Anda di halaman 1dari 12

A.

Masalah utama
Defisit Perawatan Diri
B. Proses terjadinya masalah
1. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang
yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau
melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi
(hygiene), berpakaian/berhias, makan dan BAB / BAK (toileting).
(Direja, 2011).
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar
manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan
hidupnya, kesehaannya, dan kesejahteraanny, sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya
jika tidak melakukan perawatan dirinya (Keliat dan Akemat, 2010).
2. Tanda dan gejala
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Direja
(2011) adalah sebagai berikut :
a. Mandi / hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau
aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi,
mengeringkan tubuh serta masuk keluar kamar mandi.
b. Berpakaian / berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam melakukan atau mengambil
potongan, menanggalkan pakaian serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan
alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan
pakaian, memggunakan kaos kaki, mempertahankan
penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian,
dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah
makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan
makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam
mulut, mengambil makanan dalam wadah dan memasukannya
kedalam mulut, melengkapi makanan, mengambil cangkir, serta
mencerna makanan dengan aman
d. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan dan ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan
diri setelah BAB dan BAK dengan dan menyiram toilet / kamar
mandi.
Keterbatasan perawatan diri di atas biasanya diakibatkan
karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien
(klien bisa mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak
mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal
mandi, berpakaian, berhias, makan, maupun BAB dan BAK.
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala klien dengan deficit
perawatan diri adalah :
a. Fisik
1) Bau badan, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
1) Malas tidak ada ruisiatif
2) Menarik diri, isolasi sosial
3) Merasa tidak berdaya, rendah diri dan meras hina
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur, BAB dan BAK disembarang
tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri

3. Rentang respon
Respon adaptif Respon
maladaptif

Pola perawatan diri seimbang, Kadang perawatan diri, Tidak melakukan


C.mendapatkan stressor
saat klien kadang tidak, saat klien perawatan diri, klien
dan mampuD. berprilaku adaptif, mendapatkan stressor, menyatakan dia tidak
pola perawatan kadang klien tidak peduli dan tidak bisa
E. meakukan perawatan
memperhatikan
saat stressor

4. Faktor predisposisi
Menurut Keliat dan Akemat (2009), penyebab kurang perawatan diri
adalah:
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.

5. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang/penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.

6. Sumber koping

7. Mekanisme koping
a. Regresi
b. Penyangkalan
c. Isolasi sosial, menarik diri
d. intelektualisasi
8. Pohon masalah

Effect Risiko Tinggi Perilaku


Kekerasan

Core problem Defisit perawatan diri

Harga Diri Rendah


Causa
Kronis

Isolasi
Koping sosial : menarik
Individu Tidak
diri Epektif

(Direja, Ade H. 2011)

9. Masalah keperawatan yang muncul


a. Defisit perawatan diri
b. Harga diri rendah
c. Risiko tinggi isolasi social

10. Psikopatoflowdiagram

11. Data yang perlu dikaji


Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji
Defisit perawatan diri Subjektif :
 Klien mengatakan dirinya
malas mandi karena airnya
dingin, atau dirumah sakit
tidak tersedia alat mandi.
 Klien mengatakan dirinya
malas berdandan.
 Klien mengatakan ingin
disuapi makan.
 Klien mengatakan jarang
membersihkan alat
kelaminnya setelah BAK
maupun BAB

Objektif :
 Ketidakmampuan mandi/
membersihkan diri ditandai
dengan rambut kotor, gigi
kotor, kulit berdaki, dan
berbau, serta kuku panjang
dan kotor.
 Ketidakmampuan berpakaian
/ berhias ditandai dengan
rambut acak – acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi,
pakaian tidak sesuai, tidak
bercukur (laki – laki) atau
tidak berdandan (wanita).
 Ketidakmpuan makan secara
mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil
makan sendiri, makan
berceceran dan makan tidak
pada tempatnya.
Ketidakmampuan BAB / BAK
secara mandiri ditandai
dengan BAB / BAK tidak
pada tempatnya, tidak
membersihkan diri dengan
baik setelah BAB/ BAK (H.
Direja, Ade 2011)

12. Diagnosis keperawatan


Defisit perawatan diri kebersihan diri, makan, berdandan, dan BAK /
BAB.
13. Rencana tindakan keperawatan
a. Tindakan keperawatan pada pasien
1) Tujuan Keperawatan
a) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara
mandiri.
b) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara
baik.
c) Pasien mampu melakukan makan dengan baik.
d) Pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri.
2) Tindakan Keperawatan
a) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri dengan
cara :
(1) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
(2) Menjelaskan alat – alat untuk menjaga kebersihan
diri.
(3) Menjelaskan cara – cara melakukan kebersihan diri.
(4) Melatih pasien mempraktikkan cara melakukan
kebersihan diri.
b) Melatih pasien berdandan / berhias.
Anda sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan.
Untuk pasien laki – laki tentu harus dibedakan dengan
wanita.
(1) Untuk pasien laki – laki latihan meliputi :
(a) Berpakaian,
(b) Menyisir rambut,
(c) Bercukur.
(2) Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
(a) Berpakaian,
(b) Menyisir rambut,
(c) Berhias.
c) Melatih pasien makan secara mandiri.
Untuk melatih makan pasien, Anda dapat melakukan
tahapan sebagai berikut.
(1) Menjelaskan cara mempersiapkan makan.
(2) Menjelaskan cara makan yang tertib.
(3) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah
makan.
(4) Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang
baik.
d) Pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri.
Anda dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri
sesuai tahapan berikut.
(1) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai.
(2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan
BAK.
(3) Menjelaskan cara membersihkan tampat BAB dan
BAK.
(4) Tindakan keperawatan pada pasien

b. Tindakan Keperawatan pada Keluarga


1) Tujuan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah kurang perawatan diri.
2) Tindakan Keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara
perawtaan diri yang baik, maka anda harus melakukan
tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat meneruskan
melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien
dalam perwatan dirinya meningkat. Tindakan yang anda
lakukan antara lain sebagai berikut.
(a) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang
dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
(b) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi
stigma.
(c) Diskusikan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri
pasien.
(d) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri
pasien dan membantu mengingatkan pasien dalam
merawat diri (sesuai jadwal yang sepakati).
(e) Anjurkan keluarga untuk memberi pujian atas
keberhasilan pasien dalam merawat diri.
(f) Latih keluarga cara merawat pasien dengan deficit
perawatan diri
( Yusuf, Ah. 2015).
14. Strategi Pelaksanaan (SP)
a. Kemampuan pasien
1) Sp1 Pasien
(a) Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
(b) Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
(c) Membantu pasien mempraktikkan cara menjaga
kebersihan diri.
(d) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai Sp1 Pasien :

2) Sp2 Pasien
(a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
(b) Menjelaskan cara makan yang baik
(c) Membantu pasien mempraktikkan cara makan yang baik
(d) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai Sp2 Pasien

3) Sp3 Pasien
(a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
(b) Menjelaskan cara eliminasi yang baik
(c) Membantu pasien mempraktikkan cara eliminasi yang
baik dan memasukkan dalam jadwal
(d) Menganjurkan pasien memasukkan dalam setiap jadwal
kegiatan harian
Nilai SP 3 Pasien
4) Sp 4 Pasien
(a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
(b) Menjelaskan cara berdandan
(c) Membantu pasien mempraktikkan cara berdandan
(d) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP 4 Pasien
b. Kemampuan Keluarga
1) SP 1 Keluarga
(a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
(b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala deficit
perawatan diri, dan jenis deficit perawatan diri yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
(c) Menjelaskan cara – cara merawat pasien deficit
perawatan diri
Nilai SP1 Keluarga
2) SP 2 Keluarga
(a) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien
dengan deficit perawatan diri
(b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
pasien deficit perawatan diri
Nilai SP2 Keluarga

3) SP 3 Keluarga
(a) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat (discharge planning)
(b) Menjelaskan tindak lanjut pasien setelah pulang
Nilai SP Keluarga
Total SP 3 Keluarga
Total nilai : SP pasien + SP Keluarga
Nilai rata – rata ( Budi, Anna K. 2009)
DAFTAR PUSTAKA

Budi, Anna K. 2009. Model praktik keperawatan profesional jiwa. Jakarta :


EGC

Direja, Ade. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika

Yusuf, Ah. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Keliat dan Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.


Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai