PENDAHULUAN
Pertumbuhan hasil konsepsi dibedakan menjadi 3 tahapan penting yaitu tingkat ovum
(telur) umur 0-2 minggu, dimana hasil konsepsi belum tampak terbentuk dalam
pertumbuhan, embrio (mudigah) antara umur 3-5 minggu dan sudah tampak rancangan
bentuk alat-alat tubuh, janin (fetus) diatas usia 5 minggu dan sudah terbentuk.
Penyebab janin tidak berkembang seperti kelainan pada kromosom, kualitas sperma
dan telur yang kurang bagus, kondisi penyakit pada ibu, kondisi penyakit pada janin,
kelainan bawaan pada janin, infeksi kandungan pada saat kehamilan, faktor
inkompabilitas genetic, kekurangan gizi saat hamil, trauma/cideraterjatuh/kecelakaan saat
hamil, status social ekonomi. Bahkan penyebab tersebut bisa menjadi salah satu faktor
kemtian janin.
Kematian janin dikenal dengan istilah IUFD (Intra Uterin Fetal Death), yaitu kematian
janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada usian kehamilan 28 minggu
ke atas atau BB janin lebih dari 1000 gram.
Penatalaksanaan pada kasus IUFD harus dilakukan ditempat rujukan yaitu dengan
melakukan pemeriksaan USG dan rontgen foto abdomen berkolaborasi dengan dokter
spesialis kandungan. Setelah hasil pemeriksaan menunjukan bahwa diagnosis kematian
inutero dilakukan pengeluaran janin, secara pervaginam yaitu dengan cara induksi
espektatif atau manajemen aktif. Espektatif yaitu menunggu persalinan spontan hingga 2
minggu, tetapi yakinkan 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.
Sedangkan manajemen aktif yaitu induksi persalinan menggunakan oksitosin atau
misoprostol. Untuk secsio sesarea dilakukan apabila janinnya letak sungsang.
Menurut data yang didapatkan dari RSU Dr. Slamet ada 10 peringkat kasus pad
tahun 2012. Angka kematian PEB mendapati peringkat utama yaitu 712 kasus,
KPD/KPSW 643 kasus, Abortus Incomplit sebesar 588 kasus, IUFD 355 kasus, Letak
sungsang 274 kasus, PAP 215 kasus, Sisa plasenta 156 kasus, Partus lama 130 kasus,
yang disertai penyakit 115 kasus dan Preeklamsia 110 kasus.
Kematian bayi dalam kandungan (Intra Uterine Fetal death) dapat dikarenakan
berbagai hal seperti terkena lilitan tali pusat, pendarahan serta akibat tekanan darah tinggi
ibu yang mengandung. Kematian janin dalam kandungan dapat dicegah dengan cara
memeriksakan kandungan secara teratur ke dokter atau bidan, kalaupun terjadi kelainan
pada masa kehamilan, bisa ditanggulangi sedini mungkin. (WHO,2012)
Bayi yang ada dalam kandungan selalu bergerak dan sebagian besar kasus bayi
meninggal dalam kandungan karena kesalahan aktifitas yang dilakukan seperti
berolahraga dengan gerakan yang cukup giat/berlebihan. Karena itu dianjurkan selama
masa kehamilan sebaiknya mengurangi aktifitas yang mebahayakan janin dalam
kandungan. Hal ini untuk mengantisipasi bayi yang dililit lehernya. Ibu hamil hendaknya
selalu berhati-hati jika beraktifitas dan berkonsultasi dengan dokter secara teratur. (Teori
George,2012)
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan kematian janin dalam rahim. Di
Negara maju dengan system kesehatan yang telah mapan, kematian akibat kelaianan
congenital merupakan kasus yang menonjol, sedangkan di Negara yang sedang
berkembang ada banyak faktor penyebab yang menonjol seperti infeksi, asuhan ntenatal
yang tidak prima, status ekonomi rendah, dan masih banyak lagi yang lainnya. (Kliman,
2000)