Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kegiatan pengawasan dilakukan untuk mengetahui apakah semua kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan perencanaan semula serta untuk mengetahui hasil-hasil yang dicapai
dalam jangka waktu tertentu. Tindakan pengawasan juga dapat mengetahui kesalahan-
kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan sehingga dapat dicari solusinya. Pengawasan
dapat dilakukan secara langsung atupun tidak langsung. Secara langsung dilakukan melalui
kegiatan pengawasan ditempat, sedangkan pengawasan tidak langsung dapat melalui
kebijakan-kebijakan, surat edaran, pemberian instruksi melalui surat edaran, dll.
Dilingkup organisasi pendidikan sekolah, pengawasan ditujukan untuk member
bimbingan dan pengarahan, pemeriksaan dan penilaian. Pengawasan ini dilakukan oleh
kepala sekolah. Beliau hartus memeberikan bimbingan, arahan, serta pengawasan terhadap
sejauh mana para guru menjalankan tugasnyadalam usaha mengembangkan potensi siswa.
Selain itu, kepala sekolah juga harus mengontrol kegiatan tata usaha dalam melakuka fungsi-
fungsi administrasi sekolah. Apabila terdapat penyimpangan, hendaknya kepala sekolah
mampu menemukan solusinya.
Pengawasan dilakukan bukan untuk mencari kesalahan orang lain ataupun untuk
memberi hukuman pada yang melakukan penyimpangan, melainkan untuk mengadakan
perbaikkan dalam usaha memenyelesaikan semua permasalahan yang ada demi kepentingan
dan tujuan organisasi. Selain itu seorang pemimpin organisasi atau kepala sekolah sebaiknya
menjauhi sikap ingin menang sendiri, terlalu mengekang dan memakasa kehendak sendiri,
akan tetapi seorang pemimpin harus bijaksana dan mengutamakan keobjektivitasan yang
tinggi.
Pembahasan pada makalah ini, kami akan mencoba memaparkan secara terperinci
tentang pengawasan yang merupakan salah satu proses dari adminstrasi pendidikan.

B. Rumusan masalah
a. Apa pengertian,tujuan , syarat , serta bidang dari pengawasan ?
b. Apa saja bentuk dan tahap dari pengawasan ?
c. Apa saja bidang metode dan karakteristik dari pengawasan ?
2

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian, tujuan , syarat , serta bidang dari pengawasan
b. Untuk mengetahui apa saja bentuk dan tahap dari pengawasan
c. Untuk mengetahui apa saja bidang metode dan karakteristik dari pengawasan
3

BAB ll
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENGAWASAN

Controling merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh
seorang controller ( pengawas). Pengawasan dilakukan untuk menemukan dan mengoreksi
adanya penyimpangan-penyimpangan dari hasil yang telah dicapai dibandingkan dengan
rencana kerja yang telah ditetapkan, pada setiap tahap-tahap kegiatan perlu dilakukan
pengawasan. Sebab apabila terjadi penyimpangan akan lebih cepat melakukan koreksi atau
perbaikan.
Seorang controller ( pengawas ) harus menyelaraskan tingkat jaminan sumber daya
dengan kebutuhan rencana-rencana yang pasti dengan proses mencatat atau dengan
pengendalian perkembangan ke arah tujuan pokok dan sasaran serta metode pencapaiannya
yang memungkinkan seorang pengawas melihat lebih awal adanya penyimpangan. Oleh
karena itu, pengawasan berkaitan erat dengan perencanaan.
Pengawasan ( Controlling ) dapat diartikan secara negatif, positif, dan dalam arti luas.
Dalam arti negatif pengawasan dapat diartikan sebagai tindakan mencari-cari kesalahan
kemudian memberikan sanksi, dan melakukan larangan-larangan. Dalam arti positif
pengawasan ialah tindakan-tindakan agar organisasi atau perusahaan berjalan terarah, tidak
terjadi kesalahan-kesalahan, penyimpangan atau kebocoran di segala bidang. Sedangkan
dalam arti luas, pengawasan adalah aktifitas controller untuk melakukan pengamatan,
penelitian dan penilaian dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi atau perusahaan yang
sedang atau telah berjalan untuk mencapain tujuan yang telah ditetapkan.

Beberapa pengertian pengawasan menurut pakar ekonomi:

1. Menurut Robert J. Mockler pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar


pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasi
dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki
telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.
2. George R. Tery (2006:395) mengartikan pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah
dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan
tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
3. Robbin (dalam Sugandha, 1999 : 150) menyatakan pengawasan itu merupakan suatu proses
aktivitas yang sangat mendasar, sehingga membutuhkan seorang manajer untuk menjalankan
tugas dan pekerjaan organisasi.
4. Kertonegoro (1998 : 163) menyatakan pengawasan itu adalah proses melaui manajer berusaha
memperoleh kayakinan bahwa kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaannya.
4

5. Terry (dalam Sujamto, 1986 : 17) menyatakan Pengawasan adalah untuk menentukan apa
yang telah dicapai, mengadakan evaluasi atasannya, dan mengambil tindakan-tidakan
korektif bila diperlukan untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan rencana.
6. Dale (dalam Winardi, 2000:224) dikatakan bahwa pengawasan tidak hanya melihat sesuatu
dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti
memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang
direncanakan.
7. Admosudirdjo (dalam Febriani, 2005:11) mengatakan bahwa pada pokoknya pengawasan
adalah keseluruhan daripada kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang
atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma, standar atau rencana-rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya.
8. Sagian (1990:107) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengawasan adalah proses
pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya
semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya.
9. Kesimpulannya, pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar
pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan,merancang system informasi umpan
balik,membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya,menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil
tindakan koreksi yang diperlukan.

B. TUJUAN DARI PENGAWASAN

Sesuai dengan pengertian pengawasan dalam arti luas, maka pengawasan bertujuan :
1. Menemukan dan menghilangkan kemacetan yang mungkin timbul.
2. Melakukan pencegahan dan perbaikan kesalahan yang ada.
3. Mencegah penyimpangan
4. Mengadakan koreksi apakah hasil sesuai rencana,
5. Memperoleh efisiensi dan efektifitas.
6. Mendidik pegawai dan mempertebal rasa tanggung jawab.

Menurut Griffin (2000), tujuan dari fungsi pengawasan dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

1. Adaftasi Lingkungan
Tujuannya adalah agar sebuah perusahaan dapat beradaftasi dengan perubahan yang terjadi di
lingkungan perusahaan, baik internal maupun eksternal. Contoh : ketika ICT belum
secanggih saat ini , kualifikasi minimum tenaga kerja di sebuah perusahaan barangkali hanya
dibatasi pada kemampuan mengetik. Namun saat ini hampir seluruh perusahaan
menggunakan komputer sebagai ujung tombak kegiatan sehari-hari.
2. Meminimalkan kegagalan
Ketika perusahaan menjalankan kegiatan produksi misalnya perusahaan memiliki target
produksi sebanyak 10.000 unit maka perusahaan berharap bagian produksi bisa menghasilkan
produk sebanyak itu. Katakanlah bagian produksi hanya menghasilkan 9.000 unit yang
memenuhi standar sedangkan 1000 unit tidak memenuhi standar. Maka perusahaan
5

mengalami kerugian 1000 unit dalam produksinya. Oleh karena itu perusahaan perlu
menjalankan pengawasan agar target tersebut terpenuhi.

3. Meminimumkan biaya
Sebagaimana contoh di atas jika target terpenuhi maka biaya dapat diminimalkan, akan tetepi
jika kondisinya seperti di atas 1000 unit tidak memenuhi standar maka hal itu tidak bisa
dikatakan meminimalkan biaya malah menambah beban biaya produksi.
4. Mengantisipasi kompleksitas dari organisasi
Tujuan terakhir dari fungsi pengawasan adalah agar perusahaan dapat mengantisipasi
berbagai kegiatan organisasi yang kompleks. Ketika kegiatan perusahaan hanya
memproduksi satu jenis barang, atau 10 orang pekerja, atau 2 bagian dalam struktur
organisasi, barangkali kegiatan manajemen lebih mudah untuk dilakukan.

C. SYARAT-SYARAT PENGAWASAN

1. Pengawasan harus mendukung sifat dan kebutuhan kegiatan.


2. Pengawasan harus melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi
3. Pengawasan harus mempunyai pandangan ke depan.
4. Pengawasan harus obyektif,teliti,dan sesuai dengan standar.
5. Pengawasan harus luwes atau fleksibel.
6. Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi.
7. Pengawasan harus ekonomis.
8. Pengawasan harus mudah dimengerti.
9. Pengawasan harus diikuti dengan perbaikan atau koreksi.

D. BIDANG-BIDANG PENGAWASAN

‘Fakta yang dilihat pengawasan tidak hanya dilakukan bagi para pekerja di perusahaan,
namun mencakup hampir semua bidang dalam perusahaan. Secara singkat pengawasan dapat
dilakukan pada bidang :
a. Produksi
Di bidang ini pengawasan dimulai saat menerima pesanan dari pembeli, kemudian melakukan
pembelian bahan sampai dengan produk selesai dibuat. Hal ini meliputi pula pengawasan
persediaan barang dan pengawasan kualitas serta kuantitas produk.
b. Pemasaran
Tugas bagian ini dimulai saat produk akan dikirim ke pasar atau konsumen. Oleh karena itu
biasanya pengawasan berawal dari sini, tetapi adakalanya bagi perusahaan yang cukup besar
sebelumnya sudah dimulai dengan riset dan mengumpulkan informasi dari pasar.
c. Keuangan
Bidang ini harus ditangani dengan cepat, tepat, dan akurat. Pengolahan dan pengawasan yang
kurang teliti akan berakibat terjerumusnya perusahaan di dalam masalah keuangan yang
bertujuan agar perusahaan dapat menekan biaya-biaya yang digunakan.
6

d. Personalia
Bidang ini merupakan factor penting yang akan ikut menentukan tercapainya tujuan suatu
organisasi sehingga perlu mendapatkan perhatian yang serius. Tugas dari bidang ini adalah
mengatur, membina, menggerakkan, mengarahkan, serta mengembangkan pegawai agar
mampu menyelesaikan tugas-tugasnya secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya
tujuan perusahaan atau organisasi.
e. Administrasi (Perkantoran)
Bidang ini merupakan penerapan fungsi manajemen dibidang perkantoran, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan kantor agar tujuan perusahaan
dapat tercapai dan karyawan merasa puas.

E. PENTINGNYA PENGAWASAN

Suatu organisasi akan berjalan terus dan semakin komplek dari waktu ke waktu, banyaknya
orang yang berbuat kesalahan dan guna mengevaluasi atas hasil kegiatan yang telah
dilakukan, inilah yang membuat fungsi pengawasan semakin penting dalam setiap organisasi.
Ada beberapa alas an mengapa pengawasan itu penting, diantaranya :

1. Perubahan lingkungan organisasi


Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus-menerus dan tak dapat dihindari,
seperti munculnya inovasi produk dan pesaing baru, diketemukannya bahan baku baru dsb.
Melalui fungsi pengawasannya manajer mendeteksi perubahan yang berpengaruh pada
barang dan jasa organisasi sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan
kesempatan yang diciptakan perubahan yang terjadi.

2. Peningkatan kompleksitas organisasi


Semakin besar organisasi, makin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati.
Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin kualitas dan profitabilitas tetap terjaga.
Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan efektif.

3. Meminimalisasikan tingginya kesalahan-kesalahan


Bila para bawahan tidak membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan
fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering membuat kesalahan. Sistem
pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.

4. Kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang


Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab atasan itu
sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara manajer dapat menen-tukan apakah bawahan telah
melakukan tugasnya adalah dengan mengimplementasikan sistem penga-wasan.

5. Komunikasi

6. Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi


7

Langkah terakhir adalah pembandingan penunjuk dengan standar, penentuan apakah tindakan
koreksi perlu diambil dan kemudian pengambilan tindakan

F. BENTUK-BENTUK PENGAWASAN

F.1 Pengawasan Pendahulu (feeforward control, steering controls, preliminary control).


Dirancang untuk mengantisipasi penyimpangan standar dan memungkinkan koreksi dibuat
sebelum kegiatan terselesaikan. Pengawasan ini akan efektif bila manajer dapat
menemukan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang perubahan yang terjadi atau
perkembangan tujuan.
F.2 Pengawasan Concurrent (concurrent control )
Yaitu pengawasan “Ya-Tidak”, atau pengawasan yang terjadi ketika pelaksanaan
berlangsung, dimana suatu aspek harus memenuhi syarat yang ditentukan sebelum kegiatan
dilakukan guna menjamin ketepatan pelaksanaan kegiatan.
F.3 Pengawasan Umpan Balik (feedback control, past-action controls).
Yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, guna mengukur
penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai

G. TAHAP-TAHAP PENGAWASAN

G.1 Tahap Penetapan Standar


Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan kegiatan yang digunakan
sebagai patokan dalam pengambilan keputusan. Bentuk standar yang umum yaitu :
a. standar fisik
b. standar moneter (biaya)
c. standar waktu

G.2 Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan


Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara tepat.

G.3 Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan


Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang berupa atas, pengamatan, laporan,
metode, pengujian, dan sampel.

G.4 Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan


Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan menganalisanya
mengapa bisa terjadi demikian, juga digunakan sebagai alat pengambilan keputusan bagai
manajer.

G.5 Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi


Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada perbaikan
dalam pelaksanaan.
8

Menurut Kadarman (2001, hal. 161) langkah-langkah proses pengawasan yaitu:

a. Menetapkan Standar
Karena perencanaan merupakan tolak ukur untuk merancang pengawasan, maka secara logis
hal irri berarti bahwa langkah pertama dalam proses pengawasan adalah menyusun rencana.
Perencanaan yang dimaksud disini adalah menentukan standar.

b. Mengukur Kinerja
Langkah kedua dalam pengawasan adalah mengukur atau mengevaluasi kinerja yang dicapai
terhadap standar yang telah ditentukan.

c. Memperbaiki Penyimpanga
Proses pengawasan tidak lengkap jika tidak ada tindakan perbaikan terhadap penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi.

Menurut G. R. Terry dalam Sukama (1992, hal. 116) proses pengawasan terbagi atas 4 tahapan,
yaitu:

a. Menentukan standar atau dasar bagi pengawasan.


b. Mengukur pelaksanaan
c. Membandingkan pelaksanaan dengan standar dan temukanlah perbedaan jika ada.
d. Memperbaiki penyimpangan dengan cara-cara tindakan yang tepat.

Terry (dalam Winardi, 1986:397) bahwa pengawasan terdiri daripada suatu proses yang
dibentuk oleh tiga macam langkah-langkah yang bersifat universal yakni:

a. mengukur hasil pekerjaan,


b.membandingkan hasil pekerjaan dengan standard dan memastikan perbedaan (apabila ada
perbedaan),
c. mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan perbaikan.

Maman Ukas (2004:338) menyebutkan tiga unsur pokok atau tahapan-tahapan yang selalu
terdapat dalam proses pengawasan, yaitu:

a. Ukuran-ukuran yang menyajikan bentuk-bentuk yang diminta. Standar ukuran ini bisa nyata,
mungkin juga tidak nyata, umum ataupun khusus, tetapi selama seorang masih menganggap
bahwa hasilnya adalah seperti yang diharapkan.

b. Perbandingan antara hasil yang nyata dengan ukuran tadi. Evaluasi ini harus dilaporkan
kepada khalayak ramai yang dapat berbuat sesuatu akan hal ini.
9

c. Kegiatan mengadakan koreksi. Pengukuran-pengukuran laporan dalam suatu pengawasan


tidak akan berarti tanpa adanya koreksi, jikalau dalam hal ini diketahui bahwa aktivitas
umum tidak mengarah ke hasil-hasil yang diinginkan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa proses pengawasan dilakukan berdasarkan
beberapa tahapan yang harus dilakukan.

 Menetapkan standar pelaksanaan (perencanaan)


Sehingga dalam melakukan pengawasan manajer mempunyai standard yang jelas.
 Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
Mengukur kinerja pegawai, sejauh mana pegawai dapat menerapkan perencanaan
yang telah dibuat atau ditetapkan perusahaan sehingga perusahaan dapat mencapai
tujuannya secara optimal.
 Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standard dan penganalisa
penyimpangan-penyimpangan
 Pengambilan tindakan koreksi
Melakukan perbaikan jika ditemukan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.

H. MACAM DAN JENIS-JENIS PENGAWASAN

Ada beberapa macam pengawasan ditinjau dari beberapa segi antara lain:

1.Menurut Ruang Lingkupnya

 Pengawasan Administrasi yaitu pengawasan yang meliputi seluruh aktifitas organisasi


atau perusahaan.
 Pengawasan Manajerial yaitu pengawasan yang bersifat khusus yang berlaku hanya untuk
suatu bagian atau unit tertentu saja.

2. Menurut Obyek Pengawasan

a. Pengawasan keuangan
b. Pengawasan kepegawaian
c. Pengawasan pemasarann
d. Pengawasan produksi
e. Pengawasan kualitas
f. Pengawasan persediaan

3. Menurut Pihak yang Mengawasi


a. Internal control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan yang ada dalam
organisasi atau perusahaan itu sendiri.
b. External control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan dari luar
organisasi atau perusahaan.
10

c. Direct Control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan yang bersangkutan (
pengawasan langsung ).
d. Indirect Control, yaitu pengawasan yang dilakukan bukan oleh atasan langsung, misalnya
pengawasan oleh kepala biro, atau kepala bagian ( pengawasan tidak langsung).
e. Formal Control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat ( sosial control),misalnya
oleh berbagai media.

4. Menurut Waktu

A. Preventif Control, yaitu pengawasan yang bersifat pencegahan sebelum terjadinya kesalahan
atau penyimpangan.
B. Reprensif Control, yaitu pengawasan setelah terjadinya penyimpangan atau kesalahan.
Selain macam pengawasan di atas, ada beberapa jenis dari pengawasan, diantaranya :
a. Pengawasan Kemudi (Steering Control) atau disebut pula pengawasan umpan maju
(feed forward control), pengawasan ini dirancang untuk mendeteksi adanya
penyimpangan dari tujuan yang telah ditetapkan dan memperbolehkan mengambil
tindakan koreksi sebelum kegiatan selesai dikerjakan.
b. Pengawasan Skrening (Screening Control), bisa disebut pengawasan ya atau tidak (yes or
no control). Tipe pengawasan ini merupakan proses yang terlebih dahulu menyetujui
aspek tertentu dari sebuah prosedur, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum
kegiatan dilanjutkan. Disini segi keamanan merupakan faktor kunci dan bahkan dapat
memberikan keamanan ekstra kepada manajer.
c. Pengawasan Purnakarya (Post Action Control) atau disebut pengawasan umpan balik
(Feed Back Control), jenis pengawasan ini mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang
telah diselesaikan.

I. Metode dan Karakteristik Pengawasan yang Efektif

Secara garis besar pengawasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode pengawasan
kualitatif dan metode pengawasan kuantitatif. Pengawasan kualitatif dilakukan oleh manajer
untuk menjaga performance organisasi secara keseluruhan, sikap serta performance
karyawan. Metode pengawasan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan data, biasanya
digunakan untuk mengawasi kuantitas maupun kualitas produk. Ada beberapa cara yang
biasa digunakan untuk mengadakan pengawasan kuantitatif, antara lain: dengan
menggunakan anggaran, mengadakan auditing, analisis break even, analisis rasio dan
sebagainya.
Adapun metode-metode pengawasan bisa dikelompokkan ke dalam dua bagian yakni :
a. Pengawasan Non-Kualitatif
Pengawasan non-kualitatif tidak melibatkan angka-angka dan dapat digunakan untuk
mengawasi prestasi organisasi secara keseluruhan. Teknik-teknik yang sering digunakan
adalah :
1. Pengamatan (pengendalian dengan observasi). Pengamatan ditujukan untuk mengendalikan
kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
11

2. Inspeksi teratur dan langsung. Inspeksi teratur dilakukan secara periodic dengan mengamati
kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
3. Laporan lisan dan tertulis. Laporan lisan dan tertulis dapat menyajikan informasi yang
dibutuhkan dengan cepat disertai dengan feed-back dari bawahan dengan relatif lebih cepat.
4. Evaluasi pelaksanaan.
5. Diskusi antara manajer dengan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan. Cara ini dapat
menjadi alat pengendalian karena masalah yang mungkin ada dapat didiagnosis dan
dipecahkan bersama.
6. Management by Exception (MBE). Dilakukan dengan memperhatikan perbedaan yang
signifikan antara rencana dan realisasi. Teknik tersebut didasarkan pada prinsip pengecualian.
Prinsip tersebut mengatakan bahwa bawahan mengerjakan semua kegiatan rutin, sementara
manajer hanya mengerjakan kegiatan tidak rutin.

b. Pengawasan Kuantitatif
Pengawasan kuantitatif melibatkan angka-angka untuk menilai suatu prestasi.
Beberapa teknik yang dapat dipakai dalam pengawasan kuantitatif :
1. Anggaran
Anggaran operasi, anggaran pembelanjaan modal, anggaran penjualan, anggaran kas.
Anggaran khusus, seperti planning programming, bud getting system (PBS), zero-base
budgeting ( ZBB ), dan human resource accounting (HRA).
2. Audit
Internal audit, tujuannya adalah membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan
tanggung jawab mereka dengan cara mengajukan analisis, penilaian, rekomendasi dan
komentar mengenai kegiatan mereka.
Eksternal audit, tujuannya menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara
wajar keadaan keuangan dan hasil perusahaan.
3. Analisa Break-Even
Menganalisa dan menggambarkan hubungan biaya dan penghasilan untuk menentukan pada
volume berapa agar biaya total sehingga tidak mengalami laba atau rugi.
4. Analisis Rasio
Menyankut dua jenis perbandingan :
Membandingkan rasia saat ini dengan rasia-rasia dimasa lalu.
Membandingkan rasia-rasia suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis.

I.Sistem Pengawasan Tradisional

Sistem pengawasan tradisional melibatkan kegiatan monitoring yang bersifat eksternal.


Kinerja pegawai akan diawasi oleh atasan para pegawai. Kinerja keuangan akan diawasi oleh
orang-orang yang berada di luar bagian keuangan yang bertugas untuk melakukan
pengawasan dan penilaian terhadap kinerja keuangan.

Terdapat tiga pendekatan dalam system pengawasan tradisional, yaitu pengawasan diagnostik
(diagnostic control), pengawasan berdasarkan batasan-batasan (boundary control), dan
pengawasan interaktif (interactive control)
12

a. Pengawasan Diagnostik, adalah pengawasan yang dilakukan oleh manajer dimana setelah
standar ditetapkan,manajer melakukan pengawasan dan penilaian apakah standar telah
dicapai ataukah belum. Sekiranya belum tercapai maka manajer kemudian berkewenangan
untuk melakukan diagnosa atau faktor-faktor yang menyebabkan standar belum tercapai
untuk kemudian mengambil keputusan yang terkait dengan upaya untuk pencapaian standar
sesuai dengan yang semestinya.

b. Pengawasan Berdasarkan Batasan-Batasan, yaitu pengawasan yang dilakukan melalui


penetapan aturan atau prosedur yang dengan aturan dan prosedur tersebut keseluruhan
anggota dan pihak yang terkait dalam perusahaan akan menyesuaikan diri dengan aturan dan
prosedur tersebut dalam menjalankan seluruh aktivitas terkait dengan perusahaan.

c. Pengawasan Interaktif, adalah pengawasan yang dilakukan oleh manajer yang secara
interaktif dan terus menerus melakukan komunikasi dengan pegawai secara personal
mengenai berbagai hal yang terkait dengan pekerjaan yang dilakukan. Dengan komunikasi
personal dan dilakukan secara interaktif ini, manajer dapat mengetahui apakah jalannya
perusahaan telah mencapai standar yang diinginkan atau belum

J. Prinsip-Prinsip Pengawasan

Pengawasan yang efektif memiliki dua prinsip pokok, yaitu adanya rencana tertentu dan
adanya pemberian instruksi-instruksi, serta wewenang kepada bawahan. Prinsip pokok yang
pertama merupakan standar atau alat pengukur dari suatu pekerjaan yang dilaksanakan
bawahan. Rencana tersebut menjadi penunjuk apakah pelaksanaan pekerjaan berhasil atau
tidak. Prinsip pokok kedua juga harus ada, agar sistem pengawasan dapat benar-benar efektif
dilaksanakan. Wewenang dan juga instruksi-instruksi yang jelas harus diberikan kepada
bawahan karena berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahan sudah menjalankan
tugas-tugasnya dengan baik atau tidak.

Suatu sistem pengawasan harus mengandung prinsip-prinsip berikut:

1. Dapat merefleksi sifat-sifat dan kebutuhan-kebutuhan dari kegiatan-kegiatan yang


harus diawasi.
2. Dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan.
3. Fleksibel.
4. Dapat merefleksi pola organisasi.
5. Ekonomis
6. Dapat dimengerti.
7. Dapat menjamin diadakannya tindakan korektif.

Kegiatan secara membutuhkan sistem pengawasan yang berbeda sesuai dengan karakteristik
kegiatan tersebut. Pengawasan pembelajaran tentunya berbeda dengan pengawasan
ketatausahaan.
13

Sistem pengawasan yang efektif harus dapat segera melaporkan penyimpangan-


penyimpangan sehingga berdasarkan penyimpangan-penyimpangan itu dapat diambil
tindakan untuk pelaksanaan selanjutnya agar pelaksanaan keseluruhan benar-benar dapat
sesuai atau mendekati apa yang direncanakan sebelumnya.

Sistem pengawasan dapat dikatakan efektif apabila sistem pengawasan tersebut memenuhi
prinsip fleksibilitas. Artinya sistem pengawasan tersebut tetap dapat dipergunakan, meskipun
terjadi perubahan-perubahan terhadap rencana di luar dugaan.

Titik berat pengawasan adalah berkisar pada manusia, karena manusialah yang melakukan
kegiatan-kegiatan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam organisasi, kegiatan-kegiatan
atau tugas-tugasnya sudah tergambar dalam organisasi, maka sistem pengawasan harus dapat
memenuhi prinsip dapat merefleksikan pola organisasi.

Sifat ekonomis dalam proses pengawasan juga sangat diperlukan. Tidak seharusnya membuat
sistem pengawasan yang mahal, apabila tujuan pengawasan dapat diwujudkan melalui sistem
pengawasan yang murah.

Pengawas yang mengawasi kegiatan-kegiatan, haruslah memahami dan menguasai sistem


pengawasan yang dianut dalam suatu organisasi. Tanpa memahami sistem pengawasan, maka
pelaksanaan pengawasan tidak dapat efektif.

Akhirnya suatu sistem pengawasan barulah dapat dikatakan efektif, apabila dapat melaporkan
kegiatan yang salah, dimana kesalahan itu terjadi dan siapa yang bertanggung jawab atas
kesalahan tersebut. Ini sesuai dengan salah satu tujuan pengawasan, yaitu untuk mengetahui
kesalahan-kesalahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan suatu
kegiatan.
14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas dapat disimpulkan pengawasan merupakan fungsi
administasi dalam fungsi administrator yang memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai
dengan yang dikehendaki. Tujuan dari pengawasan adalah mencegah dan memperbaiki
masalah dan memperoleh efisiensi dan efektifitas . Adapun syarat syarat nya adalah harus
obyektif teliti dan fleksibel juga harus ekonomis yang terdiri dari bidang produksi,
pemasaran, keuangan,personalia, dan administrasi.
Bentuk bentuk pengawasan terdiri dari pendahuluan,concurrent, dan pengawasan
umpan balik. Untuk mencapai tujuan pengawasan dengan baik dan benar maka tahap tahap
berikut harus dilakukan yaitu penetapan standar, penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
,perbandingan pelaksanaan dengan standar analisa penyimpangan serta pengambilan tindakan
koreksi
Metode pengawasan terdiri dari non kualitatif dan kuantitatif. Pengawasan non-
kualitatif tidak melibatkan angka-angka dan dapat digunakan untuk mengawasi prestasi
organisasi secara keseluruhan.

Saran
Demikianlah makalah ini kami paparkan dan kami merasa bahwa dalam makalah ini
masih terdapat banyak sekali kekurangan. Dalam pembahasan pertama para pembaca dapat
menambhakan pengertian pengawasan menurut para ahli lainnya.
Terdapat banyak kekurangan di pembahasan kedua saya menyarankan kepada
pembaca untuk dapat lebih memahami materi bagian kedua ini dengan membaca buku
Administrasi Kontemporer karangan Syaiful karena disana terdapat pemaparan materi secara
luas dan rinci.
Pembahasan ketiga metode dan karakteristik tersebut saya ambil dari satu sisi sudut
pandang saja mungkin para pembaca dapat memberikan sudut pandang yang berbeda
terhadap metode dan karakteristik dari pengawasan.
15

DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Ngalin. 1993. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Sagala, Syaiful. 2012. Administrasi Pendidikan Kontempore. Bandung: Alfabeta

Sutisna, Oteng. 1987. Administrasi Pendidikan; Dasar Teknik untuk Praktik


Profesional. Bandung: Angkasa.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2012. Manajemen Pendidikan. Bandung:


Alfabeta
16

Anda mungkin juga menyukai