Oleh kelompok :
perusahaan akan berkelanjutan dalam lingkup kompetitif biaya dan harga yang
dapat dipengaruhi oleh perubahan kurs antar mata uang asing.
1.4 Tujuan
1. Memahami bagaimana karakteristik operating exposure.
2. Memahami manajemen stratejik dan operating exposure.
3. Memahami manajemen proaktif operating exposure.
4. Memahami pendekatan kontraktual, lindung nilai terhadap transaksi yang
tidak dapat dilindungi.
1.5 Manfaat
1. Mengetahui bagaimana karakteristik operating exposure.
2. Mengetahui manajemen stratejik dan operating exposure.
3. Mengetahui manajemen proaktif operating exposure.
4. Mengetahui pendekatan kontraktual, lindung nilai terhadap transaksi yang
tidak dapat dilindungi.
BAB ll
PEMBAHASAN
sebuah perusahaan haruslah sudah dikenal dengan baik oleh komunitas investasi
internasional. Sekali lagi, ini bukanlah opsi bagi perusahaan domestik (jika
perusahaan domestik itu membatasi pendanaan terhadap satu pasar modal saja).
waktu pembayaran yang harus dilakukan atau diterima dalam mata uang asing.
Leads and lags intra perusahaan lebih mungkin untuk dilakukan karena
perusahaan berhubungan istimewa kemungkinan besar akan memiliki tujuan yang
sama sebagai satu perusahaan terkonsolidasi. Sebaliknya leads and lags antar
perusahaan memerlukan preferensi waktu perusahaan lain yang independen
terhadap perusahaan lain.
f. Reinvoicing Center
Reinvoicing Center adalah anak perusahaan dari suatu perusahaan
multinasional yang berada di suatu negara tertentu yang berfungsi mengelola
eksposur operasi perusahaan-perusahaan afiliasi.
anak luar negeri dalam operasi harian. Tabel berikut menjelaskan karakteristik
mata uang fungsional.
Tabel 2.1
Karakteristik Mata Uang Fungsional
Kriteria suatu mata uang diianggap sebagai mata uang fungsional ditentukan
berdasarkan indikator ekonomi seperti :
1. Mata uang luar negeri : Arus kas yang
terkait dengan masing-masing aset dan
liabilitas entitas luar negeri utamanya
dalam mata uang asing dan tidak
mempengaruhi arus kas perusahaan
induk.
Indikator arus kas 2. Mata uang perusahaan induk : Arus kas
yang terkait dengan masing-masing
aset dan liabilitas entitas luar negeri
secara langsung mempengaruhi arus
kas perusahaan induk saat ini dan siap
untuk dikirimkan kembali (sebagai
remintansi) kepada perusahaan induk.
1. Mata uang luar negeri : Harga jual
untuk produk entitas luar negeri pada
dasarnya tidak terlalu terpengaruh oleh
fluktuasi kurs nilai tukar dalam jangka
pendek, namun lebih ditentukan oleh
Indikator Harga Jual
kompetisi di pasar lokal atau regulasi
oleh pemerintah setempat.
2. Mata uang perusahaan induk : Harga
jual untuk produk entitas luar negeri
pada dasarnya terpengaruh oleh
12
didenominasi dalam valas melebihi kewajiban dalam valas suatu devalusai akan
menghasilkan kerugian. Variasi dari metode ini adalah mengkonversi semua aset
dan kewajiban, kecuali aset tetap bersih yang dinyatakan dengan kurs saat ini.
Metode current rate merupakan metode yang paling banyak digunakan saat ini
dan langkah- langkahnya sebagai berikut :
1. Aset dan liabilitas ditranslasikan berdasarkan kurs nilai tukar yang
berlaku.
2. Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan berdasarkan kurs yang berlaku
pada tanggal pencatatan, atau setidaknya menggunakan kurs rata-rata
tertimbang selama periode tersebut.
3. Dividen (pembagian laba) ditranslasikan berdasarkan kurs yang
berlaku pada tanggal pembayaran.
4. Akun saham biasa dan modal disetor ditranslasikan berdasarkan kurs
historis.
b. Metode temporal
Dengan menggunakan metode temporal, translasi mata uang merupakan
proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode tidak
mengubah atribut suatu pos yang diukur, malainkan hanya mengubah unit
pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan
pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian
sesungguhnya. Metode ini merupakan modifikasi dari metode moneter/non-
moneter. Perbedaannya, dalam metode moneter/non-moneter, persediaan
(inventory) selalu dikonversi dengan kurs historis. Sedang dalam metode
temporal, persediaan umumnya dikonversi dengan kurs historis, namun bisa saja
dikonversi dengan kurs saat ini apabila persediaan tersebut dicatat dalam neraca
dengan nilai pasarnya. Secara teoritis, metode temporal lebih menekankan pada
evalusai biaya (historis ataukah pasar). Pos-pos dalam laporan laba/rugi umumnya
dikonversi dengan kurs rata-rata pada periode laporan. Sedang biaya penjualan,
cicilan utang dan depresiasi yang berkaitan dengan pos-pos dalam neraca
dikonversi dengan kurs historis (harga di masa lalu).
15
c. Metode Current/non-current
Metode ini merupakan metode yang paling tua di antara metode konversi
mata uang. Dengan metode ini, semua aset dan kewajiban lancar dari cabang-
cabang perusahaan dikonversikan dalam mata uang Negara asal dengan kurs saat
ini, yaitu kurs pada saat neraca disusun. Sedang aset dan kewajiban yang tidak
lancar (non-current), seperti biaya depresiasi, dikonversikan pada kurs historis,
yaitu kurs pada saat aset diperoleh ataupun pada saat kewajiban terjadi. Oleh
karena itu, cabang perusahaan di luar negeri yang memiliki modal kerja yang
dinilai positif dalam mata uang lokal akan meningkatkan resiko rugi (translation
loss) akibat devaluasi dengan metode current/non-current. Sebaliknya bila modal
kerja ternyata negatif dinilai dalam mata uang lokal berarti terdapat keuntungan
(translation gain) akibat revaluasi dengan metode tersebut. Namun demikian,
metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir
tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukkan
bahwa kas, piutang dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama
menghadapi risiko nilai tukar. Hal ini tentu tidak tepat. Sebaliknya, translasi utang
jangka panjang berdasarkan kurs historis mengalihkan pengaruh mata uang yang
berfluktuasi kedalam tahun penyelesaian.
d. Metode Monetary/Non-monetary
Aset moneter (terutama kas, surat-surat berharga, piutang dan piutang
jangka panjang) dan kewajiban moneter (terutama utang lancar dan utang jangka
panjang) dikonversi pada kurs saat ini. Sedang pos-pos non-moneter, seperti stok
barang, aset tetap dan investasi jangka panjang, dikonversi pada kurs historis. Pos-
pos dalam laporan laba/rugi dikonversi pada kurs rata-rata pada periode tersebut,
kecuali untuk pos penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan aset dan
kewajiban non-moneter. Biaya depresiasi dan biaya penjualan dikonversi pada
kurs yang sama dengan pos dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa saja
dikonversi dengan kurs yang berlainan dengan kurs yang digunakan untuk
mengkonversi penjualan. Perlu diperhatikan bahwa metode moneter dan non-
moneter bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs
translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat. Metode
16
3.1 Kesimpulan
Pada bagian ini penulis mengambil suatu kesimpulan atas makalah yang
telah disajikan sebagai berikut :
1. Operating exposure yang biasa disebut dengan economic exposure atau
strategic exposure, yakni mengukur perubahan pada present value yang
diterima oleh perusahaan akibat perubahan pada arus kas operasi
perusahaan di masa depan yang disebabkan oleh perubahan yang tidak
terduga pada nilai tukar. Exposure ini mengakibatkan menurunnya
penjualan dari pelanggan luar negeri. Meskipun dampaknya tidak
muncul di neraca, namun munculnya di laporan laba/rugi, sehingga
kemudian mempengaruhi daya saing perusahaan di pasar.
2. Translation atau accounting exposure muncul karena laporan keuangan
dari cabang asing yang dalam mata uang asing, harus dikonversi ke
dalam reporting currency perusahaan induk untuk membuat laporan
keuangan konsolidasi. perbedaan transaction dengan operating
exposure yaitu, transaction exposure muncul dari arus kas masa depan
yang kontraknya sudah disepakati sejak sekarang, sementara itu
operating exposure arus kas-nya tidak terkait dengan kontrak.
Transaction dan operating exposure sama-sama muncul ketika adanya
perubahan yang tidak terduga dalam arus kas di masa depan.
3.2 Saran
Penulis mencoba untuk memberikan saran yang berkaitan dengan
pembahasan ini, yaitu :
1. Bagi manajemen perusahaan diharapkan agar dapat mengelola strategi
keuangan, pemasaran, pembelian dan produksi secara efektif dan
efisien. Karena hal ini akan berdampak pada hasil operasi perusahaan
yang terlihat pada laporan keuangan.
19
20
1. Gambaran Umum
Carrefor merupakan perusahaan retail yang memiliki banyak cabang di
berbagai Negara, keuntungan yang mereka dapatkan terus meningkat dari tahun
ke tahun sehingga manajemen Carrefour memutuskan untuk meminjam dana
untuk melakukan ekspansi sebesar 13,5 miliar EURO. Masalah terjadi ketika 5
tahun terakhir nilai mata uang EURO menurun sehingga hal ini menyebabkan
perusahaan memiliki modal kerja negatif yang meningkatkan debt to equity ratio.
2. Analisis
Dalam kasus diatas Carrefour meminjam sejumalah dana untuk
mengembangkan bisnisnya sebesar 13,5 miliar EURO, uang tersebut
diinvestasikan untuk modal kerja perusahaan kedalam aset khususnya aset lancar
yang meliputi kas, piutang, persediaan, peralatan dan aset lancar lainnya.
Kebijakan investasi perusahaan berhasil hingga pada tahun ke 5 akan tetapi
perusahaan mengalami modal kerja yang negatif, hal itu dikarenakan nilai mata
uang yang digunakan perusahaan mengalami penurunan pada aset lancar.
Sedangkan nilai hutang lancarnya cenderung bertambah, berkurangnya aset lancar
disebabkan terus menurunnya nilai mata uang EURO yang berpengaruh
berkurangnya nilai kas, piutang, persediaan, peralatan dan aset lancar lainnya
yang diukur dengan menggunakan mata uang EURO. Sedangkan nilai hutang
lancar cenderung meningkat, hal itu disebabkan dengan meningkatnya utang
usaha, utang pinjaman bank, utang investasi lancar terhadap mata uang asing.