Anda di halaman 1dari 32

HALAMAN JUDUL

KAJIAN PENGENDALIAN MUTU KONSTRUKSI PADA


PENGAWASAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN TOL
STUDI KASUS : PELEBARAN GERBANG TOL BANYUMANIK PADA
JALAN TOL SEMARANG - SOLO

TUGAS MATA KULIAH

SISTEM MANAJEMEN MUTU


(Dosen : Ir. M. Agung Wibowo, MM, M.Sc, Ph.D)

Oleh :

1. DIAN SUKMA LARASSATI NIM : 21010118410007


2. ANIK NURUL PRATIWI NIM : 21010118410022
3. DWI HAYU FITRIANINGTYAS NIM : 21010118410030

MAGISTER TEKNIK SIPIL


KONSENTRASI MANAJEMEN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat melaksanakan dan menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Sistem
Manajemen Mutu dengan baik dan lancar.
Dalam penyusunan Tugas Mata Kuliah Sistem Manajemen Mutu ini, kami masih
banyak mendapat bantuan, arahan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. M. Agung Wibowo, MM, M.Sc, Ph.D selaku Dosen Mata Kuliah Sistem Manajemen
Mutu.
2. Semua pihak yang telah membantu terselesainya Tugas Mata Kuliah ini.
Kami menyadari bahwa Tugas Mata Kuliah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu demi
kesempurnaan Tugas Mata Kuliah ini, kami berharap kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak.
Semoga Tugas Mata Kuliah ini dapat bermanfaat bagi kami pada umumnya dan bagi
pembaca pada khususnya, terima kasih.

Semarang, Juni 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2. Identifikasi Masalah .................................................. Error! Bookmark not defined.
1.3. Rumusan Masalah........................................................................................................ 2
1.4. Maksud dan Tujuan ..................................................................................................... 2
1.5. Manfaat ........................................................................................................................ 2
1.6. Batasan Masalah .......................................................................................................... 2
1.7. Sistematika Penulisan .................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 4
2.1. Definisi Dokumen Kontrak ....................................... Error! Bookmark not defined.
2.2. Isi Dokumen Kontrak ................................................ Error! Bookmark not defined.
2.3. Permasalahan Dalam Dokumen Kontrak .................. Error! Bookmark not defined.
2.4. Manajemen Risiko ..................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................. 10
3.1. Metode Penelitian ...................................................................................................... 10
3.2. Sumber Data .............................................................................................................. 10
3.3. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................ 10
3.4. Tahapan Penelitian .................................................................................................... 11
3.5. Analisa Data .............................................................................................................. 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 13
4.1. Data Teknis Pekerjaan ................................................................................................... 13
4.2. Perbandingan Dokumen Kontrak .................................. Error! Bookmark not defined.
4.3. Addendum Kontrak ....................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB V PENUTUP ................................................................... Error! Bookmark not defined.
5.1. Kesimpulan ................................................................ Error! Bookmark not defined.

iii
5.2. Saran .......................................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

iv
DAFTAR GAMBAR

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyedia jasa konstruksi dalam pembangunan di Indonesia memiliki pengaruh penting
bagi perekonomian negara sehingga jumlah penyedia jasa konstruksi pun terus meningkat dari
tahun ke tahun. Meningkatnya jumlah penyedia jasa konstruksi belakangan ini seharusnya
diikuti dengan meningkatnya mutu suatu proyek konstruksi. Idealnya, suatu proyek konstruksi
yang baik adalah proyek konstruksi yang selesai tepat pada waktunya dengan biaya yang telah
direncanakan sebelumnya serta mencapai mutu sesuai perencanaan. Dalam kerangka ISO 9000,
mutu atau kualitas didefinisikan sebagai ciri dan karakter menyeluruh dari suatu produk atau
jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu.
Pekerjaan proyek konstruksi sendiri memiliki ciri khas yang berbeda-beda antara yang satu
dan lainnya tergantung dari syarat-syarat tertentu yang diterapkan oleh masing-masing
penyedia jasa konstruksi pada pelaksanaannya. Syarat-syarat ini biasanya meliputi metode
pelaksanaan, tenaga kerja, material, dan peralatan yang memenuhi spesifikasi tertentu.
Pelaksanaan pekerjaan yang memenuhi spesifikasi diperlukan agar suatu proyek konstruksi
mencapai mutu yang diinginkan atau direncanakan.
Penanganan permasalahan mutu konstruksi dalam proyek pemerintah telah diatur pada
pedoman berupa Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 04/PRT/M/2009 tentang Sistem
Manajemen Mutu (SMM). Peraturan ini dimaksudkan untuk memberikan panduan
melaksanakan manajemen organisasi yang mengarah pada perencanaan, penerapan,
pengendalian, pemeliharaan dan peningkatan bagi pencapaian kinerja berlandaskan SMM yang
terdokumentasi dan terintegrasi sesuai dengan Kebijakan Mutu yang ditetapkan di lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Kebijakan Mutu dalam upaya
menjamin ketersediaan infrastruktur yang handal bagi masyarakat dengan prinsip efisien dan
efektif serta melakukan peningkatan mutu kegiatan secara berkelanjutan.
Mutu proyek sangat berpengaruh pada hasil pekerjaan konstruksi, sebagai contoh
Pembangunan Jalan Tol Studi kasus Pelebaran Gerbang Tol Banyumanik Pada Jalan Tol
Semarang-Solo masih perlu adanya pengenadalian mutu pelaksanaan pekerjaan beton
khususnya agar dapat meningkatkan mutu proyek. Dikarenakan mutu proyek sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu .

1
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang timbul antara
lain :
1. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi pengendalian mutu pekerjaan beton pada
proyek pembangunan Jalan Tol (Pelebaran Gerbang Tol Banyumanik pada Jalan Tol
Semarang – Solo) ?
2. Bagaimana prosedur pelaksanaan pengendalian mutu pekerjaan beton dan kinerjanya pada
proyek pembangunan Jalan Tol (Pelebaran Gerbang Tol Banyumanik pada Jalan Tol
Semarang – Solo) ?

1.3. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan adalah :
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian mutu pekerjaan beton pada
proyek pembangunan Jalan Tol (Pelebaran Gerbang Tol Banyumanik pada Jalan Tol
Semarang – Solo).
2. Mengetahui kinerja penerapan pengendalian mutu pekerjaan beton pada proyek
pembangunan Jalan Tol (Pelebaran Gerbang Tol Banyumanik pada Jalan Tol Semarang –
Solo).

1.4. Manfaat
Diharapkan dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan mengenai faktor – faktor
pengendalian mutu pekerjaa beton serta dapat memahami kinerja dan prosedur pengendalian
mutu pekerjaan beton pada proyek bagi pengguna jasa dan penyedia barang/jasa bagi
mahasiswa, dosen, dan penulis.
Disamping itu juga bermanfaat bagi pengguna jasa dan penyedia barang/jasa untuk
mengetahui hal – hal tentang pengendalian mutu suatu proyek. Dikarenakan pengendalian mutu
sangat penting dalam hal konstruksi.

1.5. Batasan Masalah


Dalam penyusunan laporan ini penulis membatasi masalah atau ruang lingkup pada hal-hal
antara lain :
1. Studi kasus pada laporan ini mengambil proyek pembangunan Jalan Tol (Pelebaran
Gerbang Tol Banyumanik pada Jalan Tol Semarang – Solo).

2
2. Aspek yang ditinjau yaitu mengenai prosedur dan kinerja penerapan pengendalian mutu
pekerjaan beton proyek pembangunan Jalan Tol (Pelebaran Gerbang Tol Banyumanik pada
Jalan Tol Semarang – Solo).

1.6. Sistematika Penulisan


Laporan ini terdiri dari 5 (lima) bab antara lain :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, maksud dan tujuan serta manfaat dari
laporan ini, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II STUDI PUSTAKA
Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang
dibahas dalam laporan ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,
dan diagram alir serta teknik analisis data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai perbandingan pasal-pasal yang ada di dalam dokumen
kontrak dan membahas mengenai faktor risiko pada kedua dokumen kontrak tersebut.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran terkait dengan laporan.

3
BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1. Jalan Tol


Menurut UU 38 2004 tentang Jalan, Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi
segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori,
dan jalan kabel.
Sedangkan Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan
sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Sementara itu, tol adalah
sejumlah uang tertentu yang harus dibayarkan apabila menggunakan jalan tol tersebut.
Jalan tol sekurang-kurangnya harus memuat ketentuan teknik jalan tol yang meliputi :
1. Ruang manfaat jalan tol, yaitu ruang sepanjang jalan tol yang meliputi badan jalan, saluran
tepi jalan, talud timbunan, dan galian serta ambang pengaman.
2. Ruang milik jalan tol yaitu ruang sepanjang jalan tol yang meliputi ruang manfaat jalan tol
dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan tol.
3. Ruang pengawasan jalan tol, yaitu ruang sepanjang jalan tol yang meliputi sejalur tanah
tertentu di luar ruang milik jalan tol yang penggunaannya berada di bawah.

2.2. Beton
Beton merupakan salah satu material bangunan yang terbuat dari campuran agregat, semen
dan air serta zat tambahan khusus lainnya. Dari segi aspek kegunaan beton berdasarkan mutu
meliputi :
1. Beton Struktural
Beton Struktural merupakan jenis beton yang mengandung penulangan besi di dalam
adukannya.
2. Beton Non Struktural
Beton Non Struktural merupakan jenis beton yang tidak mengandung besi sebagai bahan
penulangan cor beton.
3. Beton Prategang
Beton Prategang merupakan perpaduan antara beton dan baja yang menghasilkan beton
dengan kekuatan tinggi baik kuat tekan maupun kuat tariknya.

4
2.3. Perkerasan Kaku Jalan Tol
Pekerasan kaku merupakan perkerasan jalan menggunakan beton. Menurut SNI 2493 tahun
2011, beton adalah campuran yang terdiri dari semen, air, agregat kasar, dan agregat halus serta
bahan tambah apabila diperlukan dengan perbandingan tertentu yang bersifat plastis pada saat
pertama dibuat dan kemudian secara perlahan akan mengeras seperti batu.
Adapun Jenis-jenis adalah sebagai berikut :

2.4. Pengertian Mutu


Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai ciri dan karakter
menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk
memuaskan kebutuhan tertentu. Definisi ini tentu menitikberatkan pada kepuasan pemakai
produk. Dari segi desain misalnya, kepuasan dapat diukur dari segi estetika, fungsi, keawetan,
keamanan, dan ketepatan waktu. Sedangkan dari pelaksanaannya dapat dilihat dari kerapihan
penyelesaian, integritas pelaksanaan (sesuai dengan spesifikasi dan gambar rencana), ketepatan
waktu, ketepatan biaya, serta bebas dari cacat.
Ervianto (2002) menyatakan, manajemen mutu adalah aspek-aspek dari keseluruhan yang
menetapkan kebijakan mutu. Manajemen mutu proyek meliputi proses-proses untuk
memastikan bahwa proyek tersebut sesuai dengan tujuannya. Proses-proses tersebut meliputi:
1. Perencanaan Mutu
Perencanaan mutu meliputi identifikasi standar mutu yang akan diterapkan nantinya sesuai
dengan kondisi dan pemenuhannya. Rencana mutu ini terdiri dari dokumen yang berisi
tentang penetapan mutu, kebijakan, prosedur, dan sistem proyek. Disamping itu juga ada
kontrak antara klien dan kontraktor yang berisi kesepakatan hasil pelaksanaan proyek serta
pedoman prosedur yang memuat rincian metode kerja yang dipilih untuk pelaksanaan
proyek.
2. Jaminan Mutu
Jaminan mutu adalah semua aktifitas yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam
sistem mutu untuk memberikan kepercayaan bahwa proyek tersebut akan sesuai dengan
standar mutu yang telah direncanakan. Tujuan dari jaminan mutu ini adalah menjaga mutu
agar tercapai dan memberikan keyakinan bahwa mutu yang diinginkan akan tercapai.
3. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu meliputi pengendalian hasil proyek untuk menentukan proyek tersebut
sesuai standar yang telah ditetapkan atau tidak serta mengidentifikasi penyebab hasil yang
tidak sesuai.

5
Dari proses manajemen mutu di atas dapat diidentifikasi kriteria-kriteria yang akan
digunakan untuk menilai penerapan sistem manajemen mutu pada proyek-proyek
konstruksi.
Tabel 2. 1 Identifikasi Kriteria

(Sumber : Jurnal Teknik Sipil, 2016)

2.5. Faktor yang Mempengaruhi Mutu Proyek Konstruksi


Venegas dan Alarcon (1997) serta Teng (2002), menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja mutu antara lain :
1. Faktor Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan adalah penjabaran dari tata cara dan teknik-teknik pelaksanaan
pekerjaan yang merupakan inti dari seluruh kegiatan dalam sistem manajemen konstruksi.
Metode pelaksanaan merupakan kunci untuk dapat mewujudkan seluruh perencanaan
menjadi bentuk bangunan fisik.

6
2. Faktor Tenaga Kerja
Faktor utama yang mempengaruhi jumlah tenaga kerja adalah produktivitas tenaga kerja.
Besarnya produktivitas tenaga kerja tergantung dari lokasi, kondisi alam, kelompok kerja,
lama waktu, kepadatan tenaga kerja, dan lain-lain.
3. Faktor Material
Pengelolaan material membutuhkan beragam informasi tentang spesifikasi, harga, maupun
kualitas yang diinginkan agar beberapa penawaran dari pemasok dapat dipilih sesuai
dengan spesifikasi proyek dengan harga yang paling ekonomis. Selain itu dibutuhkan juga
perencanaan penggunaan material dan jadwal kedatangan material ke lokasi proyek.
4. Faktor Peralatan
Berbagai jenis dan ukuran dari peralatan yang hendak diguanakan harus tersedia tentunya
disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Dari peralatan yang dapat disediakan oleh
pekerja konstruksi berupa cethok, cangkul, dan linggis sampai dengan peralatan berat
berupa excavator, bulldozer, dragline, dan lain sebagainya menjadi syarat agar suatu
kegiatan dapat terlaksana.
5. Faktor Biaya
Aliran kas masuk dan kas keluar harus terlapor benar dan teliti sehingga setiap laporan
berkalanya dapat memberikan informasi yang akurat dan dapat diaudit dengan tingkat
keawajaran yang baik serta menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan
berikutnya.
6. Faktor Waktu
Waktu proyek identik dengan penjadwalan. Penjadwalan atau scheduling adalah
pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing-masing pekerjaan dalam
rangka menyelesaikan suatu proyek hingga tercapai hasil optimal dengan
mempertimbangkan keterbatasan yang ada.
7. Faktor Lingkungan
Pembangunan harus didasarkan pada wawasan lingkungan dengan memperbesar dampak
positif dan memperkecil dampak negatif oleh karena itu perlu adanya analisis mengenai
dampak lingkungan (AMDAL).

2.6. Dokumen Pengendalian Mutu Proyek


Tercapai atau tidaknya tujuan suatu proyek ditentukan oleh peran pengendalian dan
pengawasan. Proyek yang sedang berlangsung pasti mengalami sedikit banyak penyimpangan
dari rencana yang telah disepakati sehingga perlu adanya pengendalian dan kegiatan
7
pengawasan dalam pelaksanaannya langsung bagi pengendalian mutu adalah keluaran dari
penjaminan mutu antara lain :
1. Dokumen Kontrak.
2. Spesifikasi Teknis (Technical Specification).
3. Gambar Kerja/Gambar Konstruksi (Shop Drawing).
4. Rencana Mutu Kontrak (RMK).
5. Dokumen Administrasi Lainnya.

2.7. Peraturan Perundangan Terkait


Peraturan perundangan terkait mengenai jalan tol, perkerasan kaku pada jalan dan mutu
adalah sebagai berikut:
1. Pd T 07-2005-B tentang Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Pelaksanaan Pekerjaan Beton
untuk Jalan dan Jembatan, Departemen Pekerjaan Umum.
2. SNI 2993:2011 tentang Tata Cara Pembuatan dan Perawatan Benda uji Beton di
Laboratorium.
3. PP No.15 tahun 2005 tentang Jalan Tol
4. Permen PU No : 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen
Pekerjaan Umum.
5. UU No. 38 yahun 2008 tentang Jalan.

2.8. Pengendalian Mutu Beton


Pengendalian mutu dalam pelaksanaan pembetonan setelah mutu beton dan komposisi
campuran dikendalikan adalah mencakup sejak persiapan, pelaksanaan hingga masa perawatan
selesai dan struktur dapat digunakan. Tahapan dalam pengendalian mutu beton adalah sebagai
berikut :
2.8.1. Tahap Pengujian Material Beton
1. Semen harus jenis portland yang memenuhi SNI 15-2049-1994 dan satu merk semen
portland yang boleh digunakan.
2. Air harus memenuhi syarat SNI 03-0624-1991.
3. Agregat harus memenuhi syarat SNI 03-1968-1990, Metode pengujian tentang analisis
saringan agregat halus dan kasar, SNI 03-2417-1991, Metode pengujian keausan agregat
dengan mesin Los Angeles, dan SNI 03-3449-2002, Spesifikasi agregat untuk beton.

8
2.8.2. Tahap Pencampuran Beton
Pencampuran bahan dasar beton harus menggunakan alat yang telah dikalibrasi. Penakaran
bahan dasar harus memenuhi SNI SNI 03-2458-1991, Metode pengambilan contoh untuk
campuran beton segar, SNI 03-2834-1992, Tata cara pembuatan rencana campuran beton
normal.

2.8.3. Tahap Pengangkutan, Penempatan dan Pengecoran Campuran Beton


Pengangkutan campuran dari truck mixer atau batching plant ke lokasi pembetonan harus
disesuaikan dengan sifat beton dan jenis konstruksi. Hal yang penting harus dihindari dalam
proses pengangkutan adalah :
1. Terjadinya pemisahan butir (segregasi).
2. Kehilangan pasta dan air.
3. Pengurangan tingkat kemudahan.
Pengerjaan Penempatan campuran beton harus sedekat mungkin pada lokasi yang akan
dicor. Pelaksanaan pengecoran dilakukan bertahap dan saling tumpang tindih untuk mencegah
sambungan dingin. Bila pembetonan tidak selesai, maka pembetonan dihentikan pada tempat
yang tidak membahayakan konstruksi sesuai petunjuk tenaga ahli.

2.8.4. Tahap Pengujian di Lapangan


Pengujian di lapangan yaitu berupa slump tes, harus dilaksanan pada setiap pencampuran
beton yang dihasilkan, dan pengujian harus disaksikan oleh para pihak yang terlibat. Slump
yang diukur merupakan slump yang tidak mengubah komposisi campuran yang disepakati
sebelumnya. Slump yang terjadi tidak boleh melebihi 20 mm dari slump rencana.

2.8.5. Tahap Perawatan


Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang
terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi
seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan
untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton.
Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai mengeras (sebelum terjadi
retak susut basah) dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran
bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 7 hari. Semua bahan
perawatan atau lembaran bahan penyerap air harus menempel pada permukaan yang dirawat.

9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan kualitatif memiliki
karakteristik alami (Natural serfing) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih
dipentingkan dari pada hasil. Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara
analisis induktif dan makna makna merupakan hal yang esensial. (Lexy Moleong, 2006).
Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau natural setting, sehingga
penelitian ini sering disebut penelitian naturalistik. Obyek yang alami adalah objek yang apa
adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki objek,
setelah berada di objek dan keluar dari objek relatif tidak berubah. Dalam penelitian kualitatif
peneliti menjadi instrumen. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah
orang atau Human instrument. Untuk menjadi instrumen peneliti harus memiliki bekal teori dan
wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret dan mengkontruksi
objek yang diteliti menjadi jelas dan bermakana. Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah
data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya,
bukan data yang sekedar terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang
terlihat dan terucap tersebut (Sugiyono, 2008).

3.2. Sumber Data


Dalam penelitian ini, data yang diperoleh berasal dari sumber data Sekunder yang
merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung dari informan lapangan. Sumber
data sekunder ini berupa Dokumen Kontrak Pekerjaan Pelebaran Gerbang Tol Banyumanik
pada Jalan Tol Semarang – Solo, Gambar Kerja, dan Spesifikasi Teknis.

3.3. Teknik Pengumpulan Data


Teknik Pengumpulan Data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan Teknik
Dokumentasi, yang merupakan teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumen yang
dikumpulkan berupa Dokumen Kontrak Pekerjaan Pelebaran Gerbang Tol Banyumanik pada
Jalan Tol Semarang – Solo, Gambar Kerja, dan Spesifikasi Teknis.
10
3.4. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian sebagai berikut :

Mulai

Studi Literatur

Identifikasi Masalah

Tidak

Diperoleh Masalah

Ya

Pengumpulan Data :

1. Dokumen Kontrak Gerbang Tol


Banyumanik
2. Gambar Kerja
3. Spesifikasi Teknis

Analisis Data dan


Pembahasan

Selesai

Gambar Diagram Alir Penelitian


(Sumber : Penyusun, 2019)

3.5. Analisa Data


Analisa data dengan mengidentifikasi dan menganalisa pengendalian mutu pekerjaan beton
proyek Pelebaran Gerbang Tol Banyumanik pada Jalan Tol Semarang-Solo terkait penerapan
sistem manajemen mutu penyedia jasa di lapangan untuk tercapainya tujuan pekerjaan yang
sesuai dengan spesifikasi teknis, tepat waktu, dan biaya. Pengendalian mutu beton dari tahapan

11
perencanaan, pelaksanaan dan perawatan. Tahapan perencanaan meliputi Job Mix Formula atau
Job Mix Design, sedangkan tahapan pelaksanaan pada pengecoran beton dan tahapan
perawatan meliputi curing beton. Apabila pada setap tahapan sudah sesuai dengan peraturan
dan spesifikasi maka akan tercapai mutu yang diinginkan.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Teknis Pekerjaan


Berikut ini data teknis Pekerjaan Pelebaran Gerbang Tol Banyumanik PT. Trans Marga
Jateng :
1. PT. Trans Marga Jateng
a. Nama Pekerjaan : Pelebaran Gerbang Tol Banyumanik pada Jalan Tol
Semarang - Solo
b. Lokasi : Jalan Tol Semarang - Solo
c. Pemilik Proyek : PT. Trans Marga Jateng
d. Nomor SPMK : TMJ.AA.UM.276
e. Tanggal SPMK : 19 Maret 2018
f. Nomor Surat Perjanjian : TMJ/SK/III/2018/012
g. Tanggal Surat Perjanjian : 13 Maret 2018
h. Nilai Kontrak : Rp. 13.600.100.610,24,- (Tiga Belas Milyar Enam
Ratus Juta Seratus Ribu Enam Ratus Sepuluh Koma
Dua Puluh Empat Rupiah)
i. Tanggal Addendum No. 01 : 09 Mei 2018
j. Nilai Addendum No. 01 : Rp. 15.684.655.190,- (Lima Belas Milyar Enam Ratus
Delapan Puluh Empat Juta Enam Ratus Lima Puluh
Lima Ribu Seratus Sembilan Puluh Rupiah)
k. Tanggal Addendum No. 02 : 16 Juli 2018
l. Nilai Addendum No. 02 : Rp. 15.941.573.955,- (Lima Belas Milyar Sembilan
Ratus Empat Puluh Satu Juta Lima Ratus Tujuh Puluh
Tiga Ribu Sembilan Ratus Lima Puluh Lima Rupiah)
m. Sumber Pembiayaan : PT. Trans Marga Jateng
n. Jenis Kontrak : Harga Satuan Tetap (Fixed Unit Price)

13
Lokasi Pelebaran Gerbang
Tol Banyumanik

Gambar 4.1 Lokasi Pekerjaan Pelebaran Gerbang Tol Banyumanik


(Sumber : Google Maps, 2019)

Gambar 4.2 Gerbang Tol Banyumanik


(Sumber : Google Maps, 2019)

4.2. Dokumen Manajemen Mutu


Dalam penerapan sistem manajemen mutu di lapangan, penyedia jasa sudah menerapkan
prosedure terkait surat persetujuan material (approval material), surat izin pelaksanaan
pekerjaan dan surat izin pengecoran, sebelum penyedia jasa melaksanakan pekerjaan
diwajibkan untuk mengajukan shop drawing terkait pekerjaan yang akan dilaksanakan. Berikut
dokumen terkait penerapan manajemen mutu di lapangan :
1. Surat Persetujan Material (Approval Material)

14
Penyedia Jasa diwajibkan mengajukan sample material yang akan dipakai di lapangan
sesuai dengan spesifikasi teknis, dilampiri dengan surat persetujuan material dan apabila
diperlukan pengujian di laboratorium pada material tertentu.

Pengajuan Persetujuan Dilampiri dengan :


Material 1. Shop Drawing
Oleh Penyedia Jasa 2. Sample
3. Brosur
Tidak 4. Hasil Pengujian Material
(Apabila Ada)

Diperiksa / Disetujui
Konsultan Pengawas

Ya

Disetujui Pemilik Proyek

Gambar 4.3 Diagram Alir Pengajuan Material


(Sumber : Penyusun , 2019)

2. Surat Izin Pelaksanaan Pekerjaan


Sebelum melaksanakan pekerjaan penyedia jasa diwajibkan untuk mengajukan surat izin
pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan yang selanjutnya inspektor dari konsultan
pengawas memeriksa persiapan sebelum pelaksanaan pekerjaan dari penyedia jasa.

Pengajuan Izin Berisi :


Pelaksanaan Pekerjaan 1. Uraian Pekerjaan yang akan
Oleh Penyedia Jasa dilaksanakan
2. Peralatan dan jumlah tenaga
3. Estimasi Waktu
4. Volume yang akan dikerjakan
5. Jumlah tenaga
Diperiksa/Disetujui
Konsultan Pengawas

Gambar 4.4 Diagram Alir Pengajuan Izin Pelaksanaan Pekerjaan


(Sumber : Penyusun , 2019)

15
3. Surat Izin Pengecoran
Disamping adanya surat izin pelaksanaan pekerjaan, penyedia jasa diwajibkan membuat
surat izin pengecoran pada saat akan melaksanakan pengecoran. Surat izin pengecoran
berisi form check list pengecoran dari penyedia jasa dan konsultan pegawas terkait
persiapan lokasi yang akan dicor.

Pengajuan Surat Izin Dilampiri dengan Shop


Pengecoran Drawing
Oleh Penyedia Jasa

Tidak

Diperiksa / Disetujui
Konsultan Pengawas

Ya

Diperbolehkan untuk
Pengecoran

Gambar 4.5 Diagram Alir Pengajuan Izin Pengecoran


(Sumber : Penyusun , 2019)
4. Surat Pengajuan Shop Drawing
Gambar pelaksanaan pekerjaan (Shop Drawing) sangat diperlukan untuk panduan
pekerjaan di lapangan, disamping itu untuk mempermudah saat pelaksanaan. Shop
Drawing dapat digunakan apabila sudah mendapat persetujuan dari konsultan pengawas.
Oleh karena itu pengajuan shop drawing harus rutin dilaksanakan untuk mempercepat
pekerjaan di lapangan.
Pengajuan Shop Drawing
Oleh Penyedia Jasa

Tidak

Diperiksa / Disetujui
Konsultan Pengawas

Ya

Shop Drawing Diterima

Gambar 4.6 Diagram Alir Pengajuan Shop Drawing


(Sumber : Penyusun , 2019

16
4.3. Pengendalian Mutu Pekerjaan Beton
Dalam pekerjaan Pelebaran Gerbang Tol Banyumanik Pada Jalan Tol Semarang – Solo ini
salah satu pekerjaan yang mendominasi yaitu pekerjaan beton. Pekerjaan beton yang dicor
ditempat maupun beton pracetak. Berikut ini pekerjaan beton pada Pelebaran Gerbang Tol
Banyumanik :
1. Beton Struktural
Beton Struktural pada proyek tersebut Beton Kelas B (K-350) untuk pekerjaan concrete
parapet dan pulau jalan. Kemudian Beton K-450 untuk pekerjaan rigid pavement.
2. Beton Non Struktural
Beton Non Struktural pada proyek tersebut antara lain pekerjaan lantai kerja
Beton Kelas E (K-125).
3. Beton Prategang
Beton Prategang merupakan beton pracetak yang terdiri dari beton dan baja yang
sebelumnya baja di stressing terlebih dahulu sebelum dicor. Salah satu contoh beton
prategang yaitu CCSP (Corrugated Concrete Sheet Pile).
Pekerjaan Beton di lapangan dimulai dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan dan
perawatan beton. Berikut ini tahapannya :
1. Perencanaan
Pengendalian mutu pekerjaan beton structural maupun non strukturak pada proyek tersebut
diawali dengan tahap perencanaan Job Mix Formula mutu beton yang akan dipakai di
lapangan. Job Mix Formula ini untuk mengetahui komposisi material yang dipakai dalam
beton untuk mencapai mutu tertentu. Berikut ini gambar pelaksanaan pembuatan sample
Job Mix Formula pada Batching Plant :

Gambar 4.7 Pengadukan Sample Job Mix Formula dengan Molen


(Sumber : PT. CHIMARDER 777 , 2019)

17
Gambar 4.8 Pembuatan Benda Uji Silinder Job Mix Formula
(Sumber : PT. CHIMARDER 777 , 2019)
2. Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan disini merupakan tahapan yang harus didampingi dengan
pengawasan baik pelaksana maupun konsultan pengawas. Dikarenakan pada tahapan
pelaksanaan ini diperlukan metode pelaksanaan yang tercapai mutu sesuai dengan
spesifikasi teknis. Sebelum beton dituang di lokasi pekerjaan diperlukan pengujian slump
untuk mengetahui workability dari beton segar tersebut dan hasil slump test sesuai dengan
ketentuan. Pengujian slump harus disaksikan oleh kosultan pengawas dan pelaksana.

Gambar 4.9 Pengujian Slump Beton


(Sumber : PT. CHIMARDER 777 , 2019)

18
Gambar 4.10 Pengecoran Pile Cap
(Sumber : PT. CHIMARDER 777 , 2019)

Sedangkan untuk pekerjaan rigid pavement sebelum dilaksanakan pengecoran lantai kerja,
lokasi harus dilapisi dengan plastic agar air semen dari beton tidak hilang yang dapat
berpengaruh pada mutu beton tersebut.

Gambar 4.11 Persiapan Lokasi Rigid Pavement


(Sumber : PT. CHIMARDER 777 , 2019)

19
Gambar 4.12 Pengecoran Lantai Kerja
(Sumber : PT. CHIMARDER 777 , 2019)

Gambar 4.13 Pengecoran Perkerasan Jalan


(Sumber : PT. CHIMARDER 777 , 2019)

Gambar 4.14 Pengecoran Concrete Parapet


(Sumber : PT. CHIMARDER 777 , 2019)

20
Dalam pelaksanaan pekerjaan pemancangan CCSP ini dilaksanakan dengan metode
dipukul dengan palu hammer sampai dengan tanah keras. Agar CCSP satu dengan yang
lain terikat dilakukan bracing dan pemantauan terhadap kelurusan CCSP yang sebelumnya
disiapkan terlebih dahulu titik-titik pancangnya.

Gambar 4.15 Pemancangan CCSP


(Sumber : PT. CHIMARDER 777 , 2019)

3. Perawatan
Perawatan beton harus dilaksanakan secara rutin dan benar, dimana dapat berpengaruh
pada mutu beton. Pada pekerjaan pelebaran gerbnag tol perawatan beton dengan geotekstil
yang disiram dengan air secara rutin. Disamping perawatan benda uji silinder di
Laboratorium Batching Plant, beton yang ada di lokasi harus dirawat dengan benar.

Gambar 4.16 Perawatan Beton


(Sumber : PT. CHIMARDER 777 , 2019)
4. Pengujian
Untuk mengetahui hasil kuat tekan beton benda uji silinder tersebut dilaksanakan uji kuat
tekan beton pada umur 7, 14, dan 28 hari.

21
Gambar 4.17 Pengujian Kuat Tekan Silinder Beton
(Sumber : PT. CHIMARDER 777 , 2019)

22
4.3. Rencana Anggaran Biaya
Tabel 4. 1 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Beton

NO URAIAN PEKERJAAN BETON JUMLAH HARGA


1 PEKERJAAN DRAINASE Rp 244.840.033,60
2 PERKERASAN Rp 2.835.998.846,06
3 STRUKTUR BETON Rp 4.372.390.231,27
4 PLAZA TOL (PULAU GARDU TOL) Rp 84.834.546,46
TOTAL (Harga Sebelum PPN) Rp 7.538.063.657,39
Terbilang : Tujuh milyar lima ratus tiga puluh delapan juta enam puluh tiga ribu enam
ratus lima puluh tujuh koma tiga puluh sembilan rupiah.

Tabel 4. 2 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Beton

NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN JUMLAH HARGA


A. PEKERJAAN DRAINASE
1 Beton Kelas C m³ 24 Rp 9.856.433,47 Rp 236.554.403,28
2 Beton Kelas E (Lantai Kerja) m³ 8,8 Rp 941.548,90 Rp 8.285.630,32
JUMLAH SUB TOTAL A. Rp 244.840.033,60
B. PERKERASAN
1 Perkerasan Jalan Beton K-450 (Tebal 30 cm) m² 2666,55 Rp 458.758,97 Rp 1.223.303.731,45
2 Perkerasan Jalan Beton K-450 (Tebal 30 cm), Single Wire Mesh m² 1806,32 Rp 540.469,16 Rp 976.260.253,09
3 Perkerasan Jalan Beton K-450 (Tebal 30 cm), Double Wire Mesh m² 129,58 Rp 622.152,35 Rp 80.618.501,51
4 Beton Kelas E (Lantai Kerja) m² 5912,94 Rp 94.000,00 Rp 555.816.360,00
JUMLAH SUB TOTAL B. Rp 2.835.998.846,06

23
Tabel 4. 3 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Beton (Lanjutan)

NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN JUMLAH HARGA

C. STRUKTUR BETON
1 Sheetpile type W 400 - Klas B (Panjang 12 m) m' 4175,98 Rp 1.013.309,58 Rp 4.231.560.539,89
2 Beton Klas B-1-3 (concrete parapet) m³ 124,25 Rp 1.133.438,16 Rp 140.829.691,38
JUMLAH SUB TOTAL C. Rp 4.372.390.231,27
D. PLAZA TOL (PULAU GARDU TOL)
Beton Pulau Type A
1 Beton Kelas B m³ 16,74 Rp 1.133.438,16 Rp 18.973.754,80
2 Beton Kelas E m³ 2,67 Rp 941.548,90 Rp 2.513.935,56
Beton Pulau Type B
1 Beton Kelas B m³ 15,7 Rp 1.133.438,16 Rp 17.794.979,11
2 Beton Kelas E m³ 2,67 Rp 941.548,90 Rp 2.513.935,56
Beton Pulau Type C
1 Beton Kelas B m³ 18,5 Rp 1.133.438,16 Rp 20.968.605,96
2 Beton Kelas E m³ 2,85 Rp 941.548,90 Rp 2.683.414,37
Struktur Beton
1 Beton Kelas C (Footing) m³ 17,71 Rp 985.643,47 Rp 17.455.745,85
2 Beton Kelas E (Lantai Kerja) m³ 2,05 Rp 941.548,90 Rp 1.930.175,25
JUMLAH SUB TOTAL D. Rp 84.834.546,46

Dari RAB tersebut diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan beton salah satu pekerjaan yang mendominasi dalam proyek Pelebaran Gerbang Tol
Banyumanik dari total nilai kontrak sebelum PPN sebesar Rp. 14.492.339.959,31 (Empat belas milyar empat ratus sembilan puluh dua juta tiga
ratus tiga puluh sembilan ribu sembilan ratus lima puluh sembila koma tiga puluh satu rupiah).

24
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengendalian mutu pekerjaan beton harus dilaksanakan sejak tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan perawatan sehingga menghasilkan mutu beton yang sesuai dengan
spesifikasi yang ada dalam dokumen kontrak.
2. Penerapan sistem manajemen mutu terhadap pengendalian mutu pekerjaan beton sangat
berpengaruh terhadap mutu beton yang dihasilkan.
3.

5.2. Saran
1. Diharapkan penyedia jasa untuk lebih memperhatikan metode pelaksanaan sesuai dengan
prosedur agar tidak mempengaruhi mutu yang dihasilkan.
2. Diharapkan konsultan pengawas untuk dapat berperan dalam pengendalian mutu terkait
dengan suatu yang dihasilkan nantinya.
3.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ervianto Wulfram, 2002. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: Andi Offset.

Jurnal Teknik . ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA MUTU PROYEK


KONSTRUKSI DI KOTA GORONTALO. Volume 14, Nomor 1, Juni 2016

Jurnal Konstruksi. Kajian Pengandalian Mutu Konstruksi Pada Pengawasan Pelaksanaan


Pembangunan Jaringan Irigasi Studi Kasus :Pembangunan Jaringan Irigasi di Leuwigoong.
Voluma 8 Nomor 1, 2016.

Moleong. J. Lexy, (2006). Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Manajemen


Mutu (SMM).

Pd T 07-2005-B tentang Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Pelaksanaan Pekerjaan Beton


untuk Jalan dan Jembatan , Departemen Pekerjaan Umum

PP No.15 tahun 2005 tentang Jalan Tol

SNI 2993:2011 tentang Tata Cara Pembuatan dan Perawatan Benda uji Beton di Laboratorium

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta.

Sutanto. 2013. Pengendalian Mutu Beton Pada Pelaksanaan Jalan Dengan Perkerasan Kaku.
Jurnal Fakultan Teknik Undip

UU No. 38 yahun 2008 tentang Jalan

Anda mungkin juga menyukai