Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDHULUAN

KEJANG DEMAM

A. BAB I : KONSEP MEDIS


1. Definisi
Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38ºC) yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis
yang paling sering dijumpai pada anak terutama pada golongan anak
berumur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur
dibawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam (Ngastiyah, 2014).
Kejang Demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
ditemukan pada anak, hal ini terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4
tahun. Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak-anak yang
terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu
gangguan neurologik yang paling sering dijumpai pada masa kanak-kanak
dan menyerang sekitar 4% anak. Pada setiap anak memiliki ambang
kejang yang berbeda-beda, hal ini tergantung dari tinggi serta rendahnya
ambang kejang seorang anak. Anak dengan kejang rendah, kejang dapat
terjadi pada suhu 38ºC, tetapi pada anak dengan ambang kejang yang
tinggi kejang baru akan terjadi pada suhu 40ºC atau bahkan lebih (Sodikin,
2012).
Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38ºC) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium (Widodo, 2011).
2. Etiologi
Penyebab dari kejang demam menurut Wulandari & Erawati (2016) yaitu :
a Faktor genetika
Faktor keturunan memegang penting untuk terjadinya kejang demam
25-50 % anak yang mengalami kejang memiliki anggota keluarga
yang pernah mengalami kejang demam sekurang- kurangnya sekali.
b Infeksi
1) Bakteri : penyakit pada traktus respiratorius (pernapasan),
pharyngitis (radang tenggorokan), tonsillitis (amandel), dan otitis
media (infeksi telinga).
2) Virus : varicella (cacar), morbili (campak), dan dengue (virus
penyebab demam berdarah ).
c Demam
Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu
sakit dengan demam atau pada waktu demam tinggi.
d Gangguan metabolisme
Hipoglikemia, gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien
dengan riwayat diare sebelumnya.
e Trauma
3. Prognosis
Pendapat para ahli tentang usia penderita saat terjadi bangkitan
kejang demam tidak sama. Pendapat para ahli terbanyak kejang demam
terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai dengan 5 tahun.
Menurut The American Academy of Pediatrics (AAP) usia termuda
bangkitan kejang demam 6 bulan. Kejang demam merupakan salah satu
kelainan saraf tersering pada anak. Berkisar 2%-5% anak di bawah 5 tahun
pernah mengalami bangkitan kejang demam Lebih dari 90% penderita
kejang demam terjadi pada anak berusia di bawah 5 tahun 9 Terbanyak
bangkitan kejang demam terjadi pada anak berusia antara usia 6 bulan
sampai dengan 22 bulan. Insiden bangkitan kejang demam tertinggi terjadi
pada usia 18 bulan.
Di berbagai negara insiden dan prevalensi kejang demam berbeda.
Di Amerika Serikat dan Eropa prevalensi kejang demam berkisar 2-5%. Di
Asia prevalensi kejang demam meningkat dua kali lipat bila dibandingkan
di Eropa dan di Amerika. Di Jepang kejadian kejang demam berkisar 8,3%
- 9,9% Bahkan di kepulauan Mariana (Guam), telah dilaporkan insidensi
kejang demam yang lebih besar, rnencapai 14%. Prognosis kejang demam
baik, kejang demam bersifat benigna. Angka kernatian hanya 0,64 % -
0,75 %. Sebagian besar penderita kejang demam sembuh sempurna,
sebagian kecil berkembang menjadi epilepsi sebanyak 2-7% Empat persen
penderita kejang demam secara bermakna mengalami gangguan tingkah
laku dan penurunan tingkat intelegensi.
4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala dari kejang demam menurut Wulandari dan Erawati
(2016) yaitu :
a. Kejang demam mempunyai insiden yang tinggi pada anak, yaitu 3-
4%
b. Kejang biasanya singkat, berhenti sendiri, terjadi lebih banyak laki-
laki
c. Kejang timbul dalam 24 jam setelah naiknya suhu badan akibat infeksi
di luar susunan saraf misalnya otitis media akut, bronchitis, dan
sebagainya
d. Bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik, fokal atau atonik
e. Takikardi pada bayi, frekuensi sering di atas 150-200 per menit
5. Klasifikasi/Stage
Klasifikasi Kejang Demam menurut Widodo (2011) yaitu :
a). Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure) Ciri dari kejang ini
adalah :
1) Kejang berlangsung singkat
2) Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu < 15 menit
3) Tanpa gerakan fokal
4) Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam
b). Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure) Ciri dari kejang
ini adalah :
1) Kejang berlangsung lama lebih dari 15 menit
2) Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului
kejang parsial
3) Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
6. Patofisiologi
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1ºC akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak
mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa
yang hanya 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat
terjadi disfusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membrane
tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik
ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke
membrane sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmitter dan terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang
yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang
anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak
dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38ºC
sedang anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi bila
suhu mencapai 40ºC atau lebih. Maka disimpulkan bahwa berulangnya
kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang yang
rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu memperhatikan pada
tingkat suhu berapa pasien menderita kejang.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Akan tetapi kejang yang
berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet
yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkepnia asidosis laktat disebabkan
oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung
yang tidak teratur dan suhu tubuh semakin meningkat yang disebabkan
makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyababkan
metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian di atas adalah faktor
penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya
kejang lama. Faktor terpentingkan adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga terjadinya kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah medial bantuan bahan yang disebut
neurotransmitter dan terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang
yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang
anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak
dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38ºC
sedang anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi bila
suhu mencapai 40ºC atau lebih. Maka disimpulkan bahwa berulangnya
kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang yang
rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu memperhatikan pada
tingkat suhu berapa pasien menderita kejang.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Akan tetapi kejang yang
berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet
yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkepnia asidosis laktat disebabkan
oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung
yang tidak teratur dan suhu tubuh semakin meningkat yang disebabkan
makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyababkan
metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian di atas adalah faktor
penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya
kejang lama. Faktor terpentingkan adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga terjadinya kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat
serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di
kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Karena itu
kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis di otak hingga terjadi epilepsi (Ngastiyah, 2014).
7. Komplikasi
Komplikasi kejang demam menurut (Waskitho, 2013 dalam Wulandari &
Erawati, 2016) yaitu :
a). Kerusakan neurotransmitter
Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas
ke seluruh sel ataupun membrane sel yang menyebabkan kerusakan
pada neuron.
b). Epilepsi
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat
serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di
kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan.
c). Kelainan anatomis di otak
Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan
kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada anak baru berumur 4
bulan - 5 tahun.
d). Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai demam.
e). Kemungkinan mengalami kematian
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kejang demam menurut (Ngastiyah, 2014) yaitu :
1) Penatalaksanaan medis
a. Bila pasien datang dalam keadaan kejang, obat pilihan utama yaitu
diazepam untuk memberantas kejang secepat mungkin yang
diberikan secara intravena.
b. Untuk mencegah edema otak, berikan kortikosteroid dengan dosis
20-30 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis atau sebaliknya
glukortikoid misalnya deksametazon 0,5-1 ampul setiap 6 jam.
2) Penatalaksanaan keperawatan
a. Baringkan pasien di tempat yang rata, kepala dimiringkan.
b. Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar pasien.
c. Lepaskan pakaian yang menganggu pernapasan.
d. Jangan memasang sudip lidah (tongue spatel), karena risiko lidah
tergigit kecil. Sudip lidah dapat membatasi jalan napas.
e. Bila pasien sudah sadar dan terbangun berikan minum hangat.
f. Pemberian oksigen untuk mencukupi perfusi jaringan.
g. Bila suhu tinggi berikan kompres hangat.
B. BAB II : KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut (Dermawan, 2012 dalam Nurlitasari, 2014) pengkajian
adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah–masalah kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik mental, sosial dan lingkungan.
Pengkajian kejang demam menurut Riyadi (2009) :
a. Pengkajian
1) Riwayat Penyakit
Pada anak kejang demam riwayat yang menonjol adalah adanya
demam yang dialami oleh anak (suhu rektal di atas 38oC). Demam
ini di latar belakangi adanya penyakit lain yang terdapat pada luar
kranial seperti tonsillitis, faringitis. Sebelum serangan kejang pada
pengkajian status kesehatan biasanya anak tidak mengalami
kelainan apa-apa. Anak masih menjalani aktifitas sehari-hari biasa
seperti bermain dengan teman sebaya, pergi, sekolah.
2) Pengkajian fungsional
Pengkajian fungsional yang sering mengalami gangguan adalah
terjadi penurunan kesadaran anak dengan tiba-tiba sehingga kalau
dibuktikan dengan tes GCS skor yang dihasilkan berkisar antara 5
samapi 10 dengan tingkat kesadaran dari apatis sampai somnolen
atau mungkin dapat koma, kemungkinan ada gangguan jalan nafas
yang dibuktikan dengan peningkatan frekwensi pernafasan 30
x/menit dengan irama cepat dan dangkal, lidah terlihat menekuk
menutup faring. Pada kebutuhan rasa aman dan nyaman anak
mengalami gangguan kenyamanan akibat hipertermi, sedangkan
keamanan terjadi ancaman karena anak mengalami kehilangan
kesadaran yang tiba-tiba yang beresiko terjadinya cidera secara
fisik maupun fisiologi. Untuk pengkajian pola kebutuhan atau
fungsi yang lain kemungkinan belum terjadi gangguan kalau ada
mungkin sebatas ancaman seperti penurunan personal hygiene,
aktivitas, intake nutrisi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon
manusia terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan atau
kerentanan respon dari seorang individu, keluarga, kelompok atau
komunitas (Heardman & Shigemi Kamitsuru, 2015). Menurut Diagnosa
Keperawatan Nanda tahun 2015-2017 kemungkinan diagnosa yang bisa
muncul dari penyakit kejang demam :
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, gangguan pusat
pengatur suhu
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan jalan napas
terganggu
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi
d. Risiko cedera berhubungan dengan kurangnya kesadaran, gerakan
tonik atau klonik
e. Kecemasan berhubungan dengan perubahan lingkungan
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang
dilakukan perawat berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan perawat
untuk meningkatkan outcome pasien atau klien. Intervensi keperawatan
mencakup baik perawatan langsung dan tidak langsung yang ditujujan
pada individu, keluarga dan masyarakat, serta orang- orang dirujuk oleh
perawat, dirujuk oleh dokter maupun pemberi pelayanan kesehatan lainnya
(Bulechek, et al 2015).
1) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, gangguan pusat
pengaturan suhu
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu tubuh normal
Kriteria hasil :
a. Suhu tubuh (36,5 o -37,5 o C).

b. Nadi (60-100 kali/menit) dan Respirasi Rate (16-24 kali/menit).


c. Tidak ada perubahan warna kulit.
Rencana tindakan :
a. Monitor suhu tubuh
b. Monitor warna dan suhu tubuh
c. Monitor tekanan darah, nadi dan Respirasi Rate
d. Monitor penurunan tingkat kesadaran
e. Lakukan tapid sponge
f. Berikan antipiretik
g. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
h. Kolaborasi pemberian cairan intravena
i. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
j. Tingkatkan sirkulasi udara
2) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan jalan napas
terganggu
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pola napas efektif
Kriteria hasil :
a. Frekuensi pernafasan dalam batas normal
b. Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
c. Irama pernafasan teratur
d. Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rencana tindakan :
a). Kaji status pernapasan klien
b). Kaji penyebab ketidakefektifan pernapasan
c). Auskultasi bidang paru dan observasi pernapasan klien
d). Longgarkan pakaian klien
e). Lakukan suction bila perlu, beri O 2 sesuai kebutuhan
f). Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi obat, tindakan dan
pemeriksaan
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ventilasi
dan oksigenasi pada jaringan adekuat
Kriteria Hasil :
a. Oksigenasi yang adekuat
b. Bebas dari tanda-tanda distress pernafasan
c. Mendemonstrasikan batuk efektif
d. Mampu bernafas dengan mudah
Rencana tindakan :
a Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b Monitor respirasi dan status O2
c Auskultasi suara nafas
d Lakukan suction
4) Resiko cedera berhubungan dengan kurangnya kesadaran gerakan
tonik atau klonik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi cedera
atau komplikasi
Kriteria hasil :
a. Terbebas dari cedera
b. Tidak ada perlukaan, kesadaran composmentis
c. Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah
d. injury/cedera
e. Klien mampumenjelaskan faktor resiko dari
lingkungan/perilaku personal
Rencana tindakan :
a. Kaji sifat dan penyebab timbulnya kejang
b. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
c. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi
fisik dan fungsi kognitif pasien
d. Jauhkan dari lingkungan yang berbahaya dan benda-benda tajam
e. Pasang side rail tempat tidur
f. Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
g. Anjurkan keluarga untuk menemani pasien
h. Kaji dan monitoring tingkat kesadaran, adanya kejang
i. Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis
5) Kecemasan berhubungan dengan perubahan lingkungan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan teratasi
Kriteria hasil :
a. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
b. Identifikasi dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas
c. Vital sign dalam batas normal
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
Rencana tindakan :
Penurunan kecemasan
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
c. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress
d. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi rasa
takut
e. Kaji tingkat dan penyebab kecemasan keluarga
f. Beri informasi yang cukup mengenai perawatan dan pengobatan
yang di lakukan dan direcanakan
g. Ciptakan suasana yang nyaman dan aman
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC

Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung :
Alfabeta

Widodo, Dwi Putro. 2011. Kumpulan Tips Pediatri. Edisi 2. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI

Bulecheck, et al. 2015. Nursing Intervensions Classification (NIC). Edisi


6.2016.Singapore : Elsevier

Wulandari, Dewi & Meira Erawati.2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Edisi 1.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Herdman T Heather & Shigemi Kamitsuru. 2015. Nanda International Inc :


Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC

Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1.

Yogyakarta : Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai