Anda di halaman 1dari 26

MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

OPERATING EXPOSURE AND TRANSLATION EXPOSURE


Kasus : CARREFOUR S.A

Oleh kelompok :

Vicky Angel Putra 18401240279


Diah Sri Perwitasari 18401250289
Niken Savitri Primasari 18401250290
Fanta Silvia Watung 18401240280
Nanik Mardiana 18401240278
Idham 18401240284
Chairul Bahri Manan 18401250287
Marwah Khairunnisa D.B 18401250288

Program Pendidikan Profesi Akuntan


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perusahaan multinasional didefinsikan sebagai perusahaan yang memiliki
anak perusahaan, cabang atau afiliasi yang berlokasi di luar negeri yang
melibatkan aktivitas internasional, yaitu melibatkan dua atau lebih mata uang
yang berbeda. Selain perusahaan multinasional, perusahaan domestik pun dapat
memiliki aktivitas internasional, yaitu jika melakukan kegiatan usaha impor dan
ekspor produk, komponen dan jasa. Keterlibatan dengan aktivitas internasional
menyebabkan perusahaan harus menghadapai risiko mata uang asing.
Foreign exchange exposure adalah suatu ukuran dari risiko yang dihadapi
perusahaan jika terdapat perubahan nilai tukar (kurs) mata uang. Exposure ini
terdiri dari accounting exposure (translation exposure) dan economic exposure
(transaction exposure dan operating exposure).
Economic exposure adalah fokus dari teori ekonomi dimana nilai dari
suatu perusahaan (yang ditentukan dari nilai sekarang dari arus kas di masa
datang) akan berubah akibat adanya perubahan kurs mata uang asing. Transaction
exposure adalah ukuran perubahan nilai dari kewajiban keuangan di masa lalu
yang belum jatuh tempo sampai setelah adanya perubahan kurs. Jadi transaction
exposure terjadi pada arus kas perusahaan yang diakibatkan kontrak kewajiban
yang telah dilakukan. Sedangkan operating exposure yang disebut juga
competitive exposure atau strategic exposure adalah ukuran perubahan nilai dalam
arus kas operasi perusahaan di masa yang akan datang yang diakibatkan
perubahan kurs yang tidak terduga tergantung dari efek perubahan kurs ter!ebut
terhadap unit penjualan harga dan biaya di masa yang akan datang. Dalam krisis
ekonomi global !ekarang ini fluktuasi kurs antar mata uang a!ing menyebabkan
peningkatan operating exposure. Karena operating exposure dapat mempengaruhi
pendapatan dan biaya perusahaan di masa datang maka suatu perusahaan
membutuhkan perspektif jangka panjang dengan anggapan bahwa operasi
1
2

perusahaan akan berkelanjutan dalam lingkup kompetitif biaya dan harga yang
dapat dipengaruhi oleh perubahan kurs antar mata uang asing.

1.2 Identifikasi Masalah


Banyak hal yang harus dipahami mengenai operating exposure
diantaranya manajemen stratejik dan operating exposure, manajemen proaktif
operating exposure, translation exposure dan lain sebagainya.
Eksposur operasi merupakan eksposur dari sebuah aset (valas) yang terjadi
ketika perusahaan melakukan operasi kegiatan usaha, periode setelah melakukan
kontrak transaksi sampai produk dikirim ke gudang pembeli atau saat produk atau
jasa diterima oleh pembeli dan sekaligus pembeli melunasi pembayarannya.
.Eksposur translasi (translation exposure), yang juga disebut sebagai
accounting exposure, timbul karena laporan keuangan perusahaan anak di luar
negeri yang dinyatakan dalam mata uang asing harus disajikan kembali dalam
mata uang pelaporan perusahaan induk agar perusahaan dapat menyusun laporan
keuangan konsolidasi. Proses akuntansi untuk translasi mencakup pengubahan
(konversi) laporan keuangan perusahaan anak di luar negeri menjadi laporan
keuangan yang berdenominasi rupiah.

1.3 Pembatasan Masalah


Dalam makalah ini penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas
mengenai operating exposure. Penulis menganggap ini sangat menarik. Adapun
tujuan dilakukannya pembatasan masalah ini agar dalam penyusunan makalah ini
tidak terjadi selang pendapat. Dalam makalah ini penulis membatasi permasalahan
yang akan dibahas, yaitu :
1. Bagaimana karakteristik operating exposure ?
2. Apa yang dimaksud dengan manajemen stratejik dan operating exposure ?
3. Apa yang dimaksud dengan manajemen proaktif operating exposure ?
4. Bagaimana pendekatan kontraktual, lindung nilai terhadap transaksi yang
tidak dapat dilindungi ?
3

1.4 Tujuan
1. Memahami bagaimana karakteristik operating exposure.
2. Memahami manajemen stratejik dan operating exposure.
3. Memahami manajemen proaktif operating exposure.
4. Memahami pendekatan kontraktual, lindung nilai terhadap transaksi yang
tidak dapat dilindungi.

1.5 Manfaat
1. Mengetahui bagaimana karakteristik operating exposure.
2. Mengetahui manajemen stratejik dan operating exposure.
3. Mengetahui manajemen proaktif operating exposure.
4. Mengetahui pendekatan kontraktual, lindung nilai terhadap transaksi yang
tidak dapat dilindungi.
BAB ll
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Operating Exposure


Eksposur operasi merupakan eksposur dari sebuah aset (valas) yang terjadi
ketika perusahaan melakukan operasi kegiatan usaha, periode setelah melakukan
kontrak transaksi sampai produk dikirim ke gudang pembeli atau saat produk atau
jasa diterima oleh pembeli dan sekaligus pembeli melunasi pembayarannya.
Eksposur operasi (operating exposure) yang juga dikenal sebagai eksposur
ekonomi (economic exposure), eksposur kompetitif (competitive exposure) dan
terkadang bahkan eksposur strategis (strategic exposure) mengukur setiap
perusahaan dalam nilai kini perusahaan yang terjadi akibat perubahan arus kas
operasi masa mendatang yang disebabkan oleh perubahan kurs nilai tukar secara
tak terduga.
Mengukur eksposur operasi perusahaan memerlukan peramalan dan
analisis atas seluruh eksposur transaksi masa depan perusahaan dan eksposur
masa depan atas seluruh kompetitor dan kompetitor perusahaan di seluruh
dunia. Analisis jangka yang lebih panjang, yaitu ketika perubahan kurs nilai tukar
tidak dapat diprediksi dan tidak dapat diperkirakan merupakan tujuan analisis
eksposur operasi. Arus kas perusahaan multinasional dapat dibagi menjadi arus
kas operasi dan arus kas pendanaan. Arus kas operasi timbul dari piutang dan
utang antar perusahaan (antara perusahaan yang tidak terkait) dan intra
perusahaan (antar unit dalam perusahaan yang sama), pembayaran sewa, biaya
royalti dan lisensi, serta beragam biaya jasa manajemen. Arus kas pendanaan
merupakan pembayaran untuk pinjaman (yaitu pokok dan bunga), injeksi modal
ekuitas dan dividen yang memiliki sifat antar maupun intra perusahaan. Pengaruh
eksposur operasi terhadap kesehatan jangka panjang suatu bisnis terbilang jauh
lebih penting, jika dibandingkan dengan perubahan yang disebabkan oleh
eksposur transaksi maupun eksposur translasi. Namun demikian, eksposur operasi
tetap bersifat subjektif karena tergantung pada estimasi perubahan arus di masa
depan selama periode waktu tertentu. Perencanaan terhadap eksposur operasi
4
5

merupakan tanggung jawab manajemen seutuhnya karena tergantung pada


interaksi antara strategi keuangan, pemasaran, pembelian dan produksi.
Ekspektasi dalam perubahan kurs nilai tukar valuta asing tidak termasuk
dalam pengertian eksposur operasi karena baik manajemen maupun investor
semestinya telah memperhitungkan informasi ini dalam melakukan evaluasi
terhadap hasil operasi dan nilai pasar yang diharapkan. Dari sudut pandang
investor, jika pasar valuta asing bersifat efisien, maka informasi mengenai
perubahan kurs valuta asing yang terduga dapat tercermin dalam nilai pasar
perusahaan. Hanya perubahan yang tidak terduga atau pasar valuta asing yang
tidak efisien yang menyebabkan nilai pasar berubah.

2.2 Manajemen Stratejik dan Operating Exposure


Tujuan manajemen eksposur operasi dan transaksi adalah untuk
mengantisipasi dan mempengaruhi efek perubahan valuta asing yang tak terduga
terhadap arus kas masa depan perusahaan dan bukan sekedar berharap untuk
kondisi terbaik. Untuk memenuhi tujuan ini, manajemen dapat melakukan
diversifikasi basis operasi dan pendanaan perusahaan. Manajemen juga dapat
mengubah kebijakan operasi dan pendanaan perusahaan. Strategi diversifikasi
tidak menuntut perusahaan untuk memprediksikan ketidakseimbangan,
melakukan cukup mengakuinya saat terjadi. Jika operasi sebuah perusahaan telah
terdiversifikasi secara internasional, sedari awal manajemen telah diposisikan
untuk mampu mengakui disekuilibirium ketika terjadi dan bereaksi secara
kompetitif. Dengan mengakui perubahan sementara terhadap kondisi persaingan
di seluruh dunia, manajemen mampu melakukan perusahaan dalam strategi
operasi.
Perusahaan domestik dapat pula terpengaruh sepenuhnya atas eksposur
operasi mata uang asing dan tidak memiliki pilihan untuk bereaksi dengan cara
yang sama seperti halnya perusahaan multinasional. Jika sumber pendanaan
perusahaan terdiverisfikasi sebenarnya perusahaan telah diposisikan dari awal
untuk mendapatkan keuntungan dari deviasi temporer yang terjadi melalui efek
Fisher internasional. Namun demikian, untuk mengganti sumber pendanaan
6

sebuah perusahaan haruslah sudah dikenal dengan baik oleh komunitas investasi
internasional. Sekali lagi, ini bukanlah opsi bagi perusahaan domestik (jika
perusahaan domestik itu membatasi pendanaan terhadap satu pasar modal saja).

2.3 Manajemen Proaktif Operating Exposure


Eksposur operasi dan transaksi dapat dikelola sebagian dengan
mengadopsi kebijakan operasi atau pendanaan yang dapat mengimbangi eksposur
mata uang asing yang diantisipasi. Enam kebijakan proaktif yang umumnya
diterapkan adalah :
a. Menyamakan arus kas mata uang
b. Perjanjian pembagian risiko
c. Back-to-back atau parallel loan
d. Swap mata uang
e. Leads and lags
f. Reinvoicing center
Dalam contoh ini sebuah perusahaan dari Amerika Serikat ingin
melanjutkan penjualan ekspor ke Eropa. Agar dapat berkompetisi secara efektif di
pasar Eropa, perusahaan akan menagih seluruh penjualan ekspor dalam mata uang
Euro. Kebijakan ini menghasilkan penerimaan Euro terus-menerus dari bulan ke
bulan. Rangkaian eksposur transaksi tanpa henti ini dapat dilindung nilai seara
berlanjut dengan forward atau perjanjian kontraktual lainnya.
a. Menyamakan arus kas mata uang
Salah satu jalan untuk meniadakan eksposur panjang yang terus berlanjut
yang diantisipasi perusahaan adalah dengan mendapatkan utang dalam
denominasi mata uang tersebut (matching). Alternatif lain bagi perusahaan AS
adalah menemukan pemasok bahan baku dan komponen di Eropa sebagai
penganti perusahaan dari AS atau negara lain. Selain itu, perusahaan juga dapat
melakukan pengalihan mata uang (currency switching), yaitu perusahaan
membayar pemasok luar negeri dengan mata uang Euro.
7

b. Klausul perjanjian menyangkut mata uang : pembagian risko


Metode alternatif untuk mengelola eksposur arus kas jangka pajang antar
perusahaan adalah dengan melakukan pembagian risiko (risk sharing). Ini
merupakan perjanjian kontraktual, yaitu antara pembeli dan penjual yang sepakat
untuk berbagai atau memecah dampak pergerakan mata uang atas pembayaran di
antara kedua belah pihak. Perjanjian ini dimaksudkan untuk mengurangi dampak
volatilitas dan pergerakan kurs nilai tukar yag tidak dapat diprediksi bagi kedua
belah pihak.
c. Back-to-Back Loans
Back-to-back loan, yang juga dikenal sebagai parallel loan atau credit
swap, terjadi ketika dua perusahaan di dua negara berbeda mengatur untuk
meminjam dalam mata uang satu sama lain selama periode waktu tertentu. Pada
tanggal pelunasan yang telah disepakati, kedua perusahaan itu mengembalikan
mata uang yang dipinjam. Swap (pertukaran) ini menimblkan lindung nilai
tertutup (covered hedge) terhadap kerugian valuta asing, karena masing-masing
perusahaan pada bukunya sendiri, meminjam dalam mata uang yang sama yang
akan dilunasinya nanti. Terdapat dua kendala fundamental yang menghalangi
penggunaan back-to-back loan secara luas, yaitu sulit bagi perusahaan untuk
menemukan mitra, yaitu pihak counterparty untuk jumlah mata uang dan waktu
yang dikehendaki. Timbul risiko bahwa salah satu pihak akan gagal untuk
mengembalikan dana yang dipinjamkan pada waktu yang telah ditentukan
meskipun masing-masing pihak memiliki jaminan 100% (yang berdenominasi
dalam mata uang yang berbeda).
d. Currency Swaps
Currency swap serupa dengan back-to-back loan, hanya saja tidak tersaji
pada neraca perusahaan. Dalam currency swap, perusahaan dan sebuah swap
dealer atau swap bank sepakat untuk menukarkan jumlah yang ekuivalen atas dua
mata uang yang berbeda pada periode waktu tertentu.
e. Leads and Lags
Menentukan kembali waktu transfer dana Perusahaan dapat mengurangi
baik eksposur operasi dan transaksi dengan mempercepat atau memperlambat
8

waktu pembayaran yang harus dilakukan atau diterima dalam mata uang asing.
Leads and lags intra perusahaan lebih mungkin untuk dilakukan karena
perusahaan berhubungan istimewa kemungkinan besar akan memiliki tujuan yang
sama sebagai satu perusahaan terkonsolidasi. Sebaliknya leads and lags antar
perusahaan memerlukan preferensi waktu perusahaan lain yang independen
terhadap perusahaan lain.
f. Reinvoicing Center
Reinvoicing Center adalah anak perusahaan dari suatu perusahaan
multinasional yang berada di suatu negara tertentu yang berfungsi mengelola
eksposur operasi perusahaan-perusahaan afiliasi.

2.4 Pendekatan Kontraktual : Lindung Nilai Terhadap Transaksi Yang


Tidak Dapat Dilindungi
Dalam kondisi pasar yang semakin mengglobal dan terkait satu sama lain
seperti dewasa ini, maka dalam beberapa kali kesempatan untuk melakukan
hedging menjadi terbatas. Sebagai alternatif, perusahaan dapat melakukan lindung
nilai secara kontraktual. Cara ini seperti dilakukan dengan cara mengambil posisi
opsi mata uang jangka panjang untuk mengimbangi potensi kerugian dari
perubahan kurs nilai tukar dengan rah yang tidak dikehendaki. Selain itu,
kemampuan untuk melakukan lindung nilai terhadap transaksi yang tidak dapat
dilindungi bergantung pada kemampuan perusahaan. Dengan tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk memprediksi arus kas masa depan
2. Untuk memprediksi respon pesaing terhadap perubahan kurs nilai
tukar

2.5 Pengertian Translation Eksposure


Eksposur translasi (translation exposure), yang juga disebut sebagai
accounting exposure, timbul karena laporan keuangan perusahaan anak di luar
negeri yang dinyatakan dalam mata uang asing harus disajikan kembali dalam
mata uang pelaporan perusahaan induk agar perusahaan dapat menyusun laporan
9

keuangan konsolidasi. Proses akuntansi untuk translasi mencakup pengubahan


(konversi) laporan keuangan perusahaan anak di luar negeri menjadi laporan
keuangan yang berdenominasi rupiah. Eksposur translasi juga merupakan potensi
kenaikan atau penurunan kekayaan bersih dan laba bersih per usahaan induk, yang
disebabkan oleh perubahan kurs nilai tukar sejak tanggal terakhir dilakukanya
translasi.

2.6 Metode Translasi


Adapun tujuan utama translasi adalah untuk menyusun laporan keuangan
konsolidasi. Manajemen perusahaan menggunakan laporan hasil translasi tersebut
untuk menilai kinerja (yaitu memungkinkan dilakukanya perbandingan antara
perusahaan anak yang tersebar di berbagai wilayah geografis). Proses translasi
pada dasarnya cukup sederhana, yaitu :
1. Laporan keuangan dalam mata uang asing harus disajikan kembali
dalam mata uang pelaporan perusahaan induk.
2. Jika kurs nilai tukar yang sama digunakan untuk mengukur kembali
masing-masing dan setiap komponen akun dalam laporan terpisah
(laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan), maka tidak akan ada
ketidakseimbangan yang timbul dari proses pengukuran kembali.
3. Karena adanya perbedaan kurs nilai tukar yang digunakan untuk
masing-masing akun pada laporan keuangan, maka akan timbul
ketidakseimbangan.
Kurs nilai tukar yang berbeda digunakan untuk mengukur kembali
masing-masing pos dalam laporan, yaitu:
1. Prinsip translasi di banyak negara seringkali merupakan hasil
kompromi yang kompleks antara valuasi pasar historis dan kini.
2. Kurs nilai tukar historis digunakan untuk akun ekuitas tertentu, aset
tetap dan persediaan; sedangkan kurs nilai tukar kini dapat digunakan
aset lancar, liabilitas lancar, pendapatan dan beban. Prosesnya cukup
sederhana, yaitu :
10

a. Laporan keuangan dalam mata uang asing harus disajikan kembali


dalam mata uang pelaporan perusahaan induk.
b. Jika kurs nilai tukar yang sama digunakan untuk mengukur
kembali masing-masing dan setiap pos dalam laporan keuangan
(neraca dan laporan laba rugi), maka tidak ada ketidakseimbangan
yang timbul dari proses pengukuran ini.
c. Namun jika kurs yang berbeda digunakan untuk masing-masing
pos (item) dalam masing-masing laporan, maka timbullah ketidak
seimbangan.
Kurs nilai tukar yang berbeda digunakan untuk mengukur kembali masing-
masing pos (item) dalam laporan keuangan, karena :
1. Prinsip translasi laporan keuangan di berbagai negara seringkali
merupakan hasil kompromi yang kompleks antara valuasi berdasarkan
nilai historis dan harga pasar terkini.
2. Kurs nilai tukar historis dapat digunakan untuk beberapa jenis akun
ekuitas, aset tetap dan persediaan; sedangkan kurs nilai tukar kini
dapat digunakan untuk aset lancar, liabiltias lancar, pos-pos
pendapatan dan beban.
Saat ini, banyak negara yang menentukan metode tranlasi untuk digunakan
oleh perusahaan anak luar negeri berdasarkan sifat operasi bisninya (berdasarkan
karakter perusahaan anak). Sebagai contoh, bisnis perusahaan anak luar negeri
dapat dikelompokkan sebagai entitas luar negeri terintegrasi atau entitas luar
negeri mandiri. Entitas luar negeri terintegrasi merupakan entitas yang beroperasi
sebagai kepanjangan tangan perusahaan induk, yaitu arus kas dan lini bisnis
sangat berkaitan satu sama lain. Entitas luar negeri mandiri merupakan entitas
yang beroperasi pada lingkungan ekonomi lokal yang berdiri independen dari
perusahaan induk.
Mata uang fungsional perusahaan luar negeri merupakan mata uang dari
lingkungan ekonomi yang utama yang menjadi lokasi operasi perusahaan anak
dan arus kas yang dihasilkan berupa mata uang tersebut. Dengan kata lain, mata
uang fungsional merupakan mata uang dominan yang digunakan oleh perusahaan
11

anak luar negeri dalam operasi harian. Tabel berikut menjelaskan karakteristik
mata uang fungsional.

Tabel 2.1
Karakteristik Mata Uang Fungsional
Kriteria suatu mata uang diianggap sebagai mata uang fungsional ditentukan
berdasarkan indikator ekonomi seperti :
1. Mata uang luar negeri : Arus kas yang
terkait dengan masing-masing aset dan
liabilitas entitas luar negeri utamanya
dalam mata uang asing dan tidak
mempengaruhi arus kas perusahaan
induk.
Indikator arus kas 2. Mata uang perusahaan induk : Arus kas
yang terkait dengan masing-masing
aset dan liabilitas entitas luar negeri
secara langsung mempengaruhi arus
kas perusahaan induk saat ini dan siap
untuk dikirimkan kembali (sebagai
remintansi) kepada perusahaan induk.
1. Mata uang luar negeri : Harga jual
untuk produk entitas luar negeri pada
dasarnya tidak terlalu terpengaruh oleh
fluktuasi kurs nilai tukar dalam jangka
pendek, namun lebih ditentukan oleh
Indikator Harga Jual
kompetisi di pasar lokal atau regulasi
oleh pemerintah setempat.
2. Mata uang perusahaan induk : Harga
jual untuk produk entitas luar negeri
pada dasarnya terpengaruh oleh
12

fluktuasi kurs nilai tukar dalam jangka


pendek; semisal harga jual lebih
banyak ditentukan oleh persaingan
pasar dunia atau harga internasional.
1. Mata uang luar negeri : Terdapat pasar
lokal yang aktif untuk produk yang
dihasilkan entitas luar negeri,
meskipun terdapat jumlah yang
signifikan utuk diekspor.
Indikator Pasar
2. Mata uang perusahaan induk : pasar
penjualan yang paling aktif terdapat di
negara asal perusahaan induk atau
kontrak penjualan dinyatakan dalam
mata uang perusahaan induk.
1. Mata uang luar negeri : Biaya tenaga
kerja, bahan baku dan lainnya untuk
produk atau jasa entitas luar negeri
utamanya merupakan biaya lokal,
meski ada pula impor dari negara lain.
Indikator Beban
2. Mata uang perusahaan induk : Biaya
tenaga kerja, bahan baku dan lainnya
secara berkelanjutan, utamanya
merupakan komponen yang diperoleh
dari negara asal perusahaan induk.
1. Mata uang luar negeri : Pendanaan
utamanya berdenominasi dalam mata
uang asing dan dana yang dihasilkan
Indikator Pendanaan
oleh operasi entitas luar negeri cukup
untuk menutup kewajiban utang saat
ini dan yang akan datang.
13

2. Mata uang perusahaan induk :


Pendanaan utamanya berasal dari
perusahaan induk atau kewajiban lain
berdenominasi mata uang lain, atau
dana yang dihasilkan dari kegiatan
operasional entitas luar negeri tidak
cukup untuk menutup kewajiban utang
saat ini dan yang akan datang, tanpa
adanya tambahan dana atau investasi
dari induk perusahaan.
1. Mata uang luar negeri : Volume
transaksi intraperusahaan terbilang
rendah dan tidak ada keterkaitan
operasi yang intensif antara entitas luar
Indikator Transaksi Antar Perusahaan negeri dan perusahaan induk.
dan Pengaturan Kerjasama 2. Mata uang perusahaan induk : Volume
transaksi intraperusahaan terbilang
tinggi dan terdapat keterkaitan operasi
yang intensif antara entitas luar negeri
dan perusahaan induk.

Sejumlah negara, seperti AS, menentukan bahwa mata uang fungsional


perusahaan anak luar negeri harus ditentukan berdasarkan sifat dan tujuan
perusahana anak. Untuk itu, terdapat metode dasar yang umumnya digunakan
untuk melakukan translasi atas laporan keuangan perusahaan anak luar negeri,
yaitu :
a. Metode current rate (Kurs Berlaku)
Metode ini merupakan metode yang paling mudah karena semua pos
neraca dan laba/rugi dikonversi dengan kurs saat ini. Metode ini direkomendasi
oleh Ikatan Akuntan Inggris, Skotlandia dan Wales, serta secara luas digunakan
oleh perusahaan-perusahaan Inggris. Dengan metode ini bila aset yang
14

didenominasi dalam valas melebihi kewajiban dalam valas suatu devalusai akan
menghasilkan kerugian. Variasi dari metode ini adalah mengkonversi semua aset
dan kewajiban, kecuali aset tetap bersih yang dinyatakan dengan kurs saat ini.
Metode current rate merupakan metode yang paling banyak digunakan saat ini
dan langkah- langkahnya sebagai berikut :
1. Aset dan liabilitas ditranslasikan berdasarkan kurs nilai tukar yang
berlaku.
2. Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan berdasarkan kurs yang berlaku
pada tanggal pencatatan, atau setidaknya menggunakan kurs rata-rata
tertimbang selama periode tersebut.
3. Dividen (pembagian laba) ditranslasikan berdasarkan kurs yang
berlaku pada tanggal pembayaran.
4. Akun saham biasa dan modal disetor ditranslasikan berdasarkan kurs
historis.
b. Metode temporal
Dengan menggunakan metode temporal, translasi mata uang merupakan
proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode tidak
mengubah atribut suatu pos yang diukur, malainkan hanya mengubah unit
pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan
pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian
sesungguhnya. Metode ini merupakan modifikasi dari metode moneter/non-
moneter. Perbedaannya, dalam metode moneter/non-moneter, persediaan
(inventory) selalu dikonversi dengan kurs historis. Sedang dalam metode
temporal, persediaan umumnya dikonversi dengan kurs historis, namun bisa saja
dikonversi dengan kurs saat ini apabila persediaan tersebut dicatat dalam neraca
dengan nilai pasarnya. Secara teoritis, metode temporal lebih menekankan pada
evalusai biaya (historis ataukah pasar). Pos-pos dalam laporan laba/rugi umumnya
dikonversi dengan kurs rata-rata pada periode laporan. Sedang biaya penjualan,
cicilan utang dan depresiasi yang berkaitan dengan pos-pos dalam neraca
dikonversi dengan kurs historis (harga di masa lalu).
15

c. Metode Current/non-current
Metode ini merupakan metode yang paling tua di antara metode konversi
mata uang. Dengan metode ini, semua aset dan kewajiban lancar dari cabang-
cabang perusahaan dikonversikan dalam mata uang Negara asal dengan kurs saat
ini, yaitu kurs pada saat neraca disusun. Sedang aset dan kewajiban yang tidak
lancar (non-current), seperti biaya depresiasi, dikonversikan pada kurs historis,
yaitu kurs pada saat aset diperoleh ataupun pada saat kewajiban terjadi. Oleh
karena itu, cabang perusahaan di luar negeri yang memiliki modal kerja yang
dinilai positif dalam mata uang lokal akan meningkatkan resiko rugi (translation
loss) akibat devaluasi dengan metode current/non-current. Sebaliknya bila modal
kerja ternyata negatif dinilai dalam mata uang lokal berarti terdapat keuntungan
(translation gain) akibat revaluasi dengan metode tersebut. Namun demikian,
metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir
tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukkan
bahwa kas, piutang dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama
menghadapi risiko nilai tukar. Hal ini tentu tidak tepat. Sebaliknya, translasi utang
jangka panjang berdasarkan kurs historis mengalihkan pengaruh mata uang yang
berfluktuasi kedalam tahun penyelesaian.
d. Metode Monetary/Non-monetary
Aset moneter (terutama kas, surat-surat berharga, piutang dan piutang
jangka panjang) dan kewajiban moneter (terutama utang lancar dan utang jangka
panjang) dikonversi pada kurs saat ini. Sedang pos-pos non-moneter, seperti stok
barang, aset tetap dan investasi jangka panjang, dikonversi pada kurs historis. Pos-
pos dalam laporan laba/rugi dikonversi pada kurs rata-rata pada periode tersebut,
kecuali untuk pos penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan aset dan
kewajiban non-moneter. Biaya depresiasi dan biaya penjualan dikonversi pada
kurs yang sama dengan pos dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa saja
dikonversi dengan kurs yang berlainan dengan kurs yang digunakan untuk
mengkonversi penjualan. Perlu diperhatikan bahwa metode moneter dan non-
moneter bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs
translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat. Metode
16

ini juga akan mendistorsikan marjin laba karena menandingkan penjualan


berdasarkan harga dan kurs translasi kini dengan biaya penjualan yang diukur
sebesar biaya perolehan dan kurs translasi historis.
Terlepas dari metode yang digunakan, metode translasi tidak hanya
menentukan kurs nilai tukar yang digunakan dalam pengukuran kembali pos-pos
dalam laporan neraca dan laporan laba rugi, namun juga menentukan saldo
ketidakseimbangan yang diakui (yaitu mempengaruhi laba berjalan atau akun
cadangan ekuitas). Keuntungan atau kerugian akibat penyesuaian translasi tidak
dimasukkan dalam laba bersih konsolidasi, melainkan dilaporkan secara terpisah
dan dicatat pada akun cadangan modal terpisah (dalam neraca) dengan nama
Akumulasi Penyesuaian Translasi (Cumulative Translation Adjustment - CTA).
Keuntungan terbesar menggunakan metode current rate adalah keuntungan atau
kerugian akibat translasi tidak diakui di dalam laporan laba rugi, namun langsung
diakui ke dalam akun cadangan, sehingga dapat mengurangi volatilitas laba yang
dilaporkan.
Amerika Serikat membedakan perusahaan anak luar negeri berdasarkan
mata uang fungsionalnya dan bukan berdasarkan karakteristik perusahaan anak
dengan rincian sebagai berikut :
1. Jika laporan keuangan perusahaan anak luar negeri disusun dalam
dolar AS, maka tidak diperlukan translasi.
2. Jika laporan keuangan disusun dalam mata uang lokal dan mata uang
lokal merupakan mata uang fungsional, maka dilakukan translasi
dengan menggunakan metode current rate.
3. Jika laporan keuangan disusun dalam mata uang lokal dan dolar
AS merupakan mata uang fungsional, maka dilakukan pengukuran
kembali dengan menggunakan metode temporal.
4. Jika laporan keuangan disusun dalam mata uang lokal dan yang
menjadi mata uang fungsional adalah mata uang negara ketiga (bukan
mata uang lokal atau dolar AS), maka laporan tersebut pertama-tama
harus diukur kembali dengan menggunakan metode temporal dan
17

kemudian ditranslasikan ke dalam dolar AS dengan menggunakan


metode current rate.
Banyak negara-negara di dunia yang termasuk dalam kategori negara maju
menggunakan standar yang ditetapkan oleh International Accounting Standards
Board (IASB) dan mengikuti prosedur translasi dasar yang serupa, yaitu :
1. Anak perusahaan luar negeri dapat berupa anak perusahaan luar negeri
terintegrasi atau anak perusahaan luar negeri mandiri.
2. Anak perusahaan luar negeri terintegrasi (integrated foreign entities)
umumnya diukur kembali dengan menggunakan metode temporal.
3. Anak perusahaan luar negeri mandiri (self-sustaining foreign entities)
ditranslasikan dengan menggunakan metode current rate method, yang
juga dikenal sebagai metode kurs penutupan.

2.7 Perbandingan Eksposur Operasi Dengan Eksposur Translasi


Eksposur operasi tergantung pada :
1. Depresiasi/apresiasi mata uang
Apabila mengalami depresiasi, maka cenderung menimbulkan
kerugian kurs.
2. Peningkatan Volume
Volume yang meningkat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
3. Peningkatan harga jual
Harga jual yang meningkat juga meningkatkan keuntungan
perusahaan.
Sebaliknya eksposur translasi, selain dipengaruhi oleh depresiasi/apresiasi
kurs, dan juga tergantung oleh metode yang digunakan dalam translasi. Selisih
kurs yang timbul dalam metode kurs berjalan berpengaruh langsung terhadap
kinerja (laba/rugi) perusahaan. Sebaliknya, metode temporal berpengaruh
terhadap nilai ekuitas, bersifat akumulatif, sehingga tidak terlalu berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan.
18

2.8 Pengelolaan Translation Exposure


Teknik umum yang terutama digunakan untuk meminimalkan dampak
eksposur translasi adalah lindung nilai neraca (balance sheet hedge). Lindung
nilai neraca memerlukan jumlah yang sama atas aset dan liabilitas dalam mata
uang yang terekspos risiko, dalam laporan posisi keuangan (neraca) konsolidasi.
Jika kondisi dapat dipenuhi untuk setiap mata uang luar negeri, maka eksposur
translasi bersih akan sebesar nol. Jika perusahaan melakukan translasi dengan
menggunakan metode temporal, maka posisi terekspos bersih sebesar nol tersebut
disebut sebagai saldo moneter (monetary balance). Saldo moneter yang komplit
tidak pernah terpenuhi jika yang digunakan adalah metode current rate.
Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan lindung nilai neraca tergantung
pada biaya pinjaman yang besarnya relatif. Aktifitas lindung nilai ini merupakan
kompromi yang melibatkan pengubahan denominasi mata uang akun-akun neraca,
yang di satu sisi menimbulkan biaya berupa beban bunga atau efisiensi
operasional, namun di sisi lain dapat melakukan sebagian perlindungan atas mata
uang asing. Jika perusahaan anak menggunakan mata uang lokal sebagai mata
uang fungsional, maka kondisi berikut dapat menjadi dasar penentuan saat
melakukan lindung nilai neraca :
1. Perusahaan anak luar negeri akan dilikuidiasi, sehingga nilai CTA
akan terealisasi.
2. Perusahaan memiliki jaminan utang atau perjanjian bank yang
menyatakan bahwa rasio utang/ekuitas harus dipertahankan dalam
batasan tertentu.
3. Manajemen dievaluasi berdasarkan ukuran-ukuran laporan laba rugi
dan neraca tertentu, yang dapat dipengaruhi oleh kerugian atau
keuntungan translasi.
4. Anak perusahaan luar negeri beroperasi di lingkungan yang mengalami
hiperinflasi.
BAB lll
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada bagian ini penulis mengambil suatu kesimpulan atas makalah yang
telah disajikan sebagai berikut :
1. Operating exposure yang biasa disebut dengan economic exposure atau
strategic exposure, yakni mengukur perubahan pada present value yang
diterima oleh perusahaan akibat perubahan pada arus kas operasi
perusahaan di masa depan yang disebabkan oleh perubahan yang tidak
terduga pada nilai tukar. Exposure ini mengakibatkan menurunnya
penjualan dari pelanggan luar negeri. Meskipun dampaknya tidak
muncul di neraca, namun munculnya di laporan laba/rugi, sehingga
kemudian mempengaruhi daya saing perusahaan di pasar.
2. Translation atau accounting exposure muncul karena laporan keuangan
dari cabang asing yang dalam mata uang asing, harus dikonversi ke
dalam reporting currency perusahaan induk untuk membuat laporan
keuangan konsolidasi. perbedaan transaction dengan operating
exposure yaitu, transaction exposure muncul dari arus kas masa depan
yang kontraknya sudah disepakati sejak sekarang, sementara itu
operating exposure arus kas-nya tidak terkait dengan kontrak.
Transaction dan operating exposure sama-sama muncul ketika adanya
perubahan yang tidak terduga dalam arus kas di masa depan.

3.2 Saran
Penulis mencoba untuk memberikan saran yang berkaitan dengan
pembahasan ini, yaitu :
1. Bagi manajemen perusahaan diharapkan agar dapat mengelola strategi
keuangan, pemasaran, pembelian dan produksi secara efektif dan
efisien. Karena hal ini akan berdampak pada hasil operasi perusahaan
yang terlihat pada laporan keuangan.
19
20

2. Bagi Pemerintah Indonesia diharapkan agar dapat menjaga stabilitas


perekonomian terutama pergerakan nilai tukar rupiah terhadap nilai
tukar mata uang asing, karena akan berdampak pada penjabaran mata
uang asing perusahaan anak di luar negeri terhadap perusahaan induk di
Indonesia pada saat menyusun laporan keuangan konsolidasian.
Kasus Carrefour S.A

1. Gambaran Umum
Carrefor merupakan perusahaan retail yang memiliki banyak cabang di
berbagai Negara, keuntungan yang mereka dapatkan terus meningkat dari tahun
ke tahun sehingga manajemen Carrefour memutuskan untuk meminjam dana
untuk melakukan ekspansi sebesar 13,5 miliar EURO. Masalah terjadi ketika 5
tahun terakhir nilai mata uang EURO menurun sehingga hal ini menyebabkan
perusahaan memiliki modal kerja negatif yang meningkatkan debt to equity ratio.

2. Analisis
Dalam kasus diatas Carrefour meminjam sejumalah dana untuk
mengembangkan bisnisnya sebesar 13,5 miliar EURO, uang tersebut
diinvestasikan untuk modal kerja perusahaan kedalam aset khususnya aset lancar
yang meliputi kas, piutang, persediaan, peralatan dan aset lancar lainnya.
Kebijakan investasi perusahaan berhasil hingga pada tahun ke 5 akan tetapi
perusahaan mengalami modal kerja yang negatif, hal itu dikarenakan nilai mata
uang yang digunakan perusahaan mengalami penurunan pada aset lancar.
Sedangkan nilai hutang lancarnya cenderung bertambah, berkurangnya aset lancar
disebabkan terus menurunnya nilai mata uang EURO yang berpengaruh
berkurangnya nilai kas, piutang, persediaan, peralatan dan aset lancar lainnya
yang diukur dengan menggunakan mata uang EURO. Sedangkan nilai hutang
lancar cenderung meningkat, hal itu disebabkan dengan meningkatnya utang
usaha, utang pinjaman bank, utang investasi lancar terhadap mata uang asing.

3. Upaya yang dapat dilakukan terhadap operating exposure


Ada beberapa upaya untuk mengatasi penurunan mata uang asing, yaitu :
a. Menyamakan arus kas mata uang
Carrefour dapat mendapatkan utang dalam denominasi mata uang EURO,
selain itu menemukan pemasok bahan baku dan komponen di negara yang
menggunakan mata uang utamanya EURO, perusahaan juga dapat
melakukan pengalihan mata uang currency switching, yaitu perusahaan
membayar pemasok luar negeri dengan mata uang EURO.
b. Back to back loans
Carrefour dapat melakukan satu sama lain dengan perusahaan di negara
berbeda mengatur meminjam untuk meminjam dalam mata uang satu sama
lain selama periode tertentu pada tanggal yang ditentukan perusahaan
tersebut mengembalikan mata uang yang dipinjam pertukaran semacam ini
menimbulkan lindung nilai tertutup kerugian valuta asing, karena pada
saat pengembalian nilai yang tercantum dalam neraca perusahaan akan
sama.
c. Currency swap
Perusahaan dan sebuah swap dealer atau swap bank sepakat untuk
menukarkan jumlah yang ekuivalen atas dua mata uang yang berbeda pada
periode waktu tertentu.
Perusahaan juga dapat menggunakan metode translasi yang tepat,
misalnya carrefour menggunakan metode current rate, yaitu sebuah metode yang
mengkonversi semua aset dan kewajiban, kecuali asset tetap bersih yang
dinyatakan dengan kurs saat ini. Metode current rate merupakan metode yang
paling banyak digunakan saat ini dan langkah- langkahnya sebagai berikut :
a. Aset dan liabilitas ditranslasikan berdasarkan kurs nilai tukar yang
berlaku.
b. Pos - pos laporan laba rugi ditranslasikan berdasarkan kurs yang berlaku
pada tanggal pencatatan atau setidaknya menggunakan kurs rata.rata
tertimbang selama periode tersebut.
c. Dividen (pembagian laba) ditranslasikan berdasarkan kurs yang berlaku
pada tanggal pembayaran.
d. Akun saham biasa dan modal disetor ditranslasikan berdasarkan kurs
historis, keuntungan dari metode ini adalah keuntungan atau kerugian
akibat translasi tidak diakui dalam laporan laba rugi, namun langsung
diakui kedalam pos cadangan, sehingga dapat mengurangi volatilitas laba
yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai