Anda di halaman 1dari 26

Laporan Praktikum Fisika Dasar I

Elastisitas
Dosen Pengampu: Suhadi, M.Si

Oleh:
Ahmad Falah (1652240004)

Program Studi Pendidikan Fisika


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari sering memperaktikan ilmu-ilmu
fisika, baik yang sudah dipelajari maupun yang belum dipelajari. Namun
seiringnya praktikan tidak menyadari dan tidak paham akan hal itu. Sebagai
contoh hal yang berhubungan dengan fisika yang sering ditemui dalam kehidupan
sehari-hari adalah sebuah karet gelang yang praktikan rentangkam, jika dilepaskan
akan kembali kebentuk semula. Itulah yang menandakan adanya sifat elastis benda
yang dikenal dengan keelastisitasan. Semua benda nyata, jika diberi gaya akan
yang bekerja padanya. Perubahan bentuk atau volume tersebut ditentukan oleh
gaya molekulnya kutipan
Menurut Giancoli(2004),Sifat elastis atau elastisitas adalah kemampuan
suatu benda untuk kembali kebentuk awalnya, segera setelah gaya luar yang
diberikan kepada benda itu dihilangkan. Jika sebuah gaya diberikan pada benda,
seperti batang logam yang digantung vertikal panjang benda berubah
B. Tujuan
Adapun tujuan Praktikum Fisika Dasar I tentang Elastisitas adalah sebagai
berikut:
1. Dapat memhami tentang pengunaan Hukum Hooke mengeni elastistas pegas
dari bahan baja
2. Dapat menetukan konstanta pegas dari pegas dan membandingkan nilai
konstanta yang diperoleh dari metode grafik dengan persamaan Hukum
Hooke

.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Elastisitas
Menurut Giancoli(2004),Sifat elastis atau elastisitas adalah kemampuan
suatu benda untuk kembali kebentuk awalnya, segera setelah gaya luar yang
diberikan kepada benda itu dihilangkan. Jika sebuah gaya diberikan pada benda,
seperti batang logam yang digantung vertikal panjang benda berubah, jika besar
perpanjangan ΔL lebih kecil dibandingkan dengan panjang benda. Dapat
dituliskan dalam persamaan:
F = k ΔL.
F menyatakan gaya yang menarik benda, ΔL adalah perubahan panjang dan k
adalah konstanta pembandingan. Sampai suatu titik yang lebih jauh sepanjang
kurva yang disebut batas elastik, benda akan kembali kepanjang semula jika gaya
dilepaskan.

B. Hukum Hooke
Menurut Young (2002), Hukum Hooke yaitu perbandingan antara
tegangan dan regangan dalam deformasi elastis memiliki rentangan keabsahan
yang terbatas. Jika hukum Hooke dipenuhi maka grafiknya adalah sebuah garis
lurus dengan kemiringan sama dengan Modulus Young.
Menurut Young (2002), Dari a ke b tegangan dan regangan tidak lagi
sebanding, dan hokum Hooke tidak lagi berlaku. Jika beban didihilangkan secara
bertahap dimulai pada semua titik diantara O dan b, maka kurva akan kembali
menulusuri jejak kurva sebelumnya sehingga bahan dapat kembali kepanjang
semula. Deformasinya bola-blik dan gaya-gayanya adalah bersifat kekal, energi
yang telah diberikan pada suatu bahan untuk menghasilkan deformasi pada bahan
tersebut akan kembali didadati ketika tegangan dihilangkan.
Menurut Soedojo (2004), Menurut Hooke regangan sebaanding dengan
teganganya dimana yang dimaksud dengan regangan ialah prosentase perubahan
dimensi. Tegangan ialah gaya yang menegangkan per satuan luas penampang yang
di kenainya.
Menurut Soedojo (2004), Dikenal dengan tiga macam regangan yakni,
regangan panjang, regangan volume, dan regangan sudut.
1. Regangan Panjang
Dengan panjang semula sewaktu tiada regangan 1ₒ dan penambahan
panjang Δ1 akibat tegangan, reganganya diberikan oleh Δ1 / 1ₒ
sedangkan jikalau luas penampangan A dan gaya tegangan yang
meregangkan ialah W, maka teganganya adalah W/A. Berdasarkan Hukum
Hooke ditulis:
Y(Δ1 / 1ₒ) = W / A
Dengan tatapan pembandingan lurus Y yang dinamakan modulus Elastisitas
Young, ini berarti bahwa untuk menambah panjang 1 mm dari panjang semula
yang 1 m diperlakukan tegangan kira-kira 10 gram/cm² bagi karet dan kira-
kira 2 ton/cm² bagi kawat baja.

2. Regangan Sudut
Sudut tentu regangan volum yang dimaksud bukanlah penambahan
volum melainkan pengerutan volum akibat penekanan. Untuk itu menurut
Hukum Hooke kita dapat menulis:
B(-ΔV / Vₒ) = P
Dengan B ialah apa yang disebut modulus ketegaran yang besaranya kurang
lebih 1/3 modulus Young. Berbeda dengan modulus Young yang dapat diukur
langsung dengan mengukur penambahan panjanganya Δ1, dan tegangan W
serta luas penampangan A, modulus ketegaran B hampir tidak dapat diukur
secara langsung, karena sukarnya mengukur pengurutan volumnya.

3. Regangan Sudut
Yang dimaksud dengan regangan sudut vialah deformasi, yakni
perubahan bentuk yang berkaitan dengan sudut luncuran. Berbeda dengan
tegangan ataupun tekanan yang arahnya tegak lurus kepermukaan yang
dikenaainya, maka gaya luncur F adalah pada arah meluncur sepanjang
permukaan yang menakibatkan tombulnya sudut luncuran Sejalan dengan
regangan-regangan yang lain. Menurut Hukum hooke, kita dapat menulis:
Mᶲ=F/A
Dengan A ialah luas permukaan yang dikenai gaya luncuran dan M adalah
apa yang dinamakan modulus luncuran.

C. Tegangan
Menurut Giancoli (2001), Tegangan didefenisikan sebagai gaya yang
diperlukan oleh benda untuk kembali kebentuk semula atau gaya f yang
diberikan pada benda dibagi dengan luas peampang A tempat gaya tersebut
bekerja. Tegangan memiliki satuan N/m2 .
Tegangan dirumuskan:
gaya F
Tegangan = =A
luas
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Fisika Dasar I tentang Elastisitas dilaksanakan pada tanggal 29
Oktober 2016, hari Sabtu jam 09:0011:30 WIB, di Laboratorium Fisika
Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang.

B. Alat
Alat yang dipergunakan dalam praktikum Elastistas adalah:
1. Mistar berfungsi untuk mengukur pegas.
2. Pegas berfungsi untuk menyambangkan beban dengan penyangga.
3. Penyangga berfungsi untuk menyangga beban.
4. Beban berfungsi untuk mengetahui pengaruh panjang pegas.

C. Cara Kerja
Cara yang dipergunakan dalam melakukan praktikum Elastisitas adalah
sebagai berikut:
1. Baca bismilah sebelum melakukan eksperimen
2. Pasang salah satu batang yang akan diuji pada alat torsi yang tersedia
3. Gantunkan beban pada pegasdan ukur pegas tersebut.
4. Ulangi menambahkan beban berikutnya
5. Ulangi sampai 9 kali percobaan
6. Masukan data hasil pengukuran kedalam table
7. Akhir dengan hamdallah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Diketahui:
m1 = 54,63 gram = 0,05463 kg
m2 = 50 gram = 0,02 kg
m3 = 20 gram = 0,02 kg
m4 = 20 gram = 0,02 kg
m5 = 10 gram = 0,01 kg
xₒ = 15 cm= 0,15 m (Pegas Biasa)
xₒ = 35 cm = 0,35 m (Pegas Seri )
xₒ = 15 cm = 0,15 m (Pegas Paralel)

Tabel 1, Hasil Pengamatan Elastisitaspada Pegas Biasa


No Susunan Masa Masa Δx k k²
(kg) (m) (N/m) (N/m)
1 m1 0,05463 0,05 10,92 119,38
2 m1+m2 0,10463 0,125 8,37 70,06
3 m1+m2+m3 0,12463 0,16 7,78 60,67
4 m1+m2+m3+m4 0,14463 0,184 7,86 61,78
5 m1+m2+m3+m4+m5 0,15463 0,2 7,73 59,78
6 m1+m2+m3+m4 0,14463 0,184 7,86 61,78
7 m1+m2+m3 0,12463 0,16 7,78 60,67
8 m1+m2 0,10463 0,125 8,37 70,06
9 m1 0,05463 0,05 10,92 119,38
Ʃk = Ʃk² =
77,6235 683,56
∑𝑘
𝑘̅ = 𝑛
77,6235
= 9

= 8,62 N/m

∑ 𝑘 2 + 𝑛(𝑘̅)2
∆𝑘 = √
𝑛(𝑛 − 1)

683,56−9(8,62)2
=√ 9(9−1)

683,56+9(74,3044)
=√ 72

683,56+668,7396
=√ 72

1352,2996
=√ 72

=√18,78
=4

Grafik Hubungan F dan ∆𝑥 pada Pegas Biasa

F (N) Pegas Biasa


0.2

0.15

0.1

0.05
x (N/m)
0
0,05 0,125 0,16 0,184 0,2
∑k
k= 𝑛
k1+k 2+k3+k4+k5
= 5
(10,926)+(8,3704 )+(7,7893 )+(7,8603 )+(7,7315)
= 5
42,6775
= 5

= 8,5355
tan 𝜃= tan 157𝑜
Dikarenakan k merupakan hasil pegas susunan serisedangkan tan𝜃 adalah hasil
dari sudut yang terbentuk oleh hasil hubungan F dan ∆𝑥.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Elastisitas pada Pegas Seri


No Susunan Masa Masa Δx k k²
(kg) (m) (N/m) (N/m)
1 m1 0,05463 0,15 3,642 13,24
2 m1+m2 0,10463 0,29 3,608 12,96
3 m1+m2+m3 0,12463 0,36 3,462 11,97
4 m1+m2+m3+m4 0,14463 0,41 3,527 12,39
5 m1+m2+m3+m4+m5 0,15463 0,45 3,436 11,76
6 m1+m2+m3+m4 0,14463 0,41 3,527 12,39
7 m1+m2+m3 0,12463 0,36 3,462 11,97
8 m1+m2 0,10463 0,29 3,608 12,96
9 m1 0,05463 0,15 3,642 13,24
Ʃk = Ʃk² =
31,914 113,27

∑𝑘
𝑘̅ = 𝑛
31,914
= 9

= 3,546 N/m
∑ 𝑘 2 + 𝑛(𝑘̅)2
∆𝑘 = √
𝑛(𝑛 − 1)

113,27+9(3,546)2
=√ 9(9−1)

113,27+9(12,574)
=√ 72

113,27+113,116
=√ 73

226,386
=√ 72

= √3,14425
= 1,773

Grafik Hubungan F dan ∆𝑥 pada Pegas Seri

F (N) Pegas Seri


2

1.5

0.5

0 x (N/m)
0,15 0,29 0,36 0,41 0,45

1 1 1 1 1 1
ks = 𝑘 = +𝑘 +𝑘 +𝑘 +𝑘
𝑠 𝑘1 2 3 4 5

1 1 1 1 1
= 3,642 + 3,608 + 3,462 + 3,527 + 3,436
0,968+0,977+1,018+1+1,026
= 3527

= 0,71N/m

tan 𝜃= tan 157𝑜


= 0,45
𝑘 ≠ tan 157𝑜
Dikarenakan k merupakan hasil pegas susunan serisedangkan tan𝜃 adalah
hasil dari sudut yang terbentuk oleh hasil hubungan F dan ∆𝑥.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Elastisitas pada Pegas Paralel


No Susunan Masa Masa Δx k k²
(kg) (m) (N/m) (N/m)
1 m1 0,05463 0,02 27,31 745,83
2 m1+m2 0,10463 0,05 20,93 438,06
3 m1+m2+m3 0,12463 0,06 20,77 431,39
4 m1+m2+m3+m4 0,14463 0,08 18,07 326,52
5 m1+m2+m3+m4+m5 0,15463 0,09 17,18 295,15
6 m1+m2+m3+m4 0,14463 0,08 18,07 326,52
7 m1+m2+ m1+m3 0,12463 0,06 20,77 431,39
8 m1+m2 0,10463 0,05 20,93 438,06
9 m1 0,05463 0,02 27,31 745,83
Ʃk = Ʃk² =
191,363 4177,97

∑𝑘
𝑘̅ = 𝑛
191,363
= 9

= 21,26 N/m

∑ 𝑘 2 + 𝑛(𝑘̅)2
∆𝑘 = √
𝑛(𝑛 − 1)
4177,92+9(21,26)2
=√ 9(9−1)

4177,97+9(451,9876)
=√ 72

4177,97+4067,3884
=√ 72

9245,8584
=√ 72

= √114,525811
= 10,70167328038

Grafik Hubungan F dan ∆𝑥pada Pegas Paralel

F (N) Pegas Paralel


2

1.5

0.5

0 x (N/m)
0,02 0,05 0,06 0,08 0,09

kp = k1 + k2 + k3 + k4 + k5
= (27,315)+(20,926)+(20,772)+(18,079)+(17,181)
kp = 104,273 N/m

tan 𝜃= tan 157𝑜


= 0,45
𝑘 ≠ tan 157𝑜
Dikarenakan k merupakan hasil pegas susunan pararel sedangkan tan𝜃 adalah
hasil dari sudut yang terbentuk oleh hasil hubungan F dan ∆𝑥.

B. Pembahasan
Menurut Giancoli (2001) Sifat elastis atau elastisitas adalah kemampuan
suatu benda untuk kembali kebentuk awalnya, segera setelah gaya luar yang
diberikan kepada benda itu dihilangkan. Jika sebuah gaya diberikan pada benda,
seperti batang logam yang digantung vertikal panjang benda berubah, jika besar
perpanjangan ΔL lebih kecil dibandingkan dengan panjang benda. Dapat
dituliskan dalam persamaan:
F = k ΔL.
F menyatakan gaya yang menarik benda, ΔL adalah perubahan panjang dan k
adalah konstanta pembandingan. Sampai suatu titik yang lebih jauh sepanjang
kurva yang disebut batas elastik, benda akan kembali kepanjang semula jika gaya
dilepaskan. Dalam praktikum kali ini saya dan teman-teman menggunakan hokum
Hooke yaitu hokum atau ketentuan mengenai gaya dalam bidang ilmu fisika yang
terjadi karena sifat elastis atau pegas. Hukum Hooke ditulis:
Y(Δ1 / 1ₒ) = W / A
Dengan tatapan pembandingan lurus Y yang dinamakan modulus Elastisitas
Young, ini berarti bahwa untuk menambah panjang 1 mm dari panjang semula
yang 1 m diperlakukan tegangan kira-kira 10 gram/cm² bagi karet dan kira-kira 2
ton/cm² bagi kawat baja.
Menurut Peter (2004), Menurut Hooke regangan sebaanding dengan
teganganya dimana yang dimaksud dengan regangan ialah prosentase perubahan
dimensi. Tegangan ialah gaya yang menegangkan per satuan luas penampang yang
di kenainya.
Menurut Young (2002), Hukum Hooke yaitu perbandingan antara
tegangan dan regangan dalam deformasi elastis memiliki rentangan keabsahan
yang terbatas. Jika hukum Hooke dipenuhi maka grafiknya adalah sebuahgaris
lurus dengan kemiringan sama dengan Modulus Young.
Menurut Peter(2004), Dikenal dengan tiga macam regangan yakni,
regangan panjang, regangan volume, dan regangan sudut.
1. Regangan Panjang
Dengan panjang semula sewaktu tiada regangan 1ₒ dan penambahan
panjang Δ1 akibat tegangan, reganganya diberikan oleh Δ1 / 1ₒ
sedangkan jikalau luas penampangan A dan gaya tegangan yang
meregangkan ialah W, maka teganganya adalah W/A
2. Regangan sudut
Sudut tentu regangan volum yang dimaksud bukanlah penambahan
volum melainkan pengerutan volum akibat penekanan. Untuk itu menurut
Hukum Hooke kita dapat menulis:
B(-ΔV / Vₒ) = P
Dengan B ialah apa yang disebut modulus ketegaran yang besaranya kurang
lebih 1/3 modulus Young. Berbeda dengan modulus Young yang dapat diukur
langsung dengan mengukur penambahan panjanganya Δ1, dan tegangan W
serta luas penampangan A, modulus ketegaran B hampir tidak dapat diukur
secara langsung, karena sukarnya mengukur pengurutan volumnya.
3. Regangan Sudut
Yang dimaksud dengan regangan sudut ialah deformasi, yakni
perubahan bentuk yang berkaitan dengan sudut luncuran. Berbeda dengan
tegangan ataupun tekanan yang arahnya tegak lurus kepermukaan yang
dikenaainya, maka gaya luncur F adalah pada arah meluncur
sepanjangpermukaan yang menakibatkan tombulnya sudut luncuran Sejalan
dengan regangan-regangan yang lain. Menurut Hukum hooke, kita
dapat menulis:
Mᶲ=F/A
Dengan A ialah luas permukaan yang dikenai gaya luncuran dan M adalah apa
yang dinamakan Modulus Luncuran.
Menurut Giancoli (2001), Tegangan didefenisikan sebagai gaya yang
diperlukan oleh benda untuk kembali kebentuk semula atau gaya f yang
diberikan pada benda dibagi dengan luas peampang A tempat gaya tersebut
bekerja. Tegangan memiliki satuan N/m2 .
Tegangan dirumuskan:
gaya F
Tegangan = =A
luas
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum Fisika Dasar I pada
Elastisitas adalah:
1. Semakin berat beban maka gaya yang diberikan semakin meregang dan
menghasilkan tegangan.
2. Konstanta dari setiap pegas menghasilkan konstanta yang berbeda, yang bisa
dilihat dari grafik dengan gaya dan pengaruh panjangnya sebuah pegas

B. Saran
Adapun saran yang diperoleh dari praktikum Elastisitas
1.Sebaiknya melakukan percobaan harus berulangulang biar mendapatkan nilai
yang tepat
2. Lebih baik menggunakan beban yang sesuai biar biar tidak menyebabkan pegas
rusak
Soal Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan tegangan dan regangan
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan elastisitas?
3. Jelaskan apa yang di maksud dengan elastisitas ?

Penyelesaian
1. Tegangan pada benda, misalnya kawat besi didefenisikan sebagai gaya persatuan
luas penampang benda tersebut. Tegangan diberi simbol  (dibaca sigma). Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut
 F/A
Keterangan
 Tegangan (Pa)
F  Gaya( N)
A  Luas penampang (m²)
L  Panjang mulamula(m)
:
Regangan merupakan perubahan yang dialami sebuah benda jika dua buah gaya
yang berlawanan arah dikenakan pada ujungujung benda. Regangan
didefenisikan sebagai perbandingan antara pertambahan panjang benda x
terhadap panjang mulamula X. Regangan dirumuskan srbagai berikut:
X
 A

Keterangan:
 Regangan strain (tanpa satuan)
x  Pertambahan panjang
x  Panjang mulamula (m)
2. Elastis adalah bahan yang mudah diregangkan serta cenderung pulih ke keadaan
semula, dengan mengenakan gaya reaksi elastisitas atas gaya tegangan yang
meregangkan-nya. Pada hakekatnya semua bahan memiliki sifat elastik meskipun
boleh jadi amat sukar diregangkan. sifat elastik adalah kemampuan benda untuk
kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan benda itu
dihilangkan. Elastisitas adalah sifat benda yang berdeformasi untuk sementara,
tanpa perubahan yang permanen, yaitu sifat untuk melawan deformasi yang
terjadi. Sebuah benda dikatakan elastik sempurna jika setelah gaya penyebab
perubahan bentuk dihilangkan benda akan kembali ke bentuk semula. Sekalipun
tidak terdapat benda yang elastik sempurna, tetapi banyak benda yang hampir
elastik sempurna, yaitu sampai deformasi yang terbatas disebut limit elastik. Jika
benda berdeformasi diatas limit elastiknya, dan apabila gaya-gaya dihilangkan,
maka benda tersebut tidak lagi kembali ke bentuk semula.
3. kemampuan suatu benda untuk dapat mengembalikan keadaan awalnya, setelah
gaya yang diberikan pada benda dihilangkan.
Gambar Alatalat Praktikum Elastisitas

Gambar 1.Beban
(Sumber: Marlina, 2016)

Gambar 2. Statif
(Sumber: Marlina, 2016)

Gambar 3. Mistar
(Sumber: Marlina, 2016)

Gambar 4. Pegas
(Sumber: Marlina, 2016)
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, D.C. 2011. Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.


Soedojo, Peter. 2004. Fisika Dasar.Yogyakarta: Andi.
Young dan Fredman. 2000. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai