Metopel
Metopel
PENDAHULUAN
macam potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Akan tetapi pada
masalah tersebut maka pajak diharapkan bisa menjadi solusi yang efektif. Hal ini
pajak merupakan penerimaan langsung yang bisa diolah guna untuk pembiayaan
membayar pajak. Pada tahun 2008 pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak
secara tidak langsung mewajibkan masyarakat sebagai wajib pajak untuk memiliki
sistem self assessment, wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal
Pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus untuk mendapatkan NPWP.
Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) kepada setiap wajib pajak
setiap wajib pajak dapat mengamankan penerimaan pajak. Semakin banyak yang
diisi kewajiban perpajakan oleh wajib pajak secara benar dan tepat, penerimaan
Pokok Wajib Pajak (NPWP), ada juga kebijakan yang dilakukan dalam usaha untuk
lebih aktif kepada setiap wajib pajak yang menunggak pembayaran pajaknya,
(Ginting, 2006:12). Penagihan pajak dilakukan karena masih banyaknya wajib pajak
penagihan yang mempunyai kekuatan hukum yang bersifat mengikat dan memaksa.
Undang Undang no 19 tahun 2000 tentang Penagihan pajak dengan Surat Paksa.
Mengacu pada uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
terhadap penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di wilayah Jakarta
Selatan. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
B. Rumusan masalah
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Peneliti
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) Program
Studi Manajemen Universitas Medan Area. Hasil penelitian ini juga diharapkan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan penagihan pajak terhadap penerimaan
pajak.
Untuk memberikan evaluasi dan masukan yang dapat berguna mengenai begaimana
menjadi bahan referensi bagi peneliti lain yang berkeinginan melakukan pengamatan
D. Sistematika Penulisan
isi penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan proposal skripsi ini adalah
sebagai berikut :
Bab satu adalah bab yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. Uraian teoritis,
lingkup penelitian, definisi operasional variabel, populasi dan sampel, jenis data,
sumber data, teknik pengumpulan data, alat pengumpulan data, dan teknik analisa
data diuraikan pada bab tiga. Pada bab empat penulis menguraikan gambaran umum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Teoritis
1. Dasar-dasar Perpajakan
a. Pengertian pajak
Ditinjau dari jumlah pendapatan yang diterima oleh negara, penerimaan pajak
merupakan penerimaan yang dominan dari seluruh penerimaan negara. Banyak para
ahli memberikan bahasan tentang pajak, tetapi pada intinya mempunyai maksud dan
tujuan yang sama. Berikut ini adalah beberapa pengertian mengenai pajak oleh para
ahli.
Menurut Waluyo (2009:2) pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang
dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
Berdasarkan Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 pajak adalah kontribusi wajib pada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
merupakan peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”-nya digunakan untuk public saving yang
b. Fungsi Pajak
pengeluarannya.
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang
bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun
dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.
2) Asas sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber dari wilayahnya
3) Asas kebangsaan
a) Stelsel Pajak
yang nyata, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak
yakni
setelah penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui. Kelebihan stelsel ini
adalah pajak yang dikenakan realistis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat
Pengenaan pajak berdasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang,
sebagai contoh penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya
sehingga pada awal tahun pajak telah ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk
tahun pajak berjalan. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dibayar tidak
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Ciri-cirinya:
c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib
Ciri-cirinya:
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak itu
sendiri.
b) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak
yang terutang.
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan
Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak
nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak
Menurut Resmi (2009:26), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah suatu
Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah sarana dalam administrasi perpajakan yang
diberikan kepada wajib pajak yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
Semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
assessment, wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk
dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP). Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang
Formulir Permohonan Pengukuhan PKP secara lengkap dan jelas serta ditanda
tangani oleh wajib pajak atau kuasanya dan menyerahkannya kepada petugas
pendaftaran wajib pajak. Jika permohonan ditandatangani oleh orang lain, harus
1) Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan/tidak menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas:
Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau paspor bagi orang asing.
a) Akte pendirian dan perubahan atau surat keterangan penunjukkan dari kantor pusat
c) Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia atau paspor bagi orang asing
b) Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau paspor bagi orang asing
Bagi pemohon yang berstatus cabang, Wajib Pajak Orang Pribadi pengusaha tertentu
atau wanita kawin tidak pisah harta harus memiliki NPWP Kantor Pusat/domisili
suami.
b. Fungsi NPWP
2. Tanda pengenal diri atau Identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya
perpajakan.
c. Format NPWP
NPWP terdiri dari 15 digit yaitu 9 digit pertama merupakan kode wajib pajak yang
mengindikasikan apakah wajib pajak yang dimaksud adalah orang pribadi atau
Penghapusan nomor pokok wajib pajak dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak
1. Wajib pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif, misalnya
wajib pajak orang pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan.
2. Wajib pajak badan dalam rangka likuidasi atau pembubaran karena penghentian
3. Wanita yang sebelumnya telah memiliki NPW dan menikah tanpa membuat
4. Wajib pajak bentuk badan usaha tetap yang menghentikan usahanya di Indonesia.
5. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak sudah selesai
dibagi.
6. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapus NPWP dari wajib
pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
Sanksi bagi seseorang yang diwajibkan memiliki NPWP namun tidak mendaftarkan
a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak
b. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau
atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan
yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on-
i. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga dapat
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling
banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
2) Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2
(dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dibidang
perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjadi pidana
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
atau pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam)
bulan dan paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah
3. Penagihan Pajak
no.19 Tahun 2000 penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung
pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
Menurut Suandy (2008:173), penagihan pajak dapat dikelompokkan menjadi (2) dua,
Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak (STP),
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang
terutang menjadi lebih besar, surat keputusan keberatan yang menyebabkan pajak
terutang menjadi lebih besar. Jika dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari belum
dilunasi, maka tujuh hari setelah jatuh tempo akan diikuti dengan penagihan pajak
Penagihan pajak aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, dimana
dalam upaya penagihan ini fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim
surat tagihan ata surat ketetapan pajak tetap, akan diikuti dengan tindakan sita, dan
a) Penagihan pajak dilakukan dengan terlebih dahulu menerbitkan surat teguran oleh
pejabat.
b) Jika wajib pajak mengajukan keberatan atas SKPKB, SKPKBT, jangka waktu
pwlunasan pajak untuk jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan
keberatan sebesar pajak yang tidak disetujui dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan tertangguh selama satu bulan sejak tanggal penerbitan surat keputusan
keberatan.
c) Jika wajib pajak mengajukan banding atas surat keputusan keberatan, sehubungan
dengan SKPKB, atau SKPKBT, jangka waktu pelunasan pajak tertangguh selama
d) Surat teguran tidak diterbitkan terhadap penanggung pajak yang telah disetujui
1) Secara langsung.
2) Melalui pos.
3) Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti penagihan surat
g) Jika jumlah utang pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak setelah lewat 21 (dua
puluh satu) hari sejak tanggal disampaikan surat teguran, surat paksa diterbitkan oleh
pejabat dan diberitahukan secara langsung oleh juru sita pajak kepada penanggung
pajak.
atau
i) Juru sita pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus tanpa menunggu
4) Badan usaha akan dibubarkan oleh negara atau terjaadi penyitaan atas barang
j) Surat paksa diberitahukan oleh juru sita pajak dengan pernyataan dan penyerahan
l) Jika penanggung pajak atau pihak yang dimaksud menolak untuk menerima surat
paksa, juru sita pajak meninggalkan surat paksa tersebut dan mencatatnya dalam
berita acara bahwa penanggung pajak tidak mau menerima surat paksa dan surat
m) Jika pemberitahuan surat paksa tidak dapat dilaksanakan, surat paksa disampaikan
n) Jika tempat tinggal, tempat usaha, atau tempat kedudukan wajib pajak atau
o) Jika pelaksanaan surat paksa harus dilakukan diluar wilayah kerja pejabat, pejabat
yang menerbitkan surat paksa tersebut meminta bantuan kepada pejabat yang
p) Jika setelah lewat 2x24 jam sejak surat paksa diberitahukan kepada penanggung
pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan utang pajak tidak dilunasi oleh
r) Jika penanggung tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak setelah
lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan, pejabat
s) Pengumuman lelang dilakukan satu kali, sedangkan untuk barang tidak bergerak
t) Jika penanggung pajak tidak melunasi utang ajak dan biaya penagihan pajak setelah
lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak pengumuman lelang, pejabat melakukan
(Sumarsan, 2010:70):
a) Meminta juru sita pajak memperlihatkan kartu tanda pengenal juru sita pajak.
penyitaan, iklan dan biaya pembatalan lelang, serta melaporkan pelunasan tersebut
e) Membatalkan lelang jika penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya
4) Penerimaan Pajak
Penerimaan negara terdiri dari penerimaan dalam negeri Pemerintah, dan hibah.
saat ini yaitu mencapai 80% dari penerimaan negara. Direktorat Jenderal Pajak
tanggung jawab untuk menarik pajak dari masyarakat. Belakangan ini masyarakat
lebih kritis dan berani dalam menyuarakan keinginannya akan pelayanan yang baik,
Jenderal Pajak (DJP) sebagai salah satu institusi pemerintah di bawah Kementerian
dituntut untuk selalu dapat memenuhi pencapaian target penerimaan pajak yang
senantiasa meningkat dari tahun ke tahun di tengah tantangan perubahan yang terjadi
menjadi Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Dari kedua jenis pajak tersebut, yang akan
diuraikan berikut ini hanyalah jenis-jenis pajak pusat karena hanya pajak pusat yang
Jenderal Pajak (DJP) sesudah reformasi perpajakan 1983 adalah sebagai berikut :
adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib
pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang
adalah pungutan resmi oleh pemerintah yang ditujukan kepada masyarakat yang
b. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan
PPnBM)
pajak yang dikenakan terhadap setiap pertambahan nilai dari suatu produk atau jasa
yang dihasilkan oleh pengusaha kena pajak. Sedangkan Pajak Penjualan atas Barang
mewah.
pajak yang dikenakan terhadap bumi dan tubuh bumi serta bangunan yang terletak
tentang pajak bumi dan bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 12 tahun 1994 pajak yang dikenakan atas bumi dan/atau bangunan.
Yang dimaksud bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di
Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas
tahun 2000 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang
dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Supramono dan
nilai ekonomis dari perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.
karena pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara dari dalam negeri
yang paling utama selain dari minyak dan gas bumi untuk mendanai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Jika dilihat dari sisi ekonomi, penerimaan
dari sektor pajak merupakan penerimaan negara yang potensial, karena melalui
pajak pemerintah dapat membiayai sarana dan prasarana publik diseluruh sektor
komunikasi, sosial dan berbagai fasilitas lainnya yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan pembangunan.
e. Bea Materai
Dalam The Indonesian Tax in Brief disebutkan bahwa Bea Materai adalah pajak
atas dokumen yang dipakai masyarakat dalam lalu lintas hukum. Yang dimaksud
dengan dokumen disini adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti
dan maksud tentang perbuatan, keadaan atau kenyataan bagi seorang dan atau pihak-
pihak yang berkepentingan. Surat perjanjian, surat kuasa, surat pernyataan dan akte
f. Bea Masuk
dimaksud bea masuk adalah pungutan oleh negara berdasarkan undang-undang yang
maka bea masuk selain berfungsi sebagai sumber penerimaan negara juga sebagai
pengatur arus impor, baik untuk barang konsumsi maupun barang yang diperlukan
industri dalam negeri. Dengan demikian, penerimaan bea masuk tidak semata-mata
ditujukan sebagai penerimaan untuk mengisi kas negara, tetapi juga berfungsi
terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik perlu untuk
terhadap kesehatan dan ketertiban sosial. Dengan demikian, peranan cukai tidak saja
pembatasan produksi dan konsumsi. Oleh karena itu, dasar pertimbangan besarnya
penerimaan cukai tergantung dari jumlah barang yang kena cukai, tarif cukai dan
h. Pajak Ekspor
Yang dimaksud dengan pungutan ekspor adalah pungutan negara yang dikenakan
terhadap barang-barang tertentu yang akan diekspor. Pengaturan tarif pajak ekspor
Kebijakan yang ditempuh dalam pungutan pajak ekspor ini bertujuan untuk
sektor Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), terhitung 1 Januari
perpajakan dapat lebih efektif dan efesien sejalan dengan perkembangan globalisasi
yang menuntut daya saing tinggi dengan negara lain. Dengan demikian, diharapkan
Penerimaan pajak
nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak
no.19 Tahun 2000 penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung
pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak terus digulirkan. Salah
satu langkah yang dilakukan dalam meningkatkan penerimaan pajak yaitu dengan
pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
assessment, wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk
dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus untuk mendapatkan NPWP. Kerjasama
fiskus dan wajib pajak diperlukan pula dalam meningkatkan penerimaan pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
yaitu:
Tabel 1
Penelitian Terdahulu
memiliki pengaruh
terhadap
penerimaan pajak
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktr yang telah diidentifikasi
gambaran secara ringkas tentang isi dari penelitian, sehingga penelitian dapat terarah
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat terlihat dalam Gambar 1 berikut:
X1 X2 Y
Mardiasmo (2009) Suandy (2008) Gisijanto dan Syahab (2008)
Tansuria (2010)
Waluyo (2009)
Setyawan (2007:50)
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
independen (X1) dan (X2) mempengaruhi variabel dependen (Y). Dalam hal ini,
Normalitas dan untuk variabel independen (X2) uji yang digunakan adalah Uji
Multikolonieritas, sedangkan pada variabel dependen (Y) uji yang digunakan adalah
Uji Heteroskedastisitas.
1. Anggapan Dasar
titik pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik dan dapat dijadikan
landasan berpikir selanjutnya dalam penulisan penelitian ini. Anggapan dasar dalam
2. Hipotesis
yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga
terhadap penerimaan pajak baik secara parsial maupun simultan di KPP Pratama di
METODOLOGI PENELITIAN
mempengaruhi hasil penelitian itu sendiri. Metodologi merupakan data utama yang
digunakan untuk mencapai tujuan. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik
diperlukan juga metode yang sesuai untuk mendapatkan data yang objektif.
A. Desain Penelitian
Desain Penelitian menurut Wiley (2006:152), adalah cara yang sistematis dan
untuk diteliti dan dianalisis sampai pada solusi setelah mengidentifikasi variabel
suatu situasi masalah dan pengembangan kerangka teoritis. Desain penelitian yang
mengumpulkan data, informasi dan teori dengan cara mempelajari dan membaca
Pelayanan Pajak (KPP) di wilayah Medan Kota, dan yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah petugas pajak (fiskus) yang berada di KPP Pratama di wilayah
Medan Kota.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang berkaitan
terhadap variabel dependen, yaitu penerimaan pajak. Penelitian ini dilakukan pada
KPP Pratama Kebayoran Baru Dua, KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga dan KPP
Pratama Tebet.
hal-hal yang biasanya jatuh ke dalam wilayah subjektif perasaan dan sikap.
Tujuannya agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang sesuai dengan hakekat
proses atau operasionalnya alat ukur yang digunakan untuk kualifikasi gejala atau
Tabel 2
1. 1. Menyerahkan
formulir permohonan
Pendaftaran pendaftaran dan
NPWP formulir permohonan
pengukuhan PKP
mengisi
Formulir
Permohonan
Pendaftaran
Wajib Pajak
dan/atau
Formulir
Permohonan
Pengukuhan
PKP secara
lengkap dan
jelas serta
ditanda tangani
oleh wajib pajak
atau kuasanya
dan
menyerahkannya 1. 1. Penggunaan
kepada petugas NPWP dapat
pendaftaran memudahkan petugas
wajib pajak. dalam menentukan
Wajib Pajak yang
Format NPWP akan diperiksa
1. 1. Wajib pajak
sudah tidak
memenuhi
persyaratan subjektif
dan objektif.
2. 2. Wajib pajak
Penghapusan badan dalam rangka
NPWP likuidasi atau
pembubaran karena
penghentian atau
penggabungan usaha
3. 3. Wajib pajak
bentuk Badan Usaha
Tetap yang
menghentikan
usahanya di
Indonesia
1. 1. Sengaja tidak
mendaftarkan diri
atau
menyalahgunakan
Sanksi
Penagihan Pajak Pengelompokan1. 1. Penagihan pajak Skala
(X2) penagihan pajak pasif
Interval
2. Penagihan pajak
merupakan aktif
serangkaian
tindakan agar Tahap 1. 2. Surat teguran
penanggung pajak penagihan pajak dilayangkan oleh
melunasi utang wajib pajak sampai
pajak dan biaya tanggal jatuh tempo
penagihan pajak 2. Surat teguran tidak
dengan menegur perlu diterbitkan bila
atau wajib pajak
memperingatkan. menyetujui
pembayaran secara
angsuran
3. 3. Penerbitan surat
paksa diterbitkan
apabila penanggung
pajak tidak
memenuhi ketentuan
4. 4. Pemberitahuan
surat paksa
diterbitkan apabila
penanggung pajak
tidak memenuhi
ketentuan
sebagaimana
tercantum dalam
keputusan
persetujuan angsuran
atau penundaan
pembayaran pajak
5. 5. Penagihan
seketika dan
sekaligus penagihan
pajak tanpa
menunggu tanggal
jatuh tempo
pembayaran terhadap
seluruh utang pajak
dan semua jenis
pajak, masa pajak dan
tahun pajak
6. 6. Penyitaan barang
milik wajib pajak
sesuai dengan
peraturan penyitaan
yang diterbitkan oleh
pejabat setempat
7. 7. Penyitaan
tambahan barang
yang telah disita tidak
cukup untuk melunasi
biaya penagihan
pajak dan utang pajak
8. 8. Pencabutan sita
dilaksanakan apabila
penanggung pajak
telah melunasi biaya
penagihan pajak dan
utang pajak
1. Populasi
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari,
2. Sampel
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jenis metode dari nonprobability
sampling) adalah istilah umum yang mencakup variasi luasnya prosedur pemilihan
yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur dan
bersifat kooperatif. Dengan demikian maka peneliti memilih pelayanan pajak dan
digunakan karena peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel dengan cepat
dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. Sampel yang diambil
dalam penelitian ini menggunakan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi
tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael. Hal ini dikarenakan ukuran
populasi diketahui dan asumsi bahwa populasi diketahui dan asumsi bahwa
populasi berdistribusi normal.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kasubag Umum di KPP Pratama masing-
masing, total keseluruhan petugas pajak dari divisi pelayanan, pemeriksaan dan
penagihan yaitu sekitar 230 orang dengan tingkat kesalahan 5%. Maka jika dilihat
dari total keseluruhan petugas pajak tersebut, didapat sampel yaitu berjumlah 149
sesuai dengan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang
F. Jenis Data
1. Data Kualitatif
kalimat, kata atau gambar. Yang digolongkan sebagai data kualitatif dalam
penelitian ini adalah sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak, dan juga gambaran
umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang ada di wilayah Medan Kota.
2. Data Kuantitatif
digolongkan sebagai data kuantitatif dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
1. Data Primer
Menurut Sugiyono (2009:103), data primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Data primer dalam penelitian ini adalah
2. Data Sekunder
dikumpulkan oleh pihak lain atau lembaga pengumpul data dan dipublikasikan
kepada masyarakat pengguna data. Data sekunder dalam penelitian ini adalah
1. Wawancara (Interview)
kepada pegawai pajak divisi pelayanan dan penagihan pada KPP Pratama.
2. Kuesioner (questionnaires)
Menurut Sugiyono (2013:142), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperagkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
didistribusikan langsung kepada pegawai pajak divisi pelayanan dan penagihan pada
Skala yang digunakan dalam tingkat pengukuran adalah skala interval atau
sering disebut skala LIKERT yaitu skala yang berisi 5 tingkat preferensi jawaban.
Menurut Ghozali (2011:47), skala likert dikatakan interval karena pernyataan sangat
setuju mempunyai tingkat atau prefensi yang “lebih tinggi” dari setuju dan setuju
Tabel 3
2. Setuju (S) 4
3. Ragu-Ragu (RR) 3
Alat pengumpulan data yang digunakan penulis adalah berupa alat tulis,
jaringan internet, printer, laptop dan perekam suara yang digunakan untuk
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pelanggaran-
pelanggaran yang terdapat pada model regresi linier sederhana yang telah dibuat. Uji
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu dan residual memiliki distribusi normal. Salah satu cara untuk melihat
dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan
2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual
adalah uji statistik non parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S). kriteria pengujian uji
a) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka data berdistribusi secara normal.
b) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka data tidak berdistribusi secara normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
2011:139).
Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scaterplot. Jika ada pola tertentu maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
c. Uji Multikolonieritas
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas
1) Nilai Tolerance/lawannya
Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tertinggi (karena VIF =
1/Tolerance), nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 dan
tidak ada multikolonieritas dalam model regresi jika nilai tolerance > 0,10 atau sama
kewajiban kepemilikan NPWP dan penagihan pajak pada objek penelitian di KPP
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2010:8). Metode yang
Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau
lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis
ini untuk memprediksikan nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel
pemeriksaan pajak (X2), penagihan pajak (X3) dan penerimaan pajak (Y), maka akan
Y = a + b1X1 + b2 X2 + e
Keterangan :
Y : penerimaan pajak
a : konstanta
e : error
output SPSS, koefisien determinasi terletak pada Model Summaryb. Jika nilai R² = 0
maka tidak ada sedikitpun presentase pengaruh yang diberikan variabel independen
variabel variasi variabel dependen. Adjusted R Square adalah nilai R Square yang
telah disesuaikan. Menurut Santoso (2001) bahwa untuk regresi dengan lebih dari
1) Koefisien Korelasi
derajat huungan linier antara satu variabel dengan variabel lain. Koefisien korelasi
adalah nilai yang menunjukan kuat/tidaknya hubungan linier antar dua variabel.
Koefisien korelasi biasa dilambangkan dengan huruf r dimana nilai r dapat bervariasi
dari -1 sampai +1. Nilai r yang mendekati -1 atau +1 menunjukan hubungan yang
kuat antara dua variabel tersebut dan nilai r yang mendekati 0 mengindikasikan
lemahnya hubungan antara dua variabel tersebut. Sedangkan tanda + (positif) dan –
tersebut. Jika bernilai + (positif) maka kedua variabel tersebut memiliki hubungan
yang searah. Dalam arti lain peningkatan X akan bersamaan dengan peningkatan Y
dan begitu juga sebaliknya. Jika bernilai – (negatif) artinya korelasi antara kedua
variabel tersebut bersifat berlawanan. Peningkatan nilai X akan dibarengi dengan
penurunan Y.
adalah nilai yang menunjukan keeratan hubungan linier dua variabel dengan skala
semakin kuat, tetapi jika koefisien tersebut mendekati angka 0 berarti korelasi
Semakin tinggi koefisien determinasi, maka semakin tinggi variabel bebas dalam
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah uji t (uji
parsial) dan uji F (uji simultan). Adapun uji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:
atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen/terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji,
apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau:
H0 : b1 = b2 = …… = bk = 0
alternatifnya (HA) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau:
Ha : b1 ≠ 2 ≠b……..k≠ 0b
1) Quick look: bila nilai F lebih besar dari pada 4 maka Ho dapat ditolak pada
derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif,
2) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai
Fhitung lebih besar dari pada nilai Ftabel, maka Ho ditolak dan menerima Ha (Ghozali,
2011:98).
1) Quick look: bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat
kepercayaan sebesar 5%, maka Ho yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t
lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima hipotesis
2) Membandingkan nilai statistik t dengan titik krisis menurut tabel. Apabila nilai
statistik thasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai ttable, kita menerima
a. Apabila thitung > ttabel atau probabilitas < 0,05 berarti Ha diterima atau Ho ditolak,
artinya kewajiban kepemilikan NPWP dan penagihan pajak berpengaruh positif dan
b. Apabila thitung < ttabel atau probabilitas > 0,05 berarti Ho diterima atau Ha ditolak,