Sosiologi Kehutanan
Sosiologi Kehutanan
OLEH:
ENI ANGRIANI
1406111274
JURUSAN KEHUTANAN
PEKANBARU
2016
2
I. PENDAHULUAN
secara bijaksana sesuai dengan kaidah kelestarian tidak saja akan meningkatkan
optimal yaitu hutan. Hutan sebagai salah satu pilihan penting karena memiliki
Permintaan dunia atas kebutuhan kayu masih cukup tinggi, sementara di berbagai
negara lain, kemampuan produk kayu dari hutan sudah mulai berkurang. Maka
diperlukan dalam mengatasi kemiskinan. Hutan dalam banyak hal, lebih sering
ekonomi dan sosial. Tidak dipungkiri bahwa hutan sebagai sumber bagi
kelangsungan industri kayu, seperti misalnya untuk kayu lapis, papan, dan industri
kayu lainya.
telah ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, swasta atau lembaga
3
social forestry )
1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Kehutanan
Tujuan Khusus
hutan.
1.3 Manfaat
1. Sebagai bahan informasi yang dapat digunakan oleh umum untuk mengetahui
III. ISI
kehidu-pan yang memiliki fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial yang tinggi bagi
kehidupan umat manusia. Ketiga fungsi itu akan memberi kontribusi optimal bagi
kehidupan manusia. Ketiganya berada pada posisi yang seimbang dalam tata
lingkungan yang lestari. Untuk itu partisipasi dari semua pihak, stake holder dan
selama ini belum optimal, karena dila-kukan secara sentralistik oleh negara
hutan yang ada bertujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya serta
hutan pada Pasal 10 UU No. 41 Tahun 1999 Jo UU No. 19 Tahun 2004 tentang
a. Perencanaan kehutanan;
b. Pengelolaan hutan;
kehutanan; dan
d. Pengawasan.
7
dalam pengelolaan hutan itu saling terkait . Tentu pada posisi ini setiap pihak
harus ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan hak dan kewajiban,
hutan sesuai dengan fungsinya, serta mengatur pengurusan hutan dalam arti luas.
menjaga dan melastarikan hutan sesuai dengan kapasitas dan daya dukung yang
ada. Di sisi lain hubungan hutan dengan masyarakat dalam pengelo-laan hutan
yang mempunyai hubungan yang erat. Dalam hal ini karena masyarakat telah
selama ini bahwa pemerintah pusat melakukan otonomi daerah setengah hati.
Walaupun sudah ada UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dan
Keberadaan UU No. 32 Tahun 2005 tentang Pemerintah Desa yang secara tidak
partisipasi masyarakat secara penuh dan permber-dayaan nilai-nilai lokal yang ada
telah ada disediakn tim yang khusus untuk menggelola taman nasional agar
kondisi di taman nasional ini dapat terjaga. Tetapi masyarakat disana masih ada
yang sulit untuk menggunakan bahasa indonesia sehingga apabila ada warga luar
yang datang untuk melakukan wawancara harus menggunakan orang yang dapat
mempunyai sanksi apabila ada yang melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh
masyarakat sekitar hutan Larangan adat bersama sama dengan petinggi desa.
masyarakat yang lain tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan adanya suatu
perubahan yang tidak menonjol atau tidak menampakkan adanya suatu perubahan.
transportasi yang maju serta peperangan. Pada masyarakat sekitar hutan apabila
setiap agen ini terlengkapi maka perubahan sosial pada masyarakat dapat terjadi
perubahan sosial yang bergerak secara lambat (evolusi) dan perubahan sosial
dan pemerintah.
10
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
interaksi sosial yang kurang dari masyarakat dalam dan masyarak luar.
4.2 Saran
masyarakat.