Anda di halaman 1dari 11

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN

NOMOR 036 TAHUN 2014

TENTANG
PENGENDALIAN ZOONOSIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

Menimbang : a. bahwa sampai saat ini, Provinsi Kalimantan Selatan masih


menghadapi permasalahan penyakit hewan yang secara alami
dapat menular ke manusia atau sebaliknya yang disebut
zoonosis yang dalam kondisi tertentu berpotensi menjadi
wabah atau pandemi yang perlu dikendalikan ;
b. bahwa ancaman zoonosis di Provinsi Kalimantan Selatan dan
Indonesia berpotensi dapat meningkat dan berimplikasi pada
aspek sosial, ekonomi, keamanan, dan kesejahteraan rakyat ;
c. bahwa untuk percepatan pengendalian zoonosis diperlukan
langkah-langkah komprehensif dan terpadu dari pemerintah
pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, organisasi profesi,
lembaga non pemerintah, perguruan tinggi, dan lembaga
internasional dan seluruh lapisan masyarakat serta pihak-
pihak terkait lainnya ;
d. bahwa dalam rangka mengantisipasi dan menanggulangi
situasi kedaruratan akibat wabah zoonosis, perlu diambil
langkah-langkah operasional dari berbagai sektor yang cepat
dalam satu sistem komando pengendalian yang terintegrasi ;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, hruf c, dan huruf d, perlu
menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pengendalian
Zoonosis ;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1956 Jo. Undang-Undang


Nomor 21 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang
Darurat Nomor 10 Tahun 1957 antara lain mengenai
Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Selatan
sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1956 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1106) ;
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3273) ;
-2-

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan
dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5015) ;
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063) ;
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447) ;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan
Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah
Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5107) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan
Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah
Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5209);
-3-

11. Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 tentang


Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
214, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5356) ;
12. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,
Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-
undangan;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2011
tentang Penyelenggaraan Tugas dan Wewenang Gubernur
sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 342) sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2013 tentang Perubahan
Ketiga Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun
2011 tentang Penyelenggaraan Tugas dan Wewenang
Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 167);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);
15. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 5 Tahun
2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Lembaran Daerah
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2008 Nomor 5);
16. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 6 Tahun
2008 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan (Lembaran
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2008 Nomor 6)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 6
Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan (Lembaran
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012 Nomor 1);
17. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 17
Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2005-2025
(Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2009
Nomor 17, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 16);
18. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun
2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011-2015
(Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011
Nomor 2);
19. Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 025 Tahun
2012 tentang Pedoman Pembentukan Produk Hukum Daerah
di Lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Berita
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012 Nomor 29);
-4-

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENGANDALIAN


ZOONOSIS.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Provinsi Kalimantan Selatan.
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Gubernur adalah Gubernur Kalimantan Selatan.
4. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan.
5. Zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia atau
sebaliknya.
6. Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurfun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah.
7. Wabah Zoonosis adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit zoonotik pada
populasi hewan dan/atau masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara
nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu atau
munculnya kasus penyakit zoonotik baru di daerah bebas.
8. Pandemi adalah wabah penyakit menular yang berjangkit serempak meliputi dan
melintasi batas wilayah geografis antar beberapa dan banyak negara.
9. Pengendalian Zoonosis adalah rangkaian kegiatan yang meliputi manajemen
pengamatan, pengidentifikasian, pencegahan, tata laksana kasus, dan pembatasan
penularan serta pemusnahan sumber zoonosis.

BAB II
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PELAKSANAAN
PENGENDALIAN ZOONOSIS
Bagian Kesatu
Arah Kebijakan Pengendalian Zoonosis
Pasal 2

Arah kebijakan daerah pengendalian zoonosis berpedoman pada Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah.
-5-

Bagian Kedua
Strategi Pengendalian Zoonosis
Pasal 3

Strategi Pengendalian Zoonosis dilakukan dengan :


a. mengutamakan prinsip pencegahan penularan kepada manusia dengan
meningkatkan upaya pengendalian zoonosis pada sumber penularan;
b. penguatan koordinasi lintas sektor dalam rangka membangun sistem pengendalian
zoonosis, sinkronisasi, pembinaan, pengawasan, pemantauan, dan evaluasi
pelaksanaan kebijakan, strategi, dan program;
c. perencanaan terpadu dan percepatan pengendalian melalui surveilans,
pengindentifikasi, pencegahan, tata laksana kasus dan pembatasan penularan,
penanggulangan Kejadian Luar Biasa/wabah dan pandemi serta pemusnahan
sumber zoonosis pada hewan apabila diperlukan;
d. penguatan perlindungan wilayah yang masih bebas terhadap penularan zoonosis
baru;
e. peningkatan upaya perlindungan masyarakat dari ancaman penularan zoonosis;
f. penguatan kapasitas sumber daya yang meliputi sumber daya manusia, logistik,
pedoman pelaksanaan, prosedur teknis pengendalian, kelembagaan, dan anggaran
pengendalian zoonosis;
g. penguatan penelitian dan pengembangan zoonosis; dan
h. pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan dunia usaha, perguruan tinggi,
lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi profesi serta pihak-pihak lain.

Bagian Ketiga
Pelaksanaan
Pasal 4

Pengendalian Zoonosis dilaksanakan oleh instansi pemerintah daerah sesuai dengan


tugas dan fungsi masing-masing secara terkoordinasi dan terintegrasi dalam satu
kesatuan dengan memperhatikan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 5

Pengendalian Zoonosis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dilaksanakan dengan


mengikutsertakan peran serta masyarakat, dunia usaha, organisasi profesi, perguruan
tinggi, dan pihak terkait lainnya.

Pasal 6

Koordinasi dalam pengendalian zoonosis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,


dilaksanakan oleh kelembagaan pengendalian zoonosis sebagai wadah koordinasi
di tingkat daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur ini.
-6-

BAB III
KELEMBAGAAN PENGENDALIAN ZOONOSIS
Paragraf 1
Bagian Kesatu
Pembentukan, Kedudukan, dan Tugas
Pasal 7

(1) Dengan Peraturan Gubernur ini dibentuk Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis.
(2) Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis dipimpin oleh Gubernur.
(3) Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis mempunyai tugas mengoordinasikan dan
menyinkronkan penyusunan kebijakan, program pelaksanaan dan pengawasan
pengendalian zoonosis di wilayah Daerah yang mengacu pada kebijakan dan
program nasional serta arahan Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis.

Pasal 8

Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis bertindak sebagai Pusat Pengendalian Zoonosis


dalam hal terjadi Kejadian Luar Biasa/wabah akibat zoonosis di wilayah Daerah.

Paragraf 2
Keanggotaan
Pasal 9

Susunan Keanggotaan Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis terdiri dari :


a. Ketua merangkap : 1. Gubernur Kalimantan Selatan;
Anggota

b. Wakil Ketua merangkap : 1. Wakil Gubernur Kalimantan Selatan;


Anggota 2. Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Selatan;
3. Kepala Dinas Peternakan;
4. Kepala Dinas Kesehatan;

c. Sekretaris : 1. Asisten Pembangunan Sekretaris Daerah Prov. Kalsel;


merangkap Anggota

d. Wakil Sekretaris : 1. Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Setda Prov. Kalsel;


merangkap Anggota

e. Anggota : 1. Kepala Dinas Kehuatan;


2. Kepala Dinas Pendidikan;
3. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana
Daerah;
4. Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika;
5. Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah;
6. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;
-7-

7. Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan


Pariwisata;
8. Komandan Korem 101/Antasari Banjarmasin;
9. Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Selatan;
10. Kepala Biro Keuangan Setda Prov. Kalsel;
11. Ketua Palang Merah Indonesia Prov. Kalsel;

Paragraf 3
Tim Pelaksana
Pasal 10

(1) Dalam melaksanakan tugasnya, Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis dibantu


oleh Tim Pelaksana yang dipimpin oleh Sekretaris Komisi Nasional Pengendalian
Zoonosis.
(2) Keanggotaan Tim Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari
unsur pemerintah yang diwakili oleh pejabat pemerintah dari instansi anggota
Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis dan instansi pemerintah daerah terkait
lainnya, organisasi profesi, pakar, dan akademisi.
(3) Susunan Keanggotaan Tim Pelaksana Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
(4) Tugas Tim Pelaksana Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis adalah :
a. melaksanakan tugas Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3);
b. melaksanakan Pusat Komando Operasional Pengendalian Zoonosis dalam hal
terjadi keadaan luar biasa/wabah dan pandemi Zoonosis;
c. melaksanakan hubungan kerja kelembagaan pengendalian Zoonosis;
d. menyiapkan laporan pengendalian Zoonosis Provinsi; dan
e. tugas lain yang diberikan Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis dalam rangka
pengendalian Zoonosis, yang pelaksanaannya dilaksanakan dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 11

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4), Ketua Tim
Pelaksana Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis dapat membentuk kelompok kerja
sesuai dengan kebutuhan yang keanggotaannya merupakan anggota Tim Pelaksana
Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis.

Paragraf 4
Sekretaris
Pasal 12

(1) Untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya, Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis


dibantu oleh Sekretariat yang dilakukan oleh Biro Kesejahteraan Rakyat
Sekretariat Daerah dibantu tenaga dan asisten ahli apabila diperlukan.
(2) Tugas Sekretariat adalah memfasilitasi pelaksanaan tugas Komisi Provinsi
Pengendalian Zoonosis.
-8-

Paragraf 5
Tata Kerja
Pasal 3

Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis mengadakan sidang secara berkala paling


sedikit 4 (empat) kali dalam 1 (satu) tahun atau sewaktu-waktu jika diperlukan.

Pasal 14

Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis dapat mengundang Tim Pelaksana Komisi


Nasional Pengendalian Zoonosis, Komisi Kabupaten/Kota Pengendalian Zoonosis,
Pimpinan/Pejabat satuan kerja perangkat daerah atau instansi terkait, para ahli
dan/atau pihak lain yang diperlukan untuk hadir dalam sidang sesuai dengan topik
pembahasan dalam sidang.

Pasal 15

Hasil Sidang Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis oleh masing-masing anggota


Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis dilaksanakan oleh instansinya masing-masing
sesuai dengan tugas dan fungsi dengan memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 16

Para anggota Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis menyampaikan hasil pelaksanaan


dan permasalahan yang ada dalam pengendalian zoonosis yang dilaksanakan oleh
instansinya masing-masing guna dibahas dan dicari penyelesaiannya dalam Sidang
Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis.

Pasal 17

Hasil Sidang Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis disampaikan kepada Komisi


Kabupaten/Kota Pengendalian Zoonosis sebagai acuan pengendalian zoonosis
di wilayah Kabupaten/Kota.

Pasal 18

Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada


Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Selaku Ketua Komisi Nasional
Pengendalian Zoonosis secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
dan sewaktu-waktu jika diperlukan.
-9-

Bagian Keempat
Hubungan Kerja dan Pelaporan
Paragraf 1
Hubungan Kerja
Pasal 19

Hubungan kerja kelembagaan pengendalian zoonosis bersifat koordinatif fungsional.

Pasal 20

(1) Hubungan kerja kelembagaan pengendalian zoonosis dalam hal terjadi keadaan
Kejadian Luar Biasa/wabah dan pandemi akibat zoonosis, bersifat komando
operasional.
(2) Dalam hal terjadi keadaan Kejadian Luar Biasa/wabah dan pandemi akibat
zoonosis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Komisi Provinsi Pengendalian
Zoonosis bertindak sebagai Pusat Komando Operasional Pengendalian Zoonosis di
Tingkat Provinsi.
(3) Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis mengambil langkah yang diperlukan
dengan mengoordinasikan Komisi Kabupaten/Kota Pengendalian Zoonosis untuk
menanggulangi wabah zoonosis dan pandemi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2).

Paragaraf 2
Pelaporan
Pasal 21

(1) Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
melaporkan hasil pelaksanaan pengendalian zoonosis kepada Gubernur.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan laporan pengendalian zoonosis
di wilayah Kabupaten/Kota, dibahas dalam Sidang Komisi Provinsi Pengendalian
Zoonosis dan disusun dalam 1 (satu) laporan Pengendalian Zoonosis Provinsi.
(3) Gubernur menyampaikan laporan Pengendalian Zoonosis Provinsi kepada Menteri
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua Komisi Nasional
Pengendalian Zoonosis dan Menteri Dalam Negeri.

Pasal 22

Gubernur selaku Ketua Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis menyampaikan laporan


Pengendalian Zoonosis Nasional kepada Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat selaku Ketua Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis dan Menteri Dalam Negeri.
- 10 -

BAB IV
PEMBIAYAAN
Pasal 23

Pembiayaan pelaksanaan kebijakan dan program pengendalian zoonosis dibebankan


pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah cq. Anggaran masing-masing instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

Pasal 24

Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Komisi Provinsi Pengendalian
Zoonosis dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan sumber dana
lainnya yang sah dan bersifat tidak mengikat sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

BAB V
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 25

Masa Kerja Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis berakhir pada akhir bulan Desember
2017.

BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 26

Dengan berlakunya Peraturan Gubernur ini, koordinasi pengendalian zoonosis beralih


kepada kelembagaan pengendalian zoonosis sebagaimana diatur dalam Peraturan
Gubernur ini.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27

Dengan berlakunya Peraturan Gubernur ini, maka seluruh ketentuan yang mengatur
mengenai pembentukan tim dan/atau wadah koordinasi di bidang pengendalian
zoonosis yang diatur dengan Peraturan/Keputusan sebelumnya, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
- 11 -

Pasal 28

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur


ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.

Ditetapkan di Banjarmasin
pada tanggal 13 Juni 2014

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

H. RUDY ARIFFIN

Diundangkan di Banjarbaru
pada tanggal 13 Juni 2014

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI


KALIMANTAN SELATAN,

MUHAMMAD ARSYADI

BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN


TAHUN 2014 NOMOR 36

Anda mungkin juga menyukai