Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
M. Taufiqamir, PH.D.
Penerbit : Kencana
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Lulyta Putri Cahya Nintyas 17 12 00 22 (Bab 1 – Bab 4)
Aldy Prayoga 17 12 00 29 (Bab 8 – Bab 11)
Muzrikawati 17 12 00 27 (Bab 11 – Bab 14)
Muhammad Haikal 17 12 00 28 (Bab 4 – Bab 7)
A. PENDAHULUAN
Ilmu Perilaku Organisasi (PO) mempelajari segala macam sesuatu yang terjadi dalam
organisasi, termasuk bagaimana pemikiran, perasaan dan perilaku karyawan sebagai individu,
dan sebagai tim. PO juga mencoba memahami bagaimana sistem keterkaitan antara satu bagian
dengan bagian lain, kepemimpinan, serta konflik. Begitupula terkait dengan struktur organisasi,
dan budaya organisasi.
Intinya, PO berupaya memahami bagaimana sebuah organisasi “ efektif”, dapat
meningkatkan kesejahteraan karyawan dan dapat membina kerja sana antara karyawan.
a. Elton Mayo
Ia melakukan serangkaian percobaan yang hasilnya menjadi dasar konsep-konsep
penting manajemen kini. Ternyata faktor-faktor yang ia temukan tidak begitu banyak
pengaruhnya. Justru faktor-faktor sosial seperti semangat, kepuasan dalam berhubungan
antarkaryawan, perilaku kelompok, serta keterampilan interpersonal speerti motivasi,
komunikasi, dan pengarahan (Weihrich & Koontz, 2005). Dalam sejarahnya manajemen,
penelitian yang dilakukan oleh Mayo dan rekan0rekannya ini terkenal dengan sebutan
Hawthorne Effect.
1. Pandangan Sistem
Sistem adalah bagian-bagian yang saling tergantung dan berhubungan. Dengan
demikian, pandangan manajemen sistem melihat bahwa bila kita ingin mengatasi masalah
manajemen, kita harus melihatnya sebagai sebuah kesatuan utuh. Pandangan ini muncul
saat perang dunia II berlangsung. Mereka membahas perang dari seluruh aspeknya,
logistic, rute, kecepatan konvoi pasukan, dan sebagainya.
Jadi prinsipnya sekali lagi kita selalu melihat secara keseluruuhan. Misalnya, saat kita
mengamati dan menganalisis hasil akhir (output), tidak pernah lepas dari proses
transformasinya. Demikian barang kali kita juga mengamati inputnya. Yang dimaksud
dengan input disini adalah aset fisik, keuangan, informasi, dan lain-lain.
Pandangan sistem selalu menganjurkan kita untuk menganalisis keterkaitan antara
sistem dan subsistem yang ada. Dalam perkembangannya, pendekatan sistem dapat
dianggap merupakan cikal bakal pandangan mutu.
2. Pandangan Pembelajaran Organisasi
Pandangan atau perspektif ini menganggap bahwa keefektifan organisasi tergantung
pada kapasitas organisasi memperoleh, membagi, dan menggunakan,serta menyimpan
pengetahuan yang ada. Karena pengetahuan dianggap sebagai sumber daya atau modal
intelektual (intellectuatapl capital). Para peneliti menyebutkan setidaknya ada empat
bentuk modal intelektual (D.A. Klein, 2009) yaitu :
a. Human Capital
Knowledge, sklills, dan abilities yang dimiliki karyawan pada dasarnya
merupakan modal besar dari organisasi. Organisasi boleh saja punya berbagai aset
penting yang lain, tapi tanpa SDM yang hebat dan yang baik, bisa saja sumber daya
lain tidak maksimal pemanfaatannya. SDM-lah yang paling penting menentukan
keberhasilan suatu organisasi, dan bisa menjadi pembeda dalam persaingan usaha.
c. Relationship Capital
Ini terkait dengan hubungan organisasi dengan pelanggan, pemasok, dan lain-lain
yang memberikan nilai tambahan pada organisasi. Aspek ketiga ini merupakan bagian
penting lain yang juga tidak mudah menirunya.
F. Kesimpulan
Organisasi terdiri dari berbagai elemen yang sangat dinamis, terutama karyawan. Ilmu
perilaku organisasi memfasilitasi manajer, pemimpin, dan karyawan untuk memahami
fenomena-fenomena diorganisasi. Dengan pemahaman atas pemikiran, emosi serta tindakan
karyawan, pengguna ilmu perilaku organisasi dapat memprediksi, memperkirakan apa yang akan
terjadi bila sesuatu dilakukan. Pemahaman atas konsep-konsep perilaku organisasi membantu
setiap karyawan diorganisasi menyukseskan organisasinya.
BAB II
PERILAKU INDIVIDU, KEPRIBADIAN, dan NILAI-NILAI
A. PENDAHULUAN
Masing-masing karyawan memiliki kepribadiannya sendiri-sendiri dengan cara pandang
atau nilai-nilai yang dianut berbeda pula. Organisasi punya tujuan tertentu dan berharap
karyawan juga menyesuaikan tujuan mereka dengan tujuan organisasi. Dengan pemahaman atas
bentuk-bentuk kepribadian karyawan, organisasi bisa mengatur perekrutan karyawan,
penempatan dan berbagai upaya organisasi yang lain. Menggunakan sebuah model yang
menyederhanakan saling pengaruh dari elemen organisasi, termasuk kepribadian membantu
manajer mengelola karyawan.
Perilaku yang terkait kehadiran juga dianggap patut dipahami. Perilaku hadir atau
tidaknya seseorang karyawan dianggap cukup menentukan produktivitas karyawan apapun
bentuk organisasinya.
3. Faktor-faktor Situasional
Adalah faktor-faktor yang bisa dan yang tidak bisa dikontrol yang merupkan konteks dari
organisasi. Dalam konteks organisasi ini juga termasuk budaya perusahaan, suasana dalam
bekerja, fasilitas kantor, citra perusahaan, lokasi bekerja dan sebagainya.
C. DIMENSI DARI KEPRIBADIAN
Watak pribadi seseorang biasanya terdiri dari sekumpulan karakter. Sejumlah tiga, empat,
atau lima karakter cukup untuk mempresentasikan kepribadian seseorang. Berikut adalah
karakter yang dianggap karakter utama kepribadian seseorang.
1. Extravertion – introversion
2. Agreeableness
3. Conscientiousness
4. Emotional stability
5. Culture
F. KESIMPULAN
Perilaku organisasi fokus pada bagaimana karyawan berpikir, merasakan, dan berprilaku
baik pada level individu, kelompok, dan organisasi. Karena itu, pemahaman atas bagaimana
kepribadian dan sikap betrpengaruh kepada perilaku.
Untuk melihat bagaimana faktor-faktor itu berpengaruh maka diperkenalkan model
MARS (motivation,ability, dan role perception) yang menjelaskan faktor-faktor yang
berpengaruh pada perilaku dan hasil-hasil atas perilaku itu.
BAB III
EMOSI DAN SIKAP DALAM PEKERJAAN
A. PENDAHULUAN
Banyak organisasi yang menyadari bahwa masalah kesehatan karyawan tidak hanya
melulu berkaitan dengan kesehatan fisik, tapi juga kesehatan mental dan juga emosional.
Begitupula, soal produktivitas karyawan tidak selamanya terkait dengan peran kognitif, yakni
bagaimana mereka berpikir, tapi juga bagaimana kondisi emosional mereka.
Para ahli dibidang perilaku organisasi sudah sering menemukan hasil studi, bahwa
kondisi emosi seseorang sangat berperan banyak dalam kesuksesan bekerja. Dalam tingkat
lanjut, tidak sedikit potensi kerugian yang akan dialami organisasi bila kondisi emosi karyawan
terganggu.
C. TIPE EMOSI
Variasi pengalaman emosi seseorang sangat beragam. Dengan merujuk pada penelitian-
penelitian emosi sebelumnya, menyebutkan variasi emosi itu bisa dilihat dari kombinasi dua
dimensi yaitu, tingkat aktivitas (rendah atau tinggi) yang dimunculkan dan evaluasi seseorang
(positif atau negatif).
1. Emosi yang buat kita memiliki evaluasi, apakah itu baik-buruk, membantu-
mengganggu, mendekati-menghindari. Emosi memberi informasi kepada kita bahwa
sesuati itu baik atau buruk
2. Menghasilkan tingkat aktivitas, memberikan tingkat tertentu atas energy atau
dorongan motivasi tertentu pada kita.
F. KECERDASAN EMOSIONAL
Daniel goleman mengemukakan konsep kecerdasan emosional dalam bukunya yang
berjudul sama yang terbit pada 1995. Ia menemukan bahwa apa yang tadinya dipahami sebagai
kunci sukses pemimpin seperti kecerdasan intelegensia yang tinggi, keterampilan teknis yang
sangat kuat bukanlah segala-galanya. Kedua hal ini memang penting, baahkan menjadi ambang
minimum untuk dimiliki pemimpin, tapi tidak cukup.
Bukan kondisi yang memenuhi syarat sehingga dengan kemampuan intelektual dan
kecakapan teknisnya, ia bisa mengatasi persoalan. Kondisi yang dihadapinya adalah kondisi
yang serba bermasalah, penelitian Golmen dan timnya menunjukkan bahwa pemimpin yang
sukses mutlak memiliki kecerdasan emosional.
G. KESIMPULAN
Perilaku individu dipengaruhi oleh berbagai hal dan ilmu perilaku organisasi mencoba
memahami tentang peran emosi dan sikap. Perkembangan ilmu saraf membuat orang tahu bahwa
emosi juga bisa berperan penting, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak
langsung dia mempengaruhi keyakinan, perasaan, dan keinginan. Organisasi dapat
mengintervensi dan memfasilitasi karyawan dalam mengelola emosinya, demi terjadinya
produktivitasyang maksimal.
Sementara organisasi juga berperan dengan mellui program-program yang
memungkinkan karyawan mendapatkan keseimbangan anatara tekanan pekerjaan dan karyawan
juga dapat melakukan intervensi dengan keterampilan emotional intelligent yang dipelajari.
BAB IV
MENJADI MANAJER YANG RESILIENSI
A. PENDAHULUAN
Bab ini bertujuan untuk melihat bagaimana resiliensi, yakni kapasitas untuk bangkit
dalam menghadapi tekanan masalah atau tantangan dalam pekerjaan berperan dalam kesuksesan
manajer dan pemimpin ditempat kerja. Mulai dari target yang tinggi, fasilitas yang terbatas,
atasan atau rekan kerja yang menjengkelkan, dan berbagai situasi yang saling member tekenan
pada seseorang.
Berbagai penelitian menunjukan kapasitas resiliensi merupakan kapasitas yang dapat
dikembangkan dan dikelola.
A. Dalam bab ini akan membahas tentang proses kreatif, karakter karyawan yang kreatif,
dukungan dari organisasi,serta tantangan dalam menjadi karyawan yang inovatif.
Banyak pendapat tentang proses kreatif yang dialami seseorang. diantaranya adalah
tahapan persiapan,inkubas, dan tahapan iluminasi. Secara visual, orang sering meggambarkan
situasi ini dengan bola lampu yang menyala, seakan-akan hadirnya mendadak.
Padahal yang terjadi, menurut para ahli justru seperti nyala api di lilin yang berkedap-
kedip saat tertuip angin dan bisa saja mati nyalanya. Artinya, ide baru muncul itu bisa saja
hilang, kalau tidak segera dicatat atau direkam.
Berikut adalah beberapa karakter yang menjadi ciri orang kreatif yaitu:
Persistensi
Pengetahuan dan pengalaman
Imajinasi yang bebas
Salah satu tema besar tentang dukungan organisasi agar suasana kondusif untuk berkembangnya
kreatifitas adalah orientasi belajar. Maksudnya, menyadari bahwa kesalahan yang masuk akal
adalah hal yang biasa. Ketika karyawan dianggap melakukan yang terbaik, ada sikap memaafkan
dari pemimpin bila karyawan itu gagal.
D. Kecakapan bertanya
Kecakapan bertanya (quetioning) atau mempertanyakan adalah satu kecenderungan
seseorang untuk mempertanyakan mengapa sesuatu terjadi dan bagaimana sesuatu itu dapat
membua sebuah perbedaan.
Untuk menjamin para karyawan mengerjakan apa yang menjadi tanngung jawabny, para
manajer perlu memberikan motivasi. Sesuatu yang dapat mendorong karyawan melakukan apa
yang seharusnya dia kerjakan. Karyawan akan berperilaku produktif dan mungkin
meningkatkannya. Sebaliknya, dengan motivasi pula, karyawan diharapkan meninggalkan
bahkan bila perlu meghilangkan perilaku-perilaku negatifnya. Bila manajer melakukan hal itu
dengan baik, kepuasan akan meningkatkan dan ketidakpuasan akan berkurang pada karyawan.
Berbagai pendekatan dan konsep motivasi akan dibahas pada bab ini agar para manajer dengan
efektif melakukan fungsi kepimpinannya
Tiga pendekatan motivasi yaitu
Pendekatan manajerial. Pendekatan ini menjelaskan bahwa motivasi dapat dikelola melalui
perilaku sang manajer dalam memengaruhi para bawahannya.
Pendekatan organisasi dan pekerjaan. Pendekatan ini melihat bahwa motivasi, dapat
dikelola dengan memperhatikan struktur organisasi, kaitan antarfungsi yang ada dalam
organisasi, jalur hierarki, dan lain-lain.
Pendekatan perbedaan individu. Pengelolaan motivasi, menurut pendekatan ini harus
meanggap penting perbedaan individu.
Empat bagian tentang pendekatan yaitu:
a sasaran (Goals)
1. Sasaran yang spesfik
2. Sasaran yang relative
3. Sasaran yang diterima
4. Umpan balik
Pendekatan pekerjaan dan konteks organisasi
Manajer memiliki peluang untuk mengelola motivasi karyawan dengan mengelola aspek
pekerjaan dan konteks yang terkait dengan organisasi.
Bab 7
praktik reward dan perancangan pekerjaan untuk meningkatkan kinerja
A. pendahuluan
Setelah kita memmbahas tentang konsep dasar motivasi karyawan pada bab 6, kita akan
melihat bagaimana pratik perusahaan menerapkan beberapa pendekatan untuk mendorong
motivasi. Uang dalam bentuk berbagai skema kompensasi tentu masih dilakukan juga secara
bersamaan. Misalkannya benefit
-benefit lain seperti asuransi ataupun fasilitas untuk keluarga.
Pereviewan/penilaian
Menurut saya tentang bab-bab ini sih sangat bagus sekali untuk dipelajari dan dipahami
karna sangat bisa dimengerti walaupun harus membaca berulang kali baru bisa mendapatkan
pengetian lebih tentang apa itu menjadi manajer yang resiliensi
Dan juga pada bab ke 5 tentang kreativitas dan inovasi karyawan, sesuai dengan apa yang sudah
saya baca pada bab ini kita akan diberikan arahan atau sudut pandang tentang bagaimana
menjadi seorang karyawan yang kreatif dan juga berinovasi dan pada bab terakhir yaitu bab 6
tentang dasar – dasar motivasi karyawan disini kita akan diberikan pengetahuan yang luas
tentang dasar-dasar bagaimana menjadi karyawan yang bermotivasi dan juga bagaimana jika kita
menjadi manajer yang akan menuntun karyawan supaya mendapatkan motivasi dalam bekerja di
perusahaan yang kita pegang tersebut.
BAB 8
DINAMIKA TIM KERJA
A. Pendahuluan
Organisai terdiri dari individu dan kelompok-kelompok yang menjadi wadah interaksi
antar-individu. Tim merupakan sekumpulan dua atau lebih orang yang bertanggungjawab
mencapai tujuan bersama yang terkait dengan tujuan organisasi, dan menganggap diri mereka
entitas sosial di organisasi (sundstrom, 1999). Rumusan ini memiliki batasan-batasan penting.
Pertama, tim dibentuk dengan tujuan tertentu. Kedua, anggotanya berkumpul saling
bergantung dan perlu bekerja sama untuk berhasil. Ini membuat kecakapan komunikasi dan
berkoordinasi berperan penting. Ketiga, anggota tim saling memberikan pengaruhnya walaupun
tingkatnya bisa berbeda-beda tergantung polisi si anggota.
B. Kelompok Informal
Dalam kelompok ini, para anggotanya tidak memiliki ketergantungan dan hal-hal yang
dibicarakan atau ditangani kadang tidak ada kaitannya dengan organisasi. Ini adalah bagian dari
sifat manusia sebagai makhluk sosial. Seperti yang dijelaskan dalam teori sosial, manusia
memang suka mengidentifikasikan dirinya dengan satu kelompok tertentu.
Kelompok informal juga memiliki pengaruh dalam arti jejaring sosial. Jejaring sosial ini bisa
bermanfaat bagi organisasi dalam hal informasi, membangun rasa percaya. Kekuasaan dan
pengaruh.
E. Proses Tim
Dinamika tim selalu terdiri dari beberapa proses utama. Proses itu adalah pengembangan
tim, penciptaan norma, kedekatan (kohesi) dan rasa saling percaya (trust). Rasa saling percaya
ini sering dianggap sebagai fondasi hubungan dan keefektifan tim dan indikasinya ditemukan
para ahlui dalam studi-studi tentang afkesi.
1. Pengembangan Tim
Ilustrasi terhadap pengembangan tim:
Forming adalah uji coba orientasi anggota saling belajar dan mengevaluasi kelebihan dan
kekurangan anggota yang lain. Norming adalah ada rasa kohesi yang tercipta dan konsensus atas
tujuan bersama kelompok. Performing adalah para anggota sudah belajar tahap efisen untuk
berkoordinasi dan mengatasi konflik. Adjouring adalah sifat timnya temporer atau permanen.
Mengembangkan identitas tim, transisi pada individu dari melihat tim sebagai sesuatu“di luar”
sebagai bagian dari dirinya. Proses bergantinya dari memandang diri kita sebagai “saya” ke pada
bagian dari anggota tim sebagai “kami” Mengembangkan kompetensi tim berupaya
mengembangkan kebiasaan rutin dan membentuk model mental yang sama.
4. Norma-norma tim
Norma-norma adalah aturan informal dan harapan yang dianut bersama, yang dibentuk
untuk mengatur perilaku anggota.
Mengembangkan norma tim, ini segera ada saat oran mengantisipasi dan memprediksi perilaku
orang lain; termasuk kejadian-kejadian kecil di pembentukan tim, baaimana memperkenalkan
diri, merespons email dengan cepat. Nilai-nilai masa lalu dari anggotanya mempercepat
pembentukan norma.
Mencegah dan mengubah norma yang salah, apabila norma sudah berakar, cara mencegah norma
yang merugikan organisasi menciptakan kita akan didirikan. kalau memiliki keselamatan kerja
yang kuat, mereka harus merekrut orang denan nilai-nilai seperti itu yang jelas mengidentifikasi
pentingnya keselamatan dalam tim.
F. Kesimpulan
Organisasi memiliki kelompok formal dan informal dari karyawan, yang keduanya harus
dikelola dengan baik. Tim kerja, sebagai kelompok formal memiliki sejumlah kelebihan, namun
juga punya beberapa kelemahan. Tugas manajer adalah memaksimalkan kelebihannya dan
memaksimalkan kekurangannya.
Cara memaksimalkan kelebihan tim adalah dengan memahami model tim yang efektif.
Model ini menjelaskan ada desain tim yang berkaitan dengan lingkungan organisasi, desain, dan
proses. Desain tim berkaitan dengan karakteristik pekerjaan, ukuran serta komposisi tim. Adapun
proses terkait dengan pengembangan tim, peran-peran dalam tim, pengembangan tim dan adanya
norma-norma tim. Bila semuanya berjalan dengan baik, maka anggota tim akan cenderung puas,
kinerja dapat tinggi serta tujuan bersama tercapai.
\
BAB 9
KONFLIK DAN NEGOSIASI DI TEMPAT KERJA
A. Pendahuluan
Konflik merupakan proses di mana satu pihak menganggap bahwa kepentingannya
ditentang atau dianggap negatif oleh pihak lain (De Dreu, 2008). Konflik bia terjadi ketika ada
satu pihak yang mengganggu rencana orang lain atau bisa juga terjadi ketika ada cara tertentu
yang tidak disukai.
1. Awal konflik
Sebuah konflik yang tadinya sangat kecil bisa saja membesar dan memburuk. Banyak nasihat
menyebutkan, segeralah selesaikan konflik saat ia masih berbentuk “benih”.
Mari kita telaah persatu, 3 bentuk cara melihat konflik:
Interest-based frame fokus pada pengindentifikasian apa yang menyebabkan konflik dan apa
yang dapat menghasilkan solusi yang dapat memenuhi interest masing-masing pihak.
Right-based frame fokus pada kewajiban kontraktual. Sering mereka memiliki opini legal yang
berbeda tentang interpretasi kontrak dengan hasilnya, sehingga sering kali pihak pengadilan
diminta untuk menyelesaikan.
Power-based frame fokus pada siapa yang memiliki lebih banyak power, individu menunjukkan
statusnya dan menggunakan ancaman dalam rangka mengintimidasi orang lain dan memaksa
solusi yang mereka suka.
2. Sumber konflik
Bagian berikut memerinci lebih lanjut sumber konflik:
a. Tujuan yang tidak sejalan
b. Diferensiasi
c. Interpendence
d. Kurangnya sumber daya
e. Ambigous Role
D. Masalah komunikasi
Salah mengirim atau menerima pesan dalam komunikasi kerap menjadi masalah yang
tidak jarang memicu konflik. Ketika peluang untuk komunikasi terbatas, orang mungkin
mengandalkan stereotip yang belum tentu benar.
A. Pendahuluan
Bab ini akan membahas tentang makna kekuasaan, model kekuasaan dalam organisasi
serta tipe-tipe kekuasaan. Begitupula prakondisi dari kekuasaan dan bagaimana ia dapat
digunakan dalam memengaruhi orang lain.
B. Makna Kekuasaan
Kekuasaan atau power berkaitan dengan kapasitas dari seseorang, tim atau organisasi
untuk memengaruhi orang lain. Dalam praktik sehari-hari di organisasi, orang bisa saja memiliki
kekuasaan, tapi mungkin tidak sadar bahwa mereka memilikinya, sehingga tidak pernah
digunakan. Di sisi lain, kekuasaan tidaklah semata-mata “merasa memiliki kekuasan.” Bila kita
merasa memiliki, namun tidak dapat menggunakan nya karena satu dan lain hal, kita dikatakan
belum memiliki kekuasaan.
H. Kesimpulan
Kekuasaan (power) memegang peranan penting dalam menyukseskan peran karyawan
terutama para pemimpin. Pemimpin dapat memanfaatkan kekuasaan yang dimilikinya untuk
memengaruhi para kolega maupun bawahan. Di sisi lain, bawahan, dengan sumber kekuasaab
yang dimilikinya pun dapat mengelola atasannya.
BAB 11
KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI
A. Pendahuluan
Manajer perlu mengarahkan, perlu dengan usaha mendorong sembari memberikan
tuntutan agar karyawan mengerjakan pekerjaan sesuai dengan cara keinginan organisasi.
Manajer harus memilikicara tertentu muncul keinginan dari bawahan untuk mengikuti si
manajer. Ia harus memiliki kekuasaan, sifat dan karakter tertentu.
Dalam bab ini dibahas tentang terlepas dari perdebatan apakah pemimpin itu dilahirkan
dengan serangkaian sifat dasar yang berasal dari genetika, atau dapat dibentuk oleh situasi dan
pelatihan. Bab ini membahas konsep dasar kepemimpinan dari sudut perilaku yang dijalankan
pemimpin dengan menunjukkan teori X dan Y dari McGregor. Juga tentang konsep managerial
grid, dimana pemimpin akan berperilaku berdasarkan dua sumbu,yakni fokus pada produksi atau
fokus pada karyawan.
Perilaku kepemimpinan ternyata bukanlah resep yang bisa digunakan untuk setiao situasi.
Faktor situasi seperti sial kematangan bawahan, menuntut pemimpin menggunakan pendekatan
yang bebeda. Ini dijelaskan dengan baik dalam model kepemimpinan situasional dari Harsey-
Blanchard. Menurut mereka, tergantung kemapanan karyawan, pemimpin bisa menggunakan
oendekatan telling,selling,supporting, dab delegating. Dengan cara yang sama, Vroom-Jago juga
menawarkan pendekatan situasional. Pemimpin dapat menggunakan gaya yang berbeda, seperti
consult,decide,facilitate, atau delegate, tergantung keadaan. Misalnya, keadaan signifikansi
keputusan, keahlian atasan, keahlian tim, atau pentingnya konsumen.
Bab 12 pengembangan organisasi
Bab ibi menjelaskan organisasi punya dua pilihan mangantisipasi perubahan yang ada di
lingkungannya; dengan melakukan transformasi sebagai tindakan reaktif, atau melakukan
pengembangan organisasi lewat perencanaan yang sistematis. Dalam pengembangan organisasi,
perubahan tidak dilakukan dengan mengandalkan opini yang bersifat insting belaka, namun juga
berdasarkan fakta-fakta dan hasil analisis. Ketimbang sebuah perubahan yang diatur dari
manajeme, pengembangan organisasi hadir sari kombinasi pandamgan organisasi dan input-input
karyawan.
Dengan cara seperti di atas organisasi dapat menjadi lebih adaptif. Memperhatikan
stabilitas lingkungan dan juga orientasi untuk adaptif, empat model organisasi dapat dirumuskan
yaitu rektif, transformatif,satisficing atau cenderung bersifat sedang-sedang saja, dan bersifat
sluggish, atau enggan melakukan perubahan.
Pada Bagian Ketiga, untuk level organisasi, buku ini membahas tentang pengembangan
organisasi, tantangan dalam melakukan perubahan serta masalah budaya organisasi. Yang khas
dalam buku ini adalah adanya kasus kecil pengantar bab, fasilitas belajar aktif dan berpikir kritis
yang dapat memfasilitasi dosen dan mahasiswa. Struktur dan bahan yang disampaikan dirancang
dengan asumsi para mahasiswa terlibat aktif di dalam kelas. Setiap bab buku berisikan sekurang-
kurangnya 1 box Reflect—Pair—Share yakni pertanyaan-pertanyaan yang akan menggugah daya
kritis pembaca/peserta kelas sekaligus menghubungkannya dengan materi yang sedang dibahas.
Beberapa bab disertai perangkat penilaian sendiri (self-asessment) yang diharapkan dapat
menjadi pengalaman tersendiri bagi pembaca dalam memahami materi pada bab tertentu. Tugas
dan pertanyaan untuk diskusi pada akhir bab juga menekankan bagaimana mahasiswa aktif
mencari berbagai jawaban terkait materi di setiap bab, termasuk tuntutan berhubungan dengan
profesional. Dengan menyerap pengalaman langsung, mahasiswa dapat mengaitkannya dengan
materi yang dibahas, sehingga tingkat pemahaman yang diperoleh semakin dalam.