Anda di halaman 1dari 20

ADMINISTRASI PENGAWASAN PENDIDIKAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah: Administrasi dan supervisi pendidikan
Dosen Pengampu: Yeva Olensia, M. Pd

Disusun Oleh:
Sem. II/Pendidikan Kimia A
1. Anggun Fahira (1622230008)
2. Endriani Febrianti (1652230018)
3. Desi Rahmawati (1652230013)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2017

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang ‘Administrasi Pengawasan Pendidikan’.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal. Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang kami hadapi, namun
berkat kesungguhan dan usaha yang maksimal serta adanya partisipasi yang baik,
alhamdulillah makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu dan sesuai dengan apa
yang diharapkan.
Tak lupa pula kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
pembimbing yang telah memberi arahan kepada kami dalam penyelesaian
makalah ini, dan semoga dengan adanya diskusi ini akan menambah keberanian
mahasiswa sebagai bahan yang nantinya dapat diajarkan kepada perserta didik.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan juga bisa menambah
wawasan para mahasiswa dalam belajar ‘Administrasi Pengawasan Pendidikan’
serta memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Palembang, 12 mei 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A................................................................................................................La
tar belakang masalah.................................................................................1
B................................................................................................................Ru
musan masalah...........................................................................................2
C................................................................................................................Tu
juan............................................................................................................2

BAB II PEMBAHAAN
A................................................................................................................Pe
ngertian pengawasan pendidikan...............................................................3
B................................................................................................................Pe
ngawasan organisasional dan operational..................................................5
C................................................................................................................Pri
nsip-prinsip pengawasan pendidikan.........................................................6
D................................................................................................................Tu
juan pengwasan pendidikan.......................................................................6
E.................................................................................................................Fa
ktor-faktor manusia dalam pengawasan pendidikan.................................7
F.................................................................................................................Ka
rakteristik pengawasan yang efektif..........................................................10
G................................................................................................................Al
at dann teknik pengawasan pendidikan.....................................................11
H................................................................................................................Pe
ngawasan pendidikan di sekolah-sekolah..................................................15

BAB III PENUTUP

3
A................................................................................................................Ke
simpulan....................................................................................................16
B................................................................................................................Sa
ran..............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

4
ADMINISTRASI PENGAWASAN PENDIDIKAN
Oleh : Anggun Fahira, Endriani Febrianti, Desi Rahmawati

ABSTRAK

Dalam pelaksanaan setiap substansi manajemen pendidikan didalamnya pasti


dimulai proses perencanaan sampai dengan proses akhir (pengawasan).
Pengawasan dapat mempengaruhi proses perencanaan yang akan datang, karena
dengan pengawasan dapat diketahui kelemahan dan kesalahan yang terjadi agar
dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari. Pengawasan harus dilakukan
sebaik-baiknya agar tujuan yang dicapai dapat direalisasikan. Pengawasan
adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada
perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk
membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk
menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan tersebut, serta untuk
mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
sumber daya pendidikan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna
mencapai tujuan pendidikan.

Kata kunci: administrasi pengawasan, supervisor

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kegiatan pengawasan dilakukan untuk mengetahui apakah semua kegiatan
yang dilakukan sesuai dengan perencanaan semula serta untuk mengetahui hasil-
hasil yang dicapai dalam jangka waktu tertentu. Tindakan pengawasan juga dapat
mengetahui kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan sehingga
dapat dicari solusinya. Pengawasan dapat dilakukan secara langsung atupun tidak
langsung. Secara langsung dilakukan melalui kegiatan pengawasan ditempat,
sedangkan pengawasan tidak langsung dapat melalui kebijakan-kebijakan, surat
edaran, pemberian instruksi melalui surat edaran, dll.

1
Dalam organisasi pendidikan sekolah, pengawasan ditujukan untuk
member bimbingan dan pengarahan, pemeriksaan dan penilaian. Pengawasan ini
dilakukan oleh kepala sekolah. Beliau hartus memeberikan bimbingan, arahan,
serta pengawasan terhadap sejauh mana para guru menjalankan tugasnyadalam
usaha mengembangkan potensi siswa. Selain itu, kepala sekolah juga harus
mengontrol kegiatan tata usaha dalam melakuka fungsi-fungsi administrasi
sekolah. Apabila terdapat penyimpangan, hendaknya kepala sekolah mampu
menemukan solusinya.
Pengawasan dilakukan bukan untuk mencari kesalahan orang lain ataupun
untuk memberi hukuman pada yang melakukan penyimpangan, melainkan untuk
mengadakan perbaikkan dalam usaha memenyelesaikan semua permasalahan
yang ada demi kepentingan dan tujuan organisasi. Selain itu seorang pemimpin
organisasi atau kepala sekolah sebaiknya menjauhi sikap ingin menang sendiri,
terlalu mengekang dan memakasa kehendak sendiri, akan tetapi seorang
pemimpin harus bijaksana dan mengutamakan keobjektivitasan yang tinggi.
Dalam makalah ini, kami akan mencoba memaparkan secara terperinci
tentang pengawasan yang merupakan salah satu proses dari adminstrasi
pendidikan.
B. Rumusan masalah
a. Apa pengertian dari pengawasan pendidikan?
b. Apa yang dimaksud dengan pengawasan organisasional dan
pengawasan operasional ?
c. Apa saja prinsip dan tujuan pengawasan pendidikan?
d. Bagaiman faktor-faktor manusia dalam pengawasan pendidikan?
e. Bagaiman pengawasan pendidikan di sekolah-sekolah?
C. Tujuan
a. Menjelaskan pengertian dari pengawasan pendidikan
b. Menjelaskan pengawasan organisasional dan pengawasan
operasional.
c. Menjelaskan bagaimana faktor-faktor manusia dalam pengawasan.
d. Menerangkan pengawasan pendidikan di sekolah-sekolah.
e. Menjelaskan pengawasan pendidikan disekolah-sekolah
BAB II
PEMBAHASAN

2
A. Pengertian Pengawasan

Secara umum pengawasan diartikan dengan upaya untuk mengendalikan,


membina dan pelurusan sebagai upaya pengendalian mutu dalam arti luas. Melalui
pengawasan yang efektif, roda organisasi, implementasi, rencana, kebijakan, dan
upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Pengawasan
ialah fungsi administratif yang mana setiap administrator memastikan bahwa apa
yang dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki. Fungsi pengawasan atau
supervisi bukan hanya sekedar kontrol melihat aapakah segala kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana atau program yang telah digariskan, tetapi
lebih dari itu. Menurut Oteng Sutisna ( 1983:203) mengawasi ialah proses dengan
nama administrasi melihat apakah yang terjadi itu sesuai dengan apa yang
seharusnya terjadi, jika tidak maka penyesuaian yang perlu dibuatnya. Sedangkan
menurut Hadari Nawawi (1989:43) menegaskan bahwa pengawasa dalam
administrasi berarti kegiatan mengukur tingkat efektifitas kerja personal dan
tingkat efisiensi penggunaan metode dan alat tertentu dalam usaha mencapai
tujuan. Kemudian Johnson (1973:74) mengemukakan bahwa pengawasan ialah
sebagai fungsi sistem yang melakukan penyesuaian terhadap rencana
mengusahakan agar penyimpangan-penyimpangan tujuan sistem hanya dalam
batas-batas yang dapat ditoleransi. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengawasan dapat diartikan sebagai salah satu
kegiatan untuk mengetahui realisasi perilaku perssonel dalam organisasi
pendidikan dan apakah tingkat pencapaian pendidikan sesuai dengan yang
dikehendaki kemudian dari hasil dari pengawasan tersebut apakah dilakukan
perbaikan.1

Pengawasan diartikan juga sebagai fungsi administratif dalam mana setiap


administrator memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan yang
dikehendaki. Ia meliputi pemeriksaan apakah semua berjalan sesuai dengan
rencana yang dibuat, intruksi-intruksi yang dikeluarkan, dan prinsip-prinsip yang
ditetapkan. Ia dimaksudkan untuk menunjukan kelemahan-kelemahan dan

1DR.H. Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontempore, (Bandung :Alfabeta, 2012), hlm 59.

3
kesalahan-kesalahan, kemudian membetukkannya dan mencegah perulangannya.
Ia mengenai semua orang, kegiatan, benda. Orang yang melakukan pengawasan
disebut supervisor.

Dilihat sebagai proses tindakan pengawasan terdiri atas langkah universal


sebagai berikut:

1. Menetapkan suatu kriteria atau standar pengukuran/penilaian


2. Mengukur/menilai perbuatan (performance) yang sedang atau
sudah dilakukan.
3. Membandingakan perbuatan dengan standar yang ditetapkan dan
menetapkan perbedaanya jika ada.
4. Memperbaiki penyimpangan dari standar (jika ada) dengan
tindakan pembetulan.

Jadi, pengawasan menyarankan adanya tujuan dan rencana. Tiada administrator


bisa melakukan kontrol kecuali jika rencana telah dibuat. Tidak ada cara dengan
mana seorang administrator bisa memastikan bahwa para bawahannya bekerja ke
arah tercapainya tujuan yang dikehendaki kecuali jika ia memiliki suatu rencana
betapapun kaburnya rencana atau betapa singkatnya periode waktu yang
dijangkaunya sudah tentu, semakin jelas, lengkap, dan terkoordinasi rencana
semakin lengkap pengawasan administratif bisa dijalankan. Pengawasan ideal,
seperti perencanaan, pada hakikatnya melihat kedepan, dan sistem pengawasan
yang paling baik memperbaiki penyimpangan-penyimpangan dari rencana
sebelum itu terjadi. Cara kedua sesudah yang terbaik itu ialah untuk mendeteksi
penyimpangan-penyimpangan bila itu terjadi.2

B. Pengawasan organisasional dan pengawasan operational

Pengawasan dapat digolongkan pada pengawasan organisasional dan


pengawasan operasional. Pengawasan organisasional yang sering disebut dengan
2Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan; Dasar Teknik untuk Praktik Profesional, (Bandung;
Angkasa, 1987), hlm 240.

4
pengawasan managerial ialah sebuah proses para manajer menjamin bahwa
sumber-sumber diperoleh dan digunakan dengan efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan-tujuan organisasi. Sedangkan pengawasan operasional adalah
sebuah proses menjamin bahwa tujuan-tujuan yang khusus dijalankan dengan
efektif dan efisiaen.
Metoda-metoda pengawasan organisasional menilai perbuatan keseluruhan
dari organisasi atau bidang-bidang bagiannya, misalnya saja standar pengukuran
seperti biaya satuan per murid, rasio guru dan murid, tingkat kemampuan murid,
jumlah murid yang putus sekolah dan mengukur aspek-aspek luas dari perbuatan
organisasi pendidikan formal. Apabila terdapat kegagalan dan tidak memenuhi
standar pengawasan maka dilakukan perbaikan. Perbaikan tersebut meliputi tujuan
yang didesain kembal, perubahan dalam struktur organisasi fomal, membangun
komunikasi intern dan ekstern yang lebih baik, supervisi pengajaran yang lebih
efektif serta memotifasi pegawai untuk lebih mendorong peningkatan prestasi.
Pengawasan operasional mengukur efisiensi perbuatan dari hari ke hari dan
menunjukkan bidang-bidang yang segera memerlukan tindakan pembetulan.
Misalnya saja, dalam proses belajar mengajar diperlukan buku pelajaran dan alat-
alat yang menunjang proses belajar mengar, apabila tidak terdapat buku dan alat
penunjang lainnya maka harus segera nencari atau memperolehnya. Kehadiran
guru, murid dan pegawai pendidikan lainnya harus mematuhi jadwal kegiatan
pendidikan yang telah ditetapkan serta standar-standar proses belajar mengajar
harus dipenuhi. Jika hal tersebut tidak terpenuhi, maka harus cepat dilakukan
tindakan perbaikkan untuk mencewgah praktek-praktek yang merugikan proses
belajar selanjutnya. Pengawasan organisasional dan operasional sangat diperlukan
bagi pengawasan yang efektif dalam organisasi.3

C. Prinsip-prinsip pengawasan pendidikan

Prinsip-prisip pengawasan yang perlu diperhatikan.

3Ibid., hlm 242-243.

5
1. Strategi menentukan keberhasilan dengan mengukur perbuatan
2. Membandingkan perbuatan dengan standar yang ditetapkan dan
menetapkan perbedaan-perbedaan jika ada yang menjadi umpan balik
sebagai revisi dalam mencapai tujuan
3. Resposif terhadap perubahan-perubahan kondisi dan lingkungan
4. Cocok dengan organisasi pendidikan dengan memperhatikan
hakikat manusia dalam mengontrol para personel pendidikan
5. Memperbaiki penyimpangan dengan tindakan pembetulan.4

D. Tujuan pengawasan pendidikan


Tujuan pengawasan pendidikan adalah untuk mengembangkan situasi belajar
mengajar yang baik. N.A Ametembun (1981:28) merumuskan tujuan tujuan
pengawasan pendidikan dengan memeperhatikan beberapa faktor yang sifatnya
khusus, sehingga dapat membantu mencari dan menentukan kegiatan pengawasan
yang lebih efektif. Adapun tujuan-tujuan itu sebagai berikut:
1. Membina kepala sekolah dan guru guru untuk lebih memahami
tujuan pendidikan yang sebenarnya dan pernan sekolah mencapai tujuan itu.
2. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk
mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang efekttif.
3. Mmbantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secar
kritis terhadap aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan mengajar belajar serta
menolong mereka merencanakan perbaikan-perbaikan.
4. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga
sekolah lainnya terhadap tata kerja yang demokratis dan koopratif, serta
memperbesar kesediaan untuk tolong menolong.
5. Memperbesar ambisi guru-guru untuk meningkatkan mutu
layanannya secara maksimal dalam bidang profsinya(keahlian)
meningkatkan achievement motive.
6. Membantu pimpinan sekolah untuk mempopulerkan sekolah
kepada masyarakat dalam mengembangkan program-program pendidikan.
7. Membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk mengevaluasi
aktivitasnya dalam konteks tujuan-tujuan aktivitas perkembangan peserta
didik.

4 Sagala, Op.Cit., hlm 60.

6
8. Mengembangkan esprit de corps, guru-guru, yaitu adanya rasa
kesatuan dan persatuan (kolegialitas) antar guru-guru.5

E. Faktor-faktor manusia dalam pengawasan


Bagi kebanyakan orang menganggap bahwa pngawasan adalah alat
administrasi yang dapat menentukan ganjaran atau hukuman yang akan diberikan.
Pengawasan memiliki implikasi-implikasi emosional dan motivasional dengan
konsekuensi-konsekuensi fungsional dan disfungsional yang dinyatakan secara
tidak langsung.
Seringkali pengawasan dipandang sebagai pengekang, orang-orang akan
memberontak apabila dirinya merasa terkekang. Orang-orang juga membenci
pengawasan karena mereka tidak mengetahui dan memahami makna dari
pengawasan. Misalnya saja para pengendara kendaraan yang ugal-ugalan dan
tidak mematuhi aturan, mereka tidak menyadari bahwa aturan yang dibuat
tersebut diciptakan untuk melindungi dirinya sendiri maupun orang banyak dari
kecelakaan lalu lintas.
Prespektif yang terlalu sempit terhadap pengawasan bisa menyebabkan
masalah-masalah. Misalnya pengawasan dari unit bagian hanya memusatkan
pengawasannya terhadap tujuan-tujuan dari unit pengawasannya saja, sedangkan
tujuan-tujuan yang lebih luas dari organisasi samasekali tidak dihiraukan.
Contohnya tentang penjabat yang hanya memikirkan tujuan-tujuan yang ingin
dicapai oleh dirinya, tangpa memperhatikan tujuan-tujuan yang harus dicapai
secara umum yang lebih penting.
Beberapa tindakan yang dapat diambil untuk membuat pengawasan lebih
menarik dan lebih efektif. Pertama adalah standar-standar kuantitatif dan
impersonal tidak mempertimbangkan perbedaan individual dari setiap individu.
Jika standar-standar dikelola dengan cara mempertimbangkan perasaan dan
keunikan dari setiap individu maka pengawasan dapat bergerak jauh kearah
penggunaan efisien, standar-standar dan tujuan-tujuan dari organisasi.

5 Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Manajemen Pendidikan¸(Baandung:Alfabeta, 2012). hlm


316.

7
Cara yang kedua adalah dengan menggunakan cara-cara yang parsitifasif
dalam menetapkan tujuan-tujuan dengan menekankan pengendalian diri yang
meningkat bisa digunakan. Melalui prosedur tersebut, para anggota sering
menetapkan standar-standar perbuatan yang lebih tinggi bagi diri mereka sendiri
daripada jika ditentukan oleh manajer, karena setiap orang ingin merasa mampu
dan berharga. Partisipasi dalam menetapkan tujuan-tujuan dan standar-standar
berarti pengakuan terhadap kemampuan dan martabat perseorangan. Pertentangan
antara manajemen dan pegawai dalam kondisi yang sesuai bisa dikurangi oleh
kegiatan-kegiatan partisipatif. Mereka itu condong untuk bekerja selaku satu
pasangan, bukan sebagai dua kelompok yang saling berlawanan dalam
kepentingan.6
Ada dua faktor yang menimbulkan kebutuhan akan pengawasan, sebagai
berikut;
1. Tujuan–tujuan individu dengan tujuan organisasi sering berbeda.
Konsekuensinya ialah bahawa pengawasan diperlukan untuk menjamin
bahwa para anggota bekerja kearah tujuan organisasi. Alternatifnya ialah
kegiatan yang serampangan atau kegiatan yang tidak terkoordinasi.
2. Pengawasan adalah perlu disebabkan adanya penundaan aktu
antara saat suatu tujuan dirumuskan dan saat tujuan itu dicapai. Selama
jarak waktu itu kondisi yang tidak terduga bias menyebabkan
penyimpangan atara perbuatan yang sebenarnya denga peprbutan yang
dikehendaki.7
Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi berhasil tidaknya
pengawasan atau cepat lambatnya hasil pengawasan itu, antara lain:
1. Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada. Apakah
sekolah itu di kota besar, kota kecil, atau dipeloksok. Di lingkungan
masyarakaat orang orang kaya atau dilingkungan orang – orang yang
pada umumnya kurang mampu. Di lingkungan masyarakat inteleg,
pedagang, atau petani, dan lain lain.

6 Sutisna, Op.Cit., hlm 244-245.

7 Ibid, hlm 242.

8
2. Besar kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala
sekolah. Apakah sekolah itu merupakan kompleks sekolah yang besar,
banyak jumlah guru dan muridnya, memiliki halaman dan tanah yang
luas, atau sebaliknya.
3. Tingkatan dan jenis sekolah. Apakah sekolah yang dipimpin itu SD
atau sekolah lanjutan, SMP atau STM, SMEA, atau SKKA, dan
sebagainya. Semuanya memerlukan sikap dan sifat pengawasan
tertentu.
4. Keadaan guru – guru dan pegawai yang tersedia. Apakah guru
guru di sekolah itu pada umumnya sudah berwewenang, bagaimana
kehidupan social-ekonomi, hasrat kemampuannya, dan sebagainya.
5. Kecakapan dan keahlian kepada sekolah itu sendiri. Diantara
faktor faktor yang lain, yang terakhir ini adalah yang terpenting.
Bagaimana pun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia, jika kepala
sekolah itu sendiri tidak mempunyai kecakapan dan keahlian yang
diperlukan, semuanya itu tidak akan ada artinya. Sebaliknya, adanya
kecakapan dan keahlin yang dimiliki oleh kepala sekolah, segala
kekurangan yang ada akan mejadi perangsang yang mendorongnya
untuk selalu berusaha memperbaiki dan menyempurnakannya.8

F. Karakteristik Pengawasan yang Efektif


Proses pengawasan yang efektif memperlihatkan beberapa karakteristik
sebagai berikut :
1. Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan
organisasi. Ia hendaknya memperhatikan pola dan tata organisasi, seperti :
susunan, peraturan – peraturan, tugas – tugas, dan kewenangan yang terdpat
dalam organisasi.
2. Pengawasan hendaknya diarahkan kepada menemukan fakta –
fakta tentang bagaimana tugas – tugas dijalankan. Pengawasan tidak
8 M. Ngalin Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan¸(Bandung:Remaja Rosdakarya,
1993), hlm 118.

9
dimaksudkan untuk terutama menemukan siapa yang salah, jika ada
ketidakberesan, melainkan untuk menemukan apa yang tidak betul.
3. Pengawasan hendaknya mengacu kepada tindakan perbaikan. Ia
hendaknya tidak saja mengungkapkan penyimpangan dari pelaksanaan yang
dikehendaki, ia juga hendaknya menyarankan cara yang bisa memperbaiki
pelaksanaan. Pengawasan sering menyarankan beberapa bidang yang
mungkin bagi tindakan perbaikan. Maka menjadi tugas administratorlah
untuk meneliti bidang-bidang masalah yang mungkin ini, dan menentukan
tindakan perbaikannya atau kombinasi tindakan yang akan memecahkan
masalah itu.
4. Pengawasan harus bersifat fleksibel. Fleksibilitas dalam
keseluruhan proses pengwasan adalah penting bagi penyesuain kepada
kondisi yang berubah. Rancana atau standar ayng mendasari pengukuran
pengawasan mungkin memerlukan perbaikan bila keadaan yang
mendasarinya berubah.
5. Pengawasan harus bersifat preventif, ia harus dapat mencegah
timbulnya penyimpangan dari rencana semula. Untuk ini pengawasan harus
prediktif artinya ia harus bisa mengantisipasi dan mengidentifikasi suatu
masalah sebelum itu terjadi.
6. System pengawasan harus dapat dipahami. Jika pengawasan
hendak berarti, orang-orang yang terlibat harus memahami apa yang hendak
dicapai oleh pengawasan itu dan bagaiman mereka selaku individu dapat
menarik manfaat sepenuhnya dari hasilnya.
7. Pengawasan hanyalah alat administrasi; pelaksanaan pengawasan
harus mempermudah tercapainya tujuan-tujuan. Oleh karena itu,
pengawasan harus bersifat membimbing supaya para pelaksana
meningkatkan kemampuan mereka dalam melaksanakan tugas-tugas yang
telah ditentukan bagi mereka.9

G. Alat dan teknik pengawasan pendidikan


Alat dan teknik pengawasan memiliki banyak bentuk. Beberapa teknik
mengukur ketertiban perbuatan finansial, sedang teknik yang lain berurusan

9Sutisna, Op.Cit, hlm 243-244.

10
dengan efisiensi operasi organisasi. Alat-alat pengawasan yang lain lagi berurusan
dengan sikap, persepsi, dan efektivitas pegawai. Walaupun alat-alat itu banyak
berbeda dalam desain dan dalam apa yang mereka ukur, semuanya mencoba untuk
mencapai maksud yang sama untuk menentukan penyimpangan dari standar yang
dikehendaki sehingga manajemen bias mengambil tindakan pembentukan yang
layak.
Pengawasan diperlukan pada semua bidang kegiatan sekolah program
pengajaran, personil, murid, keuangan, perlengkapan, hubungan masyarakat. Di
mana pun dalam organisasi sekolah didapati suatu bentuk kegiatan menerima
murid, mengajar, menyelenggarakan ujian, menempatkan dan menugasi personil,
mengunakan harta benda. Suatu bentuk pengawasan yang cocok harus ada untuk
membimbing kegiatan itu atau untuk menilai hasil-hasilnya. Akan tetapi, untuk
menjalankan dengan efektif setiap pengawasan itu diperlukan alat dan teknik yang
sesuai. Untuk mengawasi pengajaran dibuat kebijaksanaan tentang maksud dan
tujuan yang hendak dicapai oleh sekolah-sekolah, kurikulum sekolah yang
dibakukan serta pedoman pelaksanaannya, dan syarat-syarat bagi murid-murid
yhang akan menempuh pengajaran, suatu system penilaian prestasi murid
diciptakan, dan syarat-syarat kenaikan kelas serta peraturan ujian ditetapkan.
Selanjutnya dikenal dengan alat-alat pengawasan yang lebih khusus lagi yang
berhubungan dengan tata usaha sekolah, seperti daftar gaji, daftar inventaris, buku
induk, daftar kelas, daftar presensi, buku laporan dan lain-lain.10
Berbagai teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam membantu guru dalam
meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok (group techniques),
maupun secara perorangan (individual techniques), ataupun dengan cara langsung
atau bertatap muka, dan cara tak langsung atau melalui media komunikasi (visual,
audial, audio visual).
Para ahli berbeda-beda dalam merumuskan tahapan teknik-teknik supervisi
akan tetapi pada dasarnya tetap sama. Berikut adalah teknik yang harus dilakukan

10 Ibid, hlm 248-249.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op.Cit., hlm 316-317.

11
kepala sekolah sebgai supervisor. Secara garis besar teknik supervisi dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu:
a. Teknik perseorangan
Yang dimaksud teknik persorangan ialah supervisi yang dilakukan secara
perseorangan, beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain:
1. Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation)
Yang dimaksud dengan kunjungan kelas ialah kenjunagn sewaktu-
waktu yang dilakukan olehh supervisor (kepala sekolah, pemilik, atau
pengawas) untuk melihat atau mengamati seseorang guru yang sedang
mengajar. Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar.
Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang
sekirannya perlu diperbaiki.
Setelah kunjungan kelas selesai, selanjutnya diadakan empat mata
antara supervisor dengan guru yang bersangkutan. Supervisor meberikan
saran-saran atau nasihat-nasihat yang diperlukan, dan guru pun dapat
mengajukan pendapat atau usul-usul yang konstruktif demi perbaikan
proses belajar-mengajar lainnya.
2. Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)
Guru-guru dari suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk melihat
/mengamati eorang guru yang sedang mendemonstasikan cara-cara
mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya cara menggunakan alat
atau media yang baru, seperti audio-visual aids, cara mengajar dengan
metode tertentu, seperti misalnya sosiodrama, problem solving, diskusi
panel, fish bowl, metode penemuan (discovery), dan sebagainya.
Kunjungan observasi dapat dilakukan di sekolah sendiri atau dengan
mengadakan kunjungan ke sekolah lain. Kunjungan antara kelas atau
antar sekolah merupakan suatu kegiatan yang terutama untuk saling
menukarkan pengalaman sesame guru atau kepala sekolah tentang usaha-
usaha perbaikan dalam proses belaja mengajar.
3. Membimbing guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa
atau mengatasi problema yang dialami siswa.
Banyak masalah yang dialami oleh guru dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan belajar siswa. Misalnya siswa yang lamban dalam

12
belajar, tidak dapat memusatkan perhatian, siswa yang nakal, siswa yang
mengalami perasaan rendah diri dan kurang dapat bergaul dengan teman-
temannya. Meskipun di beberapa sekolah mungkin telah dibentuk bagian
bimbingan dan konseling, masalah-masalah yang sering timbul di dalam
kelas yang disebabkan oleh siswa itu sendiri lebih baik dipecahkan atau
diatasi oleg guru kelas itu sendiri daripada diserahkan kepada guru
bimbingan atau konselor yang mungkin akan memakan waktu yang lebih
lama untuk mengatasinya. Disamping itu, kita pun harus menyadari
bahwa guru kelas atau wali kelas adalah pembimbing yang utama. Oleh
karena itu, peranan supervisor, terutama kepala sekolah, dalam hal ini
sangat diperlukan.
4. Membimbing guru dalam hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan kurikulum sekolah,
Antara lain: menyusun program semester, membuat program satuan
pelajaran, mengorganisasi kegiatan pengelolaan kelas, melaksanakan
teknik-teknik evaluasi pembelajaran, menggunakan media dan sumber
dalam proses belajar mengajar, dan mengorganisasi kegiatan siswa dalam
bidang ekstrakurikuler.
b. Teknik kelompok
Teknik kelompok ialah supervisi yang dilakukan secara kelompok, beberapa
kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting),
Seorang kepala sekolah menjalankan tugasnya berdasarkan rencana
yang telah disusun. Termasuk mengadakan rapat-rapat secara periodik
dengan guru-guru, dalam hal ini rapat-rapat yang diadakan dalam rangka
kegiatan supervisi. Rapat antara supervisor dengan para guru disekolah
biasanya untuk membicarakan masalah-masalah umum yang menyangkut
perbaikan dan atau peningkatan mutu pendidikan
2. Mengadakan diskusi kelompok (group discussions),
Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-
kelompok guru bidang studi sejenis. Di dalam setiap diskusi, supervisor
atau kepala sekolah memberikan pengarahan, bimbingan, nasihat-nasihat
dan saran-saran yang diperlukan.
3. Mengadakan penataran-penataran (inservice-training),

13
Teknik ini dilakukan melalui penataran-penataran, misalnya
penataran untuk guru bidang studi tertentu. Mengingat bahwa penataran
pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas
kepala sekolah adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak
lanjut (follow-up) dari hasil penataran, agar dapat dipraktekkan oleh
guru-guru.11
4. Pertemuan-pertemuan kelompok kerja
Pertemuan-pertemuan dikelompok kerja penilik, kelompok kerja
kepala sekolah, serta pertemuan kelompok kerja guru, pusat kegiatan
guru dan sebagainya. Pertemuan-pertemuan tersebut, dapat dilakukan
oleh masing-masing kelompok kerja, atau gabungan yang terutama
dimaksudkan untuk menemukan masalah, mencari alternatif
penyelesaian, serta menerapkan alternaatif masalah yang tetap.12

H. Pengawasan pendidikan di sekolah-sekolah


Dalam pendidikan di sekolah pengawasan dipakai dalam dua arti kata. Dalam
pemakaiannnya secara umum pengawasan meliputi kegiatan mengarahkan dan
membimbing maupun memeriksa, mempertimbangkan, dan menilai. Pengetian
yang umum ini terdapat pada kata pengawasan sebagai pekerjaan seorang
‘pengawas’ (supervisor) atau terutama mengenai kegiatan-kegiatan yang bersifat
teknis yang biasa disebut ‘inspeksi’. Perhatiannya berpusat kepada pelaksanaan-
pelaksanaan serta hasil-hasilnya. Kegiatannya meliputi memeriksa, menilik,
mempertimbangkan, dan menilai. Maka kegiatannya dipikirkan terutama sebagai
proses penerpan kekuaasaan melalui alat dan teknik pengawasan untuk
menetapkan pakah rencana-rencana, kebijaksanaan-kebijaksanaan, intruksi-
intruksi, dan prosedur-prosedur yang ditetapkan diikuti, dan beratapa efektif
semua itu bekerja.
Pengawasan pendidikan berkewajiban untuk mnyediakan kondisi yang perlu
untuk menyelesaikan tugas kewajiban dengan efektif dan efisien. Ia hendak
menjamin keselarasan, kecerdasan, dan ekonomi di seluruh usaha pendidikan dan

11 Purwanto, Op.Cit., hlm 118.

12 Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op.Cit., hlm 316-317.

14
pengajaran. Pengawasan bias dipakai tidak saja untuk mencegah pemborosan atau
untuk menghilangka kebiasaan atau perbuatan yang salah, melainkan juga untuk
mengarahkan perbuatan kepada maksud-maksud orgnisasi.

Selanjutnya kita bisa mengadakan pembedaan antara pengawasan langsung


dengan pengaasan tidak langsung. Pengawasan langsung dijalankan melalui
inspeksi atau observasi di tempat; pengawsan tak langsung bekerja melalui
kebijaksanaan-kebijaksanaan, peraturan-peraturan, instruksi-instruksi, kurikulum
yang dibukukan, ujian-ujian, program testing, dan laporan-laporan yang bayak
bentuknya. Selain dari yang disebut diatas itu juga dikenal pengawasan yang
informal yakni yang bekerja melalui kekuatan-kekuatan social seperti tradisi,
kebiasaan, harapan dan keyakinan, dan etika jabatan.13

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa konsep dasar
Pengawasan meliputi pengertian, karakteristik, faktor dan yang lainnya.
Pengawasan merupakan fungsi administasi dalam fungsi administrator yang
memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki. Ia
meliputi pemeriksaan apakah semua berjalan sesuai dengan rencana yang dibuat,
instruksi-instruksi yang dikeluarkan, dan prinsip-prinsip yang ditetapkan. Ia
dimaksudkan untuk menunjukkan kelemahan-kelemahan dan kesalahan-
kesalahan, kemudian membetulkannya dan mencegah perulangannya. Ia mengenai
semua orang, kegiatan, benda, dll. Peran pengawas sekolah memantau dan
melakukan pembinaan, penilaian secara berkesinambungan, memotivasi guru
untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam merencanakan,
melaksanakan, dan membuat evaluasi program kegiatan pembelajaran untuk
menjadi lebih baik lagi dan profesional saat proses pembelajaran berlangsung.

13 Sutisna, Op.Cit., hlm 246-247.

15
Dan hasil penilaian yang dirasa masih kurang guru tersebut diikutsertakan diklat
atau pelatihan guna untuk mengembangkan kemampuannya.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami paparkan dan kami merasa bahwa dalam
makalah ini masih terdapat banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharap kepada pembaca yang budiman untuk memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna untuk perbaikan makalah ini. Dan kami berharap
semoga isi makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Ngalin. 1993. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Sagala, Syaiful. 2012. Administrasi Pendidikan Kontempore. Bandung: Alfabeta

Sutisna, Oteng. 1987. Administrasi Pendidikan; Dasar Teknik untuk Praktik


Profesional. Bandung: Angkasa.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2012. Manajemen Pendidikan. Bandung:


Alfabeta

16

Anda mungkin juga menyukai