralatan produksi yang mengalami kerusakan baik ringan, sedang maupun
parah, agar bisa melakukan fungsinya kembali untuk mendukung proses
produksi dalam sebuah pabrik. Corrective maintenance biasanya
memperbaiki masalah yang ada sehingga tindakan dilakukan saat suatu
peralatan rusak (Keith Mobley, Higgins, & Wikoff, 2008: 2.4 ).

2.1.3 Preventive Maintenance


Preventive maintenance adalah rencana pemeliharaan pada pabrik dan
perlengkapan pabrik. Hal ini merupakan rancangan yang didesain untuk
meningkatkan penggunaan pada mesin (Efendy, 2008: 572).

Untuk mencapai keberhasilan dengan preventive maintenance yang


telah dikembangkan, harus diuji, dikoreksi dan disesuaikan dengan frekuensi
sistem penjadwalan kegiatan. Penjadwalan harus dapat memaksimalkan
kondisi objek yang dijadwalkan.
Efendy ( 2008: 572) preventive maintenance memiliki dua jenis kegiatan,
yaitu:

• Routine Maintenance. Kegiatan maintenance secara rutin dilakukan


setiap hari. Kegiatan yang dilakukan berupa pembersihan mesin dan

5
6

peralatan, pemberian minyak pelumas, pengecekan bahan bakar dan


sebagainya.

• Periodic Maintenance. Kegiatan maintenance yang dilakukan secara


berkala dalam jangka waktu tertentu, misalnya pengecekan setiap satu
minggu sekali, satu bulan atau satu tahun sekali.

2.2 Parameter dan Fungsi Keandalan


2.2.1. Mean Time to Failure (MTTF) dan Mean Time To Repair (MTTR)

Mean Time To Failure (MTTF) merupakan nilai rata-rata waktu kegagalan


yang akan datang dari sebuah sistem (komponen). Untuk sistem yang dapat
direparasi, maka MTTF adalah masa kerja suatu komponen saat pertama kali
digunakan atau dihidupkan sampai unit tersebut akan rusak kembali atau
perlu di periksa kembali.

Mean Time To Repair (MTTR) adalah waktu rata-rata untuk waktu


pengecekan atau perbaikan saat komponen atau unit tersebut diperiksa sampai
komponen atau unit tersebut digunakan atau dihidupkan kembali. Karena
perhitungan MTTF dan MTTR sama maka didefnisikan dengan:
• Distribusi Normal
MTTF / MTTR =
• Distribusi Lognormal
MTTF / MTTR = exp
• Distribusi Weibull
MTTF / MTTR =
• Distribusi Exponensial

MTTF / MTTR =

Sumber: (Anggono, Julianingsih, & Linawati, 2005)

2.2.2. Fungsi Keandalan masing-masing Distribusi

Fungsi keandalan didefinisikan sebagai probabilitas suatu alat akan


beroperasi dengan baik tanpa mengalami kerusakan pada suatu periode waktu
t dalam kondisi operasi standar. keandalan untuk masing-masing distribusi
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Di bawah ini akan diberikan rumus-
rumus fungsi keandalan.
• Distribusi Normal
Fungsi Keandalan

• Distribusi Lognormal
7

Fungsi Keandalan

• Distribusi Weibull
Fungsi Keandalan

• Distribusi Exponensial
Fungsi Keandalan

Sumber: (Anggono, Julianingsih, & Linawati, 2005)

2.2.3. Homogenitas Data

Homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau


lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi
yang sama. Homogenitas dapat diuji dengan uji levene (Gastwirth, Gel, &
Miao, 2009).

Uji levene merupakan tes yang paling umum digunakan, tes yang
dilakukan adalah untuk melihat satu atau lebih variasi memiliki varian yang
sama pada interval tertentu. Tes ini biasa muncul dalam menggunakan software
SPSS.

Cara menafsirkan uji levene ini adalah, jika Signifikan > 0,05 maka
dapat dikatakan bahwa data adalah homogen. Signifikan adalah nilai kebenaran
dari hipotesis yang diterima atau ditolak. secara umum kita menggunakan nilai
signifikansi tersebut didasarkan pada tingkat kepercayaan yang diinginkan oleh
peneliti.

2.3 Modularity

Balbir S (2006: 107) Modularity adalah sebuah pengelompokan


komponen-komponen yang berbeda, tetapi memilki kesamaan berdasarkan
struktur fungsinya sehingga dapat memudahkan proses perbaikan dan
penggantian komponen-komponen tersebut.

Beberapa keuntungan modularisasi adalah membagi tanggung jawab


maintenance, mendesain waktu downtime serta pengerjaan yang lebih singkat
dan menurunkan biaya perbaikan dalam sistem maintenance.

Prinsip dasar modularity adalah pemisahaan terhadap komponen yang


tidak berhubungan tetapi apabila terdapat hubungan keterkaitan antara dua
atau banyak komponen maka akan lebih baik apabila komponen-komponen
tersebut dapat digabungkan menjadi sebuah modul.
8

Modul adalah pembagian komponen yang dapat dideskripsikan


berdasarkan fungsional. Untuk mengukur analisa dalam membuat modul
dapat menggunakan component tree, process graph dan matrik (Gershenson,
Prasad, & Allamneni, 1999).

Component tree adalah rincian hubungan fisik antar komponen-


komponen di tingkat abstraksi. Untuk membangun component tree, produk
dibagi dalam modul-modul dan komponen-komponen. Lebih lanjut modul-
modul tersebut akan diklasifikasikan ke dalam subassemblies, kemudian
menjadi individual komponen, dan terakhir atribut produk yang menjelaskan
komponen tersebut (Anggono, Julianingsih, & Linawati, 2005).

Gambar 2.1 Contoh Component Tree

Process graph adalah gambaran setiap kegiatan dalam setiap


komponen. Komponen-komponen dikelompokkan bersama berdasarkan
kesamaan kegiatan yang dimiliki.

Gambar 2.2 Contoh Process Graph

Matriks untuk sebuah produk adalah penggabungan component tree


dan process graph, modularity matriks tersebut dibangun dalam satu evaluasi
untuk menyimpan data similarity dan satu untuk menyimpan dependencies.
9

Perhitungan modularity untuk maintenance menggunakan modularity


evaluation matriks karena dengan matriks perhitungan nilai homogenitas
sudah dapat dibandingkan dan dikelompokan dalam satu modul. Perhitungan
ini dilakukan dengan cara mengolah data kerusakan komponen untuk melihat
nilai homogenitas antar komponen dengan software SPSS, kemudian nilai
homogenitas tersebut dimasukan dalam matriks.

Untuk nilai homogenitas antar komponen yang tinggi akan dimasukan


dalam satu modul dibandingkan nilai homogenitas antar komponen yang
rendah. Untuk nilai homogenitas antar komponen ada yang tidak homogen
maka tidak dikelompokan dalam satu modul.
Component Process
Modularity Evaluation SubAssembly1 Assy2 Process1 Pro2
Matrik Component1 Component2 Component3 Task1 Task2 Task3
Attribut1 Attribut2 Attribut3 Attribut4 Attribut5 Attribut6 Subtask1 Subtask2 Subtask3 Subtask4 Subtask5
Subtask5 Subtask4 Subtask3 Subtask2 Subtask1 Attribut6 Attribut5 Attribut4 Attribut3 Attribut2 Attribut1
Component1
SubAssembly 1
Component

Component2
Component3
Assy2

Task1
Process1
Process

Task2
Pro2

Task3

Tabel 2.3 Contoh Matriks

2.4 Age Replacement

Menurut Nakagawa dan Mizutani (2009) dalam Dania, Purwaningsih,


& Aristiono (2011: 50), terdapat dua model penentuan jadwal optimal
penggantian berdasarkan minimasi downtime yaitu optimal preventive
replacement interval (Block Replacement) dan optimal preventive
replacement age (Age Replacement).

Menurut T. Wang (2002) dalam Dania, Purwaningsih, & Aristiono


(2011: 50) menyatakan bahwa age replacement policy lebih efisien
dibandingkan dengan block replacement karena dalam block replacement ada
kemungkinan komponen diganti sebelum mencapai umur maksimal. Maka
jadwal penggantian selanjutnya tetap mengikuti jadwal penggantian yang
telah ditetapkan, sehingga pemborosan mungkin terjadi.

Sementara dengan model age replacement terjadi apabila adanya


kerusakan komponen sebelum jadwal penggantian yang telah ditetapkan
10

maka jadwal penggantian selanjutnya berdasarkan interval waktu yang telah


ditetapkan dari perbaikan kerusakan terakhir dilakukan.

2.5 Sistem

Menurut Parno (2012) sistem adalah suatu jaringan kerja dari


prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk
melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu
(Christianti & Bobby, 2011).

2.5.1. Sistem Informasi

Sistem informasi menurut Robert A. Leitch merupakan suatu sistem di


dalam suatu organsisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan
transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi
dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-
laporan (Christianti & Bobby, 2011).

2.5.2. Guna Informasi

Kegunaan sistem informasi menurut (O'Brien & Marakas, 2010) adalah:

1. Kontributor penting untuk efesiensi operasional dan produktif karyawan.


2. Sumber utama informasi dan dukungan yang diperlukan untuk
mempromosikan keputusan yang efektif.
3. Sebuah sumber yang diakui nilai perusahaan.
4. Komponen kunci dari sumber daya infrastruktur dan kemampuan jaringan
saat ini
5. Salah satu objek yang dapat diolah sebagai input untuk sistem informasi
6. Data yang berasal dari informasi dapat disimpan agar mempermudah
dalam mengakses informasi.
7. Informasi dapat diolah dan menghasilkan output ditunjukan dengan
beberapa tampilan.

2.5.3. Objek Oriented

Pendekatan object oriented dalam penulisan berdasarkan dari model


unified modeling language (UML). Model ini digunakan untuk menganalisa
kasus dan mendapatkan domain class dari pengguna sistem yang terlibat.
permodelan yang dilakukan dalam UML adalah membuat use case diagram,
use case descriptions, activity diagram, system sequence diagram dll
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2010).

Anda mungkin juga menyukai