Anda di halaman 1dari 59

Sejarah Partai Politik di Indonesia[sunting | sunting sumber]

Ki Hadjar Dewantara tokoh Tiga Serangkai dan Indische Partij.

Bung Tomo atau Sutomo, tokoh 10 November 1945, pernah menjadi anggota Sarekat Islam

Berkas:Buya Hamka.jpg

Buya Hamka sastrawan Indonesia, sekaligus ulama, ahli filsafat, dan aktivis politik.

Partai politik adalah organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk dengan tujuan
khusus. Bisa juga di definisikan, perkumpulan (segolongan orang-orang) yang seasas, sehaluan, setujuan
di bidang politik. Baik yang berdasarkan partai kader atau struktur kepartaian yang dimonopoli oleh
sekelompok anggota partai yang terkemuka. Atau bisa juga berdasarkan partai massa, yaitu partai politik
yang mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggotanya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), partai politik berarti perkumpulan yang didirikan untuk
mewujudkan ideologi politik tertentu. Dalam sejarah Indonesia, keberadaan Partai politik di Indonesia
diawali dengan didirikannya organisasi Boedi Oetomo (BO), pada tahun 1908 di Jakarta oleh Dr. Wahidin
Soediro Hoesodo dkk. Walaupun pada waktu itu BO belum bertujuan ke politik murni, tetapi keberadaan
BO sudah diakui para peneliti dan pakar sejarah Indonesia sebagai perintis organisasi modern. Dengan
kata lain, BO merupakan cikal bakal dari organisasi massa atau organisasi politik di Indonesia.

Pada masa penjajahan Belanda, partai-partai politik tidak dapat hidup tentram. Tiap partai yang bersuara
menentang dan bergerak tegas, akan segera dilarang, pemimpinnya ditangkap dan dipenjarakan atau
diasingkan. Partai politik yang pertama lahir di Indonesia adalah Indische Partij yang didirikan pada
tanggal 25 Desember 1912, di Bandung.

Dipimpin oleh Tiga Serangkai, yaitu Dr. Setiabudi, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hadjar Dewantara.
Tujuan partai itu adalah Indonesia lepas dari Belanda. Partai itu hanya berusia 8 bulan karena ketiga
pemimpin masing-masing dibuang ke Kupang, Banda, dan Bangka, kemudian diasingkan ke Belanda.

Deskripsi[sunting | sunting sumber]


Kegiatan para anggota, kader, relawan dan simpatisan partai politik Indonesia. Beberapa dari mereka
berusaha melalui pengajaran pengkaderan dan pelatihan untuk keberhasilan partainya. Partai politik
yang besar memiliki pengikut yang lebih besar. Akan terlihat anggota partai yang telah mengikuti
pengkaderan dan yang belum. Partai politik diseleksi untuk mengikutii dan penyelenggaraan Pemilihan
Umum, lalu Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah.

Partai politik adalah sarana politik yang menjembatani elit-elit politik dalam upaya mencapai kekuasaan
politik dalam suatu negara yang bercirikan mandiri dalam hal finansial, memiliki platform atau haluan
politik tersendiri, mengusung kepentingan-kepentingan kelompok dalam urusan politik, dan turut
menyumbang political development sebagai suprastruktur politik.

Dalam rangka memahami partai politik sebagai salah satu komponen infrastruktur politik dalam negara,
berikut beberapa pengertian mengenai partai politik, yakni:

Carl J. Friedrich: partai Politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan
merebut atau mempertahankan penguasan pemerintah bagi pemimpin partainya, dan berdasarkan
penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun materil.

R.H. Soltou: partai Politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyaknya terorganisir, yang
bertindak sebagai satu kesatuan politik, yang dengan memanfaatkan kekuasan memilih, bertujuan
menguasai pemerintah dan melaksanakan kebijakan umum mereka.

Sigmund Neumann: partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis Politik yang berusaha untuk
menguasai kekuasan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan melawan
golongan-golongan lain yang tidak sepaham.

Miriam Budiardjo: partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik
dan merebut kedudukan politik (biasanya), dengan cara konstitusional guna melaksanakan kebijakan-
kebijakan mereka.

Ideologi politik[sunting | sunting sumber]

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ideologi politik

Dalam ilmu sosial, Ideologi politik adalah sebuah himpunan ide dan prinsip yang menjelaskan bagaimana
seharusnya masyarakat bekerja, dan menawarkan ringkasan order masyarakat tertentu. Ideologi politik
biasanya mengenai dirinya dengan bagaimana mengatur kekuasaan dan bagaimana seharusnya
dilaksanakan.
Teori komunis Karl Marx, Friedrich Engels dan pengikut mereka, sering dikenal dengan marxisme,
dianggap sebagai ideologi politik paling berpengaruh dan dijelaskan lengkap pada abad 20.

Contoh ideologi lainnya termasuk: anarkisme, kapitalisme, komunisme, komunitarianisme,


konservatisme, neoliberalisme, demokrasi kristen, fasisme, monarkisme, nasionalisme, nazisme,
liberalisme, libertarianisme, sosialisme, dan demokrat sosial.

Ideologi adalah seperangkat tujuan dan ide-ide yang mengarahkan pada satu tujuan, harapan, dan
tindakan. Jadi, ideologi politik dapat diartikan sebagai seperangkat tujuan dan ide yang menjelaskan
bagaimana suatu rakyat bekerja, dan bagaimana cara mengatur kekuasaan.

Liberalisme[sunting | sunting sumber]

Lambang Partai Buruh Inggris. Merupakan partai massa Inggris. Partai massa merupakan kebalikan dari
partai kader karena mereka lebih menekankan pada pencarian jumlah dukungan yang banyak di
masyarakat atau dengan kata lain lebih menekankan aspek kuantitas. Kelemahan partai massa adalah
bahwa disiplin anggota biasanya lemah, juga lemahnya ikatan organisasi sesame anggota, bahkan kadang
kala tidak saling kenal, karena luasnya dukungan dari berbagai golongan dan lapisan masyarakat.

Logo Partai Konservatif Inggris

1874 Nast cartoon featuring the first notable appearance of the Republican elephant[3]

The modern GOP elephant

The current GOP logo, incorporating the Republican elephant

"A Live Jackass Kicking a Dead Lion" by Thomas Nast. Harper's Weekly, January 19, 1870.
The donkey party logo is still a well-known symbol for the Democratic Party, despite not being the official
logo of the party.

The Democratic donkey party logo in a modernized "kicking donkey" form

Officiële VVD-logo.

Logo of Partij van de Arbeid, a political party in the Netherlands.

logo of the Party for Freedom.

Logo of the Dutch Socialist Party, 2006 style.

Kebebasan telah muncul sejak adanya manusia di dunia, karena pada hakikatnya manusia selalu mencari
kebebasan bagi dirinya sendiri. Bentuk kebebasan dalam politik pada zaman dahulu adalah penerapan
demokrasi di Athena dan Roma. Tetapi, kemunculan liberalisme sebagai sebuah paham pada abad akhir
abad 17.

Liberalisme berasal dari kata liberalis yang berarti bebas. Dalam liberalisme, kebebasan individu,
pembatasan kekuasaan raja (pemerintah), dan persaingan pemilik modal (kapital). Karena itu, liberalisme
dan kapitalisme terkadang dilihat sebagai sebuah ideologi yang sama.

Liberalisme muncul pada abad ke akhir abad 17, berhubungan dengan runtuhnya feodalisme di Eropa
dan dimulainya zaman Renaissance, lalu diikuti dengan gerakan politik masa Revolusi Prancis. Liberalisme
pada zaman ini terkait dengan Adam Smith, dikenali sebagai liberalisme klasik. Pada masa ini, kerajaan
(pemerintahan) bersifat lepas tangan, sesuai dengan konsep Laissez-Faire. Konsep ini menekankan
bahwa kerajaan harus memberi kebebasan berpikir kepada rakyat, tidak menghalang pemilikan harta
indidvidu atau kumpulan, kuasa kerajaan yang terbatas dan kebebasan rakyat.
Seruan kebebasan ini dikumandangkan setelah sebelumnya pada abad 16 dan awal abad 17, Reformasi
Gereja dan kemajuan ilmu pengetahuan menjadikan masyarakat yang tertekan dengan kekuasaan gereja
ingin membebaskan diri dari berbagai ikatan, baik agama, sosial, dan pemerintahan. Menurut Adam
Smith, liberal berarti bebas dari batasan (free from restraint), karena liberalisme menawarkan konsep
hidup bebas dari pengawasan gereja dan raja.

Di Inggris, setelah beberapa kali berlangsung perang Napoleon, liberalisme kembali berpengaruh dengan
bangkitnya Benthamites dan Mazhab Manchester. Keberhasilan terbesar liberalisme terjadi di Amerika,
hingga menjadi dominan sejak tahun 1776 sampai sekarang. Dengan liberalisme, Amerika sekarang
menjadi sebuah negara yang besar dan dianggap polisi dunia. Di sana kebebasan dijunjung tinggi karena
hak-hak tiap warganya dijamin oleh pemerintah. Sehingga jangan heran kalau tingkat kompetisi di sana
sangat tinggi.

Kapitalisme[sunting | sunting sumber]

Kapitalisme (capitalism) berasal dari kata kapital (capital), yang berarti modal. Modal disini maksudnya
adalah alat produksi, seperti tanah dan uang. Jadi, arti kapitalisme adalah ideologi di mana kekuasaan
ada di tangan kapital atau pemilik modal, sistem ekonomi bebas tanpa batas yang didasarkan pada
keuntungan, di mana masyarakat bersaing dalam batasan-batasan ini.

Menurut cara pandang kapitalisme, setiap individu bukanlah bagian dari masyarakat, tetapi merupakan
suatu pihak yang harus berjuang untuk kepentingan sendiri. Dalam perjuangan ini, faktor penentunya
adalah produksi. Produsen unggul akan tetap bertahan, dan produsen lemah akan tersingkir.

Kapitalisme berawal pada zaman feodal di Mesir, Babilonia, dan Kekaisaran Roma. Ahli ilmu sosial
menyebut kapitalisme pada zaman ini sebagai commercial capitalism (kapitalisme komersial).
Kapitalisme komersial berkembang ketika pada zaman itu perdagangan lintas suku dan kekaisaran sudah
berkembang dan membutuhkan sistem hukum ekonomi untuk menjamin keadilan perdagangan ekonomi
yang dilakukan oleh para pedagang, tuan tanah, kaum rohaniwan.

Kapitalisme berlanjut menjadi sebuah hukum dan kode etik bagi kaum pedagang. Karena terjadi
perkembangan kompetisi dalam sistem pasar, keuangan, dan lain-lain, maka diperlukan hukum dan etika
yang relatif mapan. Para pedagang membuka wacana baru tentang pasar. Setiap membicarakan pasar,
mereka membicarakan tentang komoditas, dan nilai lebih yang akan menjadi keuntungan bagi pedagang.
Pandangan kaum pedagang dan perkembangan pasar menyebabkan berubahnya sistem ekonomi feodal
yang dimonopoli tuan tanah, bangsawan, dan rohaniwan. Ekonomi mulai menjadi bagian dari
perjuangan kelas menengah, dan mulai berpengaruh. Periode ini disebut dengan kapitalisme industri.
Ada tiga tokoh yang berpengaruh besar pada periode ini, yaitu Thomas Hobbes, John Locke, dan Adam
Smith.

Thomas Hobbes menyatakan bahwa setiap orang secara alamiah akan mencari pemenuhan kebutuhan
bagi dirinya sendiri. John Locke berpendapat bahwa manusia itu mempunyai hak milik personalnya.
Adam Smith menganjurkan pasar bebas dengan aturannya sendiri, dengan kata lain, tidak ada campur
tangan pemerintah di dalam pasar. Teori-teori dari para tokoh tersebut semakin berkembang dengan
adanya Revolusi Industri.

Pada perkembangannya, kapitalisme memasuki periode kapitalisme lanjut, yaitu lanjutan dari
kapitalisme industri. Pada periode ini, kapitalisme tidak hanya mengakumulasikan modal, tapi juga
investasi. Selanjutnya, kapitalis menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya berdasarkan pada
faktor produksi, tetapi juga faktor jasa dan kestabilan sistem masyarakat. Kapitalisme berkembang tidak
hanya untuk terus mendapatkan keuntungan, tetapi juga menjadi lahan pendapatan yang cukup bagi
para konsumennya. Tetapi karena pada praktiknya kapitalisme lebih banyak merugikan kaum kelas
bawah, muncullah sosialisme yang dipelopori oleh Karl Marx.

Sosialisme[sunting | sunting sumber]

Sosialisme adalah paham yang bertujuan mengubah bentuk masyarakat dengan menjadikan perangkat
produksi menjadi milik bersama, dan pembagian hasil secara merata disamping pembagian lahan kerja
dan bahan konsumsi secara menyeluruh. Dalam sosialisme setiap individu harus berusaha untuk
mendapatkan layanan yang layak untuk kebahagiaan bersama, karena pada hakikatnya, manusia hidup
bukan hanya untuk bebas, tapi juga saling menolong. Sosialisme yang kita kenal saat ini Sosialisme
sebenarnya telah lahir sebelum dicetuskan oleh Karl Marx. Orang yang pertama kali menyuarakan ide
sosialisme adalah Francois Noel Babeuf, pada abad 18. Kemudian muncul tokoh lain seperti Robert Owen
di Inggris, Saint Simon dan Fourier di Perancis. Mereka mencoba memperbaiki keadaan masyarakat
karena terdorong oleh rasa perikemanusiaan tetapi tidak dilandasi dengan konsep yang jelas dan
dianggap hanya angan-angan belaka, karena itu mereka disebut kaum sosialis utopis.

Karl Marx juga mengecam keadaan masyarakat di sekelilingnya, tapi ia menggunakan hukum ilmiah
untuk mengamati perkembangan masyarakat, bukan sekadar harapan dan tuntutan seperti yang
dilakukan oleh kaum sosialis utopis. Marx menamakan idenya sebagai sosialisme ilmiah. Setelah itu,
pada abad 19, sosialisme ilmiah marx diadopsi oleh Lenin, hingga tercipta komunisme. Komunisme lebih
radikal daripada sosialisme, karena dalam komunisme diajarkan untuk memberontak dan merebut
kekuasaan dengan Partai Komunis sebagai pemimpinya. Inilah yang lebih dikenal sebagai sosialisme
sampai saat ini.

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap ideologi politik mempunyai dampak besar
bagi kehidupan manusia. Dalam sistem liberalisme dan kapitalisme manusia hidup berkompetisi dalam
kebebasan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan negara tidak boleh mencampuri hidup pribadi
warga negaranya, namun di sisi lain, rakyat kelas bawah seringkali menjadi pihak yang dirugikan.
Sedangkan sosialisme lebih mementingkan kesejahteraan yang merata bagi rakyatnya, dengan
mengorbankan hak milik pribadi warga negaranya.

Ideologi politik yang lain[sunting | sunting sumber]

Anarkisme / anti otoriter, atau maupun Anomie, a-: tanpa, dan nomos: hukum atau peraturan, tanpa
norma, tanpa budaya, tanpa adat, keadaan yang kacau, tanpa peraturan. Seperti acara tanpa program.
Anomie juga merupakan bentuk penyimpangan masyarakat dan penyimpangan sosial karena ketidak
pedulian terhadap aturan yang berlaku, yang seharusnya mengikat perilaku mereka agar menyimpang
dari aturan. Beberapa contoh anarkisme:

Crypto-anarchism

Collectivist anarchism

Anarcha-feminism

Feminisme

Anarcha-feminism

Psychoanalytic feminism

Socialist feminism

Separatist feminism

Sindikalisme

Anarko-Sindikalisme, percaya terhadap metode aksi langsung, instant sindikalisme, candak langsung
(dengan atau tanpa negosiasi rundingan) — yaitu, aksi yang secara langsung memperoleh keuntungan,
sebagai lawan dari aksi tak langsung, seperti memilih perwakilan untuk duduk dalam pemerintahan.

Sistem dan Klasifikasi Partai Politik[sunting | sunting sumber]

Sistem satu partai / Sistem partai tunggal[sunting | sunting sumber]


Dalam system ini terdapat dua variasi : pertama, di Negara tersebut hanya terdapat satu partai yang
boleh hidup dan berkembang. Kedua , partai tunggal mendominasi kehidupan kepartaian, tidak ada
suasana bersaing karena partai lainnya harus menerima kepemimpinan dari partai tersebut.

Beberapa Negara baru, terutama di Negara Afrika, juga mengambil system partai tunggal. Pilihan mereka
didasarkan pertimbangan perlu adanya Integrasi Nasional yang kuat. Pada umumnya Negara – Negara
baru mengalami ancaman perpecahan karena masalah golongan, suku, ras dan agama yang sangat
berbeda dan saling bersaing. Diharapkan masalah perpecahan dan perbedaan dapat di atasi bila ada
partai politik yang kuat serta dominant, karena di kuatirkan dengan tidak adanya partai yang kuat maka
mudah terjadi perpecahan yang dapat mengancam kelangsungan hidup berbangsa. Dilain pihak, dengan
system satu partai yang kuat dapat mematikan aspirasi dari kelompok-kelompok kecilyang terjelma
dalam partai-partai kecil. Dengan kata lain aspirasi mereka dikuatirkan akan tenggelam karena dominasi
partai besar tersebut.

Giovanni Sartori, seorang pakar studi partai politik menegaskan bahwa tipe partai tunggal tidak bias di
masukkan dalam kategori system kepartaian, karena suatu system pada dasarnya membutuhkan lebih
dari satu unit untuk dapat bekerja sebagai system.

Sistem dua partai[sunting | sunting sumber]

Pengertian dua partai merujuk pada 3 kemungkinan :

memang hanya dua partai besar yang mendominasi sementara partai-partai lain terlalu kecil untuk
memiliki signifikansi politik

Adanya dua partai di mana salah satu berperan sebagai partai berkuasa sedangkan yang lain menjadi
oposisi secara bergantian.

Adanya satu partai dominant yang biasanya memerintah sendiri dengan sebuah partai lain yang selalu
menjadi kekuatan oposan.

Negara-negara yang terkenal dengan system dua partai ialah Inggris (dengan partai konservafatif dan
partai buruh) dan Amerika Serikat (dengan partai Republik dan Partai Demokrat). Sistem dua partai di
Inggris di anggap paling ideal. Sistem dua partai dapat berjalan di Inggris karena didukung oleh beberapa
factor di antaranya masyarakat yang homogen, tradisi politik yang sudah berakar sebagai dasar budaya
politik Inggris serta pengawasan terhadap aturan permainan politik sebagai consensus masyarakat yang
harus di taati oleh segenap lapisan masyarakat.
Sistem dua partai biasanya dilaksanakan dengan pemilihan yang berdasarkan atas system simple
majority di mana setiap daerah pemilihan hanya diwakili oleh satu wakil.

Kekuatan Sistem dua partai adalah memudahkan terbentuknya integrasi nasional, karena partai yang
kecil lebih cenderung bergabung dengan salah satu partai yang dominan jika partai yang besar itu
merasa perlu mendapatkan dukungan tambahan, atau bergabung dengan partai kecil lain (misalnya
Partai Liberal dan Partai Sosial Demokrat di Inggris yang membentuk koalisi yang disebut ALLIENCE).
Keuntungan lain adalah adanya pengawasan (control) yang terus menerus dari partai oposisi.

Kelemahan dari system ini adalah memudahkan timbulnya polarisasi antara partai yang berkuasa dan
partai yang beroposisi. Bahaya ini terutama bias muncul di Negara-negara yang kadar consensus
nasionalnya masih rendah, seperti di banyak Negara dunia ketiga.

Sistem multi partai[sunting | sunting sumber]

Pengertian sistem banyak partai menunjuk adanya lebih dari dua partai. Negara-negara seperti Belanda,
Belgia dan Norwegia menjalankan sistem multi partai sejak lama.

Dalam pelaksanaanya, perlu dibentuk pemerintahan koalisi dari beberapa partai karena tidak ada partai
yang cukup kuat untuk membentuk suatu pemerintahan yang mandiri.

Adakalanya usaha membentuk pemerintah koalisi mengalami kegagalan karena partai-partai yang
berupaya membentuk pemerintah koalisi tidak mencapai persetujuan.

Sistem banyak partai ini sering ditemukan dalam Negara-negara yang memakai system pemilihan
berdasarkan perwakilan berimbang (proportional representation). Sistem ini memberi kesempatan
kepada partai kecil untuk memenangakan beberapa kursi.

Partai kecil dapat menarik keuntungan jika dapat membentuk pemerintahan koalisi. Secara proporsional
mereka dapat ikut menentukan terbentuknya pemerintah yang akan membuat kebijakan umum.
Kelemahan sistem banyak partai yang paling utama adalah bahwa banyaknya partai yang merupakan
wakil kelompok dan golongan menyulitkan terbentuknya konsensus nasional.

Dari pembahasan system kepartaian di atas dapat kita tarik beberapa kesimpulan :

Masing-masing system punya kelemahan dan kekuatan.

Masing-masing system menuntut terpenuhinya beberapa prasyarat agar system tsb dapat berjalan
dengan baik di suatu Negara.

Setiap Negara mempunyai latar belakang sejarah dan tradisi politik yang sangat berpengaruh dalam
pemilihan system kepartaian Negara tsb.

Banyak Negara baru, termasuk Indonesia, pernah mengalami masa kepartaian dengan berbagai bentuk
dan variasinya. Dengan katablain system kepartaian selalu berkembang sesuai kebutuhan dan tuntutan
masyarakat. Dapat dikatakan bahwa pembangunan politik biasanya diikuti oleh perkembangan
kehidupan system kepartainnya.

Sistem dua partai di Inggris[sunting | sunting sumber]

Inggris menggunakan sistem dwipartai. Di Inggris berdiri 2 partai yang saling bersaing dan memerintah.
Partai tersebut adalah:

Partai Buruh dan

Partai Konservatif.

Partai yang menang dalam pemilu dan mayoritas di parlemen merupakan partai yang memerintah,
sedangkan partai yang kalah menjadi partai oposisi.

Sistem kepartaian telah berlangsung sejak abad ke-18. Banyak partai politik di UK namun hanya ada 2
partai besar, yaitu: Partai Konservatif dan Partai Buruh yang selalu bergantian memegang Pemerintahan.
Partai terbesar ketiga adalah Partai Liberal Demokrat (LDP). Baik Partai Buruh maupun Partai Konservatif
mempunyai pendukung tradisional. Partai Konservatif mempunyai pendukung kuat di daerah pedesaan,
sedangkan Partai Buruh mempunyai pendukung kuat di daerah perkotaan, perindustrian, pertambangan
dan pemukiman kelas pekerja. Wilayah Wales dan wilayah Skotlandia juga merupakan daerah
pendukung kuat Partai Buruh. Sejak Perang Dunia Kedua berakhir, Partai Konservatif telah berhasil
memenangkan pemilu sebanyak delapan kali, terakhir pada pemilu tahun 1992. Sedangkan Partai Buruh
telah memenangkan tujuh pemilu, termasuk pemilu terakhir pada tahun 2007

Negara Inggris dikenal sebagai induk parlementaria (the mother of parliaments) dan pelopor dari sistem
parlementer. Inggrislah yang pertama kali menciptakan suatu parlemen workable. Artinya, suatu
parlemen yang dipilih oleh rakyat melalui pemilu yang mampu bekerja memecahkan masalah sosial
ekonomi kemasyarakatan. Melalui pemilihan yang demokratis dan prosedur parlementaria, Inggris dapat
mengatasi masalah sosial sehingga menciptakan kesejahteraan negara (welfare state). Sistem
pemerintahannya didasarkan pada konstitusi yang tidak tertulis (konvensi). Konstitusi Inggris tidak
terkodifikasi dalam satu naskah tertulis, tapi tersebar dalam berbagai peraturan, hukum dan konvensi.
Dan berdasarkan Konstitusinya, Inggris menganut sistem dwipartai, yaitu terdapat 2 partai yang saling
bersaing dan memerintah.

Budaya politik rakyat Inggris adalah partisipatif dalam proses politik, mendukung otoritas pemerintah
yang sedang berkuasa, dan mendukung penegakan rule of law. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah
menjadi relatif stabil, karena pemerintah konsisten menjalankan apa yang diamanatkan rakyat
kepadanya. Pemerintah yang tengah berkuasa pun mendapat legitimasi penuh dari rakyat. Rakyat Inggris
memiliki loyalitas tinggi terhadap kerajaan. Rakyat Inggris juga merupakan pecinta tradisi kerajaan, hal ini
bisa dilihat dari antusiasme mereka dalam acara-acara besar kerajaan, misalnya pernikahan. Bagi rakyat
Inggris, tradisi kerajaan merupakan tradisi yang harus dijaga. Tradisi kerajaan juga menjadi kebanggaan
rakyat Inggris yang hingga kini masih mereka pegang teguh.

Kedudukan monarki kerajaan dan politik di Inggris[sunting | sunting sumber]

Pada dasarnya monarki adalah system pemerintahan yang di lakukan oleh kerajaan. Tapi ada beberapa
hal yang membedakan monarki di inggris dengan monarki di Negara lain. inggris menganut system
monarki yang kekuasaan nya tidak mutlak di pegang oleh ratu. Ada beberapa eleman lain yang terkait
jika mengambil kebijakan.

Ada beberapa pokok dasar hokum yang harus di patuhi oleh roda pemerintahan inggris. Antara lain :
adanya oposisi, ratu adalah symbol keagungan tapi tidak boleh ikut campur dalam kebijakan politik,
system dwi partai, ddl.
Inggris menunjukan bahwa monarki yang mereka anut tidak tergantung terhadap kekuasaan raja atau
ratu. Mereka hanyalah symbol di agungkan , tapi tidak punya kekuatan dalam pemerintahan . itulah
kenapa setiap kebijakan politik inggris selalu di lakukan oleh perdana menteri yang di pilih.

Sistem dua partai di Amerika Serikat[sunting | sunting sumber]

Sampai sekarang Amerika masih memiliki sistem dua partai (two-party system), yakni :

Partai Republik dan

Partai Demokrat.

Sejak tahun 1852, kedua partai ini menguasai dan memenangi pemilihan Presiden Amerika Serikat dan
sejak tahun 1856 kedua partai ini juga mengendalikan kongres Amerika Serikat. Kedua partai ini tentunya
memiliki pendukungan masing-masing. Seperti partai republik yang cederung di dukung oleh kalangan
kulit putih dan demokrat cenderung di dukung oleh kalangan kulit hitam. Partai Demokrat memposisikan
dirinya sebagai “sayap kiri” yang berasaskan prinsip liberalisme, sedangkan dari kubu Republik
memposisikan dirinya sebagai “sayap kanan” yang bersifat konservatis. Tentunya partai itu sendiri
tentunya memiliki peranan dan fungsi tertentu dalam sistem politik Amerika Serikat. Partai tentunya
berfungsi untuk merekrut kandidat baik untuk lokal, negara bagian dan national offices. Partai juga
berfungsi untuk melatih dan membantu para kandidat dalam berbagai macam kampanye, partai
mendapatkan dan menggunakan dana kampanye. Selain itu partai juga membantu menarik pemilih
untuk memilih kandidat melalui organisasi sukarelawan rakyat, bank telpon, dll. Partai juga memudahkan
atau menyederhanakan pemilu (Melusky 2000, 98). Fungsi lainnya yakni sebagai suatu grup mereka
berusaha untuk berpartisipasi dan mempengaruhi jalannya pemerintahan, dengan kandidat anggota
terpilih yang mempunyai posisi di pemerintahan. Partai politik ini juga berfungsi untuk membentuk dan
mempengaruhi opini public, tujuannya agar public mendukung serta memberikan vote pada partai
tersebut. Di bidang legislative partai juga mempunyai fungsi yakni sebagai partai mayoritas atau
minoritas, anggota memberikan vote berdasarkan kepentingan partai. Partai juga turut mempengaruhi
keputusan hukum, hal ini berkaitan dengan posisi, apabila hakim tersebut adalah seorang democrat,
maka ia akan berpikiran dengan cara democrat, sebaliknya apabila hakim tersebut seorang republic,
maka ia akan berpikiran dengan cara republik.

Selain fungsi, partai juga mempunyai peran yakni di antaranya mencapai kekuatan politik di
pemerintahan, biasanya melalui kampanye pemilihan berusaha untuk mencari basis pendukung dengan
penyampaian ide-ide mereka. Partai tentunya memiliki suatu ideology dan visi yang berbeda-beda
namun tidak tertutup kemungkinan partai tersebut berkoalisi dengan partai lainnya. Partai juga berperan
sebagai wadah bagi orang-orang yang memiliki interest terhadap dunia politik dan ingin berpartisipasi
dalam mewujudkan kesamaan kepentingan mereka. Selain dua partai besar yang menguasai Amerika
yakni democrat dan republic, ada pula suatu partai yang disebut sebagai “third party”. Partai ketiga ini
berfungsi sebagai wadah bagi orang-orang yang memiliki visi lain di luar republic dan democrat. Partai
ketiga ini cenderung mengambil simpati orang-orang dengan mengangkat suatu isu yang spesifik
misalnya tentang lingkungan yang diusung oleh Green Party. Partai ketiga ini juga memiliki kedudukan di
kongres, dua partai besar yakni republic dan democrat biasanya membentuk aliansi dengan para
pendukung partai ketiga agar dua partai besar ini mendapatkan suara dari partai ketiga.

Berdasarkan paparan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa partai politik di Amerika Serikat memiliki
beberapa peran dan fungsi. Dengan adanya peran dan fungsi tersebut diharapkan partai politik mampu
menjalankannya sehingga akan terbentuk situasi politik yang kondusif dan segala kegiatan di Kongres
berjalan dengan semestinya. Partai politik juga turut mempengaruhi jalannya pemerintahan. Selain
mempunyai peran dan fungsi, tentunya partai politik tersebut juga memiliki tanggung jawab yakni
menjunjung nilai demokratis dalam dunia perpolitikan Amerika. Utamanya, partai politik sebagai suatu
wadah mampu untuk menampung ide-ide baik dari anggota maupun masyarakat dan berusaha untuk
mewujudkannya. Amerika Serikat dengan dua partai besarnya yakni Demokrat dan Republik dengan
segala perbedaannya tetap memiliki suatu peran dan fungsi yang sama yakni bagaimana mewujudkan
Amerika agar memiliki situasi yang stabil melalui pengaruh partai mereka terhadap sistem pemerintahan
dengan segala konflik yang ada .

Klasifikasi partai politik[sunting | sunting sumber]

Klasifikasi partai politik dapat didasarkan atas beberapa hal antara lain :

Dari segi komposisi, fungsi keanggotaan dan dasar ideologinya. Dalam klasifikasi berdasarkan komposisi
dan fungsi keanggotaan, partai politik dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu partai kader dan partai
massa.

Partai kader biasanya lebih mementingkan keketatan, disiplin dan kualitas anggota. Kelemahan partai
kader ini teutama dalam mencari dukungan, biasanya mereka kalah dalam persaingan mengumpulkan
jumlah dukungandi masyarakat luas karena dianggap anggota partai kader terbatas pada kelompok-
kelompok tertentu.

Partai massa merupakan kebalikan dari partai kader karena mereka lebih menekankan pada pencarian
jumlah dukungan yang banyak di masyarakat atau dengan kata lain lebih menekankan aspek kuantitas.
Kelemahan partai massa adalah bahwa disiplin anggota biasanya lemah, juga lemahnya ikatan organisasi
sesame anggota, bahkan kadang kala tidak saling kenal, karena luasnya dukungan dari berbagai golongan
dan lapisan masyarakat.

Perkembangn partai massa sebenarnya berawal dari partai kader. Partai – partai kader yang sebelumnya
masih terbatas keanggotaannya pada kalangan tertentu mulai membuka diri untuk keanggotaan yang
lebih luas.

Pada tahun 1966, Otto von Kircheimer menambahkan lagi sebuah jenis partai berdasarkan
keanggotaannya, yang disebut partai catch-all. Partai jenis ini adalah perkembangan lebih lanjut dari
partai massa.

Pada tahun 1980-an, Richard S. katz dan Peter Mair menambahkan lagi sebuah jenis partai berdasarkan
perkembangan kecenderungan Negara-negara Barat untuk memberikan subsidi bagi partai-partai politik
yang ada dan meningkatnya peran media elektronik dalam kampanye pemilu. Katz dan Mair mengutip
kesuksesan kerja sama tiga partai politik Austria (the socialist Party, the people’s Party and the freedom
Party), yang berhasil mempertahankan kemenangannya dalam pemilu selama bertahun-tahun.

Klasifikasi partai politik dapat juga didasarkan atas sifat dan orientasinya. Dalam hal ini partai politik
dibagi atas partai lindungan dan partai ideologi atau asas. Partai lindungan umumnya memiliki organisasi
nasional yang kendor, meskipun pada tingkat lokal sering kalicukup ketat.

Partai ideologi atau partai asas, adalah partai yang mengikat diri pada ideologi atau asas tertentu dalam
menyusun program kerja partainya. Klaus von Beyme pada tahun 1985 dalam bukunya Political Parties in
western Democracies, mengklasifikasikan 9 kelompok partai yang selama ini berkembang di Eropa Barat
berdasarkan ideologinya (familles spiritualles) yaitu :

Partai Liberal dan Radikal.

Partai Konservatif.

Partai Sosialis dan Sosial Demokrat.

Partai Kristen Demokrat.

Partai Komunis.
Partai Agraris.

Partai Regional dan Etnis.

Partai Ekstrim Kanan.

Gerakan Ekonomi/Lingkungan.

Von Beyme tidak menutup kemungkinan bahwa ada partai-partai politik dengan ideologi lain yang
kemudian tidak bisa dimasukkan dalam klasifikasi yang ia buat.

Orientasi para pemilih tersebut bisa dikelompokan menjadi empat klasifikasi yang muncul dalam
masyarakat bersamaan dengan perkembangan sosial politik di Negara itu sendiri, yaitu:

Pusat daerah (centre-periphery)

Negara gereja (state-church)

Ladang Industri (land-industri)

Pemilik modal pekerja (owner-worker)

Sistem, Fungsi, dan Struktur Partai Politik di Indonesia[sunting | sunting sumber]

Sesuai dengan isi pada Pembukaan UUD 1945 dan Batang Tubuh UUD 1945 bahwa Indonesia menganut
sistem multi partai yaitu sistem yang pada pemilihan kepala negara atau pemilihan wakil-wakil rakyatnya
dengan melalui pemilihan umum yang diikuti oleh banyak partai. Sistem multi partai dianut karena
keanekaragaman yang dimiliki oleh negara Indonesia sebagai negar kepulaaan yang di dalamnya terdapat
perbedaan ras, agama, atau suku bangsa adalah kuat,golongan-golongan masyarakat lebih cenderung
untuk menyalurkan ikatan-ikatan terbatas (primodial) tadi dalam saru wadah saja.

Di dalam sistem demokrasi yang ada di Indonesia. Partai politik diselenggarakan dengan tujuan sebagai
berikut:

Partai sebagai sarana Komunikasi Politik[sunting | sunting sumber]

Partai politik mempunyai tugas adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan inspirasi masyarakat dan
mengatur daripada kesimpangsiuran pendapat dari masyarakat berkurang. Pendapat yang telah
disalurkan akan ditampung dan disatuikan agar tercipta kesamaan tujuan. Proses penggabungan
pendapat dan inspirasi tersebut dinamakan penggabungan kepentingan (interest aggregation). Sesudah
penggabungan tersebut

Di sisi lain partai politik juga sebagai bahan perbincangan dalam menyebarluaskan kebijakan-kebijakan
pemerintah. Di sisi ini politik sebagai wahana perantara anatara pemerintah dengan warga negara.
Dimana wahana ini berfungsi sebagai pendengar bagi pemerinytah dan sebagai pengeras suara bagi
masyarakat.

Partai sebagai sarana Sosialisasi Politik[sunting | sunting sumber]

Partai politik memiliki peranan yaitu sebagai sarana sosialisasi politik. Di dalam ilmu poltik, Sosialisasi
Politik diartikan sebagai proses melalaui mana seseorang memperoleh sikap dan orientsi terhadap
fenomena politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat di mana ia berada. Biasanya proses
sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari mssa kanak-kanak sampai dewasa.

Dalam hal ini partai politik sebagai salah satu sarana sosialisasi politik. Dalam menguasai pemerintah
melalui kemenangan dalam pemilihan umum, dan partai harus mendapat dukungan secara seluas-
luasnya.

Partai sebagai sarana Recruitment Politik[sunting | sunting sumber]

Partai politik juga berfungsi untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut dalam
kegiatan politik sebagai anggota partai (political recruitment). Dengan demikian partai turut memperluas
partisipasi politik. Caranya dengan melalui kotak pribadi, persuasi dan lain-lain. Dan partai politik juga,
berfungsi juga dalam mendidik kader-kader muda untuk menggantikan kader yang lama.

Partai sebagai sarana Pengatur Konflik[sunting | sunting sumber]

Dalam suasana demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat merupakan soal yang
wajar. Jika sampai terjadi konflik, partai politik berusaha dalam mengatasinya.

Struktur Partai Politik di Indonesia[sunting | sunting sumber]

Di bawah ini adalah beberapa penjabaran apa yang dimaksud dengan kelompok kepentingan, kelompok
elit, kelompok birokrasi dan massa.
Kelompok Kepentingan[sunting | sunting sumber]

Kelompok kepentingan (intrest group) adalah suatu kelompok yang mempunyai tujuan untuk
memperjuangkan “kepentingan” dan mempengaruhi lembaga-lembaga politik agar mendapatkan
keputusan yang menguntungkan atau menghindarkan keputusan yang merugikan.

Kelompok ini tidak berusaha untuk menempatkan wakil-wakilnya dalam dewan perwakilan rakyat,
melainkan cukup mempengaruhi satu atau beberapa partai di dalamnya atau instansi pemerintah atau
menteri yang berwenang.

Contohnya kelompok-kelompok

Kelompok Elit[sunting | sunting sumber]

Kelompok elit adalah kelompok yang terorganisisr yajgn anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-
nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuannya yaitu untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut
kedudukan politik, biasanya dengan cara konstitusional

Contohnya yaitu elit politik yang di dalamnya terdapat kader-kader yang nantinya akan dipilih melalui
pemilihan ketua umum partai. Pemilihan ini diikuti oleh anggota-anggota yang terdaftar di dalam partai
tersebut.

Kelompok Birokrasi[sunting | sunting sumber]

Suatu kelompok yang memiliki peranan dalam prroses terciptanya suatu kebijakan umum yang diambil
dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah yang keputusan itu sangat bermanfaat.

Contohnya Pembuatan SKCK yang prosesnya dimulai dari tingkata terkecil yaitu RT, RW dan dilanjutkan
Kelurahan sebelum SKCK dibuat di POLSEK ataupun POLRES.

Massa[sunting | sunting sumber]


Massa merupakan sekumpulan orang yang berpatisipasi dalam proses pemilihan pemimpin-pemimpin
politik dan turutn serta secara langsung atau tidak langsung dalam pembentukan kebijakan umum yang
merupakan tujuan dari terbentuknya partai politik.

Beberapa contoh gambaran aktifitas partai politik[sunting | sunting sumber]

Contoh misalnya dilingkungan sekolah, OSIS itu ibarat Parpol. Jika ada aspirasi ataupun masalah yang
dituntut siswa, misanya perbaikan fasilitas sekolah. Pada saat itu terjadi interaksi antara siswa dan OSIS
menmbahas mengenai kurangnya fasilitas sekolah. Selanjutnya OSIS menyampaikan aspirasi/tuntutan
siswa tadi kepada pihak sekolah. Interkasi antara siswa(masyarakat), OSIS (parpol) dan pihak sekolah
(pemerintah), merupakan suatu komunikasi. OSIS sebgai suatu sarana komunikasi antara pihak siswa dan
pihak sekolah. Dalam kehidupan politik suatu negara contoh tadi dapat diibaratkan para siswa itu
masyarakat, OSIS itu Parpol, dan pehak sekolah itu Pemerintah.

Contoh lain dilingkungan sekolah. OSIS akan mengganti ketua dan anggotanya karena masa jabatannya
sudah habis. Proses OSIS dalam mencari ketua dan anggota OSIS baru merupakan suatu proses
rekrutmen. Entah itu melalui penujukan dan penyeleksian ataupun melalui pemilihan. Sama hal nya
dengan Papol, parpol akan mencari, menyeleksi, dan mengangkat suatu anggota baru untuk menduduki
suatu jabatan partai atau di pemerintahan, ataupun untuk mewakili dalam pemilu.

Contoh di dalam masyarakat terjadi masalah mengenai naiknya harga BBM yang dilakukan oleh
pemerintah. Banyak terjadi demo menentang kebijakan tersebut. Dalam kasus ini parpol sebagai salah
satu perwakilan dalam masyarakat di badan pewakilan rakyat (DPR/DPRD), mengadakan dialog bersama
masyarakat mengenai kenaikan harga BBM tersebut. Parpol dalam hal ini berfungsi sebagai
mengendalikan konflik dengan cara menyampaikan kepada pemerintah guna mendapatkan suatu
putusan yang bijak mengenai kenaikan harga BBM tersebut.

Contoh lain, penyampaian program politik parpol pada acara kampanye menjelang pemilu. Hal tersebut
merupakan salah satu fungsi papol sebagai sarana sarana sosialisasi politik.

Peranan wanita dalam Partai Politik[sunting | sunting sumber]

Partai politik merupakan salah satu wadah di mana wanita bisa berkiprah dalam bidang politik atau
dengan kata lain untuk meningkatkan pemberdayaan politik perempuan.
Partisipasi perempuan dalam bidang politik di Indonesia secara umum memperlihatkan representasi
yang rendah dalam tingkatan pengambilan keputusan, baik di tingkat supra struktural politik (eksekutif,
legislatif dan yudikatif) dan infra struktural politik seperti partai politik dan kehidupan publik lainnya.
Demikian pula keterwakilan perempuan dalam kehidupan politik dalam arti jumlah. Menjadi pertanyaan
bagi kita apakah hal tersebut berkaitan dengan kualitas pihak perempuan dalam arti kurang mampu atau
berkaitan akses atau bahkan aturan hukum yang dibuat dikondisikan perempuan dalam posisi
termarginalkan.

Bila dicermati secara historis dan mendalam partisipasi perempuan di bidang politik selama ini hanya
terkesan memainkan peran sekunder sekadar dianggap sebagai pemanis atau penggembira, dan ini jelas-
jelas diindikasikan mencerminkan rendahnya pengetahuan mereka di bidang politik. Hal itu juga tidak
terlepas dari kecenderungan masyarakat di Indonesia yang patriarkis, perempuan dianggap sebagai
manusia kelas dua setelah laki-laki. Bahkan seringkali eksistensi perempuan dalam masyarakat tidak
dianggap. Perempuan bukanlah apa-apa dan bukan siapa-siapa.

Hal di atas juga tidak terlepas dari kebijakan hukum dari pejabat publik terhadap persoalan sensitivitas
atau kepedulian terhadap isu-isu perempuan seperti trafficking, kesehatan reproduksi, pelecehan
seksual, Tenaga Kerja Wanita (TKW), Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dll. serta keberpihakan dan
kepedulian pada persoalan tersebut rasa-rasanya memang bukan menjadi agenda utama bagi mereka
penentu kebijakan, melainkan ditempatkan pada wilayah yang marginal. Sebagai contoh misalnya dalam
kaitan pengaturan hukum dengan hak reproduksi begitu kontradiktif dengan kaum laki-laki, selama ini
ada anggapan terhadap perempuan bukanlah manusia yang memiliki martabat dan individualitas salah
satunya tampak pada pasal-pasal tentang aborsi. Larangan terhadap berbagai bentuk abortus provocatus
(kecuali untuk alasan kesehatan) menunjukkan bahwa begitu seorang perempuan hamil, ia tidak berhak
lagi atas rahimnya. Hal itu karena negara telah mengambil alih melalui hukum sehingga siapapun,
termasuk perempuan itu sendiri, yang berani menggugurkan janin akan berhadapan dengan aparatur
Negara (Donny Danardono, 2007: 151).

Dengan demikian laki-laki yang merasa mendapatkan keuntungan dari keadaan tersebut tidak jarang
mempergunakan dalil-dalil agama secara keliru untuk memperkuat dominasinya atas perempuan.
Padahal dikotomi pembagian dan pembedaan peran antara laki-laki dan perempuan oleh negara
tersebut justru mempertajam subordinasi kaum perempuan terhadap laki-laki, dan berakibat pada
lemahnya posisi perempuan, baik secara sosial, ekonomi, dan politis.

Secara yuridis sebenarnya Pemerintah Orde Baru telah mengakui dan meratifikasi kesetaraan jender
dalam Konvensi PBB tentang Hak-Hak Politik Perempuan dengan Undang-Undang Nomor 68 Tahun 1956
dan Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita dengan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1984. Tetapi dalam perjalanan sejarah bangsa ini usaha bagus untuk mengakui
kesetaraan jender tersebut tidak diikuti atau ditindaklanjuti dengan upaya-upaya lebih konkrit untuk
mengangkat derajat perempuan Indonesia. Akibatnya perempuan diabaikan hak atas kesetaraan dan
keadilan antara laki-laki dan perempuan (equality and equity), yaitu adanya persamaan hak dan
kesempatan, serta perlakuan di segala bidang dan segala kegiatan.

Peran perempuan dan laki-laki pada dasarnya sama, itu juga telah diamanatkan oleh konstitusi kita
Undang-undang Dasar Tahun 1945, pada penggalan Pasal 28D ayat 1 berbunyi “setiap orang berhak atas
perlakuan yang sama di hadapan hukum”. Itu berarti baik laki-laki maupun perempuan pada dasarnya
sama dihadapan hukum, berperan dalam politik, berpran dalam dunia pendidikan, berperan dalam dunia
kesehatan, dan berperan dalam bentuk apa pun pemi kemajuan dan keutuhan negara tercinta yakni
Negara Nesatuan Republik Indonesia. Lebih lanjut dalam Pasal 28D ayat (3) Undang-undang Dasar Tahun
1945 amandemen kedua mengamanatkan “setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang
sama dalam pemerintahan”. Pastilah kita kenal tokoh perempuan yang pertama menjadi Presiden
Perempuan di Indonesia, ia adalah Ibu Megawati Soekarnoputri, menteri juga banyak dari kalangan
perempuan, salahsatunya Ibu Siti Fadilah Supari, pernah menjadi Mentri Kesehatan Republik Indonesia,
ditingkat Pemerintah Provinsi, pemerintah Kabupaten, bahkan yang jadi Walikota dari kalangan
perempuan bisa dibilang banyak jumlahnya di Indonesia ini. Mengenai persamaan yang di amanahkan
Undang-undang Dasar Tahun 1945 ada juga di Pasal 28H ayat (2) yakni berbunyi “setiap orang berhak
mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama
guna mencapai persamaan dan keadilan”. Jadi, tidak ada yang bisa menyangkal bahwasannya permpuan
juga bisa berperan dalam berbagai bidang yang biasananya dilakukan para lelaki, karena itu semua sudah
dijamin dan di khidmad oleh konstitusi kita serta dalam kenyataannya juga telah terbukti.

Di dalam bingkai kehidupan sosial dan politik masyarakat Indonesia secara umum memberikan ruang
yang luas dan ramah bagi kaum perempuan untuk berkiprah dalam politik, termasuk menjadi pemimpin.
Bahkan kesempatan ini terus diberikan, termasuk penetapan kuota 30% perempuan di parlemen melalui
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dari perspektif historis, nampak
bahwa sepanjang sejarah Indonesia, pemimpin perempuan telah muncul silih-berganti. Rahim Ibu
Indonesia telah membuktikan diri sebagai rahim yang subur bagi lahirnya para pemimpin perempuan
terkemuka di bumi pertiwi, sungguh mulia jasamu pasa ibu, karena engan tangan lebutmu engkau rawat
anak-anak mu hingga besar dan berprestasi, karena dengan kasih sayang mu engkau didik anak-anakmu
jadi seorang pemimpin.

Adanya partai politik merupakan salah satu wujud partisipasi masyarakat yang penting dalam
mengembangkan kehidupan demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan, kesetaraan, kebersamaan,
dan kejujuran. Dalam artian menjunjung tinggi “kebebasan” dalam berucap, bersikap, berbuat,
bertingkah serta berpolitik. Menjunjung tinggi “kesetaraan” dalam bentuk apapun, termasuk kesetaraan
dalam mengambil bagian dan berkompetisi dalam dunia politik. Menjunjung tinggi kebersamaan dalam
membangun bangsa, agar bangsa indonesia menjadi bangsa yang besar, bangsa yang adil, bangsa yang
bermartabat serta menjadikan bangsa yang mandiri, bagian ini tidak hanya dilakukan oleh para laki-laki,
namun para perempuan pun harus turut andil di dalamnya. Menjunjung tinggi “kejujuran”, kejujuran itu
sangat-sangat tinggi nilainya di mata masyarakat, karena kalau kita telah jujur maka kita akan dipercayai
selamanya, para perempuan pasti telah mengenyam nilai-nilai kejujuran itu, karena hati dan jiwa
perempuan itu lembut dan selalu mengutamakan hati nurani dalam setiap tingkah-lakunya.

Partai politik di Indonesia juga merupakan jenjang untuk seseorang menjadi anggota parlemen. Dari 500
orang anggota DPR 50 orang adalah wanita; FPP terdapat 4 orang wanita dari 60 orang anggota, FKP ada
12 orang wanita sedangkan FPDI terdapat 6 orang dari 56 anggota.

Aisyah Amini, ketua komisi I DPR-RI dan merupakan Anggota DPR dari FPP menyatakan bahwa kegiatan
politik adalah untuk mendukung dan memperjuangkan idealisme, bukan untuk mencari penghidupan.
Politik adalah suatu bidang pengabdian untuk memperjuangkan cita-cita. Persaingan dalam dunia politik
amat keras, tetapi mempunyai kenikmatan tersendiri karena bisa menyentuh banyak orang. Dia juga
mengatakan bahwa dalam PPP berpolitik itu adalah ibadah. PPP pun tidak membatasi seorang wanita
untuk menjadi anggota, pengurus, sekretaris atau ketua. Namun budaya masyarakat yang masih
menganggap pria lebih pantas berada dalam posisi top harus diperhatikan.

Adapun pandangan dia tentang keseganan orang memasuki partai politik adalah karena orang yang
masuk partai akan mengalami banyak kesulitan.

Megawati Soekarnoputri yang pernah menjabat Ketua Umum DPP PDI mempunyai obsesi berjuang
untuk membuat wong cilik dapat tersenyum. Senyum bahagia. Dengan demikian perbaikan kepentingan
rakyat banyak harus diperjuangkan. Menurutnya kepentingan rakyat banyak dalam totalitasnya
mencakup kesejahteraan, memelihara dan menjaga hak asasinya dan kehidupan dalam demokrasi,
memerangi kemiskinan dan mengatasi pengangguran merupakan upaya nyata (?) untuk
memperjuangkan kepentingan rakyat banyak. Memperjuangkan perbaikan nasib dari para petani, buruh
dan nelayan dan kaum berekonomi lemah lainnya merupakan bukti nyata dari kepekaan atas
kepentingan rakyat banyak.

Partai Politik Rural Urban (Migran)[sunting | sunting sumber]


Terminologi urban (migran) biasanya merujuk pada wilayah dan sistem mata pencarian penduduk.
Perdagangan, industrialisasi, kosmopolitanisme (etnis yang membaur unsure primordialismenya), kerja
berdasar kontrak, merupakan beberapa cirri dari masyarakat urban. Sementara, masyarakat rural
dicirikan dengan masih berlangsungnya sistem mata pencarian subsisten (pertanian, peternakan,
perkebunan, perikanan), hubungan komunalistik, kepemilikan sendiri alat produksi, ataupun
pembentukan institusi sosial berdasar kekerabatan.

Lewat terminologi di atas, kategorisasi rural – urban tidak melulu diterapkan antara Jawa – NonJawa.
Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Makassar, BanjarMasin, ataupun Surabaya dapat
dimasukkan ke dalam kategori wilayah urban (kota). Sementara wilayah Gunung Kidul, Blambangan,
Brebes, kendati berada di pulau Jawa masih dapat dikategorikan wilayah rural. Indonesia sendiri cukup
bervariasi dalam hal wilayah rural dan urban ini. Perbedaan-perbedaan ini membuat partai-partai politik
dengan berbagai isu beda dapat tumbuh di hampir aneka wilayah Indonesia.

Pendidikan Politik di lingkungan Akademis[sunting | sunting sumber]

Pendidikan kewarganegaraan (citizenship education) memiliki peran penting dalam suatu kehidupan
berbangsa dan bernegara. Menurut William Galston, pendidikan kewarganegaraan per definsi adalah
pendidikan_di dalam dan demi_ tatanan politik yang ada (Felix Baghi, 2009). Pendidikan
kewarganegaraan adalah bentuk pengemblengan individu-individu agar mendukung dan memperkokoh
komunitas politiknya sepanjang komunitas politik itu adalah hasil kesepakatan. Pendidikan
kewarganegaraan suatu negara akan senantiasa dipengaruhi oleh nilai-nilai dan tujuan pendidikan
(educational values and aims) sebagai faktor struktural utama (David Kerr, 1999). Pendidikan
kewarganegaraan bukan semata-mata membelajarkan fakta tentang lembaga dan prosedur kehidupan
politik tetapi juga persoalan jatidiri dan identitas suatu bangsa (Kymlicka, 2001).

Berdasar hal di atas, pendidikan kewarganegaraan di Indonesia juga berkontiribusi penting dalam
menunjang tujuan bernegara Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan secara sistematik adalah dalam
rangka perwujudan fungsi dan tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945
Pendidikan kewarganegaraan berkaitan dan berjalan seiring dengan perjalanan pembangunan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pendidikan kewarganegaraan merupakan bagian integral dari ide,
instrumentasi, dan praksis kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia (Udin
Winataputra, 2008). Bahkan dikatakan, pendidikan nasional kita hakikatnya adalah pendidikan
kewarganegaraan agar dilahirkan warga negara Indonesia yang berkualitas baik dalam disiplin sosial dan
nasional, dalam etos kerja, dalam produktivitas kerja, dalam kemampuan intelektual dan profesional,
dalam tanggung jawab kemasyarakatan, kebangsaan, kemanusiaan serta dalam moral, karakter dan
kepribadian (Soedijarto, 2008).
Pendidikan kewarganegaraan di manapun pada dasarnya bertujuan membentuk warga negara yang baik
(good citizen) (Somantri, 2001; Aziz Wahab, 2007; Kalidjernih, 2010). Namun konsep “warga negara yang
baik” berbeda-beda dan sering berubah sejalan dengan perkembangan bangsa yang bersangkutan.
Dalam konteks tujuan pendidikan nasional dewasa ini, warga negara yang baik yang gayut dengan
pendidikan kewarganegaraan adalah warga negara yang demokratis bertanggung jawab (Pasal 3) dan
warga negara yang memiliki semangat kebangsaan dan cinta tanah air (pasal 37 Undang-Undang No 20
Tahun 2003). Dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia adalah
membentuk warga negara yang demokratis bertanggung jawab, memiliki semangat kebangsaan dan
cinta tanah air.

Pendidikan kewarganegaraan merupakan bidang yang lintas keilmuan (Udin Winataputra, 2001) atau
bidang yang multidisipliner (Sapriya, 2007). Sebagai bidang yang multidimensional, pendidikan
kewarganegaraan dapat memuat sejumlah fungsi antara lain; sebagai pendidikan politik, pendidikan
hukum dan pendidikan nilai (Numan Somantri, 2001); pendidikan demokrasi (Udin Winataputra, 2001);
pendidikan nilai, pendidikan demokrasi, pendidikan moral dan pendidikan Pancasila (Suwarma, 2006),
pendidikan politik hukum kenegaraan berbangsa dan bernegara NKRI, sebagai pendidikan nilai moral
Pancasila dan Konstitusi NKRI, pendidikan kewarganegaraan (citizenship education) NKRI dan sebagai
pendidikan kewargaan negara (civic education) NKRI (Kosasih Djahiri, 2007); dan sebagai pendidikan
demokrasi, pendidikan karakter bangsa, pendidikan nilai dan moral, pendidikan bela negara, pendidikan
politik, dan pendidikan hukum (Sapriya, 2007). Fungsi yang berbeda-beda tersebut sejalan dengan
karakteristik “warga negara yang baik” yang hendak diwujudkan.

Selain memuat beragam fungsi, pendidikan kewarganegaraan memiliki 3 domain/ dimensi atau wilayah
yakni sebagai program kurikuler, program sosial kemasyarakatan dan sebagai program akademik (Udin
Winataputra, 2001; Sapriya, 2007). Pendidikan kewarganegaraan sebagai program kurikuler adalah
pendidikan kewarganegaraan yang dilaksanakan di sekolah atau dunia pendidikan yang mencakup
program intra, ko dan ekstrakurikuler. Sebagai program kurikulum khususnya intra kurikuler, pendidikan
kewarganegaraan dapat diwujudkan dengan nama pelajaran yang berdiri sendiri (separated) atau
terintegrasi dengan mata pelajaran yang lain (integratied). Sebagai program sosial kemasyarakatan
adalah pendidikan kewarganegaraan yang dijalankan oleh dan untuk masyarakat. Pendidikan
kewarganegaraan sebagai program akademik adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan komunitasnya guna
memperkaya body of knowledge pkn itu sendiri.

Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai tradisional. Istilah ini berasal dari
bahasa Latin, conservāre, melestarikan; "menjaga, memelihara, mengamalkan". Karena berbagai budaya
memiliki nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda, kaum konservatif di berbagai kebudayaan
mempunyai tujuan yang berbeda-beda pula. Sebagian pihak konservatif berusaha melestarikan status
quo, sementara yang lainnya berusaha kembali kepada nilai-nilai dari zaman yang lampau, the status quo
ante.

Samuel Francis mendefinisikan konservatisme yang otentik sebagai “bertahannya dan penguatan orang-
orang tertentu dan ungkapan-ungkapan kebudayaannya yang dilembagakan.”[1] Roger Scruton
menyebutnya sebagai “pelestarian ekologi sosial” dan “politik penundaan, yang tujuannya adalah
mempertahankan, selama mungkin, keberadaan sebagai kehidupan dan kesehatan dari suatu organisme
sosial.”[2]

Daftar isi [sembunyikan]

1 Perkembangan pemikiran

1.1 Eropa

1.2 Tiongkok

2 Lihat pula

3 Referensi

3.1 Bacaan lebih lanjut

4 Pranala luar

Perkembangan pemikiran[sunting | sunting sumber]

Konservatisme belum pernah, dan tidak pernah bermaksud menerbitkan risalat-risalat sistematis seperti
Leviathan karya Thomas Hobbes atau Dua Risalat tentang Pemerintahan karya Locke. Akibatnya, apa
artinya menjadi seorang konservatif pada masa sekarang seringkali menjadi pokok perdebatan dan topik
yang dikaburkan oleh asosiasi dengan bermacam-macam ideologi atau partai politik (dan yang seringkali
berlawanan). R.J. White pernah mengatakannya demikian:

"Menempatkan konservatisme di dalam botol dengan sebuah label adalah seperti berusaha mengubah
atmosfer menjadi cair … Kesulitannya muncul dari sifat konservatisme sendiri. Karena konservatisme
lebih merupakan suatu kebiasaan pikiran, cara merasa, cara hidup, daripada sebuah doktrin politik."[3]

Meskipun konservatisme adalah suatu pemikiran politik, sejak awal, ia mengandung banyak alur yang
kemudian dapat diberi label konservatif, baru pada Masa Penalaran, dan khususnya reaksi terhadap
peristiwa-peristiwa di sekitar Revolusi Perancis pada 1789, konservatisme mulai muncul sebagai suatu
sikap atau alur pemikiran yang khas. Banyak orang yang mengusulkan bahwa bangkitnya kecenderungan
konservatif sudah terjadi lebih awal, pada masa-masa awal Reformasi, khususnya dalam karya-karya
teolog Anglikan yang berpengaruh, Richard Hooker – yang menekankan pengurangan dalam politik demi
menciptakan keseimbangan kepentingan-kepentingan menuju keharmonisan sosial dan kebaikan
bersama. Namun baru ketika polemic Edmund Burke muncul - Reflections on the Revolution in France -
konservatisme memperoleh penyaluran pandangan-pandangannya yang paling berpengaruh.

Edmund Burke (1729-1797)

Negarawan Inggris-Irlandia Edmund Burke, yang dengan gigih mengajukan argumen menentang Revolusi
Perancis, juga bersimpati dengan sebagian dari tujuan-tujuan Revolusi Amerika. Tradisi konservatif klasik
ini seringkali menekankan bahwa konservatisme tidak mempunyai ideologi, dalam pengertian program
utopis, dengan suatu bentuk rancangan umum. Burke mengembangkan gagasan-gagasan ini sebagai
reaksi terhadap gagasan 'tercerahkan' tentang suatu masyarakat yang dipimpin oleh nalar yang abstrak.
Meskipun ia tidak menggunakan istilah ini, ia mengantisipasi kritik terhadap modernisme, sebuah istilah
yang pertama-tama digunakan pada akhir abad ke-19 oleh tokoh konservatif keagamaan Belanda
Abraham Kuyper. Burke merasa terganggu oleh Pencerahan, dan sebaliknya menganjurkan nilai tradisi.

Sebagian orang, kata Burke, tidak cukup mempunyai nalar dibandingkan orang lain, dan karena itu
sebagian dari mereka akan menciptakan pemerintahan yang lebih buruk daripada yang lainnya bila
mereka benar-benar mengandalkan nalar. Bagi Burke, rumusan yang semestinya tentang pemerintahan
tidak diperoleh dari abstraksi seperti "Nalar," melainkan dari perkembangan negara sesuai dengan apa
yang dihargai zaman dan lembaga-lembaga penting masyarakat lainnya seperti keluarga dan Gereja.

Meskipun secara nominal Konservatif, Disraeli bersimpati dengan beberapa tuntutan dari kaum Chartis
dan membela aliansi antara kaum bangsawan yang bertanah dengan kelas pekerjaan dalam menghadapi
kekuatan kelas menengah yang meningkat. Ia membantu pembentukan kelompok Inggris Muda pada
1842 untuk mempromosikan pandangan bahwa yang kaya harus menggunakan kekuasaan mereka untuk
melindungi yang miskin dari eksploitasi oleh kelas menengah. Perubahan Partai Konservatif menjadi
suatu organisasi massa modern dipercepat oleh konsep tentang "Demokrasi Tory " yang dihubungkan
dengan Lord Randolph Churchill.
Sebuah koalisi Liberal-Konservatif pada masa Perang Dunia I berbarengan dengan bangkitnya Partai
Buruh, mempercepat runtuhnya kaum Liberal pada 1920-an. Setelah Perang Dunia II, Partai Konservatif
membuat konsesi-konsesi bagi kebijakan-kebijakan sosialis kaum Kiri. Kompromi ini adalah suatu langkah
pragmatis untuk memperoleh kembali kekuasaan, tetapi juga sebagai akibat dari sukses-sukses awal dari
perencanaan sentral dan kepemilikan negara yang menciptakan suatu consensus lintas-partai. Hal ini
dikenal sebagai 'Butskellisme', setelah kebijakan-kebijakan Keynesian yang hampir identik dari Rab Butler
atas nama kaum Konservatif, dan Hugh Gaitskell untuk Partai Buruh.

Namun demikian, pada 1980-an, di bawah pimpinan Margaret Thatcher, dan pengaruh Sir Keith Joseph,
Partai ini kembali ke gagasan-gagasan ekonomi liberal klasik, dan swastanisasi dari banyak perusahaan
negara pun diberlakukan. Untuk pembahasan lebih terinci, lihat Sejarah Partai Konservatif.

Warisan Thatcher bersifat campuran. Sebagian komentator menyatakan bahwa ia menghancurkan


konsensus tradisional dan filosofi Partai, dan, dengan melakukan hal itu, menicptakan suatu situasi di
mana public tidak benar-benar tahu nilai-nilai apa yang dipegang oleh Partai. Kini Partai Konservatif sibuk
mencoba mencari jati dirinya kembali.

Eropa[sunting | sunting sumber]

Di bagian-bagian lain dari Eropa, konservatisme arus utama seringkali diwakili oleh partai-partai Kristen
Demokrat. Mereka membentuk faksi besar Partai Rakyat Eropa di Parlemen Eropa. Asal-usul partai-partai
ini umumnya adalah partai-partai Katolik dari akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, dan ajaran sosial
Katolik seringkali menjadi inspirasi awal mereka. Setelah bertahun-tahun, konservatisme pelan-pelan
menjadi inspirasi ideologis utama mereka, dan mereka umumnya menjadi kurang Katolik. CDU, partai
saudaranya di Bavaria Uni Sosial Kristen (CSU), dan Imbauan Kristen Demokrat (CDA) di Belanda adalah
partai-partai Protestan-Katolik.

Di negara-negara Nordik, konservatisme diwakili dalam partai-partai konservatif liberal seperti Partai
Moderat di Swedia dan Partai Rakyat Konservatif di Denmark. Secara domestik, partai-partai ini
umumnya mendukung kebijakan-kebijakan yang berorientasi pasar, dan biasanya memperoleh dukungan
dari komunitas bisnis serta kaum profesional kerah putih. Secara internasional, mereka umumnya
mendukung Uni Eropa dan pertahanan yang kuat. Pandangan-pandangan mereka tentang masalah-
masalah sosial cenderung lebih liberal daripada, misalnya, Partai Republik Amerika Serikat.
Konservatisme sosial di negara-negara Nordik seringkali ditemukan dalam partai-partai Kristen Demokrat
mereka. Di beberapa negara Nordik, partai-partai populis sayap kanan telah memperoleh dukungan
sejak 1970-an. Politik mereka telah dipusatkan pada pemotongan pajak, pengurangan imigrasi, dan
undang-undang yang lebih keras dan kebijakan-kebijakan ketertiban.
Pada umumnya, orang dapat mengkclaim bahwa kaum konservatif Eropa cenderung untuk lebih moderat
dalam berbagai isu sosial dan ekonomi, daripada konservatif Amerika. Mereka cenderung cukup
bersahabat dengan tujuan-tujuan negara kesejahteraan, meskipun mereka juga prihatin dengan
lingkungan bisnis yang sehat. Namun demikian, beberapa kelompok cenderung lebih mendukung
agenda-agenda libertarian atau laissez-faire yang lebih konservaitf, khususnya di bawah pengaruh
Thatcherisme. Kelompok-kelompok konservatif Eropa sering memandang diri mereka sebagai pengawal-
pengawal prudence, moderasi, pengalaman-pengalaman histories yang sudah teruji, dibandingkan
dengan radikalisme dan eksperimen-eksperimen sosial. Persetujuan dari budaya tinggi dan lembaga-
lembaga politik yang mapan seperti monarki ditemukan dalam konservatisme Eropa. Kelompok-
kelompok konservatif arus utama seringkali adalah pendukung-pendukung gigih Uni Eropa. Namun
demikian, orang juga dapat menemukan pula unsur-unsur nasionalisme di banyak negara. tradisional

Konservatisme Bangsa Lama

Thatcherisme

Gaullisme

Tiongkok[sunting | sunting sumber]

Di Tiongkok konservatisme didasarkan pada ajaran-ajaran Kong Hu Cu. Kong Hu Cu yang hidup pada
masa kekacauan dan peperangan antara berbagai kerajaan, banyak menulis tentang pentingnya keluarga,
kestabilan sosial, dan ketaatan terhadap kekuasaan yang adil. Gagasan-gagasannya terus menyebar di
masyarakat Tiongkok. Konservatisme Tiongkok yang tradisional yang diwarnai oleh pemikiran Kong Hu Cu
telah muncul kembali pada tahun-tahun belakangan ini, meskipun selama lebih dari setengah abad
ditekan oleh pemerintahan Marxis-Leninis yang otoriter.

Setelah kematian Mao pada 1976, tiga faksi berebutan untuk menggantikannya: kaum Maois garis keras,
yang ingin melanjutkan mobilisasi revolusioner; kaum restorasionis, yang menginginkan Tiongkok
kembali ke model komunisme Soviet; dan para pembaharu, yang dipimpin oleh Deng Xiaoping, yang
berharap untuk mengurangi peranan ideology dalam pemerintahan dan merombak ekonomi Tiongkok.

Nilai-nilai Tiongkok yang tradisional telah muncul dengan cukup kuat, meskipun lama ditekan oleh rezim
komunis yang revolusioner. Saat ini, Partai Komunis Tiongkok dikelola oleh para teknokrat, yang
mengusahakan stabilitas dan kemajuan ekonomi, sementara menindas kebebasan berbicara dan agama.
Partai dilihat oleh sebagian orang sebagai penerima Mandat Surgawi, sebuah gagasan Tiongkok
tradisional. Partai Komunis menjinakkan dirinya sendiri dan tidak lagi secara konsisten menganjurkan
teori Marxis yang revolusioner, dan sebaliknya berpegang pada fleksibilitas ideologist teologi yang
konsisten dengan ucapan Deng Xiaoping, yakni mencari kebenaran di antara fakta.

Cinta tanah air dan kebanggaan nasional telah muncul kembali seperti halnya pula tradisionalisme.
Nasionalisme Tiongkok cenderung mengagung-agungkan negara Tiongkok yang sangat tersentralisasi dan
kuat. Pemerintah berusaha untuk memenangkan dan mempertahankan kesetiaan warga negaranya serta
orang-orang Tiongkok yang baru-baru ini pindah ke luar negeri. Sebuah buku laris baru-baru ini China
Can Say No mengungkapkan sebuah sentiment yang mendukung sebuah cara Tiongkok yang unik yang,
dengan terus terang, tidak perlu melibatkan norma-norma Amerika, seperti individualisme dan
liberalisme Barat. Selain itu, nasionalisme Tiongkok masih mungkin akan berkembang, karena generasi
para pemimpin Tiongkok akan bertumbuh dalam lingkungan yang dipenuh dengan semangat
nasionalisme.

Sejak 1990-an, telah muncul gerakan neo-konservatif di Tiongkok (tidak ada kaitannya dengan gerakan
neo-konservatif di AS)

Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara
(dalam bahasa Inggris nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok
manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam mewujudkan kepentingan nasional, dan
nasionalisme juga rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari internal maupun eksternal.

Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa "kebenaran politik" (political
legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu "identitas budaya", debat liberalisme yang
menanggap kebenaran politik adalah bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu.

Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot. Ikatan ini terjadi
saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat itu,
naluri mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan
negerinya, tempatnya hidup dan menggantungkan diri. Dari sinilah cikal bakal tubuhnya ikatan ini, yang
notabene lemah dan bermutu rendah. Ikatan ini pun tampak pula dalam dunia hewan saat ada ancaman
pihak asing yang hendak menyerang atau menaklukkan suatu negeri. Namun, bila suasananya aman dari
serangan musuh dan musuh itu terusir dari negeri itu, sirnalah kekuatan ini.
Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan ketentaraan yang
berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan, seperti yang dinyatakan di bawah. Para
ilmuwan politik biasanya menumpukan penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem seperti
naziisme, pengasingan dan sebagainya.

Beberapa bentuk dari nasionalisme[sunting | sunting sumber]

Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham negara atau gerakan (bukan negara)
yang populer berdasarkan pendapat warganegara, etnis, budaya, keagamaan dan ideologi. Kategori
tersebut lazimnya berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan sebahagian atau
semua elemen tersebut.

Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme di mana negara
memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya, "kehendak rakyat"; "perwakilan politik".
Teori ini mula-mula dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahan-bahan tulisan. Antara
tulisan yang terkenal adalah buku berjudul Du Contract Sociale (atau dalam Bahasa Indonesia "Mengenai
Kontrak Sosial").

Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari
budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann Gottfried von Herder, yang
memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman untuk "rakyat").

Nasionalisme romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas) adalah lanjutan dari
nasionalisme etnis di mana negara memperoleh kebenaran politik secara semulajadi ("organik") hasil
dari bangsa atau ras; menurut semangat romantisme. Nasionalisme romantik adalah bergantung kepada
perwujudan budaya etnis yang menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk
konsep nasionalisme romantik. Misalnya "Grimm Bersaudara" yang dinukilkan oleh Herder merupakan
koleksi kisah-kisah yang berkaitan dengan etnis Jerman.

Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari
budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna kulit, ras dan sebagainya. Contoh yang
terbaik ialah rakyat Tionghoa yang menganggap negara adalah berdasarkan kepada budaya. Unsur ras
telah dibelakangkan di mana golongan Manchu serta ras-ras minoritas lain masih dianggap sebagai
rakyat negara Tiongkok. Kesediaan dinasti Qing untuk menggunakan adat istiadat Tionghoa
membuktikan keutuhan budaya Tionghoa. Malah banyak rakyat Taiwan menganggap diri mereka
nasionalis Tiongkok sebab persamaan budaya mereka tetapi menolak RRC karena pemerintahan RRT
berpaham komunisme.

Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan


nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak
universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip
masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah 'national state' adalah suatu argumen yang ulung,
seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contoh biasa ialah Nazisme, serta
nasionalisme Turki kontemporer, dan dalam bentuk yang lebih kecil, Franquisme sayap-kanan di Spanyol,
serta sikap 'Jacobin' terhadap unitaris dan golongan pemusat negeri Perancis, seperti juga nasionalisme
masyarakat Belgia, yang secara ganas menentang demi mewujudkan hak kesetaraan (equal rights) dan
lebih otonomi untuk golongan Fleming, dan nasionalis Basque atau Korsika. Secara sistematis, bilamana
nasionalisme kenegaraan itu kuat, akan wujud tarikan yang berkonflik kepada kesetiaan masyarakat, dan
terhadap wilayah, seperti nasionalisme Turki dan penindasan kejamnya terhadap nasionalisme Kurdi,
pembangkangan di antara pemerintahan pusat yang kuat di Spanyol dan Perancis dengan nasionalisme
Basque, Catalan, dan Corsica.

Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh legitimasi politik dari
persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan
nasionalisme keagamaan. Misalnya, di Irlandia semangat nasionalisme bersumber dari persamaan
agama mereka yaitu Katolik; nasionalisme di India seperti yang diamalkan oleh pengikut partai BJP
bersumber dari agama Hindu.

Namun, bagi kebanyakan kelompok nasionalis agama hanya merupakan simbol dan bukannya motivasi
utama kelompok tersebut. Misalnya pada abad ke-18, nasionalisme Irlandia dipimpin oleh mereka yang
menganut agama Protestan. Gerakan nasionalis di Irlandia bukannya berjuang untuk memartabatkan
teologi semata-mata. Mereka berjuang untuk menegakkan paham yang bersangkut paut dengan Irlandia
sebagai sebuah negara merdeka terutamanya budaya Irlandia. Justru itu, nasionalisme kerap dikaitkan
dengan kebebasan.

Fasisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Broom icon.svg

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia


Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah
dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Question book-new.svg

Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Bantu
perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat
dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus.

Bagian dari seri

Fasisme

Fasces

Prinsip inti[tampilkan]

Topik[tampilkan]

Ide[tampilkan]

Tokoh[tampilkan]

Literatur[tampilkan]

Organisasi[tampilkan]

Sejarah[tampilkan]

Daftar[tampilkan]

Topik terkait[tampilkan]

Potal fasisme

Portal politik

lbs

Mussolini dan Hitler, penganut fasisme.

Fasisme adalah gerakan radikal ideologi nasionalis otoriter politik. Fasis berusaha untuk mengatur
bangsa menurut perspektif korporatis, nilai, dan sistem, termasuk sistem politik dan ekonomi. Mereka
menganjurkan pembentukan partai tunggal negara totaliter yang berusaha mobilisasi massa suatu
bangsa dan terciptanya "manusia baru" yang ideal untuk membentuk suatu elit pemerintahan melalui
indoktrinasi, pendidikan fisik, dan termasuk eugenika kebijakan keluarga. Fasis percaya bahwa bangsa
memerlukan kepemimpinan yang kuat, identitas kolektif tunggal, dan kemampuan untuk melakukan
kekerasan dan berperang untuk menjaga bangsa yang kuat. pemerintah Fasis melarang dan menekan
oposisi terhadap negara.

Fasisme didirikan oleh sindikalis nasional Italia dalam Perang Dunia I yang menggabungkan sayap kiri dan
sayap kanan pandangan politik, tapi condong ke kanan di awal 1920-an. Para sarjana umumnya
menganggap fasisme berada di paling kanan.

Fasis meninggikan kekerasan, perang, dan militerisme sebagai memberikan perubahan positif dalam
masyarakat, dalam memberikan renovasi spiritual, pendidikan, menanamkan sebuah keinginan untuk
mendominasi dalam karakter orang, dan menciptakan persaudaraan nasional melalui dinas militer . Fasis
kekerasan melihat dan perang sebagai tindakan yang menciptakan regenerasi semangat, nasional dan
vitalitas.

Fasisme adalah anti-komunisme, anti-demokratis, anti-individualis, anti-liberal, anti-parlemen, anti-


konservatif, anti-borjuis dan anti-proletar, dan dalam banyak kasus anti-kapitalis Fasisme. menolak
konsep-konsep egalitarianisme, materialisme, dan rasionalisme yang mendukung tindakan, disiplin,
hirarki, semangat, dan keinginan. Dalam ilmu ekonomi, fasis menentang liberalisme (sebagai gerakan
borjuis) dan Marxisme (sebagai sebuah gerakan proletar) untuk menjadi eksklusif ekonomi berbasis kelas
gerakan Fasis ini. Ideologi mereka seperti yang dilakukan oleh gerakan ekonomi trans-kelas yang
mempromosikan menyelesaikan konflik kelas ekonomi untuk mengamankan solidaritas nasional Mereka
mendukung, diatur multi-kelas, sistem ekonomi nasional yang terintegrasi.

Daftar isi [sembunyikan]

1 Etimologi

2 Definisi

2.1 Posisi dalam spektrum politik

2.2 Sudut pandang kontemporer luar

2.3 fasis sebagai julukan

2.4 Digunakan dalam dan terhadap Komunisme

3 Sejarah penyebab dan pengembangan

3.1 Fusi nasionalisme dan Sorelianisme serta pemecahan terakhir (1907-1914)


3.2 Perang Dunia I dan pendirian Fasisme (1914-1920)

3.3 Bergeser ke kanan dan konsolidasi politik (1920-1922)

3.4 Gelombang fasisme Internasional dan Perang Dunia II (1929-1945)

4 Asal Ideologi

5 Lihat pula

6 Rujukan

6.1 Primary sources

6.2 Secondary sources

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Fascismo adalah istilah yang berasal dari kata Latin "fases" (ejaan Romawi: fasces). Fases, yang terdiri
dari serumpun batang yang diikatkan di kapak, adalah simbol otoritas hakim sipil Romawi kuno. Mereka
dibawa oleh para liktor dan dapat digunakan untuk hukuman fisik dan modal berdasarkan perintah-Nya.
Kata fascismo juga terkait dengan organisasi politik di Italia dikenal sebagai fasci, kelompok mirip dengan
serikat kerja atau sindikat.

Simbolisme fases menyarankan kekuatan melalui kesatuan: sebuah batang tunggal adalah mudah patah,
sedangkan rumpunan akan sulit untuk mengalami perpecahan. Simbol serupa dikembangkan oleh
gerakan fasis yang berbeda. Misalnya simbol Falange yang berbentuk sekelompok anak panah yang
bergabung bersama oleh sebuah kuk.

Definisi[sunting | sunting sumber]

Sejarawan, ilmuwan politik dan para sarjana lainnya kaya lama diperdebatkan sifat yang tepat dari
fasisme. Setiap bentuk fasisme adalah berbeda, meninggalkan banyak definisi terlalu lebar atau sempit.
Sejak 1990-an, para sarjana termasuk Stanley Payne, Roger Eatwell, Roger Griffin dan Robert O. Paxton
telah mengumpulkan sebuah konsensus kasar pada prinsip-prinsip inti ideologi. Untuk Griffin, fasisme
adalah "bentuk, benar-benar revolusioner trans-kelas anti-liberal, dan dalam analisis terakhir,
nasionalisme anti-konservatif" dibangun di berbagai kompleks pengaruh teoritis dan budaya. Ia
membedakan periode antar-perang yang terwujud dalam elit yang dipimpin tapi populis "bersenjata
partai" politik menentang sosialisme dan liberalisme dan politikradikal yang menjanjikan untuk
menyelamatkan bangsa dari dekadensi.
Paxton melihat fasisme sebagai "keasyikan obsesif dengan penurunan masyarakat, penghinaan atau
menjadi korban dan dengan kultus-kultus kompensasi persatuan, energi dan kemurnian". Dalam
interpretasi Paxton's, fasis adalah "militan nasionalis berkomitmen", bekerja gelisah bersama elit
tradisional dan meninggalkan kebebasan demokratis dalam mengejar "pembersihan internal" atau
perluasan wilayah. Salah satu definisi umum fasisme berfokus pada tiga kelompok ide: negations fasis
yang anti-liberalisme, anti-komunisme dan anti-konservatisme, nasionalis, otoriter tujuan untuk
menciptakan struktur ekonomi yang diatur untuk mengubah hubungan sosial dalam modern, self-
ditentukan budaya;. estetika politik menggunakan simbolisme romantis, mobilisasi massa, pandangan
positif kekerasan, promosi maskulinitas dan pemuda dan kepemimpinan karismatik.atau juga bisa di
sebut fasisme sebagai sebuah sistem filsafatt

Posisi dalam spektrum politik[sunting | sunting sumber]

Fasisme biasanya digambarkan sebagai ideologi yang dinempatkan pada spektrum politik konvensional
kiri-kanan. Ada sebuah konsensus ilmiah bahwa fasisme dipengaruhi oleh baik kiri dan kanan, konservatif
dan anti -konservatif, nasional dan supranasional, rasional dan anti-rasional. Sejumlah sejarawan telah
dianggap fasisme baik sebagai doktrin sentris revolusioner, sebagai sebuah doktrin yang Mixes filsafat kiri
dan kanan, atau sebagai kedua hal tersebut.

Ada faksi dalam Fasisme Italia pada kedua sisi kiri dan kanan. Akomodasi hak politik menjadi Fasisme di
awal 1920-an menyebabkan terciptanya sejumlah faksi internal dalam gerakan Fasis Italia. "Kiri Fasis"
termasuk Angelo Oliviero Olivetti, Sergio Panunzio, dan Edmondo Rossoni, yang berkomitmen untuk
memajukan sindikalisme nasional sebagai pengganti liberalisme parlemen dalam rangka untuk
memodernisasi ekonomi dan memajukan kepentingan pekerja dan masyarakat umum. Yang "benar
Fasis" termasuk anggota paramiliter fasis "Squadristi" dan mantan anggota Asosiasi Nasionalis Italia (ANI)
Squadristi ingin mendirikan fasisme sebagai sebuah kediktatoran lengkap,. sedangkan ANI mantan
anggota, termasuk Alfredo Rocco , mencari negara korporatis otoriter untuk menggantikan negara liberal
di Italia, sementara tetap mempertahankan elite yang ada. Ada faksi-faksi juga lebih kecil di dalam
gerakan Fasis Italia, seperti "Fasis ulama" yang berusaha untuk mengalihkan fasisme Italia dari anti- akar
Katolik untuk menerima Katolik. Ada juga "Fasis monarki" yang berusaha untuk menggunakan fasisme
untuk membuat sebuah monarki absolut di bawah Raja Victor Emmanuel III dari Italia.

Sejumlah gerakan fasis menggambarkan diri mereka sebagai "kekuatan ketiga" di luar spektrum politik
tradisional Mussolini dipromosikan. Ambiguitas tentang posisi fasisme dalam rangka untuk rally banyak
orang itu mungkin, mengatakan fasis dapat "bangsawan atau demokrat, revolusioner dan reaksioner,
kaum proletar dan anti-proletarian, pasifis dan anti-pasifis ". Mussolini menyatakan sistem ekonomi yang
Fasisme Italia korporatisme dapat diidentifikasi sebagai kapitalisme negara atau sosialisme negara, yang
dalam kedua kasus terlibat" birokratisasi dari kegiatan ekonomi bangsa "dijelaskan. Mussolini fasisme
dalam bahasa apapun ia menemukan berguna. Spanyol Falangist pemimpin José Antonio Primo de
Rivera adalah kritis dari kedua politik sayap kiri dan sayap kanan, sekali mengatakan bahwa "pada
dasarnya Hak berdiri untuk memelihara struktur ekonomi, meskipun salah satu yang tidak adil,
sedangkan Waktu singkatan dari upaya untuk menumbangkan bahwa struktur ekonomi, meskipun
subversi daripadanya akan memerlukan penghancuran banyak hal yang bermanfaat".

Sudut pandang kontemporer luar[sunting | sunting sumber]

Awalnya fasisme dan Fasis Italia pada khususnya sangat populer di dunia, sampai Perang Dunia II dan
kekalahan kekuatan Poros. Winston Churchill mendukung rezim Fasis Italia hingga akhir 1937, mengklaim
bahwa Mussolini memiliki kualitas yang kuat yang dijaga Italia dari ancaman komunisme, yang sepadan
dengan pengorbanan kebebasan Pan-Afrika nasionalis Marcus Garvey sekali. mengklaim bahwa ia adalah
pertama fasis dan menyatakan ia menghormati asal usul kelas bawah Mussolini dan Adolf Hitler .
Franklin D. Roosevelt, sebelum Perang Italo-Ethiopia Kedua, mengatakan bahwa ia "tetap berhubungan
dengan pria yang mengagumkan", merujuk untuk Mussolini Mohandas Gandhi. bepergian ke Italia untuk
bertemu Mussolini pada bulan Desember 1931 dengan maksud berusaha untuk menyebarkan nilai
kedamaian.

fasis sebagai julukan[sunting | sunting sumber]

Setelah kekalahan kekuatan Poros dalam Perang Dunia II, istilah fasis telah digunakan sebagai kata
merendahkan, sering merujuk pada gerakan yang sangat beragam di seluruh spektrum politik. Dalam
wacana politik, istilah "fasis" adalah umum digunakan untuk menunjukkan kecenderungan otoriter,
tetapi sering kali digunakan sebagai julukan peyoratif oleh penganut politik kedua sayap kiri dan sayap
kanan untuk merendahkan mereka dengan sudut pandang yang berlawanan. George Orwell menulis
pada tahun 1944 bahwa "'Fasisme' kata hampir seluruhnya berarti ... hampir semua orang Inggris akan
menerima 'pengganggu' sebagai sinonim untuk 'fasis'" . Richard Griffiths pada tahun 2005 berpendapat
bahwa "fasisme" adalah "yang paling disalahgunakan, dan kata lebih-digunakan, pada zaman kita".
"Fasis" kadang-kadang diterapkan pada organisasi pasca-perang dan cara berpikir yang akademisi lebih
umum istilah "neo-fasis".

Digunakan dalam dan terhadap Komunisme[sunting | sunting sumber]

Berlawanan dengan mainstream umum penggunaan akademis dan populer dari, istilah negara komunis
kadang-kadang disebut sebagai "fasis". Interpretasi Marxis istilah miliki, misalnya, telah diterapkan dalam
kaitannya dengan Kuba di bawah Fidel Castro dan Vietnam di bawah Ho Chi Minh . Herbert Matthews
dari New York Times bertanya "Haruskah kita sekarang tempat Rusia Stalinis di kategori yang yang sama
Orang fasis Jerman? Haruskah kita mengatakan bahwa dia Fasis ". J. Edgar Hoover menulis secara
ekstensif dari"? Red Fasisme ". Marxis Cina menggunakan istilah itu untuk mengecam Uni Soviet selama
Split Sino-Soviet, dan juga, Soviet menggunakan istilah untuk mengidentifikasi Marxis Cina.

Sejarah penyebab dan pengembangan[sunting | sunting sumber]

Fusi nasionalisme dan Sorelianisme serta pemecahan terakhir (1907-1914)[sunting | sunting sumber]

Unsur kunci dalam penciptaan fasisme adalah perpaduan dari agenda nasionalis pada hak politik dengan
sindikalis Sorelian di sebelah kiri, sekitar pecahnya Perang Dunia I. Sindikalisme Sorelian, tidak seperti
ideologi lain di sebelah kiri, diadakan sebuah elitis pandangan bahwa moralitas kelas pekerja harus
dinaikkan. Konsep Sorelian sifat positif dari perang sosial dan desakan terhadap revolusi moral
menyebabkan beberapa sindikalis percaya bahwa perang adalah manifestasi akhir dari perubahan sosial
dan revolusi moral .

Pengaruh Nasionalis dan militer yang telah mulai menggabungkan dengan sindikalisme sejak 1907
menciptakan perpecahan dalam politik kiri. split ini kuat di Italia, di mana nasionalis dan sindikalis
semakin dipengaruhi satu sama lain nasionalisme. Maurassian, dekat dengan Sorelism, dipengaruhi
radikal nasionalis Italia Enrico Corradini. Corradini berbicara tentang perlunya gerakan nasionalis-
sindikalis, dipimpin oleh aristokrat elitis dan anti-demokrat yang berbagi komitmen sindikalis
revolusioner untuk aksi langsung dan kemauan untuk melawan. Corradini berbicara Italia sebagai sebuah
"bangsa proletar" yang diperlukan untuk mengejar imperialisme dalam rangka tantangan "berkenaan
dgn pemerintahan orang kaya" Prancis dan Inggris. pandangan Corradini adalah bagian dari satu set yang
lebih luas persepsi dalam Italia sayap kanan Nasionalis Association (ANI) , yang menyatakan bahwa
keterbelakangan ekonomi Italia disebabkan oleh korupsi dalam kelas politik, liberalisme, dan pembagian
yang disebabkan oleh "sosialisme tercela" . ANI diadakan ikatan dan pengaruh antara konservatif, Katolik,
dan masyarakat bisnis.

Sindikalis nasional Italia mengadakan seperangkat prinsip: penolakan nilai-nilai borjuis, demokrasi,
liberalisme, Marxisme, internasionalisme, dan pasifisme dan promosi kepahlawanan, vitalisme, dan
kekerasan . nasionalisme radikal di Italia - dukungan untuk ekspansi dan revolusi budaya untuk
menciptakan sebuah "Manusia Baru" dan "New Negara" - mulai tumbuh pada tahun 1912 selama
penaklukan Italia dari Libya dan didukung oleh futuris Italia dan anggota ANI . ANI mengklaim bahwa
demokrasi liberal tidak lagi kompatibel dengan dunia modern dan menganjurkan sebuah negara yang
kuat dan imperialisme, mengklaim bahwa manusia secara alami predator dan bahwa bangsa-bangsa
dalam perjuangan terus-menerus di mana hanya yang terkuat bisa bertahan.
Namun, hingga 1914, nasionalis Italia dan sindikalis revolusioner dengan kecenderungan nasionalis tetap
terpisah. sindikalis tersebut menentang Perang Italo-Turki pada tahun 1911 sebagai urusan kepentingan
keuangan dan bukan bangsa. Perang Dunia I terlihat oleh nasionalis Italia dan sindikalis sebagai urusan
nasional.

Perang Dunia I dan pendirian Fasisme (1914-1920)[sunting | sunting sumber]

Pada pecahnya Perang Dunia I pada bulan Agustus 1914, politik kiri Italia menjadi sangat dibagi atas
posisinya pada perang . Partai Sosialis Italia menentang perang atas dasar internasionalisme., Tetapi
sejumlah sindikalis revolusioner Italia didukung intervensi melawan Jerman dan Austria-Hongaria dengan
alasan bahwa rezim-rezim reaksioner mereka harus dikalahkan untuk menjamin keberhasilan sosialisme.
Corradini disajikan kebutuhan yang sama untuk Italia sebagai "bangsa proletar" untuk mengalahkan
Jerman reaksioner dari perspektif nasionalis. Awal fasisme yang dihasilkan dari perpecahan ini, dengan
Angelo Oliviero Olivetti membentuk Fascio Revolusioner Aksi Internasional pada Oktober 1914 .Pada saat
yang sama, Benito Mussolini bergabung penyebab intervensionis. The Fasis didukung nasionalisme dan
mengklaim bahwa internasionalisme proletar gagal. Pada saat ini, kaum fasis tidak memiliki serangkaian
kebijakan terpadu dan gerakan itu sangat kecil. Its mencoba untuk mengadakan pertemuan massa tidak
efektif dan itu teratur dilecehkan oleh otoritas pemerintah dan sosialis ortodoks Antagonisme antara
intervensionis,. termasuk Fasis, dan sosialis ortodoks anti-intervensionis menghasilkan kekerasan.
Serangan terhadap intervensionis begitu kekerasan yang bahkan sosialis demokrasi yang menentang
perang, seperti Anna Kuliscioff, mengatakan bahwa Partai Sosialis Italia sudah terlalu jauh dalam
kampanye untuk membungkam pendukung perang. penggunaan Italia dari pemberani pasukan shock elit
yang dikenal sebagai Arditi, dimulai pada tahun 1917, merupakan pengaruh penting terhadap Fasisme
Para Arditi adalah prajurit yang secara khusus terlatih untuk hidup kekerasan dan mengenakan seragam
blackshirt unik dan fezzes. . The Arditi membentuk sebuah organisasi nasional pada bulan November
1918, Associazione fra GLI Arditi d'Italia, yang pada pertengahan 1919 memiliki sekitar dua puluh ribu
orang muda di dalamnya Mussolini banding ke Arditi, dan Squadristi. kaum fasis ', dikembangkan setelah
perang, didasarkan pada Arditi. Dengan pemisahan antara Marxis anti-intervensionis dan Fasis pro-
intervensionis selesai pada akhir perang, kedua belah pihak menjadi tak terdamaikan. Kaum Fasis
disajikan diri mereka sebagai anti-Marxis dan sebagai lawan dari komunisme Soviet, Benito Mussolini
mengontrol konsolidasi selama gerakan Fasis pada tahun 1919 dengan berdirinya italiani Fasci di
combattimento, yang bertentangan dengan sosialisme ortodoks dia menyatakan:

Kami menyatakan perang melawan sosialisme, bukan karena itu adalah sosialisme, tetapi karena
menentang nasionalisme. Meskipun kita dapat membahas pertanyaan tentang apa sosialisme adalah,
apa programnya, dan apa taktik, satu hal yang jelas: Italia resmi Partai Sosialis telah reaksioner dan
benar-benar konservatif. Jika dilihat perusahaan mempunyai menang, kelangsungan hidup kita di dunia
saat ini tidak mungkin.
Pada tahun 1919, Alceste De Ambris dan pemimpin gerakan Futurist Filippo Tommaso Marinetti
menciptakan Manifesto dari Fasci dari Combat (alias Manifesto Fasis). Manifesto disajikan pada tanggal 6
Juni 1919 di surat kabar Il Popolo d'Italia Fasis. Manifesto mendukung penciptaan hak pilih universal bagi
laki-laki dan perempuan (yang terakhir disadari hanya sebagian pada tahun 1925-an, dengan semua
pihak oposisi dilarang atau dibubarkan); perwakilan proporsional berdasarkan regional; perwakilan
pemerintah melalui sistem korporatis dari "Dewan Nasional" ahli, dipilih dari para profesional dan
pedagang, terpilih untuk mewakili dan memiliki kekuasaan legislatif di daerah masing-masing, termasuk
tenaga kerja, industri, transportasi, kesehatan masyarakat, komunikasi, dll; dan penghapusan Senat
Italia . Manifesto mendukung terciptanya hari kerja delapan jam untuk semua pekerja, upah minimum,
perwakilan pekerja dalam manajemen industri, sama kepercayaan serikat buruh seperti di eksekutif
industri dan pegawai negeri, reorganisasi sektor transportasi, revisi draft undang-undang tentang
asuransi cacat, pengurangan usia pensiun 65-55, pajak progresif yang kuat atas modal, penyitaan milik
lembaga agama dan penghapusan keuskupan, dan revisi kontrak militer untuk memungkinkan
pemerintah untuk menyita 85% dari [mereka yang keuntungan].? Ini juga disebut untuk menciptakan
layanan-singkat milisi nasional untuk melayani tugas defensif, nasionalisasi industri persenjataan, dan
kebijakan luar negeri yang dirancang untuk menjadi damai tetapi juga kompetitif.

Peristiwa berikutnya yang mempengaruhi Fasis adalah serangan dari Fiume oleh Gabriele d'Annunzio
nasionalis Italia dan pendiri Piagam Carnaro pada tahun 1920 D'Annunzio dan De Ambris dirancang
Piagam, yang menganjurkan productionism korporatis nasional-sindikalis. pandangan bersama
D'Annunzio's politik .Banyak Fasis melihat. Piagam Carnaro sebagai konstitusi ideal untuk Italia Fasis.

Bergeser ke kanan dan konsolidasi politik (1920-1922)[sunting | sunting sumber]

Awal tahun 1920, Fasisme mulai membuat pergeseran ke arah hak politik .Hal ini terjadi sebagai aktivitas
pemogokan militan oleh pekerja industri mencapai. Puncaknya di Italia, di mana 1919 dan 1920 dikenal
sebagai "Tahun Merah". Mussolini dan Fasis mengambil keuntungan dari situasi dengan allying dengan
usaha industri dan menyerang para pekerja dan petani dalam nama menjaga ketertiban dan perdamaian
internal di Italia.

Fasis diidentifikasi lawan utama mereka sebagai mayoritas sosialis di sebelah kiri yang menentang
intervensi dalam Perang Dunia I. Fasis dan hak politik Italia diadakan landasan bersama: baik Marxisme
diadakan di penghinaan, diskon kesadaran kelas dan percaya dalam aturan elit Kaum Fasis membantu
kampanye anti-sosialis hak politik dengan allying dengan tepat dalam upaya bersama untuk
menghancurkan Partai Sosialis Italia dan tenaga kerja organisasi berkomitmen untuk identitas kelas di
atas identitas nasional.
Fasisme berusaha untuk mengakomodasi konservatif Italia dengan membuat perubahan besar dalam
agenda politiknya -. Meninggalkan populisme sebelumnya, republikanisme, dan anticlericalism,
mengadopsi kebijakan yang mendukung pasar bebas, dan menerima Gereja Katolik Roma dan monarki
sebagai lembaga di Italia untuk menarik konservatif Italia, Fasisme mengadopsi kebijakan seperti
mendorong nilai-nilai keluarga, termasuk promosi peran wanita sebagai seorang ibu Meskipun Fasisme
diadopsi. beberapa posisi yang dirancang untuk menarik reaksioner, kaum fasis berusaha untuk
mempertahankan karakter revolusioner Fasisme's, dengan Angelo Oliviero Olivetti mengatakan "Fasisme
ingin menjadi konservatif, tetapi akan dengan menjadi revolusioner." The Fasis mendukung aksi
revolusioner dan berkomitmen untuk mengamankan hukum dan ketertiban untuk menarik baik
konservatif dan sindikalis.

Sebelum bergeser ke kanan, Fasisme adalah, kecil perkotaan, gerakan Italia utara yang memiliki sekitar
seribu anggota .Setelah itu, keanggotaan gerakan Fasis melejit menjadi sekitar 250.000 pada 1921.

Gelombang fasisme Internasional dan Perang Dunia II (1929-1945)[sunting | sunting sumber]

Peristiwa-peristiwa Depresi Besar menghasilkan gelombang internasional fasisme dan penciptaan rezim
fasis berganda dan rezim yang mengadopsi kebijakan fasis. Rezim yang paling penting fasis baru Nazi
Jerman, di bawah kepemimpinan Adolf Hitler. Dengan bangkitnya Hitler dan Nazi berkuasa pada 1933,
demokrasi liberal dibubarkan di Jerman, dan Nazi dimobilisasi negara untuk perang, dengan tujuan
ekspansionis teritorial terhadap negara-negara ganda. Pada tahun 1930 dilaksanakan Nazi hukum rasial
yang sengaja didiskriminasi, disenfranchised, dan menganiaya orang-orang Yahudi, homoseksual, dan
kelompok-kelompok ras dan minoritas lainnya. Fasis Hungaria Gyula Gömbös naik ke tampuk kekuasaan
sebagai Perdana Menteri Hongaria pada 1932 dan mengunjungi Fasis Italia dan Nazi Jerman untuk
mengkonsolidasikan hubungan baik dengan dua rezim. Ia berusaha berkubu Partai Persatuan Nasional di
seluruh negeri; menciptakan hari kerja delapan jam, empat puluh delapan jam seminggu bekerja di
industri, dan berusaha berkubu ekonomi korporatis, dan mengejar irredentist klaim pada tetangga
Hungaria . Gerakan Besi fasis Guard di Rumania melonjak dalam dukungan politik setelah tahun 1933,
mendapatkan perwakilan dalam pemerintahan Rumania, dan seorang anggota Garda Besi Rumania
dibunuh perdana menteri Ion Duca. Berbagai pemerintah para-fasis yang dipinjam unsur-unsur dari
fasisme terbentuk selama Depresi Besar, termasuk Yunani, Lithuania, Polandia, dan Yugoslavia
International gelombang fasisme dan Perang Dunia II (1929-1945).

Fasisme juga memperluas pengaruh luar Eropa, terutama di Asia Timur, Timur Tengah, dan Amerika
Selatan. Di Cina, p'ai Wang Jingwei's Kai-tsu (Reorganisasi) faksi Kuomintang (Partai Nasionalis China)
didukung Nazisme di akhir 1930-an. Di Jepang, Tōhōkai, sebuah gerakan Nazi dibentuk oleh Seigō
Nakano. The Integralists Brasil dipimpin oleh Plínio Salgado, diklaim sebanyak 200.000 anggota walaupun
setelah upaya kudeta itu menghadapi tindakan keras dari Estado Novo dari Getúlio Vargas pada 1937.
Club Al-Muthanna di Irak adalah sebuah gerakan pan-Arab yang didukung Nazisme dan pengaruh yang
dilakukan di pemerintah Irak melalui kabinet menteri Saib Shawkat yang membentuk gerakan pemuda
paramiliter. pada tahun 1930-an Nasional Gerakan Sosialis Chili memperoleh kursi di parlemen Chili dan
mencoba kudeta yang mengakibatkan pembantaian Obrero Seguro Tahun 1938 presiden Peru Luis
Miguel Sánchez Cerro mendirikan Uni Revolusioner pada tahun 1931 sebagai pihak negara untuk
kediktatoran nya.. Setelah Uni Revolusioner diambil alih oleh Raúl Ferrero Rebagliati yang berusaha
untuk memobilisasi dukungan massa untuk nasionalisme kelompok dengan cara yang mirip dengan
fasisme. Dia bahkan mulai lengan blackshirts paramiliter sebagai salinan dari kelompok Italia, meskipun
Uni kehilangan berat dalam pemilu 1936 dan menjadi layu ketidakjelasan.

Selama Depresi Besar, Mussolini dipromosikan intervensi negara yang aktif dalam perekonomian. Dia
mencela "supercapitalism" kontemporer yang ia mengklaim mulai tahun 1914 sebagai kegagalan karena
dekadensi dugaan, dukungan untuk konsumerisme terbatas dan niat untuk menciptakan "standardisasi
manusia" Namun,. Mussolini menyatakan bahwa perkembangan industri sebelumnya "kapitalisme
heroik" yang berharga dan terus mendukung milik pribadi selama itu produktif Dengan terjadinya
Depresi Besar,. Fasis Italia mulai intervensi negara besar-besaran ke dalam perekonomian, mendirikan
Institut untuk Industri Rekonstruksi (Istituto per la Ricostruzione Industriale, IRI), sebuah perusahaan
raksasa milik negara dan perusahaan induk yang menyediakan dana negara gagal perusahaan swasta The
IRI dibuat sebuah lembaga permanen di Fasis Italia pada 1937, mengejar. kebijakan Fasis untuk membuat
autarki nasional, dan memiliki kekuatan untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan swasta untuk
memaksimalkan produksi perang. Nazi Jerman juga dikejar agenda ekonomi dengan tujuan autarki dan
persenjataan kembali dan kebijakan proteksionis dikenakan, termasuk memaksa industri baja Jerman
untuk menggunakan bijih besi berkualitas rendah Jerman daripada besi impor berkualitas unggul.

Asal Ideologi[sunting | sunting sumber]

Meskipun fasisme dianggap telah pertama kali muncul di Perancis pada tahun 1880-an, pengaruhnya
telah dipertimbangkan kembali sejauh Julius Caesar. Thomas Hobbes, Niccolò Machiavelli, dan Hegel
juga telah dianggap sebagai berpengaruh, serta ide-ide kontemporer seperti sindikalisme dari Georges
Sorel, yang futurisme dari Filippo Tommaso Marinetti, nasionalis dan filsafat otoriter Oswald Spengler
dan konservatisme dan sosial Enrico Corradini.

Nazi, atau secara resmi Nasional Sosialisme (Jerman: Nationalsozialismus), merujuk pada sebuah ideologi
totalitarian Partai Nazi (Partai Pekerja Nasional-Sosialis Jerman, Jerman: Nationalsozialistische Deutsche
Arbeiterpartei atau NSDAP) di bawah kepemimpinan Adolf Hitler. Kata ini juga merujuk pada kebijakan
yang dianut oleh pemerintahan Jerman pada tahun 1933—1945, sebuah periode yang kemudian dikenal
sebagai Jerman Nazi atau Reich Ketiga. Kata Nazi jadi merupakan singkatan Nasional Sosialisme atau
Nationalsozialismus di bahasa Jerman. Sampai hari ini orang-orang yang berhaluan ekstrem kanan dan
rasisme sering disebut sebagai Neonazi (neo = "baru" dalam bahasa Yunani).

Partai yang semula bernama Partai Pekerja Jerman (DAP) ini didirikan pada tanggal 5 Januari 1919 oleh
Anton Drexler.[1][2] Hitler kemudian bergabung dengan partai kecil ini pada bulan September 1919[2][3]
dan menjadi pemimpin propaganda, mengubah nama partai itu (1 April 1920),[4][5] dan menjadi
pemimpin partai pada tanggal 29 Juli 1921.[2][5]

Nazisme bukanlah sebuah ideologi baru, melainkan sebuah kombinasi dari berbagai ideologi dan
kelompok yang memiliki kesamaan pendapat tentang penentangan Perjanjian Versailes dan kebencian
terhadap Yahudi dan Komunis yang dipercaya berada di balik perjanjian tersebut.

Anarkisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bagian dari seri tentang

Anarkisme

Simbol anarkisme

Simbol anarkisme

Varian Anarkisme[tampilkan]

Budaya Anarkisme[tampilkan]

Sejarah terkait[tampilkan]

Daftar terkait[tampilkan]

Subjek terkait[tampilkan]

Kotak ini: lihat bicara sunting

Anarkisme atau dieja anarkhisme adalah filsafat politik yang menganjurkan masyarakat tanpa negara
atau sering didefinisikan sebagai lembaga sukarela yang mengatur diri sendiri.[1][2][3][4] Tapi beberapa
penulis telah mendefinisikan sebagai lembaga yang lebih spesifik berdasarkan asosiasi bebas non-
hirarkis.[5][6][7][8] Anarkisme memegang bahwa negara menjadi tidak diinginkan, tidak perlu, atau
berbahaya.[9][10] Sementara anti-statisme adalah pusat dari pemikiran ini,[11] anarkisme juga
menentang otoritas atau organisasi hierarkis dalam pelaksanaan hubungannya dengan manusia,
sehingga tidak terbatas pada sistem negara saja.[6][12][13][14][15][16][17][18]

Secara spesifik pada sektor ekonomi, politik, dan administratif, Anarki berarti koordinasi dan
pengelolaan, tanpa aturan birokrasi yang didefinisikan secara luas sebagai pihak yang superior dalam
wilayah ekonomi, politik dan administratif (baik pada ranah publik maupun privat).

Daftar isi [sembunyikan]

1 Etimologi

1.1 Teori politik

1.2 Anarkisme dan kekerasan

2 Sejarah dan dinamika filsafat anarkisme

2.1 Anarkisme dan Marxisme

2.2 Pierre-Joseph Proudhon

2.3 Internationale pertama

3 Varian-varian anarkisme

3.1 Anarkisme-kolektif

3.2 Anarkisme komunis

3.3 Anarko-Sindikalisme

3.4 Anarkisme individualisme

3.5 Varian-varian anarkisme lainnya

4 Anarkisme dan agama

4.1 Anarkis-kristen

4.2 Anarkisme dan Islam

5 Kritik atas anarkisme

6 Referensi

7 Bacaan lanjutan
8 Pranala luar

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Anarkisme berasal dari kata dasar "anarki" dengan imbuhan -isme. Kata anarki merupakan kata serapan
dari anarchy (bahasa Inggris) atau anarchie (Belanda/Jerman/Perancis), yang berakar dari kata bahasa
Yunani, anarchos/anarchein. Ini merupakan kata bentukan a- (tidak/tanpa/nihil/negasi) yang disisipi /n/
dengan archos/archein (pemerintah/kekuasaan atau pihak yang menerapkan kontrol dan otoritas -
secara koersif, represif, termasuk perbudakan dan tirani); maka, anarchos/anarchein berarti "tanpa
pemerintahan" atau "pengelolaan dan koordinasi tanpa hubungan memerintah dan diperintah,
menguasai dan dikuasai, mengepalai dan dikepalai, mengendalikan dan dikendalikan, dan lain
sebagainya". Bentuk kata "anarkis" berarti orang yang mempercayai dan menganut anarki, sedangkan
akhiran -isme sendiri berarti paham/ajaran/ideologi.

“ "Anarkisme adalah sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan. Ia dimulai di antara manusia, dan
akan mempertahankan vitalitas dan kreativitasnya selama merupakan pergerakan dari manusia" (Peter
Kropotkin) ”

“ "Penghapusan eksploitasi dan penindasan manusia hanya bisa dilakukan lewat penghapusan dari
kapitalisme yang rakus dan pemerintahan yang menindas" (Errico Malatesta) ”

Teori politik[sunting | sunting sumber]

Anarkisme adalah teori politik yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat tanpa hirarkis (baik dalam
politik, ekonomi, maupun sosial). Para Anarkis berusaha mempertahankan bahwa anarki, ketiadaan
aturan-aturan, adalah sebuah format yang dapat diterapkan dalam sistem sosial dan dapat menciptakan
kebebasan individu dan kebersamaan sosial. Anarkis melihat bahwa tujuan akhir dari kebebasan dan
kebersamaan sebagai sebuah kerjasama yang saling membangun antara satu dengan yang lainnya. Atau,
dalam tulisan Bakunin yang terkenal:

“ "kebebasan tanpa sosialisme adalah ketidakadilan, dan sosialisme tanpa kebebasan adalah
perbudakan dan kebrutalan"[19] ”

Anarkisme dan kekerasan[sunting | sunting sumber]

Dalam sejarahnya, para anarkis dalam berbagai gerakannya kerap kali menggunakan kekerasan sebagai
metode yang cukup ampuh dalam memperjuangkan ide-idenya, seperti para anarkis yang terlibat dalam
kelompok Nihilis di Rusia era Tzar, Leon Czolgosz, grup N17 di Yunani. Slogan para anarkis Spanyol
pengikutnya Durruti yang berbunyi:
“ Terkadang cinta hanya dapat berbicara melalui selongsong senapan ”

Yang sangat sarat akan penggunaan kekerasan dalam sebuah metode gerakan. Penggunaan kekerasan
dalam anarkisme sangat berkaitan erat dengan metode propaganda by the deed, yaitu metode gerakan
dengan menggunakan aksi langsung (perbuatan yang nyata) sebagai jalan yang ditempuh, yang berarti
juga melegalkan pengrusakan, kekerasan, maupun penyerangan. Selama hal tersebut ditujukan untuk
menyerang kapitalisme ataupun negara.

Namun, tidak sedikit juga dari para anarkis yang tidak sepakat untuk menjadikan kekerasan sebagai
suatu jalan yang harus ditempuh. Dalam bukunya What is Communist Anarchist, pemikir anarkis
Alexander Berkman menulis:

“ "Anarkisme bukan Bom, ketidakteraturan atau kekacauan. Bukan perampokan dan pembunuhan.
Bukan pula sebuah perang di antara yang sedikit melawan semua. Bukan berarti kembali kekehidupan
barbarisme atau kondisi yang liar dari manusia. Anarkisme adalah kebalikan dari itu semua. Anarkisme
berarti bahwa anda harus bebas. Bahwa tidak ada seorangpun boleh memperbudak anda, menjadi
majikan anda, merampok anda, ataupun memaksa anda. Itu berarti bahwa anda harus bebas untuk
melakukan apa yang anda mau, memiliki kesempatan untuk memilih jenis kehidupan yang anda mau
serta hidup di dalamnya tanpa ada yang mengganggu, memiliki persamaan hak, serta hidup dalam
perdamaian dan harmoni seperti saudara. Berarti tidak boleh ada perang, kekerasan, monopoli,
kemiskinan, penindasan, serta menikmati kesempatan hidup bersama-sama dalam kesetaraan." [20]

Dari berbagai selisih paham antar anarkis dalam mendefinisikan suatu ide kekerasan sebagai sebuah
metode, kekerasan tetaplah bukan merupakan suatu ide eksklusif milik anarkisme, sehingga anarkisme
tidak bisa dikonotasikan sebagai kekerasan, seperti makna tentang anarkisme yang banyak dikutip oleh
berbagai media di Indonesia yang berarti sebagai sebuah aksi kekerasan. Karena bagaimanapun
kekerasan merupakan suatu pola tingkah laku alamiah manusia yang bisa dilakukan oleh siapa saja dari
kalangan apapun.

Sejarah dan dinamika filsafat anarkisme[sunting | sunting sumber]

Anarkisme sebagai sebuah ide yang dalam perkembangannya juga menjadi sebuah filsafat yang juga
memiliki perkembangan serta dinamika yang cukup menarik.

Anarkisme dan Marxisme[sunting | sunting sumber]

Lihat pula: Anarkisme dan Marxisme


Marxisme dalam perkembangannya setelah Marx dan Engels berkembang menjadi 3 kekuatan besar
ideologi dunia yang menyandarkan dirinya pada pemikiran-pemikiran Marx. Ketiga ideologi itu adalah:
(1) Komunisme, yang kemudian dikembangkan oleh Lenin menjadi ideologi Marxisme-Leninisme yang
saat ini menjadi pegangan mayoritas kaum komunis sedunia; (2) Sosialisme Demokrat, yang pertama kali
dikembangkan oleh Eduard Bernstein dan berkembang di Jerman dan kemudian berkembang menjadi
sosialis yang berciri khas Eropa; (3) Neomarxisme dan Gerakan Kiri Baru, yang berkembang sekitar tahun
1965-1975 di universitas-universitas di Eropa.

Walaupun demikian, ajaran Marx tidak hanya berkutat pada ketiga aliran besar itu karena banyak sekali
sempalan-sempalan yang memakai ajaran Marx sebagai basis ideologi dan perjuangan mereka. Aliran
lain yang berkembang serta juga memakai Marx sebagai tolak pikirnya adalah Anarkisme.

Walaupun demikian anarkisme dan Marxisme berada dipersimpangan jalan dalam memandang masalah-
masalah tertentu. Pertentangan mereka yang paling kelihatan adalah persepsi terhadap negara.
Anarkisme percaya bahwa negara mempunyai sisi buruk dalam hal sebagai pemegang monopoli
kekuasaan yang bersifat memaksa. Negara hanya dikuasai oleh kelompok-kelompok elit secara politik
dan ekonomi, dan kekuatan elit itu bisa siapa saja dan apa saja termasuk kelas proletar seperti yang
diimpikan kaum Marxis. Dan oleh karena itu kekuasaan negara (dengan alasan apapun) harus
dihapuskan. Di sisi lain, Marxisme memandang negara sebagai suatu organ represif yang merupakan
perwujudan kediktatoran salah satu kelas terhadap kelas yang lain. Negara dibutuhkan dalam konteks
persiapan revolusi kaum proletar, sehingga negara harus eksis agar masyarakat tanpa kelas dapat
diwujudkan. Lagipula, cita-cita kaum Marxis adalah suatu bentuk negara sosialis yang bebas pengkotakan
berdasarkan kelas.

Selain itu juga, perbedaan kentara antara anarkisme dengan Marxisme dapat dilihat atas penyikapan
keduanya dalam seputar isu kelas serta seputar metoda materialisme historis

Pierre-Joseph Proudhon[sunting | sunting sumber]

Pierre Joseph Proudhon

Lihat pula: Pierre-Joseph Proudhon

Pierre-Joseph Proudhon, adalah pemikir yang mempunyai pengaruh jauh lebih besar terhadap
perkembangan anarkisme; seorang penulis yang betul-betul berbakat dan ‘serba tahu’ dan merupakan
tokoh yang dapat dibanggakan oleh sosialisme modern. Proudhon sangat menekuni kehidupan
intelektual dan sosial pada zamanya, dan kritik-kritik sosialnya didasari oleh pengalaman hidupnya itu. Di
antara pemikir-pemikir sosialis pada zamannya, dialah yang paling mampu mengerti sebab-sebab
penyakit sosial dan juga merupakan seseorang yang mempunyai visi yang sangat luas. Dia mempunyai
keyakinan bahwa sebuah evolusi dalam kehidupan intelektual dan sosial menuju ke tingkat yang lebih
tinggi harus tidak dibatasi dengan rumus-rumus abstrak.

Proudhon melawan pengaruh tradisi Jacobin yang mendominasi pemikiran demokrat-demokrat di


Perancis dan kebanyakan sosialis pada saat itu, dan juga pengaruh negara dan kebijaksanaan ekonomi
dalam proses alami kemajuan sosial. Baginya, pemberantasan kedua-dua perkembangan yang bersifat
seperti kanker tersebut merupakan tugas utama dalam abad kesembilan belas. Proudhon bukanlah
seorang komunis. Dia mengecam hak milik sebagai hak untuk mengeksploitasi, tetapi mengakui hak milik
umum alat-alat untuk ber produksi, yang akan dipakai oleh kelompok-kelompok industri yang terikat
antara satu dengan yang lain dalam kontrak yang bebas; selama hak ini tidak dipakai untuk
mengeksploitasi manusia lain dan selama seorang individu dapat menikmati seluruh hasil kerjanya.
Jumlah waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah benda menjadi ukuran nilainya
dalam pertukaran mutual. Dengan sistem tersebut, kemampuan kapital untuk menjalankan riba
dimusnahkan. Jikalau kapital tersedia untuk setiap orang, kapital tersebut tidak lagi menjadi sebuah
instrumen yang bisa dipakai untuk mengeksploitasi.

Internationale pertama[sunting | sunting sumber]

Lihat pula: Mikhail Bakunin

Mikhail Bakunin 1814-1876

Tokoh utama kaum anarkisme adalah Mikhail Bakunin, seorang bangsawan Rusia yang kemudian
sebagian besar hidupnya tinggal di Eropa Barat. Ia memimpin kelompok anarkis dalam konverensi besar
kaum Sosialis sedunia (Internasionale I) dan terlibat pertengkaran dan perdebatan besar dengan Marx.
Bakunin akhirnya dikeluarkan dari kelompok Marxis mainstream dan perjuangan kaum anarkis dianggap
bukan sebagai perjuangan kaum sosialis. Sejak Bakunin, anarkisme identik dengan tindakan yang
mengutamakan kekerasan dan pembunuhan sebagai basis perjuangan mereka. Pembunuhan kepala
negara, pengeboman atas gedung-gedung milik negara, dan perbuatan teroris lainnya dibenarkan oleh
anarkhisme sebagai cara untuk menggerakkan massa untuk memberontak.[21]

Mikhail Bakunin merupakan seorang tokoh anarkis yang mempunyai energi revolusi yang dashyat.
Bakunin merupakan ‘penganut’ ajaran Proudhon, tetapi mengembanginya ke bidang ekonomi ketika dia
dan sayap kolektivisme dalam First International mengakui hak milik kolektif atas tanah dan alat-alat
produksi dan ingin membatasi kekayaan pribadi kepada hasil kerja seseorang. Bakunin juga merupakan
anti komunis yang pada saat itu mempunyai karakter yang sangat otoritar.

Pada salah satu pidatonya dalam kongres ‘Perhimpunan Perdamaian dan Kebebasan’ di Bern (1868), dia
berkata:

“ Saya bukanlah seorang komunis karena komunisme mempersatukan masyarakat dalam negara
dan terserap di dalamnya; karena komunisme akan mengakibatkan konsentrasi kekayaan dalam negara,
sedangkan saya ingin memusnahkan negara --pemusnahan semua prinsip otoritas dan kenegaraan, yang
dalam kemunafikannya ingin membuat manusia bermoral dan berbudaya, tetapi yang sampai sekarang
selalu memperbudak, mengeksploitasi dan menghancurkan mereka. ”

Bakunin dan anarkis-anarkis lain dalam First International percaya bahwa revolusi sudah berada di
ambang pintu, dan mengerahkan semua tenaga mereka untuk menyatukan kekuatan revolusioner dan
unsur-unsur libertarian di dalam dan di luar First International untuk menjaga agar revolusi tersebut
tidak ditunggangi oleh elemen-elemen kediktatoran. Karena itu Bakunin menjadi pencipta gerakan
anarkisme modern. Peter Kropotkin adalah seorang penyokong anarkisme yang memberikan dimensi
ilmiah terhadap konsep sosiologi anarkisme.

Anarkisme model Bakunin, tidaklah identik dengan kekerasan. Tetapi anarkisme setelah Bakunin
kemudian berkembang menjadi sebuah gerakan yang menjadikan kekerasan sebagai jalur perjuangan
mereka. Dan puncaknya adalah timbulnya gerakan baru yang juga menjadikan sosialisme Marx sebagai
pandangan hidupnya, yaitu Sindikalisme. gerakan ini menjadikan sosialisme Marx dan anarkisme Bakunin
sebagai dasar perjuangan mereka. Bahkan gerakan mereka disebut Anarko-Sindikalisme.

Varian-varian anarkisme[sunting | sunting sumber]

Anarkisme, yang besar dan kemudian berbeda jalur dengan Marxisme, bukan merupakan suatu ideologi
yang tunggal. Di dalam anarkisme sendiri banyak aliran-aliran pemikiran yang cukup berbeda satu
dengan yang lain. Perbedaan itu terutama dalam hal penekanan dan prioritas pada suatu aspek. Aliran-
aliran dan pemikiran-pemikiran yang berbeda di dalam Anarkisme adalah suatu bentuk dari
berkembangnya ideologi ini berdasarkan perbedaan latar belakang tokoh, peristiwa-peristiwa tertentu
dan tempat/lokasi aliran itu berkembang.

Anarkisme-kolektif[sunting | sunting sumber]


Kelompok anarkisme-kolektif sering diasosiasikan dengan kelompok anti-otoritarian pimpinan Mikhail
Bakunin yang memisahkan diri dari Internationale I. Kelompok ini kemudian membentuk pertemuan
sendiri di St. Imier (1872). Di sinilah awal perbedaan antara kaum anarkis dengan Marxis, diman sejak
saat itu kaum anarkis menempuh jalur perjuangan yang berbeda dengan kaum Marxis. Perbedaan itu
terutama dalam hal persepsi terhadap negara.

Doktrin utama dari anarkis-kolektif adalah "penghapusan segala bentuk negara" dan "penghapusan hak
milik pribadi dalam pengertian proses produksi". Doktrin pertama merupakan terminologi umum
anarkisme, tetapi kemudian diberikan penekanan pada istilah "kolektif" oleh Bakunin sebagai perbedaan
terhadap ide negara sosialis yang dihubungkan dengan kaum Marxis. Sedangkan pada doktrin kedua,
anarkis-kolektif mengutamakan penghapusan adanya segala bentuk hak milik yang berhubungan dengan
proses produksi dan menolak hak milik secara kolektif yang dikontrol oleh kelompok tertentu. Menurut
mereka, pekerja seharusnya dibayar berdasarkan jumlah waktu yang mereka kontribusikan pada proses
produksi dan bukan "menurut apa yang mereka inginkan".

Pada tahun 1880-an, para pendukung anarkis kebanyakan mengadopsi pemikiran anarkisme-komunis,
suatu aliran yang berkembang terutama di Italia setelah kematian Bakunin. Ironisnya, label "kolektif"
kemudian secara umum sering diasosiasikan dengan konsep Marx tentang negara sosialis.

Anarkisme komunis[sunting | sunting sumber]

Lihat pula: Anarko-Komunisme

William Godwin

Ide-ide anarkis bisa ditemui dalam setiap periode sejarah, walaupun masih banyak penelitian yang harus
dilakukan dalam bidang ini. Kita menemuinya dalam karya filsuf Tiongkok, Lao-Tse (yang berjudul Arah
dan Jalan yang Benar[22].) dan juga filsuf-filsuf Yunani seperti Hedonists[23] dan Cynics[24] dan orang-
orang yang mendukung ‘hukum alam’, khususnya Zeno yang menemukan aliran ‘Stoic’ yang berlawanan
dengan Plato. Mereka menemukan ekspresi dari ajaran-ajaran Gnostics, Karpocrates di Alexandria dan
juga dipengaruhi oleh beberapa aliran Kristen di Zaman Pertengahan di Perancis, Jerman dan Belanda.
Hampir semua dari mereka menjadi korban represi. Dalam sejarah reformasi Bohemia, anarkisme
ditemui dalam karya Peter Chelciky (The Net of Faith) yang mengadili negara dan gereja seperti yang
dilakukan oleh Leo Tolstoy di kemudian hari.
Humanis besar lainnya adalah Rabelais yang dalam karyanya menggambarkan kehidupan yang bebas dari
semua cengkraman otoritas. Sebagian dari pemrakarsa ideologi libertarian lainnya adalah La Boetie,
Sylvan Marechal, dan Diderot. Karya William Godwin yang berjudul ‘Pertanyaan Mengenai Keadilan
Politik dan Pengaruhnya Terhadap Moralitas dan Kebahagiaan’, merupakan bagian penting dari sejarah
anarkisme kontemporer. Dalam karyanya tersebut Godwin menjadi orang pertama yang memberikan
bentuk yang jelas mengenai filsafat anarkisme dan meletakannya dalam konteks proses evolusi sosial
pada saat itu. Karya tersebut, boleh kita bilang adalah ‘buah matang’ yang merupakan hasil daripada
evolusi yang panjang dalam perkembangan konsep politik dan sosial radikal di Inggris, yang meneruskan
tradisi yang dimulai oleh George Buchanan sampai Richard Hooker, Gerard Winstanley, Algernon Sydney,
John Locke, Robert Wallace dan John Bellers sampai Jeremy Bentham, Joseph Priestley, Richard Price dan
Thomas Paine.

Godwin menyadari bahwa sebab-sebab penyakit sosial dapat ditemukan bukanlah dalam bentuk negara
tetapi karena adanya negara itu. Pada saat ini, negara hanyalah merupakan karikatur masyarakat, dan
manusia yang ada dalam cengkraman negara ini hanyalah merupakan karikatur diri mereka karena
manusia-manusia ini digalakkan untuk menyekat ekspresi alami mereka dan untuk melakukan tindakan-
tindakan yang merusak akhlaknya. Hanya dengan cara-cara tersebut, manusia dapat dibentuk menjadi
hamba yang taat. Ide Godwin mengenai masyarakat tanpa negara mengasumsikan hak sosial untuk
semua kekayaan alam dan sosial, dan kegiatan ekonomi akan dijalankan berdasarkan ko-operasi bebas di
antara produsen-produsen; dengan idenya, Godwin menjadi penemu Anarkisme Komunis.

Errico Malatesta (1853–1932)

Namun, kelompok anarkisme-komunis pertama kali diformulasikan oleh Carlo Cafiero, Errico Malatesta
dan Andrea Costa dari kelompok federasi Italia pada Internasionale I. Pada awalnya kelompok ini
(kemudian diikuti oleh anarkis yang lain setelah kematian Bakunin seperti Alexander Berkman, Emma
Goldman, dan Peter Kropotkin) bergabung dengan Bakunin menentang kelompok Marxis dalam
Internasionale I.

Berbeda dengan anarkisme-kolektif yang masih mempertahankan upah buruh berdasarkan kontribusi
mereka terhadap produksi, anarkisme-komunis memandang bahwa setiap individu seharusnya bebas
memperoleh bagian dari suatu hak milik dalam proses produksi berdasarkan kebutuhan mereka.

Kelompok anarkisme-komunis menekankan pada egalitarianism (persamaan), penghapusan hirarki sosial


(social hierarchy), penghapusan perbedaan kelas, distribusi kesejahteraan yang merata, penghilangan
kapitalisme, serta produksi kolektif berdasarkan kesukarelaan. Negara dan hak milik pribadi adalah hal-
hal yang tidak seharusnya eksis dalam anarkisme-komunis. Setiap orang dan kelompok berhak dan bebas
untuk berkontribusi pada produksi dan juga untuk memenuhi kebutuhannya berdasarkan pilihannya
sendiri.

Anarko-Sindikalisme[sunting | sunting sumber]

Lihat pula: Anarko-Sindikalisme

Bendera yang digunakan dalam gerakan Anarko-Sindikalisme.

Salah satu aliran yang berkembang cukup subur di dalam lingkungan anarkisme adalah kelompok anarko-
sindikalisme. Tokoh yang terkenal dalam kelompok anarko-sindikalisme antara lain Rudolf Rocker, ia juga
pernah menjelaskan ide dasar dari pergerakan ini, apa tujuannya, dan kenapa pergerakan ini sangat
penting bagi masa depan buruh dalam pamfletnya yang berjudul Anarchosyndicalism pada tahun 1938.
[25] Pada awalnya, Bakunin juga adalah salah satu tokoh dalam anarkisme yang gerakan-gerakan
buruhnya dapat disamakan dengan orientasi kelompok anarko-sindikalisme, tetapi Bakunin kemudian
lebih condong pada anarkisme-kolektif.

Anarko-sindikalisme adalah salah satu cabang anarkisme yang lebih menekankan pada gerakan buruh
(labour movement). Sindikalisme, dalam bahasa Perancis, berarti “trade unionism”. Kelompok ini
berpandangan bahwa serikat-serikat buruh (labor unions) mempunyai kekuatan dalam dirinya untuk
mewujudkan suatu perubahan sosial secara revolusioner, mengganti kapitalisme serta menghapuskan
negara dan diganti dengan masyarakat demokratis yang dikendalikan oleh pekerja. Anarko-sindikalisme
juga menolak sistem gaji dan hak milik dalam pengertian produksi. Dari ciri-ciri yang dikemukakan di
atas, anarko-sindikalisme sepertinya tidak mempunyai perbedaan dengan kelompok-kelompok
anarkisme yang lain.

Prinsip-prinsip dasar yang membedakan anarko-sindikalisme dengan kelompok lainnya dalam anarkisme
adalah: (1) Solidaritas pekerja (Workers Solidarity); (2) Aksi langsung (direct action); dan (3) Manajemen-
mandiri buruh (Workers self-management).

Anarkisme individualisme[sunting | sunting sumber]

Lihat pula: Anarkisme individualisme


Anarkisme individualisme atau Individual-anarkisme adalah salah satu tradisi filsafat dalam anarkisme
yang menekankan pada persamaan kebebasan dan kebebasan individual. Konsep ini umumnya berasal
dari liberalisme klasik. Kelompok individual-anarkisme percaya bahwa "hati nurani individu seharusnya
tidak boleh dibatasi oleh institusi atau badan-badan kolektif atau otoritas publik". Karena berasal dari
tradisi liberalisme, individual-anarkisme sering disebut juga dengan nama "anarkisme liberal".

Tokoh-tokoh yang terlibat dalam individual-anarkisme antara lain adalah Max Stirner, Josiah Warren,
Benjamin Tucker, John Henry Mackay, Fred Woodworth, dan lain-lain. Kebanyakan dari tokoh-tokoh
individual-anarkisme berasal dari Amerika Serikat, yang menjadi basis liberalisme. Dan oleh karena itu
pandangan mereka terhadap konsep individual-anarkisme kebanyakan dipengaruhi juga oleh alam
pemikiran liberalisme.

Individual-anarkisme sering juga disebut "anarkisme-egois", karena salah satu tokohnya, Max Stirner,
menulis buku "Der Einzige und sein Eigentum" (b.Inggris: The Ego and Its Own / b.Indonesia: Ego dan
Miliknya)[26] yang dengan cepat dilupakan, tetapi mengalami kebangkitan lima puluh tahun kemudian,
buku tersebut lebih menonjolkan peran individu.

Buku Stirner itu pada dasarnya adalah karya filsafat yang menganalisis ketergantungan manusia dengan
apa yang dikenal sebagai ‘kekuasaan yang lebih tinggi’ (higher powers). Dia tidak takut memakai
kesimpulan- kesimpulan yang diambil dari hasil survei. Buku tersebut merupakan pembrontakan yang
sadar dan sengaja yang tidak menunjukan kehormatan kepada otoritas dan karenanya sangat menarik
bagi pemikir mandiri.

Varian-varian anarkisme lainnya[sunting | sunting sumber]

Selain aliran-aliran yang disebut di atas, masih banyak lagi aliran lain yang memakai pemikiran anarkisme
sebagai dasarnya. Antara lain:

Post-Anarchism, yang dikembangkan oleh Saul Newman dan merupakan sintesis antara teori anarkisme
klasik dan pemikiran post-strukturalis.

Anarki pasca-kiri, yang merupakan sintesis antara pemikiran anarkisme dengan gerakan anti-otoritas
revolusioner di luar pemikiran “kiri” mainstream.

Anarka-Feminisme, yang lebih menekankan pada penolakan pada konsep patriarka yang merupakan
perwujudan hirarki kekuasaan. Tokohnya antara lain adalah Emma Goldman.
Eko-Anarkisme dan Anarkisme Hijau, yang lebih menekankan pada lingkungan.

Anarkisme insureksioner, yang merupakan gerakan anarkis yang menentang segala organisasi anarkis
dalam bentuk yang formal, seperti serikat buruh, maupun federasi. Definisi tentang anarkisme
insureksioner dijelaskan dalam jurnal Do or Die dan pamflet-pamflet grup Venomous Butterfly yang
insureksionis:

“ Adalah suatu bentuk, yang tidak dapat terbakukan dalam satu kubu, serta sangat beragam dalam
perspektifnya. Anarkisme Insureksioner bukanlah sebuah solusi ideologis bagi masalah-masalah sosial,
dan juga bukan komoditi dalam pasar ideologi yang digelar kapitalisme. Melainkan, ia adalah praktik
berkelanjutan yang bertujuan untuk mengakhiri dominasi negara dan berteruskembangnya kapitalisme,
yang membutuhkan analisis-analisis dan diskusi-diskusi untuk menjadikannya semakin maju dan
berkembang. Menurut sejarahnya, kebanyakan anarkis, kecuali mereka yang percaya bahwa peradaban
kapitalisme akan terus berkembang hingga titik kehancurannya sendiri, percaya bahwa sebentuk
aktivitas insureksioner dibutuhkan untuk dapat mentransformasikan masyarakat secara radikal. Dalam
artian ini, negara harus dipukul mundur dari eksistensinya oleh mereka yang tereksploitasi dan
termarjinalkan, dengan demikian para anarkis harus menyerang: menunggu sistem ini melenyap dan
menghancurkan dirinya sendiri adalah sebuah kekalahan telak. ”

Anarkisme dan agama[sunting | sunting sumber]

Lihat pula: Anarkisme dan agama

Pada dasarnya, sejak mulai dari Proudhon, Bakunin, Berkman, dan Malatesta sampai pada kelompok-
kelompok anarkis yang lain, anarkisme selalu bersikap skeptik dan anti terhadap institusi agama. Dalam
pandangan mereka, institusi keagamaan selalu bersifat hirarki dan mempunyai kekuasaan seperti
layaknya negara, dan oleh karena itu harus ditolak. Tetapi dalam agama sendiri (Kristen, Yahudi, Islam,
dll) sebenarnya pemikiran akan “anarkisme” dalam pengertian “without ruler” sudah banyak ditemui.

Anarkis-kristen[sunting | sunting sumber]

Dalam agama Kristen, konsep yang dipakai oleh kaum anarkis-kristen adalah berdasarkan konsep bahwa
hanya Tuhan yang mempunyai otoritas dan kuasa di dunia ini dan menolak otoritas negara, dan juga
gereja, sebagai manifestasi kekuasaan Tuhan. Dari konsep ini kemudian berkembang konsep-konsep yang
lain misalnya pasifisme (anti perang), non-violence (anti kekerasan), abolition of state control
(penghapusan kontrol negara), dan tax resistance (penolakan membayar pajak). Semuanya itu dalam
konteks bahwa kekuasaan negara tidak lagi eksis di bumi dan oleh karena itu harus ditolak. Tokoh-tokoh
yang menjadi inspirasi dalam perkembangan gerakan anarkis-kristen antara lain: Soren Kierkegaard,
Henry David Thoreau, Nikolai Berdyaev, Leo Tolstoy, dan Adin Ballou.

Anarkisme dan Islam[sunting | sunting sumber]


Lihat pula: Islam dan anarkisme

Hakim Bey

Dalam agama Islam, kelompok anarkisme melakukan interpretasi terhadap konsep bahwa Islam adalah
agama yang bercirikan penyerahan total terhadap Allah (bahasa Arab allāhu ‫)ا‬, yang berarti menolak
peran otoritas manusia dalam bentuk apapun. Anarkis-Islam menyatakan bahwa hanya Allah yang
mempunyai otoritas di bumi ini serta menolak ketaatan terhadap otoritas manusia dalam bentuk fatwa
atau imam. Hal ini merupakan elaborasi atas konsep “tiada pemaksaan dalam beragama”. Konsep
anarkisme-islam kemudian berkembang menjadi konsep-konsep lainnya yang mempunyai kemiripan
dengan ideologi sosialis seperti pandangan terhadap hak milik, penolakan terhadap riba, penolakan
terhadap kekerasan dan mengutamakan self-defense, dan lain-lain. Kelompok-kelompok dalam Islam
yang sering diasosiasikan dengan anarkisme antara lain: Sufisme dan Kelompok Hashshashin.

Salah seorang tokoh muslim anarkis yang berpengaruh yaitu Peter Lamborn Wilson, yang selalu
menggunakan nama pena Hakim Bey. Dia mengkombinasikan ajaran sufisme dan neo-pagan dengan
anarkisme dan situasionisme. Dia juga merupakan seorang yang terkenal dengan konsepnya Temporary
Autonomus Zones[1].

Yakoub Islam, seorang anarkis muslim, pada 25 Juni 2005 mempublikasikan Muslim Anarchist Charter
(Piagam Muslim Anarkis), yang berbunyi:

Tiada tuhan selain Allah dan nabi Muhammad adalah utusannya;

Tujuan dari hidup ialah untuk membangun sebuah hubungan kasih yang damai dengan Yang Maha Esa
melalui pemahaman untuk bertindak sesuai ajaran, wahyu, serta tanda-tandanya di dalam
Penciptaannya juga hati manusia;

Demi tujuan seperti itu kita harus memiliki komitmen yang kuat untuk mempelajarinya dengan kehendak
hati yang bebas, dan secara sadar menolak setiap bentuk kompromi dengan institusi kekuasaan, entah
dalam bentukbnya yang yuridis, relijius, sosial, korporatik maupun politis;

Demi tujuan seperti itu kita harus aktif di dalam kegiatan merealisasikan keadilan yang bertujuan untuk
membangun sebuah komunitas-komunitas dan masyarakat dimana pembangunan jiwa yang spiritual
tidak terbatasi lagi oleh kemiskinan, tirani, dan ketidakpedulian.

Muslim Anarchist Charter menolak:


Kekuatan fasis yang bertujuan untuk memapankan kebenaran tunggal yang absolut, termasuk patriarki,
kerajaan, dan kapitalisme.

Kritik atas anarkisme[sunting | sunting sumber]

Baik secara teori ataupun praktik, anarkisme telah menimbulkan perdebatan dan kritik-kritik atasnya.
Beberapa kritik dilontarkan oleh lawan utama dari anarkisme seperti pemerintah. Beberapa kritik lainnya
bahkan juga dilontarkan oleh para anarkis sendiri serta ada juga yang muncul dari kalangan kaum kiri
otoritarian seperti yang dilontarkan oleh kalangan marxisme. Kritik biasanya dilontarkan sekitar
permasalahan idealisme anarkisme yang mustahil dapat diterapkan di dunia nyata, seperti apa yang
banyak dipecaya oleh para anarkis mengenai ajaran bahwa manusia pada dasarnya baik dan bisa
menggalang solidaritas kemanusiaan untuk kesejahteraan manusia tanpa penindasan oleh sebagiannya
yang hal tersebut banyak dibantah oleh para ekonom. Dan juga mengenai ajaran bahwa setiap manusia
lahir bebas setara yang juga dibantah oleh para pakar sosiolog.[27]

Kritik juga dilontarkan atas penolakan anarkisme terhadap organisasi sentralis seperti pemerintahan
kaum buruh, partai revolusioner, dan lain sebagainya, yang dianggap oleh banyak pihak justru akan
melemahkan posisi kaum anarkis apabila revolusi terjadi. Hal ini juga yang dituduhkan kepada para
anarkis saat revolusi Spanyol terjadi, paska pengambilan kekuasaan oleh kaum proletariat atas rezim
fasis yang pada saat itu berkuasa di Spanyol.

Liberalisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ini adalah versi yang telah diperiksa dari halaman initampilkan/sembunyikan detail

Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan
pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama.[1]

Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan
berpikir bagi para individu.[2] Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari
pemerintah dan agama.[2]
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem demokrasi, hal ini dikarenakan
keduanya sama-sama didasarkan pada kebebasan mayoritas.[3]. Banyak suatu negara yang tidak
mematuhi peraturan tersebut

Daftar isi [sembunyikan]

1 Pokok-pokok Liberalisme

2 Dua Masa Liberalisme

3 Pemikiran Tokoh Klasik dalam Kelahiran dan Perkembangan Liberalisme Klasik

4 Relevansi kekuatan Individu Liberalisme Klasik dalam Demokrasi dan Kapitalisme

5 Bacaan lebih lanjut tentang liberalisme

6 Referensi

6.1 Catatan

6.2 Referensi lain

6.3 Referensi

7 Lihat pula

8 Pranala luar

Pokok-pokok Liberalisme[sunting | sunting sumber]

Ada tiga hal yang mendasar dari Ideologi Liberalisme yakni Kehidupan, Kebebasan dan Hak Milik (Life,
Liberty and Property).[2] Dibawah ini, adalah nilai-nilai pokok yang bersumber dari tiga nilai dasar
Liberalisme tadi:

Kesempatan yang sama. (Hold the Basic Equality of All Human Being). Bahwa manusia mempunyai
kesempatan yang sama, di dalam segala bidang kehidupan baik politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan.
[2] Namun karena kualitas manusia yang berbeda-beda, sehingga dalam menggunakan persamaan
kesempatan itu akan berlainan tergantung kepada kemampuannya masing-masing. Terlepas dari itu
semua, hal ini (persamaan kesempatan) adalah suatu nilai yang mutlak dari demokrasi.[2]

Dengan adanya pengakuan terhadap persamaan manusia, di mana setiap orang mempunyai hak yang
sama untuk mengemukakan pendapatnya, maka dalam setiap penyelesaian masalah-masalah yang
dihadapi baik dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan kenegaraan dilakukan secara
diskusi dan dilaksanakan dengan persetujuan – di mana hal ini sangat penting untuk menghilangkan
egoisme individu.( Treat the Others Reason Equally.)[2]

Pemerintah harus mendapat persetujuan dari yang diperintah. Pemerintah tidak boleh bertindak
menurut kehendaknya sendiri, tetapi harus bertindak menurut kehendak rakyat.(Government by the
Consent of The People or The Governed)[2]

Berjalannya hukum (The Rule of Law). Fungsi Negara adalah untuk membela dan mengabdi pada rakyat.
Terhadap hal asasi manusia yang merupakan hukum abadi di mana seluruh peraturan atau hukum dibuat
oleh pemerintah adalah untuk melindungi dan mempertahankannya. Maka untuk menciptakan rule of
law, harus ada patokan terhadap hukum tertinggi (Undang-undang), persamaan dimuka umum, dan
persamaan sosial.[2]

Yang menjadi pemusatan kepentingan adalah individu.(The Emphasis of Individual)[2]

Negara hanyalah alat (The State is Instrument).[2] Negara itu sebagai suatu mekanisme yang digunakan
untuk

tujuan-tujuan yang lebih besar dibandingkan negara itu sendiri.[2] Di dalam ajaran Liberal Klasik,
ditekankan bahwa masyarakat pada dasarnya dianggap, dapat memenuhi dirinya sendiri, dan negara
hanyalah merupakan suatu langkah saja ketika usaha yang secara sukarela masyarakat telah mengalami
kegagalan.[2]

Dalam liberalisme tidak dapat menerima ajaran dogmatisme (Refuse Dogatism).[2] Hal ini disebabkan
karena pandangan filsafat dari John Locke (1632 – 1704) yang menyatakan bahwa semua pengetahuan
itu didasarkan pada pengalaman. Dalam pandangan ini, kebenaran itu adalah berubah.[2]

Dua Masa Liberalisme[sunting | sunting sumber]

Liberalisme adalah sebuah ideologi yang mengagungkan kebebasan.[2] Ada dua macam Liberalisme,
yakni Liberalisme Klasik dan Liberallisme Modern.[2] Liberalisme Klasik timbul pada awal abad ke 16.[2]
Sedangkan Liberalisme Modern mulai muncul sejak abad ke-20.[2] Namun, bukan berarti setelah ada
Liberalisme Modern, Liberalisme Klasik akan hilang begitu saja atau tergantikan oleh Liberalisme
Modern, karena hingga kini, nilai-nilai dari Liberalisme Klasik itu masih ada.[2] Liberalisme Modern tidak
mengubah hal-hal yang mendasar ; hanya mengubah hal-hal lainnya atau dengan kata lain, nilai intinya
(core values) tidak berubah hanya ada tambahan-tanbahan saja dalam versi yang baru.[2] Jadi
sesungguhnya, masa Liberalisme Klasik itu tidak pernah berakhir.[2]

Dalam Liberalisme Klasik, keberadaan individu dan kebebasannya sangatlah diagungkan.[2] Setiap
individu memiliki kebebasan berpikir masing-masing – yang akan menghasilkan paham baru. Ada dua
paham, yakni demokrasi (politik) dan kapitalisme (ekonomi).[2] Meskipun begitu, bukan berarti
kebebasan yang dimiliki individu itu adalah kebebasan yang mutlak, karena kebebasan itu adalah
kebebasan yang harus dipertanggungjawabkan.[2] Jadi, tetap ada keteraturan di dalam ideologi ini, atau
dengan kata lain, bukan bebas yang sebebas-bebasnya.[4]

Pemikiran Tokoh Klasik dalam Kelahiran dan Perkembangan Liberalisme Klasik[sunting | sunting sumber]

Tokoh yang memengaruhi paham Liberalisme Klasik cukup banyak – baik itu dari awal maupun sampai
taraf perkembangannya. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pandangan yang relevan dari tokoh-tokoh
terkait mengenai Liberalisme Klasik.

John Locke dan Hobbes; konsep State of Nature yang berbeda

Kedua tokoh ini berangkat dari sebuah konsep sama. Yakni sebuah konsep yang dinamakan konsep
negara alamaiah" atau yang lebih dikenal dengan konsep State of Nature.[5] Namun dalam
perkembangannya, kedua pemikir ini memiliki pemikiran yang sama sekali bertolak belakang satu sama
lainnya.[5] Jika ditinjau dari awal, konsepsi State of Nature yang mereka pahami itu sesungguhnya
berbeda.[5] Hobbes (1588 – 1679) berpandangan bahwa dalam ‘’State of Nature’’, individu itu pada
dasarnya jelek (egois) – sesuai dengan fitrahnya.[5] Namun, manusia ingin hidup damai.[5] Oleh karena
itu mereka membentuk suatu masyarakat baru – suatu masyarakat politik yang terkumpul untuk
membuat perjanjian demi melindungi hak-haknya dari individu lain di mana perjanjian ini memerlukan
pihak ketiga (penguasa).[5] Sedangkan John Locke (1632 – 1704) berpendapat bahwa individu pada State
of Nature adalah baik, namun karena adanya kesenjangan akibat harta atau kekayaan, maka khawatir jika
hak individu akan diambil oleh orang lain sehingga mereka membuat perjanjian yang diserahkan oleh
penguasa sebagai pihak penengah namun harus ada syarat bagi penguasa sehingga tidak seperti
‘membeli kucing dalam karung’.[5] Sehingga, mereka memiliki bentuk akhir dari sebuah penguasa/ pihak
ketiga (Negara), di mana Hobbes berpendapat akan timbul Negara Monarkhi Absolute sedangkan Locke,
Monarkhi Konstitusional.[5] Bertolak dari kesemua hal tersebut, kedua pemikir ini sama-sama
menyumbangkan pemikiran mereka dalam konsepsi individualisme.[5] Inti dari terbentuknya Negara,
menurut Hobbes adalah demi kepentingan umum (masing-masing individu) meskipun baik atau tidaknya
Negara itu kedepannya tergantung pemimpin negara.[5] Sedangkan Locke berpendapat, keberadaan
Negara itu akan dibatasi oleh individu sehingga kekuasaan Negara menjadi terbatas – hanya sebagai
“penjaga malam” atau hanya bertindak sebagai penetralisasi konflik.[5]

Adam Smith
Para ahli ekonomi dunia menilai bahwa pemikiran mahzab ekonomi klasik merupakan dasar sistem
ekonomi kapitalis. Menurut Sumitro Djojohadikusumo, haluan pandangan yang mendasari seluruh
pemikiran mahzab klasik mengenai masalah ekonomi dan politik bersumber pada falsafah tentang tata
susunan masyarakat yang sebaiknya dan seyogyanya didasarkan atas hukum alam yang secara wajar
berlaku dalam kehidupan masyarakat. Salah satu pemikir ekonomi klasik adalah Adam Smith (1723-
1790). Pemikiran Adam Smith mengenai politik dan ekonomi yang sangat luas, oleh Sumitro
Djojohadikusumo dirangkum menjadi tiga kelompok pemikiran. Pertama, haluan pandangan Adam Smith
tidak terlepas dari falsafah politik, kedua, perhatian yang ditujukan pada identifikasi tentang faktor-faktor
apa dan kekuatan-kekuatan yang manakah yang menentukan nilai dan harga barang. Ketiga, pola, sifat,
dan arah kebijaksanaan negara yang mendukung kegiatan ekonomi ke arah kemajuan dan kesejahteraan
mesyarakat. Singkatnya, segala kekuatan ekonomi seharusnya diatur oleh kekuatan pasar di mana
kedudukan manusia sebagai individulah yang diutamakan, begitu pula dalam politik.

Relevansi kekuatan Individu Liberalisme Klasik dalam Demokrasi dan Kapitalisme[sunting | sunting
sumber]

Telah dikatakan bahwa setidaknya ada dua paham yang relevan atau menyangkut Liberalisme Klasik. Dua
paham itu adalah paham mengenai Demokrasi dan Kapitalisme.

* Demokrasi dan Kebebasan Dalam pengertian Demokrasi, termuat nilai-nilai hak asasi manusia, karena
demokrasi dan Hak-hak asasi manusia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara yang
satu dengan yang lainnya. Sebuah negara yang mengaku dirinya demokratis mestilah mempraktikkan
dengan konsisten mengenai penghormatan pada hak-hak asasi manusia, karena demokrasi tanpa
penghormatan terhadap hak-hak asasi setiap anggota masyarakat, bukanlah demokrasi melainkan
hanyalah fasisme atau negara totalitarian yang menindas.

Jelaslah bahwa demokrasi berlandaskan nilai hak kebebasan manusia. Kebebasan yang melandasi
demokrasi haruslah kebebasan yang positif – yang bertanggungjawab, dan bukan kebebasan yang
anarkhis. Kebebasan atau kemerdekaan di dalam demokrasi harus menopang dan melindungi demokrasi
itu dengan semua hak-hak asasi manusia yang terkandung di dalamnya. Kemerdekaan dalam demokrasi
mendukung dan memiliki kekuatan untuk melindungi demokrasi dari ancaman-ancaman yang dapat
menghancurkan demokrasi itu sendiri. Demokrasi juga mengisyaratkan penghormatan yang setinggi-
tingginya pada kedaulatan Rakyat.[6]

* Kapitalisme dan Kebebasan Tatanan ekonomi memainkan peranan rangkap dalam memajukan
masyarakat yang bebas. Di satu pihak, kebebasan dalam tatanan ekonomi itu sendiri merupakan
komponen dari kebebasan dalam arti luas ; jadi, kebebasan di bidang ekonomi itu sendiri menjadi
tujuan. Di pihak lain, kebebasan di bidang ekonomi adalah juga cara yang sangat yang diperlukan untuk
mencapai kebebasan politik. Pada dasarnya, hanya ada dua cara untuk mengkoordinasikan aktivitas
jutaan orang di bidang ekonomi. Cara pertama ialah bimbingan terpusat yang melibatkan penggunaan
paksaan – tekniknya tentara dan negara dan negara totaliter yang modern. Cara lain adalah kerjasama
individual secara sukarela – tekniknya sebuah sistem pasaran. Selama kebebasan untuk mengadakan
sistem transaksi dipertahankan secara efektif, maka ciri pokok dari usaha untuk mengatur aktivitas
ekonomi melalui sistem pasaran adalah bahwa ia mencegah campur tangan seseorang terhadap orang
lain. Jadi terbukti bahwa kapitalisme adalah salah satu perwujudan dari kerangka pemikiran libera

Anda mungkin juga menyukai