Anda di halaman 1dari 9

SPESIFIKASI TEKNIS / RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

(RKS)
Program:
PROGRAM UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
KEGIATAN
PENGADAAN, PENINGKATAN DAN PERBAIKAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS/ PUSKESMAS
PEMBANTU DAN JARINGANNYA
Pekerjaan :
Pembangunan Pagar Puskesmas Maunori

A. UMUM

Segala ketentuan yang ada dalam spesifikasi ini tidak terbatas pada hal – hal
sebagai berikut :

Pasal 1
Ketentuan
1.1 Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor wajib memberitahukan kepada
Direksi/Pemilik Pekerjaan mengenai jadwal pelaksanan di lapangan.
1.2 Kontaktor wajib menyediakan jadwal rencana pelaksanaan (time
schedule), buku tamu dan buku catatan harian di lokasi pekerjaan.
1.3 Kontraktor wajib menyampaikan metode pelaksanaannya kepada pihak
Direksi sebelum memulai pekerjaan.
1.4 Demi kelancaran pelaksanaan di lokasi pekerjaan, maka tenaga
pelaksana yang ditempatkan oleh Kontraktor harus memiliki kualifikasi
dan pengelaman yang cukup di bidangnya. Apabila Direksi menganggap
pelaksana yang diberi tugas kurang mampu, maka Direksi berhak
menolak pelaksana tersebut.
1.5 Kontraktor harus mampu memberikan jaminan keamanan, ketertiban,dan
kebersihan selama pelaksanaan pekerjaan.
1.6 Pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan kontrak, gambar-gambar
rencana, RKS, Spesifikasi Teknis dan Berita Acara Aanwijzing serta
ketentuan-ketentuan lain yang dibuat selama pelaksanaan yang telah
disetujui oleh direksi.
1.7 Segala penyimpangan yang dilakukan kontraktor tanpa persetujuan
direksi, harus dibongkar dan disesuaikan dengan rencana semula. Segala
biaya akibat kelalaian tersebut menjadi tanggungan Kontraktor.
1.8 Setiap perintah Direksi/Konsultan Pengawas kepada kontraktor yang
menyimpang dari ketentuan diatas disampaikan secara tertulis dengan
sepengetahuan Pemilik Pekerjaan atau dibuat secara langsung
dilapangan yang dituangkan di buku tamu kontraktor dan buku catatan
direksi.
1.9 Apabila selama pelaksana pekerjaan harus diadakan pekerjaan tambah
kurang, harus mendapat ijin tertulis dari Pemilik Pekerjaan.
1.10 Sebagian atau seluruh pekerjaan tidak boleh diborongkan kepada pihak
ketiga (Sub Kontraktor) dengan alasan apapun kecuali dengan
persetujuan Pemilik Pekerjaan.
1.11 Selama tidak bertentangan dengan Rencana Kerja dan Syarat- Syarat ini,
yang dianggap berlaku sah dan mengikat adalah :
a. Algemene Voorwarden voor de aaneming bij openbare Warken In
Indonesia 28 Mei 1941 disingkat A.V.41 ditamabah dengan Undang-
undang RI Nomor 28 Tahun 2002 tentang bangunan Gedung
b. Peraturan Umum Pemeriksanaan Bahan-bahan Bangunan (PUBBI 1960).
c. Keputusan Presiden RI Nomor 80 tahun 2003
d. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor :
339/Kpts/M/2003, tanggal 31 Desember 2003
e. Peraturan Beton Indonesia (PBI 1971).
f. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PPKI 1961).
g. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983 (PPBBI 1983)
h. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1981 (PPI 1981).
i. Peraturan-peraturan Pembangunan Daerah setempat.
j. Peraturan lain yang berhubungan dengan pembangunan yang berlaku
di Indonesia.
k. Petunjuk serta perintah tertulis dari Direksi pada saat pelaksanaan
pekerjaan.

Pasal 2
Bestek dan Gambar

1. Pemborong diwajibkan meneliti gambar-gambar dan bestek mengenai


pekerjaan ini.
2. Bila ternyata ada perbedaan antara kontrak, gambar dan bestek, juga antara
gambar-gambar dengan gambar lain, maka yang berlaku adalah urutan di
bawah ini,
 Kontrak
 Bestek
 Gambar-gambar yang lebih besar dengan skala yang lebih kecil.
3. Bila perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan yang belakangan hari
mungkin menimbulkan kekeliruan atau bahaya, Pemborong wajib
menanyakan terlebih dahulu kepada Direksi untuk mendapatkan
ketegasannya.

Pasal 3
Rencana Kerja

1. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus menyusun


Rencana Kerja (Time Schedulle) yang diajukan selambat-lambatnya dalam
waktu 1 (satu) minggu sesudah tanggal penerimaan Surat Perintah Kerja,
dengan disetujui oleh Direktsi.
2. Setelah Rencana Kerja disetujui oleh Direksi, satu salinan akan ditahan oleh
Direksi dan satu salinan lainnya harus ditempel di Bangsal Pemborong di
tempat pekerjaan.
Pasal 4
Kuasa Pemborong

1. Pemborong wajib menempatkan seorang wakil yang cukup cakap dan


berpengalaman untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan ini di lapangan
(selanjutnya disebut “Pelaksana”).
2. Pelaksana yang ditunjuk oleh Pemborong harus mendapat kuasa penuh yang
bertindak untuk dan atas nama Pemborong.
3. Dengan adanya Pelaksana ini tidak berarti bahwa Pemborong lepas dari
tanggung jawab sebagian atau sepenuhnya dari seluruh pekerjaan.
4. Pemborong harus memberikan laporan secara tertulis kepada Direksi
tentang segala keterangan mengenai Pelaksana ini. Pelaksana baru bisa
bertindak setelah ada persetujuan dari Direksi. Dalam satu minggu kalau
tidak ada keberatan dari Direksi, berarti Direksi menyetujuinya.
5. Bilamana kemudian menurut pendapat Direksi, Pelaksana kurang
mampu/tidak bisa menunjukkan kecakapannya dalam memimpin pekerjaan
dengan sebaik-baiknya, maka Direksi berhak memerintahkan kepada
Pemborong untuk menggantikannya, dalam waktu 6 (enam) hari setelah
dikeluarkannya surat perintah itu Pemborong harus sudah menunjuk seorang
kuasa yang baru.

Pasal 5
Tempat Tinggal Pemborong dan Pelaksana

Untuk menjaga kemungkinan akan diperlukan hubungan diluar jam kerja,


Pemborong wajib memberitahukan alamat rumah dan nomor telpon Pemborong
dan Pelaksana kepada Direksi. Diharapkan alamat ini tidak berubah-ubah
selama pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Pasal 6
Pengamanan

1. Pemborong wajib mengadakan penjagaan keamanan untuk barang-barang di


seluruh halaman pekerjaan.
2. Barang-barang bahan bangunan yang hilang, baik yang sudah maupun yang
belum dipasang tetap menjadi tanggungan Pemborong dan tidak
diperkenankan untuk diperhitungkan di dalam borongan biaya tambahan.

Pasal 7
Laporan Harian, Mingguan, dan Bulanan

1. Pemborong diwajibkan membuat Laporan Mingguan, dan Laporan


Bulanan dimana tercantum tentang kemajuan pekerjaan
setiap,mingguan,dan bulanan sesuai dengan penyampaian laporannya juga
penyampaian laporan mengenai bahan, material yang digunakan dan alat-
alat yang didatangkan, jumlah pekerja dan petugas lapangan yang ada serta
keadaan cuaca pada hari yang bersangkutan, adalah merupakan kewajiban
Pemborong untuk membuatnya dalam rangkap 3 (tiga), untuk Pengawas,
untuk Kepala Satuan Kerja/Pihak Dinas, dan arsip.
2. Laporan Mingguan disusun oleh kontraktor yang disampaikan oleh
Kontraktor dan diperiksa oleh pengawas. Laporan Mingguan ini dibuat dalam
rangkap 3 (tiga), satu asli sebagai arsip kontraktor dan dua salinan untuk
konsultan dan Kepala Satuan Kerja setelah diteliti dan disetujui oleh Kepala
Satuan Kerja.
3. Laporan Bulanan-nya disusun oleh kontraktor berdasarkan hasil laporan
mingguan yang disampaikan oleh Kontraktor dan diperiksa oleh konsultan
pengawas. Laporan Bulanan ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga), satu asli
sebagai arsip kontraktor dan dua salinan untuk konsultan dan Kepala Satuan
Kerja setelah diteliti dan disetujui oleh Kepala Satuan Kerja.
4. Tugas-tugas dan perintah-perintah dari Pengawas, PPK / Direksi berlaku dan
mengikat bagi Pemborong, apabila tugas-tugas dan perintah-perintah itu
dimuat dalam laporan/buku harian dan telah dibubuhi tanda tangan dan
nama jelas petugas/Direksi yang menugaskan/memerintahkan.
5. Pekerjaan-pekerjaan tambah kurang harus pula dicatat sebagai Laporan
Harian.
6. Pemborong wajib membuat foto proses pekerjaan (berwarna) yang
dilampirkan pada setiap permohonan termin, minimal 4 (empat) pose
rangkap 3 (tiga), dimulai dari 0%, 50 % sampai dengan 100% dan
Pemborong menyediakan dalam album.

Pasal 8
Jaminan Sosial, Kesehatan dan Keselamatan

1. Pemborong diwajibkan menyediakan peti obat-obatan sesuai syarat-syarat


P3K yang selalu harus tersedia secara lengkap di lapangan. Obat-obatan
tersebut disediakan baik untuk Direksi, staf Pemborong, termasuk pekerja-
pekerja dari pihak ketiga.
2. Pemborong wajib menyediakan air minum yang memenuhi standar
kesehatan untuk para pekerja.
3. Segala yang menyangkut kesehatan dan jaminan lainnya yang belum
disebutkan disini, Pemborong wajib melakukan sesuai dengan peraturan
perburuhan yang berlaku bagi para pekerja.

Pasal 9
Pemeriksaan Pekerjaan

1. Sebelum dimulai satu pekerjaan, yang bila pekerjaan ini dilaksanakan


mengakibatkan tidak dapat dilanjutkan pekerjaan yang telah dikerjakan,
Pemborong diwajibkan meminta kepada Direksi (PTK dan Konsultan
Pengawas) memeriksa bagian pekerjaan yang telah dikerjakan itu. Baru
setelah Direksi menyatakan bagian ini baik, Pemborong dapat memulai
pekerjaan selanjutnya.
2. Bila permintaan pemeriksaan tersebut selama 24 jam tidak dipenuhi oleh
Direksi, maka Pemborong bisa meneruskan bagian-bagian pekerjaan, yang
seharusnya diperiksa itu dianggap seolah-olah telah diperiksa dan disetujui.
Hal ini dikecualikan apabila Direksi minta perpanjangan waktu pemeriksaan
dan Pemborong menyetujuinya.
3. Bila ayat 1 di atas dilanggar oleh Pemborong, Direksi berhak menyuruh
membongkarnya bagian pekerjaan tersebut, dan ongkos pembongkaran
serta pemasangan kembali karena kelalaian Pemborong ini dibebankan
kepada Pemborong.

Pasal 10
Pemeriksaan Bahan-Bahan

1. Semua bahan-bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut,


Pemborong/Pelaksana terlebih dulu harus memberikan contoh kepada
Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan sebelum bahan-bahan
tersebut didatangkan atau dipakai.
2. Bahan-bahan yang tidak memenuhi persyaratan atau kualitas jelek yang
dinyatakan afkir/ditolak oleh Pengawas Lapangan/Pengelola Teknis Kegiatan ,
harus segera dikeluarkan dari lapangan bangunan selambat-lambatnya
dalam waktu 3 x 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan
Pengawas /Pengelola Teknis Kegiatan dan ternyata masih dipergunakan oleh
Pelaksana, maka Konsultan Pengawas/Pengelola Teknis Kegiatan berhak
untuk memerintahkan pembongkaran kembali kepada Pelaksana
(Pemborong), dan biaya ditanggung oleh Pemborong.

B. URAIAN TEKNIS DAN SYARAT-SYARAT PEKERJAAN

Pasal 11
Pekerjaan Persiapan

1. Pengukuran
 Ukuran-ukuran patok dan ukuran tinggi telah di tetapkan dalam gambar
dan dapat juga di sesuaikan dengan kondisi existing atau kondisi ril
lapangan. Ukuran-ukuran dalam gambar tersebut adalah ukuran setelah
pekerjaan selesai dikerjakan.
 Peil ketinggian ( 0,00) diambil sesuai dengan ketetapan dalam gambar
rencana. Penentuan peil ini akan dilakukan oleh Pemilik Pekerjaan,
Konsultan Pengawas dan Pengelola Teknis Pekerjaan bersama-sama
dengan kontraktor.
 Penentuan titik-titik ketinggian dilakukan dengan selang air ukuran 1/4"
atau dengan alat ukur Theodolit, sedangkan untuk sudut siku-siku
dilakukan dengan benang secara azas segitiga Pythagoras.
2. Pemasangan Bouwplank
 Lingkup pekerjaan, meliputi seluruh keliling tiap bangunan yang
dikerjakan.
 Persyaratan Bahan dari kayu kelas II, untuk patok 5/7 cm dan untuk
papan 2.5/18 cm.
 Pedoman pelaksanaan
- Papan diketam halus dan lurus pada sisi atasnya
- Harus benar-benar waterpass (timbang air) dan sudut-sudutnya harus
siku.
- Bouwplank harus terpasang kuat.
3. Penyediaan Air Kerja
Air kerja untuk pelaksanaan pekerjaan harus memenuhi persyaratan teknis,
antara lain tidak terkontaminasi oleh unsur-unsur yang membahayakan
konstruksi.
Pasal 12
Pekerjaan Tanah Dan Urugan

1. Lingkup pekerjaan , Pekerjaan tanah terdiri dari :


a. Galian Pondasi
b. Urugan pasir di bawah pondasi
2. Persyaratan Bahan :
Timbunan bekas galian, digunakan tanah bekas galian. Untuk timbunan
bawah pondasi digunakan pasir urug kualitas baik. Tanah timbunan dan
pasir urugan harus bersih dari kotoran-kotoran dan akar-akar kayu, serta
sampah lainnya.
3 Pedoman Pelaksanaan :
 Pemotongan/Cuting tanah dilakukan sebelum penggalian tanah
bangunan keseluruhan, untuk mendapatkan muka tanah
peletakan/perataan tanah sekeliling bangunan yang datar dan cukup keras.
 Galian baru boleh dilaksanakan setelah bouwplank dengan penandaan
sumbu ke sumbu selesai diperiksa dan disetujui, Pengawas, dan Pemilik
Pekerjaan bersama Kontraktor. Apabila di tempat galian ditemukan
pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon atau lainnya yang masih
berfungsi, maka Kontraktor secepatnya memberitahukan kepada instansi
yang berwenang untuk mendapat petunjuk seperlunya. Kontraktor
bertanggung jawab sepenuhnya atas segala kerusakan yang diakibatkan
pekerjaan galian tersebut.

Pasal 13
Pekerjaan Pasangan Batu Untuk Pondasi

1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi seluruh pengerjaan urugan pasir bawah pondasi dan pasangan batu
kali/gunung untuk pondasi seperti yang tercantum dalam gambar dan
dijelaskan dalam gambar detail.
2. Persyaratan Bahan
a. Batu kali/gunung yang dipergunakan berpenampang 15-20 cm, dengan
tiga muka pecahan.
b. Batu kali/gunung yang dipergunakan sebagai pondasi, harus dipilih batu
yang keras dan tidak keropos dan dikerjakan sesuai bentuk dan ukuran
yang tertera dalam gambar dan mendapat persetujuan Direksi.
3. Pedoman Pelaksanaan
a Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu diadakan
pengukuran-pengukuran untuk as-as pondasi sesuai dengan gambar
konstruksi dan dimintakan persetujuan pengawas tentang kesempurnaan
galian. Setelah selesai galian itu, baru pelaksanaan pondasi pada bagian
dasar pondasi dilapisi pasir pasang setebal minimal 5 cm dan dipadatkan,
sebagai lantai kerja. Tebal lapisan dibuat sesuai dengan gambar detail
pondasi.
b. Pondasi dibuat dari pasangan batu kali / batu gunung dengan adukan 1
PC : 5 PS, dan plesteran pondasi 1PC : 5Ps diaci PC sampai merata halus.

Pasal 14
Pekerjaan Beton Bertulang

1. Lingkup Pekerjaan
Beton bertulang dengan perbandingan 1 PC : 2 PS : 3 KR atau setara dengan
mutu beton K-175 harus dibuat untuk :
 Tiang/kolom pagar
 Slof Beton Bertulang
 Ringbalk beton bertulang
 Beton Neut dan cor angker tembok.

2. Pedoman Pelaksanaan :
 Kecuali ditentukan lain dalam Rencana kerja dan syarat-syarat ini, maka
sebagai pedoman dipakai PBI 1971.
 Pemborong wajib melaporkan secara tertulis pada Pemilik Pekerjaan dan
Pengawas apabila ada perbedaan yang didapat di dalam gambar
konstruksi dan gambar arsitektur.
3. B a h a n
a. Semen
 Digunakan Portland Cement Jenis I menurut NI-8 tahun 1975 dan
memenuhi S-400 menurut Standar Cement Portland yang digariskan
oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8 tahun 1972).
 Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu
zak semen, tidak diperkenankan pemakaiannnya sebagai bahan
campuran.
 Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat
yang lembab agar semen tidak cepat mengeras.
b. Pasir Beton, harus berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur dan sejenisnya serta memenuhi komposisi
butir serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam
PBI 1971.
c. Kerikil, harus bersih dan bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan
kekerasan sesuai yang disyaratkan dalam PBI 1971.
d. Air, harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkali, garam,
bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton
atau baja tulangan.
e. Besi Beton,
- Mutu baja/besi beton adalah jenis besi/baja lunak dengan mutu U-24
(tegangan leleh karakteristik minimum 2400 kg/cm2). Daya lekat baja
tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak, minyak, karat lepas dan
bahan lainnya.
- Pembengkokan, Penyambungan dan pengangkeran besi tulangan harus
sesuai dengan PBI 1971
4. Cetakan dan Acuan
 Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus bermutu baik
sehingga hasil akhir konstruksi mempunyai bentuk, ukuran dan
batas-batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar rencana
dan uraian pekerjaan.
 Pembuatan cetakan dan acuan harus memenuhi ketentuan-ketentuan di
dalam pasal 5.1 PBI 1971.
 Besi tulangan tidak boleh melekat pada begisting dan untuk itu harus di
ganjal dengan balok-balok beton kecil/tahu-tahu dengan ukuran 4x4 cm
dengan tebal 2,50 cm.
 Begisting dari papan kayu kelas II kwalitas baik dengan tebal minimal 2,00
cm dipasang cukup rapat, pengecoran beton dilakukan, begisting harus
dibersihkan dari segala kotoran dan di siram air secara merata.
 Tidak boleh mengecor sebelum pekerjaan begisting disetujui oleh direksi.

5. Mutu Beton, yang digunakan adalah perbandingan volume 1 PC : 2 Ps : 3


Kr atau setara dengan mutu beton K-175 (mutu beton menentukan)
6. Adukan Beton, pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan
ketempat pengecoran harus dilakukan dengan cara yang disetujui oleh
Pengawas.
7. Pengecoran
- Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis
Konsultan pengawas.
- Apabila pengecoran beton harus dihentikan, maka tempat penghentiannya
harus disetujui oleh Pengawas.
8. Perawatan Beton
- Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan kelembaban
untuk paling sedikit 14 (empat belas) hari.
- Pembongkaran begisting harus mendapat persetujuan dahulu dari direksi.
- Segala cacat yang terlihat sesudah pembongkaran begisting harus
diberitahukanterlebih dahulu kepada direksi sebelum diadakan perbaikan.

Pasal 15
Pekerjaan Pasangan Dinding Bata/Batako

1. Pendahuluan
a. Bata harus dibersihkan dari cacat yang dapat mengurangi
lekatan dengan adukan
b. Sebelum pekerjaan melapis, bata harus betul-betul basah dan
sudah cukup waktu yang diberikan untuk penyerapan air
sampai jenuh
c. Bata harus mempunyai ukuran yang baik, seragam, padat, dan
bebas dari lumpur, pecah-pecah, larutan garam atau
kerusakan lain yang mungkin akan merusak kekuatan, daya
tahan, penampilan sehingga mengurangi kekuatan dari bata
tersebut. Bata tersebut harus bersih dan kuat
d. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap
bagian pekerjaan beton
2. Pencampuran adukan
a. Seluruh material kecuali air harus di campur, baik dalam kotak
yang rapat atau dalam alat pencampur adukan yang disetujui,
sehingga campuran telah berwarna merata, baru sesudahnya
air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan
3. Penempatan adukan
a. Sebelum pemasangan, bata harus dibersihkan dan dibasahi
secara menyeluruh, dengan cukup waktu yang memungkinkan
penyerapan air mendekati titik jenuh.
b. Landasan yang akan menerima masing-masing bata juga
dibasahi dan selanjutnya dari adukan harus di sebar dari sisi
bata ke bata yang dipasang
c. Tebal landasan dari adukan harus rentang pada 2 – 5 cm dan
harus minimum diperlukan untuk menjamin terisinya seluruh
rongga antara bata yang dipasang
d. Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada
suatu waktu dibatasi sehingga bata hanya dipasang pada
adukan segar yang belum mengeras. Bila bata menjadi
longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan awal,
maka harus dibongkar, dan adukan dibersihkan dan bata di
pasang lagi dengan adukan segar.

4. Pekerjaan akhir pasangan :


a. Dimulai segera setelah pemasangan, pasangan bata harus
dilindungi dari pengeringan dini, pasangan bata harus
dipertahankan dengan kehilangan kelembaban yang minimal,
dan dengan temperature yang relative tetap untuk suatu
periode waktu yang disyaratkan untuk menjamin hidrasi yang
baik dari semen dan pengerasan adukannya Pasangan bata
harus dirawat, setelah mengeras secukupnya, dengan
menyelimuti memakai lembaran yang menyerap air yang
harus selalu basah untuk waktu yang secukupnya.

Pasal 16
Pekerjaan Dinding
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan plesteran, acian saus semen, dan acian benangan sudut dilakukan
pada seluruh pasangan batu, bagian – bagian sudut tembok dan bagian-
bagian konstruksi lainnya yang menggunakan plesteran dan acian semen
dan pekerjaan keramik.
2. Persyaratan Bahan
Bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah ditentukan
dalam pasal beton bertulang
Keramik yang digunakan adalah keramik berukuran 40x40 berwarna hitam
polos pada sisi 20x40 keramik di potong/ dibagi 2 bagian yang sama besar
3. Pedoman Pelaksanaan
a.Sebelum plesteran dilakukan, maka :
 Dinding dibersihkan dari semua kotoran.
 Dinding dibasahi dengan air.
 Permukaan beton (bila ada) yang akan diplester/ dipasang keramik
dibuat kasar agar bahan plesteran dapat merekat dengan baik.
b. Adukan plesteran pasangan batu dipakai campuran 1 PC : 5 PS
c. Ketebalan plesteran pada semua bidang permukaan harus sama tebalnya
dan tidak diperbolehkan plesteran yang terlalu tipis dan terlalu tebal.
Ketebalan yang diperbolehkan berkisar antara 1.5 cm sampai 3 cm.
Untuk mencapai tebal plesteran yang rata sebaiknya diadakan
pemeriksaan secara silang dengan menggunakan mistar kayu panjang
yang digerakkan secara horizontal dan vertikal.
d. Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diusahakan
memperbaikinya secara keseluruhan.
e. Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama
seminggu sejak permulaan plesterannya.
f. Acian saus semen untuk semua bidang yang diplester menggunakan
perbandingan perbandingan air dan semen diaduk sampai didapat
campuran yang plastis.
g. Acian benangan sudut untuk semua sudut tembok baik vertical maupun
horisontal. Untuk mencapai hasil yang baik harus diadakan pemeriksaan
dengan menggunakan benang atau alat bantu lain yang tidak
bergelombang serta siku secara horizontal dan vertikal.

PASAL 17
Pekerjaan Finishing

1. Lingkup pekerjaan
a. Pengecatan pagar dan pintu pagar.
b. Pengecatan tiang pagar.
c. pengecetan tembok pagar batako
d. pengecetan lis pagar
2. Bahan-bahan yang digunakan harus berkualitas baik, seperti :
Cat sekualitas Cap Dulux atau yang setara.
3. Pedoman pelaksanaan
a. Pekerjaan harus betul-betul rata, berwarna sama, pengecatan minimal 2
(dua) kali.
b. Pekerjaan pengecetan harus dilakukan lapis demi lapis dengan
memperhatikan waktu pengeringan jenis bahan yang digunakan.
c. Pengecatan harus dilakukan menurut proses sebagai berikut
 Bidang yang akan dicat harus dibersihkan dari kotoran dan debu dengan
menyapunya sampai bersih.
 Melapis bidang cat dengan dumpul pada bagian yang tidak rata
sampai rata.
 Setelah dumpulan kering, kemudian permukaan yang akan dicat digosok
dengan kertas amplas sampai permukaanya licin.
 Pengecatan dengan cat, minimal 2(dua) kali.
 Pekerjaan cat harus menghasilkan warna merata dan tidak terdapat
belang-belang atau noda-noda mengelupas.

Pasal 18
Pekerjaan Pagar Besi Dan Pintu Pagar Besi

Pekerjaan Pagar Besi Dan Pintu Pagar Besi tidak terbatas hanya pada uraian
berikut :
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan pagar besi dan pintu pagar besi yang termasuk dalam pekerjaan
pemborongan ini meliputi pengadaan,perakitan, pengelasan pemasangan
dan finishing.
b. Semua bahan dipergunakan dan cara pemasangan teknisnya sesuai
dengan petunjuk dan persetujuan direksi teknis.
c. Pintu pagar terdiri dari pintu pintu geser/Dorong dan pintu engsel.
2. Persyaratan Bahan
a. Besi pagar dan pintu pagar yang dipakai adalah perpaduan antara besi
pipa kotak/besi hollow dan plat baja berdimensi sesuai dengan gambar
kerja, sedangkan tiang pagar menggunakan Tiang beton ukuran/dimensi
disesuaikan dengan gambar rencana.

Pasal 19
Pekerjaan Pembersihan

Apabila Peleksaan Konstruksi sudah dikerjakan seluruhnya sesuai dengan


kontrak maka Kontraktor diwajibkan untuk membersihkan sisa sisa material
yang tidak terpakai keluar lokasi pekerjan guna untuk persiapan Serah Terima
Pekerjaan Tahap Pertama (PHO).

Demikian Rencana Spesifikasi Teknis ini kami susun untuk menjadi acuan pada
saat pelaksaan dilapangan dan dapat dipergunakan seperlunya.

Anda mungkin juga menyukai