26/DIKTI/Kep/2005
Teori Komunikasi
dalam Perspektif Mazhab Frankfurt
Surahman
ABSTRACT
Frankfurt School of Thought, which rooted in Marxism and Critical paradigm, provided many
ways to interpret the meaning of communication. This school of thought is primarily
based on the main tenets of Critical Theory, i.e. totality, consciousness, anomie, and critic.
Some questions arise concerning the ontology, epistemology, and axiology dimensions of
Frankfurt School of Thought. Ontology discussion concerning the nature of communication
involved an intensive outlook of Giddens’s Structuration Theory. Epistemology involved
a discussion with Gramscian concepts of hegemony. Meanwhile, the problem of axiology
is best addressed in Habermas fashion of agent-structur-dialectics.
masih mengambang. Menurutnya, perubahan menekankan bahwa realitas harus ditafsirkan dalam
masyarakat terjadi bukan pada tataran ide, akan konteks materialis dalam dunia sosial. Pemikiran ini
tetapi pada wujud atau materi. Ia kemudian berupaya membedakan sub-struktur masyarakat
menawarkan pendekatan lain, yaitu dialektika dan superstruktur sosial. Sub-struktur terdiri ada
materialisme. Pendekatan baru dari Marx ini pada ekonomi dan produksi yang berbasiskan masyarakat
perkembangan selanjutnya lebih bersifat praksis dan mencakup cara produksi (yaitu, kondisi ekonomi
dan politis, sebagaimana ia katakan bahwa tugas yang mendasari proses produksi itu, seperti
ilmuwan bukan hanya berpikir, tetapi juga kapitalisme atau sosialisme) dan alat-alat produksi/
bagaimana ia mewujudkannnya. means of productions (yaitu, proses melalui produk
dibuat dan menyumbangkan jasa, mencakup
3. Pengaruh Marxisme teknologi dan tenaga kerja). Marx menempatkan
Pemikiran Karl Marx (1818-1883) telah hidup kondisi ekonomi dari masyarakat kapitalis telah
secara meluas dan telah mempengaruhi berbagai ditandai oleh perbedaan kelas antara borjuis (yaitu
kalangan politisi dan akademisi. Tulisannya mereka yang mengawasi gaya dan tingkat produksi)
mempunyai pengaruh kuat pada filsafat Teori Kritis. dan kaum proletar (yaitu mereka yang sibuk dengan
Pada Awalnya, Marx telah dipengaruhi oleh produksi untuk gaji). Basis ekonomi ini dan
gagasan Hegel tentang pertentangan antara perbedaan kelas adalah substruktur masyarakat.
pengetahuan subjek internal dengan dunia Tegasnya, super-struktur masyarakat telah dilihat
eksternal dan oleh sejarah alam yang menyangkut sebagai faktor non-ekomomi seperti agama, politik,
hal itu. Marx percaya bahwa dunia eksternal adalah seni, dan literatur.
sesuatu yang diciptakan manusia membuat objek Terdapat dua faktor dalam sub-struktur dan
tampak di luar subjektif individu. Proses super-struktur untuk menjadi pertimbangan.
objektifikasi ini, menurut Marx, kadang-kadang Pertama, pada tataran konseptual dari struktur
bertindak sebagai suatu sumber dasar sosial ini, Marx menggerakkan suatu posisi realitas
pengasingan. Sebab, menurut Burrell dan Morgan mengenai ontologi dan epistemolog. Marx melihat
(1979), “Marx, memulai pendapatnya tentang super-struktur dan substruktur masyarakat sebagai
alienasi manusia. Ia melihat masyarakat pada faktor terpenting yang dipertentangkan satu
zamannya didominasi oleh pengetahuan dengan lainnya dan bisa disebabkan oleh
kekuasaan manusia; ciptaan sosial objektif yang hubungan hubungan produksi. Kedua, Marx
mencerminkan orang berada di bawah kekuasaan percaya antara substruktur dan super-struktur
alienasi tadi. Kekuasaan alami “alienasi” terjadi merupakan hubungan yang sangat spesifik. Sub-
ketika “orde kelembagaan diasumsikan untuk struktur (yaitu cara produksi dan alat produksi)
diterima pada kehidupan tentang kepemilikan telah dilihat sebagai suatu kondisi tak wajar,
kebebasan dari niatan manusia dan kebutuhan; manusia mampu mencegahnya agar tidak menjadi
masyarakat merasa mengendalikan tingkah laku realitas yang mempengaruhi dirinya secara utuh.
manusia” Deetz dan Mumby mengatakan, “Dalam
Marx kemudian menetapkan lebih lanjut sifat pandangan Marx, Industrialisasi telah membawa
alami pengasingan dalam periode waktu sejarah pada dehumanisasi dan pengasingan dari
kehidupannya selama tumbuhnya kelaziman pekerjaan dan hasil dari pekerjaan. Pembagian kerja,
kapitalisme dan industrialisasi. Secara rinci, di mana perawatan tenaga kerja sebagai komoditas, dan
kemudian, Marx pindah dari suatu posisi idealis separasi individu dari produknya telah
yang menekankan peran manusia pada ciptaan dan menghasilkan suatu fragmentasi. Individu menjadi
reifikasi tentang dunia sosial mereka yang muncul terasing dari aktivitas produksinya”. Marx melihat
dari proses keterasingan ini. Sebagai gantinya, Marx industrialisasi dan teknologi yang telah menjadikan
kemudian menolak epistiemologi sebelumnya yang manusia terasing merupakan bagian dari sistem
melihat realitas dipengaruhi ide. Marx selanjutnya kapitalisme di mana surplus tenaga kerja bertindak
bermuara pada perspektif komunikasi. Tokoh utama dikendalikan antara kesadaran manusia dan
dalam pemikiran ini adalah generasi selanjutnya objektivitas sosial, sehingga menciptakan
dari Sekolah Frankfurt, yaitu Habermas. kesadaran yang mendominasi kenyataan eksternal.
Habermas sekalipun dikenal sebagai seorang Dorongan ini disebut sebagai dorongan alienasi,
teoretisi sosial, khususnya pada pemikiran filsafat yang memisahkan manusia dari kebenaran dirinya
sosial, namun perhatiannnya pada masalah sendiri dan merintangi pemenuhan kemampuannya
komunikasi, terutama pada komunikasi politik telah sebagai manusia.
mengantarkan pemikir lain untuk menempatkannya Kritik. Kritik mereka tentang masyarakat
sebagai ilmuwan komunikasi. Di samping itu, sekarang, para ahli Teori Kritis memusatkan for-
Habermas juga dikenal sebagai teoretisi Sekolah mat kepemimpinan dan sumber alienasi, yang
Frankfur yang masih setia membela teori-teori mereka lihat sebagai penghambat berbagai
modernisme, dengan memberi penilaian bahwa kemungkinan bagi pemenuhan kebutuhan manusia
teori-teori modernisme masih belum selesai. secara benar. (Burrell & Morgan, 1979).
Pemikiran Sekolah Frankfurt kemudian
mengantarkan kita untuk selanjutnya memahami 6. Teori Kritis Kontemporer
teori-teori komunikasi dari tataran ontologi, Mendiskusikan posisi meta teori dari para ahli
epistimologi, dan aksiologi. Teori Kritis, tentunya kita berusaha membuat
Begitu pentingnya pengaruh Hegel pada persentuhan dengan dua teoretisi Sekolah Frank-
teoritisi kritis Mazhab Frankfurt seperti Max furt kontemporer, yaitu Jurgen Habermas dan An-
Hokheimar, Adorno, Marcuse, sehingga gaya thony Giddens. Habermas adalah pemikir yang
berpikir mereka sering disebut “Hegelian muda”. memiliki pengaruh kuat pada saat ini. Beberapa
Bahkan buku pertama Herbert Marcuse berbicara karya besarnya seperti Pengetahuan dan
tentang Hegel Reason and Revolutions (1941). Kepentingan Manusia (1971), Komunikasi dan
Marcuse dalam buku tersebut menunjukkan bahwa Evolusi Masyarakat (1979), dan Teori Tindakan
pakaian luar pikiran Hegel yang konservatif Komunikatif (1984). Giddens dan Teori
sedangkan dinamika mendalamnya adalah Strukturasinya telah muncul sejak pertengahan
revolusioner. Itulah sebabnya Aliran Kritis dan 1970-an, yang mencoba mengungkap teori-teori
Marxis menganggap diri mendasar pada Hegel dan sosialnya dengan berpusat pada kajian ontologi
tetap, meskipun secara kritis menjunjung tinggi yang berupaya mengantarkan kita pada
pikirannya. pemahaman teori dari berbagai perspektif,
khususnya pada Teori Kritis. Karya Giddens’s
5. Konsep Utama Teori Kritis
meliputi Pemahaman Baru tentang Metodologi
Totalitas. Dugaan bahwa semua pemahaman Sosial (1976), Permasalahan Kritis Teori Sosial
masyarakat merujuk pada keseluruhan objek dan (1979), Konstitusi Masyarakat (1984). Habermas
subjek, dan dunia ditandai oleh jangka waktu yang dan Giddens digunakan di sini untuik menjelaskan
terbatas; suatu pemahaman tentang keseluruhan secara umum kesanggupan metateori dari ahli teori
ini harus mendahului pemahaman tentang unsur- kritis kontemporer.
unsurnya, karena keseluruhannya mendominasi
bagian itu. 7. Problem Ontologi
Kesadaran. Kekuatan akhirnya menciptakan Isu ontologi mengacu pada pertanyaan
dan mendukung dunia sosial. yang ditandai oleh tentang kenyataan. Dalam konteks riset dan teori
kesadaran internal dan dihasilkan tetapi yang kajian penting ontologi juga mendiskusikan sifat
dipengaruhi oleh format yang diasumsikan melalui alami realitas sosial seperti kata Outhwaite dan
proses objektifikasi dan dialektis antara subjektif Bottomore (1993) “Kesatuan positif yang
dan dunia objektif. disyaratkan pada substansi bagian-bagian tertentu
Pengasingan. Dorongan kognitif yang dari teori ilmiah. Pandangan ontologi menyangkut
post- posisi positivist) atau mengakui dan ahli Teori Kritis adalah mengungkapkan struktur
menyelidiki (yaitu posisi interpretif), tetapi tidak sosial dan proses menuju hegemoni ideologis.
pernah benar-benar dilaksanakan. Para ahli Teori Ketika orang-orang diasingkan bisa
Kritis menjungkirbalikan pemahaman aksiologi mempertimbangkan kondisi mereka yang kritis.
teor i positivi st: “Teor i Kri tis berusaha Di luar perumpamaan yang diungkap oleh
menawarkan metodologi pemikiran di antara para Habermas tentang psikoanalitik, bagaimanapun,
pemikir lain yang konservatif, dan Teori Kritis dalam mempertimbangkan bagaimana emansipasi
memiliki peran yang rumit untuk memainkan adalah mungkin dalam proyek kritis (lihat
proses itu. (Poster, 1989: 3). Dengan demikian, Habermas, 1979), untuk pengembangan pemikiran
para ahli Teori Kritis memandang bahwa nilai-nilai ini. Habermas mengusulkan konsep tentang
bukan untuk dipandu, melainkan perlu memandu pragmatis universal di mana emansipasi akan
para sarjana, dan ahli teori perlu bekerja sebagai menjadi tercapai ketika interaksi terjadi dalam
agen perubahan dalam mendukung nilai-nilai tadi. suatu situasi pembicaraan ideal. Habermas,
Sekali lagi, tugas utama Giddens dan mempercayakan sampai taraf tertentu pada teori
Habermas adalah memahami posisi aksiologi dari perluasan. Ia kemudian mengusulkan bahwa
para ahli Teori Kritis. Dalam diskusi ontologi di wewenang komunikasi interaktif akan membatasi
atas, kita mempertimbangkan dualitas struktur tingkatan suatu situasi pembicaraan ideal bahwa
Giddens dan perlakuan khusus yang diberikan kepentingan manusia dalam emansipasi bukanlah
dia kepada agen dalam dialektis ini (Huspek, 1993). semata-mata khayalan atau sifat aneh, melainkan
Dalam dialektika ini, agen dapat memengaruhi pada gambaran logika. Dalam kompetensi teori
kekuasaan untuk mengubah struktur sosial, komunikasi, Habermas membantah bahwa tiap-
transformasi nilai secara langsung menjadi sangat tia p tin dakan dari komun ikasi simbolis
penting pada aksiologi dari para ahli Teori Kritis. menggambarkan lebih dulu dan mensyaratkan
Kekuasaan dipahami sebagai “kemampuan aktor nilai-nilai kebenaran, kebebasan, dan keadilan.
untuk ikut andil dalam deretan peristiwa agar Dengan demikian, karena nilai-nilai ini tidaklah
mengubah perdebatan mereka; seperti halnya memiliki kemutlakan maka, mereka dapat bertindak
‘bisa” menengahi antara tujuan atau keinginan untuk melakukan kritik terus-menerus.
dan perwujudan yang nyata dari hasil pencarian” Huspek (1991) membantah, “Kompetensi
(Giddens, 1976: 111). Dengan demikian, ontologi ideal amat dilakukan dalam praktek, tetapi secara
dari Teori Kritis (yaitu dualitas struktur) bertindak tetap ada menyajikan antar semua para pembicara,
sebagai basis aksiologi dari Teori Kritis (yaitu dalam semua Pendekatan Kritis pada Komunitas
transformasi dan potensi emansipasi dari para Komunikasi.” Dengan demikian, dalam rangka
aktor sosial. merealisir nilai-nilai kritik, para pembicara harus
Habermas membandingkan proses mengomunikasikan jalan kompetensi yang
emansipasi kepada proses psikoterapi. Dalam mendukung nilai-nilai kebenaran, kebebasan, dan
analogi ini, para ahli Teori Kritis menganalisis keadilan. Kompetensi komunikatif terdiri dari
masyarakat sebagai sebuah peristiwa. Pekerjaan klaim mengenai bisa dipahami, kebenaran isi
seorang ahli psikoanalis adalah untuk membantu ucapan dapat dipertanggungjawabkan. Ketika
pasien agar mampu memecahkan resistensi dan klaim ini direalisir, itu adalah mungkin untuk
memperoleh kesadaran dari apa yang sedang dia mendekati suatu situasi pembicaraan ideal di
lakukan sendiri. Bernstein (1976) mencatat, mana emansipasi adalah mungkin.
“Suksesnya terapi tidak bergantung pada Bernstein (1976) meringkas komunikasi yang
pemahaman si pasien, tetapi pada tingkatan pasien ideal adalah bahwa format perdebatan di mana
mengekspresikan eksistensinya dan berupaya tidak ada paksaan lain kecuali paksaan kritis
memecahkan resistensi yang sedang dia alami. terhadap dirinya sendiri; di mana ada suatu simetri
Habermas, selanjutnya berpendapat, peran para asli antara peserta yang terlibat, membiarkan suatu