BAB I
PENDAHULUAN
kehidupan perlu mendapat informasi dan pendidikan yang layak baik secara
sangat penting untuk kehidupan remaja agar tidak terjebak dalam pola
didapat remaja dari petugas kesehatan 60%, orang tua remaja 65%, dan
presentase tertinggi di perioleh remaja dari teman yaitu sebesar 77,3%, dari
data tersebut menunjukkan peran orang tua dan petugas kesehatan masih
Informasi yang diperoleh dari teman belum tentu sepenuhnya benar dan bisa
perempuan Indonesia pada tahun 2000 (11,2%) dan pada triwulan III, 2010
seksual (40,8%) dan pengguna narkoba suntik hanya 7,2% selama 10 tahun.
1
2
umur 20-29 tahun (47,8%) dan umur 30-39 tahun (31%). Poliklinik Pokdisus
HIV RSCM, periode Januari 2010-2012, kasus ODHA berobat jalan (1.922)
lebih dari 5000 dengan kunjungan 60-100 kasus perhari, tingkat pendidikan
didominasikan SMA (57%) dengan status menikah (68%) dan janda (15,2%).
(90%).
media massa menjadikan perilaku dan gaya hidup remaja menjadi permisif
mudah dapat dan didapatkan melalui media massa, orang tua, guru, maupun
3
dari internet (31,51%), majalah (21,92%), teman (32,3%), dan guru (16,44%).
(Hidayangsih,dkk,2009).
bahwa terdapat 34 juta orang dengan HIV di seluruh dunia. Sebanyak 50% di
antaranya adalah perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun.
sekitar 1,3 juta orang (37%) perempuan terinfeksi HIV. Dibanyak negara
sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan September 2014,
32.782 , dan dari hasil SDKI-R Tahun 2014 menujukan bahwa pengetahuan
remaja umur 15-24 tahun tentang kesehatan reproduksi dan cara paling
Provinsi pertama kali ditemukan adanya kasus HIV/ AIDS adalah Provinsi
4
Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Sulawesi Barat pada tahun
Atas di Jakarta dengan hasil 76,3% remaja yang tidak berperan aktif dalam
cetak maupun elektronik dan 23,7% remaja berperan aktif dalam mencari
HIV dan AIDS sampai dengan bulan Agustus 2010 semua kelompok umur
SMP dan SMA yang pernah menonton film porno mencapai 97% . Remaja
SMA yang tidak perawan lagi 62,7% dan remaja yang pernah aborsi
mencapai 21,2%.
Dari data dan masalah yang diuraikan diatas maka penulis mencoba
lingkup kerja bagi penulis dan belum pernah dilakukan penelitian tentang
HIV/AIDS.
kejadian HIV/AIDS masih tinggi terutama di DKI Jakarta Sebesar 32.782 , dan
dari hasil SDKI-R Tahun 2014 menujukan bahwa pengetahuan remaja umur
15-24 tahun tentang kesehatan reproduksi dan cara paling penting untuk
menghindari infeksi HIV masih terbatas . Keinginan untuk mencari tahu hal-hal
baru yang menggebu-gebu dimasa remaja , meningkatnya minat seks pra nikah
kurang tepat. Dengan meningkatnya kasus HIV baru di Jakarta dan kerentanan
remaja akan infeksi HIV ,maka dibutuhkan penelitian mengenai HIV AIDS
HIV/AIDS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2013)
benar.
8
8
real (sebenarnya).
sama lain.
objek.
2.2 Remaja
2.2.1 Pengertian
(Soetjiningsih, 2004)
masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu
masa dewasa muda. Berdasarkan waktu usia remaja dibedakan atas tiga,
9
yaitu: Masa remaja awal yaitu 12-15 tahun, masa remaja pertengahan
yaitu 15-18 tahun, dan masa remaja akhir yaitu 18-21 tahun. Remaja tidak
(Soetjiningsih, 2004)
memadai tentang seksual pranikah. Hal ini disebabkan orang tua merasa
2.3.1 Pengertian
AIDS itu sendiri terdapat di dalam cairan tubuh manusia yang telah
terinfeksi seperti di dalam darah, sperma, cairan vagina, air susu ibu
bodi yang ada dalam serum dengan memperlihatkan warna yang lebih
serius. Oleh sebab itu pemeriksaan ELISA diulang dua kali, dan jika
yang lebih spesifik, yaitu Western blot. Pemeriksaan Western blot juga
1. Fase dimana tubuh sudah terinfeksi HIV, gejala dan tanda belum
b. Diare terus-menerus
4. Fase keempat Pada fase ini kekebalan tubuh berkurang dan timbul
AIDS.
Lymphadenopathy)
beraktifitas normal
cheilitis)
- Sariawan
dibulan terakhir
D. Stadium IV
- Menggunakan kondom
seks bebas, anak-anak dari ibu yang terinfeksi HIV. Kelompok lain
menggunakan kondom.
14
belahan bumi bagian timur yang jelas sangat berbeda sistem social
budayanya.
kenal di indonesia.(Muninjaya,1999)
menjadi tiga (tiga) yaitu media cetak (booklet, leaflet, flyer, flift chart,.
Rubrik atau tulisan pasa surat kabar atau majalah, poster dan foto),
media elektronik (televisi, radio, video, slide, film strip), dan media
2008)
HIV /AIDS .
16
BAB III
METODE
BAB IV
HASIL
17
Berdasarkan temuan pre test dan post test dari keseluruhan 40 peserta
terjadi peningkatan nilai yang signifikan. Hasil pre test menemukan nilai
rata-rata seluruh peserta adalah 48% dan nilai post test ditemukan rata-rata
85%.
Melalui intervensi berupa penyuluhan, ditemukan peningkatan
pengetahuan yang signifikan. Penyuluhan ini tidak secara langsung
menurunkan angka HIV/AIDS, namun pengetahuan remaja dan kesadaran
mereka dapat berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja, dan perilaku
19
Indikator Keberhasilan
Peserta yang hadir > 80% yaitu sebanyak 40 orang
Acara yang diselenggarakan berlangsung tepat waktu yaitu pukul 09.00
dan selesai pukul 12.00
Antusias peserta cukup baik, dapat dilihat dari jumlah pertanyaan pada
saat diskusi grup yang diajukan >3 pertanyaan.
Terdapat Hasil yang signifikan antara pre test dan post test setelah
pemberian penyuluhan.
BAB V
20
5.1 Kesimpulan
Kegiatan Penyuluhan Pengetahuan HIV/AIDS berhasil dilaksanakan
tanpa kendala berarti dan mencapai tujuan yang diinginkan yakni
memberikan informasi kepada remaja, terutama remaja dir w 03
KKelurahan Cipinang Melayu, mengenai HIV/AIDS yaitu pengenalan
tentang HIV/AIDS itu sendiri, penjelasan proses infeksinya, penjelasan
cara penularan, pengenalan tanda dan gejala, serta cara pencegahan dan
penaggulangannya, dan masih terdapat beberapa remaja yang mempunyai
tingkat pengetahuan yang rendah mengenai HIV/AIDS, hal itu menjadi
tugas dan tanggung jawab kita sebagai tenaga kesehatan untuk lebih gencar
dalam mempromosikan kesehatan terutama mempromosikan atau
memberikan pengetahuan tentang HIV/AIDS ini ke pada remaja khususnya
di DKI Jakarta mengingat kasus HIV/AIDS masih cukup tinggi dan naik
tiap tahunnya.
Keterbatasan akses dan informasi yang kurang tepat mengenai
seksualitas dan kesehatan reproduksi bagi remaja di Indonesia dapat
berdampak negatif dalam kehidupannya, misalnya banyaknya kasus free
seks, KTD, aborsi remaja, hingga penyakit menular seksual dan lain- lain.
Bila remaja dibekali pengetahuan tentang reproduksi dan pengetahuan
tentang HIV yang komprehensif, maka remaja dapat lebih
bertanggung jawab dalam berbuat dan mengambil keputusan
sehubungan dengan kesehatan reproduksinya. Peran keluarga, sekolah,
lingkungan maupun dinas terkait sangat penting agar tercipta generasi
remaja yang berkualitas.
5.2 Saran
21
Daftar Pustaka
22