OLEH
Nama : Giovani Chintara Diva
NPM : 153112500150023
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
OKTOBER 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui cara pensterilan bahan tanam
2. Mengetahui bahan kimia yang digunakan dalam pensterilan bahan tanam
3. Mengetahui cara pengambilan eksplan dari jenis tanaman yang berbeda
BAB II
METODOLOGI
3.1 Hasil
Jurnal Terlampir
Tabel 1. Data eksplan yang terkontaminasi
Pengamatan Kontaminasi NOTED!!! 20 oktober 2017
25
Dilakukan pengulangan
(botol) Penanaman eksplan Pada
10 oktober 3 Media MS ,Karena banyak
Pepaya yg terkontaminasi dan
13 oktober 21
gagal.
16 Oktober 7
19 Oktober 3
Total 34 botol
kontaminasi
Pada praktikum yang dilakukan dari total 50 botol kultur banyak terjadi kegagalan
atau kontaminasi sebanyak ±34 baik pada eksplan yang di tanam maupun media yang telah
di buat. Pada dasarnya semua jenis eksplan dapat disterilisasi dengan menggunakan bahan
kimia. Hanya saja perlu diperhatikan konsentrasi larutan bahan kimia yang digunakan serta
lamanya perendaman. Keras lunaknya eksplan berpengaruh terhadap penggunaan
konsentrasi larutan dan lamanya perendaman. Eksplan yang lunak sebaiknya menggunakan
konsentrasi bahan kimia yang rendah dan waktu yang tidak terlalu lama. Sebaiknya pada
eksplan yang keras, dapat digunakan konsentrasi yang lebih tinggi dan waktu perendaman
yang lama. Tanda bahwa kalus yang diregenerasikan dapat membentuk tunas antara lain
terjadinya perubahan warna dari kecoklatan atau kuning menjadi putih kekuningan
selanjutnya menjadi kehijauan. Perubahan warna tersebut merupakan tanda adanya
morfogenesis (George 1993). Menurut George dan Sherrington (1984), menyatakan bahwa
beberapa macam tanaman khususnya tanaman tropika mempunyai kandungan senyawa
fenol yang tinggi yang teroksidasi ketika sel dilukai atau terjadi senesens. Akibatnya
jaringan yang diisolasi menjadi coklat atau kehitaman dan gagal tumbuh. Menurut
Lerch(1981), pencoklatan jaringan terjadi karena aktivitas enzim oksidase yang
mengandung tembaga seperti polifenol oksidase dan tirosinase yang dilepaskan atau
disintesis dan tersedia pada kondisi oksidatif ketika jaringan dilukai. Pencoklatan dalam
kultur jaringandisebabkan karena meningkatnya produksi senyawa fenolat yang diikuti
oksidasioleh aktivitas enzim oksidase (PPO) dan polimerasinya. Fenilalanin amonia
liase(PAL) adalah salah satu enzim dalam fenilpropanoid yang sangat berpengaruhterhadap
terjadinya pencoklatan.
Berdasarkan hasil praktikum kultur biji papaya yang telah dilaksanakan
menunjukkan adanya kontaminasi jamur dan bakteri yang terjadi pada Biji papaya maupun
media. Kemungkinan kontaminasi dapat terjadi karena proses sterilisasi alat dan media
yang kurang baik, kondisi ruangan yang kurang
aseptik, para pekerja yang kebersihan badannya kurang terjaga, kondisi ruang inkubasi
yang tidak memadai, seperti kotor dan banyak dilalui orang lain,plastik
penutup botol kultur yang terbuka sehingga mikroba dapat masuk ke dalam botol kultur dan
faktor-faktor pendukung lainnya. Salah satu faktor pembatas dalam keberhasilan kultur
jaringan adalah kontaminasi yang dapat terjadi pada setiap kegiatan kultur eksplan.
Menurut Unram (2009), menyatakan bahwa kontaminasidapat berasal dari beberapa hal,
diantaranya: (1) eksplan, baik eksternal maupun internal; (2) organisme kecil yang masuk
ke dalam media, seperti semut; (3) botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril; (4)
lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor (spora di udara); dan (5) kecerobohan dalam
pelaksanaan.
BAB IV
KESIMPULAN
Pada praktikum yang dilakukan dari total 50 botol kultur banyak terjadi kegagalan
atau kontaminasi sejumlah 34 botol sehingga menghasilkan presentase 68% baik pada
eksplan yang di tanam maupun media yang telah di buat. Kegagalan pertumbuhan eksplan
yang terjadi dapat disebabkan karena beberapa faktor antara lain salahnya perlakuan yang
diberikan sehingga eksplan tidak dapat tumbuh. Keras lunaknya eksplan berpengaruh
terhadap penggunaan konsentrasi larutan dan lamanya perendaman. Eksplan yang lunak
sebaiknya menggunakan konsentrasi bahan kimia yang rendah dan waktu yang tidak terlalu
lama untuk mengurangi efek browning (pencoklatan) pada eksplan. Selain peralatan yang
digunakan yang perlu disterilisasi maka ruangan yang digunkan juga harus dalam keadaan
aseptik. Keberadaan kontaminan yang berasal dari spora maupun mikroba lainnya sangat
sulit dihindari termasuk juga di dalam ruang kultur. Untuk itu sterilisasi ruangan juga perlu
dilakukan tentunya dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan yang aseptic dan
menghilangkan mikroba maupun spora penyebab kontaminan.
DAFTAR PUSTAKA
A,Sutanto dan M,Aziz. 2006. Induksi dan Regenerasi Embriogenesis Somatik Pepaya.
http://www.ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jhort/article/download/973/84
2. J. Hort. 16(2):89-95, 2006
Abdurrachman,Lukman. 2013. Penanaman Eksplan Dan Sub Kultur.
https://www.academia.edu/8497675/Penanaman_Eksplan_dan_Sub_Kultur.
Diakses pada 15 oktober 2017
Anonim. 2013. Teknik sterilisasi. http://tasumolangyance.blogspot.co.id/2013/06/teknik-
sterilisasi.html. Diakses pada 15 oktober 2017
Damayanti,diyani, et all. 2007. Regenerasi Pepaya melalui Kultur In Vitro.
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/ja/article/download/3779/3128 .
Jurnal AgroBiogen 3(2):49-54
Kholil. 2012. Sterilisasi Eksplan. http://kholilagro.blogspot.co.id/2012/12/sterilisasi-
eksplan.html. Diakses pada 15 oktober 2017
Madi. 2012. Penanaman Eksplan. http://madi-cmos.blogspot.co.id/2012/04/laporan-
penanaman-eksplan.html . Diakses pada 15 oktober 2017
Siregar. 2012. Kultur jaringan penanaman. http://hm-
siregar.blogspot.co.id/2012/02/laporan-kultur-jaringan-penanaman_9291.html.
Diakses pada 15 oktober 2017
LAMPIRAN