Anda di halaman 1dari 27

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2018


UNIVERSITAS PATTIMURA

MOLA HIDATIDOSA KOMPLIT

Disusun oleh :
ARWATI KILWOW
NIM. 2017-84-055

Konsulen :

dr. Erwin Rahakbauw, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DI BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2018

BAB I
2

PENDAHULUAN

Penyakit trofoblas gestasional (PTG) adalah sekumpulan penyakit yang terkait


dengan vili korialis, terutama sel trofoblasnya. Trofoblast memegang peranan penting
dalam proses implantasi blastokista berhubung dengan kemampuannya menghancurkan
jaringan endometrium. Setelah zigote memasuki endometrium (yang kini berubah menjadi
desidua), trofoblast dan khususnya sitotrofoblast tumbuh terus. Sitotrofoblast yang bersifat
invasif, dapat membuka pembuluh darah, dan lewat jalan darah dapat dibawa ke paru-paru.
Pada kurang lebih 50% wanita yang melahirkan dapat ditemukan sel-sel trofblast dalam
paru-paru, sel tersebut mati berhubung dengan kemampuan imunologik wanita yang
bersangkutan.

Pada kehamilan biasa embrio tumbuh menjadi janin dan kemudian dilahirkan
menjadi bayi, maka pada sejumlah wanita kehamilan abnormal dapat terjadi, yakni
menjadi mola hidatidosa. Mola hidatidosa tergolong penyakit trofoblast yang tidak ganas,
tetapi bisa menjadi ganas ( mola distruens atau penyakit trofoblast ganas jenis villosum)
dan sangat ganas ( koriokarsinoma atau penyakit trofoblast ganas jenis nonvillosum).

Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-


gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari
beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.

Pada umumnya penderita mola hidatidosa akan menjadi baik kembali, tetapi ada
kalanya yang kemudian menglami degenerasi keganasan berupa koriokarsinoma. Jadi yang
termasuk penyakit trofoblas adalah molahidatidosa yang jinak dan koriokarsinoma yang
ganas.

BAB II
3

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana

terjadi keabnormalan dalam konsepsi plasenta yang disertai dengan perkembangan parsial

atau tidak ditemukan adanya pertumbuhan janin,1-5 hampir seluruh vili korialis mengalami

perubahan berupa degenerasi hidropobik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah

dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih,

dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.1

B. EPIDEMIOLOGI

Di Amerika dan Eropa, insiden molahidatidosa 1 per 1000 kelahiran. Di Asia

ditemukan 2 dari 1000 pelahiran.6 Di Asia, insiden molahidatidosa komplit tertinggi

adalah di Indonesia yaitu 1 dari 77 kehamilan dan 1 dari 57 persalinan. Faktor risiko

molahidatidosa adalah nutrisi, sosioekonomi (asupan karoten rendah, defisiensi vitamin

A), dan usia maternal.3

C. FAKTOR RISIKO

1. USIA

Faktor risiko terjadinya mola yaitu usia ibu yang sangat muda (belasan tahun)

dan usia 36 hingga 40 tahun memiliki risiko 2 kali lipat. Wanita dengan usia lebih

dari 40 tahun memiliki risiko 10 kali lebih tinggi menderita kehamilan mola, hal ini

dikaitkan dengan kualitas sel telur yang kurng baik pada wanita usia ini.2

2. RIWAYAT MOLA
4

Riwayat kehamilan mola sebelumnya juga dapat meningkatkan kejadian.

Dalam suatu kajian terhadap 12 penelitian yang total mencakup hampir 5000

kelahiran, frekuensi mola rekuren adalah 1,3 %. Faktor resiko 1,5 % untuk mola

hidatidosa komplit dan 2,7% mola hidatidosa parsial. Berkowitz dkk (1998)

melaporkan bahwa 23 persen wanita yang pernah mengalami 2 kali kehamilan

mola memiliki mola ketiga. Mola hidatiformis berulang pada pasangan yang

berbeda menandakan bahwa pembentukan mola disebabkan oleh defek oosit.2

3. FAKTOR LAIN

Kontrasepsi oral dan durasinya serta riwayat keguguran meningkatkan

kemungkinan kehamilan mola hingga dua kali lipat. Defisiensi variasi vitamin

(kekurangan protein (Acosta Sison), asam folat dan histidin (Reynold), B-karoten

(Parazzini, Berkowitz)), perokok dan peningkatan usia ayah.1-5

D. KLASIFIKASI

Menurut FIGO (Federation International of Gynecology and Obstetric)2,4,5

a. Mola Hidatidosa

- Mola Hidatidosa Komplit

- Mola Hidatidosa Parsial

b. Neoplasia Trofoblas Gestasional

- Mola Invasif

- Koriokarsinoma

- Placental Site Trophoblastic Tumor (PSTT)


5

- Tumor Trofoblastik Epiteloid

1. MOLA HIDATIDOSA KOMPLIT

Mola hidatidosa komplit adalah kehamilan abnormal tanpa embrio dan

seluruh vili korialis mengalami degenerasi hidropik. Vili korionik berubah

menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Ukuran vesikel bervariasi dari sulit

dilihat sampai yang berdiameter beberapa sentimeter dan sering berkelompok-

kelompok menggantung pada tangkai ramping.2

Pada pemeriksaan sitogenetik terhadap kehamilan mola hidatidosa

komplit menemukan sebuah ovum yang tidak berinti (kosong) atau yang intinya

tidak berfungsi dibuahi oleh sebuah sperma haploid 23 X, sehingga terbentuk

hasil konsepsi dengan kromosom 23 X. Kromosom ini kemudian mengadakan

penggandaan sendiri (endoreduplikasi) menjadi 46 XX. Kromosom MHK

menyerupai kromosom seorang perempuan, yakni homozigot, tetapi kedua

kromosom X-nya berasal dari ayah dan tidak ada faktor ibu. Teori ini disebut

sebagai teori Diploid Androgenetik.1-5

Gambaran histopatologis yang khas dari mola hidatidosa komplit adalah

edema stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada vili dan proliferasi sel-sel

trofoblas. Secara makroskopik, pada kehamilan trimester pertama, vili korialis

mengandung cairan dalam jumlah sedikit, bercabang dan mengandung

sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas hiperplastik dengan banyak pembuluh darah.

Pada trimester dua, mola hidatidosa komplit berbentuk seperti anggur karena vili

korialis mengalami pembengkakan secara menyeluruh. 1-5


6

Gambar 1. Mola Hidatidosa Komplit2,4,5

2. MOLA HIDATIDOSA PARSIAL

Mola hidatidosa parsial adalah hanya sebagian vili korialis mengalami

degenerasi hidropik, sehingga unsur janin selalu ada. Perkembangan janin akan

bergantung kepada luas plasenta yang akan mengalami degenerasi, tetapi janin

biasanya tidak dapat bertahan lama dan akan mati dalam rahim. 1-5

Apabila perubahan hidatidosa bersifat lokal dan kurang berkembang dan

mungkin tampak sebagian jaringan janin, biasanya paling tidak kantung amnion,

keadaan ini diklasifikasikan sebagai mola hidatidosa parsial. Terjadi

pembengkakan hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian vili yang

biasanya avaskular, sementara vili-vili berpembuluh lainnya dengan sirkulasi

janin-plasenta yang masih berfungsi tidak terkena. Hiperplasia trofoblastik lebih

bersifat fokal daripada generalisata. 1-5

Secara sitogenetik MHP terjadi karena satu ovum yang normal dibuahi

oleh dua sperma. Hasil konsepsi meliputi 69 XXX, 69 XXY, atau 69 XYY. MHP

mempunyai satu haploid ibu dan dua haploid bapak, sehingga disebut Diandro

Triploid. Komposisi unsur ayah dan ibu yang tidak seimbang menyebabkan
7

pembentukan plasenta tidak wajar, yang merupakan gabungan vili korialis yang

normal dan yang mengalami degenerasi hidropik. Biasanya kematian janin

terjadi sangat dini. 1-5

Gambar 2. Patognesis Mola


hidatidosa komplit dan
parsial2,4,5

MHP umumnya dianggap sebagai missed abortion dan diagnosisnya

ditegakkan atas dasar pemeriksaan patologi anatomi yang memperlihatkan

degenerasi hidropik vili korialis setempat dan hiperplasia sinsitiotrofoblas.

Gambaran khas MHP adalah crinkling atau scalloping vili dan inklusi trofoblas

di stroma (stromal trophoblastic inclusion), serta terdapat jaringan embrionik

atau janin. 1-5

Tabel 1. Perbandingan Gambaran Mola Hidatidosa Parsial dan Komplit 4,5

Gambaran Mola Hidatidosa Parsial Moal Hidatidosa Komplit


Kariotipe Umumnya 69 XXX atau 69 XXY 46 XX atau 46 XY

Patologi

 Janin Kadang-kadang Tidak ada


 Amnion, sel darah merah Kadang-kadang Tidak ada
janin
 Edema vilus Bervariasi, fokal Difus
 Proliferasi Trofoblas Bervariasi, fokal, ringan-sedang Bervariasi, ringan-berat
 Trophoblast atypis p67KIP2 Ringan Mencolok
8

immunostaining Positif Negatif


Gambaran Klinis
 Diagnosis Missed abortion Gestasi mola
 Ukuran uterus Kecil untuk masa kehamilan 50% besar untuk masa kehamilan
 Kista teka-lutein Jarang 25-30%
 Penyulit medis Jarang Sering
 Penyakit pasca-mola 1-5% 15-20%

Kadang ditemukan juga kehamilan kembar, antara janin dengan mola komplit.

Nieman (2006) melaporkan bahwa 5% terjadi kehamilan kembar janin dengan mola

komplit. Kemampuan janin untuk bertahan hidup tergantung dari pemuatan diagnosis dan

penyulit dari mola, misalnya pre-eklamsia atau perdarahan. Dari pengamatan Vejerslev

(1991) terhadap 113 kasus kehamilan gemeli mola, 45% berkembang mencapai usia 28

minggu dan 70% di antaranya bertahan hidup. Dibandingkan dengan mola parsial, wanita

dengan kehamilan gemeli mola memiliki resiko yang lebih besar menjadi keganasan, tapi

tidak sebesar pada kehamilan mola komplit. 1-5

Gambar 3. Kehamilan kembar dengan mola komplit2

E. GEJALA DAN TANDA

Pada permulaannya, gejala mola tidak seberapa berbeda dengan kehamilan biasa, yaitu

mual, muntah , pusing dan lain-lain, hanya saja derajat keluhannya sering lebih hebat.
9

Selanjutnya, perkembangannya lebih cepat, sehingga pada umumnya besar uterus lebih

besar daripada umur kehamilan. Ada pula kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama

besarwalau jaringannya belum dikeluarkan. Dalam hal ini perkembangan jaringan

trofoblas tidak begitu aktif sehingga perlu dipikirkan kemungkinan adanya jenis dying

mole. 1-5

Beberapa gejala klinis yang sering dijumpai :

1. Pendarahan

Pendarahan adalah gejala utama mola. Biasanya keluhan perdarahan inilah yang

membawa pasien datang ke rumah sakit. Pendarahan dapat terjadi antara bulan

pertama sampai ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat pendarahannya bisa

intermitten, sedikit-sedikit berupa bercak (spotting) atau langsung banyak. Kadang-

kadang terjadi perdarahan berat yang tertutup didalam uterus sehingga menyebabkan

uterus mengalami distensi karena terisi banyak darah dan kadang tampak cairan

berwarna gelap yang keluar dari vagina, gejala ini dapat muncul pada 50% kasus.

Akibat pendarahan ini, selain anemia juga dapat terjadi syok atau kematian. 1-5

2. Pembesaran ukuran uterus

Pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan usia kehamilan adalah gejala klasik dari

mola hidatidosa komplit. Pembesaran ini disebabkan karena perkembangan sel

trofoblas yang berlangsung dengan sangat cepat. Uterus mungkin sulit diidentifikasi

secara pasti dengan palpasi, terutama pada wanita nulipara karena konsistensi yang

lunak di bawah dinding abdomen yang kencang. Kadang-kadanag ovarium sangat

membesar akibat kista-kista lutein sehingga sulit dibedakan dengan uterus yang

membesar. Uterus yang membesar tidak disertai gerakan janin. 1-5


10

3. Hiperemesis

Hiperemesis gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering pada trimester

pertama kehamilan. Hal ini dipengaruhi oleh kadar hormon HCG yang berlebihan.

Hanya saja derajat keluhan mual, muntah, pusing dan lain-lain sering lebih berat. 1-5

4. Pre-eklamsia

Mola hidatidosa bisa disertai dengan pre-eklamsia, terjadinya lebih muda daripada

kehamilan biasa (yang menetap sampai trimester kedua). Karena hipertensi akibat

kehamilan jarang dijumpai sebelum usia gestasi 24 minggu, pre-eklamsia yang terjadi

sebelum waktu ini sedikitnya harus mengisyaratkan mola hidatidosa atau adanya mola

yang luas. 1-5

5. Kista Lutein

Pada mola hidatidosa sering disertai dengan kista lutein, baik unilateral maupun

bilateral. Kista lutein ini terbentuk karena respon terhadap kadar hormon HCG yang

meningkat dan biasanya disertai dengan hydrops fetalis dan hipertrofi palsenta

(Niemann, 2006). Pasien biasanya megeluh adanya nyeri pada pelvis karena

pembesaran dari ovarium. Karena ada pembesaran ovarium, otomatis ada resiko

terjadinya torsi kita lutein, infark dan pendarahan yang dapat mengakibatkan gejala

akut abodmen. Dengan pemeriksaan klinis insidensi kista lutein lebih kuran 10,2%

(biasanya tidak teraba dengan palpasi bimanual), tetapi bila menggunakan USG

angka-nya meningkat sampai 50%.1-5

6. Tirotoksikosis

Terjadi akibat rangsangan kadar B-hCG yang tinggi. 1-5


11

7. Emboli sel trofoblas

Sebenarnya dalam setiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas ke peredaran

darah kemudian ke paru-paru tanpa memberikan gejala apapun. Tetapi pada mola,

kadang-kadang jumlah sel trofoblas ini terlalu banyak sehingga dapat menimbulkan

emboli paru akut yang bisa menyebabkan kematian. Semakin besar ukuran uterus,

resiko terjadinya komplikasi ini semakin besar terutama saat usia kehamilan 16

minggu. 1-5

Ada beberapa gejala pada mola hidatidosa parsial agak berbeda dengan mola hidatidosa

komplit, antara lain : 1-5

1) Pasien dengan mola parsial tidak memiliki gejala klinis seperti mola hidatidosa

komplit. Pasien tersebut biasanya datang dengan gejala dan tanda seperti abortus

inkomplet atau missed abortion, yaitu perdarahan per vaginam dengan tidak

ditemukannya aktivitas janyung janin.

2) Pembesaran uterus dan pre-eklamsia hanya terjadi pada 5% pasien

3) Kista lutein, hiperemesis dan komplikasi hipertiroid sangat amat jarang ditemukan.

F. DIAGNOSIS1-5

1. Anamnesis

Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang berlebihan,

perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat dan kadang

bergelembung seperti busa.

- terdapat gejala-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan

biasa
12

- terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna tengguli tua

atau kecoklatan

- pembesaran rahim yang tidak sesuai (lebih besar) bila dibandingkan dengan usia

kehamilan seharusnya

- keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada) yang

merupakan diagnosa pasti

(1) Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet adalah

perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan

perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak,

dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97%

kasus.

(2) Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal ini

merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon β-HCG.

(3) Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi, tremor

dan kulit yang hangat. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia yang terjadi

pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg),

protenuria (>300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia

2. Pemeriksaan Fisik

 Inspeksi: perut tampak gravid

 Palpasi :

 Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek

 Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.

 Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin

 Pemeriksaan dalam :
13

 Memastikan besarnya uterus

 Uterus terasa lembek

 Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis

3. Pemeriksaan Laboratorium

 Pemeriksaan kadar B-hCG

BetaHCG urin > 100.000 mlU/ml

Beta HCG serum > 40.000 IU/ml

 Pemeriksaan kadar T3 /T4

B-hCG > 300.000 mIU/ml mempengaruhi reseptor thyrotropin,

mengakibatkan aktifitas hormon-hormon tiroid (T3/T4) meningkat. Terjadi

gejala-gejala hipertiroidisme berupa hipertensi, takikardia, tremor,

hiperhidrosis, gelisah, emosi labil, diare, muntah, nafsu makan meningkat

tetapi berat badan menurun dan sebagainya. Dapat terjadi krisis hipertiroid

tidak terkontrol yang disertai hipertermia, kejang, kolaps kardiovaskular,

toksemia, penurunan kesadaran sampai delirium-koma (Cunningham, 2006).

4. Pemeriksaan Ultrasonografi

Kasus mola menunjukkan gambaran yang khas, yaitu berupa badai salju (snow

flake pattern) atau gambaran seperti sarang lebah (honey comb). Diagnosis

yang paling tepat setelah kita melihat keluarnya gelembung mola.


14

Gambar 4. Gambar A. molahidatidosa komplit. Gambar B molahidatidosa parsial 4

G. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan mola hidatidosa terdiri atas: 1-5

1. Perbaikan keadaan umum

Gambar 5. Hal-hal yang perlu diperhatikan salam penatalaksanaan mola hidatidosa 4,5
15

Pada pasien dengan syok atau anemia dapat diberikan rehidrasi cairan dan transfusi

darah, penangan pre-eklamsia dan eklamsia sama dengan kehamilan biasa, sedangkan

untuk tirotoksikosis diobati dengan protokol dari penyakit dalam. Hal-hal yang harus

dipertimbangkan sebelum dilakukan terapi adalah:

2. Pengeluaran jaringan Mola

a. Kuretase isap

Tanpa memandang ukuran uterus, biasanya dilakukan evakuasi mola dengan

kuretase isap. Untuk mola besar, perlu diberikan anestesia yang adekuat dan

persediaan darah yang cukup. Pada keadaan serviks tertutup, pelebaran praoperasi

dengan dilator osmotik mungkin menolong. Serviks kemudian diperbesar lebih

lanjut agar kuret hisap 10 sampai 12 mm dapat masuk. Setelah sebagian besar

jaringan mola dikeluarkan maka pasien diberi oksitosin. Setelah miometrium

berkontraksi, biasanya dilakukan kuretase yang menyeluruh tetapi lembut dengan

kuret yang besar dan tajam. Sonografi dalam opersai membantu memastikan bahwa

rongga uterus telah dikosongkan.

b. Histerektomi

Histerektomi ini sangat jarang dilakukan pada kasus mola. Tindakan ini dilakukan

pada wanita yang telah cukup umur dan cukup mempunyai anak. Alasan untuk

melakukan histerektomi ialah karena umur tua dan paritas tinggi merupakan faktor

predisposisi untuk terjadinya keganasan. Tindakan ini logis pada wanita usia 40

tahun atau dipakai batasan usia si atas 35 tahun dengan anak hidup tiga. Tidak

jarang bahwa pada sediaan histerektomi bila dilakukan pemeriksaan histopatologis

sudah tampak ada tanda keganasan berupa mola invasif.


16

3. Surveilans pascaevakuasi

Bagi wanita yang dikeluarkan molanya, followup adalah suatu keharusan. Tujuan

jangka panjangnya adalah untuk memastikan resolusi sempurna penyakit trofoblastik,

dengan kemoterapi jika dibutuhkan. Dilanjutkan langkah-langkah berikut:

a. Cegah kehamilan selama minimal 6 bulan dengan kontrasepsi hormonal. Bahkan

sekarang direkomenasikan selama 1 tahun

b. Setelah kadar basal β-hCG serum diperoleh dalam 48 jam setelah evakuasi, kadar

dipantau setiap 1 sampai 2 minggu selagi masih tinggi. Hal ini penting untuk

mendeteksi penyakit trofoblastik persisten. Bahkan jaringan trofoblastik dalam

jumlah kecil dapat dideteksi dengan pemeriksaan ini. Kadar harus turun secara

progresif ke kadar yang tidak terdeteksi seperti gambar 6

Gambar 6. Gambaran skematik median kurva regresi βhCG pada mola hidatidosa 2

c. Kemoterapi tidak diindikasikan selama kadar serum terus menurun. Peningkatan

kadar atau kadar yang terus mendatar menunjukkan perlunya evaluasi untuk

penyakit trofoblastik gestasional persisten dan biasanya pengobatan. Peningkatan

menunjukkan proliferasi trofoblastik yang kemungkinan besar ganas, kecuali jika

wanita yang bersangkutan kembali hamil.


17

d. Jika kadar β-hCG turun ke kadar normal maka pemeriksaan kadar ulang ini diulang

setiap bulan selama 6 bulan. Jika tidak terdeteksi maka surveilans dapat dihentikan

dan pasien diizinkan hamil kembali.

H. PROGNOSIS

Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah jantung atau

tirotoksikosis. Di negara maju, kematian karena mola hampir tidak ada. Akan tetapi di

negara berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Sebagian dari

pasien mola kan segera sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan, menjadi

koriokarsinoma. Persentase keganasan yang dilaporkan oleh berbagai klinik sangat

berbeda-beda, berkisar antara 5,6%. Bila terjadi keganasan, maka pengelolaan secara

khusus pada bagian Onkologi Ginekologi.1

BAB III

LAPORAN KASUS

ANAMNESIS
18

Identitas:

Nama : Ny. Wa Suryani

Tanggal lahir : 2 Oktober 1990 (28 Tahun)

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Kawin : Kawin

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Kawa, SBB

Ruangan : Gynecology

Masuk RS : 6 Oktober 2018 ( jam 10.20 WIT)

No. RM : 137623

Jaminan kesehatan: BPJS

Keluhan utama: keluar darah dari jalan lahir

Pasien datang dengan keluhan pendarahan dari jalan lahir sejak 1 bulan lalu dan

memberat ± 5 hari SMRS. Awalnya berupa bercak darah, namun sejak 5 hari lalu darah

yang keluar bertambah banyak. Darah yang keluar berwarna sedikit gelap dan kadang

bergelembung. Pasien ganti pembalut 1 kali sehari. Pasien mengaku dirinya hamil, HPHT

13-05-2018. Ini adalah kehamilan pertama (G1P0A0). Mual ringan dirasakan pasien, dan

tidak sampai muntah. Pasien juga merasa sedikit lemas. Keluhan lain tidak dirasakan

pasien, nyeri perut (-), nyeri kepala (-), demam (-), jantung berdebar (-).
19

Riwayat penyakit dahulu: riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-), hipertensi (-), DM

(-), alergi (-), asma (-), penyakit jantung (-).

Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang sama.

Riwayat Pengobatan : Masuk RSU Piru dan langsung dirujuk ke Ambon

- Riwayat Menstruasi
Pasien menarche pada usia 14 tahun dan siklusi menstruasinya teratur (28-30 hari)
dengan lama haid yaitu 5-6 hari dan biasanya mengganti pembalut tiga kali sehari.
- Riwayat ginekologi
Pasien mengaku tidak memiliki keluhan tentang penyakit kandungan sebelumnya
- Riwayat Pernikahan
Pernikahan pertama, usia pernikahan 28 tahun.
- Riwayat Obstetri
G1P0A0
- Riwayat Kontrasepsi
Belum pernah memakai kontrasepsi
- Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku tidak pernah merokok dan minum minuman beralkohol.

PEMERIKSAAN FISIK
- Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4V5M6
- Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 36,7ºC

- Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normochepal
Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-
Telinga : Otorea -/-
Hidung : Rhinorea -/-
Gigi dan mulut : Dalam batas normal
20

Leher : Pembesaran KGB leher (-), pembesaran kelenjar tiroid


(-)
Thoraks : Normochest
Paru : Bunyi pernapasan : vesikuler kiri = kanan
Bunyi Tambahan : Ronki -/-, Wheezing - / -
Jantung : BJ I/II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : (pada pemeriksaan obstetri)
Hepar : Pembesaran (-)
Ginjal : Ballotement (-)
Limpa : Pembesaran (-)
Alat genital : Vulva radang (-). Perdarahan (+)
Ekstremitas : Dalam batas normal
Refleks : Dalam batas normal

- Pemeriksaan Ginekologi
o Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi: abdomen gravid, simetris, jaringan parut (-), bekas operasi (-)
 Auskultasi : peristaltik usus normal 8x/menit, denyut jantung janin (-)
 Palpasi: uterus membesar setinggi 2 jari di atas pusar, gerakan janin (-), nyeri tekan (-)
 Perkusi: timpani
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Lengkap
Darah Rutin, dilakukan pada tanggal 06 Oktober 2018 :
WBC 6,7x103/mm3 LIMFOSIT 27,8%

RBC 3,15x106mm3 MONOSIT 7,6%

HGB 8,5 gr/dl EOSINOFIL 7,39%

HCT 24,7% BASOFIL 0,3%

MCV 78µm3 NEUTROFIL 57,0%

MCH 27,0pg UREUM 10 mg/dl

MCHC 34,4g/dl KREAT 0,5mg/dl

PLT 273x103/mm3 SGOT/SGPT 16µ/10 µ

GDS 69 mg/dl

Pemeriksaan endokrinologi

Profil Hasil Nilai rujukan

FT4 0.86 ng/dL 0.82-1.51 ng/dL

TSH 0.221 µIU/mL 0.27-4.70 µIU/mL


21

Β-hCG >225.000 mIU/mL < 5 mIU/mL

Pemeriksaan USG

Hasil baca: Uterus


Anteroforniks: membesar,
tampak gambaran honeycomb
ukuran 11 x 6 x 7 cm atau
gambaran snow torn (badai
salju). Dinding kapsul belakang
tipis kesan invasi. Tidak
ditemukan adanya janin.

DIAGNOSA
Mola Hidatidosa Komplit
Anemia
TATALAKSANA
− Observasi KU, TTV
− IVFD RL 20 tpm
− Transfusi PRC sampai Hb >10g/dl
− Cek profil hormon tiroid (FSH dan FT4)
− Ronthen thorax
− Rencana kuretase tanggal 11/10/2018
LAPORAN OPERASI (11 Oktober 2018)
- Diagnosis pre operasi
Mola Hidatidosa komplit
- Diagnosis post operasi
Mola Hidatidosa Komplit
- Tindakan : Kuret hisap Mola
- Teknik operasi :
 Prosedur operasi rutin
 Pasien dengan posisi supine di atas meja operasi dan dilakukan anestesi
spinal
 Asepsis dengan antisepsis daerah operasi dan sekitarnya
 Kandung kemih dikosongkan
 Dipasang spekulum SIMS atas dan bawah
 Menjepit porsio arah jam 11 s/d 01
 Sondase uterus AF, ukuran 20 cm
22

 Diambil jaringan sebesar mungkin dengan klem ovum, dilakukan kuret hisap
sampai kavum uterus kosong, keluarkan jaringan seperti gelembung ± 500
cc dan dikirim ke Lab PA.
 Operasi selesai

- Instruksi post operasi :


o Observasi tanda-tanda vital, dan perdarahan
o Bedrest ± 24 jam dengan posisi head up 30º
o Cek β-hCG kuantitatif 24 jam pasca tindakan
o Boleh pulang lusa
o Transfusi jika Hb <10 g/dl
o Diet TKTP
o Infus : IVFD RL + Oxytosin 20 IU / 8jam
o Obat-obatan :
 Cefotaxim 1x2 g/IV
 Metergin 3x1 amp/IV
 Ranitidine 2x1 amp/IV

PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam

FOLLOW-UP

Tanggal Perjalanan Penyakit Terapi

S : - Perdarahan pervagina (+) ↓, pusing − Observasi KU, TTV


07/10/2018 O : TD = 110/70 mmHg − IVFD RL 20 tpm
N = 84x/menit
RR= 20x/menit
− Cek profil hormon tiroid
S = 36oC (TSH, FT4)
KU :Tampak lemah, Komposmentis − Transfusi PRC sampai Hb >10
Mata : Konjungtiva anemis +/+ mg/dl
Abdomen : Gravid, lunak, NT (-), BU (+) kesan − Rontgen thorax
normal. − Rencana kuretase hari rabu
BAK (+), BAB (+) (10/10/2018)
A : Mola Hidatidosa Komplit

S : - Perdarahan pervagina (+) ↓ − Observasi KU, TTV


08/10/2018 O : TD = 120/80 mmHg − IVFD RL 20 tpm
N = 82x/menit
RR= 20x/menit
− Cek profil hormon tiroid
S = 36.5oC (TSH, FT4)
KU : Komposmentis − Transfusi PRC sampai Hb >10
Mata : Konjungtiva anemis +/+ mg/dl
Abdomen : Gravid, lunak, NT (-), BU (+) kesan − Rontgen thorax
normal. − Rencana kuretase hari rabu
BAK (+), BAB (+) (10/10/2018)
A : Mola Hidatidosa Komplit
23

S : - Perdarahan pervagina (+) ↓, pusing − Observasi KU, TTV


09/10/2018 O : TD = 120/80 mmHg − IVFD RL 20 tpm
N = 86x/menit
RR= 22x/menit
− Cek profil hormon tiroid
S = 36.5oC (TSH, FT4)
KU : Komposmentis − Transfusi PRC sampai Hb >10
Mata : Konjungtiva anemis +/+ mg/dl
Abdomen : Gravid, lunak, NT (-), BU (+) kesan − Rontgen thorax
normal. − Rencana kuretase hari rabu
BAK (+), BAB (+) (10/10/2018)
A : Mola Hidatidosa Komplit

10/10/2018 S : - Perdarahan pervagina (+) ↓ − Observasi KU, TTV


O : TD = 140/100 mmHg − IVFD RL 20 tpm
N = 80x/menit
RR= 18x/menit
− Inj. Ceftriaxone 1g/12 jam/IV
S = 36,8oC − Gastrul 2 tab pervaginam
KU : Komposmentis − Cek profil hormon tiroid
Mata : Konjungtiva anemis +/+ − Rencana kuretase besok
Abdomen : Supel, NT (+) pada perut bagian kiri
bawah, BU (+) kesan normal.
BAK (+), BAB (+)
A : Mola Hidatidosa Komplit

11/10/2018 S : - Perdarahan pervagina ↓ − Observasi KU, TTV


O : TD = 130/80 mmHg − IVFD RL 20 tpm
N = 80x/menit
RR= 18x/menit
− Inj. Ceftriaxone 1g/12 jam/IV
S = 36,8oC − Gastrul 2 tab pervaginam
KU : Komposmentis − Ranitidine 2x50mg/ IV
Mata : Konjungtiva anemis -/- − Metergin 3x1 amp/ IV
Abdomen : Gravid, NT (+, )BU (+) kesan normal. − Cek βhCG kuantitatif 24 jam
BAK (+), BAB (+) pasca tindakan
A : Post op kuret Mola Hidatidosa Komplit H-1
− Transfusi jika Hb < 10g/dl
− Cek profil hormon tiroid,
tunggu hasil
− Diet TKTP

12/102018 S : - Perdarahan pervagina (-) − Observasi KU, TTV


O : TD = 130/90 mmHg − IVFD RL 20 tpm
N = 84x/menit
RR= 22x/menit
− Inj. Ceftriaxone 1g/12 jam/IV
S = 36,5oC − Gastrul 2 tab pervaginam
KU : Komposmentis − Ranitidine 2x50mg/ IV
Mata : Konjungtiva anemis -/- − Metergin 3x1 amp/ IV
Abdomen : Supel, NT (±), BU (+) kesan normal. − Cek βhCG kuantitatif 24 jam
BAK (+), BAB (+) pasca tindakan
Hasil profil hormon tiroid sudah ada
A : Post op kuret Mola Hidatidosa Komplit H-2
− Transfusi jika Hb < 10g/dl
− Diet TKTP
24

13/10/2018 S. : - Perdarahan pervagina (-) − Cefadroxil 2x500 mg p.o


O : TD = 130/90 mmHg − Asam mefenamat 3x500 mg
N = 80x/menit p.o
RR= 20x/menit
S = 36,5oC
− Methergin 3x0.625 mg p.o
KU :, Komposmentis − Tablet tambah darah 1x360
Mata : Konjungtiva anemis -/- mg p.o
Abdomen : Supel, NT (-), BU (+) kesan normal. −
BAK (+), BAB (+)
A : Post op kuret Mola Hidatidosa Komplit H-3
PASIEN PULANG
25

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien usia 28 tahun G1P0A0 usia kehamilan 19-20 minggu masuk dengan keluhan

keluar darah dari jalan lahir sejak 1 bulan lalu yang memberat sejak 5 hari SMRS. Awalnya

berupa bercak (spotting)namun 5 hari terakhir jumlah darah yang keluar lebih banyak.

Darah yang keluar berwarna sedikit gelap, encer namun kadang keluar seperti gelembung.

Keluar darah disertai keluhan pusing, mual ringan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan

kesadaran composmentis, tanda-tanda vital dalam batas normal, konjungtiva anemis,

abdomen tampak gravid dengan tinggi fundus uteri 2 jari di atas pusar, tidak ada nyeri

tekan, denyut jantung janin tidak ada, serta tidak teraba adanya janin. Pada pemeriksaan

genital didapatkan bercak darah berwarna gelap dengan sedikit gelembung. Pada

pemeriksaan USG didapatkan gambaran honeycomb atau badai salju dan tidak ada janin.

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang pasien didiagnosa “Mola

Hidatidosa Komplit.” Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada pasien mola hidatidosa datang

dengan amenorea 1 sampai 2 bulan, perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari

usia kehamilannya dimana pada kasus hasil pemeriksaan TFU menunjukkan usia kehamilan

24 minggu sedangkan berdasarkan HPHT baru berusia 19-20 minggu. Tidak ditemukan

tanda-tanda kehamilan pasti seperti ballotement dan detak jantung janin.

Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan nilai β-hCG serum >225.000 dimana hasil

ini sesuai dengan kriteria penegakan diagnosis Mola Hidatidosa yaitu apabila ditemukan

nilai β-hCG serum >40.000. Hal ini diperkuat dengan hasil pemeriksaan USG yang

menunjukkan gambaran badai salju (snow flake pattern) atau gambaran seperti sarang lebah

(honey comb) serta hasil kuretase menunjukkan jaringan seperti gelembung mola. Semua
26

gejala dan tanda serta pemeriksaan penunjang yang didapatkan pada pasien menunjukkan

sebuah Mola Hidatidosa.

Tatalaksana yang diberikan pada pasien yaitu memperbaiki keadaan umum pasien

seperti melakukan transfusi darah PRC 2 kantong sehingga Hb naik dari 8,5 g/dl menjadi

10.0 g/dl. Setelah memperbaiki anemia, dilanjutkan dengan tindakan kuretase hisap Mola

dan pemeriksaan tindak lanjut. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa

pengelolaan mola hidatidosa dimulai dengan perbaikan hemodinamik seperti dilakukan

transfusi pada pasien untuk mengatasi anemia atau stok. Kemudian dilakukan kuretase hisap

untuk mengosongkan rongga uterus dari jaringan mola. Tindakan kuretase dipilih pada

pasien karena pasien masih dalam usia reproduksi dan belum memiliki anak dimana selain

tindakan kuretase juga dapat dilakukan histerektomi namun tindakan ini tidak diindikasikan

pada pasien karena pasien masih dalam usia subur dan belum memiliki anak. Selanjutnya

dianjurkan kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan kadar β-hCG 24 jam pasca

tindakan serta pasien disarankan untuk rutin memeriksa kadar β-hCG setiap 1-2 minggu

selagi masih tinggi dan setiap bulan selama 6 bulan jika kadarnya sudah normal. Pasien juga

disarankan agar tidak hamil selama minimal 6 bulan-1 tahun dengan menggunakan

kontrasepsi hormonal.

Pada kasus ini prognosisnya dubia ada bonam karena pada pasien tidak ditemukan

adanya perdarahan yang masif, infeksi ataupun payah jantung karea kematian pada mola

hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah jantung atau tirotoksikosis. Salah

satu komplikasi yang ditakutkan pasca molahidatidosa adalah koriokarsinoma. Persentase

keganasan yang dilaporkan oleh berbagai klinik sangat berbeda-beda, berkisar antara 5,6%.

Olehnya itu pemeriksaan kadar hCG harus rutin dilakukan Bila terjadi keganasan, maka

pengelolaan secara khusus pada bagian Onkologi Ginekologi. 1


27

REFERENSI

1. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu kebidanan edisi keempat. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo 2014.

2. Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth et all. Obstetri Williams edisi 23 volume 2.


Jakarta: EGC 2012.

3. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu kandungan edisi ketiga. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo 2014.

4. Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth et all. Obstetri Williams 24 th editions. New


York: McGraw-Hill Education 2014.

5. Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth et all. Obstetri Williams 25 th editions. New


York: McGraw-Hill Education 2014.

6. Ngan HYS, Seckl MJ, Berkowitz RS, Xiang Y et all. FIGO cancer report 2015:
Update on the diagnosis and management of getational trophoblastic disease.
International Journal of Gynecology and Obstetrics 131 (2015) S123–S126

Anda mungkin juga menyukai

  • OMFALOKEL
    OMFALOKEL
    Dokumen5 halaman
    OMFALOKEL
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • OMFALOKEL
    OMFALOKEL
    Dokumen1 halaman
    OMFALOKEL
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • TROMBOSITOPENIA
    TROMBOSITOPENIA
    Dokumen6 halaman
    TROMBOSITOPENIA
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • Grafik Pertumbuhan Who2 PDF
    Grafik Pertumbuhan Who2 PDF
    Dokumen4 halaman
    Grafik Pertumbuhan Who2 PDF
    Qonita Nahdiyah
    Belum ada peringkat
  • Cover THT Mikiii
    Cover THT Mikiii
    Dokumen23 halaman
    Cover THT Mikiii
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • Kemampuan Anak Menilai Realitas
    Kemampuan Anak Menilai Realitas
    Dokumen2 halaman
    Kemampuan Anak Menilai Realitas
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • Referat 1 Indira
    Referat 1 Indira
    Dokumen46 halaman
    Referat 1 Indira
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • Status Klinis Antroprometri
    Status Klinis Antroprometri
    Dokumen1 halaman
    Status Klinis Antroprometri
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • Farmakol Antihistamin 1
    Farmakol Antihistamin 1
    Dokumen21 halaman
    Farmakol Antihistamin 1
    Irene Djuardi
    Belum ada peringkat
  • Fixed Drugs Eruption
    Fixed Drugs Eruption
    Dokumen3 halaman
    Fixed Drugs Eruption
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen23 halaman
    Bab I
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • Status Klinis Antroprometri
    Status Klinis Antroprometri
    Dokumen1 halaman
    Status Klinis Antroprometri
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • Cover Refarat
    Cover Refarat
    Dokumen1 halaman
    Cover Refarat
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • Kista Hepar
    Kista Hepar
    Dokumen32 halaman
    Kista Hepar
    Dudi
    100% (12)
  • Cover THT Mikiii
    Cover THT Mikiii
    Dokumen1 halaman
    Cover THT Mikiii
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • Cover Lapsus
    Cover Lapsus
    Dokumen4 halaman
    Cover Lapsus
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • Referat Abses Hepar
    Referat Abses Hepar
    Dokumen41 halaman
    Referat Abses Hepar
    Winarmi Taswin
    64% (11)
  • Cover HD Baru
    Cover HD Baru
    Dokumen16 halaman
    Cover HD Baru
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • Cover Lapsus
    Cover Lapsus
    Dokumen1 halaman
    Cover Lapsus
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • Cover HD Baru
    Cover HD Baru
    Dokumen4 halaman
    Cover HD Baru
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • Tonometri
    Tonometri
    Dokumen4 halaman
    Tonometri
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • Cover HD Baru
    Cover HD Baru
    Dokumen4 halaman
    Cover HD Baru
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen15 halaman
    Bab I
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • Cover Lapsus
    Cover Lapsus
    Dokumen4 halaman
    Cover Lapsus
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Tiva
    Lapsus Tiva
    Dokumen18 halaman
    Lapsus Tiva
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • Cover THT Mikiii
    Cover THT Mikiii
    Dokumen1 halaman
    Cover THT Mikiii
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat
  • Cover THT Mikiii
    Cover THT Mikiii
    Dokumen1 halaman
    Cover THT Mikiii
    Indira Gandhy Al-junayd
    Belum ada peringkat