4. Sensasi nyeri yang dirasakan ini terjadi karena pada bagian atau
struktur tulang terdapat yang disebut periosteum, dimana pada bagian
periosteum ini yang menyebabkan terjadinya rangsangan nyeri karena
pada tulang bagian yang memiliki nosiseptor atau reseptor nyeri
hanya di bagian atau struktur periosteum, sehingga saat terjadi fraktur
dan merusak periosteum akan membuat terasanya rasa nyeri.
(Sumber: Setiati, Siti et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
6. InternaPublishing: Jakarta).
(Sumber: Setiati, Siti et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
6. InternaPublishing: Jakarta).
Non Farmakologi:
a. Pemberian edukasi seperti: menganjurkan penderita untuk
melakukan aktivitas fisik yang teratur untuk memelihara
kekuatan, kelenturan dan koordinasi sistem neuromuskular
serta kebugaran, sehingga dapat mencegah resiko terjatuh.
Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan meliputi berjalan
30-60 menit/hari, bersepeda maupun berenang.
b. Jaga asupan kalsium 1000-1500 mg/hari, baik melalui
makanan sehari-hari maupun suplementasi.
c. Hindari merokok dan minum alkohol.
d. Hindari mengangkat barang-barang yang berat pada
penderita yang sudah pasti osteoporosis.
e. Hindari berbagai hal yang dapat menyebabkan penderita
terjatuh, misalnya lantai yang licin, obat-obat sedative dan
obat anti hipertensi yang dapat menyebabkan hipotensi
ortistatik.
f. Hindari defisiensi vitamin D, terutama pada orang-orang
yang kurang terpajan sinar matahari.
(Sumber: Setiati, Siti et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi 6. InternaPublishing: Jakarta).
14. Fraktur pada pasien osteoporosis pada usia lanjut tidak hanya
berpengaruh pada kualitas hidup namun juga mengancam jiwa.
Fraktur osteoporosis panggul memiliki prognosis semakin jelek jika
operasi ditunda hingga lebih dari 3 hari. Prognosis pasien fraktur
panggul pasca terapi yaitu:
Sepertiga akan tetap di tempat tidur.
Sepertiga secara fungsional terbatas dan memerlukan
bantuan.
Hanya sepertiganya kembali fungsional secara penuh.
Sistem rujukan:
17. Osteoporosis adalah hal yang sering dijumpai dan menjadi untuk
predisposisi terjadinya fraktur tulang akibat adanya penurunan
kuantitatif dan kedua komponen matriks tulang (osteoid dan
hidroksiapatit). Sebanyak 50% wanita dan 15% pria mengalami
fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis pada usia 90 tahun.
Osteoporosis dapat bersifat sekunder terhadap penyakit tertentu atau
primer. Osteoporosis primer lebih sering terjadi pada wanita berusia
lanjut, terutama pada wanita yang terlambat menarche, mengalami
menopause lebih cepat, atau memiliki riwayat oligomenorea dalam
waktu lama. Osteoporosis sekunder terjadi pada penyakit endokrin,
penyakit reumatologis, penyakit saluran pencernaan, neoplasia, dan
penggunaan obat-obatan terutama kortikosteroid, heparin, warfarin
dan fenitoin.
Kuliah Pakar: dr. Jenny Sampe, Sp.S. 2016. General Management Of Low
Back Pain. Universitas Tadulako Palu
Kuliah Pakar: drg. Tri Setyawati, M.sc. 2015. Pattient Refferal. Universitas
Tadulako Palu
Setiati, Siti et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6.
InternaPublishing: Jakarta